Analisis Komparatif Kinerja Keuangan Antara Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia Periode 2010-2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah yang

semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat
menunjang sekaligus dapat berdampak kurang menguntungkan. Sementara itu,
perkembangan perekonomian nasional senantiasa bergerak cepat. Oleh karena itu,
diperlukan berbagai penyesuaian kebijakan dibidang ekonomi termasuk sektor
perbankan. Sehubungan dengan itu, diperlukan penyempurnaan terhadap sistem
perbankan nasional yang bukan hanya mencakup upaya penyehatan bank secara
individual, melainkan juga penyehatan sistem Perbankan secara menyeluruh.
Undang-undang Bank Sentral No. 10 tahun 1998 yang memberikan
keleluasaan kepada Bank Konvensional untuk dapat membuka cabang dengan
sistem syariah. Hal ini menyebabkan, munculnya bank-bank sejenis. Peluang
tersebut disambut antusias oleh masyarakat perbankan. Sejumlah bank mulai
menjajaki untuk membuka cabang syariah dalam institusinya, dan sebagian
diantaranya ada yang mengkonversi diri sepenuhnya menjadi Bank Umum

Syariah (BUS). Hal inilah yang membuat terjadi adanya kompetisi dalam bisnis
perbankan baik Bank Syariah maupun Bank Konvensional.Ketua Umum Ikatan
Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Indonesia sekaligus Plt. Kepala Badan Kebijakan
Fiskal Kementerian Keuangan Bambang P.S. Brojonegoro mengatakanbahwa

1
Universitas Sumatera Utara

keuangan syariah yang bebas dari unsur-unsur derivatif atau produkproduk
berbau
spekulatif
merupakan
keunggulan
lembaga
keuangansyariah di tengah ketidakstabilan ekonomi global. Nilai transaksi
perbankan syariah yang masih kecil dibandingkan dengan transaksi
perbankan konvensional menjadi tantangan yang harus terus diupayakan
untuk ditingkatkan. Persaingan yang harus dihadapi perbankan syariah di
tengah industri perbankan konvensional berat. Tidak bisa hanya semata
mengedepankan syariahnya. Kuncinya tetap pada daya saing dan sehingga

dapat membawa keuangan syariah pada skala nasional dengan sistem
terpercaya. Menegaskan pentingnya meningkatkan kepercayaan publik
pada sektor keuangan syariah.
Bank Konvensional dan Bank Syariah memiliki perbedaan, yang
menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan
kerja. Bank Konvensional tidak mempertimbangkan jenis investasinya, akan
tetapi penyaluran dananya berorientasi pada keuntungan perusahaan.Bank Syariah
didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan
prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan
perbankan serta bisnis lain yang terkait.Selain dalam hal yang telah dijelaskan
sebelumnya, Bank Konvensional dan Bank Syariah juga memiliki perbedaan
dalam struktur organisasinya, yaitu adanya Dewan Pengawas Syariah dalam
perbankan syariah.Dari perbedaan yang telah dijelaskan sebelumnya, bisa
dikatakan bahwa kegiatan Bank Syariah tidak mengambil keuntungan dari
nasabah, tetapi mengacu kepada prinsip bagi hasil. Sedangkan kegiatan Bank
Konvensional hanya sebatas menyediakan tempat untuk menitipkan uang dengan
aman dan menyediakan alat pembayaran untuk membeli barang dan jasa
sebagaimananya fungsi dasar dari bank itu sendiri serta berorientasi pada
keuntungan perusahaan. Selain itu ada beberapa perbedaan dasar, seperti : dalam
Bank Syariah, bisnis dan usaha yang dibiayai tidak terlepas dari saringan syariah


2
Universitas Sumatera Utara

agama, yakni kegiatan usaha dijalankan sesuai dengan syariah agama dan
perbedaan lainnya secara organisasi, Bank Syariah dan Bank Konvensional secara
umum itu sama. Perbedaannya hanya satu, Bank Syariah memiliki Dewan
Pengawas Syariah, sedangkan Bank Konvensional tidak (Hasanaji ,2013).
Terkait dengan kegiatan usaha bank yang berdasarkan prinsip bagi hasil
Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, dalam ketentuan tersebut
dijelaskan bahwa bank yang memilih kegiatan usahanya berdasarkan prinsip bagi
hasil tidak diperbolehkan untuk melakukan kegiatan sebagai Bank Konvensional.
Berdasarkan ketentuan kegiatan usaha inilah yang kemungkinan akan
menyebabkan terjadinya perbedaan kinerja keuangan antara Bank Konvensional
dan Bank Syariah.Untuk itu diperlukannya lembaga yang mengatur dan
mengawasi bagaimana kinerja keuangan suatu bank, yang dikerjakan oleh Bank
Sentral / Bank Indonesia. Suatu bank dikatakan memiliki kondisi yang baik dalam
segala aktifitas dan usahanya yaitu, ketika bank tersebut mempunyai kinerja
keuangan bank yang sehat. Dalam mencapai tujuan tersebut, bank harus
menunjukkan tingkat kesehatan seperti yang dipersyaratkan oleh Bank Indonesia

agar dapat menghadapi perkembangan perekonomian nasional yang senantiasa
bergerak cepat.Untuk mengamati kinerja keuangan bank yang sehat, Bank
Indonesia telah membuat perundang-undangan tentang penilaian kesehatan bank
itu sendiri.
Pasal 29 ayat (2) dan ayat (5) Undang-undang Perbankan yang diubah
menentukan bahwa Bank Indonesia berwenang untuk menetapkan tingkat
kesehatan bank, dengan memperhatikan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas

3
Universitas Sumatera Utara

manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek-aspek lain yang
berhubungan dengan usaha bank (Rachmadi ,2003:128).
Tata cara penilaian tingkat kesehatan bank tersebut lebih lanjut diatur
dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/11/KEP/DIR dan Surat
Edaran Bank Indonesia Nomor 30/2/UPPB masing-masing tanggal 30 April 1997
tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, antara lain diatur bahwa Bank
diwajibkan untuk melakukan penilaian sendiri (self-assessment) Tingkat

Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan Risiko (Risk-based Bank
Rating/RBBR) baik secara individual maupun secara konsolidasi, dengan cakupan
penilaian meliputi faktor-faktor sebagai berikut: Profil Risiko (risk profile), Good
Corporate Governance (GCG), Rentabilitas (earnings); dan Permodalan (capital)
untuk menghasilkan Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank.
Faktor “Risk Profile“ tersebut mencakup 8 (delapan) jenis Risiko yaitu:
Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Operasional, Risiko Likuiditas, Risiko
Hukum, Risiko Stratejik, Risiko Kepatuhan, dan Risiko Reputasi. Faktor “Good
Coporate Governance (GCG) mencakup dalam tiga aspek utama yaitu:
governance structure, governance process, dan governance output. Pada
faktor“Rentabilitas (Earning)”, Surat Edaran No. 13/24/DPNP menerangkan
kinerja rentabilitas dapat dinilai dengan menggunakan rasio keuangan yaitu:
Return on Asset (ROA), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) dan Net Interest Margin (NIM). Pada faktor “Permodalan (Capital)”

4
Universitas Sumatera Utara

dapat dinilai dengan menggunakan rasio keuangan, yaitu dengan membandingkan
Capital Adequecy Ratio (CAR) dan jumlah aktiva tertimbang menurut risiko

(ATMR).
Tabel 1.1
Kriteria Penilaian Kesehatan Bank Berdasarkan
TingkatRasio Keuangan
RATIO
Ketentuan Bank Indonesia
Capital Adequecy Ratio (CAR)
Min 8 %
Return on Asset (ROA)
0.5 – 1.25 %
Net Interest Margin (NIM)
1.5 – 2 %
Biaya Operasional terhadap Pendapatan
94 – 96 %
Operasional (BOPO)
Loan to Deposit Ratio (LDR)
78 – 92 %
Non Performing Loan (NPL)
Max 5 %
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia 2004

Return on Asset(ROA) bertujuan untuk menghitung sampai seberapa jauh
assets yang digunakan dapat menghasilkan laba. Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Net Interest Margin
(NIM) bertujuan

untuk mengukur kemampuan Earning Asset dalam

menghasilkan laba operasional bersih. Capital Adequecy Ratio (CAR) berbicara
tentang tingkat kemampuan bank dalam menanggung risiko kerugian yang
mungkin timbul.Loan to Deposit Ratio (LDR) bertujuan untuk mengukur tingkat
likuiditas perusahaan terhadap dana pihak ketiga (Kuncoro, 2009;223). Non
Performing Loan (NPL) merupakan salah satu indicator untuk menilai kinerja
fungsi bank yaitu sebagai lembaga intermediary (Enjang, 2011).
Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah
satunya indikator utamanya adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan.

5
Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan laporan tersebut dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim
dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank.
Tabel 1.2
Perbandingan Kinerja Bank Konvensional dan Bank Syariah
Periode Tahun 2012 - November 2013
(dalam Miliar Rupiah)
Bank Konvensional
Bank Syariah
2012
2013
2012
2013
Modal
496.692
633.538
13.866
16.329
ATMR
2.849.997
3.383.646

98.071
133.473
Laba
117.103
133.732
2.397
2.282
Rata-rata Total Aset
3.761.912
4.328.225
123.667
160.094
Biaya Operasional
321.357
353.066
7.678
11.151
Pendapatan Operasional
433.678
471.067

10.057
13.294
Pendapatan
200.338
231.216
2.184
2.050
Rata-rata Aktiva
3.648.741
4.742.537
107.114
138.016
Pembiayaan
2.597.026
3.081.594
142.148
167.687
Total Dana Pihak Ketiga
3.107.385
3.425.301

117.817
138.062
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia November 2013
Keterangan

Tabel 1.2 menjelaskan kinerja Bank Konvensional dan Bank Syariah
berdasarkan rasio keuangan CAR, ROA, BOPO, NIM dan LDR. Dengan hadirnya
bank berbasis syariah yang dimungkinkan kelahirannya karena terbitnya Undangundang No.10/1998, mendorong semakin meningkatnya persaingan ekonomi di
industri perbankan Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan kinerja
keuangan Bank Syariah pertama didirikan di Indonesia pada tahun 1992 dan
berkembang hingga saat ini tahun 2015. Perkembangan lembaga-lembaga
keuangan Islam tersebut tergolong cepat, dan salah satu alasannya, karena hampir
90% rakyat Indonesia beragama Islam dan adanya keyakinan kuat dikalangan
masyarakat Muslim bahwa perbankan konvensional itu mengandung unsur riba
yang dilarang oleh agama Islam. Dengan diundangkannya UU No.10/1998
tentang Perubahan UU No.7/1992 tentang perbankan, maka secara tegas sistem
6
Universitas Sumatera Utara

perbankan syariah ditempatkan sebagai bagiandari Sistem Perbankan Nasional.
Berikut perkembangan jaringan kantor lembaga perbankan konvensional
dansyariah yang terdaftar di Bank Indonesia.
Tabel 1.3
Jaringan Kantor Lembaga Perbankan Syariah
Tahun
Indikator

2010

2011

2012

Nov2013

Bank Umum Syariah (BUS)
Jumlah Bank
11
11
11
11
Jumlah Kantor
1.215
1.390
1.734
1.942
Unit Usaha Syariah (UUS)
Jumlah Bank
23
24
24
23
Jumlah Kantor
262
312
493
554
BPR Syariah
Jumlah Bank
150
155
158
160
Jumlah Kantor
286
364
401
399
Total
Total Bank
184
190
193
388
Total Kantor
1.763
2066
2.628
2.895
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia-Vol. 11, No.12, November2013
Tabel 1.5 merupakan data perkembangan jaringan perbankan syariah tahun
2010-November 2013. Dari Tabel 1.5, perkembangan jaringan pelayanan setiap
masing-masing perbankan syariah mengalami peningkatan pada tiap tahunnya.
Hingga Nov-2013 total jumlah kantor bank umum syariah meningkat menjadi
1.942 kantor. Dengan meningkatnya jaringan pelayanan Bank Syariah, ini
membuktikan bahwa keberadaan Bank Syariah diterima baik oleh masyarakat
Indonesia.
Pada Tabel 1.5, jumlah Bank Umum Syariah dari tahun 2010 – November
2013 stabil, yaitu sebelas Bank Umum Syariah. Satu diantaranya merupakan Bank
Syariah pertama di Indonesia, selebihnya merupakan Bank berbasis syariah yang

7
Universitas Sumatera Utara

dibuka oleh Bank Konvensional dan telah mengkonversi diri menjadi Bank
Umum Syariah. Bisa dikatakan sepuluh Bank Umum Syariah ini masih
merupakan bagian dari Bank Konvensional itu sendiri, dimana pemilik saham
Bank Umum Syariah tersebut adalah Bank Konvensional itu sendiri.
Berdasarkan fenomena perbandingan perkembangan Bank Konvensional
dengan Bank Syariah yang dijelaskan sebelumnya, akan digunakan tolak ukur
untuk melihat kinerja keuangan masing-masing bank.Tolak ukur yang akan
digunakan untuk melihat kondisi bank adalah dengan menggunakan rasio
keuangan yang mempengaruhi kinerja keuangan seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya pada penilaian kesehatan bank. Rasio Keuangan adalah “angka yang
diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos
lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan” (Harahap, 2008 :
297). Dengan rasio keuangan, dapat menjelaskan informasi yang dapat digunakan
sebagai alat pertimbangan, dan informasi tambahan dalam pengambilan
keputusan.
Berdasarkan latarbelakang yang telah dijelaskan sebelumnya, penulisingin
melakukan penelitian dengan judul : “Analisis Komparatif Kinerja Keuangan
Antara Bank Konvensional Dan Bank Syariah Di IndonesiaPeriode 2010 2013”

1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka rumusan

masalah dalam penelitian ini, yaitu : “apakah terdapat perbedaanyang signifikan

8
Universitas Sumatera Utara

antara kinerja keuanganBank Konvensional dengan Bank Syariah pada periode
tahun 2010 – 2013?”

1.3

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk membandingkan

dan menganalisis kinerja keuangan antara Bank-bank Konvensional dengan Bank
–bank syariah pada periode tahun 2010 - 2013.

1.4

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai

pihak, sebagai berikut:
1.4.1

Bagi Perusahaan
Peneliti ini memberikan informasi sebagai bahan perbandingan untuk
mengetahui rasio keuangan yang di bandingkan dengan perbankan lain,
dan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi manajemen dalam menyusun
kebijakan perusahaannya.

1.4.2

Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan suatu kesempatan bagi peneliti untuk
menerapkan teori-teori dan literatur yang diperoleh di bangku kuliah, serta
memperdalam pengetahuan dalam bidang manajemen keuangan terkhusus
perbankan.

9
Universitas Sumatera Utara

1.4.3

Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan referensi bagi
pihak lain dalam melakukan penelitian terhadap objek atau masalah yang
sama di masa yang akan datang.

10
Universitas Sumatera Utara