Pengaruh Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Terhadap Pengembangan UKM di Kota Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Program Corporate Social Responsibility
2.1.1. Definisi Corporate Social Responsibility
Suhandari M. Putri (2007) menyatakan CSR adalah komitmen perusahaan
atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang
berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan
menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis,
sosial, dan lingkungan.
Seiring dengan makin kompleksnya kepemilikan sebuah usaha, konsep
CSR menjadi meluas maknanya, salah satunya adalah niat baik dan komitmen dari
perusahaan untuk memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup
masyarakat, keberlanjutan pengembangan masyarakat, ekonomi lokal sehingga
memberikan kontribusi juga terhadap keberlanjutan perusahaan. Kegiatan tersebut
dilakukan bekerjasama antara perusahaan dengan karyawan, keluarga mereka,
komunitas lokal (masyarakat), dan lingkungan secara luas dalam. (Nurdizal M.
Rachman, 2011).
Dalam bukunya, Elkington mengemas CSR yang bersifat sustainable
developmentke dalam tiga fokus atau 3P, sebagai singkatan dari profit, planet dan
people. Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka


Universitas Sumatera Utara

(profit). Juga harus memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet)
dan kesejahteraan masyarakat (people). (Gambar 2.1)

Profit
(Keuntungan Bersama)

People
Planet
(Keberlanjutan
Lingkungan Hidup)

(Kesejahteraan
Manusia/Masyarakat)

Gambar 2.1. Triple Bottom Lines dalam CSR
Pada tahun 2002 Global Compact Initiative menegaskan kembali tentang
triple Psebagai tiga pilar CSR dengan menyatakan tujuan bisnis adalah untuk

mencari

laba

(profit),

mensejahterakan

orang

(people),

dan

menjamin

keberlanjutan kehidupan (planet). Ketiga aspek itu diwujudkan dalam kegiatan
sebagaimana terlihat pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1. Kegiatan Corporate Social Responsibility
Aspek
Muatan
1. Sosial
Pendidikan, pelatihan, kesehatan, perumahan,
penguatan kelembagaan (secara internal, termasuk
kesejahteraan karyawan) kesejahteraan sosial,
olahraga, pemuda, wanita, agama, kebudayaan dan
sebagainya.
2. Ekonomi
Kewirausahaan, kelompok usaha bersama/unit
makro kecil dan menengah (KUB/UMKM),
agrobisnis,
pembukaan
lapangan
kerja,
infrastruktur ekonomi dan usaha produktif lain.
3. Lingkungan
Penghijauan, reklamasi lahan, pengelolaan air,

pelestarian
alam,
ekowisata
penyehatan
lingkungan, pengendalian polusi, serta penggunaan
produksi dan energi secara efisien.
Sumber: Hardinsyah dan Muhammad Iqbal, (2012)
Menurut Saidi dan Abidin (2003) ada 4 model atau pola CSR yang
diterapkan di Indonesia, yaitu:
1. Keterlibatan langsung, yaitu perusahaan menjalankan program CSR
secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial
atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara.
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan, yaitu perusahaan
mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya.
Biasanya perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin, atau dana
abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan.
3. Bermitra dengan pihak lain, yaituperusahaan menyelenggarakan CSR
melalui kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi non pemerintah,
instansi pemerintah, universitas, atau media massa, baik dalam
mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.

4. Mendukung atau

bergabung

dalam suatu konsorsium,

yaitu

perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota, atau mendukung suatu

Universitas Sumatera Utara

lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Pola ini
lebih beriorentasi pada pihak pemberian hibah perusahaan yang
bersifat hibah pembangunan. Pihak konsorsium yang dipercayai oleh
perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara proaktif mencari
mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian
mengembangkan program yang disepakati bersama.

2.1.2. Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan

(TJSL) Berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
(“UUPT”) serta PP No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial Dan
Lingkungan Perseroan Terbatas (“PP 47/2012”)
Mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dalam Pasal 74
UUPT dan penjelasannya. Pengaturan ini berlaku untuk perseroan. Berdasarkan
Pasal 1 angka 1 UUPT, Perseroan (Perseroan Terbatas) adalah badan hukum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan
pelaksanaannya.
Menurut Pasal 1 angka 3 UUPT, Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang
bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat

Universitas Sumatera Utara

pada umumnya.Pasal 74 UUPT pada dasarnya mengatur mengenai hal-hal berikut
ini:
a.


TJSL ini wajib untuk perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya
di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam. Yang
dimaksud dengan “perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di
bidang sumber daya alam” adalah perseroan yang kegiatan usahanya
mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam.Sedangkan yang
dimaksud dengan “perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya
yang berkaitan dengan sumber daya alam” adalah perseroan yang tidak
mengelola dan tidak memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan
usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam.

b. TJSL ini merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan
diperhitungkan

sebagai

biaya

perseroan


yang

pelaksanaannya

dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
c. Mengenai sanksi, dikatakan bahwa perseroan yang tidak melaksanakan
kewajiban TJSL akan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang terkait.
Dalam Pasal 4 PP 47/2012, dikatakan bahwa TJSL dilaksanakan oleh
Direksi berdasarkan rencana kerja tahunan perseroan setelah mendapat
persetujuan Dewan Komisaris atau Rapat Umum Pemegang Saham (“RUPS”)
sesuai dengan anggaran dasar perseroan. Rencana kerja tahunan perseroan
tersebut memuat rencana kegiatan dan anggaran yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan TJSL.

Universitas Sumatera Utara

2.2. Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
2.2.1. Definisi Usaha Kecil dan Menengah
Di Indonesia terdapat berbagai definisi yang berbeda mengenai UKM atau

industri kecil, diantaranya:
a. Badan Pusat Statistik BPS mengungkapkan defenisi usaha kecil dan
menengah adalah perusahaan atau industri dengan mengklasifikasikan
industri berdasarkan jumlah tenaga kerja, yaitu:
Tabel 2.2. Klasifikasi Industri Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja
No. Segmen Klasifikasi Industri
Tenaga Kerja
1.
Industri Rumah tangga
1-4 orang
2.
Industri Kecil
5-9 orang
3.
Industri Sedang/Menengah
10-99 orang
4.
Industri Besar
Lebih dari 100 orang
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013.

b. Bank Indonesia menyatakan perusahaan atau industri dengan
karakteristik berupa: (a) modalnya kurang dari Rp 20 juta; (b) untuk
satu putaran dari usahanya hanya membutuhkan dana Rp 5 juta; (c)
memiliki aset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan; dan
(d) omzet tahunan ≤ Rp 1 miliar.
c. Departemen Perindustrian dan Perdagangan:
1) perusahaan memiliki aset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan
bangunan (Departemen Perindustrian sebelum digabung)
2) perusahaan memiliki modal kerja di bawah Rp 25 juta (Departemen
Perindustrian sebelum digabung)

Universitas Sumatera Utara

d. Departemen Keuangan menyatakan usaha kecil dan menengah adalah
perusahaan yang memiliki omset maksimum Rp 600 juta per tahun dan
atau aset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan.
Menurut UU No. 20 Tahun 2008, pengertian Usaha Kecil Menengah
dibagi kedalam dua pengertian, yakni:



Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut:
-Kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
- Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah).



Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut:
- Kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
- Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Sedangkan definisi UKM menurut lembaga dan beberapa negara

asingdidasarkan pada aspek-aspek sebagai berikut:
- Jumlah tenaga kerja
- Pendapatan

Universitas Sumatera Utara

- Jumlah aset
World Bank membagi UKM ke dalam 3 jenis dengan kriteria-kriteria UKM di
negara-negara dan lembaga asing, yaitu:
1. Medium Enterprise, dengan kriteria:
- Jumlah karyawan maksimal 300 orang.
- Pendapatan setahun hingga sejumlah Rp 150.000.000.000,00.
- Jumlah aset hingga sejumlah Rp 150.000.000.000,00.
2. Small Enterprise, dengan kriteria:
- Jumlah karyawan kurang dari 30 orang.
- Pendapatan setahun tidak melebihi Rp 30.000.000.000,00.
- Jumlah aset tidak melebihi Rp 30.000.000.000,00.
3. Micro Enterprise, dengan kriteria :
- Jumlah karyawan kurang dari 10 orang.
- Pendapatan setahun tidak melebihi Rp 1.000.000.000,00.
- Jumlah aset tidak melebihi Rp 1.000.000.000,00.

2.2.2. Konsep Pengembangan UKM
Pembangunan dan pertumbuhan usaha kecil dan menengah UKM
merupakan salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Menurut
Tambunan (2002), disebutkanbahwadi Indonesia, peran UKMbagi pembangunan
ekonomi nasional sangatlah penting. Hal ini dilihat dari jumlah unit usahanya
yang sangat banyak dan terdapat di semua sektor ekonomi serta memberikan

Universitas Sumatera Utara

kontribusi yang besar terhadap kesempatan kerja dan pendapatan, khususnya di
daerah perdesaan dan bagi keluarga berpendapatan rendah.
Menurut Hoselitz dalam Dwi Prasetyani (2006) menyebutkan bahwa kunci
utama keberhasilan UKM dalam bertahan menghadapi berbagai krisis adalah
karena karakteristik UKM yang cenderung berbiaya rendah. Selain itu letak dan
produk UKM yang spesifik juga membuat para pelaku UKM berbeda serta
memiliki pangsa pasar tersendiri. Dalam memproduksi barang maupun jasa lebih
mudah beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat. Fleksibilitas inilah yang
menyebabkan para pelaku mampu bertahan dalam jangka waktu yang relatif
panjang.
Dari berbagai konsep mengenai pemberdayaan masyarakat di bidang
ekonomi khususnya pemberdayaan UKM, Sriyana (2010) dalam jurnal ilmiahnya
menyatakan ada beberapa pilihan strategi yangdilakukan dalam pemberdayaan
UKM, yaitu:
1. Kemudahan dalam Akses Permodalan
Bank diharapkan tidak lagi hanya memburu perusahaan-perusahaan
yang telah mapan, akan tetapi juga menjadi pelopor untuk
mengembangkan
wirausahawan

potensi
melalui

perekonomian
dukungan

dengan

akses

menumbuhkan

permodalan

bagi

pengembangan wirausaha barudi sektor UKM.
2. Bantuan Pembangunan Prasarana
Dengan tersedianya prasarana pemasaranatau transportasi dari lokasi
produksi ke pasar, akan mengurangi rantai pemasaran dan pada

Universitas Sumatera Utara

akhirnya akan meningkatkan penerimaan petani dan pengusaha mikro,
pengusaha kecil, dan pengusaha menengah. Artinya, dari sisi
pemberdayaan ekonomi, maka proyek pembangunan prasarana
pendukung desa tertinggal, sangatlah strategis.
3. Pengembangan Skala Usaha
Pemberdayaan ekonomi pada masyarakat lemah dilakukan dengan
suatu pendekatan terhadap kelompok bukan melalui pendekatan
individual. Karena pada masyarakat ekonomi lemah, sangat sulit
mencapai akumulasi kapital sehinggaharus dilakukan bersama-sama
dalam wadah kelompok atau usaha bersama. Pengelompokan dan
pengorganisasian ekonomi dapat diarahkan pada kemudahan untuk
memperoleh akses modal ke lembaga keuangan yang telah ada, dan
untuk membangun skala usaha yang ekonomis.
4. Pengembangan Jaringan Usaha, Pemasaran dan Kemitraan Usaha
Melakukan kontak dengan berbagai pusat-pusat informasi bisnis,
asosiasi-asosiasi dagang baik di dalam maupun di luar negeri,
pendirian danpembentukan pusat-pusat data bisnis UKM serta
pengembangan situs-situs UKM di seluruh kantor perwakilan baik
pemerintah di dalam negeri maupun luar negeri.
5. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Peningkatan kualitas SDM dilakukan melalui berbagai cara seperti
pendidikan dan pelatihan, seminar dan lokakarya, on the job training,
pemagangan dan kerja sama usaha. Selain itu, juga perlu diberi

Universitas Sumatera Utara

kesempatanuntuk menerapkan hasil pelatihan di lapangan untuk
mempraktekkan teori melalui pengembangan kemitraan rintisan
(Hafsah, 2004).
6. Peningkatan Akses Teknologi
Strategi yang perlu dilakukan dalam peningkatan akses teknologi bagi
pengembangan usaha kecil menengah adalah memotivasi berbagai
lembaga

penelitian

teknologi

yang

lebih

berorientasi

untuk

peningkatan teknologi sesuai kebutuhan UKM, pengembangan pusat
inovasi desain sesuai dengan kebutuhan pasar, pengembangan pusat
penyuluhan dan difusi teknologi yang lebih tersebar ke lokasi-lokasi
Usaha Kecil Menengah dan peningkatan kerjasama antara asosiasiasosiasi UKM dengan perguruan tinggi atau pusat-pusat penelitian
untuk pengembangan teknologi UKM.
7. Mewujudkan iklim bisnis yang lebih kondusif
Memfasilitasi terselenggaranaya lingkungan usaha yang efisien secara
ekonomi, sehat dalam persaingan dan non diskriminatif bagi
keberlangsungan dan peningkatan kinerja UKM. Selain itu perlu ada
tindakan untuk melakukan penghapusan berbagai pungutan yang tidak
tepat, keterpaduan kebijakan lintas sektoral, serta pengawasan dan
pembelaan terhadap praktek-praktek persaingan usaha yang tidak
sehat dan didukung penyempurnaan perundang-undangan serta
pengembangan kelembagaan.

Universitas Sumatera Utara

2.2.3. Pola Pemasaran
Yang menjadi prinsip dasar dari pemasaran yaitu menciptakan nilai bagi
langganan (customer value), keunggulan bersaing (competitive advantages), dan
fokus pemasaran. Tujuan pemasaran bukan mendapatkan langganan (get
customer), akan tetapi memperbaiki situasi bersaing (improve competitive
situation).
Kotler dan Armstrong (2008) mengemukakan pola pemasaran yaitu bauran
pemasaran (marketing mix).Dalam bauran pemasaran terdapat variabel tersebut
terdiri dari produk, harga (price), tempat atau saluran distribusi (place), dan
promosi. Atau yang sering disebut 4”P”.
1. Produk
Produk merupakan barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan
sebagai sesuatu yang dipasarkan. Produk menjadi tolak ukur keberhasilan suatu
perusahaan di mata konsumen. Hal ini sangat berkaitan erat dengan desain, merk,
bentuk kemasan dari produk untuk dapat menarik konsumen.
2.

Harga
Harga adalah satu-satunya unsur bauran pemasaran yang menghasilkan

pendapatan,

sedangkan

unsur-unsur

lainnya

menghasilkan

biaya.Namun

keputusan tentang harga jual mempunyai implikasi yang cukup luas
perusahaanmaupun konsumen. Harga yang terlalu tinggi dapat menimbulkan
kemungkinanmenurunnya

daya

saing.

Sebaliknya

harga

rendah

dapat

menyebabkan kerugian,khususnya bila biaya meningkat.

Universitas Sumatera Utara

3. Tempat atau Lokasi
Teori Lokasi dari August Losch dalam Muhammad (2008). Melihat
persoalan dari sisi permintaan (pasar). Losch mengatakan bahwa,lokasi penjual
sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Makin
jauh dari tempat penjual, konsumen semakin enggan membeli karena biaya
transportasi untuk mendatangi tempat penjual semakin mahal.
Lamb et al., (2001) menyatakan bahwa memilih tempat atau lokasi yang
baik merupakan keputusan yang penting, karena:
a. Tempat merupakan komitmen sumber daya jangka panjang yang dapat
mengurangi fleksibilitas masa depan usaha.
b. Lokasi akan mempengaruhi pertumbuhan di masa depan. Area yang dipilih
haruslah mampu untuk tumbuh dari segi ekonomi sehingga ia dapat
mempertahankan kelangsungan hidup usaha.
c. Lingkungan setempat dapat saja berubah setiap waktu, jika nilai lokasi
memburuk, maka lokasi usaha harus dipindahkan atau ditutup.
4. Promosi
Defenisi promosi ialah berbagai kegiatan yang dilakukan oleh produsen
untuk mengomunikasikan manfaat dari produknya, membujuk, dan mengingatkan
para konsumen sasaran agar membeli produk tersebut (Kotler, 2005).
Sedangkan proses dari promosi itu sendiri ialah mengkomunikasikan
program perusahaan terhadap masyarakat konsumen melalui beberapa cara
ataupun variabel, beberapa cara yang dapat diambil ialah:

Universitas Sumatera Utara

a. Periklanan adalahbentuk presentasi dan promosi non pribadi tentang ide,
barang, dan jasa yang dibayar oleh sponsor tertentu.
b. Personal selling adalahpresentasi lisan dalam suatu percakapan dengan satu
calon pembeli atau lebih yang ditujukan untuk menciptakan penjualan.
c. Publisitas adalahpendorong permintaan secara non pribadi untuk suatu
produk, jasa atau ide dengan menggunakan berita komersial di dalam media
massa dan sponsor tidak dibebani sejumlah bayaran secara langsung.
d. Promosi penjualan adalah kegiatan pemasaran selain personal selling,
periklanan dan publisitas yang mendorong pembelian konsumen dan dengan
efektifitas pengecer.

2.3. Peran UKM
2.3.1. Peran UKM dalam Pemerataan Pendapatan
Peranan UKM yang tak kalah pentingnya dengan upaya mewujudkan
pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja yang tinggi adalah peranan
dalam upaya mewujudkan pemerataan pendapatan. Dalam rangka meningkatkan
peran UKM diIndonesia berbagai kebijakan dari aspek makroekonomi perlu
diterapkan. Dengan memberikan stimulus ekonomi yang lebih besar kepada
industri ini akan memberikan dampak yang besar dan luas terhadap pertumbuhan
ekonomi, kesempatan kerja dan distribusi pendapatan yang lebih merata di
Indonesia. Dengan stimulus yang dimaskud dapat berupa memberikan dana
kepada UKM melalui investasi pemerintah dan investasi swasta domestik maupun
investasi luar negeri. Perlu komitmen yang kuat dalam bentuk peraturan

Universitas Sumatera Utara

pemerintah,

baik

pemerintah

pusat

maupun

pemerintah

daerah

untuk

mengalokasikan sebagian besar dana APBD maupun APBN untuk diinvestasikan
dalam usaha dalam usaha produktif UKM. Sementara itu, untuk menciptakan dan
mendorong berbagai pihak swasta maupun swasta asing menginvestasikan
dananya padaUKM perlu diberikan berbagai kemudahan dalam bentuk
penyediaan database, penyediaan infrastruktur, kemudahan sistem administrasi
birokrasi, dan kemudahan pajak. Pemanfaatan dana pinjaman luar negeri dalam
bentuk loan bagi pengembangan UKM juga dapat dilakukan, disamping
mengerahkan bantuan(hibah) luar negeri untuk memperkuat dan meningkatkan
peran UKM.
Upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pinjaman
modal berupa kredit berbunga rendah. Untuk pelaksanaanya melibatkan pihak
perbankan, khususnya perbankan milik pemerintah. Upaya ini dilakukan untuk
meningkatkan aksesbilitas para pelaku UKM terhadap modal yang selama ini
relative terbatas. Diperlukan pula ketegasaan dari pemerintah dalam bentuk
peraturan perundangan ataupun peraturan pemerintah(PP) untuk mendorong pihak
perbankan melakukan tugasnya dengan sungguh sungguh dan penuh tanggung
jawab.
Pendapatan bagi sejumlah pelaku ekonomi merupakan uang yang telah
diterimaoleh pelanggan dari perusahaan sebagai hasil penjualan barang dan jasa.
Pendapatan juga diartikan sebagai jumlah penghasilan, baik dari perorangan
maupun keluarga dalambentuk uang yang diperolehnya dari jasa setiap bulan, atau
dapat juga diartikan sebagaisuatu keberhasilan usaha (Tohar, 2000).

Universitas Sumatera Utara

Konsep

perhitungan

pendapatan

menurut

Sukirno

(2004)

dapat

dilakukanmelalui tiga pendekatan, yaitu.
1) Production approach (pendekatan produksi)adalah menghitung
seluruh nilai tambah produksi barang atau jasa yang dihasilkan dalam
ukuran waktu tertentu.
2) Income approach (pendekatan pendapatan)adalah menghitung seluruh
nilai balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi dalam ukuran
waktu tertentu.
3) Expenditure approach (pendekatan pengeluaran), adalah menghitung
seluruh pengeluaran dalam kurun waktu tertentu.

2.3.2. Peran UKM dalam Penyerapan Tenaga Kerja
Pengertian dari penyerapan itu sendiri diartikan cukup luas, menyerap
tenaga kerja dalam maknanya menghimpun orang atau tenaga kerja di suatu
lapangan usaha, untuk dapat sesuai dengan kebutuhan usaha itu sendiri.
Menurut Simanjuntak (2001) tenaga kerja dikelompokan menjadi dua
yaituangkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
1) Angkatan kerja (labor force)
Besarnya penyediaan tenaga kerja dalam masyarakat adalah jumlah orang
yangmenawarkan jasa untuk produksi. Diantaranya sebagian sudah aktif
dalam kegiatanmenghasilkan barang atau jasa, golongan ini disebut golongan
yang bekerja (employedpersons). Golongan yang siap bekerja dan sedang
berusaha mencari pekerjaan disebutpencari kerja atau pengangguran.

Universitas Sumatera Utara

Jumlahyang bekerja dan pencari kerja disebutsebagai angakatan kerja.
Mereka yang berumur 15 tahun keatas atau tidak bekerja dantidak mencari
pekerjaan karena bersekolah, mengurus rumah tangga, secara fisik danmental
tidak memungkinkan untuk bekerja tidak dimasukkan ke dalam angkatan
kerja.
2) Bukan angkatan kerja
Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari tiga golongan, antara lain :
a. Golongan yang masih bersekolah.
b. Golongan yang mengurus rumah tangga, yaitu mereka yang mengurus
rumahtangga tanpa memperoleh upah.
c. Golongan lain-lain, yang tergolong dalam lain-lain ini ada dua macam yaitu
pertama, penerima pendapatan adalah mereka yang tidak melakukan suatu
kegiatanekonomi tetapi memperoleh pendapatan seperti tunjangan
pensiun, bunga atassimpanan di bank dan sewa milik. Kedua, mereka yang
hidupnya tergantung dariorang lain misalnya karena lanjut usia, cacat,
sakit kronis dan dalam penjara.
Dalam ilmu ekonomi seperti kita ketahui faktor-faktor produksi yang
terdiri dari: tanah, modal, tenaga kerja, skill. Salah satu faktor tersebut adalah
tenaga kerja yang sesuai dengan keahlian dan keterampilan yang dimiliki agar
tenaga kerja yang dimiliki dalam sektor industri, modal utama yang dibutuhkan
adalah sumber daya manusia.
Dalam Pasal 5 UU No.20 Tahun 2008, dijelaskan bahwa pemberdayaan
UKM dalam perekonomian nasional memiliki peran, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

a. mewujudkan

struktur

perekonomian

nasional

yang

seimbang,

berkembang, dan berkeadilan;
b. menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan
c. meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam
pembangunan

daerah,

penciptaan

lapangan

kerja,

pemerataan

pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari
kemiskinan.
Penyerapan tenaga kerja melalui penciptaan usaha usaha industri
kecilberdampak terhadap berkurangnya tingkat pengangguran yang ada di
Indonesia. Data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah menyebutkan
sampai pada tahun 2013, sudah ada sebanyak 55,2 juta UKM atau 99,98% dari
total unit usaha di Indonesia. UKM saat ini telah menyerap sebanyak 101,72 juta
tenaga kerja atau 97,3% dari total tenaga kerja Indonesia serta menyumbang
57,12% dari total produksi domestik bruto (PDB).

2.4. Hubungan Corporate Social Responsibility (CSR) dan Pengembangan
UKM
2.4.1. Pola Kemitraan dalam CSR
Konsep kemitraan merupakan terjemahan dari partnership atau bagian dari
tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungannya sesuai dengan konsep
manajemen berdasarkan sasaran atau partisipatif. Sesuai dengan konsep
manajemen

partisipatif,

perusahaan besar harus

juga bertanggungjawab

Universitas Sumatera Utara

mengembangkan usaha kecil dan masyarakat pelanggannya, karena pada akhirnya
hanya konsep kemitraan ini akan dapat menjamin eksistensi perusahaan besar,
terutama untuk jangka panjang. Dalam UU tentang Usaha Kecil, konsep
kemitraan dirumuskan dalam pasal 26 sebagai berikut:
1) Usaha menengah dan usaha besar melaksanakan hubungan kemitraan
dengan usaha kecil, baik yang memiliki maupun yang tidak memiliki
keterkaitan usaha.
2) Pelaksanaan hubungan kemitraan sebagaimana dimaksud, diupayakan
ke arah terwujudnya keterkaitan usaha.
3) Kemitraan

dilaksanakan

dengan

disertai

pembinaan

dan

pengembangan dalam salah satu atau lebih bidang produksi dan
pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia, dan
teknologi.
4) Dalam melaksanakan hubungan kedua belah pihak mempunyai
kedudukan hukum yang setara.
Pembinaan Corporate Social Responsibility untuk pengembangan usaha
mikro, kecil dan menengah telah menjadi salah satu pilihan strategis agar
memperkuat dan meningkatkan daya saing usaha mikro, kecil dan menengah.
Perusahaan-perusahaan

besar

perlu

bekerjasama

satu

sama

lain

agar

memanfaatkan peluang-peluang demi pertumbuhan dan kemakmuran masyarakat.
Corporate Social Responsibility salah satu solusi dalam pengembangan
kemitraan-kemitraan yang kuat dalam usaha mikro, kecil dan menengah (Saydam,
2006).

Universitas Sumatera Utara

Dalam proses implementasinya, kemitraan yang dijalankan tidak
selamanya ideal, karena dalam pelaksanaannya kemitraan yang dilakukan
didasarkan pada kepentingan pihak yang bermitra. Menurut Wibisono (2007),
kemitraan yang dilakukan antara perusahaan dengan pemerintah maupun
komunitas/ masyarakat dapat mengarah ketiga skenario, diantaranya:
1. Pola Kemitraan Kontra Produktif
Pola ini akan terjadi jika perusahaan masih berpijak pada pola
konvensional yang hanya mengutamakan kepentingan pemilik modal
(shareholders) yaitu mengejar keuntungan (profit) sebesar-besarnya.
Fokus perhatian perusahaan memang lebih tertumpu pada bagaimana
perusahaan bisa meraup kentungan secara maksimal, sementara
hubungan dengan pemerintah dan komunitas atau masyarakat hanya
sekedar pemanis belaka.
2. Pola Kemitraan Semi Produktif
Dalam skenario ini pemerintah dan komunitas atau masyarakat
dianggap sebagai obyek dan masalah di luar perusahaan. Perusahaan
tidak tahu program-program pemerintah, pemerintah juga tidak
memberikan iklim yang kondusif kepada dunia usaha dan masyarakat
yang bersifat pasif. Pola kemitraan ini masih mengacu pada
kepentingan jangka pendek dan belum atau tidak menimbulkan rasa
memiliki (sense of belonging) di pihak masyarakat dan low benefit
dipihak pemerintah. Kerjasama lebih mengedepankan aspek kariatif

Universitas Sumatera Utara

atau public relation dimana pemerintah dan komunitas atau
masyarakat masih lebih dianggap sebagai objek.
3. Pola Kemitraan Produktif
Pola kemitraan ini menempatkan mitra sebagai subjek dan dalam
paradigma kepentingan umum (common interest). Prinsip saling
menguntungkan (simbiosis mutualisme) sangat kental pada pola ini.
Perusahaan mempunyai kepedulian sosial dan lingkungan yang tinggi,
pemerintah memberikan iklim yang kondusif bagi dunia usaha dan
masyarakat memberikan support positif kepada perusahaan. Bahkan
bisa jadi mitra dilibatkan pada pola hubungan berbasis sumber daya
(resource-based partnership) dimana mitra diberi kesempatan menjadi
bagian dari shareholders.

2.4.2. Kemitraan CSR suatu Alternatif Penguatan UKM
Berbagai strategi dan program telah diupayakan dalam pemberdayaan
Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Peran dan dukungan masyarakat, perguruan
tinggi termasuk para pelaku bisnis danstakeholderslainnya juga sangatlah penting.
Keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh pemerintah perlu didukung oleh
sumberdaya yang lain termasuk oleh para pelaku bisnis itu sendiri serta kemauan
dari para pelaku bisnis untuk melakukan perbaikan. Jadi sinergitas didalam
pemberdayaan UKM menjadi kunci penentu dalam rangka membangun UKM
yang tangguh dan berdaya saing tinggi di masa depan (Dipta, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Dipta (2008) juga menyebutkan salah satu sinergitas yang telah banyak
dilakukan di luar negeri, adalah kerjasama atau kemitraan antara UKM dengan
usaha besar. Kemitraan yang ideal dilandasi adanya keterkaitan usaha, melalui
prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan.
Melalui pola kemitraan ini, diharapkan terjadinya alih teknologi dan manajemen
dari perusahaan besar kepada yang lebih kecil. Di samping itu, pola kemitraan
akan mendorong adanya peningkatan daya saing UKM. Kemitraan akan
membangun adanya kepastian pasokan produk, karena semuanya diatur dalam
kesepakatan dalam bentuk kontrak. Selain kemitraan yang didasarkan pada interrelasi atau keterkaitan usaha, di banyak negara juga dikembangkan program
kemitraan yang didorong karena kepedulian perusahaan besar untuk membina
perusahaan kecil, khususnya usaha mikro dan kecil.
CSR sebagai salah satu solusi kemitraan dapat memperkuat daya saing
UKM. Kemitraan antara UKM dengan perusahaan yang kuat akan mendorong
UKM menjadi kuat juga. Dalam kaitan ini, kepedulian perusahaan besar akan
memberi manfaat kepada kedua belah pihak, khususnya dalam rangka
pengurangan dampak gejolak sosial sebagai akibat adanya kecemburuan sosial.
Pengembangan program kemitraan dengan pola CSR ini dapat dilakukan dalam
berbagai pola, seperti community development, peningkatan kapasitas, promosi
produk, bahkan penguatan permodalan bagi usaha mikro dan kecil. Secara
spesifik menyebutkan bahwa CSR bisa diarahkan agar UKM bisa dibantu dalam
inovasi packaging, inovasi branding, inovasi produk, serta penampilan produk.
Selain hal-hal tersebut, bentuk program CSR lainnya yang juga bisa dilakukan

Universitas Sumatera Utara

adalah pengembangan lembaga layanan bisnis dan yayasan lain yang intinya
diarahkan untuk pengembangan UKM (Ali, 2007).

2.5. Penelitian Terdahulu
Parapat (2012), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh
Corporate Social Responsibility (CSR) TerhadapPertumbuhan Pendapatan Usaha
Kecil Dan Mikro (UKM) Binaan P.T.Telekomunikasi Indonesia Tbk. CDC Area
Medan. Hasil penelitianParapat (2012) menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan
pemilik UKM,jangkauan pemasaran hasil produksi UKM, pembinaan melalui
kegiatanpelatihan (training) dan seminar, serta pemberian pinjaman dari
TelkomCDC Area Medan kepada UKM binaannya berpengaruh positif
dansignifikan terhadap peningkatan pendapatan UKM. Namun kegiatanpameran
yang dilakukan atau disponsori Telkom CDC Area Medankepada UKM
binaannya serta jumlah tenaga kerja yang dipekerjakanUKM berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap peningkatanpendapatan UKM, selain itu walaupun
harga jual produksi UKMberpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan
UKM namun tidaksignifikan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan
UKM.
Indrakusumah (2012), dalam penelitiannya yang berjudul “Dampak
Program Kemitraan Terhadap Perkembangan UKM Mitra Binaan PT. Semen
Padang Di Kota Padang” menyimpulkan bahwa program kemitraan PT. Semen
Padang memberikan dampak positif terhadap perkembangan usaha mitraannya
melalui pemberian bantuan modal oleh PT. Semen Padang sehingga

Universitas Sumatera Utara

meningkatkan keuntungan yang diperoleh oleh mitra binaan. Namun terdapat
kendala seperti aspek manajemen terhadap usaha yang kurang baik, perluasan
pemasaran hasil usaha yang tidak bertambah, tidak adanya pengembangan tekhnik
produksi, serta kurangnya kemauan dan motivasi dari mitra binaan untuk
memajukan dan mengembangkan usahanya. Sehingga menyebabkan mitra binaan
kurang berhasil dalam mengembangkan usahanya.
Fitriyah(2013), dalam penelitiannya yang berjudul “Peran Program
Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT. Pertamina (Persero) Medan Dalam
Pengembangan Usaha Kecil Dan Menengah (Studi Pada Mitra Binaan PKBL PT.
Pertamina (Persero) Medan)”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa bantuan
permodalan, penyediaan aset berperan positif dalam pengembangan UKM yang
diberikan oleh mitra binaan PKBL PT. Pertamina (Persero) Medan. Terkhusus
bahwa dengan adanya bantuan ini dapat menciptakan lapangan pekerjaaan baru
bagi masyarakat sekitarnya.
Mulyani

(2011),

“ImplementasiProgram

dalam

Corporate

penelitiannya

Social

Responsibility

yang
(CSR)

berjudul
Dalam

Pemberdayaan UKM Pada Bank Mandiri”. Hasil penelitian Mulyani (2011)
menyimpulkanbahwa Program CSR Bank Mandiri telah dilaksanakan dan
dijalankandengan baik sesuai dengan Peraturan Menteri dan dokumendokumenterkait

yang

ada.

Adapun

kelemahan

Bank

Mandiri

dalam

menjalankanProgram CSR yaitu kurangnya SDM yang ada dalam hal jumlah
stafPKBL, dan adanya tingkat kemacetan pengembalian pinjaman yang
masihsangat tinggi.

Universitas Sumatera Utara

2.6. Kerangka Konseptual

Pendapatan
usaha
Usaha
Dagang
Tenaga
Kerja

Pendapatan
usaha sebelum
mitra binaan

T-test

Pendapatan
usaha sesudah
mitra binaan
Tenaga kerja
sebelum mitra
binaan

T-test

Tenaga kerja
sesudah mitra
binaan

Pendapatan
usaha
Pelaku
UKM mitra
binaan
PTPN III

Usaha
Jasa

Tenaga
Kerja

Pendapatan
usaha
Usaha
Manufaktur

Pendapatan
usaha sebelum
mitra binaan

T-test

Pendapatan
usaha sesudah
mitra binaan
Tenaga kerja
sebelum mitra
binaan

T-test

Tenaga kerja
sesudah mitra
binaan
Pendapatan
usaha sebelum
mitra binaan
T-test
Pendapatan
usaha sesudah
mitra binaan
Tenaga kerja
sebelum mitra
binaan

Universitas Sumatera Utara

Tenaga
Kerja

T-test
Tenaga kerja
sesudah mitra
binaan

Pelaku UKM mitra
binaan PTPN III

Usaha
Manufaktur

Usaha
Jasa

Usaha
Dagang

Sebelum
menjadi mitra
binaan PTPN III

Sesudah
menjadi mitra
binaan PTPN III

Pola Pemasaran UKM
4P (Product, Price, Place, Promotion)
Berpengaruh / Tidak Berpengaruh

Gambar 2.6.1. Kerangka Konseptual

Universitas Sumatera Utara

2.7. Hipotesis Penelitian
Dilihat dari kerangka pemikiran pada penelitian ini, maka hipotesis
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Ada perbedaan yang signifikan terhadap jumlah pendapatan usaha sebelum
dan sesudah menjadi mitra binaan PTPN III Kota Medan.
2. Ada perbedaan yang signifikan terhadap penyerapan jumlah tenaga kerja oleh
UKM sebelum dan sesudah menjadi mitra binaan PTPN III Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Dalam Pemberdayaan UMKM Kabupaten Asahan (Studi pada program kemitraan PT. Perkebunan Nusantara IIIDistrik Asahan)

10 119 140

Kajian Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II Dalam Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan

2 47 121

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (Csr) Pt. Perkebunan Nusantara Iiidalam Pemberdayaan Umkm Kabupaten Asahan (Studi Pada Program Kemitraan Pt. Perkebunan Nusantara Iiidistrik Asahan)

4 63 140

Peranan Corporate Social Responsibility (CSR) PT Astra Auto 2000 Cabang Amplas Dalam Pengembangan UKM di Medan

2 78 90

Pengaruh Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Terhadap Pengembangan UKM di Kota Medan

1 8 87

Pengaruh Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Terhadap Pengembangan UKM di Kota Medan

0 0 12

Pengaruh Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Terhadap Pengembangan UKM di Kota Medan

0 0 2

Pengaruh Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Terhadap Pengembangan UKM di Kota Medan

0 1 6

Pengaruh Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Terhadap Pengembangan UKM di Kota Medan

1 1 2

Pengaruh Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Terhadap Pengembangan UKM di Kota Medan

0 0 14