Implementasi Kebijakan UU No 5 2014 Tentang Rekrutmen Aparatur Sipil Negara di Kota Medan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Instansi

pemerintah secara berkala menyelenggarakan

rekrutmen dan

seleksi pegawai agar pelayanan kepada publik tidak terhambat. Selanjutnya
diselenggarakannya rekrutmen mengemban keinginan-keinginan tertentu agar
organisasi tetap eksis seperti yang disampaikan Siagian (1994:100-102) ”untuk
mendapatkan persediaan sebanyak mungkin calon-calon pelamar sehingga organisasi
akan mempunyai kesempatan lebih besar untuk melakukan pilihan terhadap calon
pegawai yang dianggap memenuhi standar kualifikasi organisasi”.
Menurut Riggs (dalam Sulardi, 2005). Keberhasilan proses rekrutmen
pegawai dapat mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan fungsi-fungsi dan
aktivitas manajemen yang lain. Fungsi-fungsi tersebut meliputi fungsi penempatan,
fungsi pengembangan dan fungsi adaptasi. Sedangkan aktivitas-aktivitas yang
mengikuti rekrutmen adalah seleksi, orientasi, dan promosi. Dalam melaksanakan

tugas pemerintahan dan pembangunan yang amat kompleks, mutlak diperlukan
pegawai (sumber daya aparatur) yang handal dan profesional. Langkah strategis
untuk mewujudkan hal tersebut, adalah dengan menyelenggarakan rekrutmen dan
seleksi atas dasar sistem prestasi (merit system) untuk memilih orang yang terbaik
diantara yang terbaik (the best among the best).

1
Universitas Sumatera Utara

Dalam pelaksanaannya mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai luhur
yang universal untuk mewujudkan kehidupan yang berdaulat, mandiri, berkeadilan,
sejahtera, maju, dan kukuh kekuatan moral dan etikanya". Instansi pemerintah secara
berkala menyelenggarakan rekrutmen dan seleksi pegawai agar pelayanan kepada
publik tidak terhambat. Selanjutnya diselenggarakannya rekrutmen mengemban
keinginan-keinginan publik yang baik. Untuk mendukung tujuan ini diperlukan suatu
sistem rekrutmen dan seleksi CPNS yang baik dan tepat sebagai suatu proses
berkelanjutan dari manajemen sumber daya manusia aparatur.
Menurut Effendi, setidaknya ada tiga isu strategis yang berkaitan dengan
rekrutmen dan seleksi pegawai di lingkungan birokrasi pemerintah. Pertama,
perencanaan dan penetapan formasi PNS sering tidak sesuai dengan kebutuhan

masing-masing instansi. Kedua, adanya perbedaan standar kelulusan dan kriteria
penerimaan dalam proses seleksi CPNS. Ketiga, adanya kepentingan untuk selalu
meningkatkan jumlah PNS setiap tahunnya Penyelenggaraan rekrutmen pegawai
masih belum terbebas dari berbagai permasalahan yang hingga kini masih belum
terselesaikan. Dalam prakteknya permasalahan rekrutmen dan seleksi CPNS seolah
tak pernah usai padahal berbagai perbaikan telah dilakukan. Walaupun pelaksanaan
rekrutmen dan seleksi CPNS dilakukan dari tahun ke tahun, tetap saja dinilai tidak
memuaskan berbagai pihak.
Dalam pelaksanaan rekrutmen, meskipun sebagian besar instansi pusat dan
daerah telah menggunakan teknologi informasi seperti menginformasikan penerimaan
CPNS dan mengumumkan hasil seleksi melalui internet, namun kejelasan

2
Universitas Sumatera Utara

informasinya masih kurang. Pencantuman informasi lowongan masih hanya sebatas
nama formasi dan kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan, tanpa mencantumkan
uraian singkat mengenai pekerjaan yang akan diisi , termasuk kondisi kerja dan resiko
pekerjaan, agar calon pelamar benar-benar mengerti kompetensi seperti apa yang
diperlukan dan butuh untuk mereka siapkan. Pelaksanan ujian seleksi juga masih

menggunakan sistem manual yang beresiko tinggi seperti kebocoran soal dan
kecurangan dalam pengoreksian jawaban, serta cenderung merupakan proses yang
berbiaya tinggi. Demikian pula dalam penentuan calon-calon yang lolos tes seleksi,
masih didapat instansi (terutama instansi daerah) yang keputusannya dipolitisasi,
meskipun sudah bekerja sama dengan perguruan tinggi sebagai lembaga independen
dalam melaksanakan ujian dan pengoreksian hasilnya.
Dalam pelaksanaan rekrutmen Aparatur Sipil Negara diharapkan dapat lebih
transparan, lebih profesionalisme, adil, dan mengutamakan kualitas tanpa adanya
kolusi dan nepotisme dari orang dalam yang dilakukan sesuai dengan peraturan
perundangan maupun peraturan pemerintah yang berlaku.
Berdasarkan pada uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti
dengan judul adalah :
“Implementasi Kebijakan UU No 5/2014 Tentang Rekrutmen Aparatur
Sipil Negara di Kota Medan’’
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkanuraiandiatasmakapenulisdalam
melakukanpenelitianinimerumuskan masalah sebagai berikut :

3
Universitas Sumatera Utara


“Bagaimana Implementasi Kebijakan UU No 5/2014 Tentang Rekrutmen
Aparatur Sipil Negara di Kota Medan’’.
1.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai tujuan yang hendak
dicapai dalam proses penyelenggaraanya. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menganalisis implementasi kebijakan UU No 5/2014 tentang
rekrutmen aparatur sipil negara di kota Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diambil daripenelitianiniadalah:
1. Manfaat secara ilmiah
Untuk menambah pengetahuan daninformasi serta bahan referensi untuk
penelitian berikutnya.
2. Manfaat secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan kontribusi
terhadap pemecahan permasalahan yang ada.
3. Manfaatsecaraakademis
Sebagai tahap dalam mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah dan
sebagai syarat dalam menyelesaikan pendidikan Strata Satu Departemen Ilmu
Administrasi Negara.

1.5 Implementasi Kebijakan Publik
Anderson (1979:3) mendefinisikan kebijakan public sebagai kebijakan

4
Universitas Sumatera Utara

yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah.Walaupun disadari bahwa
kebijakan publik dapat dipengaruhi oleh para aktor dan factor pemerintah dari luar
pemerintah. Kebijakan public dipahami sebagai pilihan kebijakan yang dibuat oleh
pejabat atau badan pemerintah dalam bidang tertentu,misalnya bidang pendidikan,
politik, ekonomi, pertanian, industri, pertahanan ,dan sebagainya.
Menurut Dye (1981:1) Kebijakan publik adalah apapun pilihan pemerintah
untuk melakukan atau tidak melakukan. Definisi kebijakan publik dari Dye tersebut
mengandung makna bahwa (1) kebijakan public tersebut dibuat oleh badan
pemerintah, bukan organisasi swasta (2) kebijakan publik menyangkut pilihan yang
harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh badan pemerintah.
1.5.1 Pendekatan dalam Studi Kebijakan Publik
Menurut Hughes (1994: 145) Dalam studi kebijakan publik terdapat dua
pendekatan, yakni : pertama dikenal dengan istilah analisis kebijakan, dan kedua
kebijakan publik politik. Pada pendekatan pertama, studi analisis kebijakan lebih

terfokus pada pembuatan keputusan dan penetapan kebijakan dengan menggunakan
model-model statistik dan matematika yang canggih. Sedangkan pada pendekatan
kedua, lebih menekankan pada hasil dan outcome dari kebijakan public dari pada
penggunaan metode statistik,dengan melihat interaksipolitik sebagai factor penentu,
dalam berbagai bidang, seperti kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan
lingkungan.
Pada pendekatan pertama, pendekatan kuantitatif digunakan dalam
pembuatan

keputusan.

Dengan

demikian,

keputusan

yang

diambilbenar-


5
Universitas Sumatera Utara

benarrasionalmenurut pertimbangan untung rugi. Keputusan yang diambil adalah
keputusan yang memberikan manfaat bersih paling optimal.
1.5.2 Proses Kebijakan Publik
Menurut Dunn (2003:89) Proses analisis kebijakan public serangkaian
aktivitas intelektual yang dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat politis.
Aktivitas politis tersebut Nampak dalam serangkaian kegiatan yang mencakup
penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi
kebijakan, dan penilaian kebijakan.
Dalam penyusunan agenda kebijakan ada tiga kegiatan yang perlu di
lakukan yakni;
1) Membangun persepsi dikalangan stakeholders bahwa sebuah fenomena benarbenar dianggap sebagai masalah. Sebab bisa jadi suatu gejala oleh
sekelompok masyarakat tertentu dianggap masalah, tetapi oleh sebagian
masyarakat yang lain atau elite politik bukan dianggap.
2) Membuat batasan masalah
3) Memobilisasi


dukungan

agarmasalahtersebutdapatmasukdalam

agendapemerintah.Memobilisasidukunganini dapat dilakukan dengan cara
mengorganisir kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat, dan
kekuatan-kekuatan politik, publikasimelalui media massa dan sebagainya.
Pada tahap formulasi dan legimitasi kebijakan, analisis kebijakan perlu
mengumpulkan dan menganalisis informasi yang berhubungan dengan masalah yang
bersangkutan, kemudian berusaha mengembangkan alternatif-alternatif kebijakan,

6
Universitas Sumatera Utara

membangun dukungan dan melakukan negoisasi,s ehingga sampai pada sebuah
kebijakan yang dipilih.
Tahap selanjutnya adalah implementasi kebijakan.Pada tahap ini perlu
dukungan sumberdaya, dan penyusunan organisasi pelaksana kebijakan. Dalam
proses implementasi sering ada mekanisme insentif dan sanksi agar implementasi
suatu kebijakan berjalan dengan baik.

Daritindakankebijakanakandihasilkan kinerja dan dampak kebijakan, dan
proses selanjutnya adalah evaluasi terhadap implementasi, kinerja, dan dampak
kebijakan.Hasil evaluasi ini bermanfaat bagi penentuan kebijakan baru di masa
yang akan datang, agar kebijakan yang akan datang lebih baik dan lebih berhasil.
Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan
atau penerapan. Artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah yang telah
dirancang atau didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya.
Implementasi kebijakan adalah tahap pembuatan keputusan diantara
pembentukan sebuah kebijakan seperti halnya pasal-pasal sebuah undang-undang
legislatif, pengeluaran sebuah peraturan eksekutif, pelolosan keputusan pengadilan,
atau keluarnya standar peraturan dan konsekuensi dari kebijakan bagi masyarakat
yang mempengaruhi beberapa aspek kehidupannya.Jika kebijakan diambil secara
tepat,maka kemungkinan kegagalan pun masih bisa terjadi, jika proses
implementasi tidak tepat.
Van Meter dan Van Horn (dalam Budi Winarno 2005:102) mendefinisikan
implementasi kebijakan public sebagai tindakan-tindakan

yang dilakukan

7

Universitas Sumatera Utara

olehorganisasi public yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan dalam keputusan- keputusan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini
mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakantindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka
melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil
yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan.
1.5.3 Model-model Implementasi Kebijakan


Model impelentasi dari George Edwards III
Dalam pandangan Edwards III, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh

empat variabel, yakni (Subarsono,2005:90) :
1. Komunikasi
Secara umum edwards membahas tiga hal penting dalam proses
komunikasi kebijakan, yakni:
a. Transmisi
Sebelum pejabat dapat mengimplementasikan suatu keputusan, ia
harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan suatu perintah untuk

pelaksananya telah dikeluarkan. Hal ini tidak selalu merupakan proses yang
langsung sebagaimana tampaknya. Banyak sekali ditemukana keputusankeputusan diabaikan atau seringkali terjadi kesalahpahaman terhadap
keputusan yang dikeluarkan. Ada beberapa hambatan yang timbul dalam
mentransmisikan perintah-perintah implementasi. Pertama, pertentangan
pendapat pelaksana dengan pemerintah yang dikeluarkan oleh pengambil

8
Universitas Sumatera Utara

kebijakan. Hal ini terjadi karena para pelaksana menggunakan keleluasaannya
yang tidak dapat mereka elakkan dalam melaksanakan keputusan-keputusan
dan perintah-perintah umum. Kedua, informasi melewati berlapis-lapis
hirarki. Ketiga, persepsi yang efektif dan ketidakmauan para pelaksana untuk
mengetahui persyaratan-persyaratan suatu kebijakan.
b. Konsistensi
Jika

implementasi

ingin

berlangsung

efektif,

maka

perintah

pelaksanaan harus konsisten dan jelas. Walaupun perintah tersebut
mempunyai unsur kejelasan, tetapi bila perintah tersebut bertentangan maka
perintah akan memudahkan para pelaksana kebijakn menjalankan tugasnya
dengan baik.
c. Kejelasan
Edwards mengidentifikasikan enam faktor terjadinya ketidakjelasan
komunikasi kebijakan. Faktor-faktor tersebut adalah kompleksitas kebijakan,
keinginan

untuk

tidak

menganggu

kelompok-kelompok

masyarakat,

kurangnya konsensus mengenai tujuan kebijakan, masalah-masalah dalam
memulai suatu kebijakan baru, menghindari pertanggungjawaban kebijakan,
dan sifat pembuatan kebijakan pengadilan.
2. Sumber Daya
Sumber daya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif,
tanpa sumber daya, kebijakan hanya tinggal dikertas menjadi dokumen saja. Sumber

9
Universitas Sumatera Utara

daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, yakni kompetensi implementor,
informasi, fasilitas dan sumber daya finansial.
3. Disposisi (kecendrungan atau tingkah laku)
Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor,
seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila implementor memiliki
disposisi dengan baik, maka dia akan dapat menjalankan kabijakan dengan baik
seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memilki
sifat atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses
implementasi kebijakan juga menjadi efektif.
4. Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi yang mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang
penting dari organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (standard
operting procedures atau SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementasi
dalam bertindak.
Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan
pengawasaan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan
kompleks, ini pada gilirannya menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel.

10
Universitas Sumatera Utara

Gambar 1.1: Gambar Teori George Edward
1.5.4 Sumber Daya Aparatur
1.5.4.1 Sumber Daya Manusia
Sumber

Daya Manusia (SDM) merupakan modal dasar dalam proses

pembangunan nasional, oleh karena itu maka kualitas SDM senantiasa harus
dikembangkan dan diarahkan supaya tercapai tujuan yang diharapkan. Hal ini
bertujuan agar organisasi dapat mengelola sumber daya manusia yang baik,
sehingga diperoleh tenaga kerja yang benar-benar diandalkan dalam mencapai
sasaran.Selain itu aktivitas manajemen sumberday amanusia dapat dilihat dari dua
aspek yaitu,aspek kualitas dan aspek kuantitas. Aspek kualitas mencakup sumber
daya manusia baik secara fisik maupun non fisik dan juga meliputi kecerdasan

11
Universitas Sumatera Utara

mental dalam pelaksanaan pembangunan.Sedangkan aspek kuantitas mencakup
jumlah sumber daya manusia yang tersedia.
Sumber Daya Manusia yang besar hanya akan berguna dan bermanfaat
bilamana mereka benar-benar dapat mengabdikan dirinya dan berkarya besar untuk
mengisi perjuangan kemerdekaan dengan pembangunan.
1.5.4.2 Pengertian Sumber Daya Aparatur
Secara umum aparatur dapat diartikan sebagai alat “negara” namun ada juga
yang beranggapan bahwa aparatur diartikan sebagai “pegawai negeri” yang
mengandung pengertian sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Nomor 5
tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara pada pasal 1 ayat 2 berbunyi :
Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN
adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang
diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan
pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
Pengertian sumberdaya aparatur menurut Badudu dan Sutan dalam kamus
umum Bahasa Indonesia, adalah terdiri dari kata sumber yaitu, tempat asal dari
mana sesuatu datang, daya yaitu usaha untuk meningkatkan kemampuan,sedangkan
aparatur yaitu pegawai yang bekerja dipemerintahan .Jadi,sumber daya aparatur
adalah kemampuan yang dimiliki oleh pegawai untuk melakukan sesuatu (Badudu
dan Sutan, 1996).

12
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan pendapat di atas, bahwa sumber daya aparatur merupakan
sesuatu yang dimiliki seorang pegawai yang berkemampuan untuk melakukan
pekerjaan yang telah dibebankan kepadanya. Sumber daya aparatur merupakan
faktor penting untuk meningkatkan kinerja suatu pemerintahan .Untuk itu sumber
daya aparatur perlu dikelola melalui pemberian pendidikan dan pelatihan yang
diterapkan oleh pemerintah, untuk mengembangkan sumber daya
1.5.4.3 Proses Pengadaan Sumber Daya Aparatur Pemerintahan Kota.
Menurut Wursanto (1989) Landasan hukum pengadaan Pegawai Negeri
Sipil adalah pasal 16 UU no 8 Tahun 1974`tentang pengadaan PNS. Pasal 1 ayat 1
Peraturan pemerintahan no 6 tahun 1976 antara lain merumuskan pengertian
pengadaan Pegawai Negeri Sipil sebagai proses kegiatan untuk mengisi formasi
yang lowong. Kegiatan tersebut meliputi :
a) Perencanaan
Dalam perencanaan ditentukan yang harus dipenuhi , kapan
pengadaan Pegawai Negeri Sipil itu diadakan dan siapa yang diberi tugas
dalam pengadaan pegawai itu .
b) Pengumuman lowongan kerja ,antara lain mencatumkan :


Jumlah dan jenis lowongan



Syarat – syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar



Alamat tempat lamaran di tujukan



Batas waktu pengajuan surat lamaran
13
Universitas Sumatera Utara



Lain-lain hal yang dipandang perlu

c) Seleksi administratif
Setiap lamaran yang masuk harus diseleksi, apakah lamaran itu
memenuhi syarat/persyaratan yang telah diterapkan.
d) Pemanggilan pelamar
Pelamar yang memenuhi syarat (lulus dari seleksi administratif)
dipanggil. Dalam surat panggilannya hendaknya ditentukan kapan, dimana,
dan kepada siapa pelamar harus melaporkan diri, dan ketentuan-ketentuan
yang lain dianggap perlu.
e) Ujian
Ujian dapat dilakukan secara tertulis dan secara lisan tergantung pada
tujuan dan jumlah pelamar. Untuk menjamin objektivitas dan kecepatan
dalam pelaksanaan, ujian di selenggarakan secara tertulis, sehingga dapat
diikuti oleh lebih banyak pelamar secara serentak.
f) Pengumuman hasil ujian
Nama peserta ujian yang dinyatakan lulus disusun oleh panitian ujian
dalam suata daftar berdasarkan nomor urut lulus. Kemudian pejabat yang
akan di terima berdasarkan nomor urut lulus .
g) Pengangkatan
Ada empat segi yang perlu di perlihatkan dalam pengangkatan yaitu :

14
Universitas Sumatera Utara









Pengangkatan sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil
Penghasilan
Masa percobaan
Masa Pengangkatan sebagai Pegawai Negeri Sipil.

1.5.4.4 Rekrutmen Aparatur Sipil Negara menurut UU no 5/2014.
Rekrutmenmerupakanserangkaianaktivitasuntukmencaridanmemikatpelama
r kerja dengan motivasi, kemampuan, keahlian, dan pengetahuan yang di perlukan
guna menutupi kekurangan yang diidentifikasi dalam perencanaan kepegawaian
.Rekrutmen dapat juga dilakukan untuk menambah pegawai baru kedalam suatu
satuan kerja yang kegiatannya semakin menuntut aktivitas yang tinggi .Mengingat
sangat pentingnya proses rekrutmen/penarikan bagi organisasi Pemerintahan
diharapkan dengan adanya proses rekrutmen yang baik dan efektif berdampak bagi
perkembangan organisasi kedepannya untuk memperoleh sumberdaya manusia
yang berkuliatas.
Pada dasarnya Pegawai Negeri Sipil(PNS)/Aparatur Sipil Negara dinegara
manapun mempunyai tiga peran yang serupa .Pertama,sebagai pelaksana peraturan
dan perundangan yang telah ditetapkan pemerintah. Untuk mengemban tugas ini,
netralitas PNS/ASN sangat diperlukan .Kedua,melakukan fungsi manajemen
pelayanan public .Ukuran yang dipakai untuk mengevaluasi peran ini adalah
seberapa jauh masyarakat puas atas pelayanan yang diberikan PNS/ASN. Apabila
tujuan

utama

otonomi

daerah

adalah

mendekatkan

pelayanan

kepada

masyarakat,sehingga desentralisasi dan otonomi terpusat pada pemerintah

15
Universitas Sumatera Utara

kabupaten dan pemerintah kota,maka PNS/ASNp ada daerah-daerah tersebut
mengerti benar keinginan dan harapan masyarakat setempat. Ketiga, PNS harus
mampu mengelola pemerintahan. Artinya pelayanan pada pemerintah merupakan
fungsi utama PNS. Setiap kebijakan yang diambil pemerintah harus dapat
dimengerti dan dipahami oleh setiap PNS sehingga dapat dilaksanakan dan
disosialisasikan sesuai dengan tujuan kebijakan tersebut.Dalam hubungan ini maka
manajemen dan administrasi PNS harus dilakukan secara terpusat, meskipun
fungsi- fungsi pemerintahan lain telah diserahkan kepada pemerintah kota
dan pemerintah kabupaten dalam rangka otonomi daerah yang diberlakukan
saat ini.
Menurut

Undang – Undang no 5/2014 tentang Aparatur Sipil Negara

Paragraf 2 Pengadaan dan rekrutmen

Pasal 58 (1) Pengadaan PNS merupakan

kegiatan untuk mengisi kebutuhan Jabatan Administrasi dan/atau Jabatan
Fungsional dalam suatu Instansi Pemerintah. (2) Pengadaan PNS di Instansi
Pemerintah dilakukan berdasarkan penetapan kebutuhan yang ditetapkan oleh
Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (3). Pengadaan PNS
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui tahapan perencanaan,
pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi, pengumuman hasil seleksi, masa
percobaan, dan pengangkatan menjadi PNS. Pasal 59 Setiap Instansi Pemerintah
merencanakan pelaksanaan pengadaan PNS. Pasal 60Setiap Instansi Pemerintah
mengumumkan secara terbuka kepada masyarakat adanya kebutuhan jabatan untuk
diisi dari calon PNS.

Pasal 61 Setiap warga negara Indonesia mempunyai

kesempatan yang sama untuk melamar menjadi PNS setelah memenuhi
16
Universitas Sumatera Utara

persyaratan. Pasal 62(1) Penyelenggaraan seleksi pengadaan PNS oleh Instansi
Pemerintah melalui penilaian secara objektif berdasarkan kompetensi, kualifikasi,
dan persyaratan lain yang dibutuhkan oleh jabatan. (2) Penyelenggaraan seleksi
pengadaan PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari 3 (tiga) tahap,
meliputi seleksi administrasi, seleksi kompetensi dasar, dan seleksi kompetensi
bidang. Pasal 63 (1) Peserta yang lolos seleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
62 diangkat menjadi calon PNS. (2) Pengangkatan calon PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan Pejabat Pembina
Kepegawaian. (3) Calon PNS wajib menjalani masa percobaan.
Masa percobaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan melalui
proses pendidikan dan pelatihan terintegrasi untuk membangun integritas moral,
kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter
kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat profesionalisme
serta kompetensi bidang. Pasal 64 (1) Masa percobaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 63 ayat (3) bagi calon PNS dilaksanakan selama 1 (satu) tahun. (2)
Instansi Pemerintah wajib memberikan pendidikan dan pelatihan kepada calon PNS
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selama masa percobaan. Pasal 65 (1) Calon
PNS yang diangkat menjadi PNS harus memenuhi persyaratan: a. lulus pendidikan
dan pelatihan; dan b. sehat jasmani dan rohani. (2) Calon PNS yang telah
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat menjadi PNS
oleh

Pejabat

Pembina

Kepegawaian

sesuai

dengan

ketentuan

peraturan

perundangundangan. (3) Calon PNS yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diberhentikan sebagai calon PNS. Pasal 66(1) Setiap calon
17
Universitas Sumatera Utara

PNS pada saat diangkat menjadi PNS wajib mengucapkan sumpah/janji. (2)
Sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbunyi sebagai berikut: "Demi
Allah/Atas Nama Tuhan Yang Maha Esa, saya bersumpah/berjanji: bahwa saya,
untuk diangkat menjadi pegawai negeri sipil, akan setia dan taat sepenuhnya
kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
negara, dan pemerintah; bahwa saya, akan mentaati segala peraturan perundangundangan yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan
kepada saya dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab; bahwa
saya, akan senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan
martabat pegawai negeri sipil, serta akan senantiasa mengutamakan kepentingan
negara daripada kepentingan saya sendiri, seseorang atau golongan; bahwa saya,
akan memegang rahasia sesuatu yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus
saya rahasiakan; bahwa saya, akan bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan
bersemangat untuk kepentingan negara". Pasal 67 Ketentuan lebih lanjut mengenai
pengadaan PNS dan tata cara sumpah/janji PNS sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 58 sampai dengan Pasal 66 diatur dengan Peraturan Pemerintah.Pasal 68(1)
PNS diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu pada Instansi Pemerintah. (2)
Pengangkatan PNS dalam jabatan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditentukan berdasarkan perbandingan objektif antara kompetensi, kualifikasi, dan
persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan dengan kompetensi, kualifikasi, dan
persyaratan yang dimiliki oleh pegawai. (3) Setiap jabatan tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikelompokkan dalam klasifikasi jabatan PNS yang
menunjukkan kesamaan karakteristik, mekanisme, dan pola kerja. (4) PNS dapat
18
Universitas Sumatera Utara

berpindah antar dan antara Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrasi, dan
Jabatan Fungsional di Instansi Pusat dan Instansi Daerah berdasarkan kualifikasi,
kompetensi, dan penilaian kinerja. (5) PNS dapat diangkat dalam jabatan tertentu
pada lingkungan instansi Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia. (6) PNS yang diangkat dalam jabatan tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (5), pangkat atau jabatan disesuaikan dengan pangkat dan
jabatan di lingkungan instansi Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pangkat, tata cara
pengangkatan PNS dalam jabatan, kompetensi jabatan, klasifikasi jabatan, dan tata
cara perpindahan antar Jabatan Administrasi dan Jabatan Fungsional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
1.6 Definisi Konsep
Konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk menjabarkan
secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat
perhatian ilmu sosial. Melalui konsep, dapat menyederhanakan pemikirannya
dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian yang berkaitan satu
dengan yang lainnya.
Implementasi kebijakan UU No 5/2014 merupakan tahapan yang sangat
penting dalam keseluruhan struktur kebijakan . Tahap ini menentukan apakah
kebijakan yang di tempuh oleh pemerintah benar-benar aplikabel di lapangan dan
berhasil menghasilkan output dan outcomes yang ditetapkan maka kebijakan publik
perlu di implementasikan dalam pandangan George C Edwards III Menjelaskan
19
Universitas Sumatera Utara

bahwasannya implementasi kebijakannya di pengaruhi oleh empat faktor,yaitu :


Komunikasi

:

implementasi akan berjalan efektif apabila ukuran –

ukuran dan tujuan – tujuan kebijakan dipahami oleh individu

yang

bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan kebijakan.


Sumber Daya

:

konsisten

impelemtasi

program

dan

bagaimana

akuratnyakomunikasi dikirim, jika personal yang bertanggung jaawab untuk
melaksanakan program kekurangan sumber daya dalam melakukan tugasnya.


Disposisi

:

efektifitas

implementasi

kebijakan

adalah

sikap

implementor, jika implementor setuju dengan bagian – bagian isi dari
kebijakan maka mereka akan melaksanakan dengan bagian – bagian isi dari
kebijakan maka mereka akan melaksanakan dengan senang hati tetapi jika
pandangan mereka berbeda dengan pembuatan kebijakan maka proses
implementasi akan mengalami banyak masalah .


Struktur Birokrasi : membahan badan pelaksanaan suatu kebijakan, tidak
dapat

dilepaskan

dari

struktur

birokrasi.

Struktur

birokrasi

adalah

karakteristik, norma – norma, dan pola hubungan yang terjadi berulang ulang
dalam badan – badan eksekutif yang mempunyai hubungan baik potensial
maupun nyata dengan apa mereka miliki dalam menjalani kebijakan.

20
Universitas Sumatera Utara