SISTEM INFORMASI ANALISIS KREDIT MK. SIS (1)

SISTEM INFORMASI ANALISIS KREDIT
MK. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

KELOMPOK 6 (SEMESTER 6 / KEUANGAN 1)
QUEENSY PIYOH
REGINA RUNTUKAHU
SAWELO CHRISTIAN

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS NEGERI MANADO

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini membahas tentang
Sistem Informasi Analisis Kredit. Selain sebagai tugas, makalah yang kami buat ini
bertujuan memberi informasi kepada para pembaca tentang sistem informasi manajemen
lebih khususnya Sistem Informasi Analisis Kredit.
Dengan demikian tidak akan tertinggal informasi mengenai sistem informasi
manajemen ini. Dalam kesempatan ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih
banyak kepada pihak-pihak yang telah membantu.

Menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan.
Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan agar ke
depannya kami mampu menjadi lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca.

Tondano,

Maret 2016

Tim Penyusun

1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1.

Latar Belakang......................................................................................................1


1.2.

Rumusan Masalah.................................................................................................2

1.3.

Tujuan...................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1.

Pengertian Sistem Informasi Analisis Kredit........................................................3

2.1.1.

Sistem Informasi............................................................................................3

2.1.2.


Analisis Kredit...............................................................................................7

2.2.

Tujuan dan Manfaat Sistem Informasi Analisis Kredit.........................................9

2.2.1.

Tujuan Sistem Informasi Analisis Kredit.......................................................9

2.2.2.

Manfaat Sistem Informasi Analisis Kredit....................................................9

2.3.

Proses Sistem Informasi Analisis Kredit...............................................................9

2.4.


Contoh Kasus......................................................................................................22

Contoh 1 :.......................................................................................................................22
BAB III PENUTUP...........................................................................................................27
3.1.

Kesimpulan.........................................................................................................27

3.2.

Saran....................................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................28

2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Informasi merupakan fakta, kejadian, statistik atau bentuk data lainnya yang

dapat dipahami dan mempunyai arti, bernilai atau bermanfaat bagi seseorang
untuk keperluan/pekerjaan tertentu.
Informasi yang cepat, tepat dan akurat merupakan modal utama bagi suatu
perusahaan atau informasi dalam menentukan langkah-langkah guna peningkatan
dan pengembangan perusahaan itu sendiri dimasa yang akan datang.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah sistem perencanaan bagian dari
pengendalian internal suatu bisnis yang meliputi pemanfaatan manusia, dokumen,
teknologi dan prosedur oleh akuntansi manajemen untuk memecahkan masalah
bisnis seperti biaya produk layanan atau suatu strategi bisnis.
Sistem informasi manajemen yang baik adalah Sistem informasi manajemen
yang mampu menyeimbangkan biaya dan manfaat yang akan diperoleh artinya
SIM akan menghemat biaya, meningkatkan pendapatan serta tak terukur yang
muncul dari informasi yang sangat bermanfaat.
Organisasi harus menyadari apabila mereka cukup realistis dalam keinginan
mereka, cermat dalam merancang dan menerapkan SIM agar sesuai keinginan
serta wajar dalam menentukan batas biaya dari titik manfaat yang akan diperoleh,
maka SIM yang dihasilkan akan memberikan keuntungan dan uang.
Di dalam sebuah sistem informasi manajemen komputer bukan prasyarat
mutlak secara teoritis, namun dalam praktek sistem informasi manajemen yang
baik tidak akan ada tanpa bantuan kemampuan pemrosesan komputer.

Sistem informasi manajemen digunakan untuk menganalisa sistem informasi lain
yang diterapkan pada aktivitas operasional organisasi.
SIM merupakan kumpulan dari sistem informasi:


Sistem

informasi

akuntansi

(accounting

menyediakan informasi dan transaksi keuangan.

1

information

systems),




Sistem

informasi

pemasaran (marketing

information

systems),

menyediakan informasi untuk penjualan, promosi penjualan, kegiatankegiatan pemasaran, kegiatan-kegiatan penelitian pasar dan lain
sebagainya yang berhubungan dengan pemasaran


Sistem

informasi


manajemen

persediaan (inventory

management

information systems)


Sistem informasi personalia (personal information systems)



Sistem informasi distribusi (distribution information systems)



Sistem informasi pembelian (purchasing information systems)




Sistem informasi kekayaan (treasury information systems)



Sistem informasi analisis kredit (credit analysis information systems)



Sistem

informasi

penelitian

dan

pengembangan (research


development information systems)


Sistem informasi analisis software



Sistem informasi teknik (engineering information systems)



Sistem informasi rumah sakit (Hospital information systems)

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan rumusan
masalah yaitu :
a. Apa itu sistem informasi analisis kredit?
b. Apa tujuan dan manfaat sistem informasi analisis kredit?
c. Bagaimana proses sistem informasi analisis kredit?


2

and

1.3. Tujuan
-

Untuk memenuhi tugas kelompok.

-

Sebagai bahan kajian mahasiswa mengenai sistem informasi analisis kredit
dalam sistem informasi manajemen.

3

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Sistem Informasi Analisis Kredit
2.1.1. Sistem Informasi
Informasi merupakan fakta, kejadian, statistik atau bentuk data lainnya
yang dapat dipahami dan mempunyai arti, bernilai atau bermanfaat bagi seseorang
untuk keperluan/pekerjaan tertentu.
Data pada umumnya harus diolah terlebih dahulu sehingga menjadi informasi
yang dapat dipahami dan bermanfaat.
Data merupakan deskripsi dasar akan suatu, kejadian, aktivitas, dan transaksi
yang dicatat, diklasifikasikan, dan disimpan tanpa suatu pengorganisasian
sebelumnya.
Knowledge (pengetahuan) terdiri dari data dan/atau informasi yang telah
diorganisasikan dan diproses sehingga memberi pemahaman, pengalaman,
pembelajaran, dan keahlian tertentu yang dapat diaplikasikan pada masalah bisnis
yang dihadapi.
Sistem informasi merupakan suatu sistem yang menerima data dan input
lainnya dan memprosesnya menjadi informasi sebagai output.
Suatu

sistem

infomasi

mengumpulkan,

menyimpan,

memproses,

dan

menyebarkan informasi untuk suatu tujuan tertentu.
Jadi sistem informasi adalah sekumpulan elemen yang saling berhubungan
(terintegrasi), yang mengumpulkan (atau mendapatkan), menyimpan, memproses,
dan menyebarkan informasi untuk menunjang pengambilan keputusan dan tujuan
lain, baik orang maupun organisasi.
Komponen sistem informasi:
-

Infrastruktur (teknologi informasi)

-

SDM

-

Prosedur
4

Secara teori, sistem informasi dapat berupa lembaran kertas.
Sistem informasi yang berfokus pada penyediaan informasi dan mendukung
pengambilan keputusan yang efektif oleh para manajer
Macam-macam Management Support Systems ;
1) Sistem Informasi Manajemen (Management Information Systems/MIS) :
sistem informasi untuk fungsi manajerial.
-

Menyediakan informasi dalam bentuk laporan dan tampilan yang telah
ditentukan untuk mendukung pengambilan keputusan bisnis (O’Brien,
2004)

-

Menyediakan

informasi

rutin

untuk

aktivitas

perencanaan,

pengorganisasian, dan pengendalian (pengambilan keputusan) dalam area
fungsional. (Turban, 2004)
-

Mendukung level manajemen

-

Contoh: laporan analisis penjualan harian, laporan produksi

2) Decision Support Systems (DSS)
-

Menyediakan sistem interaktif yang bersifat sementara untuk mendukung
pengambilan keputusan

-

Mengkombinasikan model analitis dan database untuk menyelesaikan
permasalahan

-

Membantu pengambil keputusan atau manajer

-

Contoh: Prediksi hasil untuk menentukan pengalokasian anggaran iklan

3) Executive Information Systems (EIS)
-

Menyediakan informasi penting bagi eksekutif dan manajer

-

Contoh: akses informasi mengenai tindakan kompetitor

Fungsi dan Kegunaan Sistem Informasi Manajemen

5

Upaya informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi dapat berguna bagi
manajamen, maka analis sistem harus mengetahui kebutuhan-kebutuhan informasi
yang dibutuhkannya, yaitu dengan mengetahui kegiatan-kegiatan untuk masingmasing tingkat (level) manajemen dan tipe keputusan yang diambilnya.
Berdasarkan pada pengertian-pengertian di atas, maka terlihat bahwa tujuan
dibentuknya Sistem Informasi Manajemen atau SIM adalah supaya organisasi
memiliki informasi yang bermanfaat dalam pembuatan keputusan manajemen,
baik yang meyangkut keputusan-keputusan rutin maupun keputusan-keputusan
yang strategis.
Sehingga SIM adalah suatu sistem yang menyediakan kepada pengelola
organisasi data maupun informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas
organisasi.
Beberapa kegunaan/fungsi sistem informasi antara lain adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan aksesibilitas data yang tersaji secara tepat waktu dan akurat
bagi para pemakai, tanpa mengharuskan adanya prantara sistem informasi.
2. Menjamin tersedianya kualitas dan keterampilan dalam memanfaatkan sistem
informasi secara kritis.
3. Mengembangkan proses perencanaan yang efektif.
4. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan akan keterampilan pendukung sistem
informasi.
5. Menetapkan investasi yang akan diarahkan pada sistem informasi.
6. Mengantisipasi dan memahami konsekuensi-konsekuensi ekonomis dari
sistem informasi dan teknologi baru.
7. Memperbaiki produktivitas dalam aplikasi pengembangan dan pemeliharaan
sistem.
8. Organisasi menggunakan sistem informasi untuk mengolah transaksitransaksi, mengurangi biaya dan menghasilkan pendapatan sebagai salah satu
produk atau pelayanan mereka.
9. Bank menggunakan sistem informasi untuk mengolah cek-cek nasabah dan
membuat berbagai laporan rekening koran dan transaksi yang terjadi.

6

10. Perusahaan menggunakan sistem informasi untuk mempertahankan persediaan
pada tingkat paling rendah agar konsisten dengan jenis barang yang tersedia.
11. SIM untuk pendukung pengambilan keputusan sebuah sistem keputusan, yaitu
model dari sistem dengan mana keputusan diambil, dapat tertutup atau
terbuka. Sebuah sistem keputusan tertutup menganggap bahwa keputusan
dipisah dari masukkan yang tidak diketahui dari lingkungan. Dalam sistem ini
pengambil keputusan dianggap:
a. Mengetahui semua perangkat alternatif dan semua akibat atau hasilnya
masing-masing.
b. Memiliki

metode

(aturan,

hubungan,

dan

sebagainya)

yang

memungkinkan dia membuat urutan kepentingan semua alternatif.
c. Memilih alternatif yang memaksimalkan sesuatu, misalnya laba, volume
penjualan, atau kegunaan.
12. SIM Berdasarkan Aktivitas/Kegiatan Manajemen
Kegiatan dan proses informasi untuk tiga tingkat adalah saling berhubungan.
Contohnya pengendalian inventaris pada tingkatan operasional bergantung
pada proses yang tepat dari transaksi; pada tingkat dari pengendalian
manajemen, pembuatan keputusan tentang keamanan persediaan dan frekuensi
memesan lagi bergantung pada pembetulan ringkasan dari hasil operasioperasi; pada tingkat strategi, hasil dalam operasi-operasi dan pengendalian
manajemen yang dihubungkan pada tujuan-tujuan strategi, saingan tindak
tanduk dan sebagainya untuk mencapai strategi inventaris.
13. Sistem Informasi Untuk Pengendalian Operasional Pengendalian adalah
proses pemantapan agar kegiatan operasional dilaksanakan secara efektif dan
efisien. Pengendalian operasional menggunakan prosedur dan aturan
keputusan yang sudah ditentukan lebih dahulu. Sebagian besar keputusan bisa
diprogramkan.
Pendukung pemrosesan untuk pengendalian operasi terdiri dari :
a.

Proses transaksi

b. Proses laporan
c.

Proses pemeriksaan.
7

14. Sistem Informasi Untuk Pengendalian Manajemen Informasi, pengendalian
manajemen diperlukan oleh manajer departemen untuk mengukur pekerjaan,
memutuskan tindakan pengendalian, merumuskan aturan keputusan baru
untuk diterapkan personalia operasional, dna mengalokasi sumber daya.
Proses pengendalian manajemen memerlukan jenis informasi berikut :
1) Pekerjaan yang telah direncanakan (standar, ekspektasi, anggaran, dll)
2) Penyimpangan dari pekerjaan yang telah direncanakan
3) Sebab penyimpangan
4) Analisis keputusan atau arah tindakan yang mungkin
15. Sistem Informasi Untuk Perencanaan Strategis Tujuan, perencanaan strategis
adalah untuk mengembangkan strategi dimana suatu organisasi akan mampu
mencapai tujuannya. Horison waktu untuk perencanaan strategis cenderung
lama, sehingga perubahan mendasar dalam organisasi bisa diadakan, sebagai
contoh :
a. Suatu rantai pertokoan dapat memustuskan untuk mengubah menjadi
usaha melalui pesanan
b. Suatu toko serba ada dengan toko di pusat kota dapat memutuskan untuk
mengubah menjadi suatu toko obral di luar kota.
16. SIM Berdasarkan Fungsi Organisasi, sistem informasi manajemen dapat
dianggap sebagai suatu federasi subsistem yang didasarkan atas fungsi yang
dilaksanakan dalam suatu organisasi. Masing-masing subsistem membutuhkan
aplikasi-aplikasi yntuk membentuk semua proses informasi yang berhubungan
dengan fungsinya, walaupun akan menyangkut database, model base dan
beberapa program komputer yang biasa untuk setiap subsistem fungsional.
Dalam masing-masing subsistem fungsional, terdapat aplikasi untuk proses
transaksi,

pengendalian

operasional,

pengendalian

manajemen,

dan

perencanaan strategis.

2.1.2. Analisis Kredit
Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang
atau   badan   usaha   untuk   meminjam   uang   untuk   membeli   produk   dan
8

membayarnya kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. UU No. 10 tahun
1998   menyebutkan   bahwa   kredit   adalah penyediaan   uang   atau   tagihan   yang
dapat   dipersamakan   dengan   itu,   berdasarkan   persetujuan   atau   kesepakatan
pinjam   meminjam   antara   bank   dengan   pihak   lain   yang   mewajibkan   pihak
peminjam   untuk   melunasi   utangnya   setelah   jangka   waktu   tertentu   dengan
pemberian   bunga. Jika   seseorang   menggunakan   jasa   kredit,   maka   ia   akan
dikenakan bunga tagihan (Wikipedia.org).

Analisis   kredit  adalah   suatu   proses  analisis  kredit  dengan   menggunakan
pendekatan­pendekatandan   rasio­rasio   keuangan   untuk   menentukan   kebutuhan
kredit   yang   wajar   serta   meyakinkan   pihak   kreditur   bahwa   proyek   yang   akan
dibiayai tergolong layak untuk dibiayai.

Penilaian atau analisis kredit adalah semacam studi kelayakan (feasibility study)
atas perusahaan pemohon kredit. (Firdaus & Ariyanti 2009:184)
Penilaian kredit adalah suatu kegiatan pemeriksaan, penelitian, dan analisa
terhadap kelengkapan, keabsahan, dan kelayakan berkas/surat/data permohonan
kredit calon debitur hingga dikeluarkannya suatu keputusan apakah kredit tersebut
diterima atau ditolak. (Djohan 2000:97)
Menurut Thomas Suyatno, dkk (2003:70) yang dimaksud dengan analisa kredit
adalah pekerjaan yang meliputi:
1. Mempersiapkan pekerjaan-pekerjaan penguraian dari segala aspek, baik
keuangan maupun non keuangan untuk mengetahui kemungkinan
dapat/tidak dapat dipertimbangkan suatu permohonan kredit.
2. Menyusun laporan analisis yang diperlukan, yang berisi penguraian dan
kesimpulan

serta

penyajian

alternatif-alternatif
9

sebagai

bahan

pertimbangan untuk pengambilan keputusan pimpinan dari permohonan
kredit nasabah.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan, pengertian penilaian atau analisis
kredit adalah suatu kegiatan analisa/penilaian berkas/data dan juga berbagai aspek
yang mendukung yang diajukan oleh pemohon kredit, sebagai dasar pertimbangan
pengambilan keputusan apakah permohonan kredit tersebut diterima atau ditolak.

2.2. Tujuan dan Manfaat Sistem Informasi Analisis Kredit
2.2.1. Tujuan Sistem Informasi Analisis Kredit
Tujuan   utama   analisis   permohonan   kredit   adalah   untuk   memperoleh
keyakinan   apakah   nasabah   mempunyai   kemauan   dan   kemampuan   memenuhi
kewajibannya   kepada   bank   secara   tertib,   baik   pembayaran   pokok   pinjaman
maupun bunganya, sesuai dengan kesepakatan dengan bank.
2.2.2. Manfaat Sistem Informasi Analisis Kredit
Kegiatan analisis kredit memiliki arti penting bagi bank, karena bank akan
memiliki jaminan yang memadai selama kredit diberikan.
Sutojo (1997:69) menyebutkan fungsi analisa kredit adalah:
1. Sebagai dasar bagi bank dalam menentukan tingkat suku bunga kredit dan
jaminan yang disyaratkan untuk dipenuhi nasabah,
2. Sarana untuk pengendalian resiko yang akan dihadapi bank,
3. Syarat kredit dan sarana untuk struktur, jumlah kredit, jangka waktu
kredit, sifa kredit, tujuan kredit, dan sebagainya,
4. Sebagai bahan pertimbangan pimpinan/direksi bank dalam proses
pengambilan keputusan,
5. Sebagai alat informasi yang diperlukan untuk evaluasi kredit.
10

2.3.

Proses Sistem Informasi Analisis Kredit

Secara fundamental, analisis kredit dapat dibagi atas dua bagian yaitu : 
a) Analisa   kualitatif   untuk   memahami   usaha   debitur,   posisi   usaha   dalam
industri,   kondisi   persaingan,   ancaman   pemain   baru,   risiko   teknologi
ketinggalan jaman, dan memahami gaya manajemen dari debitur. 
b) Analisa arus kas atau cash flow, dengan menggunakan laporan keuangan
(neraca dan rugi laba), dan melihat arus kas masuk (sumber dana) dan arus
kas keluar (penggunaan dana). 

Proses analisis kredit, yaitu :
Descriptive→Menggambarkan bisnis usaha debitur.
Explanatory→Menjelaskan tentang bisnis 

Proses/Prosedur Analisis Kredit
Penyampaian permohonan kredit oleh calon debitur kepada bagian kredit, yang
perlu diusahakan selengkap mungkin berkasnya,  yaitu :
1. Berkas   permohonan   kredit   diserahkan   kepada   analis   untuk
dilakukan analisis tentang permohonan kredit yang bersangkutan.
2. Analis segera menghubungi calon debitur (pemohon kredit) untuk
memperoleh informasi yang sewajarnya.
3. Bila berkas tidak lengkap, analis mengembalikan ke bagian kredit
4. Jika persyaratan telah terpenuhi dalam berkas permohonan kredit
yang bersangkutan maka proses analisis berlanjut dengan :
a) Aspek   manajemen   berupa   pelengkap   yang   harus   diketahui
analis

11

b) Bidang   marketing   menuntut   analis   untuk   dapat   diketahui
tentang   kelancaran   pemasaran   produksi   calon   nasabah   yang
bersangkutan
c) Bidang   keuangan   sebagai   sasaran   utama   analis   untuk
mengetahui   benar   tentang   kondisi   keuangan   calon   debitur,
serta kemungkinan di hari kemudian, bila kredit diberikan
d) Penguji   analis   atas   beberapa Turn’s   Over yang   dapat
dilakukannya   terhadap   rencana   usaha   calon­calon   peminjam
(calon debitur)
e) Sebagai   langkah   akhir   daripada   analisis   kredit,   adalah
penyampaian laporan analisisnya kepada kepala bagian kredit,
untuk   kemudian   diteruskan   kepada   yang   berwenang
mengambil keputusan kredit.

Kasmir (2002:120) menjelaskan aspek-aspek yang perlu dinilai dalam penentuan
kelayakan pemberian fasilitas kredit adalah sebagai berikut:
1. Aspek hukum/Yuridis
Dalam aspek inin, tujuannya adalah untuk menilai keaslian dan keabsahan
dokumen-dokumen yang diajukan oleh pemohon kredit. Penilaian ini juga
dimaksudkan agar jangan sampai dokumen yang diajukan palsu atau dalam
kondisi sengketa, sehinggamenimbulkan masalah. Penilaian dokumen-dokumen
ini dilakukan ke lembaga yang berhak untuk mengeluarkan dokumen tersebut.
2. Aspek Pemasaran (Marketing)
Dalam aspek ini dinilai besar kecilnya permintaan terhadap produk yang
dihasilkan dan strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan, sehingga akan
diketahui prospek usaha tersebut sekarang dan dimasa yang akan datang.
3. Aspek Keuangan
Analisa aspek ini terhadap perusahaan pemohon kredit sangat menentukan jumlah
dari kebutuhan usaha dan juga terpenting untuk menilai kemampuan
12

berkembangnya usaha pada masa mendatang serta untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam membayar kreditnya.
4. Aspek Teknis
Tujuan utama dari analisis ini adalah untuk mengamati perusahaan dari segi fisik
serta lingkungannya agar perusahaan tersebut sehat dan produknya mampu
bersaing di pasaran dengan masih memperoleh keuntungan yang memadai.
5. Aspek Manajemen
Penilaian aspek ini digunakan untuk menilai struktur organisasi perusahaan,
sumber daya manusia yang dimiliki serta latar belakang pendidikan dan
pengalaman sumber daya manusianya. Pengalaman perusahaan dalam mengelola
berbagai proyek yang ada juga menjadi pertimbangan lain.
6. Aspek Sosial Ekonomi
Penilaian aspek ini digunakan untuk menganalisis dampak yang ditimbulkan
akibat adanya proyek atau usaha pemohon kredit terhadap perekonomian
masyarakat dan sosial secara umum.
7. Aspek AMDAL
Merupakan analisis terhadap lingkungan baik darat, laut atau udara, termasuk
kesehatan manusia apabila usaha atau proyek pemohon kredit dijalankan. Analisis
ini dilakukan secara mendalam sebelum kredit disalurkan, sehingga proyek atau
usaha yang dibiayai tidaka akan mengalami pencemaran lingkungan disekitarnya.
Dalam menilai atau menganalisis suatu permohonan kredit perlu dibahas berbagai
aspek yang menyangkut keadaan usaha pemohon kredit. Pembahasan ini pada
dasarnya adalah untuk meneliti apakah pemohon memenuhi Prinsip 5C atau tidak
yang kemudian menjadi pertimbangan bank untuk menentukan kelayakan
pemohon kredit memperoleh kredit atau tidak, dengan perkataan lain apakah
permohonan kredit tersebut feasible dalam arti andaikata kredit diberikan, maka
13

usahanya akan berkembang baik dan mampu mengembalikan kredit, baik pokok
maupun bunga dalam jangka waktu yang wajar atau sebaliknya.
Prinsip­prinsip Penilaian Kredit :
Hal­hal yang perlu diperhatikan dalam penyelesaian kredit nasabah,:
a.) 6C
1. Character,  adalah   keadaan   watak   dari   nasabah,   baik   dalam   kehidupan
pribadi   maupun   dalam   lingkungan   usaha.   Kegunaan   dari   penilaian
terhadap   karakter   ini   adalah   untuk   mengetahui   sampai   sejauh   mana
kemauan   nasabah   untuk   memenuhi   kewajibannya   (willingness   to   pay)
sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. 
Sebagai   alat   untuk   memperoleh   gambaran   tentang   karakter   dari   calon
nasabah tersebut, dapat ditempuh melalui upaya antara lain:
 Meneliti riwayat hidup calon nasabah;
 Meneliti reputasi calon nasabah tersebut di lingkungan usahanya;
 Meminta bank to bank information (Sistem Informasi Debitur);
 Mencari   informasi   kepada   asosiasi­asosiasi   usaha   dimana   calon
nasabah berada;
 Mencari informasi apakah calon nasabah suka berjudi;
 Mencari informasi apakah calon nasabah memiliki hobi berfoya­foya.
2. Capital,  adalah   jumlah   dana/modal   sendiri   yang   dimiliki   oleh   calon
nasabah. Semakin besar modal sendiri dalam perusahaan, tentu semakin
tinggi kesungguhan calon nasabah dalam menjalankan usahanya dan bank
akan merasa lebih yakin dalam memberikan kredit. Modal sendiri juga
diperlukan   bank   sebagai   alat   kesungguhan   dan   tangung   jawab   nasabah
dalam   menjalankan   usahanya   karena   ikut   menanngung   resiko   terhadap
gagalnya usaha. Dalam praktik, kemampuan capital ini dimanifestasikan
dalam   bentuk   kewajiban   untuk   menyediakan  self­financing,   yang

14

sebaiknya jumlahnya lebih besar daripada kredit yang dimintakan kepada
bank.
3. Capacity,  adalah   kemampuan   yang   dimiliki   calon   nasabah   dalam
menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Kegunaan
dari   penilaian   ini   adalah   untuk   mengetahui   sampai   sejauh   mana   calon
nasabah   mampu   untuk   mengembalikan   atau   melunasi   utang­utangnya
secara tepat waktu dari usaha yang diperolehnya.
Pengukuran   capacity   tersebut   dapat   dilakukan   melalui   berbagai
pendekatan berikut ini:
a. Pendekatan   historis,   yaitu   menilai  past   performance,   apakah
menunjukkan perkembangan dari waktu ke waktu.
b. Pendekatan   finansial,   yaitu   menilai   latar   belakang   pendidikan   para
pengurus
c. Pendekatan   yuridis,   yaitu   secara   yuridis   apakah   calon   nasabah
mempunyai kapasitas untuk mewakili badan usaha yang diwakilinya
untuk mengadakan perjanjian kredit dengan bank.
d. Pendekatan manajerial, yaitu menilai sejauh mana kemampuan dan
keterampilan nasabah melaksanakan fungsi­fungsi manajemen dalam
memimpin perusahaan.
e. Pendekatan teknis, yaitu untuk menilai sejauh mana kemampuan calon
nasabah mengelola faktor­faktor produksi seperti tenaga kerja, sumber
bahan baku, peralatan­peralatan , administrasi dan keuangan, industrial
relation sampai pada kemampuan merebut pasar.
4. Collateral, adalah barang­barang yang diserahkan nasabah sebagai agunan
terhadap   kredit   yang   diterimanya.   Collateral   tersebut   harus   dinilai   oleh
bank untuk mengetahui sejauh mana resiko kewajiban finansial nasabah
kepada   bank.   Pada   hakikatnya   bentuk   collateral   tidak   hanya   berbentuk
kebendaan   tetapi   juga   collateral   yang   tidak   berwujud   seperti   jaminan
15

pribadi (borgtocht), letter of guarantee, letter of comfort, rekomendasi dan
avalis.
5. Condition of Economy, yaitu situasi dan kondisi politik , sosial, ekonomi ,
budaya yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat yang
kemungkinannya   memengaruhi   kelancaran   perusahaan   calon   debitur.
Untuk   mendapat   gambaran   mengenai   hal   tersebut,   perlu   diadakan
penelitian mengenai hal­hal antara lain:
a. Keadaan konjungtur
b. Peraturan­peraturan pemerintah
c. Situasi, politik dan perekonomian dunia
d. Keadaan lain yang memengaruhi pemasaran
6. Constraint, adalah batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan suatu
bisnis untuk dilaksanakan pada tempat tertentu, misalnya pendirian suatu
usaha   pompa   bensin   yang   disekitarnya   banyak   bengkel   las   atau
pembakaran batu bata.
1. CHARACTER

= 30
Kriteria

Skor
Mentah
Maksimal

Rating /
Skoring

5

5 atau 0

1. Apakah calon peminjam punya catatan sejarah yang
bagus ketika mengangsur pinjaman baik ke Credit Union
atau ke lembaga keuangan lain:
1.1.Apakah yang bersangkutan telah membuktikan
kebiasaan yang baik dalam mengangsur pinjaman ke
CU?
1.2.Apakah yang bersangkutan telah membuktikan

5

kebiasaan yang baik dalam mengangsur
pinjamannya di lembaga keuangan lain?
1.3.Apakah yang bersangkutan mempunyai catatan yang
16

5

positif di bagian kredit?
2. Good Will/Reputasi
2.1.Apakah calon peminjam punya reputasi yang baik di

5

kalangan pebisnis dan organisasi yang lain?
2.2.Apakah calon peminjam orang yang berpengaruh

2

dalam masyarakat?
3. Apakah calon peminjam punya tempat tinggal
menetap/permanen?
3.1. Kurang dari 2 tahun
3.2. 3 – 5 tahun
3.3. Di atas 5 tahun
4. Relasi
4.1. Dalam keluarga
4.2. Di tempat kerja
4.3. Dalam masyarakat

1
3
5
1
1
1
30

Total
2. CAPACITY TO PAY = 50
Skor Mentah
Maksimal

Kriteria
1. Apakah Calon peminjam punya usaha yang
stabil?
Jika tidak
Kurang dari 5 tahun
5 tahun ke atas
2. Apakah pinjaman mampu menghasilkan

0
3
5
10

keuntungan bersih?
3. Apakah usahanya sudah berkembang pada

2

tahun-tahun terakhir?
4. Apakah cash flow tersedia dan cukup untuk

15

memenuhi amortisasi pinjaman ke depan?
5. Apakah pengembalian/laba atas investasi

15

cukup untuk memenuhi kewajiban
pembayaran?
6. Apakah masa pengembaliannya sesuai
dengan durasi pinjaman yang diajukan?
7. Apakah ada pinjaman lain selain pinjaman
yang diajukan di CU ini atau di tempat lain
17

10

Rating atau
Skoring

(seberapa besarnya pinjaman dan kewajiban)
 Jika tidak
 Jika ya
Total

10
3
70

3. CAPITAL = 5
Skor Mentah

Kriteria

Maksimum
1,5

1. Apakah calon peminjam konsisten
menyimpan di CU secara teratur?
2. Apakah ada property milik pribadi, aset

Rating

1,5

berupa simpanan atau aset bisnis yang
dapat dijadikan jaminan pinjaman? (aset
utama)
3. Apakah aset dasar (pokok) bertumbuh?

1

(atau apakah calon peminjam menabung
hanya bertujuan untuk meminjam?
4. Apakah modal calon peminjam memadai,

1

jika dibandingkan dengan jumlah
hutangnya?
Total

5

4. COLLATERAL/CO-MARKERS = 10
Skor Mentah

Kriteria
1. Apakah barang jaminan dapat diuangkan
sewaktu waktu/ tergolong harta lancar?
2. Apakah nilai barang jaminan lebih dari

Maksimum
2
2

nilai pinjaman yang diajukan dan dapat
memenuhi penilaian kebijakan ?
3. Apakah barang jaminan bebas dari

2

pembebanan atas kekayaan atau hak gadai
(menjadi jaminan kreditur lain)?
4. Apakah peminjam mau menjaminkan
18

2

Rating

simpanannya dan menerima perjanjian
pemotongan gaji selama durasi pinjaman?
5. Apakah suami/istri setuju dengan
pinjaman yang diajukan?
Total

2
10

5. CONDITION = 5
Skor Mentah

Kriteria

Maksimum
1

1. Apakah lingkungan proyek/bisnis
bersahabat /ramah lingkungan dan legal ?
2. Apakah kondisi cuaca sangat berpengaruh

1

pada proyek?
3. Apakah pasar siap terhadap proyek?
4. Apakah masyarakat secara ekonomis aktif

2
1

menjamin tingkat kesuksesan proyek?
Total
GRAND TOTAL

5
100

Rating

Dari  keenam  prinsip diatas,  yang  paling  perlu  mendapatkan  perhatian  account
officer adalah character, dan apabila prinsip ini tidak terpenuhi, prinsip lainnya
tidak berarti. Dengan perkataan lain, permohonannya harus ditolak.

19

b.) 7P
6. Personality,  yaitu menilai dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya
sehari­hari maupun masa lalunya.
(Bank mencari data tentang kepribadian calon debitur seperti riwayat
hidupnya (kelahiran, pendidikan, pengalaman, usaha/pekerjaan, dan
sebagainya), hobi, keadaan keluarga (istri, anak), social standing
(pergaulan dalam masyarakat serta bagaimana pendapat masyarakat
tentang diri si peminjam), serta hal-hal lain yang erat hubungannya dengan
kepribadian si peminjam.)

7. Party, yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifiasi tertentu atau
golongan­golongan   tertentu   berdasarkan   modal,   loyalitas   serta
karakternya. 
(Bertujuan mengklasifikasi calon debitur berdasarkan modal, loyalitas,
dan karakternya. Pengklasifikasian ini akan menentukan perlakuan bank
dalam hal pemberian fasilitas.
Tujuh unsur dalam konsep 7P sebenarnya mempunyai kesamaan dengan
lima unsur dalam 5C. Misalnya unsur kepribadian memiliki kesamaan
dengan unsur karakter. Sedangkan unsur tujuan, prospek, dan pembayaran
dapat memperjelas unsur kapasitas dalam konsep 5C. Unsur perlindungan
dalam 7P mungkin dapat disamakan dengan kollateral dalam konsep 5C. )

8. Purpose, yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,
termasuk jenis yang diinginkan nasabah. 
(Mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit. Apakah
akan digunakannya untuk berdagang, atau untuk membeli rumah
atauuntuk tujuan lainnya. Selain itu apakah tujuan penggunaan kredit itu
20

sesuai dengan line of business kredit yang bersangkutan. Misalnya, tujuan
atau keperluan kredit untuk perkapalan sedangkan line of business bank
dalam bidang pertanian.)

9. Prospect,  yaitu  untuk  menilai  usaha  nasabah  dimasa  yang  akan  datang
apakah   menguntungkan   atau   tidak,   atau   dengan   kata   lain   mempunyai
prospek atau sebaliknya.
(Yang dimaksud dengan prospect adalah harapan masa depan dari bidang
usaha atau kegiatan usaha si peminjam. ini dapat diketahui dari
perkembangan

usaha

perkembangan

peminjam

keadaan

selama

ekonomi

beberapa
perdagangan,

bulan/tahun,
keaadaan

ekonomi/perdagangan sektor usaha si peminjam, kekuatan keuangan
perusahaan

yang

dibuat

dari

earning

power

(kekuatan

pendapatan/keuntungan) masa lalu dan perkiraan masa mendatang.)

10. Payment,   merupakan   ukuran   bagaimana   cara   nasabah   mengembalikan
kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja untuk pengembalian
kredit yang diperolehnya. 
(Mengetahui bagaimana perkiraan pembayaran kembali pinjaman yang
akan diberikan. Hal ini dapat diperoleh dari perhitungan tentang prospek,
kelancaran penjualan dan pendapatan sehingga dapat diperkirakan
kemampuan pengembalian pinjaman ditinjau dari waktu serta jumlah
pengambilannya.)

11. Profitability,  untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam
mencari laba.
(Menilai berapa tingkat keuntungan yang akan diraih calon debitur,
bagaimana polanya, apakah makin lama makin besar atau sebaliknya.)
21

12. Protection, tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan
oleh bank namun melalui suatu perlindungan.
(Menilai bagaimana calon debitur melindungi usaha dan mendapatkan
perlindungan usaha. Apakah dalam bentuk jaminan barang, orang atau
asuransi.)

c.) 3R
1. Return (hasil yang dicapai)
Return disini dimaksudkan penilaian atas hasil yang akan dicapai oleh perusahaan
debitur setelah dibantu dengan kredit oleh bank. Dapat pula diartikan keuntungan
yang akan diperoleh bank apabila memberikan kredit kepada pemohon. 
2. Repayment (pembayaran kembali)
Dalam hal ini bank harus menilai berapa lama perusahaan pemohon kredit dapat
membayar kembali pinjamannya sesuai dengan kemampuan membayar kembali
(repayment   capacity),   dan   apakah   kredit   harus   diangsur/   dicicil/   atau   dilunasi
sekaligus diakhir periode. 
3. Risk bearing ability (kemampuan untuk menanggung resiko)
Dalam hal ini bank harus mengetahui dan menilai sampai sejauh mana perusahaan
pemohon kredit mampu menanggung resiko kegagalan andai kata terjadi sesuatu
yang tak diinginkan. 

22

Penilaian Kredit
Penilaian Kredit digunakan untuk menentukan kemungkinan seorang calon
peminjam mampu atau tidak dalam mengembalikan pinjaman. Skala penilaian
kredit menjadi dasar bagi staff kredit untuk membuat keputusan dan skala ini di
jabarkan dalam tabel berikut:
Nilai Kredit
91-100
81 - 90

71 - 80

< 70

Keputusan/persyaratan
Disetujui, dengan atau tanpa jaminan
Disetujui, tetapi memerlukan barang jaminan yang memadai
dan pengamatan paska pencairan yang terus menerus
Disetujui, tetapi memerlukan barang jaminan

yang

memadai, jaminan dari penjamin, memiliki jumlah tabungan
yang memadai dan pengamatan paska pencairan yang
seksama
Ditolak, karena sangat tinggi kemungkinan ybs tidak
mampu mengembalikan pinjaman

2.4. Contoh Kasus
Contoh 1 :
Kita bisa menganalisis bahwa dengan adanya kredit UKM akan
meningkatkan laju perekonomian, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Hal itu dikarenakan dengan kredit UKM
maka akan memberikan tambahan modal dan investasi sehingga mendorong
tumbuhnya usaha manufaktur dan sektor riil, dengan meningkatnya sektor riil
maka pendapatan nasional akan meningkat, dengan pendapatan per kapita yang
meningkat maka secara otomatis akan meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat karena pendapatan per kapita merupakan salah satu indicator
tingkat kemakmuran suatu negara.
Namun dalam pemberian kredit UKM ini harus dilakukan manajemen yang
baik, terutama manajemen berbasis resiko, karena dengan adanya manajemen
yang baik maka diharapkan tidak terjadi kredit UKM yang macet. Menurut
23

analisis kami kredit UKM macet tidak akan terjadi jika proses pemberian kredit
UKM berjalan secara professional dan memenuhi prosedur yang berlaku. Dari
analisis kredit UKM yang macet disebabkan antara lain oleh adanya pemberian
kredit kepada usaha yang fiktif, kurangnya prinsip kehati-hatian bank, kurangnya
manajemen yang professional, tidak memenuhi persyaratan 6 C, tidak memenuhi
prosedur yang berlaku, dan lain-lain.
Contoh 2 :
Pihak bank hanya melayani permohonan kredit calon debitur dengan usia
minimal 21 tahun atau sudah menikah, dikarenakan mereka yang berumur
minimal 21 tahun atau sudah menikah telah memenuhi persyaratan untuk
melakukan suatu perjanjian yang berkekuatan hukum.
Syarat sahnya suatu perjanjian adalah kecakapan para pihak (Pasal 1320
KUHPer). Kecakapan diukur apabila para pihak yang membuat perjanjian telah
berumur 21 tahun atau kurang dari 21 tahun tetapi sudah menikah dan sehat
pikirannya (Pasal 330 KUHPer). Sebelum memasuki usia debitur di atas 70 tahun,
kredit harus berada di posisi lunas. Kemampuan usaha calon debitur dapat diukur
berdasarkan faktor usia. Analisis kemampuan bertujuan untuk melihat
kemampuan peminjam dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan
kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba (Kasmir,
2004). Tidak hanya faktor usia, untuk mengantisipasi terjadinya kredit macet
maka calon debitur harus memiliki masa kerja minimal 1 tahun (plafon kredit s/d
Rp. 50.000.000) dan minimal 2 tahun (plafon kredit >Rp.50.000.000 s/d
Rp.100.000.000). Menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002:250), analisis
kemampuan bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan mengembalikan
kredit yang dapat diukur berdasarkan aspek produksi.
Besarnya pinjaman dapat diukur berdasarkan modal usaha yang dimiliki, calon
debitur yang mengajukan permohonan Kupedes Komersial, besarnya pinjaman
tidak melebihi Rp.100.000.000 dan calon debitur yang mengajukan permohonan
Kupedes Rakyat, besarnya pinjaman tidak melebihi Rp.25.000.000. Jika calon
debitur melakukan peminjaman dana melebihi dari kepemilikan modal yang
dipunyainya, jelas akan menimbulkan resiko di kemudian hari (Fahmi,2008:1524

16). Bank juga mewajibkan calon debitur yang mengajukan permohonan kredit di
atas
Rp.50.000.000 untuk memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). Berdasarkan
Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-06/PJ.23/1995 bahwa pemohon kredit di
atas Rp. 50.000.000 diwajibkan memiliki NPWP. Pihak bank hanya mewajibkan
calon debitur Kupedes Komersial untuk menyerahkan surat-surat bukti
kepemilikan agunan. Sedangkan untuk calon debitur Kupedes Rakyat, pihak bank
tidak mewajibkan untuk menyerahkan surat-surat bukti kepemilikan agunan.
Menurut Firdaus dan Ariyanti (2011:87) walau bagaimanapun jaminan berupa
harta benda tersebut tetap saja diperlukan untuk menambah ketenangan dan
memberikan kepercayaan bank kepada debitur.
Adanya empat kategori usaha yang dihindari oleh bank dalam memberikan kredit,
diantaranya yaitu usaha counter handphone, penjual isi ulang pulsa, usaha warnet,
kredit untuk tujuan spekulasi. Kondisi perekonomian yang tengah berlangsung di
suatu negara adalah bagian penting untuk dianalisis dan dijadikan bahan
pertimbangan dalam memberikan kredit kepada calon debitur (Fahmi, 2008:17).
Menurut Puspani (2004:17) kredit yang perlu dihindari adalah kredit untuk tujuan
spekulasi.
Pada tahap pertama, CS membantu calon debitur mengisi berkas
permohonan kredit, sesuai dengan jenis permohonan kredit yang diinginkan.
Menurut Suhardjono (2003:195) pada tahap awal pihak bank memprakarsai
permohonan kredit dari nasabah, baik untuk permohonan kredit baru,
perpanjangan kredit, perubahan jumlah kredit, perubahan syarat kredit,
restrukturisasi maupun penyelesaian kredit.
Pada tahap yang kedua, apabila berkas permohonan kredit calon debitur
sudah lengkap, maka CS meregister daftar calon debitur yang mengajukan
permohonan
kredit. Setiap permohonan kredit yang diterima harus dicatat dalam register
khusus yang disediakan (Suyatno et al., 1991:64). Berkas permohonan kredit
debitur baru diserahkan oleh CS kepada kepala unit untuk di disposisi. Sedangkan
untuk debitur lama, ketika berkas permohonan kredit sudah lengkap dan sudah
25

diteliti keabsahannya, maka berkas permohonan kredit tersebut langsung
diserahkan CS kepada mantri. Dari pihak calon debitur diharapkan adanya
informasi-informasi secara garis besar tentang hal-hal yang diperlukan pihak bank
mengenai keadaan usaha calon debitur, surat-surat essensial perusahaan, jaminan
atau agunan yang akan diberikan serta surat-suratnya dan sebagainya (Firdaus dan
Ariyanti, 2011).
Pada tahap yang ketiga, setelah mantri yang bersangkutan memperoleh
memo dari kepala unit, maka mantri akan menyeleksi kelengkapan-kelengkapan
berkas calon debitur.
Pada tahap yang keempat, jika permohonan kredit yang diberikan kepala
unit melalui CS tidak lengkap, maka mantri akan mengembalikan berkas tersebut
kepada CS untuk dilengkapi calon debitur terlebih dahulu. Surat-surat
permohonan nasabah telah ditandatangani secara lengkap dan sah, daftar isian
yang disediakan oleh bank dan diisi secara lengkap oleh nasabah, daftar lampiran
lainnya yang diperlukan menurut jenis fasilitas kreditnya (Suyatno et al.,
1991:64).
Penentuan Kelayakan Pemberian Kredit Calon Debitur
Menurut Firdaus dan Ariyanti (2011:84) pihak bank harus mengumpulkan data
dan
informasi-informasi dari pihak yang dapat dipercaya.
Pada tahap yang kelima, setelah berkas permohonan kredit calon debitur
lengkap, maka mantri akan mulai melakukan penggalian informasi terhadap calon
debitur.
Tahap yang ke enam, dimana mantri mencari informasi debitur melalui
Sistem Informasi Debitur (SID) atau melalui Sistem Informasi Calon Debitur
(SICD). Mantri juga melakukan interview dengan mendatangi rumah calon
debitur dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai calon debitur.
Untuk memperoleh informasi atau data-data peminta kredit maka pihak bank
dapat melakukan interview dengan peminta kredit (Sinungan,1995). Mantri juga
melakukan survey dengan mengunjungi usaha calon debitur untuk melihat
26

keadaan yang sebenarnya dari usaha calon debitur dan untuk mengetahui
kebutuhan kredit yang diperlukan oleh calon debitur. Menurut Suhardjono
(2003:195) perhitungan kebutuhan kredit dimaksudkan untuk mengetahui secara
pasti kredit yang dibutuhkan agar tidak terjadi kelebihan kredit ataupun
kekurangan kredit.
Menurut Suhardjono (2003:195) dari data dan informasi yang telah didapatkan,
pejabat pemrakarsa melakukan analisa dan evaluasi kredit.
Pada tahap yang ke tujuh, mantri akan melakukan penilaian kredit
berdasarkan SID/SICD dan interview serta survey.
Tahap ke delapan, jika memenuhi standar maka berkas pengajuan akan
segera dikerjakan oleh mantri.
Pada tahap yang ke sembilan, apabila tidak memenuhi, maka mantri akan
membuat surat penolakan.
Pada tahap yang ke sepuluh, mantri melakukan penilaian kredit terhadap
calon debitur. Untuk menentukan nilai kredit, ada beberapa formulasi yang lazim
digunakan, diantaranya yaitu menggunakan analisis 5C (Sinungan, 1995).
Penilaian yang dilakukan oleh mantri adalah penilaian kredit dengan
menggunakan analisis 5C.
Pada tahap terakhir, pengajuan kredit calon debitur sampai dengan Rp.
50.000.000, maka kredit diputus oleh kepala unit. Sedangkan pengajuan kredit
>Rp.50.000.000 sampai Rp.75.000.000, maka kredit diputus oleh AMBM. Dan
pengajuan kredit >Rp.75.000.000 sampai Rp.100.000.000 maka kredit diputus
oleh pimpinan cabang. Pemberian keputusan kredit hanya dapat dilakukan oleh
pejabat pemutus kredit yang diberikan kewenangan untuk memutus kredit
tersebut (Suhardjono, 2003:195).

27

BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan
Sistem informasi merupakan suatu sistem yang menerima data dan input

lainnya dan memprosesnya menjadi informasi sebagai output.
Suatu

sistem

infomasi

mengumpulkan,

menyimpan,

memproses,

dan

menyebarkan informasi untuk suatu tujuan tertentu.
Jadi sistem informasi adalah sekumpulan elemen yang saling berhubungan
(terintegrasi), yang mengumpulkan (atau mendapatkan), menyimpan, memproses,
dan menyebarkan informasi untuk menunjang pengambilan keputusan dan tujuan
lain, baik orang maupun organisasi.
Penilaian kredit adalah suatu kegiatan pemeriksaan, penelitian, dan analisa
terhadap kelengkapan, keabsahan, dan kelayakan berkas/surat/data permohonan
kredit calon debitur hingga dikeluarkannya suatu keputusan apakah kredit tersebut
diterima atau ditolak.

3.2.

Saran
Dalam menjalankan sistem informasi analisis kredit ini, maka perlu

adanya integritas dari suatu organisasi yang menjalankannya (harus benar-benar
mengikuti prosedur) agar tidak terjadi manipulasi data, nepotisme, dan kolusi
yang menuju pada kesalahan atau kekeliruan dalam pengambilan keputusan yang
nantinya berdampak pada tujuan organisasi tersebut.

28

DAFTAR PUSTAKA
http://ekkydwi.tumblr.com/post/11224637743/kegunaan-atau-fungsi-sisteminformasi-manajemen-pada
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi_manajemen
http://melishaputri.wordpress.com/2012/10/10/penjelasan-mengenai-sisteminformasi-manajemen-dan-teknologi-informasi/
http://blog.stie-mce.ac.id/tita/2014/08/31/prinsip-prinsip-penilaian-kredit-6c-7p-3r-apa-sih-isinya/
Djohan, Warman. 2000. Kredit Bank, Edisi 1. PT. Mutiara Sumber Widya: Jakarta
Firdaus, Rachmat dan Maya, Ariyanti. 2009. Manajemen Perkreditan Bank
Umum: Teori, Masalah, Kebijakan dan Aplikasi Lengkap dengan Analisis Kredit.
Bandung: Alfabeta.
Kasmir. S.E., M.M. 2002. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Kasmir. S.E., M.M. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Sutojo, Siswanto, 1997, Menangani Kredit Bermasalah, PT. Pustaka Binaman
Pressindo, Jakarta.
Suyatno, Thomas, 2003, Dasar-Dasar Perkreditan, PT. Gramedia Pustaka.
Utama, Jakarta.
http://www.kajianpustaka.com/2013/02/penilaian-atau-analisis-kredit.html
http://milasari0.blogspot.com/2012/06/analisa-kredit.html
http://dedemulyana.blogspot.com/2008/08/analisis­kredit.html
http://arsasi.wordpress.com/2008/09/21/analisa­kredit­6c/#more­52

29