Laporan Praktikum Objek Gejala Tingkat O (1)
LAPORAN
PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM
“Objek, Gejala, Tingkat Organisasi Kehidupan, dan Persoalan Biologi”
KIMIA E KELOMPOK 8
Siti Dewi Fatimah
NIM. 14307141045
Very Ega Efrika
NIM. 14307141059
Sari Rosiati Nur Khasanah
NIM. 14307144004
Haryo Rohmadiyanto
NIM. 14307144011
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014
A. TOPIK
Objek, gejala, tingkat organisasi kehidupan, dan persoalan biologi.
B. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi berbagai macam objek biologi, gejala,
2.
dan tingkat organisasi kehidupannya, yang terdapat di lingkungan sekitar.
Mahasiswa dapat menemukan persoalan biologi berdasarkan hasil
pengamatannya.
C. DASAR TEORI
Biologi merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
atau Sains yang mempelajari khusus tentang seluk-beluk kehidupan. Cakupan
kajian biologi meliputi makhluk hidup itu sendiri, zat-zat penyusun tubuh
makhluk hidup, zat dan energi yang dibutuhkan makhluk hidup, dan segala
hal yang berkaitan dengan makhluk hidup (Prawirohartono, 2004: 2).
Kebutuhan pertama dalam Sains adalah pengamatan atau penginderaan
yang tepat dan cermat. Penginderaan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk,
tidak hanya penggunaan mata, tetapi tercakup di dalamnya penggunaan
telinga, hidung, dan dengan perasa (sense) lainnya. Semakin teliti dan
lengkap penggunaan alat indera, gejala objek semakin banyak terungkap.
Umumnya penginderaan secara scientific dilakukan secara tidak
langsung dengan menggunakan alat bantu pengukuran dan instrument,
misalnya melalui lensa pada mikroskop, gerakan jarum pada berbagai alat
pengukuran, dan lain-lainnya. Gejala berat, volume, maupun panjang dapat
diamati dengan bantuan alat bantu pengukuran. Sementara untuk melihat
gejala struktur mikroskopis dapat diamati dengan alat bantu berupa alat
pembesar seperti lup atau mikroskop. Pemilihan alat bantu harus tepat dan
presisinya tinggi agar datanya akurat. Pengamatan diarahkan pada sesuatu,
sehingga dapat dipergunakan untuk menjawab suatu pertanyaan dan
memecahkan suatu masalah. Akhirnya dapat dibuat suatu kesimpulan.
Objek biologi meliputi seluruh kehidupan yang ada di permukaan bumi,
baik yang sudah punah maupun yang masih hidup. Objek biologi tersebut
dikelompokkan ke dalam lima dunia kehidupan, yaitu Monera, Protista,
Fungi, Plantae, dan Animalia (Prawirohartono, 2004: 7). Sedangkan
berdasarkan struktur keilmuan BSCS (Biological Science Curriculum Study),
bahwa objek biologi meliputi beberapa kingdom yaitu: Plantae, Animalia,
Protista, Fungi, Archebacteria, dan Eubacteria (Mayer, 1980). Pada objek
biologi melekat dua macam gejala, yaitu gejala benda dan gejala peristiwa.
Gejala benda adalah gejala tentang struktur benda, seperti bentuk, ukuran,
warna, dan lain-lain. Sedangkan gejala peristiwa menunjuk pada proses,
seperti bernafas, menghasilkan aroma, tumbuh, tersenyum, melepaskan O2
atau gelembung udara, kilat atau guntur, dan seterusnya.
Gejala biologi tersebut dapat diamati pada setiap tingkatan organisasi
kehidupan. Baik pada tingkat sel, jaringan, organ/sistem organ, individu,
populasi, komunitas, bahkan hingga pada tingkat bioma. Dari pengamatan
gejala biologi, maka akan ditemukan suatu persoalan yang menurut BSCS
terdapat 9 macam persoalan dasar biologi, yaitu:
Biologi sebagai proses inkuiri,
Sejarah konsep biologi,
Evolusi,
Keanekaragaman dan keseragaman,
Genetika dan kelangsungan hidup,
Organisme dan lingkungan,
Perilaku (etologi),
Struktur dan fungsi,
Regulasi (sistem pengaturan).
Hasil pengamatan menggunakan indera maupun dengan menggunakan
alat ukur terhadap gejala biologi, akan diperoleh gambaran tentang fakta atau
kenyataan alamiah. Fakta ini dapat terjadi secara berulang-ulang dan
selanjutnya inderapun juga akan merespon gejala tersebut. Dengan
dilakukannya pencatatan yang sistematis, dapat menghasilkan gambaran fakta
yang semakin utuh (Suparwoto, 2011: 5).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Lup/kaca pembesar
2. Buku dan alat tulis
E. PROSEDUR KERJA
Mengidentifikasi macam objek biologi yang ditemukan
pada lokasi pengamatan.
Memfokuskan pengamatan pada organ/bagian individu, individu,
atau sekelompok individu organisme yang menarik perhatian.
Mengamati ciri atau gejala-gejala yang dapat ditangkap,
kemudian mencatat atau mendeskripsikan.
Merujuk pada struktur biologi menurut BSCS, kemudian menyebutkan
macam objek biologi, tingkatan organisasi kehidupan, dan macam
persoalan dari ciri atau gejala tersebut.
Memasukkan data ke dalam tabel.
F.
HASIL PENGAMATAN
No
Macam Objek
.
Biologi
1.
Semut Hitam
Tingkat
Organisasi
Macam
Gejala
Kehidupan
Populasi
Setiap saat seekor
(Dolichoderus
semut bertemu dengan
thoracicus)
semut lain, maka akan
Persoalan
Biologi
Perilaku
terlihat seolah-olah
“mengadu kepala”
2.
satu sama lain.
Pertumbuhan sirih
Organisme
(Piper
hutan mengikuti
dan
caducibracteum
penyagga (tegakkan)
Lingkungan
)
yang berada di
Sirih Hutan
Individu
3.
Laba-laba
Individu
sekitarnya.
Jika ada musuh yang
Penenun
terjebak ke dalam
(Araneus
jaring-jaringnya, laba-
diadematus)
laba penenun akan
Perilaku
membungkus musuh
dengan jaring sebelum
4.
memangsanya.
Warna daun dalam
Struktur dan
(Codiaeum
satu pohon adalah
Fungsi
variegatum)
berbeda-beda, ada
Puring
Individu
yang berwarna hijau
dengan bercak kuning,
hijau keseluruhan,
maupun kuning
keseluruhan.
G. PEMBAHASAN
Kegiatan pengamatan atau penginderaan merupakan kebutuhan pertama
dalam Sains. Pada praktikum ini, telah dilakukan pengamatan terhadap suatu
objek berupa makhluk hidup baik hewan maupun tumbuhan. Pengamatan
mengarah pada gejala biologi (gejala benda dan gejala peristiwa) pada tingkat
organisasi kehidupan tertentu dengan tujuan dapat menemukan persoalan
biologi dengan merujuk pada struktur biologi menurut BSCS. Pengamatan
yang dilaksanakan berlokasi di area kebun biologi Fakultas MIPA UNY
dengan objek yang berhasil kami amati adalah semut hitam, sirih hutan, labalaba penenun, dan puring.
Semut Hitam (Dolichoderus thoracicus)
Semut hitam (Dolichoderus thoracicus) merupakan binatang yang pada
umumnya dikenal sebagai hewan yang hidup secara berkelompok. Mereka
memiliki ciri khas yang sering kita lihat, salah satunya ketika seekor semut
bertemu dengan semut lain, seolah-olah mereka saling “mengadu kepala” satu
sama lain. Perilaku seperti ini tidak lain adalah memiliki tujuan tertentu,
yakni untuk melakukan komunikasi antar semut dengan cara bersentuhan
antena. Isyarat antena semut yang dilakukan dengan bersentuhan ini
digunakan untuk berbagai tujuan, misalnya dimulainya makan, ajakan, dan
pertemuan sosial agar teman-teman sesarang saling mengenal. Dalam sejenis
spesies semut pekerja akan bersentuhan antena ketika bertemu.
Gerakan ajakan ini sangat jelas dalam beberapa spesies semut. Saat dua
ekor pekerja bertemu berhadapan, semut pengajak memiringkan kepalanya ke
samping 90 derajat dan menyentuh bagian atas dan bawah kepala temannya
dengan antena (Harun Yahya). Semut yang diajak menanggapi dengan cara
yang sama. Saat semut menyentuh tubuh teman sarangnya, tujuannya
bukanlah memberi informasi, melainkan memperoleh informasi dengan
mendeteksi zat kimia yang disekresi yang disebut feromon. Feromon adalah
senyawa kimia yang diproduksi oleh organisme untuk menandakan
kehadirannya kepada anggota lain dari spesies yang sama. Zat ini ditemukan
oleh Jean-Henri Fabre pada tahun 1870.
Seekor semut mengetuk ringan tubuh temannya dan menyentuh kuat
dengan antena. Tujuannya adalah membawa isyarat kimiawi sedekat
mungkin. Akhirnya, ia akan mampu mendeteksi dan mengikuti jalur bau yang
baru ditinggalkan temannya dan mencapai sumber makanan.
T. C. Schneirla, seorang peneliti di New York University, pernah
mengadakan percobaan dengan semut. Ia mengambil seekor semut lalu
ditaruh dalam tempat yang berisi makanan. Semut lain ditaruh dalam tempat
yang berisi semut-semut musuh. Kemudian kelakuan kedua semut ini diamati
terutama ketika berpapasan dengan teman-temannya di jalan. Dari penelitian
itu Schneirla menyimpulkan bahwa zat kimia yang dikeluarkan dari makanan
ataupun dari musuh semut menempel pada semut itu. Ketika bertemu dengan
semut temannya, semut ini akan saling menyapa (bersentuhan). Dengan
saling menyapa inilah zat kimia dari semut akan memberi tahu temannya
(melalui antena di kepala semut) apakah di lingkungan sekitarnya ada
makanan atau ada musuh.
Sirih Hutan (Piper caducibracteum)
Sirih hutan (Piper caducibracteum) merupakan jenis tanaman yang
tumbuh dengan cara merambat atau bersandar pada benda (tegakkan) di
sekitarnya. Panjang tanaman sirih mampu mencapai puluhan meter. Tanaman
sirih tumbuh dengan cara merambat karena batangnya lemah, ia
mengembangkan beberapa organ khusus seperti tendril atau sulur, untuk
membantunya bertahan hidup dengan “menumpang” pada struktur lain yang
lebih tinggi dan kuat. Tendril atau sulur yang digunakan oleh tanaman sirih
ini untuk bergantung ke penyangga merupakan batang yang termodifikasi.
Setelah “menjerat” penyangga, tendril mengumpar sehingga tumbuhan
tertarik mendekati penyangga tersebut (Patricia, 2008: 319).
Peristiwa seperti ini yang dalam istilah biologi disebut dengan gerakan
tigmotropisme. Tigmotropisme merupakan gerakan atau respon yang
dihasilkan ketika organisme dirangsang oleh sentuhan. Jenis stimulus ini
dikenal sebagai stimulus kontak. Secara khusus, respon ini biasanya terlihat
pada tanaman, dan dapat mempengaruhi pengaturan dan orientasi tanaman
selama pertumbuhannya. Tanaman menggunakan hormon (pembawa pesan
kimiawi) tumbuh sebagai respon terhadap stimulus kontak. Sel-sel tanaman
yang berada dalam kontak dengan permukaan stimulus akan menghasilkan
auksin, hormon yang merangsang pertumbuhan. Secara khusus, auksin dalam
hal ini akan merangsang sel-sel non-berhubungan untuk tumbuh lebih cepat,
yang akan menghasilkan tanaman “melengkung” di sekitar permukaan
kontak. Hormon lain yang disebut etilen, juga digunakan untuk membantu
batang dan pertumbuhan jaringan lainnya sebagai tanaman yang tumbuh di
sekitar objek.
Laba-laba Penenun (Araneus diadematus)
Laba-laba penenun (Araneus diadematus) adalah salah satu jenis
spesies laba-laba yang kebanyakan merupakan predator (pemangsa)
penyergap. Laba-laba penenun membuat jaring-jaring sutera berbentuk
kurang lebih bulat di udara, di antara dedaunan dan ranting-ranting, di muka
rekahan batu, di sudut-sudut bangunan, di antara kawat telepon, dan lain-lain.
Jaring ini bersifat lekat, untuk menangkap serangga terbang yang menjadi
mangsanya. Begitu serangga terperangkap jaring, laba-laba segera mendekat
dan menusukkan taringnya kepada mangsa untuk melumpuhkan dan
sekaligus mengirimkan enzim pencerna ke dalam tubuh mangsanya.
Selain itu, laba-laba penenun juga memiliki perilaku lain berdasarkan
pengamatan yang berhasil kami lakukan, yaitu kemampuannya membungkus
tubuh mangsa dengan lilitan benang-benang sutera dari dalam tubuhnya.
Kemampuan ini sangat berguna terutama jika si mangsa memiliki alat
pembela diri yang berbahaya, seperti lebah yang mempunyai sengat.
Disamping itu tujuan laba-laba penenun membungkus tubuh mangsanya
adalah jika laba-laba tersebut ingin menyimpan atau mengawetkan
mangsanya sambil menanti saat yang diinginkan untuk menikmatinya
belakangan.
Puring (Codiaeum variegatum)
Puring (Codiaeum variegatum) merupakan tanaman asli Indonesia.
Tanaman ini diminati sebagai tanaman hias karena keindahan daunnya. Daun
puring terkenal dengan bentuknya yang bermacam-macam dan warna daun
yang bermacam-macam pula. Kadangkala dalam satu pohon, warna yang
timbul di daunnya bisa mencapai 4 warna bahkan lebih. Seperti tanaman
puring yang berhasil kami amati yaitu warna daun dalam satu pohon adalah
berbeda-beda, ada yang berwarna hijau dengan bercak kuning, kuning
keseluruhan, maupun hijau keseluruhan.
Dalam hal ini, daun puring tersusun berselang-seling atau saling
berhadapan dan duduk pada ruas batang tanaman. Daun yang masih muda
akan selalu berwarna hijau cerah. Seiring dengan perkembangannya, daundaun baru ini akan berubah warnanya sesuai dengan jenisnya sebagai
contohnya akan berubah warna menjadi kuning. Ciri khas puring adalah
dengan perkembangan tanaman ini warna daun muda akan berbeda dengan
warna daun tua. Akibatnya akan terjadi perpaduan warna yang sangat indah.
H. KESIMPULAN
1. Identifikasi terhadap objek biologi dapat dilakukan pada hewan maupun
tumbuhan baik pada tingkat kehidupan sel, jaringan, organ/sistem organ,
2.
individu, populasi, komunitas, bahkan pada tingkat bioma.
Pada pengamatan terhadap suatu objek biologi, dapat ditemukan gejalagejala biologi, baik gejala benda maupun gejala peristiwa yang pada
akhirnya dapat ditemukan jenis persoalan dasar biologi menurut BSCS
terhadap objek pengamatan tersebut.
I.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A., Jane B. Reece. 2008. Biologi Edisi 8 Jilid 2 (Alih Bahasa
oleh Damaring Tyas W.). Jakarta: Erlangga.
Prawirohartono, Slamet. 2004. Sains Biologi 1. Jakarta: Bumi Aksara.
Pujawati, Sri. et al. (2011). Pengamatan Perilaku Semut. [Online]. Tersedia:
http://shreepoedja.blogspot.com/2013/01/perilaku-semut.html. [22
September 2014]
Rohmanah, Chy. (2014). Ruang Lingkup Biologi dan Struktur Keilmuannya.
[Online]. Tersedia: http://blogging.co.id/ruang-lingkup-biologi. [22
September 2014]
Sasmi, Anggun C. (2014). Laba-laba. [Online]. Tersedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Laba-laba. [18 September 2014]
Sridianti. (2014). Apa Pengertian Tigmotropisme Pada Tumbuhan. [Online].
Tersedia: http://www.sridianti.com/apa-pengertian-tigmotropisme-padatumbuhan.html. [22 September]
Suparwoto. 2011. Fisika Umum: Telaah Gejala Alam Secara Terintegrasi.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Yahya, Harun. (_____). Menjelajah Dunia Semut. [Online]. Tersedia:
http://id.harunyahya.com/id/Buku/769/menjelajah-duniasemut/chapter/3014#14. [23 September 2014]
_____. (2013). Mengenal Gejala Biologi. [Online]. Tersedia:
http://rumahkacailmiah.blogspot.com/2013/06/praktium-mengenalgejala-biologi.html. [18 September 2014]
PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM
“Objek, Gejala, Tingkat Organisasi Kehidupan, dan Persoalan Biologi”
KIMIA E KELOMPOK 8
Siti Dewi Fatimah
NIM. 14307141045
Very Ega Efrika
NIM. 14307141059
Sari Rosiati Nur Khasanah
NIM. 14307144004
Haryo Rohmadiyanto
NIM. 14307144011
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014
A. TOPIK
Objek, gejala, tingkat organisasi kehidupan, dan persoalan biologi.
B. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi berbagai macam objek biologi, gejala,
2.
dan tingkat organisasi kehidupannya, yang terdapat di lingkungan sekitar.
Mahasiswa dapat menemukan persoalan biologi berdasarkan hasil
pengamatannya.
C. DASAR TEORI
Biologi merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
atau Sains yang mempelajari khusus tentang seluk-beluk kehidupan. Cakupan
kajian biologi meliputi makhluk hidup itu sendiri, zat-zat penyusun tubuh
makhluk hidup, zat dan energi yang dibutuhkan makhluk hidup, dan segala
hal yang berkaitan dengan makhluk hidup (Prawirohartono, 2004: 2).
Kebutuhan pertama dalam Sains adalah pengamatan atau penginderaan
yang tepat dan cermat. Penginderaan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk,
tidak hanya penggunaan mata, tetapi tercakup di dalamnya penggunaan
telinga, hidung, dan dengan perasa (sense) lainnya. Semakin teliti dan
lengkap penggunaan alat indera, gejala objek semakin banyak terungkap.
Umumnya penginderaan secara scientific dilakukan secara tidak
langsung dengan menggunakan alat bantu pengukuran dan instrument,
misalnya melalui lensa pada mikroskop, gerakan jarum pada berbagai alat
pengukuran, dan lain-lainnya. Gejala berat, volume, maupun panjang dapat
diamati dengan bantuan alat bantu pengukuran. Sementara untuk melihat
gejala struktur mikroskopis dapat diamati dengan alat bantu berupa alat
pembesar seperti lup atau mikroskop. Pemilihan alat bantu harus tepat dan
presisinya tinggi agar datanya akurat. Pengamatan diarahkan pada sesuatu,
sehingga dapat dipergunakan untuk menjawab suatu pertanyaan dan
memecahkan suatu masalah. Akhirnya dapat dibuat suatu kesimpulan.
Objek biologi meliputi seluruh kehidupan yang ada di permukaan bumi,
baik yang sudah punah maupun yang masih hidup. Objek biologi tersebut
dikelompokkan ke dalam lima dunia kehidupan, yaitu Monera, Protista,
Fungi, Plantae, dan Animalia (Prawirohartono, 2004: 7). Sedangkan
berdasarkan struktur keilmuan BSCS (Biological Science Curriculum Study),
bahwa objek biologi meliputi beberapa kingdom yaitu: Plantae, Animalia,
Protista, Fungi, Archebacteria, dan Eubacteria (Mayer, 1980). Pada objek
biologi melekat dua macam gejala, yaitu gejala benda dan gejala peristiwa.
Gejala benda adalah gejala tentang struktur benda, seperti bentuk, ukuran,
warna, dan lain-lain. Sedangkan gejala peristiwa menunjuk pada proses,
seperti bernafas, menghasilkan aroma, tumbuh, tersenyum, melepaskan O2
atau gelembung udara, kilat atau guntur, dan seterusnya.
Gejala biologi tersebut dapat diamati pada setiap tingkatan organisasi
kehidupan. Baik pada tingkat sel, jaringan, organ/sistem organ, individu,
populasi, komunitas, bahkan hingga pada tingkat bioma. Dari pengamatan
gejala biologi, maka akan ditemukan suatu persoalan yang menurut BSCS
terdapat 9 macam persoalan dasar biologi, yaitu:
Biologi sebagai proses inkuiri,
Sejarah konsep biologi,
Evolusi,
Keanekaragaman dan keseragaman,
Genetika dan kelangsungan hidup,
Organisme dan lingkungan,
Perilaku (etologi),
Struktur dan fungsi,
Regulasi (sistem pengaturan).
Hasil pengamatan menggunakan indera maupun dengan menggunakan
alat ukur terhadap gejala biologi, akan diperoleh gambaran tentang fakta atau
kenyataan alamiah. Fakta ini dapat terjadi secara berulang-ulang dan
selanjutnya inderapun juga akan merespon gejala tersebut. Dengan
dilakukannya pencatatan yang sistematis, dapat menghasilkan gambaran fakta
yang semakin utuh (Suparwoto, 2011: 5).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Lup/kaca pembesar
2. Buku dan alat tulis
E. PROSEDUR KERJA
Mengidentifikasi macam objek biologi yang ditemukan
pada lokasi pengamatan.
Memfokuskan pengamatan pada organ/bagian individu, individu,
atau sekelompok individu organisme yang menarik perhatian.
Mengamati ciri atau gejala-gejala yang dapat ditangkap,
kemudian mencatat atau mendeskripsikan.
Merujuk pada struktur biologi menurut BSCS, kemudian menyebutkan
macam objek biologi, tingkatan organisasi kehidupan, dan macam
persoalan dari ciri atau gejala tersebut.
Memasukkan data ke dalam tabel.
F.
HASIL PENGAMATAN
No
Macam Objek
.
Biologi
1.
Semut Hitam
Tingkat
Organisasi
Macam
Gejala
Kehidupan
Populasi
Setiap saat seekor
(Dolichoderus
semut bertemu dengan
thoracicus)
semut lain, maka akan
Persoalan
Biologi
Perilaku
terlihat seolah-olah
“mengadu kepala”
2.
satu sama lain.
Pertumbuhan sirih
Organisme
(Piper
hutan mengikuti
dan
caducibracteum
penyagga (tegakkan)
Lingkungan
)
yang berada di
Sirih Hutan
Individu
3.
Laba-laba
Individu
sekitarnya.
Jika ada musuh yang
Penenun
terjebak ke dalam
(Araneus
jaring-jaringnya, laba-
diadematus)
laba penenun akan
Perilaku
membungkus musuh
dengan jaring sebelum
4.
memangsanya.
Warna daun dalam
Struktur dan
(Codiaeum
satu pohon adalah
Fungsi
variegatum)
berbeda-beda, ada
Puring
Individu
yang berwarna hijau
dengan bercak kuning,
hijau keseluruhan,
maupun kuning
keseluruhan.
G. PEMBAHASAN
Kegiatan pengamatan atau penginderaan merupakan kebutuhan pertama
dalam Sains. Pada praktikum ini, telah dilakukan pengamatan terhadap suatu
objek berupa makhluk hidup baik hewan maupun tumbuhan. Pengamatan
mengarah pada gejala biologi (gejala benda dan gejala peristiwa) pada tingkat
organisasi kehidupan tertentu dengan tujuan dapat menemukan persoalan
biologi dengan merujuk pada struktur biologi menurut BSCS. Pengamatan
yang dilaksanakan berlokasi di area kebun biologi Fakultas MIPA UNY
dengan objek yang berhasil kami amati adalah semut hitam, sirih hutan, labalaba penenun, dan puring.
Semut Hitam (Dolichoderus thoracicus)
Semut hitam (Dolichoderus thoracicus) merupakan binatang yang pada
umumnya dikenal sebagai hewan yang hidup secara berkelompok. Mereka
memiliki ciri khas yang sering kita lihat, salah satunya ketika seekor semut
bertemu dengan semut lain, seolah-olah mereka saling “mengadu kepala” satu
sama lain. Perilaku seperti ini tidak lain adalah memiliki tujuan tertentu,
yakni untuk melakukan komunikasi antar semut dengan cara bersentuhan
antena. Isyarat antena semut yang dilakukan dengan bersentuhan ini
digunakan untuk berbagai tujuan, misalnya dimulainya makan, ajakan, dan
pertemuan sosial agar teman-teman sesarang saling mengenal. Dalam sejenis
spesies semut pekerja akan bersentuhan antena ketika bertemu.
Gerakan ajakan ini sangat jelas dalam beberapa spesies semut. Saat dua
ekor pekerja bertemu berhadapan, semut pengajak memiringkan kepalanya ke
samping 90 derajat dan menyentuh bagian atas dan bawah kepala temannya
dengan antena (Harun Yahya). Semut yang diajak menanggapi dengan cara
yang sama. Saat semut menyentuh tubuh teman sarangnya, tujuannya
bukanlah memberi informasi, melainkan memperoleh informasi dengan
mendeteksi zat kimia yang disekresi yang disebut feromon. Feromon adalah
senyawa kimia yang diproduksi oleh organisme untuk menandakan
kehadirannya kepada anggota lain dari spesies yang sama. Zat ini ditemukan
oleh Jean-Henri Fabre pada tahun 1870.
Seekor semut mengetuk ringan tubuh temannya dan menyentuh kuat
dengan antena. Tujuannya adalah membawa isyarat kimiawi sedekat
mungkin. Akhirnya, ia akan mampu mendeteksi dan mengikuti jalur bau yang
baru ditinggalkan temannya dan mencapai sumber makanan.
T. C. Schneirla, seorang peneliti di New York University, pernah
mengadakan percobaan dengan semut. Ia mengambil seekor semut lalu
ditaruh dalam tempat yang berisi makanan. Semut lain ditaruh dalam tempat
yang berisi semut-semut musuh. Kemudian kelakuan kedua semut ini diamati
terutama ketika berpapasan dengan teman-temannya di jalan. Dari penelitian
itu Schneirla menyimpulkan bahwa zat kimia yang dikeluarkan dari makanan
ataupun dari musuh semut menempel pada semut itu. Ketika bertemu dengan
semut temannya, semut ini akan saling menyapa (bersentuhan). Dengan
saling menyapa inilah zat kimia dari semut akan memberi tahu temannya
(melalui antena di kepala semut) apakah di lingkungan sekitarnya ada
makanan atau ada musuh.
Sirih Hutan (Piper caducibracteum)
Sirih hutan (Piper caducibracteum) merupakan jenis tanaman yang
tumbuh dengan cara merambat atau bersandar pada benda (tegakkan) di
sekitarnya. Panjang tanaman sirih mampu mencapai puluhan meter. Tanaman
sirih tumbuh dengan cara merambat karena batangnya lemah, ia
mengembangkan beberapa organ khusus seperti tendril atau sulur, untuk
membantunya bertahan hidup dengan “menumpang” pada struktur lain yang
lebih tinggi dan kuat. Tendril atau sulur yang digunakan oleh tanaman sirih
ini untuk bergantung ke penyangga merupakan batang yang termodifikasi.
Setelah “menjerat” penyangga, tendril mengumpar sehingga tumbuhan
tertarik mendekati penyangga tersebut (Patricia, 2008: 319).
Peristiwa seperti ini yang dalam istilah biologi disebut dengan gerakan
tigmotropisme. Tigmotropisme merupakan gerakan atau respon yang
dihasilkan ketika organisme dirangsang oleh sentuhan. Jenis stimulus ini
dikenal sebagai stimulus kontak. Secara khusus, respon ini biasanya terlihat
pada tanaman, dan dapat mempengaruhi pengaturan dan orientasi tanaman
selama pertumbuhannya. Tanaman menggunakan hormon (pembawa pesan
kimiawi) tumbuh sebagai respon terhadap stimulus kontak. Sel-sel tanaman
yang berada dalam kontak dengan permukaan stimulus akan menghasilkan
auksin, hormon yang merangsang pertumbuhan. Secara khusus, auksin dalam
hal ini akan merangsang sel-sel non-berhubungan untuk tumbuh lebih cepat,
yang akan menghasilkan tanaman “melengkung” di sekitar permukaan
kontak. Hormon lain yang disebut etilen, juga digunakan untuk membantu
batang dan pertumbuhan jaringan lainnya sebagai tanaman yang tumbuh di
sekitar objek.
Laba-laba Penenun (Araneus diadematus)
Laba-laba penenun (Araneus diadematus) adalah salah satu jenis
spesies laba-laba yang kebanyakan merupakan predator (pemangsa)
penyergap. Laba-laba penenun membuat jaring-jaring sutera berbentuk
kurang lebih bulat di udara, di antara dedaunan dan ranting-ranting, di muka
rekahan batu, di sudut-sudut bangunan, di antara kawat telepon, dan lain-lain.
Jaring ini bersifat lekat, untuk menangkap serangga terbang yang menjadi
mangsanya. Begitu serangga terperangkap jaring, laba-laba segera mendekat
dan menusukkan taringnya kepada mangsa untuk melumpuhkan dan
sekaligus mengirimkan enzim pencerna ke dalam tubuh mangsanya.
Selain itu, laba-laba penenun juga memiliki perilaku lain berdasarkan
pengamatan yang berhasil kami lakukan, yaitu kemampuannya membungkus
tubuh mangsa dengan lilitan benang-benang sutera dari dalam tubuhnya.
Kemampuan ini sangat berguna terutama jika si mangsa memiliki alat
pembela diri yang berbahaya, seperti lebah yang mempunyai sengat.
Disamping itu tujuan laba-laba penenun membungkus tubuh mangsanya
adalah jika laba-laba tersebut ingin menyimpan atau mengawetkan
mangsanya sambil menanti saat yang diinginkan untuk menikmatinya
belakangan.
Puring (Codiaeum variegatum)
Puring (Codiaeum variegatum) merupakan tanaman asli Indonesia.
Tanaman ini diminati sebagai tanaman hias karena keindahan daunnya. Daun
puring terkenal dengan bentuknya yang bermacam-macam dan warna daun
yang bermacam-macam pula. Kadangkala dalam satu pohon, warna yang
timbul di daunnya bisa mencapai 4 warna bahkan lebih. Seperti tanaman
puring yang berhasil kami amati yaitu warna daun dalam satu pohon adalah
berbeda-beda, ada yang berwarna hijau dengan bercak kuning, kuning
keseluruhan, maupun hijau keseluruhan.
Dalam hal ini, daun puring tersusun berselang-seling atau saling
berhadapan dan duduk pada ruas batang tanaman. Daun yang masih muda
akan selalu berwarna hijau cerah. Seiring dengan perkembangannya, daundaun baru ini akan berubah warnanya sesuai dengan jenisnya sebagai
contohnya akan berubah warna menjadi kuning. Ciri khas puring adalah
dengan perkembangan tanaman ini warna daun muda akan berbeda dengan
warna daun tua. Akibatnya akan terjadi perpaduan warna yang sangat indah.
H. KESIMPULAN
1. Identifikasi terhadap objek biologi dapat dilakukan pada hewan maupun
tumbuhan baik pada tingkat kehidupan sel, jaringan, organ/sistem organ,
2.
individu, populasi, komunitas, bahkan pada tingkat bioma.
Pada pengamatan terhadap suatu objek biologi, dapat ditemukan gejalagejala biologi, baik gejala benda maupun gejala peristiwa yang pada
akhirnya dapat ditemukan jenis persoalan dasar biologi menurut BSCS
terhadap objek pengamatan tersebut.
I.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A., Jane B. Reece. 2008. Biologi Edisi 8 Jilid 2 (Alih Bahasa
oleh Damaring Tyas W.). Jakarta: Erlangga.
Prawirohartono, Slamet. 2004. Sains Biologi 1. Jakarta: Bumi Aksara.
Pujawati, Sri. et al. (2011). Pengamatan Perilaku Semut. [Online]. Tersedia:
http://shreepoedja.blogspot.com/2013/01/perilaku-semut.html. [22
September 2014]
Rohmanah, Chy. (2014). Ruang Lingkup Biologi dan Struktur Keilmuannya.
[Online]. Tersedia: http://blogging.co.id/ruang-lingkup-biologi. [22
September 2014]
Sasmi, Anggun C. (2014). Laba-laba. [Online]. Tersedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Laba-laba. [18 September 2014]
Sridianti. (2014). Apa Pengertian Tigmotropisme Pada Tumbuhan. [Online].
Tersedia: http://www.sridianti.com/apa-pengertian-tigmotropisme-padatumbuhan.html. [22 September]
Suparwoto. 2011. Fisika Umum: Telaah Gejala Alam Secara Terintegrasi.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Yahya, Harun. (_____). Menjelajah Dunia Semut. [Online]. Tersedia:
http://id.harunyahya.com/id/Buku/769/menjelajah-duniasemut/chapter/3014#14. [23 September 2014]
_____. (2013). Mengenal Gejala Biologi. [Online]. Tersedia:
http://rumahkacailmiah.blogspot.com/2013/06/praktium-mengenalgejala-biologi.html. [18 September 2014]