Analisis Perkembangan Industri Kecil Sepatu di Kota Medan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Dari perspektif dunia, diakui bahwa industri kecil mempunyai peranan yang
sangat penting dalam membangun perekonomian suatu negara bukan saja di
negara berkembang seperti Indonesia tetapi juga di negara-negara maju
(Tambunan,2009). Usaha kecil dan menegah merupakan kekuatan yang sangat
mendorong dalam pembangunan ekonomi. Di Indonesia, industri kecil, menengah
(IKM) memiliki peran yang sangat penting terutama di dalam penyediaan
kesempatan kerja, penyediaan produk,

dan peningkatan pendapatan sehingga

diharapkan dapat berperan secara optimal dalam menanggulangi masalah
pengangguran yang selalu meningkat.
Tabel 1.1
Kontribusi IKM terhadap perekonomian Indonesia
Tahun
Jumlah IKM
Jumlah Tenaga

Kerja
2011
424 284
3 483 491
2012
405 296
3 523 506
2013
531 351
4 325 254
2014
284 501
2 322 891
2015
283 022
2 271 387
Sumber: BPS, tahun 2015

Dari data diatas dapat dilihat bahwa jumlah IKM yang ada di Indonesia
tidaklah sedikit dan jumlah yang besar itu dapat menampung tenaga kerja yang

juga tidak sedikit. Hal ini tentu sangat menolong perekonomian Indonesia
khususnya di dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi
pengangguran tenaga kerja.Tetapi data pada tahun 2014 dan 2015 menunjukkan
bahwa IKM di Indonesia mengalami penurunan yang cukup banyak dan begitu

1
Universitas Sumatera Utara

juga dengan penurunan jumlah tenaga kerja yang diterima oleh IKM. Fenomena
ini seharusnya menjadi masalah yang harus diperhatikan oleh pemerintah dan
lembaga-lembaga yang menangani IKM karena penurunan yang cukup signifikan
diatas berdampak terhadap meningkatnya pengangguran masyarakat dan juga
pendapatan yang diterima oleh masyarakat.
Salah satu sektor IKM yang memiliki perkembangan yang pesat dan
memberikan sumbangan yang besar terhadap perekonomian Indonesia adalah
industri pengolahan sepatu. Hal tersebut dapat kita lihat dari ekspor sepatu
Indonesia pada tahun 2010 – 2014 yang ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 1.2
Ekspor Sepatu Indonesia
Negara Tujuan


2010

2011

2012

2013

2014

Jepang

8.035,4

9.613,5

10.782,3

13.605,5


13.456,1

Singapura

5.021,5

4.923,6

5.371,8

7.125,9

5.106,3

Amerika Serikat

37.139,2

43.330,8


49.828,9

55.845,7

58.823,0

Inggris

14.433,9

15.764,2

14.491,2

13.563,5

14.375,6

Belanda


8.677,2

11.127,3

9.772,9

8.778,4

7.278,9

Jerman

12.539,3

14.991,4

13.650,5

13.529,8


13.569,6

Belgia

14.249,1

17.767,2

18.004,5

17.260,2

19.371,8

Italia

10.377,0

10.793,3


7.674,1

6.892,8

6.428,0

Spanyol

2.535,6

3.271,2

3.031,7

2.692,6

2.831,9

Slovakia


599,3

452,6

393,4

345,7

257,8

Lainnya

52.381,6

66.344,6

66.134,2

73.284,5


73.519,8

Jumlah

165.989,1

198.379,7

199.135,5

212.924,6

215.018,8

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS, 2015)

Data diatas menunjukkan bahwa ekspor sepatu Indonesia mengalami
peningkatan setiap tahunnya dan hal tersebut tentu memberikan dampak yang
positif terhadap perekonomian Indonesia terkhususnya terhadap devisa negara.

Kota Medan adalah salah satu kota di Indonesia yang juga banyak
memproduksi sepatu. Sebagaimana diketahui bahwa kota Medan sebagai ibu Kota

2
Universitas Sumatera Utara

Provinsi Sumatera utara mengalami perkembangan yang pesat baik dalam bidang
perdagangan maupun sektor industri dan jasa termasuk pengembangan subsektor
industri dan kerajinan. Keberadaan industri kecil yang merupakan salah satu sub
sektor dari sektor industri tentu memberikan sumbangan yang besar dalam
meningkatkan perekonomian kota Medan. Hal ini ditunjukkan dengan sumbangan
sektor industri terhadap PDRB kota Medan yang mencapai 20,66% pada tahun
2012, 19,83% pada tahun 2013, dan 19,90% pada tahun 2014. ( BPS, 2015 ).
Namun demikian terdapat banyak tantangan yang harus dihadapi oleh IKM
dalam meningkatkan produknya baik dalam kualitas maupun kuantitas. Tantangan
tersebut ada yang dari dalam IKM sendiri (internal) dan ada juga yang datang dari
luar IKM tersebut (eksternal). Beberapa fenomena yang terjadi dalam industri
kecil di Indonesia adalah para pengrajin atau industri kecil yang sering
mengatakan bahwa mereka kekurangan modal usaha dan sulit untuk mendapatkan
bantuan modal, sementara data pada September, 2015 mengatakan bahwa
pemerintah telah menerbitkan sebuah kebijakan ekonomi untuk mendorong
perekonomian nasional dimana salah satu poin dari kebijakan tersebut adalah
memberdayakan UMKM dengan memberikan bantuan fasilitas subsidi bunga
dalam pembiayaan ekspor melalui Lembaga Pembiayaan Ekspo Indonesia dan
dan Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan menurunkan bunga kredit dari
22-23% menjadi 12% (Kemenkeu.go.id). Fenomena lain yang juga sering terjadi
dalam industri kecil Indonesia adalah banyak dari industrikecil di Indonesia yang
merupakan usaha keluarga yang turun temurun sehingga usia dari industri kecil
ini banyak yang sudah mencapai usia dewasa yaitu diatas 10 tahun, usia ini

3
Universitas Sumatera Utara

seharusnya memberikan gambaran bahwa industri tersebut akan mengalami
perkembangan baik dari jumlah yang di produksi, tujuan pemasaran, tenaga kerja,
maupun pendapatan yang diperoleh, namun pada kenyataan nya banyak dari
industri kecil ini yang tidak mengalami perkembangan bahkan mengalami
penurunan jumlah tenaga kerja dan dan pendapatanBerdasarkan hasil pengamatan
yang dilakukan oleh Meliala, dkk (2014) mengatakan bahwa faktor internal yang
dihadapi oleh IKM adalah sebagai berikut :
1. Peralatan yang sederhana atau bisa dikatakan peralatan yang belum
memadai, dimana setiap proses produksinya masih menggunakan
peralatan yang sangat sederhana dan masih manual. Misalnya saja dalam
menggambar pola sol sepatu dilakukan secara manual dan pengguntingan
pola juga dilakukan secara manual.
2. Pemborosan yang sering terjadi dalam proses produksi. Misalnya dalam
penggambaran antara pola yang satu dengan pola yang lain terdapat jarak
yang cukup luas sehingga terjadi pemborosan pada bahan baku.
3. Kualitas dan motivasi pekerja yang minim, dimana para pekerja sering
tidak fokus saat bekerja karena bekerja sambil bercerita dan tidak sedikit
pekerja yang tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai proses
pembuatan sepatu. Hal tersebut juga dilatabelakangi oleh pendidikan
pekerja yang rendah dimana kebanyakan pekerja hanya tamat SD atau
SMP saja yang mencapai 67% dari jumlah pekerja yang ada.
4. Modal yang minim yang menyebabkan IKM sulit untuk meningkatkan
produksinya baik secara kualitatf maupun secara kuantitatif.

4
Universitas Sumatera Utara

5. Belum ada nya suatu standardisasi yang menjamin kualitas IKM
tersebut,sehingga kurang mendapatkan kepercayaan masyarakat.
Selain faktor internal tentu juga ada faktor eksternal yang menghambat
pertumbuhan IKM antara lain seperti :
1. Sarana dan prasarana yang tidak mendukung. Contohnya listrik yang
sering padam mengakibatkan pihak IMK rugi karena tidak bisa beroperasi
maksimal saat lampu padam.
2. Tingkat persaingan usaha yang semakin ketat dan maju baik yang berasal
dari dalam maupun dari luar indonesia.
Faktor diatas tentu memiliki dampak terhadap perkembangan IKM sepatu
yang ada di kota Medan. Berikut adalah tabel perkembangan IKM sepatu yang
ada di kota Medan.
Tabel 1.3
Perkembangan industri kecil sepatu di Kota Medan
No
Tahun
Jumlah Industri Kecil Sepatu
(Unit)
59

1

2012

2

2013

63

3

2014

65

4

2015

56

Sumber : Disperindag Kota Medan, 2015

Tabel 1.3 diatas menunjukkan perkembangan industri kecil Sepatu di kota
Medan yang sangat kecil, bahkan mengalami penurunan di tahun 2015. Hal ini
seharus nya menjadi perhatian bagi pemerintah kota Medan, apa yang sebenarnya
menjadi faktor yang mempengaruhi daya saing industri sepatu di Kota Medan
sehingga industri tersebut mengalami pertumbuhan yang sangat kecil.

5
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan uraian – uraian tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penulisan skripsi dengan judul “ Analisis Perkembangan Industri
Kecil Sepatu di Kota Medan)”
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang akan dikaji dalam

penelitian ini adalah :
1. Bagaimana profil industri kecil sepatu di Kota Medan?
2. Bagaimana perkembangan industri kecil sepatu di Kota Medan?
3. Hambatan atau permasalahan apa yang di alami industri kecil sepatu di
Kota Medan?
4. Apakah terdapat hubungan antar variabel independen : Tenaga kerja(X1),
Umur perusahaan (X2), Legalitas usaha (X3), dan Fasilitas kredit (X4)
dengan variabel dependen : Perkembangan industri kecil yaitu : Jumlah
produksi, Tujuan pemasaran, Pendapatan industri kecil?
1.3

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui profil industri kecil sepatu di Kota Medan
2. Untuk mengetahui perkembangan industri kecil sepatu di Kota Medan
3. Untuk mengetahui permasalahan yang dijumpai pada industri kecil sepatu
di Kota Medan.
4. Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen : Tenaga
kerja(X1), Umur perusahaan (X2), Legalitas usaha (X3), dan Fasilitas

6
Universitas Sumatera Utara

kredit (X4) dengan variabel dependen : Perkembangan industri kecil yaitu
: Jumlah produksi, Tujuan pemasaran, Pendapatan industri kecil.
1.4

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1.Dapat memberikan gambaran bagi pemerintah sebagai pembuat kebijakan
mengenai kondisi IKM dalam hal ini industri kecil sepatu dan juga bagi
Koperasi industri kerajinan sepatu di kota Medan.
2. Dapat memberikan masukan kepada pihak bank untuk lebih memperhatikan
pemberian modal terhadap IKM di Kota Medan.
3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian lain yang
berhubungan dengan daya saing industri kecil sepatu
4. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis.

7
Universitas Sumatera Utara