Pengrajin Gerabah (Studi Etnografi Usaha Pengrajin Gerabah dalam Menghadapi Perubahan Teknologi)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Penelitian ini mengkaji tentang strategi bertahan hidup pengrajin gerabah
di Jorong Galogandang Nagari III Koto, Kecamatan Rambatan, Kabupaten Tanah
Datar, Provinsi Sumatera Barat. Pemilihan tema penelitian ini berdasarkan
ketertarikan peneliti terhadap pengrajin yang dilihat dari segi cara-cara yang
dikembangkan para pengrajin gerabah dalam bertahan hidup pada zaman modern,
sehingga pengrajin masih bisa memproduksi gerabah dengan cara tradisional.
Gerabah merupakan suatu hasil karya seni ciptaan manusia yang
menghasilkan suatu

benda yang memiliki kegunaan atau nilai yang tinggi,

sehingga dapat digunakan di dalam kehidupan sehari-hari. Kerajinan gerabah di
Galogandang menghasilkan alat-alat kebutuhan rumah tangga seperti periuk,
wajan, dan piring yang terbuat dari olahan tanah liat.
Usaha gerabah di Galogandang merupakan usaha turun-temurun dari
nenek moyang mereka. Penduduk di Galogandang sebagian besar bermata
pencaharian bertani, berdagang dan memiliki tradisi seperti merantau. Biasanya

para laki-laki atau kepala rumah tangga yang bekerja, namun untuk memproduksi
kerajinan gerabah sendiri dilakukan oleh para perempuan-perempuan atau ibu-ibu
rumah tangga di daerah tersebut. Awalnya pekerjaan ini dijadikan sebagai
aktivitas sampingan atau pengisi waktu luang, tetapi seiring berjalannya waktu
produksi kerajinan

gerabah dijadikan sebagai mata pencaharian tetap oleh

masyarakat untuk menambah penghasilan di keluarganya.

1

Universitas Sumatera Utara

Proses pembuatan gerabah membutuhkan waktu yang lumayan lama.
Untuk menghasilkan satu produk gerabah siap pakai dibutuhkan waktu minimal
sepuluh hari. Hal ini dikarenakan untuk memproduksi gerabah mulai dari
pengolahan tanah liat, mencetak, menjemur sampai dengan membakar
menggunakan teknik dan alat yang sangat sederhana atau tradisional. Walaupun
demikian, kerajinan yang dihasilkan memiliki kualitas yang bagus untuk

dipasarkan. Hasil kerajinan ini akan dipasarkan ke masyarakat luas, tidak hanya di
wilayah Kabupaten Tanah Datar tetapi juga di wilayah Sumatera lainnya seperti
Jambi, Bengkulu, Riau, dan Medan.
Seiring perkembangan zaman dan teknologi, timbullah berbagai macam
peralatan yang lebih canggih dari gerabah. Banyak perusahaan-perusahan atau
pabrik-pabrik yang mengolah bahan-bahan seperti stainless, logam, aluminium
dan tembaga menjadi alat-alat kebutuhan rumah tangga yang lebih berkualitas dari
pada gerabah, sehingga menghimpit perkembangan dan pemasaran gerabah di
masyarakat. Sebagian masyarakat berpindah menggunakan alat-alat yang lebih
modern dan meninggalkan gerabah. Masyarakat beralasan bahwa penggunaan alat
yang modern lebih berkualitas, praktis, bersih dan memiliki tren tersendiri.
Perubahan ini tentunya sangat berpengaruh pada pengrajin gerabah di
Galogandang. Perubahan yang terjadi kurang menguntungkan bagi pengrajin,
karena berkurangnya minat masyarakat untuk memakai kerajinan tradisional ini.
Hal ini berdampak pada proses produksi gerabah. Kerajinan gerabah yang
dihasilkan semakin sedikit dari hari ke hari. Selain itu dari segi pemasaran pun
berpengaruh, biasanya gerabah ini dipasarkan ke pemesan, serta pasar dan
masyarakat luas dengan cara menjajakan keliling kampung, namun sekarang

2


Universitas Sumatera Utara

hanya kepada pemesan gerabah saja. Banyak di antara penjual gerabah yang
sudah tidak berjualan lagi di pasar-pasar.
Masyarakat pengrajin gerabah mulai berpikir bagaimana cara menyikapi
perubahan teknologi tersebut. Pengrajin melakukan modifikasi-modifikasi untuk
hasil kerajinan mereka, seperti pengrajin mulai memikirkan dan memproduksi
alat-alat baru selain dari hasil kerajinan mereka yang biasanya. Selain itu, untuk
pemasaran keliling kampung biasanya dengan berjalan kaki namun sekarang
sudah mulai menggunakan kendaraan bermotor. Dari segi pemasaran lainnya
masyarakat menjual hasil kerajinannya ke tengkulak-tengkulak atau agen. Hal ini
akan membutuhkan modal yang cukup besar untuk biaya akomodasi dalam bidang
pemasaran.

1.2. Tinjauan Pustaka
Berbagai kajian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya mengenai
kerajinan gerabah. Kajiansebelumnya oleh

Azmi (2012), menjelaskan bahwa


produk kerajinan gerabah Maron Jaya Art Shop berjenis keramik gerabah benda
hias/souvenir. Produk kerajinan gerabah ini mempunyai karakter yang dapat
memenuhi keinginan konsumen dan harganya relatif murah sehingga dapat
bertahan lama. Menariknya bentuk dan antiknya keramik gerabah masih dilirik
masyarakat sebagai souvenir. Bapak Ngadiono sebagai pengrajin dapat melihat
hal ini dan memberikan hal tersebut pada produk keramik gerabah yang
dihasilkannya.
Hasil kajian yang dilakukan oleh I Ketut Muka dan Imade Berata (2010),
mengenai studi Gerabah Bayumelek sebagai tinjauan budaya menjelaskan bahwa

3

Universitas Sumatera Utara

kerajinan gerabah yang berkembang di Desa Banyumulek memiliki rentetan
sejarah cukup panjang, serta dapat memberikan andil terhadap perekonomian
masyarakat. Berkat adanya pembinaan dan pelatihan dalam pengembangan desain
baik struktur maupun dekoratif, pengolahan bahan, serta manajemen produksi
yang dilakukan Desperindag setempat, tenaga ahli baik dalam maupun luar negeri

membawa produksi gerabah Banyumulek makin dikenal. Selain itu, dengan
berkembangnya pariwisata di daerah Senggigi dan Gilitrawangan Lombok Barat
membawa dampak sangat positif terhadap perkembangan gerabah Banyumulek.
Walaupun dengan sistem produksi yang dikelola secara kelompok dan individu
dibawah naungan kelompok pengrajin partikelir, kerajinan ini tetap eksis hingga
kini.
Demikian juga halnya oleh Suharyanto (2014), yang mengkaji gerabah
Mambang-Jombang,

beliau

menjelaskan

bahwa

tradisi

prasejarah

yang


berlangsung sampai sekarang sebagai wujud enkulturasi. Tujuan dari penilitian ini
antara lain adalah untuk mengetahui teknik pembuatan gerabah tradisional
Mambang-Jombang, mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan gerabah
tradisional Mambang-Jombang masih dapat bertahan sampai sekarang, dan
menjelaskan proses enkulturasi pada pembuatan gerabah tradisional MambangJombang. Hasil dari penelitian ini adalah teknik pembuatan gerabah di Mambang
menggunakan metode roda putar. Alat-alat yang digunakan, yaitu perbot, tetep,
watu, kerik, dan dalim. Faktor-faktor yang mempengaruhi gerabah Mambang
masih dapat bertahan sampai sekarang, yaitu; perubahan fungsi gerabah, tidak
boleh kerja jauh, tingkat pendidikan rendah dan tidak ada pekerjaan lain, satusatunya keahlian yang dimiliki, petani dan buruh tani yang memiliki banyak

4

Universitas Sumatera Utara

waktu luang, dan respon pasar yang baik. Sedangkan proses enkulturasi terlihat
ketika anak dikenalkan bahan-bahan, alat pembuatan dan pewarnaan, proses
penjemuran, dan proses pembakaran.
Penelitian yang akan saya lakukan mengenai studi tentang strategi
bertahan hidup pengrajin gerabah dalam menghadapi perubahan teknologi di

Jorong Galogandang Nagari III Koto, Kecamatan Rambatan, Kabupaten Tanah
Datar, Provinsi Sumatera Barat. Adanya perbedaan antara penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya membahas tentang produk
kerajinan gerabah, tinjauan budaya mengenai gerabah, teknik pembuatan gerabah
dan faktor-faktor yang mempengaruhi gerabah yang masih bertahan sampai
sekarang. Penelitian sebelumnya juga menjelaskan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi gerabah masih bertahan sampai sekarang adalah karena perubahan
fungsi gerabah, tidak boleh kerja jauh, tingkat pendidikan rendah dan tidak ada
pekerjaan lain. Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti akan membahas mengenai
strategi atau cara-cara bertahan usaha pengrajin gerabah dalam perubahan
teknologi. Strategi ini mengacu pada, bagaimana cara pengrajin menghadapi
perubahan teknologi di era modern, sehingga pengrajin masih bisa menjadikan
gerabah sebagai sumber mata pencaharian mereka untuk bertahan hidup.
Yumarta (1986:10) menyatakan bahwa gerabah adalah benda yang dibuat
dari tanah liat, kemudian dikeringkan dan setelah kering lalu dibakar hingga pijar
sampai suhu pembakaran tertentu, setelah itu didinginkan sampai mengeras.
Gerabah atau tembikar merupakan peninggalan budaya tradisional yang tergolong
sangat tua. Yumarta (1986:9) juga menyebutkan bahwa gerabah mulai dikenal

5


Universitas Sumatera Utara

manusia sejak zaman neolitikum ketika manusia purba mulai hidup menetap,
bercocok tanam dan mengenal api.
Kerajianan gerabah menghasilkan berbagai macam peralatan rumah
tangga, seperti periuk, wajan, dan piring. Sejak zaman dahulu sampai sekarang
kerajinan gerabah masih ada. Proses pembuatan gerabah di Galogandang dimulai
dari pengambilan tanah liat di sawah, tanah liat yang terletak dibagian bawah.
Kemudian tanah tersebut dicampur dengan pasir sungai agar hasil yang diperoleh
lebih padat dan memiliki tekstur yang bagus. Setelah itu campuran tanah liat
dengan pasir yang dipijak-pijak sambil ditambahkan air supaya campuran tersebut
lebih mudah untuk dicetak. Setelah proses tersebut bahan dicetak dengan
menggunakan tangan. Proses selanjutnya hasil cetakan dijemur telebih dahulu
menggunakan sinar matahari sampai kering. Pada proses akhir gerabah dibakar
kemudian gerabah siap untuk dipasarkan. Sebagaimana diketahui bahwa gerabah
merupakan suatu wujud kebudayaan. Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2009:144) 1. Hal ini
membuktikan bahwa semua sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia

merupakan suatu proses belajar yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari
sebagai pandangan yang nyata. Sebagaimana diketahui bahwa gerabah merupakan
wujud kebudayaan yang ketiga yaitu dari wujud kebudayaan fisik yang
merupakan hasil karya tangan manusia. Seiring dengan berjalannya waktu
kebudayaan tersebut bisa berubah, sesuai dengan perkembangan zaman.

1

Koentjaningrat, 2009:144.

6

Universitas Sumatera Utara

Salah satu perubahan budaya yang terjadi yaitu perubahan teknologi yang
semakin canggih. Sebagai hasil dan penerapan ilmu, teknologi adalah cara kerja
manusia. Teknonologi manusia secara intensif berhubungan dengan alam dan
membangun kebudayaan dunia sekunder yang berbeda dengan dunia primer
(alam). Dewasa ini teknologi mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
manusia, tidak hanya terhadap cara hidup manusia tetapi juga menentukan

teknologi berikutnya. Hal ini dapat dilihat bahwa teknologi merupakan perubahan
budaya yang terjadi pada masyarakat sedikit atau banyak pasti memberikan
pengaruh pada masyarakat Galogandang itu sendiri dalam memproduksi kerajinan
gerabah, karena teknologi yang berkembang dapat mengurangi minat konsumen
untuk memakai alat-alat memasak dari gerabah. Oleh karena itu dibutuhkan
strategi-strategi dan pemikiran-pemikiran kreatif dan inovatif untuk tetap bertahan
hidup dan mempertahankan hasil karya kerajinan geraba
Mengutip Marzali, Nasution (2014) mengatakan bahwa strategi adaptasi
merupakan perilaku manusia dalam mengalokasikan sumber daya yang mereka
miliki dalam menghadapi masalah-masalah sebagai pilihan-pilihan tindakan yang
tepat guna sebagai lingkungan sosial, kultural, ekonomi, dan ekologis di tempat
dimana mereka hidup. Cara beradaptasi dan berstrategi dalam berprilaku, anggotaanggota kultur membentuk dan menciptakan kultur baru secara kontiniu.
Mengutip Soekanto, ada beberapa batasan pengertian dari strategi adaptasi sosial,
yakni :
a. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan.
b. Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan.
c. Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah.

7


Universitas Sumatera Utara

d. Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan.
e. Memanfaatkan

sumber-sumber

yang

terbatas

untuk

kepentingan

lingkungan dan sistem.
f. Penyesuian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah.
Begitu juga dengan gerabah hasil kerajinan masyarakat Galogandang,
dalam proses produksi gerabah mereka terdapat berbagai masalah yang mereka
hadapi, salah satunya yaitu perubahan budaya yang ada pada saat sekarang ini,
apakah masyarakat tersebut akan tetap bertahan untuk melakukan usaha mereka
atau hanya menjadikan sebagai usaha sampingan atau bisa juga memilih usaha
yang lain selain membuat gerabah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seharihari. Oleh karena itu, diperlukan strategi masyarakat Galogandang dalam
mempertahankan hasil kerajinan yang asli dari daerah tersebut di tengah-tengah
perubahan saat ini.
Perkembangan teknologi dapat dimanfaatkan untuk menciptakan strategistrategi bertahan hidup bagi pengrajin gerabah. Pemanfaatan teknologi erat
kaitannya dengan sebuah inovasi untuk menghasilkan suatu produk yang
baru. Menurut Koentjaranigrat (2002:256), inovasi adalah suatu proses pembaruan
dari penggunaan sumber-sumber alam, energi, dan modal, pengaturan baru dari
tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan menyebabkan
adanya sistem produksi, dan dibuatnya produk-produk yang baru, dijelaskan juga
bahwa inovasi berkenaan dengan pembaruan kebudayaan yang khusus mengenai
unsur teknologi dan ekonomi. Hal ini berkaitan dengan proses produksi kerajian
gerabah yang merupakan suatu proses pembaharuan dari alat memasak yang

8

Universitas Sumatera Utara

diproduksi sejak dahulu yaitu zaman nenek moyang hingga sekarang yang sudah
menciptakan inovasi-inovasi yang baru.
Inovasi-inovasi baru yang diciptakan oleh pengrajin dapat meningkatkan
produksi gerabah. Peningkatan produksi gerabah akan sejalan dengan peningkatan
sistem ekonomi kreatif. Istilah ekonomi kreatif di dengungkan oleh John Howkins
(dalam Badaruddin, Ibnu Hajar, dkk 2009:500) penulis buku “Creative Economy,
How People Make Money from Ideas”. Menurutnya, ekonomi kreatif disebut
ketika input dan output adalah gagasan. Fenomena yang ada dalam masyarakat
dapat menjadi sebuah peluang usaha dalam ekonomi kreatif, dengan
memanfaatkan situasi dan mengembangkan kreatifitas, ide dan inovasi yang
dimiliki seseorang. Menurut Suryana (2013:76) menjelaskan bahwa, terdapat
model-model

penciptaan

nilai

tambah

dalam

ekonomi

kreatif,

untuk

mengembangkan kreasi dan gagasan dapat dilakukan dengan mengadaptasi dan
mengembangkan sesuatu untuk menghasilkan nilai tambah baru diatas rata-rata.
Ada beberapa macam cara berkreasi dan menghasilkan gagasan untuk
meningkatkan nilai tambah, yaitu mencakup hal-hal sebagai berikut.
1. Kreasi dan gagasan untuk mengembangkan usaha dan peluang usaha baru.
Dapat dilakukan dengan cara menciptakan relung-relung usaha yang
belum digarap oleh orang lain atau menciptakan sendiri relung-relung
pasar dengan menciptakan kegunaan dan kemudahan-kemudahan produkproduk baru.
2. Kreasi dan gagasan untuk mengembangkan output baru (produk baru),
yaitu dengan cara menciptakan karakter produk, seperti keistimewaan

9

Universitas Sumatera Utara

produk, standar produk, kualitas produk, dan kegunaan produk sehingga
muncul kebaruan dari produk-produk tersebut.
3. Kreasi dan gagasan untuk mengembangkan dan mengombinasikan input
(bahan baku). Pada bagian sebelumnya, sudah dikemukakan bahwa nilai
tambah bisa

diciptakan

pada

input

(bahan

baku)

dengan

cara

mengombinasikan, menambahkan, dan menyintesiskan sehingga muncul
bahan baku baru dengan nama baru.
4. Kreasi dan gagasan untuk mengembangkan sumber permodalan baru.
Ingat bahwa modal pada ekonomi kreatif bukan hanya modal uang
(material) sebagai modal dasar, tetapi juga modal intelektual.
5. Kreasi dan gagasan untuk mengembangkan teknologi atau metode atau
cara baru. Barang boleh yang lama, tetapi dengan cara-cara baru yang
lebih efisien dan efektif.
6. Kreasi dan gagasan untuk mengembangkan desain, ukuran, kualitas,
kemasan, corak, keistimewaan barang dan jasa serta pelayanan yang akan
diberikan. Produk baru mengandung kualitas baru dan nilai tambah baru.
7. Kreasi dan gagasan untuk mengembangkan dan memperluas saluran,
lembaga distribusi, dan wilayah pemasaran baru. Misalnya, dengan
membuka jaringan pemasaran baru (seperti Alfamart, Yomart, Circle K)
dan mengembangkan agen-agen di beberapa daerah pemasaran.
8. Kreasi dan gagasan untuk mencitrakan produk, melalui proses perbaikan
yang terus-menerus (proses Kaizen). Ini pertama kali dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan Jepang.

10

Universitas Sumatera Utara

Sistem ekonomi kreatif merupakan serangkaian kegiatan produksi dan
distribusi barang maupun jasa yang dikembangkan melalui penguasaan di bidang
informasi, pengetahuan dan kreativitas. Sistem ekonomi kreatif dapat dikatakan
sebagai sistem transaksi penawaran dan permintaan yang bersumber pada kegiatan
ekonomi dari industri kreatif. Gerabah juga bisa disebut sebagai ekonomi kreatif,
karena proses produksi gerabah mencakup bidang pengetahuan dan kreativitas
yang dilakukan oleh masyarakat di daerah Galogandang. Hasil kreativitas
tersebut, berupa kerajinan gerabah yang merupakan suatu karya seni yang dapat
bernilai tinggi dan unik serta hanya dapat kita temui di daerah-daerah tertentu.
Selain itu gerabah juga dijadikan sebagai mata pencaharian masyarakat sekitar
yang bisa meningkatkan status ekonominya. Dalam menjalankan usahanya, para
pengrajin gerabah memasarkan produk-produknya kepada para pelanggan.
Menurut Sunarto, pemasaran adalah proses sosial yang didalamnya individu dan
kelompok

mendapatkan

apa

yang

dibutuhkan

dan

diinginkan

dengan

menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan
pihak lain 2.
Dalam hal produksi, produksi gerabah dapat meningkatkan nilai ekonomi
di masyarakat. Hal ini dapat dilihat dalam kajian ilmu ekonomi moderen. Firth
menjelaskan bahwa

kegiatan ekonomi pada intinya berpusat pada kegiatan

produksi barang, distribusi (menyalurkan barang pada konsumen) dan
akhirnya pada proses konsumsi (menghabiskan atau memakai barang dan jasa).
Semua ini juga terjadi dalam kehidupan ekonomi masyarakat tradisional,
walaupun tidak mendapatkan perhatian dari ahli ekonomi karena lebih
2

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39802/3/Chapter%20II.pdf.

11

Universitas Sumatera Utara

memusatkan pada perekonomian global. Sistem ekonomi ini berkaitan dengan
teknologi dalam sistem produksi, sistem distribusi pasar, dan proses konsumsinya.
Keterlibatan pihak lain atau anggota keluarga dalam menghasilkan atau dalam
proses produksi dan distribusi sangat dibutuhkan. Hal ini dapat meringankan
pekerjaan pengrajin. Begitu juga dengan proses produksi kerajinan gerabah oleh
pengrajin di Galogandang. Proses produksi dan distribusi ada juga yang dibantu
oleh kaum lelaki contohnya dalam mengambil tanah, proses pembakaran gerabah
dan proses pemasarannya. Hal ini mencerminkan sistem kekeluargaan dan saling
bekerjasama dalam melakukan proses pembuatan gerabah.
Menurut Cook (dalam Sjafri Sairin, Pujo Semedi, Bambang Hudayana
2002: 84-103). Pengrajin gerabah dapat dipahami dari pendekatan substantif dan
formalis. Pendekatan subtantif cenderung melihat gejala ekonomi sebagai proses
dari gejala sebelumnya dan gejala yang terjadi pada masa sekarang akan
mempengaruhi gejala-gejala yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
Pendekatan subtantif menganut budaya primitif, masyarakat belum mengenal
uang dan pasar. Hasil produksi digunakan untuk konsumsi produsen, tidak
didistribusikan, namun apabila membutuhkan produk lain maka masyarakat
memakai sistem barter.
Pendekatan formalis cenderung melihat gejala ekonomi dari tinjauan
formal, yaitu dari pengertian yang relatif bagi disiplin ilmu ekonomi yang
mendefinisikan ekonomi sebagai suatu tindakan memilih antara tujuan-tujuan
yang tidak terbatas dengan sarana-sarana yang terbatas. Pendekatan ini
menjelaskan bahwa masyarakat formalis sudah mengenal uang, mengenal pasar,

12

Universitas Sumatera Utara

dan mengetahui tentang sistem laba dan memaksimalisasi keuntungan.
Pendekatan formalis juga sudah mengenal sistem permintaan dan penawaran.
Penelitian mengenai gerabah yang akan peneliti lakukan dapat mencakup
semua aspek dari pendekatan ekonomi subtantif dan formalis karena gerabah yang
di produksi oleh pengrajin di Galogandang, selain untuk dipakai oleh pengrajin,
gerabah juga didistribusikan ke pasar.

1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan tinjauan pustaka sebelumnya, maka
rumusan masalah yang dijabarkan dalam penelitian ini adalah bagaimana strategistrategi yang dilakukan pengrajin gerabah di Galogandang dalam menghadapi
perubahan teknologi dan peralatan hidup? Rumusan masalah tersebut dijabarkan
ke dalam 5 (lima) pertanyaan penelitian yakni:
1. Bagaimana sejarah awal mula munculnya kerajinan gerabah di Jorong
Galogandang?
2. Siapa saja yang terlibat dalam proses pembuatan gerabah di Jorong
Galogandang?
3. Bagaimana proses pembuatan gerabah di Jorong Galogandang?
4. Bagaimana perkembangan produk gerabah di Jorong Gelogandang?
5. Hal-hal apa saja yang dilakukan untuk mempertahankan usahanya sebagai
pengrajin gerabah?

13

Universitas Sumatera Utara

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara mendalam
mengenai strategi-strategi yang dilakukan pengrajin gerabah di Galogandang
dalam menghadapi perubahan teknologi dan peralatan hidup saat ini. Adapun
manfaat penelitian ini secara akademis diharapkan dapat memberikan kontribusi
dalam menambah wawasan keilmuan, khususnya dalam ilmu Antropologi Budaya
dan Antropologi Ekonomi, serta dapat menambah pengetahuan pengrajin gerabah
mengenai strategi-strategi untuk bertahan hidup dalam perubahan budaya. Secara
praktis penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan alternatif pemecahan
masalah, khususnya yang berkenaan dengan pengrajin gerabah.

1.5. Metode Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu melakukan
kegiatan pra survey lapangan, kegiatan ini dimaksudkan penulis untuk mencari
data ataupun informasi-informasi tentang Gerabah di Jorong Galogandang,
Kecamatan Rambatan, Kabupaten Tanah Datar. Penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian di daerah ini karena penulis merasa bagaimana cara
bertahan usaha pengrajin gerabah di zaman sekarang ini, zaman yang mana
berteknologi canggih. Alasan lain ketertarikan penulis yaitu bagaimana cara
proses pembuatan gerabah dilakukan, karena masih menggunakan peralatan
tradisional. Penulis mencari informasi tentang daerah Galogandang yaitu kepada
tetangga serta teman-teman yang ada di daerah penulis. Keesokan harinya penulis
pergi ke Galogandang dengan salah satu teman yang bernama Delia Yulanda sari,

14

Universitas Sumatera Utara

perasaan penulis sangat khawatir karena penulis belum tahu pasti alamat serta
apakah bisa untuk melakukan penelitian di daerah tersebut.
Tanggal 20 Februari 2016 sekitar jam 08.00 WIB, penulis bersama Delia
menuju lokasi tempat penelitian yaitu Daerah Galogandang, survey ini dilakukan
untuk mengetahui keberadaan pengrajin. Didalam melakukan survey dilapangan
penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data yang diperoleh dalam
penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data yang diperoleh dari lapangan melalui observasi dan
wawancara mendalam sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh
dari penelitian kepustakaan. Jenis observasi yang dilakukan adalah observasi
partisipasi. Tujuan dari observasi partisipasi ini adalah untuk melihat dan
merasakan apa yang dialami pengrajin secara langsung sebagai bentuk kegiatan
atau konsep pemikiran informan dalam melakukan suatu pekerajaan. Seorang
penulis ikut terjun langsung ke tempat lokasi penelitian serta ikut membantu
dalam melakukan tugas yang dilakukan informan, sehingga data dan informasi
yang didapat lebih akurat dan tanpa rekayasa.
Observasi partisipasi yang dilakukan dilengkapi dengan menggunakan alat
perekam atau media visual yaitu kamera dan perekam audio untuk
mendokumentasikan perilaku dan informasi dari para informan, sehingga
mempermudah penulis dalam mengingat peristiwa atau kejadian yang penting
yang terjadi selama penulis melakukan penelitian. Selain dari observasi
partisipasi, pada penelitian ini penulis juga melakukan wawancara mendalam
supaya data yang diperoleh lebih luas dan mendalam serta mendapatkan informasi
yang tidak setengah-setengah tetapi lebih mendalam lagi. Wawancara mendalam

15

Universitas Sumatera Utara

ini ditujukan kepada informan pangkal, informan kunci, dan informan biasa.
Beberapa pertanyaan yang diobservasi dan di wawancara secara mendalam oleh
penulis yakni, bagaimana sejarah Nagari Galogandang, bagaimana proses
pembuatannya gerabah di Galogandang, bagaimana perkembangan pengrajin
gerabah di Galogandang, bagaimana cara pemasaran gerabah di Galogandang.
Pertanyaan tersebut penulis menemui berbagai informan dilapangan.
Informan-informan tersebut adalah informan pangkal, informan kunci dan
informan biasa. Perasaan yang khawatir kami melangkah menuju daerah
Galogandang. Keyakinan yang kuat untuk menyelesaikan tugas akhir perkuliahan,
dengan mencari-cari alamat daerah Galogandang tersebut. Sepanjang perjalanan
menuju daerah tersebut kami beberapa kali berhenti untuk menanyakan daerah
Galogandang. Perjalanan menuju Galogandang yang melawati perbukitan serta
persawahan dan melewati banyak perkampungan sebelum sampai ke daerah
tersebut. Penulis dan teman penulis sangat menikmati perjalanan tersebut
meskipun untuk menuju kesana sangat sulit diakibatkan belum mengetahui
dengan alamatnya.
Sampainya di daerah tersebut penulis merasa senang sekaligus lelah
karena perjalanan yang jauh untuk menuju ke sana. Penulis memasuki daerah
tersebut dengan membawa sepada motor secara perlahan dan perasaan yang pada
saat itu masih bingung, karena belum mendapatkan pengrajin gerabah. Penulis
tidak putus asa penulis terus memasuki daerah tersebut hingga ke bagian-bagian
dalamnya, dengan bertanya kepada salah seorang ibu-ibu kemudian dia
mengatakan bahwa didalam sana terdapat masyarakat yang sedang membuat

16

Universitas Sumatera Utara

gerabah. Hati mulai terasa gembira, kemudian saya langsung menuju tempat
tersebut.
Dengan melaju secara perlahan penulis kemudian melihat seorang ibu
yang sedang duduk didalam pondok sedang memukul-mukul gerabah.
Mengucapkan salam penulis masuk kedalam pondok tersebut dan bertanya kepada
ibu tersebut, banyak wawancara yang penulis lakukan dengan ibu tersebut, dengan
yang senang hati ibu tersebut menerima punulis. Setelah penulis menjelaskan
semua tujuan dan maksud penulis untuk datang ke daerah ini ibu tersebut sangat
senang untuk membantu, dia berfikir bahwa jika kita berbuat kebaikan makanya
Allah pasti akan membalasnya. Ibu tersebut memiliki tiga anak perempuan yang
membuat dia selalu semangat untuk bekerja sebagai pengrajin, jika anaknya nanti
menjadi seperti penulis maka kebaikan yang dia berikan maka suatu saat akan
diterima juga oleh anak-anaknya. Alasan tersebut yang membuat informan mau
memberikan informasi serta pengalaman-pengalaman hidup informan kepada
penulis.
Pada saat itulah penulis melihat langsung pengrajin gerabah sedang
membuat gerabah tersebut. Ibu tersebut dengan senang hati memberika informasi
sambil bekerja. Beliau juga tidak keberatan melihatkan kepada penulis untuk
dalam

proses pembuatan gerabah dari awal sampai akhir. Penulis bertanya

kepada informan itu kapan adanya proses pembakaran, ternyata waktu yang
sangat tepat, dimana beliau akan melakukan proses pembakaran pada esok hari.
Kemudian ibu tersebut menawarkan kepada penulis untuk datang pada hari esok,
tetapi penulis menjawab dengan berat hati dikarenakan besok penulis akan pulang

17

Universitas Sumatera Utara

ke Medan. Penulis menjanjikan untuk segera pulang, kemudian datang untuk
kembali melakukan penelitian disini.

1.6. Analisis Data
Penelitian ini mengunakan analisis data interpretatif kualitatif yaitu
menganalisa tentang strategi bertahan hidup pengrajin Gerabah dalam perubahan
teknologi di Jorong Galogandang Nagari III Koto, Kecamatan Rambatan,
Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Analisis data dilakukan
dengan mengklasifikasikan data-data yang diperoleh dari lapangan ke dalam
tema-tema atau kategori-kategori tertentu . Keseluruhan data yang diperoleh dari
lapangan kemudian diolah secara sistematis, sehingga peneliti kemudian
menemukan tema-tema atau kategori-kategori yang saling berkaitan.

18

Universitas Sumatera Utara