Perbedaan Tingkat Kebugaran Jasmani Antara Perokok dan Tidak Perokok

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Rokok
Rokok adalah gulungan tembakau yang bersalut daun nipah, kertas dan

sebagainya. Merokok adalah suatu kata kerja yang berarti melakukan kegiatan atau
aktivitas mengisap rokok, sedangkan perokok adalah orang yang suka merokok (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2009).
2.1.1. Defenisi Rokok
Rokok adalah hasil olahan dari tembakau terbungkus yang meliputi kretek dan
rokok putih yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan
spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa
bahan tambahan (Sitepoe, 2000).

2.1.2. Kandungan Rokok
Semua bahan yang terkandung dalam rokok akan ikut terbakar saat rokok dibakar,
dan akan membentuk bahan kimia hasil pembakaran. Terkandung sekitar 4000 bahan
kimia di dalam asap rokok. Terdapat dua fase proses pembakaran rokok yaitu fase

partikulat dan fase gas. Fase partikulat terdiri dari nikotin, nitrosamin dan Nnitrosonornikotin, logam berat, polisiklik hidrokarbon dan karsinogenik amin. Sedangkan
fase

gas

terdiri

dari

karbon

monoksida

(CO),

karbon

dioksida,

benzena,


amonia, formaldehid, hidrosianida dan lain-lain (Sitepoe, 2000).
Semua bahan kimia yang terkandung dalam asap rokok membawa pengaruh
tersendiri terhadap tubuh yang akan berdampak buruk bagi kesehatan. Bahan kimia
utama yang merupakan racun pada rokok adalah nikotin, CO, dan tar.
a. Nikotin
Nikotin terdapat dalam asap rokok dan juga di dalam tembakau yang tidak dibakar.
Dampak toksis dari nikotin terhadap tubuh dapat meliputi berbagai sistem, diantaranya
sistem persarafan, metabolic dan yang paling besar efeknya pada sistem kardiovaskular.

Universitas Sumatera Utara

Dampak rokok terhadap sistem metabolik antara lain dengan meningkatkan kadar
gula darah, kadar asam lemak bebas dan kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL).
Sedangkan terhadap sistem kardiovaskular antara lain dengan meningkatkan tekanan
darah, denyut jantung dan agregasi sel trombosit. Selain itu, kontraksi otot jantung seperti
dipaksa, pemakaian oksigen bertambah dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer
(Sitepoe, 2000).
b.Gas Karbon Monoksida ( CO )
Gas CO adalah sejenis gas yang tidak memiliki bau. Unsur ini dihasilkan oleh

pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Bersifat toksis yang
bertentangan dengan oksigen dalam transpor maupun penggunaannya. Gas CO yang
dihasilkan sebatang rokok dapat mencapai 3-6%, sedangkan CO yang dihisap oleh
perokok paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per million) yang dapat meningkatkan
kadar karboksi haemoglobin dalam darah sejumlah 2-16%. Bila terus menerus
berlangsung akan mempengaruhi sistem saraf pusat (Sitepoe, 2000).
c. Tar
Tar berasal dari tembakau, cengkeh, bahan organik lain yang dibakar dan
pembalut rokokn yang dibakar. Terdapat zat karsinogenik di dalam tar yaitu polisiklik
hidrokarbon aromatis yang akan memicu timbulnya kanker paru (Sitepoe, 2000).

2.1.3. Efek rokok terhadap kesehatan
Menurut Report of the NCI Expert Committee of Smoking and Tobacco Control
Monograph No.7, terdapat beberapa efek yang dapat ditimbulkan rokok terhadap
kesehatan, antara lain:
a. Penyakit kardiovaskular
Merokok merupakan salah satu kontribusi utama terjadinya penyakit jantung
koroner, stroke dan penyakit aterosklerosis lain dari sistem sirkulasi. Ateroslerosis adalah
sebuah penyakit kronis yang dapat mempengaruhi pembuluh darah arteri pada setiap
bagian tubuh. Bentuk aterosklerosis yang paling penting di Amerika adalah aterosklerosis

koroner. Manifestasinya meliputi angina, serangan jantung, gagal jantung, dan sudden
death. Dideskripsikan dalam istilah penyakit jantung koroner. Aterosklerosis yang
melibatkan arteri yang menyuplai darah ke otak adalah bentuk dari penyakit

Universitas Sumatera Utara

serebrovaskular. Aterosklerosis yang melibatkan arteri-arteri pada anggota gerak disebut
penyakit vaskular perifer. Dalam banyak studi epidemiologi terhadap jutaan orang,
merokok selain menimbulkan hal tersebut di atas, juga dapat meningkatkan risiko
terjadinya stroke, penyakit vaskular perifer, dan lesi aterosklerotik lain.
Merokok sering disebut sebagai faktor risiko independen untuk penyakit jantung
koroner karena angka kejadian penyakit jantung koroner pada perokok lebih tinggi
walaupun ketika faktor risiko lain seperti jenis kelamin, tekanan darah dan kadar
kolesterol diperhitungkan. Kadang-kadang, merokok disebut sebagai faktor risiko yang
dapat dimodifikasi karena seseorang dapat mengurangi atau berhenti merokok. Walaupun
merokok tentunya tidak dapat menjadi penyebab dari penyakit jantung koroner untuk
orang yang tidak pernah merokok, Namun merokok dapat menjadi kontributor utama
terjadinya penyakit jantung koroner pada perokok.
Asap rokok tampaknya meningkatkan proses aterosklerosis melalui beberapa
mekanisme, antara lain:

1. Merokok mempengaruhi metabolisme dari kolesterol. Pada pengamatan berulang
terhadap perokok menunjukkan bahwa perokok mempunyai kadar kolesterol HDL (highdensity lipoprotein) yang lebih rendah, Dan berhenti merokok meningkatkan kadar
kolesterol HDL. Pada percobaan terhadap hewan, asap rokok dapat merusak lapisan
dalam pembuluh darah, sehingga meningkatkan transpor dari partikel kolesterol LDL
(low-density lipoprotein) menyeberangi dinding arteri dan penumpukan plak kolesterol.
2. Merokok juga dapat mempengaruhi sistem pembekuan darah, termasuk agregrasi
trombosit pada lapisan dinding pembuluh darah arteri dan pembentukan dari bekuan
darah yang memblok arteri yang mengalami penyempitan. Acrolein pada asap rokok
mungkin berperan pada efek agregrasi trombosit.
3. Asap rokok juga dapat menyebabkan spasme dari pembuluh darah arteri koroner.
Sudah banyak komponen dari asap rokok yang ditemukan terlibat dalam berkembangnya
penyakit aterosklerosis. Nikotin, komponen psikoaktif utama dalam asap rokok,
menyebabkan perubahan kuat pada denyut jantung dan sirkulasi darah. Nikotin juga
mengakibatkan kerusakan pada lapisan arteri. Karbon monoksida dalam asap rokok
berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga mengurangi kapasitas
membawa oksigen dari darah. Polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs), seperti 7,12-

Universitas Sumatera Utara

dimethylbenz (a,h) anthracene dan benzo(a)pyrene (BaP), telah dibuktikan dapat

mempercepat berkembangnya aterosklerosis pada percobaan terhadap hewan. Hal ini
menghasilkan pemikiran bahwa kerusakan sel dan proliferasi sel (hiperplasia) dapat
berperan dalam berkembangnya plak. hydrogen cyanide, nitrogen oxides dan komponenkomponen kimia dalam asap rokok, yang merupakan produk oksigen yang sangat reaktif,
mempunyai efek merusak terhadap sel otot jantung.
b.Penyakit paru
Merokok merupakan penyebab utama dari penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Merokok menyebabkan 84% kematian pada pria yang disebabkan PPOK dan 79% pada
wanita. Penyakit paru tersebut merupakan sebuah penyakit yang berkembang secara
lambat yang disebabkan trauma berulang terhadap paru selama bertahun- tahun. Pada
tahun-tahun awal setelah mulai merokok, orang mungkin melaporkan tidak ada
timbulnya gejala. Akan tetapi, walaupun pada stadium yang awal, uji pernapasan
seringkali dapat mendeteksi kelainan pada jalur pernapasan terminal dari paru dan
kelainan ini sudah diamati pada studi otopsi dari perokok muda yang meninggal secara
tiba-tiba.
Untuk perokok yang berusia 20-an, sudah ditemukan hubungan antara sejauh mana
uji paru abnormal dengan jumlah rokok yang dihisap per hari. Dalam suatu survei secara
random, dari 17-60% perokok dewasa yang berusia dibawah 55 tahun mempunyai
disfungsi ringan jalur pernapasan yang dapat terdeteksi. Selama dua dekade atau lebih
lamanya merokok, konstelasi dari perubahan kronis fungsi pernapasan berkembang.
Kerusakan kronis dari paru ini, antara lain: hipersekresi mukus dengan batuk kronis dan

berdahak, penebalan dan penyempitan jalur pernapasan, emfisema, yaitu, dilatasi
abnormal dari ruang udara pada akhir pohon bronkus, dengan destruksi pada dinding
alveoli, yang menyebabkan bertambahnya obstruksi aliran udara. Perubahan-perubahan
ini menyebabkan kerusakan bermakna pada sistem pernapasan, kecacatan dan kematian.
Secara umum, fungsi pernapasan menurun dengan bertambahnya paparan asap rokok.
Asap rokok menghasilkan perubahan patologis dari paru dengan beberapa
mekanisme yang berbeda, antara lain :
1. Asap rokok bersifat toksik terhadap silia yang melapisi jalur pernapasan sentral.
Silia-silia ini, bersamaan dengan kombinasi sekresi mukus, melawan dari

Universitas Sumatera Utara

terhirupnya bahan-bahan asing.
2. Merokok juga menginduksi kelainan pada sitem inflamasi dan sistem imun dalam
paru. Asap rokok menyebakan sel-sel inflamasi untuk menghasilkan enzim
bernama elastase, yang menghancurkan elastin, sebuah protein yang penting
dalam melapisi dinding elastik alveoli. Selain itu, oksidan-oksidan yang berada
dalam asap rokok juga dapat menginaktivasi enzim protektif seperti alpha,antitrypsin, yang menghambat kerja destruktif dari elastase.
Banyak kandungan kimia organik maupun inorganik pada asap rokok yang
membantu dalam proses toksisitas terhadap sistem respirasi, termasuk hydrocarbons,

aldehydes, ketones, organic acids, phenols, cyanides, acrolein dan nitrogen oxides.
Beberapa komponen berperan dalam terbentuknya hipersekresi mukus kronis pada jalur
pernapasan sentral, sedangkan lainnya lebih berperan dalam menimbulkan kelainan pada
jalur pernapasan dan emfisema pada kantung udara perifer. Oksidator pada asap rokok
menginhibisi enzim yang melindungi dari destruksi elastin paru.
c. Kanker
Merokok dapat menyebabkan kanker paru, esofagus, laring, rongga mulut, kandung
kemih dan pankreas pada perokok pria dan wanita. Banyak studi epidemiologi selama
bertahun-tahun menemukan bahwa risiko dari pria dan wanita perokok menderita kanker
meningkat bersamaan dengan jumlah rokok per hari, Lamanya merokok dan onset
merokok yang awal. Berhenti merokok menurunkan risiko terkena kanker secara
perlahan, Walaupun risiko yang tinggi tetap persisten selama pengamatan dari dua puluh
tahun lamanya berhenti merokok.

2.1.4. Klasifikasi Perokok Berdasarkan Jumlah Rokok yang Dihisap
Menurut Bustan (2007), Jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan batang,
Bungkus, Pak per hari. Jenis rokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu:
a. Perokok Ringan

: apabila merokok kurang dari 10 batang per hari.


b. Perokok Sedang

: apabila menghisap 10-20 batang per hari.

c. Perokok Berat

: apabila menghisap lebih dari 20 batang.

Universitas Sumatera Utara

2.2.

Kebugaran Jasmani

2.2.1. Pengertian
Kebugaran jasmani menurut Sadoso (1992) dalam Sinaga (2004) adalah
kemampuan fungsional seseorang dalam melakukan pekerjaan sehari-hari yang relatif
cukup berat untuk jangka waktu yang cukup lama tanpa menimbulkan kelelahan yang
berlebihan serta masih mempunyai tenaga cadangan untuk melakukan hal-hal yang

mendadak, Setelah selesai bekerja dapat pulih keadaan semula dalam waktu yang relatif
singkat pada saat istirahat. Kebugaran jasmani diperlukan tidak hanya oleh atlet untuk
performa yang lebih baik tetapi juga untuk nonatlet untuk menjaga kesehatan jasmani dan
rohani (Prajapati et al., 2008).
Kebugaran jasmani terbagi menjadi dua komponen yaitu kebugaran jasmani
terkait kesehatan (health related component) dan kebugaran jasmani terkait kemampuan
atletis (performance or skill related component). Kebugaran jasmani terkait kesehatan
mencakup daya tahan kardiorespirasi, komposisi tubuh, fleksibilitas, kekuatan otot dan
ketahanan otot. Kebugaran jasmani terkait kemampuan atletis mencakup keseimbangan,
Waktu reaksi, koordinasi, ketangkasan, kecepatan dan kekuatan (ACSM, 2009).

2.2.2. Komponen Kebugaran Jasmani
Komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain:
a. Daya Tahan Kardiorespirasi
Daya tahan kardiorespirasi didefinisikan sebagai kemampuan sistem respirasi dan
sirkulasi untuk menyuplai oksigen selama aktivitas yang ritmik dan kontiniu (Nieman,
2011). Dengan kata lain, daya tahan kardiorespirasi dipengaruhi oleh kemampuan
fungsional dari jantung, pembuluh darah dan paru-paru yang terkait selama berbagai jenis
tuntutan latihan.
b. Komposisi Tubuh

Komposisi tubuh mengacu pada jumlah relatif lemak dalam tubuh dan jaringan tubuh
yang tanpa lemak, seperti otot, tulang dan air. Berat badan dapat dibagi menjadi dua
komponen: Berat dari jaringan lemak dan berat dari jaringan bebas lemak. Persen lemak
tubuh (persentase dari berat total diwakili oleh berat lemak), Merupakan indeks yang
sering digunakan untuk menilai komposisi tubuh seseorang. Obesitas didefinisikan

Universitas Sumatera Utara

sebagai suatu kelebihan akumulasi dari lemak tubuh. Pria mempunyai tingkat lemak
tubuh yang optimal bila persentase dari lemak tubuhnya adalah 15% atau kurang, dan
dipertimbangkan obesitas apabila persentase lemak tubuhnya 25% atau lebih. Untuk
wanita, persentase lemak tubuh yang optimal adalah 23% atau dibawahnya, Dan disebut
obesitas apabila mencapai 33% atau di atas 33% (Nieman, 2011).
c. Kekuatan Otot
Kekuatan otot berhubungan dengan kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan.
Dengan kata lain, kekuatan otot merupakan kekuatan maksimal yang dapat diberikan
terhadap suatu tahanan, atau jumlah kekuatan maksimal yang dapat dihasilkan dalam
suatu gerakan terisolasi oleh sekelompok otot tunggal (Nieman, 2011).
d. Kelenturan
Adalah kapasitas fungsional dari persendian untuk bergerak melalui seluruh luas bidang
geraknya, yang selain dipengaruhi oleh jenis sendi itu sendiri juga dipengaruhi oleh
jaringan-jaringan disekitar sendi, seperti oleh otot, tendon dan ligament. Kelenturan
tubuh yang baik dapat mengurangi terjadinya cedera olahraga. (Nieman, 2011).
e. Daya Tahan Otot
Daya tahan merupakan suatu kapasitas untuk melakukan aktivitas fisik secara terus
menerus dalam waktu yang lama dan dalam suasana aerobik. Seseorang yang mempunyai
daya tahan yang baik, tidak akan merasa kelelahan yang berlebihan setelah melakukan
latihan dan kondisinya pun cepat pulih kembali seperti keadaan sebelum melakukan
latihan. Dengan kata lain, daya tahan otot adalah kemampuan otot untuk terus melakukan
suatu aktivitas tanpa merasa lelah, atau kemampuan otot untuk menyokong kontraksi otot
secara submaksimal dalam suatu jangka waktu tertentu (Nieman, 2011).

2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebugaran jasmani (Cahyati, 2004):
a. Kesehatan badan, misalnya penyakit menular dan penyakit kronis.
b. Keadaan gizi, misalnya kekurangan salah satu atau berbagai jenis zat gizi

(khususnya

protein), serta zat gizi yang tidak adekuat.
c. Latihan fisik, misalnya usia seseorang mulai latihan dan frekuensi latihan.
d. Faktor keturunan, bisalnya bentuk antopometri badan dan kelainan kongenital.

Universitas Sumatera Utara

Faktor fisiologis yang mempengaruhi daya tahan kardiovaskular antara lain:
1. Keturunan (genetik)
Kapasitas aerobik maksimal seseorang (VO2 max), 93,4% ditentukan oleh faktor
genetik yang berperan antara lain pada kapasitas jantung, paru, sel darah merah, dan
hemoglobin (Hb). Kemampuan yang dimiliki oleh keturunan tertentu diduga terkait
dengan jumlah mitokondria yang dimilikinya. Orang kulit berwarna dari suku Afrika
memiliki jumlah mitokondria yang lebih banyak, sehingga meningkatkan kemampuan sel
menyediakan energi, sehingga orang tersebut tidak mudah merasa lelah (Budiasih,2002).
2. Usia
Mulai anak-anak sampai usia 20 tahun, daya tahan kardiovaskular meningkat,
mencapai maksimal pada usia 20-30 tahun dan setelah itu berbanding terbalik dengan
usia. Hal ini disebabkan karena menurunnya faal organ trasnport dan utilisasi oksigen
yang terjadi akibat bertambahnya usia (Cahyati, 2004).
3. Jenis Kelamin
Sampai usia pubertas tidak ada perbedaan daya tahan kardiovaskular antara pria
dan wanita. Setelah usia tersebut, nilai daya tahan kardiovaskular pada wanita lebih
rendah 15-25% dari pria. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan
maksimal kekuatan otot yang berhubungan dengan luas permukaan tubuh, jumlah
hemoglobin, kapasitas paru dan sebagainya (Cahyati, 2004).
4. Aktivitas Fisik
Istirahat di tempat tidur selama tiga minggu akan menurunkan daya tahan
kardiovaskular sebanyak 17-27%. Efek latihan aerobik selama 8 minggu setelah istirahat
tersebut memperlihatkan peningkatan daya tahan kardiovaskular 62% dari nilai akibat
istirahat. Apabila dibandingkan dengan keadaan sebelum istirahat di tempat tidur, Maka
nilai peningkatan adalah 18%. Macam aktivitas seseorang akan mempengaruhi baik
buruknya nilai daya tahan kardiovaskular yang dimiliki (Cahyati, 2004).
5. Status Gizi
Status gizi adalah hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk ke
dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output) akan zat gizi
tersebut. Sedangkan zat gizi sendiri diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu
menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-

Universitas Sumatera Utara

proses kehidupan. Daya tahan tubuh akan berada dalam keadaan optimal bila
mengkonsumsi tinggi karbohidrat (60-70%). Diet tinggi protein terutama untuk
memperbesar otot dan untuk olahraga yang memerlukan kekuatan otot yang besar
(Budiasih, 2002).
6. Merokok
Kebiasaan merokok berpengaruh terhadap kebugaran jasmani, karena di dalam
rokok terdapat bermacam-macam zat yang merugikan tubuh, yaitu karbon monoksida,
nikotin, tar dan beberapa zat lainnya. Sitepoe (2000) berpendapat bahwa rokok bukanlah
sebagai penyebab suatu penyakit, namun dapat memicu suatu jenis penyakit yang dapat
mengakibatkan kematian. Penyakit-penyakit yang terpicu karena merokok antara lain
adalah sebagai berikut :
a. Merokok dan saluran pernapasan. Merokok merupakan penyebab utama penyakit paruparu, baik bersifat kronis dan obstruktif, misalnya bronkitis dan emfisema. Sekitar 85%
dari penderita ini disebabkan oleh rokok.
b. Merokok dan darah. Karbon monoksida akan menyingkirkan hemoglobin yang akan
digunakan untuk mengangkut oksigen ke jaringan. Pengikatan O2 oleh karbon
monoksida lebih kuat

200-300

kali

mengikat

hemoglobin.

Dengan

demikian,

kemampuan hemoglobin akan merosot.
c. Merokok dan sistem kardiovaskular. Nikotin dari rokok itu dapat menyebabkan denyut
jantung tidak teratur. Karbon monoksida di dalam darah mengubah pembuluh darah itu
agar lebih gampang dimasuki oleh kolesterol dan lemak, sehingga pembuluh darah
mengalami penyempitan.
Derajat berat merokok dapat dinilai dengan menggunakan indeks Brinkman (IB),
yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap dalam sehari dikalikan lama
merokok dalam tahun:
a.

Ringan :

0-200

b.

Sedang :

201-600

c.

Berat

>600

:

Beberapa zat kimia dalam rokok yang berbahaya bagi kesehatan bersifat
kumulatif (ditimbun), suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksis sehingga akan
mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan (Budiasih, 2002).

Universitas Sumatera Utara

2.2.5. Pengukuran Kebugaran Jasmani
Pengukuran daya tahan kardiorespirasi dapat dilakukan di laboratorium dan di
lapangan. Untuk tes lapangan biasanya berupa uji tampilan (performance test), sedangkan
untuk tes laboratorium berupa uji latih (exercise test). Tiga macam bentuk uji latih untuk
mengukur dan menilai kebugaran jasmani dari segi kemampuan fungsi jantung dan
pernafasan yaitu: Uji naik turun bangku (Steps Test), Uji dengan ergometer sepeda
(Ergocycle Test) dan uji dengan jentera (Treadmill Test) [Rusip, 2006; Cahyati, 2004] .
A. Uji naik turun bangku (Step Test)
Step test yang digunakan oleh penulis berupa Mc Ardle Step Test ataupun yang
dikenal dengan Queen’s College Step Test yang prosedurnya berupa:
Alat yang digunakan
a. Stopwatch dan formulir tes
b. Metronome, untuk mengatur irama langkah
c. Bangku tes yang tingginya adalah 41,3 cm
Pelaksanaan
a. Partsipan melakukan latihan irama langkah naik turun bangku terlebih
dahulu sebelum tes.
b. Suhu kamar 23 ̊- 25 ̊C.
c. Pada saat tanda “mulai” diberikan, Partisipan menempatkan salah satu
kakinya di atas bangku tepat pada suatu detikan metronom yang sekaligus
merupakan tanda permulaan test. Pada detikan metronome kedua,
partisipan menempatkan kedua kakinya penuh di atas bangku sehingga
partisipan berdiri tegak di atas bangku. Pada detikan ketiga, partisipan
turun dan menurunkan dulu kakinya yang pertama kali naik tadi. Pada
detikan keempat, kakinya yang kedua diturunkan pula, sehingga partisipan
sekarang berdiri lagi tegak di atas lantai. Demikian seterusnya sambil
mengikuti irama metronome yang telah terpasang pada frekuensi 96 x per
menit untuk pria dan frekuensi 88 x per menit untuk wanita atau kecepatan
naik turun 24 x per menit untuk pria dan 22 x per menit untuk wanita.
d. Lamanya naik turun bangku 3 menit
e. Apabila partisipan keluar dari irama, maka diberikan peringatan agar

Universitas Sumatera Utara

kembali mengikuti irama metronome Setelah tes selesai, subjek diminta
untuk berhenti, kemudian denyut nadi arteri radialis dihitung selama 15
detik g. Jumlah nadi selama 15 detik tersebut kemudian dikalikan 4 untuk
mendapat jumlah nadi per menit.
Perhitungan Besar VO2 max diketahui dengan rumus (Ashok, 2008):
1. Untuk laki-laki: VO2 max = 111,33 – (0,42 x HR)
2. Untuk perempuan: VO2 max = 65,81 – (0,1847 x HR)
3. HR = Heart rate
4. Interpretasi
Indikasi Penghentian Mc Ardle Step Test, antara lain:
a) Permintaan dari subjek untuk berhenti.
b) Kegagalan sistem monitor.
c) Terdapat tanda-tanda gangguan kardiovaskular, seperti: nyeri dada (angina) yang
progresif, takikardia ventrikel, aritmia jantung ataupun bradikardia yang tidak
sesuai dan tidak dapat dijelaskan.
d) Kepala terasa ringan, bingung, ataksia, pucat, sianosis, mual atau adanya tandatanda dari insufisiensi sirkulasi perifer yang serius.
2.3.

Hubungan merokok dengan kebugaran jasmani
Menurut data dari Report of the NCI Expert Committee of Smoking and Tobacco

Control Monograph No.2, Salah satu kandungan dalam rokok, nikotin, mempunyai
berbagai kerja dalam tubuh. Secara umum, nikotin mengakibatkan aktivasi dari sistem
saraf simpatis dengan efek terhadap kardiovaskular seperti peningkatan frekuensi denyut
jantung (10-20 kali per menit) dan peningkatan tekanan darah (5-10 mmHg),
meningkatkan kadar katekolamin dan asam lemak bebas dalam sirkulasi, yang dapat
berkontribusi terhadap peningkatan kadar kolesterol total dan penurunan kadar kolesterol
High Density Lipoprotein (HDL) yang ditemukan pada orang yang mempunyai kebiasaan
merokok. Penghambatan dari sintesis prostasiklin dan efek lain pada trombosit juga dapat
mempercepat terjadinya koagulasi.
Selain hal di atas, merokok secara aktif maupun pasif pada dasarnya akan
menghisap CO (karbon monoksida) yang bersifat merugikan. Gas CO mempunyai
kemampuan mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit)

Universitas Sumatera Utara

200-300 kali lebih kuat dibanding oksigen Akibatnya, Sel darah merah akan kekurangan
oksigen, Oleh karena yang diangkut adalah CO dan bukan O2 (oksigen) yang sangat
penting untuk pernapasan sel-sel tubuh. Sel tubuh yang menderita kekurangan oksigen
akan berusaha meningkatkannya yaitu melalui kompensasi pembuluh darah dengan jalan
menciut atau spasme dan mengakibatkan meningkatnya tekanan darah. Bila proses
spasme berlangsung lama dan terus menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak
dengan terjadinya proses aterosklerosis (penyempitan).
Selain efek merugikan terhadap sistem kardiovaskular, Kandungan dalam rokok
juga dapat menurunkan kinerja dari paru-paru maupun organ lain yang dirusaknya secara
perlahan-lahan. Padahal untuk mempertahankan kebugaran jasmani diperlukan daya
tahan dan kebugaran kardiopulmonal yang baik ataupun komponen-komponen lainnya.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan merokok akan berpengaruh terhadap
kebugaran jasmani seseorang.

Universitas Sumatera Utara