Perbedaan Tingkat Kebugaran Jasmani Antara Perokok dan Tidak Perokok

(1)

HASIL ANALISIS DATA

Test kolmogorov-smirnov

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

vo2max 68 100.0% 0 .0% 68 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

vo2max Mean 44.8835 1.00920

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 42.8692

Upper Bound 46.8979

5% Trimmed Mean 45.0661

Median 42.4500

Variance 69.257

Std. Deviation 8.32208

Minimum 22.29

Maximum 59.25

Range 36.96

Interquartile Range 10.92

Skewness -.109 .291

Kurtosis -.033 .574

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

vo2max .139 68 .002 .954 68 .014


(2)

Test Mann Whitney-u

Ranks

perokokbukanper

okok N Mean Rank Sum of Ranks

kategorivo2max perokok 34 32.10 1091.50

bukan perokok 34 36.90 1254.50

Total 68

Test Statisticsa

kategorivo2max

Mann-Whitney U 496.500 Wilcoxon W 1091.500

Z -1.039

Asymp. Sig. (2-tailed) .299 a. Grouping Variable:

perokokbukanperokok

Frekuensi olahraga sampel bukan perokok kategori

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid very poor 3 8.8 8.8 8.8

poor 1 2.9 2.9 11.8

fair 11 32.4 32.4 44.1

good 8 23.5 23.5 67.6

excellent 4 11.8 11.8 79.4

superior 7 20.6 20.6 100.0


(3)

Frekuensi olahraga sampel perokok

kategori

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid very poor 4 11.8 11.8 11.8

poor 1 2.9 2.9 14.7

fair 16 47.1 47.1 61.8

good 2 5.9 5.9 67.6

excellent 7 20.6 20.6 88.2

superior 4 11.8 11.8 100.0

Total 34 100.0 100.0

Crosstabulation perokok dan bukan perokok dengan tingkat kebugaran jasmani

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

68 100.0% 0 .0% 68 100.0%

Perokok dan bukan perokok * tingkat kebugaran jasmani Crosstabulation

Count

kategorivo2max

Total very poor poor fair good excellent superior

perokokbukanperokok perokok 4 1 16 2 7 4 34

bukan perokok 3 1 11 8 4 7 34


(4)

Test Chi-Square

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 6.305a 5 .278

Likelihood Ratio 6.587 5 .253

Linear-by-Linear Association .807 1 .369 N of Valid Cases 68


(5)

(6)

(7)

(8)

Lampiran 4

HEALTH RESEARCH ETHICAL COMMITTEE

Of North Sumatera

c/o MEDICAL SCHOOL, UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jl. Dr. Mansyur No. 5 Medan, 20155 – Indonesia

Tel: +62-61-8211045 / +62-61-8210555, Fax: +62-61-8216264, e-mail:

Lembar Penilaian Etik Penelitian Dosen Pembimbing KTI

Nama Mahasiswa : Diyanah Rosi

NIM : 110100264

Judul Penelitian : Perbedaan Tingkat Kebugaran Jasmani Antara Perokok dan Tidak Perokok

Tanggapan / Saran : Kesimpulan/Keputusan

(beri tanda pada nomor yang diputuskan) : 1. Disetujui sepenuhnya tanpa perubahan 2. Disetujui dengan perubahan

3. Diubah 4. Ditolak

5. Dilimpahkan penilaian Etik kepada KEPK FK USU

Medan, 25 September 2014 Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Yang memberi Tanggapan

NIP. 19781223 2003 12 2 002 Dr. Eka Roina Megawati, M.Kes.


(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Ashok, C., 2008. Step Test. Test Your Physical Fitness. Delhi: Kalpaz Publications, 152-154.

ACMS, 2008. Health-Related Physical Fitness Assessment Manual second edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins, 100-139.

Budiasih, K.A.S., 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani Karyawan PT. Amoco Mitsui Indonesia Tahun 2011. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Jakarta:7-25.

Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi: Penyakit Tidak Menular. Dalam : Khairunnisaq, 2012. Perbedaan Gambaran Ekg Dan Tekanan Darah Antara Mahasiswa Perokok Dengan Bukan Perokok Saat Latihan Di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. FK USU, Medan:4-5.

Cahyati, W.H., 2004. Beberapa Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kebugaran Jasmani Pada Manusia Usia Lanjut (Studi Kasus Di Panti Wreda Kota Semarang). Universitas Diponegoro, Semarang: 17-21.

Haryono, D., ed, 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi baru. Jakarta : PT Media Pustaka Phoenix, 720.

Heywood, V., 1998. Advance Fitness Assessment and Exercise Prescription. Available from : http://www.brianmac.co.uk/vo2max.htm#vo2 [Accessed 22 April 2012]

Nieman, D., 2011. Physical Fitness and Health Defined. Exercise Testing and Prescription. Seventh Edition. New york : Mc Graw Hill, 5-11.

Notoadmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Prajapati, R., Dhungel, K.U., Pramanik, T., Ghosh, A., Roychowdhury, P., 2008.

Assessment of Some Pulmonary Parameters and Cardiorespiratory Fitness Status in Nepalese Medical Students. Dalam : Olivia, W., 2011. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Kebugaran Fisik Pada Mahasiswa Laki-Laki Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2010. Universitas Sumatera Utara, Medan:6


(17)

Rusip, G., 2006. A Comparative Study on the Physical Fitness level Using the Harvard, Sharkey, and Kashstep test. Majalah Kedokteran Nusantara, 39(3): 151-154.

Saareks, V., 2000. Nicotine-Induced Changes in Eicosanoid Synthesis in Man, Effects of Smoking Cessation, Nicotine Substitution, Pyridoxine and Nicotinic Acid. University of Tampere, Finland:25-26.

Sinaga, E.,2004. Pengaruh Latihan Senam Aerobik Pada Suhu yang Berbeda Terhadap Kebugaran Jasmani Diukur Berdasarkan Kapasitas VO2max(Thesis). Dalam : Olivia, W., 2011. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Kebugaran Fisik Pada Mahasiswa Laki-Laki Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2010. Universitas Sumatera Utara, Medan:6.

Sitepoe, M., 2000. Kekhususan Rokok Indonesia. Dalam : Sitepu, L.S., 2010. Hubungan Kebiasaan Merokok Terhadap Terjadinya Smoker’s Melanosis Di Kalangan Mahasiswa Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Medan:8

U.S. Departement of Health and Human Services, 2012. Smoking and Tobacco Control Monograph No.7. Cigarette Smoke Components and Disease: Cigarette Smoke Is More Than a Triad of Tar, Nicotine, and Carbon Monoxide. National Cancer Institute, p.60-64. Diambil dari : http://cancercontrol.cancer.gov/tcrb/monographs/7/m7_complete.pdf [Diakses 28 April 2012]

U.S. Departement of Health and Human Services, 2012. Smoking and Tobacco Control Monograph No.2. Nicotine Effects and Addiction. National Cancer Institute, p.225. Diambil dari : http://cancercontrol.cancer.gov/tcrb/monographs/2/m2_complete.pdf [Diakses 12 Mei 2012]


(18)

WHO Report on the Global Tobacco Epidemic, 2011: The MPOWER package. Geneva : World Health Organization. Diambil dari: http://www.who.int/tobacco/mpower/mpower_report_full_2008.pdf [Diakses 20 April 2012].

Wijaya, H., 2011. Gen Cyp2A6 Meningkatkan Risiko Ketergantungan Fisik Perokok Terhadap Nikotin. Program Pascasarjana Universitas Udayana,Denpasar:2-3.


(19)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Variabel dan Defenisi Operasional

3.2.1. Variabel

Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain. Berdasarkan hubungan fungsional antara variabel-variabel satu dengan yang lainnya, Variabel dibedakan menjadi dua, yaitu variabel tergantung atau variabel dependen danan variabel bebas atau variabel independen. Dalam penelitian ini :

a.Adapun variabel-variabel independen, Antara lain:

1. Mahasiswa pria FK USU Angkatan 2011 yang merokok 2. Mahasiswa pria FK USU Angkatan 2011 yang tidak merokok b.Adapun variabel dependen,antara lain:

1. Tingkat kebugaran jasmani Mahasiwa pria FK USU Angkatan 2011 Perokok

Bukan Perokok

Tingkat Kebugaran Jasmani


(20)

3.2.2. Defenisi Operasional a. Perokok

1. Definisi : sampel yang aktif menghisap rokok minimal dalam 6 bulan konsumsi rokok.

2. Cara ukur : wawancara 3. Alat ukur : kuesioner

4. Hasil ukur : perokok dan bukan perokok 5. Skala ukur : nominal

b. Tingkat Kebugaran jasmani

1. Definisi : Jumlah skor hasil tes kebugaran jasmani dengan menggunakan metode Mc Ardle Step test.

2. Alat ukur: stopwatch, Metronome, Bangku 41,3 cm. 3. Cara ukur :

a. Partisipan melakukan irama langkah naik turun bangku pada suhu kamar 23 ̊- 25 ̊C.

b. Lamanya naik turun bangku 3 menit.

c. Setelah tes selesai, subjek diminta untuk berhenti, kemudian denyut nadi arteri radialis dihitung selama 15 detik g. Jumlah nadi selama 15 detik tersebut kemudian dikalikan 4 untuk mendapat jumlah nadi per menit.

4. Hasil ukur:

Untuk laki-laki: VO2 max = 111,33 – (0,42 x HR)

Untuk perempuan: VO2 max = 65,81 – (0,1847 x HR) HR = Heart rate 5.Skala ukur: numerik

3.3. Hipotesis

Ada perbedaan kebugaran jasmani antara mahasiswa yang perokok dan yang tidak perokok.


(21)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Metode penelitian ini adalah metode penelitian survei analitik yaitu survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan desain cross-sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara merokok dengan kebugaran jasmani pada mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan akan dilaksanakan pada bulan Oktober.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4.3.2. Sampel Penelitian

Subjek yang diteliti merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan yang tidak termasuk dalam kriteria eksklusi. Yang termasuk kriteria inklusi dan kriteria eksklusi adalah sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

1. Mahasiswa pria Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang dengan rentang usia 18-22 tahun.

2. Responden tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan (seperti obat flu,dll). 3. Responden tidak minum kopi sebelum percobaan.

b. Kriteria Eksklusi

1. Individu yang menderita penyakit kardiovaskular, Penyakit gangguan hormonal, Dan penyakit-penyakit kronik lainnya.


(22)

4.4. Besar Sampel

Sampel penelitian adalah mahasiswa pria Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang perokok dan bukan perokok. Untuk teknik pengambilan sampel digunakan teknik consecutive sampling, Dimana sampel yang diambil adalah yang memenuhi kriteria penelitian, Sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi (Notoadmojo, 2005).

Perhitungan besar sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus besar sampel penelitian analisis kategorik tidak berpasangan, Yaitu sebagai berikut:

n =

(P1 – P2 )2

(Z1−α/2 2PQ+Z1−β PQ +P2Q2) 2

keterangan:

n : besar sampel minimum.

Z฀ ฀฀ nilai distribusi normal baku ( tabel Z ) pada ฀฀tertentu. Z฀ ฀฀ nilai distribusi normal baku ( tabel Z ) pada ฀฀tertentu. P2 : perkiraan proporsi di populasi

Q2 : 1 – P2

P1 : proporsi di populasi

Q1 : 1- P1

P1 – P2 : perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi P : proporsi total = P1+P2

2

Q : 1 – P

Diketahui nilai Z฀= 1.64 dan Z฀= 0.84. Proporsi di populasi (P1) = 0.65 ( dari data prevalensi perokok berjenis kelamin laki-laki di provinsi Sumatera Utara tahun 2013 ) dan perkiraan proporsi di populasi (P2) = 0.4. Maka sampel minimal yang diperlukan adalah 34 orang pada setiap kelompok.

4.5. Metode Pengumpulan Data

Setelah mendapatkan izin pelaksanaan penelitian di tempat yang sudah ditentukan, kemudian ditetapkan hari pelaksanaan penelitian. Sebelum dilakukan pengumpulan data, sampel terlebih dahulu diminta untuk mengisi identitas diri (nama, umur, alamat, status pernikahan, agama dan pendidikan terakhir) dan diwawancara sesuai dengan daftar pertanyaan pada kuesioner untuk menyingkirkan sampel yang memenuhi


(23)

faktor-faktor eksklusi serta untuk menanyakan apakah responden menderita penyakit jantung atau penyakit lainnya. Untuk sampel perokok, ditanyakan sudah berapa lama merokok dan apakah jumlah rokok per hari, setelah didapati jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi, sampel diberi penjelasan mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan, dan pengumpulan data dimulai dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan untuk menghitung indeks massa tubuh.

Setelah itu, sampel diberi instruksi mengenai pengukuran tingkat kebugaran dengan metode Mc Ardle Step Test, dimana sampel diminta untuk naik turun bangku setinggi 41,3 cm selama 3 menit dengan laju 24 langkah per menit, atau dapat mendengarkan bunyi metronome yang telah disediakan sebagai pedoman kecepatan naik turun bangku. Setelah tes selesai, sampel dipersilahkan untuk istirahat dan dilakukan perhitungan nadi detik ke 6- 20, dimana hasilnya akan dikali empat dan dimasukkan ke dalam rumus untuk mendapatkan nilai tingkat kebugaran. Hasil dan data yang diperoleh dicatat dalam kertas kuesioner yang juga digunakan untuk wawancara.

4.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran akan ditabulasi untuk kemudian diolah lebih lanjut dengan menggunakan program Statistic Package for the Social Sciences (SPSS).

Jika data berdistribusi normal, uji hipotesis yang digunakan adalah uji t-independen. Jika data tidak berdistribusi normal maka perlu dilakukan transformasi data dengan cara mengubah variabel kontinu menjadi ordinal atau nominal.


(24)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Karakterisitik Sampel

Sampel penelitian ini merupakan mahasiswa laki-laki di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, dengan rentang usia 18-22 tahun. Pengukuran pengambilan oksigen maksimal dilakukan pada responden sebanyak 34 orang perokok dan 34 orang bukan perokok yang memenuhi kriterian inklusi dan ekslusi. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

5.1.2 Distribusi Usia, Kriteria Perokok dan Frekuensi Olahraga Sampel

Distribusi usia sampel yang diperlihatkan pada tabel 5.1. sebagian besar perokok dan bukan perokok berusia 18, 20, dan 21 tahun.

Tabel 5.1. Distribusi perokok dan bukan perokok berdasarkan usia

Umur Riwayat Perokok Total

Perokok (n)

Bukan Perokok (n)

18 8 9 17

19 4 3 7

20 8 9 17

21 8 9 17

22 6 4 10

Total 34 34 68

Distribusi kriteria perokok sampel yang diperlihatkan pada tabel 5.2. dimana sampel yang paling banyak adalah perokok ringan sebanyak 18 orang.


(25)

Tabel 5.2. Distribusi Kriteria Perokok Sampel

Kriteria perokok Perokok

(n)

Ringan 18

Sedang 13

Berat 3

Total 34

Distribusi frekuensi olahraga sampel yang diperlihatkan pada tabel 5.3. dimana frekuensi olahraga sampel yang paling baik pada perokok maupun bukan perokok adalah 2-3 kali seminggu.

Tabel 5.3. Frekuensi olahraga pada sampel perokok dan bukan perokok Frekuensi olahraga Perokok

(n)

Bukan Perokok (n)

1 kali seminggu 10 7

2-3 kali seminggu 19 24

Jarang 5 3

Total 34 34

Distribusi tingkat kebugaran sampel pada tabel 5.4. Dimana sampel dengan tingkat kebugaran cukup merupakan jumlah yang terbanyak dari seluruhnya, yaitu sebanyak 16 orang pada perokok dan 11 orang pada bukan perokok.

Tabel 5.4. Tingkat kebugaran pada sampel perokok dan bukan perokok

Tingkat kebugaran Perokok Bukan perokok

Sangat kurang 4 3

kurang 1 1

cukup 16 11

Bagus 2 8

Bagus sekali 7 4

Sangat bagus sekali 4 7


(26)

5.1.3. Hasil Analisis Statistik

a. V02max pada mahasiswa Perokok dan Bukan Perokok

Dalam penelitian ini sampel perokok dan bukan perokok diminta untuk melakukan Harvard Step Test selama 3 menit kemudian dihitung heart rate selama 15 detik setelah sampel melakukan Harvard Step Test. Vo2max dihitung dengan menggunakan rumus : 111,33 - (0,42 x HR). Data yang telah didapat kemudian di uji distribusinya dengan menggunakan uji Kolgomorov-Smirnov melalui SPSS dan didapati p 0.005 (data tidak berdistribusi normal). Selanjutnya data dianalisis melalui uji Mann-Whitney U.

Tabel 5.5. Uji Mann-Whitney U : Rata-rata VO2max Sampel

VO2max Mean Sig.

Perokok 32.10

0.299

Bukan perokok 36.90

Setelah dilakukan uji Mann-Whitney U didapatkan hasil 496.500 dan p value 0.299. Interpretasi dari hasil analisa data adalah tidak ada perbedaan VO2max antara perokok dan bukan perokok.

b.Hubungan Tingkat Kebugaran Perokok dan Bukan Perokok

Dari hasil dibawah, sebanyak 4 (5,9%) sampel yang merokok mempunyai tingkat kebugaran sangat kurang, 1 (1,5%) sampel yang merokok mempunyai tingkat kebugaran kurang, 16 (23.5%) sampel yang merokok mempunyai tingkat kebugaran cukup, 2 (2,9%) sampel yang merokok mempunyai tingkat kebugaran bagus, 7 (10.3%) bagus sekali dan 4 (5.9%) sampel bagus sekali.

Sebanyak 3 (4.4%) sampel yang tidak perokok mempunyai tingkat kebugaran sangat kurang, 1 (1.5%) sampel yang tidak perokok mempunyai tingkat kebugaran kurang, 11 (16.2%) sampel yang tidak perokok mempunyai tingkat kebugaran cukup, 8 (11.8%) sampel yang tidak perokok mempunyai tingkat kebugaran bagus, 4 (5.9%) sampel yang tidak perokok mempunyai tingkat kebugaran sangat bagus, 7 (10.3%) sampel yang tidak perokok mempunyai tingkat kebugaran bagus sekali.


(27)

5.2. Pembahasan

Rokok sangat berpengaruh terhadap fungsi pernafasan atau proses pengambilan oksigen. Ada beberapa faktor penyebab yaitu, pertama, nikotin menyebabkan konstriksi bronkiolus terminal paru-paru, yang meningkatkan resistensi aliran udara ke dalam dan ke luar paru-paru. Kedua, efek iritasi asap rokok itu sendiri menyebabkan peningkatan sekresi cairan ke dalam cabang-cabang bronkus, juga pembengkakakan lapisan epitel. Ketiga, nikotin melumpuhkan silia pada permukaan sel epitel pernapasan yang normalnya terus bergerak untuk memindahkan kelebihan cairan dan partikel asing dari saluran pernapasan . bahkan perokok ringan sekalipun sering merasakan adanya tahanan pernapasan selama latihan maksimum dan tingkat kinerjanya dapat berkurang (Guyton & Hall, 2008).

Pengertian VO2max adalah kapasitas pengambilan oksigen yang diambil atau diukur pada saat melakukan latihan. VO2max dapat dinyatakan dalam banyak cara (dari liter oksigen per menit atau lebih dinormalisasi mililiter oksigen per kilogram berat badan per menit) (Hargreaves, 2003).

Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kebugaran jasmani antara mahasiswa perokok dan bukan perokok dengan pengambilan oksigen maksimal ( VO2 max ) dalam waktu latihan 3 menit (tabel 5.4). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena sebagian besar sampel perokok adalah perokok ringan (tabel 5.2) dan usia sampel relatif muda , 18 – 22 tahun ( tabel 5.1).

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andresa Thier De Borba dkk , bahwa Vo2max pada perokok lebih tinggi dibandingkan dengan bukan perokok. Hal ini dikarenakan sampel pada penelitian sudah aktif merokok selama 10 tahun dan dilakukan pada sampel yang berusia 30 tahun keatas (Borba et al, 2014).

Sekitar separuh dari para perokok akan meninggal akibat kebiasaan merokoknya, dan separuh kematian ini akan terjadi pada usia pertengahan, pada saat dimana mereka sedang dalam puncak produktivitasnya. Secara umum mereka yang meninggal akibat kebiasaan merokok akan kehilangan 20 sampai 25 tahun

kehidupannya akibat kebiasaan merokok. Semakin awal seseorang merokok dan semakin banyak jumlah rokok yang dihisap akan semakin sulit umtuk berhenti merokok, sehingga efek rokok yang ditimbulkan pun semakin besar, oleh karena rokok mempunyai dose- respone effect. Apabila perilaku merokok dimulai sejak usia remaja, resiko


(28)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan, yaitu :

1. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan bermakna antara kebiasaan merokok dengan tingkat kebugaran, dimana mahasiswa yang mempunyai kebiasaan merokok dan tidak perokok tidak ada perbedaan tingkat kebugaran yang signifikan.

6.2. Saran

Perlu penelitian lebih lanjut mengenai pengambilan oksigen maksimal untuk menentukan tingkat kebugaran, yaitu dengan menambah waktu latihan agar mencapai target yang maksimal.


(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rokok

Rokok adalah gulungan tembakau yang bersalut daun nipah, kertas dan sebagainya. Merokok adalah suatu kata kerja yang berarti melakukan kegiatan atau aktivitas mengisap rokok, sedangkan perokok adalah orang yang suka merokok (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2009).

2.1.1. Defenisi Rokok

Rokok adalah hasil olahan dari tembakau terbungkus yang meliputi kretek dan rokok putih yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Sitepoe, 2000).

2.1.2. Kandungan Rokok

Semua bahan yang terkandung dalam rokok akan ikut terbakar saat rokok dibakar, dan akan membentuk bahan kimia hasil pembakaran. Terkandung sekitar 4000 bahan kimia di dalam asap rokok. Terdapat dua fase proses pembakaran rokok yaitu fase partikulat dan fase gas. Fase partikulat terdiri dari nikotin, nitrosamin dan N-nitrosonornikotin, logam berat, polisiklik hidrokarbon dan karsinogenik amin. Sedangkan

fase gas terdiri dari karbon monoksida (CO), karbon dioksida, benzena, amonia, formaldehid, hidrosianida dan lain-lain (Sitepoe, 2000).

Semua bahan kimia yang terkandung dalam asap rokok membawa pengaruh tersendiri terhadap tubuh yang akan berdampak buruk bagi kesehatan. Bahan kimia utama yang merupakan racun pada rokok adalah nikotin, CO, dan tar.

a. Nikotin

Nikotin terdapat dalam asap rokok dan juga di dalam tembakau yang tidak dibakar. Dampak toksis dari nikotin terhadap tubuh dapat meliputi berbagai sistem, diantaranya sistem persarafan, metabolic dan yang paling besar efeknya pada sistem kardiovaskular.


(30)

Dampak rokok terhadap sistem metabolik antara lain dengan meningkatkan kadar gula darah, kadar asam lemak bebas dan kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan terhadap sistem kardiovaskular antara lain dengan meningkatkan tekanan darah, denyut jantung dan agregasi sel trombosit. Selain itu, kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian oksigen bertambah dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer (Sitepoe, 2000).

b.Gas Karbon Monoksida ( CO )

Gas CO adalah sejenis gas yang tidak memiliki bau. Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen dalam transpor maupun penggunaannya. Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok dapat mencapai 3-6%, sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per million) yang dapat meningkatkan kadar karboksi haemoglobin dalam darah sejumlah 2-16%. Bila terus menerus berlangsung akan mempengaruhi sistem saraf pusat (Sitepoe, 2000).

c. Tar

Tar berasal dari tembakau, cengkeh, bahan organik lain yang dibakar dan pembalut rokokn yang dibakar. Terdapat zat karsinogenik di dalam tar yaitu polisiklik hidrokarbon aromatis yang akan memicu timbulnya kanker paru (Sitepoe, 2000).

2.1.3. Efek rokok terhadap kesehatan

Menurut Report of the NCI Expert Committee of Smoking and Tobacco Control Monograph No.7, terdapat beberapa efek yang dapat ditimbulkan rokok terhadap kesehatan, antara lain:

a. Penyakit kardiovaskular

Merokok merupakan salah satu kontribusi utama terjadinya penyakit jantung koroner, stroke dan penyakit aterosklerosis lain dari sistem sirkulasi. Ateroslerosis adalah sebuah penyakit kronis yang dapat mempengaruhi pembuluh darah arteri pada setiap bagian tubuh. Bentuk aterosklerosis yang paling penting di Amerika adalah aterosklerosis koroner. Manifestasinya meliputi angina, serangan jantung, gagal jantung, dan sudden death. Dideskripsikan dalam istilah penyakit jantung koroner. Aterosklerosis yang melibatkan arteri yang menyuplai darah ke otak adalah bentuk dari penyakit


(31)

serebrovaskular. Aterosklerosis yang melibatkan arteri-arteri pada anggota gerak disebut penyakit vaskular perifer. Dalam banyak studi epidemiologi terhadap jutaan orang, merokok selain menimbulkan hal tersebut di atas, juga dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke, penyakit vaskular perifer, dan lesi aterosklerotik lain.

Merokok sering disebut sebagai faktor risiko independen untuk penyakit jantung koroner karena angka kejadian penyakit jantung koroner pada perokok lebih tinggi walaupun ketika faktor risiko lain seperti jenis kelamin, tekanan darah dan kadar kolesterol diperhitungkan. Kadang-kadang, merokok disebut sebagai faktor risiko yang dapat dimodifikasi karena seseorang dapat mengurangi atau berhenti merokok. Walaupun merokok tentunya tidak dapat menjadi penyebab dari penyakit jantung koroner untuk orang yang tidak pernah merokok, Namun merokok dapat menjadi kontributor utama terjadinya penyakit jantung koroner pada perokok.

Asap rokok tampaknya meningkatkan proses aterosklerosis melalui beberapa mekanisme, antara lain:

1. Merokok mempengaruhi metabolisme dari kolesterol. Pada pengamatan berulang terhadap perokok menunjukkan bahwa perokok mempunyai kadar kolesterol HDL (high-density lipoprotein) yang lebih rendah, Dan berhenti merokok meningkatkan kadar kolesterol HDL. Pada percobaan terhadap hewan, asap rokok dapat merusak lapisan dalam pembuluh darah, sehingga meningkatkan transpor dari partikel kolesterol LDL (low-density lipoprotein) menyeberangi dinding arteri dan penumpukan plak kolesterol. 2. Merokok juga dapat mempengaruhi sistem pembekuan darah, termasuk agregrasi trombosit pada lapisan dinding pembuluh darah arteri dan pembentukan dari bekuan darah yang memblok arteri yang mengalami penyempitan. Acrolein pada asap rokok mungkin berperan pada efek agregrasi trombosit.

3. Asap rokok juga dapat menyebabkan spasme dari pembuluh darah arteri koroner. Sudah banyak komponen dari asap rokok yang ditemukan terlibat dalam berkembangnya penyakit aterosklerosis. Nikotin, komponen psikoaktif utama dalam asap rokok, menyebabkan perubahan kuat pada denyut jantung dan sirkulasi darah. Nikotin juga mengakibatkan kerusakan pada lapisan arteri. Karbon monoksida dalam asap rokok berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga mengurangi kapasitas


(32)

dimethylbenz (a,h) anthracene dan benzo(a)pyrene (BaP), telah dibuktikan dapat mempercepat berkembangnya aterosklerosis pada percobaan terhadap hewan. Hal ini menghasilkan pemikiran bahwa kerusakan sel dan proliferasi sel (hiperplasia) dapat berperan dalam berkembangnya plak. hydrogen cyanide, nitrogen oxides dan komponen-komponen kimia dalam asap rokok, yang merupakan produk oksigen yang sangat reaktif, mempunyai efek merusak terhadap sel otot jantung.

b.Penyakit paru

Merokok merupakan penyebab utama dari penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Merokok menyebabkan 84% kematian pada pria yang disebabkan PPOK dan 79% pada wanita. Penyakit paru tersebut merupakan sebuah penyakit yang berkembang secara lambat yang disebabkan trauma berulang terhadap paru selama bertahun- tahun. Pada tahun-tahun awal setelah mulai merokok, orang mungkin melaporkan tidak ada timbulnya gejala. Akan tetapi, walaupun pada stadium yang awal, uji pernapasan seringkali dapat mendeteksi kelainan pada jalur pernapasan terminal dari paru dan kelainan ini sudah diamati pada studi otopsi dari perokok muda yang meninggal secara tiba-tiba.

Untuk perokok yang berusia 20-an, sudah ditemukan hubungan antara sejauh mana uji paru abnormal dengan jumlah rokok yang dihisap per hari. Dalam suatu survei secara random, dari 17-60% perokok dewasa yang berusia dibawah 55 tahun mempunyai disfungsi ringan jalur pernapasan yang dapat terdeteksi. Selama dua dekade atau lebih lamanya merokok, konstelasi dari perubahan kronis fungsi pernapasan berkembang. Kerusakan kronis dari paru ini, antara lain: hipersekresi mukus dengan batuk kronis dan berdahak, penebalan dan penyempitan jalur pernapasan, emfisema, yaitu, dilatasi abnormal dari ruang udara pada akhir pohon bronkus, dengan destruksi pada dinding alveoli, yang menyebabkan bertambahnya obstruksi aliran udara. Perubahan-perubahan ini menyebabkan kerusakan bermakna pada sistem pernapasan, kecacatan dan kematian. Secara umum, fungsi pernapasan menurun dengan bertambahnya paparan asap rokok.

Asap rokok menghasilkan perubahan patologis dari paru dengan beberapa mekanisme yang berbeda, antara lain :

1. Asap rokok bersifat toksik terhadap silia yang melapisi jalur pernapasan sentral. Silia-silia ini, bersamaan dengan kombinasi sekresi mukus, melawan dari


(33)

terhirupnya bahan-bahan asing.

2. Merokok juga menginduksi kelainan pada sitem inflamasi dan sistem imun dalam paru. Asap rokok menyebakan sel-sel inflamasi untuk menghasilkan enzim bernama elastase, yang menghancurkan elastin, sebuah protein yang penting dalam melapisi dinding elastik alveoli. Selain itu, oksidan-oksidan yang berada dalam asap rokok juga dapat menginaktivasi enzim protektif seperti alpha,-antitrypsin, yang menghambat kerja destruktif dari elastase.

Banyak kandungan kimia organik maupun inorganik pada asap rokok yang membantu dalam proses toksisitas terhadap sistem respirasi, termasuk hydrocarbons, aldehydes, ketones, organic acids, phenols, cyanides, acrolein dan nitrogen oxides. Beberapa komponen berperan dalam terbentuknya hipersekresi mukus kronis pada jalur pernapasan sentral, sedangkan lainnya lebih berperan dalam menimbulkan kelainan pada jalur pernapasan dan emfisema pada kantung udara perifer. Oksidator pada asap rokok menginhibisi enzim yang melindungi dari destruksi elastin paru.

c. Kanker

Merokok dapat menyebabkan kanker paru, esofagus, laring, rongga mulut, kandung kemih dan pankreas pada perokok pria dan wanita. Banyak studi epidemiologi selama bertahun-tahun menemukan bahwa risiko dari pria dan wanita perokok menderita kanker meningkat bersamaan dengan jumlah rokok per hari, Lamanya merokok dan onset merokok yang awal. Berhenti merokok menurunkan risiko terkena kanker secara perlahan, Walaupun risiko yang tinggi tetap persisten selama pengamatan dari dua puluh tahun lamanya berhenti merokok.

2.1.4. Klasifikasi Perokok Berdasarkan Jumlah Rokok yang Dihisap

Menurut Bustan (2007), Jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan batang, Bungkus, Pak per hari. Jenis rokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu:

a. Perokok Ringan : apabila merokok kurang dari 10 batang per hari. b. Perokok Sedang : apabila menghisap 10-20 batang per hari. c. Perokok Berat : apabila menghisap lebih dari 20 batang.


(34)

2.2. Kebugaran Jasmani 2.2.1. Pengertian

Kebugaran jasmani menurut Sadoso (1992) dalam Sinaga (2004) adalah kemampuan fungsional seseorang dalam melakukan pekerjaan sehari-hari yang relatif cukup berat untuk jangka waktu yang cukup lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan serta masih mempunyai tenaga cadangan untuk melakukan hal-hal yang mendadak, Setelah selesai bekerja dapat pulih keadaan semula dalam waktu yang relatif singkat pada saat istirahat. Kebugaran jasmani diperlukan tidak hanya oleh atlet untuk performa yang lebih baik tetapi juga untuk nonatlet untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohani (Prajapati et al., 2008).

Kebugaran jasmani terbagi menjadi dua komponen yaitu kebugaran jasmani terkait kesehatan (health related component) dan kebugaran jasmani terkait kemampuan atletis (performance or skill related component). Kebugaran jasmani terkait kesehatan mencakup daya tahan kardiorespirasi, komposisi tubuh, fleksibilitas, kekuatan otot dan ketahanan otot. Kebugaran jasmani terkait kemampuan atletis mencakup keseimbangan, Waktu reaksi, koordinasi, ketangkasan, kecepatan dan kekuatan (ACSM, 2009).

2.2.2. Komponen Kebugaran Jasmani

Komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain: a. Daya Tahan Kardiorespirasi

Daya tahan kardiorespirasi didefinisikan sebagai kemampuan sistem respirasi dan sirkulasi untuk menyuplai oksigen selama aktivitas yang ritmik dan kontiniu (Nieman, 2011). Dengan kata lain, daya tahan kardiorespirasi dipengaruhi oleh kemampuan fungsional dari jantung, pembuluh darah dan paru-paru yang terkait selama berbagai jenis tuntutan latihan.

b. Komposisi Tubuh

Komposisi tubuh mengacu pada jumlah relatif lemak dalam tubuh dan jaringan tubuh yang tanpa lemak, seperti otot, tulang dan air. Berat badan dapat dibagi menjadi dua komponen: Berat dari jaringan lemak dan berat dari jaringan bebas lemak. Persen lemak tubuh (persentase dari berat total diwakili oleh berat lemak), Merupakan indeks yang sering digunakan untuk menilai komposisi tubuh seseorang. Obesitas didefinisikan


(35)

sebagai suatu kelebihan akumulasi dari lemak tubuh. Pria mempunyai tingkat lemak tubuh yang optimal bila persentase dari lemak tubuhnya adalah 15% atau kurang, dan dipertimbangkan obesitas apabila persentase lemak tubuhnya 25% atau lebih. Untuk wanita, persentase lemak tubuh yang optimal adalah 23% atau dibawahnya, Dan disebut obesitas apabila mencapai 33% atau di atas 33% (Nieman, 2011).

c. Kekuatan Otot

Kekuatan otot berhubungan dengan kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan. Dengan kata lain, kekuatan otot merupakan kekuatan maksimal yang dapat diberikan terhadap suatu tahanan, atau jumlah kekuatan maksimal yang dapat dihasilkan dalam suatu gerakan terisolasi oleh sekelompok otot tunggal (Nieman, 2011).

d. Kelenturan

Adalah kapasitas fungsional dari persendian untuk bergerak melalui seluruh luas bidang geraknya, yang selain dipengaruhi oleh jenis sendi itu sendiri juga dipengaruhi oleh jaringan-jaringan disekitar sendi, seperti oleh otot, tendon dan ligament. Kelenturan tubuh yang baik dapat mengurangi terjadinya cedera olahraga. (Nieman, 2011).

e. Daya Tahan Otot

Daya tahan merupakan suatu kapasitas untuk melakukan aktivitas fisik secara terus menerus dalam waktu yang lama dan dalam suasana aerobik. Seseorang yang mempunyai daya tahan yang baik, tidak akan merasa kelelahan yang berlebihan setelah melakukan latihan dan kondisinya pun cepat pulih kembali seperti keadaan sebelum melakukan latihan. Dengan kata lain, daya tahan otot adalah kemampuan otot untuk terus melakukan suatu aktivitas tanpa merasa lelah, atau kemampuan otot untuk menyokong kontraksi otot secara submaksimal dalam suatu jangka waktu tertentu (Nieman, 2011).

2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebugaran jasmani (Cahyati, 2004): a. Kesehatan badan, misalnya penyakit menular dan penyakit kronis.

b. Keadaan gizi, misalnya kekurangan salah satu atau berbagai jenis zat gizi (khususnya protein), serta zat gizi yang tidak adekuat.


(36)

Faktor fisiologis yang mempengaruhi daya tahan kardiovaskular antara lain: 1. Keturunan (genetik)

Kapasitas aerobik maksimal seseorang (VO2 max), 93,4% ditentukan oleh faktor genetik yang berperan antara lain pada kapasitas jantung, paru, sel darah merah, dan hemoglobin (Hb). Kemampuan yang dimiliki oleh keturunan tertentu diduga terkait dengan jumlah mitokondria yang dimilikinya. Orang kulit berwarna dari suku Afrika memiliki jumlah mitokondria yang lebih banyak, sehingga meningkatkan kemampuan sel menyediakan energi, sehingga orang tersebut tidak mudah merasa lelah (Budiasih,2002). 2. Usia

Mulai anak-anak sampai usia 20 tahun, daya tahan kardiovaskular meningkat, mencapai maksimal pada usia 20-30 tahun dan setelah itu berbanding terbalik dengan usia. Hal ini disebabkan karena menurunnya faal organ trasnport dan utilisasi oksigen yang terjadi akibat bertambahnya usia (Cahyati, 2004).

3. Jenis Kelamin

Sampai usia pubertas tidak ada perbedaan daya tahan kardiovaskular antara pria dan wanita. Setelah usia tersebut, nilai daya tahan kardiovaskular pada wanita lebih rendah 15-25% dari pria. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan maksimal kekuatan otot yang berhubungan dengan luas permukaan tubuh, jumlah hemoglobin, kapasitas paru dan sebagainya (Cahyati, 2004).

4. Aktivitas Fisik

Istirahat di tempat tidur selama tiga minggu akan menurunkan daya tahan kardiovaskular sebanyak 17-27%. Efek latihan aerobik selama 8 minggu setelah istirahat tersebut memperlihatkan peningkatan daya tahan kardiovaskular 62% dari nilai akibat istirahat. Apabila dibandingkan dengan keadaan sebelum istirahat di tempat tidur, Maka nilai peningkatan adalah 18%. Macam aktivitas seseorang akan mempengaruhi baik buruknya nilai daya tahan kardiovaskular yang dimiliki (Cahyati, 2004).

5. Status Gizi

Status gizi adalah hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output) akan zat gizi tersebut. Sedangkan zat gizi sendiri diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur


(37)

proses-proses kehidupan. Daya tahan tubuh akan berada dalam keadaan optimal bila mengkonsumsi tinggi karbohidrat (60-70%). Diet tinggi protein terutama untuk memperbesar otot dan untuk olahraga yang memerlukan kekuatan otot yang besar (Budiasih, 2002).

6. Merokok

Kebiasaan merokok berpengaruh terhadap kebugaran jasmani, karena di dalam rokok terdapat bermacam-macam zat yang merugikan tubuh, yaitu karbon monoksida, nikotin, tar dan beberapa zat lainnya. Sitepoe (2000) berpendapat bahwa rokok bukanlah sebagai penyebab suatu penyakit, namun dapat memicu suatu jenis penyakit yang dapat mengakibatkan kematian. Penyakit-penyakit yang terpicu karena merokok antara lain adalah sebagai berikut :

a. Merokok dan saluran pernapasan. Merokok merupakan penyebab utama penyakit paru-paru, baik bersifat kronis dan obstruktif, misalnya bronkitis dan emfisema. Sekitar 85% dari penderita ini disebabkan oleh rokok.

b. Merokok dan darah. Karbon monoksida akan menyingkirkan hemoglobin yang akan digunakan untuk mengangkut oksigen ke jaringan. Pengikatan O2 oleh karbon monoksida lebih kuat 200-300 kali mengikat hemoglobin. Dengan demikian, kemampuan hemoglobin akan merosot.

c. Merokok dan sistem kardiovaskular. Nikotin dari rokok itu dapat menyebabkan denyut jantung tidak teratur. Karbon monoksida di dalam darah mengubah pembuluh darah itu agar lebih gampang dimasuki oleh kolesterol dan lemak, sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan.

Derajat berat merokok dapat dinilai dengan menggunakan indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap dalam sehari dikalikan lama merokok dalam tahun:

a. Ringan : 0-200 b. Sedang : 201-600 c. Berat : >600

Beberapa zat kimia dalam rokok yang berbahaya bagi kesehatan bersifat kumulatif (ditimbun), suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksis sehingga akan


(38)

2.2.5. Pengukuran Kebugaran Jasmani

Pengukuran daya tahan kardiorespirasi dapat dilakukan di laboratorium dan di lapangan. Untuk tes lapangan biasanya berupa uji tampilan (performance test), sedangkan untuk tes laboratorium berupa uji latih (exercise test). Tiga macam bentuk uji latih untuk mengukur dan menilai kebugaran jasmani dari segi kemampuan fungsi jantung dan pernafasan yaitu: Uji naik turun bangku (Steps Test), Uji dengan ergometer sepeda (Ergocycle Test) dan uji dengan jentera (Treadmill Test) [Rusip, 2006; Cahyati, 2004] . A. Uji naik turun bangku (Step Test)

Step test yang digunakan oleh penulis berupa Mc Ardle Step Test ataupun yang dikenal dengan Queen’s College Step Test yang prosedurnya berupa:

Alat yang digunakan

a. Stopwatch dan formulir tes

b. Metronome, untuk mengatur irama langkah c. Bangku tes yang tingginya adalah 41,3 cm Pelaksanaan

a. Partsipan melakukan latihan irama langkah naik turun bangku terlebih dahulu sebelum tes.

b. Suhu kamar 23 ̊- 25 ̊C.

c. Pada saat tanda “mulai” diberikan, Partisipan menempatkan salah satu kakinya di atas bangku tepat pada suatu detikan metronom yang sekaligus merupakan tanda permulaan test. Pada detikan metronome kedua, partisipan menempatkan kedua kakinya penuh di atas bangku sehingga partisipan berdiri tegak di atas bangku. Pada detikan ketiga, partisipan turun dan menurunkan dulu kakinya yang pertama kali naik tadi. Pada detikan keempat, kakinya yang kedua diturunkan pula, sehingga partisipan sekarang berdiri lagi tegak di atas lantai. Demikian seterusnya sambil mengikuti irama metronome yang telah terpasang pada frekuensi 96 x per menit untuk pria dan frekuensi 88 x per menit untuk wanita atau kecepatan naik turun 24 x per menit untuk pria dan 22 x per menit untuk wanita. d. Lamanya naik turun bangku 3 menit


(39)

kembali mengikuti irama metronome Setelah tes selesai, subjek diminta untuk berhenti, kemudian denyut nadi arteri radialis dihitung selama 15 detik g. Jumlah nadi selama 15 detik tersebut kemudian dikalikan 4 untuk mendapat jumlah nadi per menit.

Perhitungan Besar VO2 max diketahui dengan rumus (Ashok, 2008): 1. Untuk laki-laki: VO2 max = 111,33 – (0,42 x HR)

2. Untuk perempuan: VO2 max = 65,81 – (0,1847 x HR) 3. HR = Heart rate

4. Interpretasi

Indikasi Penghentian Mc Ardle Step Test, antara lain: a) Permintaan dari subjek untuk berhenti. b) Kegagalan sistem monitor.

c) Terdapat tanda-tanda gangguan kardiovaskular, seperti: nyeri dada (angina) yang progresif, takikardia ventrikel, aritmia jantung ataupun bradikardia yang tidak sesuai dan tidak dapat dijelaskan.

d) Kepala terasa ringan, bingung, ataksia, pucat, sianosis, mual atau adanya tanda-tanda dari insufisiensi sirkulasi perifer yang serius.

2.3. Hubungan merokok dengan kebugaran jasmani

Menurut data dari Report of the NCI Expert Committee of Smoking and Tobacco Control Monograph No.2, Salah satu kandungan dalam rokok, nikotin, mempunyai berbagai kerja dalam tubuh. Secara umum, nikotin mengakibatkan aktivasi dari sistem saraf simpatis dengan efek terhadap kardiovaskular seperti peningkatan frekuensi denyut jantung (10-20 kali per menit) dan peningkatan tekanan darah (5-10 mmHg), meningkatkan kadar katekolamin dan asam lemak bebas dalam sirkulasi, yang dapat berkontribusi terhadap peningkatan kadar kolesterol total dan penurunan kadar kolesterol High Density Lipoprotein (HDL) yang ditemukan pada orang yang mempunyai kebiasaan merokok. Penghambatan dari sintesis prostasiklin dan efek lain pada trombosit juga dapat mempercepat terjadinya koagulasi.

Selain hal di atas, merokok secara aktif maupun pasif pada dasarnya akan menghisap CO (karbon monoksida) yang bersifat merugikan. Gas CO mempunyai


(40)

200-300 kali lebih kuat dibanding oksigen Akibatnya, Sel darah merah akan kekurangan oksigen, Oleh karena yang diangkut adalah CO dan bukan O2 (oksigen) yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh. Sel tubuh yang menderita kekurangan oksigen akan berusaha meningkatkannya yaitu melalui kompensasi pembuluh darah dengan jalan menciut atau spasme dan mengakibatkan meningkatnya tekanan darah. Bila proses spasme berlangsung lama dan terus menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses aterosklerosis (penyempitan).

Selain efek merugikan terhadap sistem kardiovaskular, Kandungan dalam rokok juga dapat menurunkan kinerja dari paru-paru maupun organ lain yang dirusaknya secara perlahan-lahan. Padahal untuk mempertahankan kebugaran jasmani diperlukan daya tahan dan kebugaran kardiopulmonal yang baik ataupun komponen-komponen lainnya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan merokok akan berpengaruh terhadap kebugaran jasmani seseorang.


(41)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Meningkatnya prevalensi merokok di negara-negara berkembang termasuk Indonesia menyebabkan masalah rokok menjadi serius. Data epidemiologi global menunjukkan bahwa rokok membunuh lebih dari lima juta orang di dunia setiap tahunnya akibat penyakit kanker, penyakit jantung maupun penyakit lain terkait rokok. Diperkirakan pada tahun 2030, angka kematian dapat mencapai lebih dari delapan juta orang per tahun (WHO, 2010).

Menurut WHO dalam Report on Global Tobacco Epidemic tahun 2010, konsumsi rokok di Indonesia menduduki urutan ke-3 di dunia setelah China dan India. Konsumsi rata-rata rokok per orang (usia di atas 15 tahun) adalah 12 batang per hari pada tahun 2008. Prevalensi dari penduduk usia di atas 15 tahun yang merokok adalah 35,4% pada tahun 2008. Namun, terdapat perbedaan angka yang besar antara pria dan wanita dimana 65,3% pria di Indonesia yang berusia di atas 15 tahun merokok dan hanya sekitar 5% wanita yang merokok.

Kerusakan pada berbagai macam sistem organ dapat disebabkan oleh berbagai macam zat toksik, iritan dan radikal bebas yang ada dalam asap rokok. Berbagai zat dalam asap rokok ini dapat mempercepat progresivitas proses penuaan intrinsik melalui akumulasi kerusakan seiring berjalannya waktu dan menimbulkan berbagai macam penyakit atau gangguan terkait proses penuaan, misalnya penyakit jantung koroner, stroke, osteoporosis, kanker, penyakit paru obstruktif, serta mempercepat proses skin aging berupa munculnya garis-garis keriput dan meningkatnya proses degradasi kolagen. Dari efek rokok pada berbagai sistem organ tersebut, angka mortalitas terbesar adalah akibat penyakit pada sistem kardiovaskular, yaitu sebesar 37% penyakit kanker sebesar 28% dan akibat penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), Yaitu sebesar 26% (Wijaya,2011).


(42)

kardiovaskular dengan meningkatkan denyut jantung, resistensi vaskular, volume sekuncup, tekanan darah, curah jantung, kontraksi miokard. Terdapat beberapa mekanisme yang menyebabkan kebiasaan merokok dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah (Saareks,2000).

Menurut American College of Sports Medicine (ACSM) 2008, kebugaran fisik adalah kemampuan jantung, pembuluh darah, paru-paru dan otot untuk bekerja dengan efisien yang optimal. Kebugaran fisik juga terkait dengan kemampuan untuk melaksanakan aktifitas fisik pada level sedang hingga berat tanpa mengalami kelelahan yang semestinya serta kemampuan untuk mempertahankannya sepanjang hidup. Dengan adanya kebugaran fisik, tubuh kita sanggup untuk melakukan penyesuaian terhadap beban fisik sehingga dapat menghindari kelelahan yang berlebihan.

Salah satu komponen dalam kebugaran jasmani adalah daya tahan kardiovaskular. Maka dapat disimpulkan bahwa kesehatan dari sistem kardiovaskular berperan pada kebugaran seseorang karena komponen ini menggambarkan kemampuan dan kesanggupan sistem peredaran darah mengambil dan mengadakan penyediaan oksigen yang dibutuhkan ( Nieman,2011)

Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tahan kardiovaskular antara lain: usia, jenis kelamin, genetik, kebiasaan olahraga, status gizi, kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok dan kadar hemoglobin (Budiasih,2011).

Salah satu cara untuk mengukur kebugaran jasmani dengan menggunakan metode step test, antara lain adalah metode Mc Ardle Step Test atau Queens College Step Test yang menggunakan tinggi bangku 41,3 cm (Ashok, 2008).

Oleh karena itu, Orang yang merokok mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk terkena gangguan jantung dan paru yang berakibat pada penurunan kinerja jantung paru. Hal tersebut berpengaruh pada kesehatan dan secara langsung berdampak juga pada kebugaran jasmani seseorang. Selain itu, rokok tidak hanya membahayakan kesehatan bagi perokok itu sendiri, namun juga bagi orang-orang disekitar perokok yang tidak merokok namun terpapar oleh asap rokok tersebut (disebut juga perokok pasif).

Berdasarkan alasan di atas, maka peneliti bermaksud untuk melihat adakah perbedaan tingkat kebugaran jasmani antara perokok dan tidak perokok.


(43)

1.2. Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan tingkat kebugaran jasmani antara perokok dan tidak perokok?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan tingkat kebugaran jasmani antara perokok dan tidak perokok.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah mengetahui adakah perbedaan tingkat kebugaran jasmani antara perokok dan tidak perokok pada mahasiswa.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, Diharapkan dapat memberi manfaat:

a. Menambah pengetahuan atau informasi tentang pengaruh yang dapat ditimbulkan oleh kebiasaan merokok terhadap kebugaran fisik dan kesehatan.

b. Menjadi landasan atau motivasi kepada masyarakat tentang pentingnya upaya pencegahan bahaya merokok.


(44)

ABSTRAK

Meningkatnya prevalensi merokok di negara-negara berkembang termasuk Indonesia menyebabkan masalah merokok menjadi masalah yang serius. Merokok menimbulkan gangguan sistem kardiovaskular yang akan berpengaruh terhadap kebugaran jasmani seseorang, dimana salah satu komponen dari kebugaran jasmani. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kebugaran jasmani antara perokok dan tidak perokok pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2011. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross-sectional.

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling, dengan jumlah sampel 34 orang perokok dan 34 orang bukan perokok. Pengukuran tingkat kebugaran jasmani dilakukan dengan pengukuran harvard step test. Tes ini menggunakan bangku dengan ketinggian 41,3cm. Tes ini berdurasi 3 menit dengan laju naik turun bangku 24 kali/menit. Setelah responden menyelesaikan tes, dilakukan perhitungan denyut nadi radialis detik ke 1-15 pada masa pemulihan, hasil perhitungan kemudian dimasukkan ke rumus untuk mendapatkan nilai tingkat kebugaran. Analisis data dilakukan dengan program SPSS (Statistic Package for Social Science).

Hasil penelitian dilakukan menggunakan uji statistik Mann Whitney-U. Menunjukkan nilai p 0,299 dan disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakana tingkat kebugaran jasmani antara perokok dan bukan perokok.


(45)

ABSTRACT

The increasing prevalence of smoking in developing countries including Indonesia cause smoking become a serious problem. Smoking promote cardiovascular disorder that can affect physical fitness, The purpose of this study is to determine the difference of physical fitness among smokers and non smokers at the students of Faculty of Medicine, University of Sumatra Utara degree 2011. This study is an analytic study with cross-sectional design.

The sampling technique is consecutive sampling, the number of samples 34 smokers and 34 nonsmokers. Measurement of physical fitness level is using the Harvard step test calculation. This test use a bench height 41,3cm. This test duration is 3 minutes with the pace up and down the bench 24 times / min. After the respondents completed the test, radial pulse is measured for 15 seconds in the beginning recovery period, the result is then inserted into the formula to obtain the value of fitness level. Data analysis was performed with SPSS (Statistics Package for Social Science).

Results: The results of the study is being analysed using the Mann Whitney-U test. showed a p-value 0.299. There was no significant different between of physical fitness smokers and nonsmokers.


(46)

PROPOSAL PENELITIAN

PERBEDAAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANTARA PEROKOK DAN TIDAK PEROKOK

Oleh : DIYANAH ROSI

110100264

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(47)

(48)

ABSTRAK

Meningkatnya prevalensi merokok di negara-negara berkembang termasuk Indonesia menyebabkan masalah merokok menjadi masalah yang serius. Merokok menimbulkan gangguan sistem kardiovaskular yang akan berpengaruh terhadap kebugaran jasmani seseorang, dimana salah satu komponen dari kebugaran jasmani. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kebugaran jasmani antara perokok dan tidak perokok pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2011. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross-sectional.

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling, dengan jumlah sampel 34 orang perokok dan 34 orang bukan perokok. Pengukuran tingkat kebugaran jasmani dilakukan dengan pengukuran harvard step test. Tes ini menggunakan bangku dengan ketinggian 41,3cm. Tes ini berdurasi 3 menit dengan laju naik turun bangku 24 kali/menit. Setelah responden menyelesaikan tes, dilakukan perhitungan denyut nadi radialis detik ke 1-15 pada masa pemulihan, hasil perhitungan kemudian dimasukkan ke rumus untuk mendapatkan nilai tingkat kebugaran. Analisis data dilakukan dengan program SPSS (Statistic Package for Social Science).

Hasil penelitian dilakukan menggunakan uji statistik Mann Whitney-U. Menunjukkan nilai p 0,299 dan disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakana tingkat kebugaran jasmani antara perokok dan bukan perokok.


(49)

ABSTRACT

The increasing prevalence of smoking in developing countries including Indonesia cause smoking become a serious problem. Smoking promote cardiovascular disorder that can affect physical fitness, The purpose of this study is to determine the difference of physical fitness among smokers and non smokers at the students of Faculty of Medicine, University of Sumatra Utara degree 2011. This study is an analytic study with cross-sectional design.

The sampling technique is consecutive sampling, the number of samples 34 smokers and 34 nonsmokers. Measurement of physical fitness level is using the Harvard step test calculation. This test use a bench height 41,3cm. This test duration is 3 minutes with the pace up and down the bench 24 times / min. After the respondents completed the test, radial pulse is measured for 15 seconds in the beginning recovery period, the result is then inserted into the formula to obtain the value of fitness level. Data analysis was performed with SPSS (Statistics Package for Social Science).

Results: The results of the study is being analysed using the Mann Whitney-U test. showed a p-value 0.299. There was no significant different between of physical fitness smokers and nonsmokers.


(50)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun karya tulis ilmiah ini dengan judul “Perbedaan Tingkat Kebugaran Jasmani Antara Perokok dan Tidak Perokok” tepat pada waktunya. Saya menyadari bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan karya tulis ilmiah ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikannya. Oleh karena ini saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Eka Roina Megawati, M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing saya dalam penyusunan karya tulis ilmiah saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tepat waktu.

2. dr.Emil Azlin Sp.A(K) dan dr.Rizalina Sp.THT-KL(K). Selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk memberikan saran dalam pembuatan karya tulis ilmiah saya. 3. Seluruh staf pegawai di ruang laboratorium Fisiologi kak Fatma yang telah mengizinkan

saya untuk melakukan Harvard step test di dalam ruangan lab Fisiologi.

4. Seluruh pimpinan dan staf Medical Education Unit, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah membantu melancarkan perjalanan saya dalam menyiapkan karya tulis ilmiah ini.

5. Kepada kedua orang tua saya yang sudah mendukung dalam pembuatan karya tulis

ilmiah saya sampai selesai.

6. Kepada sahabat dan satu dosen pembimbing saya Hilferia Simbolon yang sudah

mendukung dan sama-sama mengerjakan karya tulis ilmiah ini sampai tepat pada waktunya.

7. Kepada sahabat-sahabat saya Irnanda Warda Rizki Nasution,Astrini Aslam, Regina Anastasya Ketaren, dr. Sofie Hasibuan, Dinda Basri, Putri Rubiana Hadiatika dan bang Ruth. Yang telah banyak membantu disaat pengerjaan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata, saya berharap ALLAH SWT, membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu saya, semoga karya ilmiah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu selanjutnya.

Medan , 3 November 2014


(51)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.1. Distribusi Perokok dab Bukan Perokok Berdasarkan Usia

24

Tabel 5.2. Distribusi Kriteria Perokok Sampel 24

Tabel 5.3. Frekuensi Olahraga Pada Sampel Perokok dan Bukan Perokok

24

Tabel 5.4. Tingkat Kebugaran Pada Sampel Perokok dan Bukan Perokok

24

Tabel 5.5 Uji Mann-Whitney U : Rata-rata VO2 max sampel 26 Tabel 5.7 Uji Chi-Square : Tingkat kebugaran jasmani 26


(52)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(53)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Persetujuan...i

Daftar Isi...ii

Daftar Pustaka ...iv

BAB 1 PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Rumusan Masalah ...3

1.3. Tujuan Penelitian ...3

1.3.1. Tujuan Umum ...3

1.3.2. Tujuan Khusus ...3

1.4. Manfaat Penelitian ...3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...4

2.1. Rokok ...4

2.1.1. Definisi Rokok ...4

2.1.2. Kandungan Rokok ...4

2.1.3. Efek Rokok Terhadap Kesehatan ...5

2.1.4. Klasifikasi Perokok ...9

2.2. Kebugaran Jasmani ...9

2.2.1. Pengertian Kebugaran Jasmani ...9

2.2.2. Komponen Kebugaran Jasmani ...10

2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani ...11

2.2.4. Pengukuran Kebugaran Jasmani ...14


(54)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ...18

3.1. Kerangka Konsep ...18

3.2. Variabel dan Definisi Operasional ...18

3.2.1. Variabel Independen ...18

3.2.3. Definisi Operasional ...19

3.3. Hipotesis ...19

BAB 4 METODE PENELITIAN ...20

4.1. Jenis Penelitian ...20

4.2.Waktu dan Lokasi Penelitian ...20

4.3. Populasi dan Sampel ...20

4.3.1. Populasi Penelitian ...20

4.3.2. Sampel Penelitian...20

4.4. Besar Sampel ...21

4.5. Metode Pengumpulan Data ...22


(1)

ABSTRACT

The increasing prevalence of smoking in developing countries including Indonesia cause smoking become a serious problem. Smoking promote cardiovascular disorder that can affect physical fitness, The purpose of this study is to determine the difference of physical fitness among smokers and non smokers at the students of Faculty of Medicine, University of Sumatra Utara degree 2011. This study is an analytic study with cross-sectional design.

The sampling technique is consecutive sampling, the number of samples 34 smokers and 34 nonsmokers. Measurement of physical fitness level is using the Harvard step test calculation. This test use a bench height 41,3cm. This test duration is 3 minutes with the pace up and down the bench 24 times / min. After the respondents completed the test, radial pulse is measured for 15 seconds in the beginning recovery period, the result is then inserted into the formula to obtain the value of fitness level. Data analysis was performed with SPSS (Statistics Package for Social Science).

Results: The results of the study is being analysed using the Mann Whitney-U test. showed a p-value 0.299. There was no significant different between of physical fitness smokers and nonsmokers.


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun karya tulis ilmiah ini dengan judul “Perbedaan Tingkat Kebugaran Jasmani Antara Perokok dan Tidak Perokok” tepat pada waktunya. Saya menyadari bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan karya tulis ilmiah ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikannya. Oleh karena ini saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Eka Roina Megawati, M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing saya dalam penyusunan karya tulis ilmiah saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tepat waktu.

2. dr.Emil Azlin Sp.A(K) dan dr.Rizalina Sp.THT-KL(K). Selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk memberikan saran dalam pembuatan karya tulis ilmiah saya. 3. Seluruh staf pegawai di ruang laboratorium Fisiologi kak Fatma yang telah mengizinkan

saya untuk melakukan Harvard step test di dalam ruangan lab Fisiologi.

4. Seluruh pimpinan dan staf Medical Education Unit, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah membantu melancarkan perjalanan saya dalam menyiapkan karya tulis ilmiah ini.

5. Kepada kedua orang tua saya yang sudah mendukung dalam pembuatan karya tulis ilmiah saya sampai selesai.

6. Kepada sahabat dan satu dosen pembimbing saya Hilferia Simbolon yang sudah mendukung dan sama-sama mengerjakan karya tulis ilmiah ini sampai tepat pada waktunya.

7. Kepada sahabat-sahabat saya Irnanda Warda Rizki Nasution,Astrini Aslam, Regina Anastasya Ketaren, dr. Sofie Hasibuan, Dinda Basri, Putri Rubiana Hadiatika dan bang Ruth. Yang telah banyak membantu disaat pengerjaan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata, saya berharap ALLAH SWT, membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu saya, semoga karya ilmiah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu selanjutnya.


(3)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.1. Distribusi Perokok dab Bukan Perokok Berdasarkan Usia

24

Tabel 5.2. Distribusi Kriteria Perokok Sampel 24

Tabel 5.3. Frekuensi Olahraga Pada Sampel Perokok dan Bukan Perokok

24

Tabel 5.4. Tingkat Kebugaran Pada Sampel Perokok dan Bukan Perokok

24

Tabel 5.5 Uji Mann-Whitney U : Rata-rata VO2 max sampel 26 Tabel 5.7 Uji Chi-Square : Tingkat kebugaran jasmani 26


(4)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Persetujuan...i

Daftar Isi...ii

Daftar Pustaka ...iv

BAB 1 PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Rumusan Masalah ...3

1.3. Tujuan Penelitian ...3

1.3.1. Tujuan Umum ...3

1.3.2. Tujuan Khusus ...3

1.4. Manfaat Penelitian ...3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...4

2.1. Rokok ...4

2.1.1. Definisi Rokok ...4

2.1.2. Kandungan Rokok ...4

2.1.3. Efek Rokok Terhadap Kesehatan ...5

2.1.4. Klasifikasi Perokok ...9

2.2. Kebugaran Jasmani ...9

2.2.1. Pengertian Kebugaran Jasmani ...9

2.2.2. Komponen Kebugaran Jasmani ...10

2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani ...11

2.2.4. Pengukuran Kebugaran Jasmani ...14


(6)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ...18

3.1. Kerangka Konsep ...18

3.2. Variabel dan Definisi Operasional ...18

3.2.1. Variabel Independen ...18

3.2.3. Definisi Operasional ...19

3.3. Hipotesis ...19

BAB 4 METODE PENELITIAN ...20

4.1. Jenis Penelitian ...20

4.2.Waktu dan Lokasi Penelitian ...20

4.3. Populasi dan Sampel ...20

4.3.1. Populasi Penelitian ...20

4.3.2. Sampel Penelitian...20

4.4. Besar Sampel ...21

4.5. Metode Pengumpulan Data ...22