Perbedaan Tingkat Kebugaran Jasmani Antara Perokok dan Tidak Perokok

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Meningkatnya prevalensi merokok di negara-negara berkembang termasuk

Indonesia menyebabkan masalah rokok menjadi serius. Data epidemiologi global
menunjukkan bahwa rokok membunuh lebih dari lima juta orang di dunia setiap tahunnya
akibat penyakit kanker, penyakit jantung maupun penyakit lain terkait rokok.
Diperkirakan pada tahun 2030, angka kematian dapat mencapai lebih dari delapan juta
orang per tahun (WHO, 2010).
Menurut WHO dalam Report on Global Tobacco Epidemic tahun 2010, konsumsi
rokok di Indonesia menduduki urutan ke-3 di dunia setelah China dan India. Konsumsi
rata-rata rokok per orang (usia di atas 15 tahun) adalah 12 batang per hari pada tahun
2008. Prevalensi dari penduduk usia di atas 15 tahun yang merokok adalah 35,4% pada
tahun 2008. Namun, terdapat perbedaan angka yang besar antara pria dan wanita dimana
65,3% pria di Indonesia yang berusia di atas 15 tahun merokok dan hanya sekitar 5%
wanita yang merokok.
Kerusakan pada berbagai macam sistem organ dapat disebabkan oleh berbagai

macam zat toksik, iritan dan radikal bebas yang ada dalam asap rokok. Berbagai zat
dalam asap rokok ini dapat mempercepat progresivitas proses penuaan intrinsik melalui
akumulasi kerusakan seiring berjalannya waktu dan menimbulkan berbagai macam
penyakit atau gangguan terkait proses penuaan, misalnya penyakit jantung koroner,
stroke, osteoporosis, kanker, penyakit paru obstruktif, serta mempercepat proses skin
aging berupa munculnya garis-garis keriput dan meningkatnya proses degradasi kolagen.
Dari efek rokok pada berbagai sistem organ tersebut, angka mortalitas terbesar adalah
akibat penyakit pada sistem kardiovaskular, yaitu sebesar 37% penyakit kanker sebesar
28% dan akibat penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), Yaitu sebesar 26%
(Wijaya,2011).
Salah satu kandungan dalam rokok, nikotin, menginduksi katekolamin dari
kelenjar adrenal dan melalui mekanisme inilah rokok mengubah fungsi sistem

Universitas Sumatera Utara

kardiovaskular dengan meningkatkan denyut jantung, resistensi vaskular, volume
sekuncup, tekanan darah, curah jantung, kontraksi miokard. Terdapat beberapa
mekanisme yang menyebabkan kebiasaan merokok dapat meningkatkan resiko terjadinya
penyakit jantung dan pembuluh darah (Saareks,2000).
Menurut American College of Sports Medicine (ACSM) 2008, kebugaran fisik

adalah kemampuan jantung, pembuluh darah, paru-paru dan otot untuk bekerja dengan
efisien yang optimal. Kebugaran fisik juga terkait dengan kemampuan untuk
melaksanakan aktifitas fisik pada level sedang hingga berat tanpa mengalami kelelahan
yang semestinya serta kemampuan untuk mempertahankannya sepanjang hidup. Dengan
adanya kebugaran fisik, tubuh kita sanggup untuk melakukan penyesuaian terhadap
beban fisik sehingga dapat menghindari kelelahan yang berlebihan.
Salah satu komponen dalam kebugaran jasmani adalah daya tahan kardiovaskular.
Maka dapat disimpulkan bahwa kesehatan dari sistem kardiovaskular berperan pada
kebugaran seseorang

karena komponen

ini

menggambarkan kemampuan dan

kesanggupan sistem peredaran darah mengambil dan mengadakan penyediaan oksigen
yang dibutuhkan ( Nieman,2011)
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tahan kardiovaskular antara lain: usia,
jenis kelamin, genetik, kebiasaan olahraga, status gizi, kebiasaan olahraga, kebiasaan

merokok dan kadar hemoglobin (Budiasih,2011).
Salah satu cara untuk mengukur kebugaran jasmani dengan menggunakan metode
step test, antara lain adalah metode Mc Ardle Step Test atau Queens College Step Test
yang menggunakan tinggi bangku 41,3 cm (Ashok, 2008).
Oleh karena itu, Orang yang merokok mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk
terkena gangguan jantung dan paru yang berakibat pada penurunan kinerja jantung paru.
Hal tersebut berpengaruh pada kesehatan dan secara langsung berdampak juga pada
kebugaran jasmani seseorang. Selain itu, rokok tidak hanya membahayakan kesehatan
bagi perokok itu sendiri, namun juga bagi orang-orang disekitar perokok yang tidak
merokok namun terpapar oleh asap rokok tersebut (disebut juga perokok pasif).
Berdasarkan alasan di atas, maka peneliti bermaksud untuk melihat adakah
perbedaan tingkat kebugaran jasmani antara perokok dan tidak perokok.

Universitas Sumatera Utara

1.2.

Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan tingkat kebugaran jasmani antara perokok dan tidak


perokok?

1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan tingkat kebugaran jasmani antara perokok dan tidak
perokok.

1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah mengetahui adakah
perbedaan tingkat kebugaran jasmani antara perokok dan tidak perokok pada mahasiswa.

1.4. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini, Diharapkan dapat memberi manfaat:
a. Menambah pengetahuan atau informasi tentang pengaruh yang dapat ditimbulkan
oleh kebiasaan merokok terhadap kebugaran fisik dan kesehatan.
b. Menjadi landasan atau motivasi kepada masyarakat tentang pentingnya upaya
pencegahan bahaya merokok.
c. Menjadi sumber bacaan untuk penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara