Kaum Gay di Kota Medan (Studi Kasus Gay Pada Mall Center Point Jalan Jawa Kecamatan Medan Timur)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Sosialisasi sebagai proses belajar seorang individu merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi bagaimana keberlangsungan proses kehidupan
masyarakat, baik dengan keluarga, teman sebaya, sekolah maupun media massa.
Unsur-unsur pengertian sosialisasi adalah sosialisasi merupakan cara belajar atau
suatu proses akomodasi dan yang dipelajari adalah nilai-nilai, norma-norma, ideide atau gagasan, pola-pola tingkah laku dan adat istiadat serta keseluruhannya itu
diwujudkan dalam kepribadiannya. Keseluruhannya itu merupakan segala aspek
dari proses kehidupan manusia yang berhubungan erat dengan sosialisasi
menyangkut keberhasilan ataupun kegagalan sosialisasi.
Menurut David A. Goslin berpendapat “Sosialisasi adalah proses belajar
yang di alami seseorang untuk memperoleh pengetahuan ketrampilan, nilai-nilai
dan norma-norma agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota dalam kelompok
masyarakatnya.Norma merupakan kaidah, pokok, kadar atau patokan yang
diterima secara utuh oleh masyarakat guna mengatur kehidupan dan tingkah laku
sehari-hari, agar hidup ini terasa aman dan menyenangkan. Norma sendiri masih

terbagi menjadi beberapa jenis seperti norma agama, norma kesusilaan, norma
hukum dan adat istiadat, sifatnya pun bermacam-macam seperti ringan lunak,
memperbolehkan dan menggunakan sedikit paksaan dan bisa sebaliknya bersifat
melarang sama sekali bahkan menjadi tabu. Artinya dilarang menjamin atau
melakukannya karena diliputi kekuatan-kekuatan gaib yang lebih tinggi.Norma

Universitas Sumatera Utara

bisa juga berupa larangan-larangan dengan sanksi keras, hukuman atau tindak
pengasingan.
Kenyataannya, meskipun sudah ada norma yang mengatur kehidupan
masyarakat, namun tetap saja ada perilaku-perilaku yang menyimpang dari
norma-norma tersebut. Individu yang berperilaku tidak sesuai dengan norma yang
berlaku dianggap sebagai pelanggaran terhadap norma. Pada umumnya, individu
dalam interaksinya dengan individu atau kelompok lain dalam mencapai tujuan
tertentu menyesuaikan dengan norma-norma yang berlaku. Sebaliknya, ada
individu atau kelompok dalam mencapai tujuannya tidak dapat menyesuaikan
normayang berlaku disebut deviasi.Perilaku-perilaku yang melanggar normanorma sosial itu disebut sebagai perilaku menyimpang.
Hyde


juga

mendefinisikan

homoseksual

sebagai

orang

yang

orientasiseksualnya mengarah kepada individu yang bergender sama dengan
dirinya. Istilah homoseksual dapat digunakan baik untuk pria , yang lebih dikenal
dengan istilah gay, ataupun wanita lebih dikenal dengan istilah lesbian (Hyde,
1990).Untuk saat ini, kaum gay-lah yang banyak disoroti oleh masyarakat karena
perilaku kaum gay terlihat sangat tidak wajar dibandingkan perilaku kaum lesbi.
Orang akan menilai wajar apabila melihat dua orang wanita yang saling
bergandengan mesra bahkan bila melihat sepasang wanita saling berciuman pipi
di tempat umum. Perilaku tersebut akan dinilai lain apabila dilakukan oleh

sepasang laki-laki, orang awam akan merasa risih atau heran dengan perilaku
mereka, bahkan tak jarang hal ini akan menjadi buah bibir dan bahan ejekan bagi
masyarakat kebanyakan.

Universitas Sumatera Utara

Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari
norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari
mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku tersebut
(Robert M. Z.Lawang).Homoseksual atau gay dalam studi masalah sosial dapat
dikategorikan

ke

dalam

perilaku

yang


tidak

wajar

atau

perilaku

menyimpang.Seperti halnya keberadaan gay, sampai saat ini sebagian masyarakat
masih belum bisa menerima keberadaan kaum gay.Alasan apapun yang
menyatakan bahwa seseorang adalah seorang gay masih saja ditolak oleh
masyarakat umum, karena menyukai sesama jenis adalah hal yang tidak
wajar.Homoseksual secara sosiologis adalah seseorang yang sejenis kelaminnya
sebagai mitra seksual dan homoseksualitas sendiri merupakan sikap, tindakan atau
perilaku pada gay.
Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang
lain sesama kelamin, yang diketahuinya atau sepatutnya harus
diduganya belum dewasa, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun.
Kutipan di atas merupakan isi dari kitab Undang-undang hukum pidana

pasal 292 yang secara eksplisit mengatur soal, sikap, tindakan homoseksual yang
dikaitkan dengan usia di bawah umur. Negara Indonesia belum memiliki
perundang-undangan

yang

secara

khusus

mengatur

masalah-masalah

homoseksual.Masyarakat dengan keanekaragamannya memang sulit menerima
keberadaan kaum gay, masyarakat seolah tidak ingin tahu alasan seseorang
menjadi seorang gay.Masyarakat sepertinya terlanjur menilai kaum gay dari
kisah-kisah homoseksual yang pernah dilakukan oleh kaum Nabi Luth zaman
terdahulu.


Universitas Sumatera Utara

Teori tentang homoseksual yang berkembang saat ini pada dasarnya dapat
dibagi menjadi dua golongan: esensialis dan konstruksionis. Esensialisme
berpendapat bahwa homoseksual berbeda dengan heteroseksual sejak lahir,
hasildari proses biologi dan perkembangan. Teori ini menyiratkan bahwa
homoseksualitas merupakan abnormalitas perkembangan, yang membawa perdeba
tan bahwa homoseksualitas merupakan sebuah penyakit. Sebaliknya, konstruksion
is berpendapat bahwa homoseksualitas adalah sebuah peran social yang telah
berkembang secara berbeda dalam budaya dan waktu yang berbeda, dan oleh
karenanya tidak ada perbedaan antara homoseksual dan heteroseksual secara
lahiriah (Carroll, 2005).
Keberadaan homoseksual dalam masyarakat nusantara, perilakunya diatur
dengan bermacam-macam cara seperti hubungan dikenal dan diakui. Hubungan
homoseksual dilembagakan dalam rangka pencarian kesaktian pemertahanan
sakralitas.Orang yang berperilaku gay diberi jabatan sakral, perilaku homoseksual
dijadikan bagian ritus sinisasi, perilaku homoseksual dilembagakan dalam seni
pertunjukan.Hubungan yang terjadi antar individu tersebut dapat berupa hubungan
pertemanan, persahabatan, persaudaraan atau bahkan hubungan yang mengarah
pada suatu hubungan khusus yang bersifat pribadi.

Homoseksualitas mengacu pada interaksi seksual dan/atau romantis
antarapribadi yang berjenis kelamin sama. Homoseksual juga digunakan untuk
merujukpada hubungan intim dan/atau hubungan seksual di antara orang-orang
berjeniskelamin yang sama, yang bisa jadi tidak mengidentifikasi diri mereka
sebagai gayatau lesbian. Homoseksualitas dapat mengacu pada:

Universitas Sumatera Utara

a. Orientasi seksual yang ditandai dengan kesukaan seseorang dengan orang
lain yang mempunyai kelamin sejenis secara biologis atauidentitas gender
yang sama.
b. Perilaku seksual dengan seseorang dengan gender yang sama tidakpeduli
orientasi seksual atau identitas gender.
c. Identitas

seksual

atau

identifikasi


diri,

yang

mungkin

dapat

mengacukepada perilaku homoseksual atau orientasi homoseksual
(Wikipedia,2016 diakses 27 juni jam 18.00WIB).
Pada umumnya, hubungan yang khusus dan bersifat pribadi ini atau lebih
dikenal dengan istilah “pacaran” dapat terjadi di antara individu yang berjenis
kelamin laki-laki dengan individu yang berjenis kelamin perempuan. Hubungan
ini biasanya bertujuan untuk lebih mengenal antara satu sama lain hingga akan
tercapai suatu kesamaan tujuan yang membuat dua individu dapat bersatu dalam
suatu ikatan yang disebut dengan ikatan pernikahan. Akan tetapi kenyataan yang
saat ini berkembang di kalangan masyarakat umum, banyak penyimpangan sosial
yang terjadi dimana era modernisasi sekarang banyak yang memilih pasanganya
sesama jenis, seperti kelompok gay yang makin terlihat terutama di kota

metropolitan yang masih dianggap sebagai perilaku menyimpang.
Kenyataanya kaum gay tersebut sudah lebih berani untuk memperkenalkan
diri sebagai gay baik secara langsung maupun melalui dunia maya.Terdapat sosial
network khusus untuk mengakses perkumpulan-perkumpulan kaum gay, facebook
khusus kaum gay, chatting room khusus kaum gay dan masih banyak lagi situssitus yang dikhususkan untuk berkomunikasi antar kaum gay, contohnya greender
aplikasi

ini

digunakan

untuk

mencari

sesama

gay

yang


berada

Universitas Sumatera Utara

disekitarnya.Tentunya fenomena tersebut berdampak pada kehidupan mereka
sebagai kaum homoseksual, misalnya cap negatif dari masyarakat sekitar.
Nonkonformitas (tindakan yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku)
gender dapat melibatkan transvestisme, yaitu fenomena mengenakan pakaian
lawan jenis kelamin, atau transeksualisme, yakni keinginan untuk menjadi orang
dari lawan jenis kelamin. Masalah yang muncul adalah bahwa kaidah untuk
mengkategorikan gay, kedua konsep tersebut tidak memadai. Tidak semua gay
ingin menjadi perempuan, dan dalam definisi transvestisme biasanya disebutkan
kepuasan seksual sebagai tujuan pengenaan pakaian lawan jenis, dan sangat jarang
sekali ditemukan pada gay.
Telah terjadi perubahan sikap, dari sikap yang sebelumnya menerima
tindakan “melembagakan” bergeser ke arah melecehkan. Hal ini disebabkan oleh
perubahan keseluruhan tata nilai masyarakat yang menganggap bahwa peradaban
tradisional itu kuno, terbelakang, penuh dengan dekadensi moral. Maka, tradisi
homoseksual yang semula masi dikatakan tertutup atau jarang ditemukan, karena

merupakan perilaku yang menyimpang. Dari sinilah dapat dimengerti kenapa
kelompok-kelompok gay dan lesbian terlihat relatif jarang dan menutup diri,
padahal dalam faktanya orang-orang berperilaku homoseksual banyak.
Kota Medan yang merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia sendiri
sudahdikatakan kota metropolitan dimana dengan jumlah penduduknya yang
sangat banyaktidak jauh dari gaya hidup menyimpang dan perilaku seksual yang
menyimpang atauberesiko. Berdasarkan data yang didapat, diperkirakan jumlah
gay di Kota Medan berjumlah 2.721 orang, di Serdang Bedagai berjumlah 360
orang gay dan di DeliSerdang berjumlah 512 orang gay. Sementara itu untuk

Universitas Sumatera Utara

jumlah waria di Kota Medan didapat sebanyak 1.113 orang, dan waria tersebut
dalam proses edukasi sertapenyadaran akan bahaya virus HIV/AIDS.Seseorang
dapat menjadi gay diawali pada masa kanak-kanak tetapi padaumur 15 tahun baru
mulai melakukan hubungan seksual.Berdasarkan Survei padakelompok gay
diwilayah Sumatera hanya memfokuskan pada perilaku beresiko saja,tidak ada
pemeriksaan tes HIV atau IMS. Hasil SSP pada kelompok gay di
wilayahSumatera Utara, menunjukkan ada perilaku berisiko yaitu sebagian besar
(87-92%)(Ramadhani, 2015).
Beberapa tempat di kawasan Kota Medan yang diidentikkan sebagai
tempat berkumpulnya para gay Medan, seperti Jalan Iskandar Muda, Jalan
Pelangi, Jalan Garuda, Medan Plaza, Sun Plaza, Mall Centre Point, Hotel Tiara,
Warkop Elisabeth, Warkop Harapan, Warkop Panca Budi dan beberapa club
malam di Kota Medan, seperti Retro, Tobasa, LG dan sebagainya. Dimana dalam
penelitian ini terfokus di Mall Centre Point Medan.Mall Centre Point merupakan
salah satu pusat perbelanjaan yang cukup besar di Kota Medan yang berada di
jln.Jawa daerah Medan Timur, di mall ini la tempat beberapa gay berbelanja, dan
juga ada yang bekerja disana sebagai SPB (sales promotion boy).Biasanya gay
memiliki ketampanan diatas rata-rata, karena gay ahli dibidang fasion dari ujung
rambut hingga ujung kaki gay bisa dikatakan ahlinya.
Berdasarkan fakta-fakta di atas mengenai homoseksual yang dilakukan
oleh seorang gay kepada pasangan gaynya dan juga dikarenakan Medan sebagai
salah satu kota besar di Indonesia yang diyakini keberadaan gaynya cukup
banyak, maka peneliti tertarik untuk meneliti kaum gay Kota Medan tepatnya di
Mall Centre Point.

Universitas Sumatera Utara

1.2

Perumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan pertanyaan penelitian dengan topik atau

judul penelitian.Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi perumusan masalah
yaitu:
1. Faktor apa yang melatarbelakangi gay sebagai pilihan hidup?
2. Bagaimana pola kehidupan sosial gay?

1.3

Tujuan Penelitian
Ada pun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaiman

latar belakang kehidupan gay menjadi pilihan hidup, mengetahui pola sosial kaum
gay dan untuk mendekripsikan persepsi masyarakat tentang keberadaan homosek
sual kaum gay di Kota Medan.

1.4

Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi-informasi
tentang masalah sosial khususnya fenomena kaum gay di tengah-tengah
masyaramkat dengan eksistensinya dan berbagai macam penilaian dari
masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa/i
Universitas Sumateran Utara mengenai fenomena-fenomena kehidupan
gay di kota Medan

b. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi pada pemerintah sebagai
bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan untuk mengatasi
berbagai permasalahan sosial, terutama tentang masalah-masalah sosial
yang berkaitan dengan keberadaan gay.
c. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat agar mulai
menyadari bahwa keberadaan kaum gay itu memang benar-benar ada
serta keberadaannya ada di sekitar kita.Penelitian ini pun memberikan
informasi tentang kehidupan dan fenomena-fenomena yang berkaitan
dengan homoseksual.

Universitas Sumatera Utara

1.5

Definisi konsep

1.5.1 Homoseksual
Homosesual adalah hubungan sesama pria (Soejono,2010). Selain itu
homoseksual dapat didefinisikan suatu keinginan atau ketertarikan membina
hubungan romantis atau hasrat seksual dengan sesame jenis dimana pasangan pria
disebut dengan gay dan pasangan wanita disebut dengan lesbi.Ketertarikan
seksual ini yangdimaksud adalah orientasi seksual, yaitu kecenderungan seseorang
untukmelakukan perilaku seksual dengan laki-laki atau perempuan (Nietzel).
Ditinjau dari jenis-jenisnya, maka homoseksualitas dalam kajian gay
terdiri dari empat macam, yaitu :
a.

Homoseksualitas Pertumbuhan
Homoseksualitas pertumbuhan adalah homoseksualitas yang bersifat
sementara.Homoseksualitas ini sangat singkat dan terjadi dalam masa
pertumbuhan anak. Pada masa pubertas anak mulai mengalihkan
perhatiannya dari orangtua kepada orang lain.

b.

Homoseksualitas Darurat
Sama halnya dengan homoseksualitas pertumbuhan, homoseksualitas
darurat juga bersifat sementara.Homoseksualitas darurat terjadi karena
tidak adanya kesempatan untuk melakukan hubungan heteroseksual.

c.

Pseudohomoseksualitas
Pseudohomoseksualitas lebih bersifat melayani seorang homoseksual
karena alasan keuangan maupun memiliki ketergantungan terhadap
seorang homoseksual tersebut. Ketika seorang pria berada dalam tekanan

Universitas Sumatera Utara

ekonomi dan seorang homoseksual mampu memberikan jaminan
ekonomi kepadanya, maka ia dapat melakukan hubungan homoseksual
demi jaminan ekonomi tersebut.
d.

Homoseksualitas kecenderungan
Homoseksualitas ini sangat dipengaruhi oleh pembawaan seseorang. Jika
seorang pria berada dalam keluarga yang mempunyai banyak anggota
keluarga yang homoseksual, maka ia dapat turut melakukan hubungan
homoseksual.

1.5.2 Gay
Istilah gay digunakan secara umum untuk menggambarkan seorang pria
yang tertarik secara seksual dengan pria lain dan menunjukkan komunitas yang
berkembang diantara orang-orang yang memiliki orientasi seksual yang sama.
Caroll (2005) mengatakan bahwa orientasi seksual merupakan ketertarikan
seseorang pada jenis kelamin tertentu secara emosional, fisik, seksual dan
cinta.Gay bukan hanya menyangkut kontak seksual antara seorang laki-laki
dengan laki-laki yang lain tetapi juga menyangkut individu yang memiliki
kecenderungan psikologis, emosional dan sosial terhadap laki-laki yang lain. Gay
tetap mengakui identitas jenis kelaminnya sebagai laki-laki, namun orientasi
seksualnya ditujukan kepada laki-laki.
1.5.3 Pasangan Gay
Pasangan gay adalah dua orang gay yang menjalin hubungan dalam suatu
ikatan emosional dan seksual.Hal ini dikenal dengan istilah “BF (Boy

Universitas Sumatera Utara

Friend)”.Pada kaum gay identitas hubungan seksual sangat penting untuk
diketahui karena hal tersebut membantu bagi seorang gay untuk mencari tipe
pasangan yang diinginkan. Perlu diketahui bahwa pola hubungan seksual pada gay
mempunyai tiga bentuk, antara lain top, bottom dan fire style. Top merupakan
salah satu bentuk hubungan seksual dimana seorang gay hanya bisa menyodomi
dan tidak mau disodomi. Kebalikannya adalah bottom, dimana seorang gay hanya
bisa disodomi dan tidak dapat menyodomi.Untuk pola hubungan seksual keduaduanya adalah fire style, dimana seorang gay mampu menyodomi dan bisa
disodomi.
1.5.4 Penyimpangan Sosial
Penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan dan agama
secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial.
Gay dalam masyarakat luas dikatakan sebagai penyimpangan sosial karena
fenomena gay bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku dalam
kelompok masyarakat. Jadi ukuran yang menjadi dasar bahwa gay adalah
penyimpangan sosial bukan karena baik atau buruk dan benar atau salah menurut
pengertian umum, melainkan berdasarkan ukuran norma dan nilai sosial dalam
suatu kelompok masyarakat. Secara sosiologis maupun umum gay dapat diartikan
sebagai perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dalam sudut
pandang masyarakat luas maupun masyarakat tempat pelaku penyimpangan
berada.

Universitas Sumatera Utara

Perilaku menyimpang sebagai semua tindakan yang menyimpang dari
norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial (masyarakat) dan
menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang untuk memperbaiki hal tersebut
(Robert M. Z. Lawang).Gay merupakan salah satu bentuk perilaku menyimpang
yang bukan hanya secara tegas telah menyalahi norma-norma yang ada dalam
banyak masyarakat namun juga turut mendorong terciptanya upaya sadar dari
sebagian elemen masyarakat yang berwenang untuk menekan perkembangan
komunitas gay dalam suatu masyarakat.
Penilaian masyarakat yang mengecam homoseksual diberikan dalam
beberapa bentuk.Dari sudut pandang agama, homoseksualitas dianggap sebagai
dosa.Dari sudut pandang hukum, dilihat sebagai penjahat.Dari sudut pandang
medis terkadang masih dianggap sebagai penyakit.Dari sudut pandang opini
publik, dianggap sebagai penyimpangan sosial. Sementara itu, kelompok
masyarakat yang memiliki pandangan berlawanan dengan persepsi di atas,
menganggap homoseksualitas sebagai suatu gaya hidup. Berdasarkan uraian
tentang seksualitas kaum gay di atas, dapat dilihat persoalan moral yang timbul
dari fenomena kaum gay tersebut.Persoalan moral pertama adalah praktek seks
bebas (extra marital).Pasangan homoseksual masih belum bisa mendapatkan
pengesahan dalam bentuk perkawinan legal.
Norma merupakan salah satu tolak ukur yang menentukan suatu perilaku
dinyatakan menyimpang atau tidak. Norma yang ada dalam masyarakat adalah
berupa tata aturan atau peraturan yang mengikat kelompok individu dalam suatu
daerah atau wilayah sebagai bentuk representasi kontrol sosial yang akan
mengendalikan tingkah laku anggota masyarakatnya. Ketika muncul pandangan

Universitas Sumatera Utara

orientasi seksual maka kontrol sosial yang ada dalam masyarakat akan
membatasinya untuk berkembang, dan dalam konteks yang lebih ekstrimmaka
setiap pandangan orientasi seksual yang tidak sesuai dengan norma akan
diusahakan untuk dilenyapkan.

Universitas Sumatera Utara