Proses Pengungkapan Diri(Self Disclosure) Kaum Gay (Studi Kasus Tentang Pengungkapan Diri(Self Disclosure) Kaum Gay Di Kota Medan)

(1)

PROSES PENGUNGKAPAN DIRI (SELF DISCLOSURE) KAUM GAY

(Studi Kasus Tentang Pengungkapan Diri (Self Disclosure) Kaum Gay di Kota Medan)

SKRIPSI Oleh:

ROTUA E. PASARIBU 100904003

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PROSES PENGUNGKAPAN DIRI(SELF DISCLOSURE) KAUM GAY

(Studi Kasus Tentang Pengungkapan Diri(Self Disclosure) Kaum Gay di Kota Medan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi Oleh:

ROTUA E. PASARIBU 100904003

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : ROTUA E. PASARIBU

NIM : 100904003

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : PROSES PENGUNGKAPAN DIRI KAUM GAY

(Studi Kasus Tentang Pengungkapan Diri/Self Disclosure

Kaum Gay di Kota Medan)

Dosen Pembimbing Ketua Departemen Ilmu Komunikasi

Yovita Sabarina Sitepu, Sos, M.Si Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A

NIP: 1980011072006042002 NIP: 1962082819870122001

Dekan Fisip USU

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si NIP: 196805251992031002


(4)

HALAMAN PERNYATAAN ORISIONALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika dikemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan

hukum yang berlaku.

Nama : ROTUA E. PASARIBU

NIM : 100904003

Tanda Tangan :


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan penyertaan-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul “PROSES PENGUNGKAPAN DIRI ATAU SELF DISCLOSURE (Studi Kasus

Tentang Pengungkapan Diri Atau Self Disclosure Kaum Gay Di Kota Medan)”. Penulisan skripsi ini salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara (FISIP USU).

Terimakasih saya ucapkan terutama kepada kedua orangtua saya, Bapak M.Pasaribu dan Ibunda S. Marbun atas dukungan, cinta, kasih sayang serta motivasi yang ttelah diberikan kepada saya selama pengerjaan skripsi ini sehingga menjadi sumber kekuatan saya dalam menyelesaikan skripsi. Abang, kakak, dan adik yang turut memberikan dukungan dan materil. Bang Kosmen, Kak Arni, kak Ronnia, Bang Marada, Bang Hisar, Kak Indah, Kak Dina, Kak Lia serta Adikku Wanda.

Selama pengerjaan skripsi ini peneliti juga telah dibantu oleh banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof.Dr.Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Program Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku Sektretaris Departemen Program Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Yovita Sabarina Sitepu, S.Sos. M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan, pengetahuan, kritik, saran serta kesabaran sehingga skripsi inidapat diselesaiakan. Merupakan suatu kebanggan bagi peneliti dapat memliki dosenpembimbing seperti beliau.


(6)

5. Bapak Drs. Amir Purba, M.Si, Ph.D selaku Dosen Wali saya yang telah memberikan dukungan, bimbingan dan pengarahan selama saya menjalani perkuliahan di Universitas Sumatera Utara

6. Para dosen dan staff di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, khususnya dari Departemen Ilmu Komunikasi yang telah benyak memberikan ilmu dan berbagi pengalaman selama masa perkuliahan yang mana sangat berguna untuk bekal masa depan

7. Seluruh staff Departemen Ilmu Komunikasi dan Bagian Pendidikan yang telah

membantu saya dalam proses adaministrasi

8. Para informan penelitian ini yang telah bersedia memberikan informasi yang

dibutuhkan peneliti, sehingga akhirnya penelitian ini dapat berjalan lancar

9. Teman-teman saya, Hana Onika, Kristina dan Bang Eed yang telah memberikan

semangat, motivasi dan dukungan yang sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Juga teman-teman Ilmu Komunikasi, khususnya stambuk 2010 yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.

10.Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.

Semoga Tuhan memberkati kita semua dalam setiap langkah kita.oleh karena itu, demi kesempurnaan tulisan ini dengan segala kerendahan hati, peneliti juga berharap skripsi ini dapat menjadi sumbangan pemikir untuk setiap pembacanya. Semoga skripsi ini bermanfaat dan akhir kata saya ucapkan terimakasih.

Medan, Mei 2015 Peneliti,


(7)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : ROTUA E. PASARIBU

NIM : 100904003

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas : Sumatera Utara

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengertian, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non Exsclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

PROSES PENGUNGKAPAN DIRI/SELF DISCLOSURE (Studi Kasus Tentang

Pengungkapan Diri/Self Disclosure Kaum Gay di Kota Medan) beserta perangkat yang ada

(jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti non eksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih meddia/format-kan, mengelolah dalam bentuk pangkalan data

(database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan

Pada Tanggal : Juni 2015

Yang Menyatakan


(8)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Proses Pengungkapan Diri Kaum Gay (Studi Kasus Tentang

Pengungkapan Diri (Self Disclosure) Kaum Gay di Kota Medan). Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui bagaimana proses pengungkapan diri kaum gay dengan keluarga, teman

dan lingkungan, hambatan-hambatan apa saja yang ditemui saat berkomunikasi dengan keluarga dan temanya, serta untuk mengetahui komunikasi verbal dan non verbal sesama kaum gay. Teori yang dianggap relevan oleh peneliti untuk penelitian ini adalah Komunikasi, Komunikai Antar Pribadi, Teori Penetrasi, Komunikasi Vebal dan Komunikasi Non Verbal. Metode yang di gunakan peneliti dalam penelitian ini adalah studi kasus, dimana peneliti memahami suatu objek sebagai sebuah kasus dan mempelajarinya secara integratif dan komprehensif agar di peroleh pemahaman yang mendalam tentang individu tersebut serta masalah yang dihadapinya dengan tujuan masalahnya dapat diselesaikan dan memperoleh perkembangan diri yang baik. Informasi dan data dapat diperoleh peneliti melalui observasi

dan wawancara secara mendalam (in-depth interview) terhadap tiga orang informan yang

sesuai untuk penelitian ini. Melalui penelitian ini ditemukan bahwa proses pengungkapan diri gay atau proses komunikasi gay dengan keluarganya sangat berbeda dengan lingkungan khususnya di kaum gay. Berdasarkan penelitian ini juga ditemukan bahwa hambatan terbesar kaum gay ditemui saat berkomunikasi dengan teman dan keluarganya berasal dari diri mereka sendiri. Adanya perasaaan takut, dikucilkan dan dijauhi.


(9)

ABSTRACT

This study titled Gay Self Disclosure Process (Case Study About Disclosure Self (Self Disclosure) Gay in Medan). This study aims to determine how the process of self-disclosure gays with family, friends and the environment, any obstacles encountered when communicating with his family and friends, and to investigate the verbal and non-verbal communication among gays. The theory is considered relevant by the researchers for this study are: Communication, komunikai Inter-Personal, Penetration Theory, Communication Verbal and Non Verbal Communication. The method used in this study is a case study, in which researchers understand an object as a case and study integrative and comprehensive manner in order to obtained a thorough understanding of the individual and his problems with the aim of the problem can be solved and obtain a good self development , Information and data can be obtained by researchers through observation and in-depth interviews (in-depth interviews) to three informants appropriate for this study. Through this study it was found that the process of self-disclosure gay or gay to his family communication process is very different from the environment, especially in the gay. Based on this study also found that the greatest obstacle gays encountered when communicating with friends and family came from themselves. Their feelings of fear, ostracized and shunned.


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

LEMBAR PERSETUJUAN...ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS...iii

LEMBAR PENGESAHAN...iv

KATA PENGANTAR...v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...vii

ABSTRAK...viii

ABSTRACT...ix

DAFTAR ISI...x

DAFTAR TABEL...xii

DAFTAR GAMBAR...xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah...1

2.2 Fokus Masalah...10

1.3 Tujuan Penelitian...11

1.4 Manfaat Penelitian...11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Kajian...12

2.2 Kajian Pustaka...13

2.2.1 Komunikasi...14

2.2.2 Komunikasi Antar Pribadi...16

2.2.3 Gay...26

2.2.4 Komunikasi Verbal...33

2.2.5 Komunikasi Non Verbal...34

2.3 Model Teoritik...36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian...37

3.2 Objek Penelitian...38

3.3 Subjek Penelitian...38

3.4 Kerangka Analisi...39

3.5 Teknik Pengumpulan Data...39

3.6 Teknik Analisis Data...41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil...44

4.1.1 Proses Penelitian...44

4.1.2 Profil Informan...48

4.1.3 Pengungkapan Diri (Self Disclosure) Gay...63

4.1.4 Hambatan Gay Dalam Pengungkapan Diri (Self Disclosure)..76

4.1.5 Komunikasi Verbal dan Komunikasi Non Verbal...82

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan...99


(11)

5.2 Saran...100 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

-Panduan Wawancara -Biodata Peneliti -Daftar Bimbingan


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 ` Profil Informan……… 61

4.2 Pengungkapan Diri Kaum Gay……… 74

4.3 Hambatan Gay Dalam Pengungkapan Diri…. 81


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 2.2.1 Konsep Johari Window... 26 2.1 Model Teoritik... 36


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

- Panduan Wawancara

- Biodata Peneliti


(15)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Proses Pengungkapan Diri Kaum Gay (Studi Kasus Tentang

Pengungkapan Diri (Self Disclosure) Kaum Gay di Kota Medan). Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui bagaimana proses pengungkapan diri kaum gay dengan keluarga, teman

dan lingkungan, hambatan-hambatan apa saja yang ditemui saat berkomunikasi dengan keluarga dan temanya, serta untuk mengetahui komunikasi verbal dan non verbal sesama kaum gay. Teori yang dianggap relevan oleh peneliti untuk penelitian ini adalah Komunikasi, Komunikai Antar Pribadi, Teori Penetrasi, Komunikasi Vebal dan Komunikasi Non Verbal. Metode yang di gunakan peneliti dalam penelitian ini adalah studi kasus, dimana peneliti memahami suatu objek sebagai sebuah kasus dan mempelajarinya secara integratif dan komprehensif agar di peroleh pemahaman yang mendalam tentang individu tersebut serta masalah yang dihadapinya dengan tujuan masalahnya dapat diselesaikan dan memperoleh perkembangan diri yang baik. Informasi dan data dapat diperoleh peneliti melalui observasi

dan wawancara secara mendalam (in-depth interview) terhadap tiga orang informan yang

sesuai untuk penelitian ini. Melalui penelitian ini ditemukan bahwa proses pengungkapan diri gay atau proses komunikasi gay dengan keluarganya sangat berbeda dengan lingkungan khususnya di kaum gay. Berdasarkan penelitian ini juga ditemukan bahwa hambatan terbesar kaum gay ditemui saat berkomunikasi dengan teman dan keluarganya berasal dari diri mereka sendiri. Adanya perasaaan takut, dikucilkan dan dijauhi.


(16)

ABSTRACT

This study titled Gay Self Disclosure Process (Case Study About Disclosure Self (Self Disclosure) Gay in Medan). This study aims to determine how the process of self-disclosure gays with family, friends and the environment, any obstacles encountered when communicating with his family and friends, and to investigate the verbal and non-verbal communication among gays. The theory is considered relevant by the researchers for this study are: Communication, komunikai Inter-Personal, Penetration Theory, Communication Verbal and Non Verbal Communication. The method used in this study is a case study, in which researchers understand an object as a case and study integrative and comprehensive manner in order to obtained a thorough understanding of the individual and his problems with the aim of the problem can be solved and obtain a good self development , Information and data can be obtained by researchers through observation and in-depth interviews (in-depth interviews) to three informants appropriate for this study. Through this study it was found that the process of self-disclosure gay or gay to his family communication process is very different from the environment, especially in the gay. Based on this study also found that the greatest obstacle gays encountered when communicating with friends and family came from themselves. Their feelings of fear, ostracized and shunned.


(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

Lelaki Terindah (LT) merupakan suatu karya sastra berupa novel yang menceritakan atau mengambarkan kehidupan masyarakat yang mulai mengabaikan norma kehidupan saling mencintai sesama jenis antara laki-laki dengan laki-laki yaitu bernama Rafky. Kehidupan seks yang berbeda dari orang-orang sekitar membuat-Nya aneh dipandang oleh orang-orang di sekitar-nya. KisahcintaRafky bermula ketika bertemu dengan Valent dalam pesawat menuju Bangkok, hingga pada akhirnya mereka akrab dan Rafky memutuskan untuk

tinggal di apartemen yang ditawarkan oleh Valent untuk tinggal bersama saat di Bangkok.

Kebersamaan merekatimbul perasaan sayang dari keduanya. Rafky menyangka rasa sayang yang ada dalam dirinya hanya sebatas kasih sayang pada seorang teman. Pada kenyataannya Rafky menganggap Valent lebih dari seorang teman. Hubungan Rafky dan Valent akhirnya terbongkar oleh orang terdekatnya ketika mereka berdua telah kembali ke Jakarta. Hubungan mereka ditentang oleh orang terdekatnya, karena menganggap hubungan terlarang dan percintaan yang mereka jalin telah melanggar norma kehidupan. Akibat adanya perselisihan tersebut, muncul persoalan-persoalan atau konflik batin maupun fisik. Sebab akibat adanya konflik tersebut sangat berkaitan dengan psikologi kepribadian.

Permasalahan yang paling menonjol adalah hubungan cinta sesama jenis akan ditentang beberapa pihak. Dalam hubungan sesama jenis kebanyakan masyarakat berpikiran aneh dan menyebutkan hubungan tersebut tidak normal, seperti yang dilakukan oleh Rafky dengan Valent yang menjalin hubungan cinta kasih sesama jenis, layaknya hubungan dengan lain jenis. Hubungan cinta yang mereka jalin, banyak orang yang menentangnya, di antaranya kedua orang tua Rafky yang merasa terpukul ketika mendengar pengakuan dari


(18)

anaknya yang menjalin hubungan sesama jenis. Rhea pada saat itu masih berstatus pacar Rafky memutuskan hubungan. Ibunya Janita tidak menyetujui hubungan putranya (Valent) dengan Rafky. Ia berusaha memisahkan hubungan putranya dengan Rafky.

Dari cerita novel diatas dapat disimpulkan bahwa homoseksual adalah identitas yang masih ditolak didalam masyarakat Indonesia baik secara sosial masyarakat maupun secara hukum. Masyarakat Indonesia tidak mengakui terhadap kaum homoseksual karena masyarakat Indonesia masih terjerat dalam lingkar konservatisme yang dipengaruhi oleh norma-norma agama, budaya, sosial, politik dan hukum. Berbeda dengan negara-negara barat khususnya Eropa mereka sudah menegakkan demokarasi atas hak asasi manusia secara utuh.

Sifat konservatisme masyarakat yang telah jelaskan diatas terhadap homoseksual yang sering memunculkan tindakan-tindakan diskriminasi dan kriminalisasi terhadap kelompok homosekesual misalnya diusir dari keluarga, dijauhi dari teman-teman bahkan dipecat dari pekerjaan. Hal demikian terjadi karena masyarakat masih menganggap bahwa

homoseksual adalah penyakit dan penyimpangan. Padahal sejak 17 Mei 1992 World Health

Organization (WHO) sudah mengeluarkan homoseksual dari daftar klasifikasi penyakit. Sebelumnya, pada tahun 1981WHOjuga sudah mengeluarkan homoseksual dari daftar penyakit jiwa. Selanjutnya, Indonesia sendiri pada tahun 1993 dalam Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa (PPDGJ) III pada tahun1993 Depkes RI sudah mengeluarkan homoseksual dan biseksual dari daftar penyakit. Homoseksual dan biseksual dianggap sebagai suatu keragaman seksualitas masing-masing (Sitohang, 2011:25).

Aplikasi yang digunakan para kaum gay untuk saling berinteraksi, mencari pasangan (http://id.techinasia.com/daftar-aplikasi-gay-android-ios-indonesia):

1. Grindr adalah sebuah aplikasi mobile yang khusus diciptakan untuk


(19)

berfungsi sebagai sarana komunikasi antar gay. Dengan berbasis teknologi GPS (global positioning sistem)yang mampu mendeteksi keberadaan pengguna lain dalam jarak tiga kilometer.

2. BadooSitus jejaring sosial awalnya berfokus pada perkencanan heteroseksual, namun diperjalananya banyak komunitas gay memasang aplikasi ini.Situs ini dibangun oleh enterpreneur Andrey Andreev pada tahun 2006. Kini Badoo mengklaim memiliki jumlah pengguna terdaftar sebanyak 150 juta orang. aplikasi ini banyak diunduh oleh orang Amerika Latin, Itali, dan Perancis dan

Asia termasuk Indonesia dapat diunduh melalui

3. Jack’d adalah sebuah aplikasi jejaring sosial yang bisa digunakan melalui telpon gengam, dengan berbasis GPS (global positioning system). Bagi yang mengunduhnya dapat mengidentifikasi siapa saja yang telah mengunduh program Jack’d. Selain itu bisa juga digunakan untuk chating, melakukan pertemuan. Dan tentunya akan terlihat data lengkap penguna, dari mulai wajah hingga ciri-ciri fisik lainya. Serta adanya notifikasi yang akan mempermudah melihat siapa saja yang ingin bertemandapat diunduh melalui, Android dan

4. Aplikasi

heteroseksual namun diperjalanannya banyak gay yang mengunduh aplikasi

ini menjadi salah satu aplikasi jejaring sosial di telpon pintarnya.Hingga jadilah Tagged salah satu aplikasi jejaring favorit gay diseluruh duniabisa


(20)

5. gay untuk gay, biseksual , juga untuk mereka

yang masih ragu akan orientasi seksualnya bisa diunduh melalui

6. Gaydar merupakan aplikasi yang memungkinkan sebuah pencarian yang tidak terpatok pada lokasi tertentu atau memberi sebuah kemampuan berbasis lokasi. Aplikasi ini juga memungkinkan untuk mengupload foto dan video dengan kualitas HD(High Definition) yang dapat bagikan pada gay lain yang sedang memeriksa profil.

7. Bender merupakan aplikasi baru yang memberi beberapa fitur inovatif. Salah satunya adalah fitur travel dimana dapat mencari pasangan ketika akan pergi ke suatu tempat dan tracks untuk melihat siapa saja yang memeriksa profil serta mengetahui apa yang dipikirkan orang tersebut terhadap profil yang di miliki. Fitur travel mungkin akan sangat berguna jika berencana pergi ke tempat yang asing dan ingin mencari pasangan ketika sedang berada di sana. 8. PlanetRomeo Aplikasi ini khusus untuk para kalangan gay di dunia.

PlanetRomeo menyediakan sebuah informasi lengkap mengenai sebuah profil mulai dari status kencan, jumlah gay yang telah dikencani, dan preferensi apa yang disukai di ranjang.

9. Moovz merupakan aplikasi kencan untuk pria gay yang cukup terkenal. Para

gay dapat bertemu dengan orang baru berdasarkan lokasi dan preferensi yang sebelumnya telah ditetapkan.

Kaum gay dalam kehidupannya banyak mengalami permasalahan yang sangat

kompleks. Banyak kaum gay yang dipaksa menikah dengan perempuan, dikucilkan dari

keluarga, dipaksa “bertobat” dengan memasukan kedalam pesantren, bahkan pada beberapa


(21)

Berangkat dari permasalahan diatas, sehingga banyak gay yang mencari sesama kaum gay

dan membentuk komunitas, karena mereka merasa bahwa komunitas adalah salah satu wadah

yang bisa menerima mereka. Biasanya kaum gay untuk mendapatkan komunitas ataupun

pasangan lebih banyak dilakukan dengan cara berkomunikasi dengan jejaring sosial, misalnya Facebook, Twitter, Blackberry Massengger(Butar-Butar, 2013).

Kaum gay juga termasuk kedalam kaum deviant atau kelompok yang menyimpang.

Perilaku yang menyimpang membuat sebagian besar komunitas bahkan individu gay sulit

untuk berinteraksi. Bahkan untuk melakukan interaksi dengan sesama komunitasnya sendiri

mengalami sedikit kesulitan. Banyak diantara kaum gay tidak terbuka menyatakan diri

mereka adalah seorang gay, dengan alasan jati diri yang terbuka akan merubah pandangan orang dan merubah posisi serta kehidupan bermasyarakat.

Terlepas dari perilaku yang menyimpang dan kebiasaan yang aneh dilakukan oleh homoseksual, istilah homoseksualitas diterapkan baik bagi orang yang mempunyai preferensi yang kuat pada pasangan seks dari jenis yang sama. Bagi mereka, tanpa menghiraukan preferensi seks, yang terlibat dalam hubungan seks dengan orang dari jenis yang sama. Kemampuan untuk bereaksi terhadap kedua jenis kelamin terdapat pada manusia dan makhluk-makhluk lain.

Komunitas gay memiliki cara tersendiri saat mencari pasangan yang disebut dengan istilah gaydaryaitu sebuah insting ketika menemukan seseorang yang juga gay. Ada pula

yang sudah bergabung dalam komunitas khusus yang memang menampung para kaum gay.

Namun, untuk beberapa masih discreet belum mendeklarasikan dirinya sebagai gay

dikalangan publik cenderung memilih mencari teman dijejaring sosial khusus untuk mereka (http://answering fenomena-gay).


(22)

Meskipun beberapa diantara mereka ada yang tidak memiliki komunitas. Tetapi sesama gay biasanya akan terjadi interaksi baik dalam hal pertemanan sesama gay ataupun dalam hal berpasangan. Biasanya interaksi ini terjadi didunia nyata maupun didunia maya. Didunia nyata, interaksi serta komunikasi terjalin misalnya ketika mereka berkumpul atau sedang “nongkrong”. Sedangkan didunia maya komunikasi terjadi di jejaring sosial.

Kaum gay biasanya berpenampilan seperti laki biasa, tingkah laku seperti

laki-laki biasa dan sulit dibedakan dengan laki-laki-laki-laki umunya. Untuk mengetahui gay atau

tidak,orang tertentu atau kelompok sendiri yang mengetahui. Para gay punya sandi

ataupassword tersendiri untuk memberi sinyal kepada gay lainya misalnya, tatapan sendu yang mengandung seksualitas, memakai anting-anting sebelah kiri, saputangan di kantong belakang dan cincin dikelingking kiri. Gay juga dapat dilihat dari penampilanbersih, rapi dan gaya hidup (lifestyle). Sesama gay ada kontak batin pas bertemu, meski tidak kenal satu dengan yang lainya.

Ciri-ciri kaum gay dapat dilihat dari aspek kepribadian, interaksi sosial maupun dari gaya hidup (life style). Seorang gay dalam kehidupan sehari-hari adalah seorang yang normal, hanya mempunyai orientasi seksual yang berbeda. Dari gaya hidup seorang gay dapat dilihat ciri khas yang ditunjukkanya seperti penggunaan tindik padabagian kuping biasanya sebelah kanan. Secara umum, ciri-ciri gay yang dapat dilihat adalah sebagai berikut: sebagian besar para gay secara fisik merupakan sosok pria dengan ketampanan diatas rata-rata pria pada umunya, bahkan tampil cenderung tampan dan gagah.

Kaum gay juga menandai dirinya dengan tindik pada bagian kuping yang biasanya

sebelah kanan yaitu sebagai tanda bahwa dia adalah seorang gay atau memberikan sinyal

terhadap sesama gay, namun sebagian lagi bahkanada yang menindik kedua bagian

kupingnya, oleh karena itu baiknya bagi pria yang berniat untuk melakukan tindik sebaiknya


(23)

memakai perhiasan seperti kalung layaknya seorang metroseksual. Sebagian besar gay secara sifat adalah jenis lelaki yang sopan santun, terkesan sangat rapi namun tetap menampilkan

feminisme dalam gerak-geriknya tetapi ada juga gay yang sensitif dan dalam pergaulan

sehari-hari cukup supel dalam pergaulan, namun sangat perfectsionisme dalam bidangnya

(http://www.psycohologymania.com).

Kaum gay biasanya berkarir di berbagai bidangseperti dokter, dosen, artis, penyanyi, desainer, penata rambut bahkan para model, namun secara garis besarnya mereka pada umunyamembutuhkan detil dengan perasaan dan tingkat perfectsionis yang tinggi. Ciri ini mungkin dengan mudah dijumpai disekitar kita, tetapi tidak semua orang yang termasuk ciri-ciri gay secara mutlak dikelompokkan menjadi kaum gay akan tetapi membutuhkan penilaian yang khusus bahkan pengakuan yang bersangkutan, sehingga kita menganggap seseorang bahwa orang tersebut termasuk gay.

Identitas setiap manusia biasanya berbeda-beda tergantung bagaimana proses yang dilaluinya untuk membentuk identittas tersebut. Kendatipun demikian, didalam masyarakat, beberapa individu biasanya akan memiliki kesamaan identitas yang mengikat mereka. Misalnya, kesamaan identitas karena suku, agama, ras, jenis kelamin dan orientasi seksual. Kesamaan identitas inilah yang biasanya akan memunculkan sebuah komunitas. Komunitas terbentuk biasanya karena adanya kesamaan nasib, kepercayaandan kesamaan karasteristik pribadi (Gurin & Townsend, 1986). Didalam komunitas tersebut proses dan bentuk komunikasi juga terjadi sama halnya seperti terbentuknya komunikasi dimasyarakat. Salah satu bentuk komunikasi yang terjadi adalah komunikasi antar pribadi.

Menurut Wood (dalam Supraktiknya, 2006) komunikasi antar pribadi adalah suatu pembentukan makna melalui pesan verbal atau non verbal melalui pertukaran oleh setiap individu dalam suatu hubungan. Keefektifan dalam hubungan dan komunikasi antar pribadi


(24)

ditentukan oleh kemampuan individu mengkomunikasikan apa yang ingin disampaikan secara baik dan jelas. Disamping hal tersebut, individu juga harus mampu menciptakan kesan terhadap oranglain, agar orang lain terpengaruh dengan apa yang menjadi kehendak dan tujuan kita.

Komunikasi bukan sebuah entitas yang bisa berdiri sendiri, komunikasi juga terbentuk dan dipengaruhi oleh ruang dan waktu. Ruang dan waktu yang dimaksud adalah lingkungan keluarga, masyarakat, pertemanan, identitas, negara, sejarah, latar belakang dan komunitas dan kolektifitas. Karena akan menjadi berbeda ketika kita berkomunikasi dalam ruang dan waktu yang berbeda pula. Misalnya, ketika kita berkomunikasi akan berbeda ketika kita berada didalam rumah dengan ketika berada digedung pemerintahan. Karena komunikasi tercipta tidak boleh dilepaskan dari konteks dimana kita sedang berkomunikasi.

Mulyana (2005:7) mengatakan bahwa pembentukan konsep diri adalah salah satu dari fungsi komunikasi sosial. Selanjutnya Mulyana mengatakan bahwa manusia yang tidak akan pernah berkomunikasi dengan manusia lainnya tidak akan mungkin memiliki kesadaran bahwa dirinya adalah manusia.Pembentukan identitas tersebut hanya didapatkan melalui proses komunikasi dengan orang lain. Karena seperti yang dikatakan oleh Cooley (1983) konsep diri adalah sebagai the looking glass self, yang secara signifikan ditentukan oleh apa yang seseorang pikirkan mengenai pikiran orang lain terhadapnya. Singkatnya adalah untuk dapat mengenal diri kita dibutuhkan data primer dari subjektifitas orang lain terhadap kita.

Pengungkapan diri (self disclosure) adalah tipe khusus dari percakapan dimana kita berbagi informasi dan perasaan pribadi dengan orang lain Canary (dalam Supraktiknya, 2002). Informasi yang diberikan tersebut dapat mencakup berbagai hal seperti pengalaman hidup, perasaan, emosi, pendapat, cita-cita, dan lain sebagainya. Pengungkapan diri haruslah dilandasi dengan kejujuran dan keterbukaan dalam memberikan informasi, atau dengan kata lain apa yang disampaikan kepada orang lain hendaklah bukan merupakan suatu topeng


(25)

pribadi atau kebohongan belaka sehingga hanya menampilkan sisi yang baik saja (Taylor, 2009: 334).

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah Proses Pengungkapan Diri (Self Disclosure) Kaum Gay di Kota Medan?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui proses pengungkapan diri (self disclosure) kaum gay.

2. Untuk mengetahui hambatam kaum gay dalam pengungkapan diri (self

disclosure).

3. Untuk mengetahui komunikasi verbal dan non verbal kaum gay pada saat

berkomunikasi sesama gay.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, peneliti ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta

memberikan sumbangi bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi ataupun masyarakat secara umum yang ingin mengetahui dan memperluas wacana seputar kehidupan

gay di kota Medan khususnya dalam hal berkomunikasi pengungkapan diri (self disclosure).

2. Secara praktis, penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan kepada

pihak-pihak yang berkepentingan.

3. Secara akademis, penelitian ini mampu merubah dan memperkaya khasanah


(26)

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perspektif / Paradigma Kajian

Teori konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Deli dan rekan-rekan sejawatnya. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa individu melakukan interpretasi dan bertindak menurut berbagai kategori konseptual yang ada dalam pikiranya. Menurut teori ini, realitas tidak menunjukkan dirinya dalam bentuknya yang kasar, tetapi harus disaring terlebih dahulu melalui bagaimana cara seseorang melihat sesuatu (Morissan, 2009:107).

Paradigmakonstruktivismedapatditelusuridaripemikiran Weber yang menjadicirikhasbahwa perilakumanusiasecara fundamental berbedadenganperilkualam.

Manusiabertindaksebagai gen dalambertindakmengkonsruksirealitassosial. Cara konstruksiyandilakukankepadacaramemahamiataumemberikanmaknaterhadapperilakumereka sendiri.Weber

melihatbahwaindividuyanmemberikanpengaruhpadamasyarakattetapidenanbeberapacatatan,

bahwatindakansosialindividuberhubungandenganrasionalitas.Tindakansosial yang

dimaksudolehWeber berupatindakan yang nyatadiarahkan kepada orang lain.

Jugadapatberupatindakan yang bersifat membatin atau bersifat subjektif yang

mengklaimterjadikarenapengaruhpositifdarisituasitertentu(Sani, 2007:1).

Prinsipdasarkonstruktivismemenerangkanbahwatindakanseseorangditentukanolehkons truksidirisekaligusjugakonstruksilingkungandariperspektifdiri.Komunikasidapatdirumuskandi manaditentukanolehdiri ditengah pengaruhlinkunganluar.


(27)

personadalahdiri yang terlibatdalamlingkunganpublik,

padadirinyatedapatatributsosialbudayamasyarakat. Sedangkanselfadalahdiri yang

ditentukanolehpemikirankhasnyaditengahsejumlahsosialbudaya dimasyarakat (Ardianto, 2007:161).

Paradigmakonstruktivismedimana kata kunciparadigmakonstrukstivismeadalahpendekatan personal melaluikomunikasi yang

berbasispada “konsepdiri” paradigmadalammembangun (mengkonstruksi) pemahamanataumakna, secarabersama-samamelaluipemahamanberbasissubjek, denganmenggunakanelaborasikode yang manamenghargaiperasaan, kepentingan, dansudutpandang orang lain (Sani, 2007:5).

2.2 Kajian Pustaka

Pada suatu penelitian harus memiliki landasan teori yang sesuai dengan masalah yang ditelitinya. Teori memberikan pemahaman dan penjelasan terhadap sesuatuyang sulit untuk dimengerti. Teori memberikan dasar dalam suatu penelitian untuk memprediksi dan merumuskan pernyataan-pernyataan yang menyangkut pemahaman pemikiran (Severin & Tankard, 2008:12-13).

Teori merupakan posisi yang memberikan penjelasan atas suatu gejala. Teori memberikan suatu jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana. Teori merupakan penjelasan atas rumusan yang pada umunya benar (Soehartono, 2008:6). Landasan teori berfungsi sebagai dasar strategi dalam pelaksanaan penelitian dan sebagai tuntunan dalam memecahkan masalah penelitian (Kaelan, 2005: 240). Teori merupakan generalisasi yang menjelaskan pola-pola tetap, seperti perilaku komunikasi. Banyak uraian teoritis, namun teori hanya dipakai untuk uraian yang telah tersusun dengan baik dan kokoh (Bulaeng, 2004: 29).


(28)

Ketika suatumasalah penelitian telah ditemukan, maka penelitian telah ditemukan, maka peneliti mencoba membahas masalah tersebut dengan teori-teori yang dipilihnya yang dianggap mampu menjawab masalah penelitian (Bungin, 2008:31).Setiap upaya untuk menjelaskan suatu pengalaman adalah teori, yaitu gagasan atau ide bagaimana sesuatu dapat terjadi. Setiap orang pada dasarnya menggunakan teori yang digunakan untuk memandu orang memahami berbagai hal dan memberikan keputusan mengenai tindakan apa yang harus dilakukan. Teori selalu berubah dari waktu ke waktu dan perubahan teori terjadi ketika orang menemukan hal baru atau mendapatkan perspektif baru.

Menurut Jonathan H.Turner (West dan Turner, 2008:49), teori adalah proses pengembangan ide-ide yang akan membantu kita menjelaskan bagaimana dan mengapa sebuah kejadian terjadi. Jadi, sebelum peneliti melakukan penelitian hendaknya terus mengetahui teori-teori apa yang digunakan dalam menjelaskan dan menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti. Teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah:

2.2.1 Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses sosial. Komunikasi dikatakan sebagai suatu proses sosial karena melibatkan manusia serta interaksi. Artinya, komunikasi selalu melibatkan dua orang, yaitu pengirim dan penerima. Keduanya memainkan peranan yang penting dalam proses komunikasi. Ketika komunikasi melibatkan dua orang yang berinteraksi dengan berbagai niat, motivasi dan kemampuan. Kemudian, ketika komunikasi dipandang sebagai proses (process) karena komunikasi bersifat berkesinambungan dan tidak memiliki akhir. Komunikasi juga dinamis, kompleks dan senantiasa berubah. Oleh karena itu, komuikasi tidak memiliki awal dan akhir yang jelas (West dan Turner, 2008:6).


(29)

Komunikasi dapat terjadi apabila didukung unsur-unsur komunikasi yaitu, sumber, pesan, media, penerima, efek dan umpan balik. Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok. Sumber sering disebut sebagai pengirim atau komunikator. Unsur pesan yang dimaksud adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Unsur media adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari komunikator kepada komunikan. Unsur berikutnya adalah penerima atau komunikan, yaitu pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh komunikator. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih (Cangara, 2006:24).

Penerima adalah unsur penting dalam proses komuikasi, karena dia yang menjadi sasaran dari komuikasi.Efek atau pengaruh sebagai unsur yang selanjutnya adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh bisa juga diartikan sebagai perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang akibat penerimaan pesan. Unsur terakhir,

yaitu umpan balik (feedback) adalah salah satu bentuk dari pengaruh yang berasal dari

penerima. Akan tetapi, sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan sampai pada penerima (Cangara, 2006:24).

2.2.2KomunikasiAntarPribadi

Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal dan non verbal. Devito (1985:4) mendefinisikan komunikasi antar pribadi sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang. Berdasarkan defenisi Devito ini, komunikasi antar pribadi


(30)

dapat berlangsung anatar dua orang yang memang sedang berduaan, misalnyasuami-istri, dua orang sahabat/teman dan antara dosen dengansalah seorang mahasiswanya.

Menurut sifatnya, komunikasi antar pribadi dapat dibedakan atas dua macam, yaitu

komunikasi diadik (diadic communication) dan komunikasi kelompok kecil (small group

ommunication). Komunikasi diadik adalah komunikasi yang berlangsung antar dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik menurut pacedapat dilakukan dalam tiga bentuk, yakni percakapan, dialog dan wawancara. Percakapan berlangsung dalam situasi yang lebih bersahabat dan informal. Dialog yang berlangsung dalam situasi yang lebih intim lebih dalam dan personal, sedangkan wawancara berlangsung dalam situasi yang bersifat lebih serius (Cangara, 2006:32).

Komunikasi kelompok kecil adalah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggotanya saling berinteraksi satu sama lain. Komunikasi kelompok kecil termasuk tipe komunikasi antarpribadi, kerana pertama anggotanya terlibat dalam suatu proses komunikasi yang berlangsung secara tatap muka. Kedua, pembicaraan berlangsung secara terpotong-potong dimana semua peserta bisa berbicara dalam kedudukan yang sama, tanpa ada yang mendominasi. Ketiga, sumber dan penerima sulit diidentifikasi. Semua anggota bisa berperan sebagai sumber dan penerima. (Cangara, 2006:32).

Sejarah aktivitas manusia berkomunikasi timbul sejak manusia diciptakan hidup di dunia ini. Manusia tidak dapat terlepas dari interaksi dengan manusia lain untuk melangsungkan kehidupannya. Dalam berinteraksi antara manusia yang satu dengan yang lainnya tidak dapat terlepas dari kegiatan komunikasi. Manusia yang normal akan selalu terlibat komunikasi dalam melakukan interaksi dengan sesamanya sepanjang kehidupannya. Melalui komunikasi pula, segala aspek kehidupan manusia di dunia tersentuh. Dengan


(31)

berkomunikasi kita belajar tentang banyak hal. Belajar tentang diri sendiri dan orang lain, bergaul, bersahabat, berbagi pengetahuan pengalaman, berkasih sayang, membenci dan melestarikan peradaban manusia.

Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi atau lewat teknologi canggih.

Teori komunikasi antar pribadiyang digunakan pada penelitian ini adalah teori penetrasi sosial dan teori pengungkapan diri (self disclosure). Sedikit penjelasan teori penetrasi sosial adalahteori ini pada intinya menyatakan bahwa kedekatan antarpribadi itu berlangsung secara bertahap (gradual) dan berurutan yang di mulai dari tahap biasa-biasa saja hingga tahap intim sebagai salah satu fungsi dari dampak saat ini maupun dampak masa depannya.

Teori pengungkapan diri (self disclosure)adalah Pada self disclosure orang membuka diri dan menyatakan informasi tentang dirinya pada lawan komunikasinya. Bahkan informasi yang di ungkapkan pun bukan informasi yang biasa-biasa saja melainkan informasi yang mendalam tentang dirinya.

Terdapat tiga tingkatan analisis dalam melakukan prediksi yaitu kultural, sosiologis dan psikologis. Analisis pada tingkat kultural berarti keseluruhan kerangka kerja komunikasi yaitu kata-kata, tindakan-tindakan, postur, gerak-isyarat, nada, ekpresi wajah, penggunaan waktu, ruang, dan materi dan cara ia bekerja, bermain, bercinta, dan mempertahankan diri.


(32)

Analisis pada tingkat sosiologis berarti prediksi komunikator tentang reaksi penerima atau

(receiver) terhadap pesan-pesan yang disampaikan didasarkan kepada keanggotaan penerima didalam kelompok sosial tertentu. Analisis pada tingkat psikologis berarti mengenai reaksi pihak lain atau penerima terhadap perilaku komunikasi kita didasarkan pada analisis dari pengalaman-pengalaman yang unik (Budyatna & Ganiem, 2011).

Interaksi komunikasi antarpribadi terdapat karakteristik penting untuk menjelaskan hubungan antarpribadi. Hubungan antarpribadi berlangsung melalui beberapa tahap, mulai dari tahap interaksi awal sampai keputusan. Terdapat lima tahap yang menguraikan tahap-tahap penting dalam pengembangan hubungan (De Vito, 1997) yaitu sebagai berikut:

1. Kontak (Contact) pada tahap pertama kita membuat kontak, ada beberapa macam

persepsi alat indera yaitu melihat, mendengar, dan membaui seseorang. Tahap awal ini menentukan seseorang untuk memutuskan tetap melanjutkan ketahap berikutnya atau menghentikan langkahnya untuk melakukan komunikasi dengan lawan bicaranya.

2. Keterlibatan (Invorment) yaitu tahap keterlibatan adalah tahap pengenalan lebih jauh. Ketika kita mengikatkan diri kita untuk lebih mengenal orang lain dan jugamengungkapkan diri kita. Bila ini termasuk kepada hubungan yang romantis anda akan melakukan kencan pada tahap ini.

3. Keakraban (Intimacy), pada tahap keakraban, anda mengikat diri anda lebih jauh pada orang lain. Anda mungkin membina hubungan primer dimana orang lain menjadi sahabat baik atau kekasih anda.

4. Perusakan yaitu dua tahap berikutnya penurunan hubungan, ketika ikatan diantara kedua pihak melemah. Pada tahap perusakan anda mulai merasa hubungan ini mungkin tidaklah sepenting yang anda pikirkan sebelumnya. Hubungan semakin menjauh. Makin sedikit waktu senggang yang dilalui bersama dan apabila anda


(33)

berdua bertemu, hubungan atau interaksi antara individu semakin merenggang. Apabila tahap ini semakin parah sampai akhirnya timbul tahap akhir pemutusan.

5. Pemutusan (Solution/Disolution) yaitutahap pemutusan adalah tahap pemutusan

ikatan yang mempertalikan kedua pihak. Pemutusan bisa berupa dampak positif maupun dampak negatif.Begitu juga dalam pengungkapan diri kaum homseksual itu sendiri terhadap komunitasnya. Dimana dalam tahap pemutusan bisa dalam bentuk pemutusan hubungan dengan pasangan mereka untuk mengakhiri hubungan asmara maupun dalam bentuk pemutusan hubungan untuk kembali dalam keadaan penuh romantisme dengan melakukan perbaikan dalam hubunganya.

Adapun yang menjadi tujuan komunikasi antar pribadi (Fajar 2009:78) adalah: 1. Mengenal diri sendiri dan orang lain

2. Mengetahui dunia luar

3. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna 4. Mengubah sikap dan perilaku

5. Bermain dan mencari hiburan 6. Membantu.

Teori penetrasi sosial merupakan teori yang menjelaskan bagaimana dalam mengembangkan suatu hubungan. Daya tarik dalam teori ini adalah pndekatanya yang langsung pada pengembangan hubungan. Terdapat asumsi-asumsi yang mengarah teori penetrasi sosial ini yaitu: (1) hubungan-hubungan yang mengalami kemajuan dari tidak intim menjadi intim, (2) secara umum, perkembangan hubungan sistematis dan dapat diprediksi, (3) perkembangan hubungan mencakup depenetrasi (penarikan diri) dan solusi, (4) pembukaan diri adalah inti dari perkembangan hubungan (West dan Turner, 2008:54).

Teori penetrasi juga sering dikenal sebagai “teori kulit bawang”, karena setiap lapisanya menggambarkan kepribadian seseorang. Artinya, sebelum kita mengenal seseorang ada bagian-bagian luar dalam diri seseorang sebelum kita sampai pada intinya. Lapisan terluar seseorang yaitu citra publik (public image), merupakan sesuatu yang dapat dilihat


(34)

orang lain secara langsung. Citra publik merujuk kepada fisik seseorang. Contoh, pengembangan hubungan antara Cathy dan Barbra, mahasiswa tahun pertama di Universitas Upon, yang secara acak ditempatkan sebagai teman sekamar di Blacstone Hall sebuah asrama dikampus yang seluruh penghuninya wanita (West dan Turner, 2008:205).

Teori penetrasi sosial terdiri dari dari empat tahapan yang harus dilalui agar kita bisa lebih mengenal orang lain secara mendalam (West dan Turner 2008:205). Pertama, tahap orientasi: membuka sedikit demi sedikit. Dalam tahap ini seorang individu hanya membuka sedikit tentang dirinya, tidak membagi informasi secara berlebihan biasanya suasana masih canggung, sopan dan agak kaku. Tahap kedua, pertukaran penjajakan efektif yaitu munculnya diri. Dalam tahap ini, individu mulai lebih terbuka dengan orang lain dan suasananya sudah mulai mencair dan mulai terdapat pengguanaan kata-kata khusus diantara kedua individu.

Tahap ketiga, pertukaran afektif yaitu komitmen dan kenyamanan. Dalam tahap ini mulai adanya persahabatan dan hubungan yang lebih erat atau intim. Kedua individu secara spontan dan kecanggungan sudah tidak ada sama sekali. Tahap keempat, pertukaran stabil yaitu kejujuran total dan keintiman. Dalam tahap terakhir ini, kedua individu sudah berada pada hubungan yang intim/ dekat/akrab.

Sikap seseorang untuk terbuka atau tertutup merupakan suatu siklus dan siklus keterbukaan dan ketertutupan suatu pasangan memiliki polaperubahan reguler, atau perubahan yang dapat diperkirakan. Pada hubungan yang sudah sangat berkembang, siklus berangsung dalam periodewaktu yanglebih panjang daripada hubungan tahap awal (kurang berkembang). Alasanya, karena karena hubungan yang lebih berkembang rata-rata memiliki keterbukaan lebih besar daripada hubungan yang kurang berkembang (Morissan, 2009:189).

Konsep Altman dan Taylor (dalamSupraktiknya,2009) mengajukan empat tahap perkembangan hungan individu, yaitu sebagai berikut:


(35)

1. Tahap orientasi yaitu tahap dimana komunikasi yang terjadi bersifat tidak pribadi (inpersonal).Para individu yangterlibat hanya menyampaikan informasi yang bersifat sangat umum saja. Jika tahap ini mereka terlibat merasa cukup mendapatkan imbalan dari interaksi awal, maka mereka akan melanjutkan ketahap berikutnya.

2. Tahap pertukaran efek eksploratif (eksploratory affective axchange)yaitu tahap

inidimana muncul gerakan menuju kearah keterbukaan yang lebih dalam.

3. Tahap pertukaran efek (affective exchange) yaitu tahap munculnya perasaan kritis dan evaluatif pada yang lebih dalam. Tahap ketiga ini tidak akan dimasuki, kecuali para pihak pada tahap sebelumnyatelah menerima imbalan yang cukup berarti dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.

4. Tahap pertukaran stabil (stable exchange)yaitu adanya keintiman dan masing-

masing tindakan mereka memberikan tanggapan yang sangat baik.

Teori penetrasi sosial awal ini berperan penting dalam memusatkan perhatian pada perkembangan. Namun demikian, teori ini dapat memberikan penjelasan yang memuaskan terhadap praktik hubungan yang sebenarnya dalam kehidupan aktual sehari-hari. Gagasan yang menyatakan bahwa interaksi gerakmeningkat mulai dar tahap umum hingga tahap pribadi dalam suatu garis lurus (liner fashion) saat inisudah menjadi terlalu sederhana (Morissan, 2009:189).

Perspektif teori penetrasi sosial, Altman dan Taylor menjelaskan beberapa penjabaran sebagai (Burhan, 2003,132-141) yaitu Pertama, Kita lebih sering dan lebih cepat akrab dalam hal pertukaran pada lapisan terluar dari diri kita. Kita lebih mudah membicarakan atau ngobrol tentang hal-hal yang kurang penting dalam diri kita kepada orang lain, daripada membicarakan tentang hal-hal yang lebih bersifat pribadi dan personal. Semakin ke dalam kita berupaya melakukan penetrasi, maka lapisan kepribadian yang kita hadapi juga akan


(36)

semakin tebal dan semakin sulit untuk ditembus. Semakin mencoba akrab ke dalam wilayah yang lebih pribadi, maka akan semakin sulit pula.

Kedua, keterbukaan diri (self disclosure) bersifat resiprokal (timbal balik), terutama pada tahap awal dalam suatu hubungan. Menurut teori ini, pada awal suatu hubungan kedua belah pihak biasanya akan saling antusias untuk membuka diri, dan keterbukaan ini bersifat timbal balik. Akan tetapi semakin dalam atau semakin masuk ke dalam wilayah yang pribasdi, biasanya keterbukaan tersebut semakin berjalan lambat dan tidak secepat pada tahap awal hubungan mereka dan juga semakin tidak bersifat timbal balik.

Ketiga, penetrasi akan cepat di awal akan tetapi akan semakin berkurang ketika semakin masuk kedalam lapisan yang makin dalam, tidak ada istilah “langsung akrab”. Keakraban itu semuanya membutuhkan suatu proses yang panjang. Biasanya banyak dalam hubungan interpersonal yang mudah runtuh sebelum mencapai tahapan yang stabil. Pada dasarnya akan ada banyak faktor yang menyebabkan kestabilan suatu hubungan tersebut mudah runtuh, mudah goyah. Akan tetapi jika ternyata mampu untuk melewati tahapan ini, biasanya hubungan tersebut akan lebih stabil, lebih bermakna, dan lebih bertahan lama.

Keempat, depenetrasi adalah proses yang bertahap dengan semakin memudar. Maksudnya adalah ketika suatu hubungan tidak berjalan lancar, maka keduanya akan berusaha semakin menjauh. Akan tetapi proses ini tidak bersifat eksplosif atau meledak secara sekaligus, tapi lebih bersifat bertahap. Semuanya bertahap, dan semakin memudar.

Teori penetrasi sosial memiliki kedalaman suatu hubungan itu adalah penting, tetapi keluasan ternyata juga sama pentingnya. Maksudnya adalah mungkin dalam beberapa hal tertentu yang bersifat pribadi kita bisa sangat terbuka kepada seseorang yang dekat dengan kita. Akan tetapi bukan berarti juga kita dapat membuka diri dalam hal pribadi yang lainnya.


(37)

Mungkin kita bisa terbuka dalam urusan asmara, namun kita tidak dapat terbuka dalam urusan pengalaman di masa lalu atau yang lainnya.

Teori komunikasi antar pribadi terdapat juga konsep pengungkapan diri(self

disclosure)merupakan proses mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi untuk memahami suatu tanggapan terhadap orang lain dan sebaliknya. Membuka diri berarti membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap suatu kejadian-kejadian yang baru saja kita saksikan. Menurut (dalam Jhonson, 1981) juga menjelaskan tentang teori self disclosure atau pengungkapan diri adalah mengungkapkan reaksi atau tanggap terhadap situasi yang sedang kita hadapiserta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau berguna untuk memahami tanggapan kita di masa kini. Self disclosure adalah jenis dari komunikasi dimana informasi mengenai diri kita yang biasanya disimpan atau dirahasiakan kita bagikan kepada orang lain (Devito, 1997: 231-232).

Beberapa faktor yang mempengaruhi pengungkapan diri/self disclosure (Devito, 1997:62) yaitu: (1)Besar kelompok yaitu pengungkapan diri lebih banyak terjadi dalam kelompok kecil dibanding kelompok besar, (2)Perasaan menyukai yaitu seseorang membuka diri kepada orang-orang yang disukai atau dicintai, (3)Efek diadikyaitu, Seseorang melakukan pengungkapan diri bila orang yang menjadi lawan bicaranya melakukan pengungkapan diri juga. Efek diadik membuat orang menjadi aman dan dapat memperkuat perilaku pengungkapan diri seseorang, (4) Kompetensiadalah orang yang kompeten lebih banyak melakukan pengungkapan diri daripada orang yang kurang kompeten (5)Kepribadian, (6)Jenis kelaminyaitu faktor jenis kelamin merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam pengungkapan diri.


(38)

Joseph Luft dan Harrington Ingham, mengembangkan konsep Johari Window sebagai perwujudan bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain yang digambarkan sebagai sebuah jendela. “Jendela” tersebut terdiri dari matrik 4 sel, masing-masing sel menunjukkan daerah self(diri) baik yang terbuka maupun yang disembunyikan. Keempat sel tersebut adalah daerah publik, daerah buta, daerah tersembunyi, dan daerah yang tidak disadari. Berikut ini disajikan gambar ke 4 sel tersebut (Rakhmat, 2004:80).

Tabel 2.2.1 Konsep Johari Window

Sumber: Rakhmat (2004 : 81)

Setiap manusia pasti ingin menjalin sebuah komunikasi yang efektif, supaya apa yang disampaikan bisa dimengerti oleh orang lain dengan baik. Demikian juga dalam hal pengungkapan diri (Self Disclosure). Namun, ada beberapa hal yang dilakukan peneliti untuk mencapai pengungkapan diri (Self disclosure) yaitu teori Penetrasi sosial.

2.2.1.2 Gay

Pengkategorian manusia berdasarkan jenis kelamin biologis yaitu perempuan dan laki-laki sesungguhnya tidaklah sampai disitu saja. Berdasarkan alat kelamin biologis kontruksi-kontruksi sosial budaya diciptakan seperti perempuan adalah istri sedangkan laki-laki adalah suami, perempuan adalah feminine sedangkan laki-laki-laki-laki adalah maskulin, perempuan adalah wakil rumah tangga sedangkan suami adalah kepala rumah tangga.


(39)

Kontruksi-kontruksi ini sering dijadikan sebagai indikator mengkaji berbagai permasalahan manusia, karena kontruksi ini diciptakan seolah-olah bersifat kodrati dan tidak bisa dirubah.

Secara umum, laki-laki memang mempunyai kecenderungan untuk menyukai perempuan dan perempuan menyukai laki-laki sebagai pasangan seksnya. Golongan yang

umum ini adalah golongan yang berorientasiheteroseksual. Akan tetapi, ternyata dalam

masyarakat manapun terdapat sebagian kecil yang berorientasi homoseksual atau menyukai sesama jenis. Menurut penelitian beal, Weinberg dan Hammer Smith (1981) di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 10% dari penduduk yang berorientasi homoseksual (Sarwono, 2002:186).

Orientasi seksual dijelaskan sebagai sebuah objek impuls seksual seseorang:

heteroseksual (jenis kelamin berlawanan), homoseksual (jenis kelamin sama) atau biseksual

(kedua jenis kelamin) (Kaplan,1997). Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJI, 1989:241) homoseskual adalah rasa tertarik secara perasaan (kasih sayang, hubungan emosional), baik secara predominan (lebih menonjol) maupun eksklusif (semata-mata) dengan atau tanpa hubungan fisik kepada sesama jenis. Secara singkat homoseksual dapat didefenisikan sebagai salah satu identitas seksual yang mengacu pada orang-orang yang memiliki dorongan impuls,preferensi,perilaku seksual dan ketertarikan fisik,emosi dan seksual yang memiliki jenis kelamin sama serta orang-orang yang mengidentifikasikan dirinya sebagai homoseksual.

Homoseksual sendiri diklasifikasikan lagi kedalam dua bagian besar istilah yaitu gay dan

lesbian. Gay adalah seorang laki-laki yang tertarik dengan laki-laki. Sedangkan, Lesbian

adalah seorang perempuan yang tertarik dengan perempuan. perbedaan gay dan lesbian

secara istilah hanya terletak di subjeknya saja yang ditarik dari sex atau alat kelamin biologis yang dimilikinya. Meskipun sebenarnya, dalam kajian-kajian seksualitas secara radikal


(40)

defenisi gay dan lesbian ditarik juga tidak hanya dari jenis kelamin biologisnya saja tetapi dari jenis kelamin sosialnya (Butar-butar, 2014:50).

Pemikiran yang selama ini ada di masyarakat yang mengatakan bahwa hanya ada laki-laki (maskulin) dan perempuan (feminim), heteroseksual (pasangan lawan jenis) telah menutup ruang untuk mengenal lebih banyak lagi perbedaan-perbedaan orientasi seksual dan identitas gender yang ada di lingkungan masing-masing, padahal justru dalam kenyataannya orientasi seksual dan identitas gender memang beragam.

Penerimaan akan keberagaman orientasi seksual dan identitas gender itu yang menjadi persoalan. Kaum lesbian, gay, biseks, dan transgender (LGBT) dianggap sebagai penyakit, tidak normal, sesat, perilaku menyimpang, dosadan dilarang oleh agama. Hal inilah kemudian membuat kaum LGBT mengalami stigma, kekerasan dan diskriminasi dengan bentuk yang berbeda-beda. Pembenaran akan stigma tersebut kemudian membuat masyarakat berpikir bahwa kaumLGBT layak untuk disembuhkan dengan berbagai cara seperti dimasukkan ke rumah doa, dirawat di rumah sakit jiwa bahkan dipaksa dengan menggunakan berbagai tindakan kekerasan. Hal ini lah kemudian menimbulkan seseorang menjadi Homophobia.

Homophobia adalah suatu sikap atau tindakan yang takut atau memberikan label negatif kepada individu maupun kelompok atas dasar orientasi seksual dan identitas gender

seseorang seperti homoseksual “gay dan lesbian”, biseksual maupun transgender.

Tindakan Homophobia juga dapat dituangkan dalam bentuk kata, kalimat, media maupun

cara berpikir (Butar-butar, 2013).

Sebagian masyarakat Indonesia masih menganggap bahwa homoseksual, biseksual serta perilaku seks lainnya yang tidak sesuai dengan norma agama dan budaya sebagai perilaku yang menyimpang. Homoseksual sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu


(41)

yang menyimpang karena perilaku seksual seperti ini belim berlaku secara umum dan dapat diterima oleh masyarakat (Puspitosari dan Pujileksono, 2005:44).

Penyimpangan tersebut dapat terjadi akibat kelainan yang bersifat psikologis atau kejiwaan, dapat melalui faktor lingkungan pergaulan dengan kata lain penyakit gay atau homoseksual ini dapat menular, juga dapat terjadi akibat faktor genetik atau keturunan, dan bisa asaja karena keinginan individu itu sendiri untuk mencoba sesuatu yang baru yang belum

pernah mereka rasakan. Faktor lingkungan juga bisa menyebabkan seseorang menjadi gay

karena didikan orangtua mereka sejak kecil yang hancur “broken home”, pernah mengalami pelecehan seksual, memiliki lingkungan pergaulan yang mayoritas gay dan mempunyai sisi psikologis yang lemah atau mudah terpengaruh dan mempunyai trauma.

Simbol-simbol atau kalimat yang sering disampaikan seorang gay kepada gay lainya yaitutop dan bottom. Top menunjukkan gay yang berperan sebagai laki-laki dalam hubungan intim, sedangkan bottom merujuk pada gay dalam hubungan itu berperan sebagai perempuan. Diam-diam luput dari perhatian publik, teknologi informasi telah menjadi bagian dari

keseharian kehidupan gay di Indonesia. Salah satu momentumnya adalah

hadirnya gadget berbasis android dengan harga terjangkau. Gay bisa mengunduh beragam

aplikasi chatting yang memungkinkan satu sama lain terhubung, membina pertemanan

maupun menjalin cinta, baik cuma semalam atau yang berkelanjutan.

Bahasa gaul yang sering digunakan oleh kaum gay sebagian besar tidak sama dengan bahasa gaul yang digunakan oleh orang-orang pada umumnya. Bahasa gaul kaum selebritis

ternyata mirip dengan bahasa gaul kaum gay dan juga bahasa gaul kaum waria atau banci

(Mulyana, 2007:313). Melalui hiburan televisi bahasa gaul juga semakin diperkenalkan. Contoh, ketika selebriti berdialog mengucapkan kata “ember” yang artinya emang bener atau “akika” yang berarti aku. Contoh lainya, yaitu penggunaan bahasa gaul yang dipaki oleh


(42)

mengucapkan kata “handphone” menjadi “ hampina” atau “ siapa” menjadi kata “sapose”. Bahasa gaul tidak hanya ditemukan di televisi tetapi juga diradio. Bahasa gaul digunakan sebagai bahasa pergaulan, karena sifatnya yang unik, aneh bila didengar, yang maknanya bisa bertentangan dengan arti yang lazim.

Bahasa gaul ini tidak hanya alat komunikasi namun juga alat identifikasi. Kaum gay

menggunakan bahasa gaul ini bisa jadi untuk mengidentifikasi diri mereka sebagai seorang

gay. Pengguna bahasa gaul juga dapat berguna untuk menumbuhkan eksistensi diri. Untuk

bisa mengamati kaum gay dapat dilihat dari bahasa-bahasa istilah yang dipakai dalam

berkomunikasi sehari-hari. Bahasa ini hanya digunakan antar komunitas mereka untuk menjaga rahasia identitasnya.

Gay adalah salah satu bagian dari homoseksual. Gay seperti dapat dijelaskan bahwa seorang laki-laki yang tertarik dengan laki-laki. Dalam masyarakat biasanya orang tidak bisa membedakan antara gay dan waria, padahal keduanya adalah dua hal yang berbeda. Jika gay

merujuk pada ketertarikan terhadap sesama laki-laki sedangkan waria adalah orang yang berpenampilan dan berperilaku berbeda dengan apa yang sudah dikontruksikan masyarakat

terhadapnya berdasarkan jenis kelamin biologisnya. Jadi tidak mengherankan bahwa gay

sering dipanggil dengan sebutan “ bencong atau waria” (Butar-butar 2013:38).

Dalam penelitian ini penulis fokus kepada orientasi seksual gay. Gay adalah laki-laki yang tertarik secara emosional atau seksual kepada sesama laki-laki. Berikut adalah mitos dan fakta mengenai gay( Wood & Dow, 2006).

1.1 Mitostentang kaum gay sebagai berikut:

1. Gay sering diketahui dari cara berpakaian, sikap dan bergaul. 2. Gay sering diidentikkan dengan feminim.

3. Gay bisa disembuhkan dengan dimasukkan kepondok pesantren atau sekolah

agama lainya.

4. Gay bisa disembuhkan dengan didoakan oleh kyai dan pendeta atau dibawa ke


(43)

5. Kebanyakan gayadalah atheis.

6. Seorang gay disembuhkan melalui terapi dari psikolog atau psikiater 7. Gay adalah penyimpangan sosial dan penyakit kejiwaan

8. Seorang gay dapat berubah menjadi heteroseksual jika dinikahi secara

heteroseksual.

9. Seorang gay berasal dari keluarga yang tidak harmonis (broken home).

10.Gay adalah pendosa dan tidak bermoral. 11.Gay menular.

12.Pasangan gay tidak mampu merawat dan membesarkan anak.

1.2 Fakta tentang kaum gay sebagai berikut:

1. Cara berpakaian, sikap dan bergaul seorang apakah ia tampil maskulin, feminim

(adrogin)tidak berhubungan dengan orientasi seksual seorang melainkan itu adalah ekspresi gender seseorang.

2. Dikomunitas banyak gay yang maskulin.

3. Tempat pesantren dan sekolah agama adalah tempat orang belajar ilmu agaman

dan tidak bisa menyembuhkan, karenagay bukanlah penyakit atau hal-hal yang

berkaitan dengan agama. Gay adalah orientasi seksual dan identitas gender yang sedang terberi sejak seseorang dilahirkan.

4. Gay bukanlah kondisi dimana seseorangmanusia dimasuki roh jahat atau enegri

negatif lainya sehingga membutuhkan proses pelepasan dengan menggunakan ritual-ritual tertentu.

5. Setiap orang memounyai kepercayaan masing-masing seperti halnya dengan

masyarakat secara umum banyak yang beragama dan taat melakukan ajaran

agamanya bahkan gay yang menjadi pendeta, tokoh agama dan tokoh religius

lainya.

6. Menjadi gay bukanlah sebuah penyakit kejiwaan sehingga tidak perlu dibawa

kepsikolog atau psikiater.

7. Departemem kesehatan Republik Indonesia dalam buku Pedoman Penggolongan

dan Diagonis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi II tahun 1983 dan 1993 (PPDGJ II dan III) disebutkan bahwa homoseksualitas bukanlah penyakit kejiwaan tetapi merupakan varian biasadari seksualitas manusia. Pedoman Penggolongan dan Diagonis Gangguan Jiwa (PPDGJ) ini menjadi acuan bagi para medis seperti dokter, psikologi, dan psikiater di indonesia. Penghapusan paham homoseksualitas sebagai gangguan jiwa adalah keputusan dari organisasi Kesehatan Sedunia (World Helath Organization) pada 17 Mei 1990.

8. Banyak gay dipaksa menikah mengalami depresi danmemutuskan bercerai untuk

kembalimenjadi dirinya sebagai gay.

9. Banyak gay yang berasal dari keluarga yangharmonis dan banyak juga diantara mereka yang didukung oleh keluarga mereka, hanya saja kondisi di masyarakat sekitar yang menganggap hal tersebut tidak wajar sehinggabanyak orangtua yang menerima anaknya namun menutupinya.

10.Pada kenyataanya gay adalah orang-orang yang menyenangkan. Secara moral

mereka taat beragama dan menjalankanya dengan baik.

11.Banyak gay yang berkawan dengan heteroseksual tapi tidak membuat merekan

menjadi seorang gay. Menjadi seorang gay adalah perasaan pilihan hidup.


(44)

Pengungkapan diri (self disclosure) adalah jenis komunikasi. Istilah pengungkapan diri digunakan untuk mengacu pada pengungkapan informasi yang dilakukan secara sadar. Dimana segala sesuatu baik itu pikiran, perasaan dan perilaku yang diceritakan secara sadar dan terbuka kepada orang lain. Banyak hal yang diungkapkan tentang diri kita melalui ekspresi wajah, sikap, tubuh, pakaian, nada suara, dan melalui isyarat-isyarat non verbal lainnya yang tidak terhitung jumlahnya, meskipun banyak diantara perilaku tersebut tidak disengaja, namun penyingkapan diri yang sesungguhnya adalah perilaku yang disengaja.

Proses pengungkapan diri(self disclosure) pada lambang verbal dan non verbal terjadi ketika partisipan komunikasi menggunakan kata-kata, baik itu melalui bahasa lisan maupun tulisan. Komunikasi non verbal adalah ketika partisipan komunikasi menggunakan simbol selain kata-kata seperti nada bicara, ekspresi wajah dan sebagainya (Kuswarno, 2009:103).

Penelitian ini, peneliti lebih menekankan pengungkapan diri dengan pola komunikasi antarpribadi yang dilakukan dalam bentuk bagaimana proses terjadinya pengungkapan komunikasi diri yang dilakukan individu kepada komunitasnya. Dalam arti pengungkapan komunikasi antarpribadi bertujuan untuk mencari teman kencan, kekasih bahkan mereka mengungkapkan semua perasaan yang tertahan ketika kehidupan normal menuntut mereka untuk menutupi tingkah laku dan perilaku mereka dalam bermasyakat. Selain itu penelitian juga membahas mengenai penggunaan simbol dan bahasa yang digunakan dalam proses pengungkapan diri terbentuk sampai pada tahap terbentuknya hubungan antar sesama

homoseksual itu.

2.2.3 Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah proses penyampaianpesankepadakomunikasidalambentuk kata-kata secaralisanmaupunbentuktulisan. Komunikasi verbal memiliki tiga fungsi (Mulyana, 2007: 243), yaitu:


(45)

a) Penamaan yaitu fungsi bahasa yang mendasar mengidentifikasi objek, tindakan atau orang yang menyebut namanya sehingga dirujuk dalam berkomunikasi.

b) Interaksi yaitu merujuk pada berbagai gagasan dan emosi yang dapat

mengundang simpati pengertian ataupun kemarahan dan kebingungan.

c) Transmisi informasi yaitu bahasa merupakan media menyampaikan informasi

kepada orang lain. Bahasa media merupakan transmisi informasi yang bersifat lintas waktu, artinya melalui bahasa dapat disampaikan informasi yang menghubungkan masa lalu, masa kini, masa depan, sehingga memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi.

2.2.4 Komunikasi Non Verbal Komunikasinonverbaladalah proses

penyampaianpesankepadakomunikandalambentukekspresiwajah, sentuhan, waktu, gerak, isyarat, perilaku, matadan lain-lain yang bias

merangsangmaknadarikomunikantersebut. Proses pemaknaaninilah yang

pastikitaalamidalamsegalaaspekkehidupankitadimanapunkitamenajalinkomunikasidengan orang yang terlibatlansungdalamkomunikasivervaldankomunikasinon verbal.

Kesamaanpemaknaantehadap penggunaan simbol-simbol komunikasiverbal dannon verbalakanmembuatmudahberkomunikasiuntukmencapaipenertianbersama(Mulyana, 2007:259).

Menurut Mark L. Knapp (dalam Rakhmat, 1994)ada lima fungsi komunikasi nonverbal yaitu sebagai berikut:

1. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal.

Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya menggelengkan kepala.

2. Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya tanpa sepatah

katapun kita berkata, kita menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-anggukkan kepala.

3. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan

verbal. Misalnya anda ’memuji’ prestasi teman dengan mencibirkan bibir, seraya berkata ”Hebat, kau memang hebat.”

4. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya,

air muka anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata.


(46)

5. Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya, anda mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul meja.


(47)

2.3 Model Teoretik

Kerangka pemikiran adalah alur berpikir peneliti yang melatarbelakangi terjadinya penelitian tersebut. Berikut ini kerangka pemikiran yang terbentuk:

Gambar 2.1

Model Teoretik

Sumber: (Peneliti, 2015)

Pengungkapan diri (self disclourse) kaum gay

Komunikasi Antar Pribadi

1. Komunikasi Verbal 2. Komunikasi


(48)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan. Metode penelitian perlu dibedakan dari teknik pengumpulan data yang merupakan teknik yang lebih spesifik untuk memperoleh data (Soehartono, 2008:9). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode ini bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu (Bungin, 2008:68).

Metode penelitian ini menggunakankualitatif. Dalam penelitian kualitatif berkembang terus secara bertujuan sampai data yang dikumpulkan dianggap memuaskan dan memenuhi data yang dikumpulkan dianggap memuaskan dan memenuhi data yang diinginkan peneliti. Jika data yang dikumpulkan sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari responden atau informan lainya. Peneliti menjadi key instrument, dalam mengumpulkan data, terjun kelapangan secara aktif. Dalam metode kualitatif, yang lebih ditekankan dalah persoalan kedalam (kualitas) data dan bukan banyaknya kualitas data.

Penelitian kualitatif, periset adalah bagian integral dari penelitian artinya periset ikut aktif dalam menentukan jenis data yang diinginkan, dengan atau dengan istilah lain yang sering kita dengar adalah key instrument. Karena itu penelitian kualitatif ini bersifat subjektif dan hasilnya bukan tidak untuk digeneralisasikan (Krisyahtono, 2007: 4).


(49)

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah proses pengungkapan diri (self disclosure) kaumgay di Kota Medan.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian penelitian adalah orang-orang yang merupakan informan dipilih untuk diwawancarai sesuai dengan tujuan penelitian. Subjek penelitian ini adalah gay yang ada di Kota Medan. Pemilihan subjek dilakukan dengan teknik Snowball sampling.

Sampel dalam penelitiankualitatif ini disebut dengan subjek penelitian atau informan, yaitu orang-orang yang dipilih untuk diwawancarai atau diobservasi sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian (Krisyahtono, 2007:161). Subjek penelitian menurut Amirin (1986) dalam Idrus (2009) adalah seseorang atau sesuatu yang mengenai yang ingin diperoleh keterangan, sedangkan menurut Arikunto (1989) adalah benda, hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan. Dari batasan kedua pengertian diatas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa subjek penelitian adalah individu, oragnisme, atau benda yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

Menentukan subjek penelitian dalam suatu penelitian kualitatif adalah sangat penting agar tidak terjadi kesalahandalam menentukan informan, sebab dari merekalah diharapkan informasi dapat terkumpul sebagai upanya untuk mejawab pertanyaan penelitianyang diajukan (Idrus,2009:92). Dalam menentukan subjek penelitian sangat perlu sebuah kerasionalan yang jelas tentang alasan subjek tersebut dipilih. Jadi, sebenarnya bukan asal dipilih begitu saja, namun asumsi yang harus ada adalah subjek tersebut merupakan subjek yangpaling tepatdan sesuai dengan tema penelitian yang dilaksanakan serta kriteria yang


(50)

telah ditentukan oleh peneliti. Adapun subjek penelitian (informan) ini adalah kaum gay

yang berada dikota Medan yang terdiri dari tiga (3) orang.

3.4 Kerangka Analisis

Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan dari informan dilapangan akan dilakukan dengan proses pengumpulan data yang dilakukan terus-menerus hingga data jenuh atau tidak dijumpai lagi variasi informasi.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik-teknik atau cara-cara yang dapat digunakan peneliti dalam mengumpulkan data (Krisyahtono, 2006:91). Pengumpulan data dalam penelitian, terutama penelitian kualitatif, bukanlah hal yang mudah. Disebabkan karena peneliti merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data.

a. Data Primer

Menurut Krisyahtono (2006:43) data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama atau tangan pertama dilapangan.

1. Wawancara mendalam

Wawancara mendalamdilakukan kepada sejumlah informan yang jumlahnya relatif terbatas dan memungkinkan bagi peneliti untuk mengadakan kontak langsung secara berulang-ulang sesuai dengan keperluan (Danin 2002:138). Wawancara dilakukan oleh dua pihak, yaitu interviewer: orang yang mengajukan pertanyaan dan interviewee: orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil tatap muka antara pewawancara dengan informan.


(51)

Penelitian ini, peneliti mengatur pertemuan dengan informan terlebih dahulu. Wawancara dilakukan dalam suasana yang bersifat akrab dan santai untuk mengurangi kecanggungan dan agar data yang didapat lebih mendalam. Kegiatan wawancara ini dilakukan berulang-ulang untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.

Pewawancara adalah orang yang menggunakan metode wawancara sekaligus sebagai pemimpin dalam proses wawancara tersebut dan pewawancara yang berhak menentukan materi yang akan diwawancarai serta kapan dimulai dan diakhiri. Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi ataupun fakta dari subjek penelitian. Materi wawancara adalah tema yang ditanyakan pada saat wawancara kepada informan (Bungin, 2007:108).

2. Observasi atau pengamatan

Observasi dapat diartikan sebagai kegiatan mengamati secara langsung tanpa adanya bantuan mediator. Jenis observasi yang dilakukan adalah observasi partisipan, yaitu hanya melakukan observasi tanpa ikut melakukan seperti yang dilakukan informan.

Penelitian ini, peneliti melakukan observasi sejak judul penelitian disetujui departemen. Peneliti harus membaurkan diri dengan informan dan membangun hubungan pertemanan yang baik dengan informan. Tempat atau posisi pengamatan yang akan dilakukan oleh peneliti adalah diKota Medan dilakukan pada bulan Februari sampai selesai.

b. Data sekunder

Data yang diperoleh secara tidak langsung melalui perantara. Pengumpulan data dengan teknik ini dilakukan dengan cara studi kepustakaan yaitu mencari situs-situs, jurnal ilmiah atau buku yang ada kaitanya dengan penelitian.


(52)

Analisis data merupakan proses pencandraan (description) dan penyusunan transkrip

interview serta material lain yang telah terkumpul (Danin, 2002 : 209).

Ada tiga proses data kualitatif menurut B.Milles dan Michael Huberman (Patilima 2005):

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihin, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang didapat dari catatan yangtertulis dari lapangan. Proses reduksi data ini tidak harus menunggu hingga data terkumpul banyak berbeda halnya dengan kuantitatif. Reduksi data dapat dilakukan sejak data masih sedikit. Jadi, selain meringankan pekerjaan peneliti, juga dapat mempermudah peneliti dalam melakukan kategorisasi datayang telah ada.

Reduksi data tidak berakhir secara bersamaan dengan berakhirnya observasi dilapangan, namun akan terus berlangsunghingga laporan akhir penelitian lengkap dapat tersusun dengan baik. Proses reduksi data ini bertujuan untuk lebih memajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang bagian data yang tidak diperlukan, serta mengorganisasikan data sehingga lebih mudah menarik kesimpulan yang kemudian akan dilanjutkan dengan proses verifikasi. Jadi, data kasar dan catatan kasar yang didapatkan peneliti dari lapangan, sudah boleh diolah sedikit demi sedikit, seperti memilah antar unsur jawaban yang satu dengan yang lainya.

2. Penyajian Data

Setelah proses reduksi data berlangsung, maka langkah berikutnya adalah penyajian data, yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data yang disajikan tidak hanya berhenti sebatas


(53)

sajian, namun peneliti harus mulai memikirkan langkah selanjutnya terhadap data yang telah disajikan sebagai hasil dari reduksi data sebelumnya. Setelah data yang didapat dari lapangan itu direduksi, maka mulailah peneliti menganalisis setiap data yang sudah dikelola (direduksi). Menyimak makna yang lebih dalamdari setiap data yang sudah diolah menjadi sekumpulaninformasi yang nantinya akan ditarik sebuah kesimpulan.

3. Penarikan Kesimpulan

Tahap akhir adalah veifikasi dan penarikan kesimpulan, yang dimaknai sebagai penarikan arti data yang dikumpulkan dari lapangan, direduksi dan disajikan. Pemberian makna ini tentu saja sejauh pemahaman peneliti dan interpretasi yang dibuatnya. Peneliti akan menarik suatu kesimpulan dari sekumpulan informasi yang sudah diolah dan disajikan itu dengan kembali kelapangan (verifikasi).


(54)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil

4.1.1. Proses Penelitian

Penelitian ini adalah mengenai pengungkapan diri (self disclosure) kaum gay di Kota Medan. Penelitian ini dilakukan Maret hingga April 2015. Namun, jauh sebelum judul penelitian ini telah disetujui oleh Departemen Ilmu Komunikasi, peneliti telah lebih dulu

melakukan observasi secara tidak langsung dengan bergabung di komunitas gay serta

peneliti mengamati dan ikut membaca kisah-kisah para kaum gay. Sebelum memutuskan

untuk menulis skripsi dengan topik ini, peneliti sudah sering berkomunikasi dengan teman-teman LGBT (lesbian, gay, biseksualdan transgender) terutama di Kota Medan. Mengenal teman-teman dari departemen Antropologi Sosial adalah awal dari ketertarikan peneliti tentang LGBT. Beberapa teman-teman dari Departemen Antropologi pada tahun 2012

membentuk sebuah organisasi LGBT di Kota Medan dengan nama Cangkang Queer. Peneliti

sejak saat itu sering berdiskusi dengan teman-teman di Cangkang Queer dan sejak itu sering

diperkenalkan dengan teman-teman LGBT.

Peneliti menerima hal baru seperti isu LGBT bukanlah hal yang mudah bagi peneliti pada saat itu, apalagi peneliti masih berpikir bahwa LGBT orang-orang yang menyimpang, tidak normal, aib dan melanggar agama. Akan tetapi proses diskusi yang sangat panjang telah memberikan pemahaman dan pemikiran baru tentang LGBT. Kini LGBT di pandangan peneliti bukan lagi sebuah penyakit dan pendosa akan tetapi merupakan bagian dari keberagaman bangsa ini yaitu keberagaman seksualitas.


(1)

3. Gay bukanlah sebuah penyakit menular akan tetapi gay adalah sebuah identitas seseorang yang mempunyai ketertarikan terhadap sesama jenis. Gay adalah bagian dari keberagaman seksualitas manusia yang posisinya sama dengan heteroseksual.

5.2 Saran

Setiap manusia tidak bisa lepas dari komunikasi dan begitu juga sebaliknya, termasuk pada gay. Kaum gay sebagai kelompok minoritas juga berhak merasakan kebebasan dalam berkomunikasi. Seharusnya setiap orang bisa lebih terbuka menerima keberadaan mereka karena menjadi sesama manusia penting untuk saling menghargai. Siapun tidak berhak menghakimi seseorang hanya karena alasan perbedaan identitas seksualnya. Kaum gay juga menjadi bagian dari warga negara yang disadari atau tidak sangat berpengaruh terhadap kemajuan negara ini. Kaum gay juga banyak yang berprestasi baik dalam pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lain-lain.

Peneliti sangat berharap agar orang tua tidak melakukan diskriminasi dan kekerasan kepada anaknya ketika mengetahu identitas seksualnya sebagai gay. Apabila mengetahui anaknya sebagai gay hendaknya memberikan penguatan, dukungan terhadap anaknya untuk tetap berjuang dalam mewujudkan mimpi-mimpinya. Untuk masyarakat umum, peneliti berharap agar lebih menerima keberadaan gay di lingkungannya. Jika ada yang mengganjal sebaiknya membuka ruang diskusi untuk membicarakannya.


(2)

DAFTAR REFERENSI

Andrei Aksana. 2007. Lelaki Terindah. Yogyakarta: GPU.

Ardianto, Elvinaro dan Bandung Q-Anees. 2007.Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Budyatna, Muhammad & Leila Mona Ganiem. 2011.Teori Komunikasi Antar Pribadi, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Butar-butar, Edison Frengky Swandika. 2013. Etnografi Strategi Gerakan Homoseksual di Kota Medan (Skripsi Antropologi FISIP USU, Tidak Dipublikasikan).

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Airlanggang University Press.

.2003.Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. .2007.Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Rajagrafindo

Persada.

Bulaeng, A. 2004. Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer. Yogyakarta: Andi Offset. Cangara, Hafied. 2007.Pengantar Ilmu Komunikasi.Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

. 2006.Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Cooley, Charles H. 1983.Human Nature and Social Order. New Brunswick: Transaction Books.

Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: CV.Pustaka Setia.

Devito, Joseph A 1997. Komunikasi Antar Manusia. Kuliah Dasar. Edisi 5. Jakarta: Profesional Books.

Devito, Joseph A. 1985. Human Communication. NY: Haper and Row, Publisher, Inc.

Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi: Teor dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu

Gurin, P & A. Townsend. 1986.Properties of Gender Identity and their Implication for Gender Consciousness. British Journal of Social Psychology.

Jalaluddin Rakhmat. 2004. Psikologi Komunikasi.Bandung: Remaja Rosdakarya. .1994.Psikologi Komunikasi. Bandung. Remaja Rosdakarya. Muhammad Idrus, 2007. Metode Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Kencana


(3)

Kelan. 2005. Metode Penelitian Kualitaif Bidang Filsafat. Yogyakarta : Lkis.

Kaplan, Harold I., Benjamin J. Sadock; Jack A. Grebb. 1997.Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Edisi Ketujuh. Jakarta: Binarupa Aksara. Krisyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana . 2007.Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Morissan, Andy Corry Wardhany. 2009.Teori Komunikasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Mulyana, Deddy. 2007.Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Patilima, Hamid. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sani, M. Abdul Halim. 2007. Teori-Teori Sosial. Dari Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Intergralistik.

Sarwono, S. W. 2002. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.

Severin, W. J.& Tankard Jr. 2008. Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa. Jakarta: Kencana Pranada Media Grup.

Soehartono, I. 2008. Metodologi Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainya. Bnadung: PT. Remaja Rosdakarya. Sitohang, Veryanto Jenny Solin. 2011.Aliansi Sumut Bersatu : Lahir untuk Merawat Pluralisme Medan: Aliansi Sumut Bersatu.

Shelley E. Taylor, Letitia Anne Peplau, David O.Sears. 2009. Psikologi Komunikasi Edisi Kedua Belas. Jakarta: Kencana

West, Richard dan Lynn Turner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

Wood & Dow, 2006.The Sage Handbook of Gender and Communication.CA: Sage Publication.

Internet

pukul 15.00).

2014, pukul, 14.00)

12.00).


(4)

pukul 15.00).

http://answering.wordpress.com/fenomena-gay (diakses pada 3 september 2014, pukul 12.00).


(5)

BIODATA

Data Pribadi

Nama : Rotua E. Pasaribu Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Lahir : Parbotihan, 30 Agustus 1991

Umur : 23 Tahun

Status : Belum Menikah Anak Ke : 9 dari 10 bersaudara Warga Negara : Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jln. Jamin Ginting pasar 1 No.565 Padang Bulan Medan Nomor telepon : 081260336374

Email : rotuap@rocketmail.com

Nama Orang Tua

Ayah : Mariling Pasaribu

Ibu : Saluma Marbun

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri Induk Parbotihan, (tahun 1998-2004) 2. SMP Negeri 3 Parbotihan, (2004-2007)

3. SMA Negeri 1 Onan Ganjang, (tahun 2007-2010)

4.Universitas Sumatera Utara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi, (tahun 2010-sampai sekarang).


(6)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jl. Dr. A. Sofyan No.1 Telp. (061) 8217168

No.

LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI

NAMA : Rotua E. Pasaribu NIM : 100904003

PEMBIMBING : Yovita Sabarina Sitepu, S.Sos, M.Si

TGL.

PERTEMUAN

PEMBAHASAN PARAF PEMBIMBING 1 18 September 2014 Seminar Proposal

2 11 November 2014 Penyerahan BAB I, II, III 3 3 Februari2015 Penyerahan Panduan

Wawancara

4 24 Februari 2015 Penyerahan Revisi BAB I,II,III

5 12 Maret 2015 ACC BAB I, II, III 6 14 April 2015 Penyerahan BAB IV,V 7

8 9

10

23 April 2015

5 Mei 2015 22 Mei 2015

27 Mei 2015

Revisi BAB IV, V

Revisi BAB I,IV Penyerahan Skripsi Keseluruhan

ACC Sidang

Dosen Pembimbing

Yovita Sabarina Sitepu, S.Sos, M.Si NIP: 1980011072006042002