Gambaran Perilaku Sisiwi SMA dalam Upaya Mendapatkan Berat Badan Ideal di SMA Negeri 1 Babalan Pangkalan Berandan Tahun 2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Perilaku

2.1.1

Defenisi Perilaku
Dipandang dari aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau

aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bisa dilihat, sedangkan perilaku
manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri
yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, membaca dan sebagainya, sehingga dapat disimpulkan bahwa
perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat
diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo,
2010)
Setiap manusia akan bertindak dan bertingkah laku untuk berinteraksi
dengan makhluk lain, hakikat manusia sebagai makhluk sosial akan selalu
membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Perilaku manusia ditujukan

sebagai tanda pengenal dirinya sebagai makhluk sosial yang senantiasa ingin
berhubungan dengan orang lain. Perilaku manusia yang satu dengan yang lainnya
tidak bisa disamakan, karena pribadi manusia merupakan hal yang sangat unik
dan berkembang sesuai dengan bakat dan potensinya masing-masing.
Karakteristik perilaku menurut Purwanto (2009) dibedakan menjadi 2 yaitu
perilaku tertutup (covert behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior ). Perilaku
tertutup (covert behavior) adalah perilaku yang hanya dapat dimengerti

dengan

menggunakan alat atau metode tertentu misalnya berpikir, berkhayal, sedih,
bermimipi, dan takut. Sedangkan perilaku terbuka (overt behavior ) adalah perilaku
yang dapat diketahui oleh orang lain tanpa menggunakan alat

bantu misalnya

11
Universitas Sumatera Utara

seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anggotanya ke Puskesmas

untuk diimunisasi, atau seseorang yang melakukan konsultasi dietnya kepada seora
petugas gizi kesehatan, dan sebagainya.
Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau
perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Perilaku ini
tidak sama dengan sikap. Sikap adalah suatu kecenderungan untuk mengadakan
tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tandatanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi obyek tersebut. Sikap hanyalah
sebagian dari perilaku manusia. Perilaku manusia sangatlah kompleks dan
mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, Bloom dalam Notoatmodjo (2012),
membagi perilaku ke dalam tiga domain, yaitu 1) kognitif, 2) afektif, dan 3)
psikomotor. Untuk memudahkan pengukuran, maka tiga domain ini diukur dari
pengetahuan dan sikap.
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari „tahu‟, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra
manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour ).

Karena


dan penelitian

oleh

lebih

langgeng

ternyata
dari

perilaku yang didasarkan

pada

perilaku

yang


dari pengalaman
pengetahuan

akan

tidak didasari oleh pengetahuan.

Penelitian Rogers dalam Notoatmodjo (2012), mengungkapkan bahwa sebelum

12
Universitas Sumatera Utara

13

orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yakni:
a. Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap
subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang), terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
e. Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers dalam Notoatmodjo
(2012), menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap
tersebut. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses
seperti ini, di mana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama.
2. Sikap
Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri,
orang lain, obyek atau isue. Sikap juga merupakan reaksi atau respon seseorang yang
masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.
Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang satu sama lain
yaitu (Notoatmodjo, 2012):

Universitas Sumatera Utara


14

a. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu
pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotype yang dimiliki
individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila
menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.
b. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek
emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan
merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang
mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan
perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.
c. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai
dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau
kecenderungan untuk bertindak/bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara
tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk
mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi
perilaku.
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni (Notoatmodjo, 2012):
a. Menerima (receiving ); Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
b. Merespon (responding); Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan
suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan.
Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide
tersebut.

Universitas Sumatera Utara

15

c. Menghargai

(valuing);

Mengajak

orang

lain


untuk

mengerjakan

atau

mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi
sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya,
dsb) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi
adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
d. Bertanggung jawab (responsible); Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.
Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan
tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.
3. Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan
faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :

1. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
2. Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
3. Mekanisme (mecanism)

Universitas Sumatera Utara

16

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis,
atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik
tingkat tiga.
4. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan
tersebut (Notoatmodjo, 2012).
Faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan seseorang antara lain:

1. Imitasi
Tindakan manusia untuk meniru

tingkah pekerti

orang lain yang berada di

sekitarnya.
2. Sugesti
Seseorang menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman

tingkah

laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sugesti:
Hambatan berfikir orang yang memberikan sugesti bersikap over pandangan,
pihak penerima tidak diberi pertimbangan-pertimbangan atau berfikir kritis.
Keadaan pikiran yang terpecah-pecah seseorang pikirannya mengalami
kelelahan/kebingungan karena mengahadapi kesulitan-kesulitan sehingga ia
tidak bisa berfikir.

Otoritas kecenderungan seseorang atau sekelompok orang untuk menerima
pandangan-pandangan atau sikap-sikap tertentu dari orang yang dianggap ahli.

Universitas Sumatera Utara

17

Mayoritas seseorang menerima saja suatu sikap atau pandangan karena di
dukung atau di sokong oleh orang banyak (mayoritas).
Will of Believe sikap menerima pandangan atau sikap orang lain karena

sebelumnya di dalam dirinya telah ada sikap atau pandangan yang sama.
Faktor yang mempengaruhi sikap seseorang antara lain :
1. Identifikasi
Seseorang ketika ia mulai sadar bahwa di dalam kehidupan ini ada peraturanperaturan yang harus di penuhi,di pelajari atau di taatinya.
2. Simpati
Faktor tertariknya seseorang atau sekelompok orang terhadap seseorang atau
kelompok orang lain.
2.1.2

Determinan Perilaku
Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat
tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.
Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun
respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan
perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni :
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan,
yang bersifat given atau bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional,
jenis kelamin, dan sebagainya.
2. Determinan

atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,

sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini

Universitas Sumatera Utara

18

merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo,
2012).
Bloom (1998) sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (2012) seorang ahli
psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu kedalam 3 karakteristik, ranah
atau kawasan yakni kognitif, afektif, dan psikomotor.
Perilaku manusia menurut Purwanto (2009) terdapat banyak macamnya yaitu:
1) Perilaku refleks
Perilaku refleks merupakan perilaku yang dilakukan manusia secara otomatik.
Contohnya : mengecilkan kelopak mata, menaikkan bahu ketika bernafas,
menganggukan kepala ketika menandakan persetujuan, dan menggelengkan kepala
ketika menunjukkan penolakan.
2) Perilaku refleks bersyarat
Merupakan perilaku yang muncul karena adanya rangsangan tertentu.
3) Perilaku yang mempunyai tujuan
Disebut juga perilaku naluri.
Usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi perilaku negatif seseorang
dapat dilakukan dengan :
1. Peningkatan peranan keluarga terhadap perkembangan dari kecil hingga
dewasa.
2. Peningkatan status sosial ekonomi keluarga.
3. Menjaga keutuhan keluarga.
4. Mempertahankan sikap dan kebiasaan sesuai dengan norma yang disepakati.

Universitas Sumatera Utara

19

5. Pendidikan keluarga yang disesuaikan dengan status anggota keluarga baik itu
anggota tunggal, anggota tiri, dan lain-lain.
Menurut Skinner seorang ahli psikologi yang dikutip Notoatmodjo (2010)
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsang dari luar). Dalam teori Skinner ada 2 (dua) respon, yaitu:
1. Respondent respon atau flexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsanganrangsangan (stimulus tertentu). Stimulus semacam ini disebut eleciting
stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.

2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.
Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer

karena

memperkuat respon.
2.1.3

Domain Perilaku
Lawrence Green dalam Mandy (2010) menganalisis bahwa perilaku

dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu:
a. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang, antara lain
sikap, pengetahuan, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai tradisi, persepsi berkenaan
dengan motivasi seseorang untuk bertindak.

b. Faktor Pemungkin (Enabling Factors)
Faktor pemungkin mencakup berbagai keterampilan dan sumber daya yang
dibutuhkan untuk melakukan perilaku kesehatan. Sumber daya itu meliputi fasilitas
pelayanan kesehatan, personalia atau petugas yang tersedia, klinik atau sumber daya

Universitas Sumatera Utara

20

yang hampir sama. Faktor pemungkin ini juga menyangkut keterjangkauan berbagai
sumber daya, biaya, jarak, ketersediaan transportasi, jam buka dan sebagainya.
c. Faktor Penguat/Pendorong (Reinforcing Factors)
Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan memperoleh
dukungan atau tidak. Sumber penguat tentu saja bergantung pada tujuan dan jenis
program atau kegiatan yang dilakukan. Di dalam pendidikan pasien, penguat berasal
dari perawat, dokter, pasien lain, dan sebagainya. Apakah penguat itu positif atau
negatif bergantung pada sikap dan perilaku orang lain yang berkaitan. Misalnya pada
pendidikan kesehatan sekolah di tingkat sekolah lanjutan tingkat atas, yang
penguatnya datang dari teman sebaya, guru, dan pejabat sekolah. Penelitian tentang
perilaku remaja menunjukkan bahwa perilaku penggunaan obat di kalangan remaja
sangat dipengaruhi oleh dorongan teman-teman, terutama teman dekat. Begitupun
dengan anggota komunitas perilaku yang mudah ditiru ialah perilaku dari orang
terdekat, seperti anggota komunitas yang lain, teman sebaya, dan sebagainya.
Cara mengukur perilaku ada 2 cara (Notoatmodjo, 2010) yaitu:
1. Perilaku dapat diukur secara langsung yakni wawancara terhadap kegiatankegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall).
2. Perilaku yang diukur secara tidak langsung, yakni dengan mengobservasi
tindakan atau kegiatan responden.

Universitas Sumatera Utara

21

2.1.4 Pembentukan Perilaku
Pembentukan perilaku menurut Ircham (2005) ada beberapa cara, diantaranya:
1. Kebiasaan (Conditioning)
Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan conditioning atau
kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan
akhirnya akan terbentuklah perilaku.
2. Pengertian (Insight)
Pembentukan perilaku yang didasarkan atas teori belajar kognitif yaitu belajar
disertai dengan adanya pengertian.
3. Menggunakan Model
Cara ini menjelaskan bahwa domain pembentukan perilaku pemimpin dijadikan
model atau contoh oleh yang dipimpinnya. Cara ini didasarkan atas teori belajar
sosial (social learning theory) atau observational learning theory oleh Bandura
(1977).
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons organisme
atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respon ini
berbentuk 2 macam (Dewi, 2010) yakni:
1. Bentuk Pasif
Respons internal yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara
langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin
dan pengetahuan.

Universitas Sumatera Utara

22

2. Bentuk Aktif
Perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung, oleh karena perilaku mereka
ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata disebut overt behavior .
2.1.5

Teori Terjadinya Perilaku
Perilaku manusia tidak dapat lepas dari keadaan individu itu sendiri dan

lingkungan dimana individu itu berada. Perilaku manusia didorong oleh motif
tertentu sehingga manusia berperilaku (Ircham, 2005).
Teori perilaku menurut Ircham, antara lain:
1. Teori Insting
Menurut Mc Dougal (2008) perilaku itu disebabkan karena insting. Insting
merupakan perilaku yang innate atau perilaku bawaan dan akan mengalami
perubahan karena pengalaman.
2. Teori Dorongan (Drive Theory)
Teori ini bertitik tolak pada pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai
dorongan-dorongan atau drive tertentu. Dorongan-dorongan itu berkaitan dengan
kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong organisme berperilaku.
3. Teori Insentif (Incentive Theory)
Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku organisme itu disebabkan
karena adanya insentif, dengan insentif akan mendorong organisme berperilaku.
Insentif atau reinforcement ada yang positif dan ada yang negatif. Reinforcement
yang positif adalah berkaitan dengan hadiah dan akan mendorong organisme berbuat
atau berperilaku.

Universitas Sumatera Utara

23

4. Teori Atribusi
Teori ini menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku seseorang. Apakah itu
disebabkan oleh disposisi internal (misal motif, sikap) atau oleh keadaan eksternal.
Banyak

teori-teori

seseorang dalam
Muzaham

yang

berkaitan

dengan

perubahan

perilaku

keseharian. Diantaranya menurut teori Anderson dalam

(2005)

yang dikutip oleh

Ari (2009).

yaitu ada tiga faktor yang

mempengaruhi pembentukan perilaku pada seseorang :
a) Mudahnya

menggunakan

fasilitas

pelayanan

kesehatan

(karakteristik

predisposisi).
b) Adanya faktor-faktor yang menjamin terhadap pelayanan kesehatan yang
ada (karakteristik pendukung).
c) Adanya kebutuhan pelayanan kesehatan (karakteristik kebutuhan).
5. Theory of Reasoned Action (TRA)
Pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967 untuk melihat hubungan
keyakinan, sikap, niat dan perilaku. Fishbein, 1967 mengembangkan TRA ini dengan
sebuah usaha untuk melihat perubahan hubungan sikap dan perilaku (Glanz, 2002).
Faktor yang paling penting dalam seseorang berperilaku adalah adanya niat.
Niat akan ditentukan oleh sikap seseorang. Kemudian sikap ditentukan oleh
keyakinan seseorang akibat dari tindakan yang akan dilakukan. Diukur dengan
evaluasi terhadap masing-masing akibat. Jadi, seseorang yang memiliki keyakinan
yang kuat akan akibat dari tindakan yang dilakukan secara positif akan menghasilkan

Universitas Sumatera Utara

24

sikap dan tindakan yang positif pula. Sebaliknya jika seseorang tidak yakin akan
akibat dari perilaku yang dilakukan dengan positif akan menghasilkan sikap yang dan
tindakan negatif (Glanz, 2002). Niat seseorang untuk berperilaku juga dapat
dipengaruhi oleh norma individu dan motivasi untuk mengikuti. Norma individu
dapat dipengaruhi oleh norma-norma atau kepercayaan dimasyarakat.
2.2

Perilaku Kesehatan

2.2.1

Defenisi Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap

stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan, minuman dan serta lingkungan. Karakteristik perilaku kesehatan
dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu perilaku pemeliharaan kesehatan (health
maintenance), perilaku perencanaan dan penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan,

dan perilaku kesehatan lingkungan. Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku
atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak
sakit dan usaha untuk mendapatkan penyembuhan bilamana sakit. Oleh karena sebab
itu perilaku pemeliharaan kesehataan ini terdiri dari 3 (tiga) aspek yaitu perilaku
pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, pemulihan kesehatan
bilamana telah sembuh dari penyakit, serta perilaku peningkatan kesehatan apabila
seseorang dalam keadaan sehat, dan perilaku gizi (makanan) dan minuman
(Notoatmodjo, 2010).
2.2.2

Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Becker (1979) dalam Dewi (2010) mengklasifikasikan perilaku yang

berhubungan dengan kesehatan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

25

1. Perilaku Kesehatan (Health Behavior )
Hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk tindakan mencegah penyakit,
kebersihan perorangan dan sebagainya.
2. Perilaku Sakit (Illness Behavior )
Tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang individu yang merasa sakit
untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit, termasuk
kemampuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab sakit, serta usaha
mencegah penyakit tersebut.
3. Perilaku Peran Sakit (The Sick Role Behavior )
Tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu yang sedang sakit untuk
memperoleh kesembuhan.
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam dua
kategori (Dewi, 2010), yaitu:
1) Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar.
2) Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar.
Perilaku-perilaku disengaja atau tidak disengaja yang membawa manfaat bagi
kesehatan individu dan sebaliknya perilaku yang disengaja atau tidak disengaja
berdampak merugikan kesehatan antara lain:

Universitas Sumatera Utara

26

a.) Perilaku sadar yang menguntungkan kesehatan
Mencakup perilaku yang secara sadar oleh seseorang yang berdampak
menguntungkan kesehatan. Golongan perilaku ini langsung berhubungan dengan
kegiatan-kegiatan pencegahan penyakit serta penyembuhan penyakit yang dijalankan
secara sadar atas dasar pengetahuan bagi diri seseorang.
b.) Perilaku sadar yang merugikan kesehatan
Perilaku sadar yang dijalankan secara sadar diketahui bila perilaku tersebut tidak
menguntungkan kesehatan terdapat pula dikalangan orang berpendidikan atau
professional, atau secara umum pada masyarakat yang sudah maju.
c.) Perilaku tidak sadar yang merugikan kesehatan
Golongan

masalah

ini

paling

banyak

dipelajari,

terutama

karena

penanggulangannya merupakan salah satu tujuan utama berbagai program
pembangunan kesehatan masyarakat.
d.) Perilaku tidak sadar yang menguntungkan kesehatan
Golongan perilaku ini menunjukkan bahwa tanpa sadar pengetahuan seseorang
dapat menjalankan kegiatan-kegiatan tertentu yang secara langsung atau tidak
langsung memberi dampak positif terhadap derajat kesehatan mereka.
2.3

Remaja

2.3.1

Defenisi Remaja
Remaja adalah fase perkembangan anak menjadi dewasa (Khomsan, 2008).

Menurut Saraswati (2006) yang mengutip data WHO, remaja adalah masa peralihan,

Universitas Sumatera Utara

27

dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, yang ditandai dengan adanya
perkembangan fisik yang cepat, mental, emosi, dan sosial. Umumnya usia remaja
berkisar antara 12-20 tahun. Masa remaja merupakan saat terjadinya perubahanperubahan cepat dalam proses pertumbuhan fisik, kognitif dan psikologi/tingkah laku.
Khusus pada remaja puteri, masa ini juga merupakan masa persiapan menjadi calon
ibu. Keadaan gizi pada masa masa remaja puteri dapat berpengaruh terhadap
kehamilannya kelak, juga terhadap keadaan bayi yang akan dilahirkannya (Sayogo,
2006).
Pada masa remaja terjadi kematangan seksual dan tercapainya bentuk dewasa
karena pematangan fungsi endokrin. Ovarium/indung telur menghasilkan hormon
estrogen dan progresteron dan sejumlah kecil androgen. Pubertas merupakan satu
titik dalam masa remaja yaitu pada saat seorang anak perempuan mampu mengalami
pembuahan/konsepsi yaitu dengan terjadinya haid pertama. Pada masa tersebut terjadi
perkembangan seks sekunder, dan berlangsung antara 2 sampai 3 tahun. Hormonhormon steroid adrenal, estrogen dan androgen mempunyai peran penting dalam
perubahan-perubahan yang terjadi dalam masa tersebut. Estrogen dan progesteron
menyokong tersedianya deposisi lemak. Dalam proses pematangan fisik, juga terjadi
perubahan komposisi tubuh. Dalam periode prepubertas, proporsi lemak dan otot
pada anak perempuan cenderung serupa dengan anak laki-laki, yaitu lemak tubuh
Universitas Sumatera Utara
sekitar 19% dari berat badan total pada anak perempuan dan 15% pada anak laki-laki.
Selama masa pubertas, terjadi penambahan lemak lebih banyak pada remaja puteri,
yaitu lemak tubuh kurang lebih 22% dibanding 15% pada laki-laki (Sayogo, 2006).

Universitas Sumatera Utara

28

2.3.2

Karakteristik Perkembangan Remaja

1. Karakteristik Perkembangan Fisik
Selama masa remaja terjadi perubahan fisik yang diakibatkan pengaruh
hormonal. Pertumbuhan ditinjau dari tinggi dan berat badan bersifat akselerasi tinggi
mendahului masa pubertas dan kemudian menjadi semakin lambat sampai
berhentinya pertumbuhan tulang. Fase pertumbuhan yang tercepat pada masa remaja
ini dikenal sebagai growth spurs dan titik tertinggi dari growth spurs disebut masa
puncak/peak. Pada masa tersebut proporsi dan ukuran tubuh menyerupai dewasa
muda serta peningkatan tinggi badan (Sayogo, 2006).
Tumbuh kembang remaja dibagi 3 tahap yaitu masa remaja awal, menengah,
dan lanjut. Masa remaja awal pada anak perempuan terjadi pada usia 10-11 tahun,
berlangsung 6 bulan sampai 1 tahun. Masa remaja menengah terjadi pada usia 12-14
tahun dan berlangsung antara 2-3 tahun, sedangkan masa remaja lanjut perempuan
rata-rata tercapai pada usia antara 15-17 tahun (Sayogo, 2006).
2. Perkembangan Perkembangan Psikososial dan Kognitif
Pada masa remaja juga terjadi perubahan psikososial/tingkah laku, terjadi
perubahan dalam hubungan dengan ayah dan ibu yaitu timbulnya konflik-konflik,
mudah tersinggung, “merasa kurang bahagia”, ketidak tergantungan dalam proses
pengambilan keputusan . Perkembangan kognitif juga menunjukkan kemajuan berupa
kemampuan berfikir dalam arti dapat memahami akibat dari perbuatan/ tingkah laku,
serta dapat melakukan beberapa tindakan secara serentak (Sayogo, 2006).

Universitas Sumatera Utara

29

Tahap remaja awal memiliki karakteristik antara lain kekhawatiran pada body
image (suatu konsep mental pribadi yang berhubungan dengan laju pertumbuhan dan

perubahan komposisi tubuh), mempercayai dan menghargai orang dewasa,
kekhawatiran tentang teman sebaya, dan sebagainya. Tahap remaja menengah
memiliki beberapa karakteristik yaitu sangat dipengaruhi oleh teman sebaya,
kehilangan kepercayaan pada orang dewasa, mencoba mandiri dan sebagainya. Pada
masa ini remaja lebih mendengarkan teman sebayanya daripada orang tuanya atau
orang dewasa lainnya. Keinginan untuk mandiri sering tampak dalam bentuk
penolakan terhadap pola makan keluarga. Pada masa remaja lanjut karakteristik yang
tampak antara lain merencanakan masa depan dan bersifat lebih mandiri. Selain itu,
pada masa ini remaja telah mempunyai persepsi terhadap body image atau berat
badan ideal (Sayogo,2006).
2.4

Berat Badan Ideal

2.4.1

Defenisi Berat Badan Ideal
Menurut Thomas dkk (2008) Berat badan ideal merupakan dambaan dari

setiap manusia baik tua maupun muda, karena baik dari segi penampilan fisik
maupun dari segi kesehatan. Terutama kaum muda yang lebih banyak mendambakan
karena dengan berat badan yang ideal penampilan fisik akan menjadi lebih menarik.
Ukuran tubuh yang ideal identik dengan langsing, dan jika seseorang memiliki
berat badan yang ideal berarti memiliki pula bentuk tubuh yang indah antara lain
ditandai dengan perut yang rata, pinggang yang tidak berlipat, paha dan betis yang
kencang, dan pergelangan tangan yang berukuran sedang. Bagi sebagian wanita,

Universitas Sumatera Utara

30

tubuh yang ideal adalah impian. Oleh karena itu, untuk mewujudkan impian mereka
tersebut mereka berusaha keras untuk menjadikan ukuran tubuh mereka ideal (Insitos
dalam Bani, 2002).
2.4.2

Upaya Mendapatkan Berat Badan Ideal
Seorang dikatakan mempunyai tubuh ideal apabila bentuk tubuhnya tidak

terlalu kurus atau tidak terlalu gemuk dan kelihatan serasi antara berat badan dan
tinggi badannya. Agar bentuk tubuhnya ideal, lemak dalam tubuh harus selalu dalam
keadaan normal. Lemak memang harus selalu ada didalam tubuh, tetapi jangan
sampai kekurangan atau kelebihan. Untuk menunjang kehidupan setidaknya
seseorang harus memiliki lemak minimal 3% dari berat badannya (Wirakusumah,
2011).
Sebenarnya berat badan ideal bisa diwujudkan dengan mengkonsumsi energi
sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Sehingga tidak terjadi penimbunan energi
dalam tubuh dalam bentuk lemak, atau sebaliknya penggunaan lemak tubuh sebagai
sumber energi kurang (Purwati, 2009).
Berat badan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kerangka
tubuh, faktor keturunan, pengaruh hormon penyakit yang pernah diderita, kecepatan
metabolisme tubuh, daya serap tubuh terhadap zat gizi dari makanan, aktivitas seharihari dan konsumsi makanan (Suharto, 2003).
2.4.3 Mengatur Berat Badan Ideal
Pada saat ini sebaiknya kita harus sudah mengalihkan pikiran kita pada
pengaturan berat badan dengan berbagai cara yang ditawarkan melalui promosi-

Universitas Sumatera Utara

31

promosi yang disampaikan baik melalui media cetak maupun media elektronik
(Suharto, 2003).
Pengaturan berat badan bukan hanya sekedar menghitung kalori yang akan
kita makan. Bila diumpamakan sebuah mesin maka badan kita merupakan mesin
yang sangat rumit dan makanan merupakan bahan bakar (Anonim, 2007).
Tentunya kita memerlukan sejumlah makanan tertentu setiap hari untuk
menyiapkan energi yang diperlukan. Ketika kita mengkonsumsi makanan secara
berlebihan, maka makanan terebut akan menumpuk membentuk lemak didalam
tubuh. Alat atau organ yang diperlukan bukan hanya mulut dan perut tetapi juga otot,
yang bukan hanya membakar bahan bakar pada saat aktif, tetapi juga memperkuat
pembakaran pada saat istirahat. Emosi, sikap dan nilai mempengaruhi apa yang akan
kita makan, berapa banyak yang akan dimakan serta kapan dimakan. Perlu antisipasi,
mengetahui kapan energi diperlukan meningkat dan kapan menurun, dan dapat
direncanakan. Oleh karena itu ada 4 keteraampilan yang diperlukan dalam mengatur
perilaku hidup sehat yaitu :
- Latihan yang cukup dan teratur
- Memilih makanan yang bergizi
- Emosi, sikap dan norma
- Mengantisipasi apa yang diperlukan
Dalam

memutuskan

keinginan

untuk

menambah,

menurunkan

atau

mempertahankan berat badan, harus berdasarkan fakta medis. Obesitas (kegemukan)
>20% dari berat badan ideal dapat meningkatkan resiko penyakit hipertensi dan
stroke, penyakit jantung, diabetes, ginjal, gangguan pernafasan, kanker, dan masalah-

Universitas Sumatera Utara

32

masalah lain khususnya pada saat operasi. Sekarang banyak para ahli yang
mengatakan bahwa menurunkan berat badan dengan berbagai cara yang ada saat ini
cukup berbahaya. Jik ingin menurunkan berat badan lakukanlah sebagai program
jangka panjang, sekurang-kurangnya ½-1 kg perminggu, dan selalu diupayakan
penurunannya tidak drastic (Purwati, 1999).
Dalam penghitungan kecukupan gizi yang dianjurkan, pada umumnya sudah
diperhitungkan faktor variasi kebutuhan individual, namun untuk mengetahui
gambaran umum mengenai kecukupan gizi seseorang, maka kita dapat menggunakan
tolak ukur tinggi badan dan berat badan sebagai upaya untuk mengatur berat badan
ideal (Suharto, 2003).
2.4.4 Penilaian Berat Badan Ideal
Beberapa cara untuk mengetahui apakah seseorang memiliki berat badan ideal
antara lain yaitu :
1. Indeks Masa Tubuh (IMT)
Salah satu cara penilaian kondisi fisik tubuh yang digunakan adalah Indeks
Masa tubuh (IMT). Hal ini disebabkan penilaian menggunakan IMT telah
memperhitungkan unsur kesehatan. Oleh karena tu, IMT sangat cocok diterapkan
bagi orang-orang yang ingin mengetahui kondisi berat badannya ditinjau dari segi
kesehatan (Purwati, 1999). Untuk menentukan Indeks Masa Tubuh dapat digunakan
rumus sebagi berikut :
IMT = BB / (TBxTB)
Keterangan :
BB = Berat badan (kg)

Universitas Sumatera Utara

33

TB = Tinggi Badan (m)
Jika nilai IMT sudah didapat, hasilnya dibandingkan dengan ketentuan
berikut:
Nilai IMT < 18,5 = Berat badan kurang
Nilai IMT 18,5 - 22,9 = Normal
Nilai IMT 23 – 24,9 = Normal Tinggi
Nilai IMT 25,0 – 29,9 = Gemuk
Nilai IMT > = 30,0 = Sangat Gemuk
Sumber : Adaptasi dari Kriteria WHO

2. Tabel Metropolitan Life Insurance
Cara menentukan besar kecilnya perawakan atau postur tubuh adalah dengan rumus :

3. Pengukuran Jaringan Lemak Bawah Kulit
Metoda ini dilakukan dengan alat khusu yang disebut “skinfold capiler ”, yang
mengukur ketebalan jaringan lemak dibawah kulit. Pada wanita pengukuran
dilakukan di lengan atas bagian belakang (triceps). Bila ketebalan lemak mencapai
lebih dari 2,5 cm, maka wanita itu kegemukan (obesitas). Pada pria pengukuran
dilakukan di bawah tulang belikat (subscapula ). Ketebalan lemak yang mencapai
lebih dari 1,5 cm termaksud kegemukan (obesitas). Metode ini memerlukan
keterampilan khusus dan biasanya dilakukan waktu pemeriksaan pasien oleh dokter
atau dalam penelitian – penelitian tertentu.

Universitas Sumatera Utara

34

4. Rumus Broca
Penilaian status gizi seseorang dengan menggunakan Broca adalah dengan cara
menimbang berat badan (BB) dan mengukur tinggi badannya (TB). Adapun
rumusnya adalah sebagai berikut :

2.5 Upaya Untuk Mendapatkan Berat Badan Ideal
2.5.1 Diet
Pada dasarnya diet adalah pengaturan pola makan dengan sasarannya adalah
mengurangi lemak badan diikuti dengan hilangnya berat badan. Hal ini meliputi diet
gizi seimbang rendah kalori dengan menambah aktivitas fisik dan modifikasi
kebiasaan untuk mengubah kebiasaan makan seseorang. Sedangkan dalam nutrisi,
diet adalah jumlah makanan yang dikonsumsi oleh seseorang atau organisme tertentu
(Anonim, 2008).
Dalam perkembangannya, diet dalam konteks upaya mengatur asupan nutrisi
dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :
1. Menurunkan berat (massa) badan misalnya bagi model atau aktris yang ingin
menjaga penampilannya.

Universitas Sumatera Utara

35

2. Meningkatkan berat (massa) badan misalnya bagi olahragawan atau atlet binaraga
yang ingin meningkatkan massa otot.
3. Pantang terhadap makanan tertentu misalnya bagi penderita diabetes (rendah
karbohidrat dan gula).
Diet sembarang merupakan diet yang sering dijanjikan tetapi tidak realistis.
Diet sembarang adalah diet yang rendah kalori karbohidrat, dapat menyebabkan
hilangnya/berkurangnya cairan tubuh yang mengindikasikan hilangnya berat badan.
Meskipun cairan tubuh berkurang tetapi berat badan akan kembali naik (Purwati,
2009).
Dalam diet ada suatu patokan, dimana zat gizi yang dikonsumsi harus cukup,
kecuali dalam hal energi. Zat sumber energi makanan terbesar berasal dan diperoleh
dari konsumsi lemak dan hidrat arang seperti gula, nasi, roti, dan sejenisnya. Kecuali
lemak dan hidrat arang, zat gizi lain harus tercukupi kebutuhannya (Purwati, 2009).
Program penurunan berat badan perlu dikombinasikan dengan olahraga, sebab
dengan diet makan saja ternyata berkurangnya bobot badan tidak semuanya akibat
menyusutnya lemak (63%) tetapi juga otot alias daging kita (37%). Kalau jaringan
otot makin berkurang, kebutuhan kalori jadi lebih sedikit dan kecepatan metabolisme
menjadi lebih rendah sehingga mudah menjadi gemuk kembali. (Anonim, 2008).
Ada beberapa jenis diet yang sering kita dengar, antara lain (Anonim, 2008)
yaitu :
1. Zig Zag Diet
Zig zag diet merupakan pola siklus zig zag (berseling) antara makanan rendah
kalori dan tinggi kalori. Zig zag diet tidak menerapkan pola makan tiga kali makan

Universitas Sumatera Utara

36

sehari,, tetapi menggantinya dengan makan 6-7 kali sehari porsi lebih kecil dalam
jangka waktu yang sama. Makan dalam jangka waktu pendek, 2-3 jam sesudah
makan utama, jumlah karbohidrat harus lebih banyak daripada lemak sihingga
membuat tubuh terus bermetabolisme daripada lemak sehingga membuat tubuh terus
bermetabolisme daripada menyimpan sebagai lemak. Tubuh juga cenderung lebih
membakar timbunan lemak daripada otot.
Ketidaksabaran bisa menjadikan diet ini gagal, sebab membutuhkan jangka
waktu relatif lama. Penurunan berat badan yang terjadi mungkin tidak signifikan
seperti diet konvensional, karena diet ini mempunyai fokus selain membuang lemak
yaitu menghidarkan penurunan massa otot.
2. Shangri-La Diet
Shangri-La diet berprinsip menyelipkan makanan berkalori rendah yang
berasa ekstrim disela-sela sebelum makan utama, sehingga nafsu makan menjadi
berkurang dan tubuh mendapat asupan kalori dalam jumlah tak berlebih. Diet ini
sangat signifikan dalam menurunkan berat badan, tetapi dikhawatirkan penurunan
berat badan tersebut adalah kemungkinan penurunan massa otot selain penurunan
lemak tubuh.
3. Zone Diet
Diet yang paling populer saat ini. Konsumsi sekitar 40% karbohidrat, 30%
protein, dan 30% lemak tak jenuh dalam setiap saji. Kurangi jumlah karbohidrat
dalam setiap menu makanan.

Universitas Sumatera Utara

37

4. Diet Rendah Kalori Karbohidrat
Hanya boleh mengkonsumsi 800 kalori/hari. Diet seperti ini hanya dapat
dilakukan orang yang obesitas, dalam waktu pendek (3-6 bulan) dan harus dibawah
pengawasan dokter. Anak-anak, wanita hamil dan menyusui tidak diperbolehkan
melakukannya.
5. Diet Golongan Darah
Darah tidak hanya membawa dan menyalurkan makanan ke otak serta seluruh
tubuh. Darah juga memerlukan makanan yang tepat agar dapat bekerja lebih baik
lagi. Jenis darah yang berbeda mempengaruhi pengeluaran zat-zat tubuh ke
pencernaan. Pola diet dibawah ini tidak perlu terlalu kaku/ketat atau harus diikuti
100%. Dengan diikuti 75%-80% saja sebenarnya ssudah cukup untuk memenuhi gizi
darah.
Pemiilik satu golongan darah tetap bisa makan makanan dari diet golongan
darah lain, hanya saja tidak akan memiliki manfaat yang lebih tinggi ketimbang
mengkonsumsi makanan yang dianjurkan sesuai golongan darahnya. Selain itu, pola
makan juga didasarkan pada makanan yang baik, alami, segar, dan berkualitas.
6. Diet Atkins
Diet atkins diperkenalkan oleh seorang ahli nutrisi Amerika Serikat Dr.
Robert Coleman Atkins pada tahun 1970. Pantangannya adalah segala macam
karbohidrat dalam bentuk apapun, baik itu roti, keju, beras merah, kentang maupun
nasi. Energi penggantinya didapat dari makanan yang kaya protein dan lemak, seperti
daging, ikan, telur dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

38

Diet yang tinggi protein membuat ginjal bekerja ekstra untuk menyaring zat
sisa makanan. Diet yang minim karbohidrat juga menyebabkan sesorang lesu dan
kurang konsentrasi. Penelitia yang diterbitkan New England Journal Of Medicine dua
tahun lalu sudah menyebutkna, jika diet atkins dilakukan dalam jangka panjang bisa
mengakibatkan gagal ginjal dan dapat memicu gangguan pada usus.
7. Diet Rendah Lemak (Low Fat Diet)
Komposisi dari diet ini adalah banyak sayur, buah dan nasi. Tidak perlu
berhenti makan makanan dengan kandungan lemak tinggi, tetapi hanya dikurangi
jumlahnya atau diimbangi dengan mengkonsumsi makanan yang kandungan
lemaknya rendah.
8. Food Combining
Food combining adalah salah satu pola diet koreksi yang banyak digunakan

oleh para dokter naturopati untuk penyembuhan. Namun, sekarang maih terjadi
perdebatan mengenai manfaat diet ini.
Diet ini dikenalkan oleh Dr. William Howard Hay, yang mempunyai prinsip
dasar sebagai berikut :
a) Makanan yang mengandung protein tinggi, misal daging, ikan, telur dan keju.
b) Makanan pembentuk basa, misal buah-buahan dan sayuran.
c) Makanan yang mengandung karbohidrat tinggi, misal gandum, beras, roti, pasta
dan gula.
Penggabungan makanan dari daftar 1 dengan daftar 3 akan membuat tingkat
keasaman tubuh menjadi semakin tinggi, karena itu Dr. Hay menyarankan pemisahan
makanan dengan cara kombinasi. Diet ini menimbulkan kontrovesi karena ada

Universitas Sumatera Utara

39

beberapa pihak yang menganggap diet ini adalah diet yang tidak berguna atau omong
kosong belaka, sedangkan ada beberapa pihak yang benar-benar mengakui manfaat
dari diet ini.
Melakukan diet, bukan tidak menimbulkan dampak bagi seseorang. Beberapa
dampak diet antara lain (Wirakususmah, 2011) :
Jika diet yang dilakukan tergesa-gesa atau ingin menurunkan berat badan
secara drastis dalam waktu yang singkat, ini dapat menimbulkan dampak pusing,
anemia, ketidakseimbangan elektrolit, dan tekanan darah rendah. Jika diet yang
dilakukan adalah diet rendah protein dan tinggi lemak, ini dapat menyebabkan efek
samping seperti sakit kepala, mual, asidosis, bisa menyebabkan koma bahkan
meninggal dunia. Selain itu dampak yang diakibatkan oleh diet ini yaitu sering
kencing, sehingga dapat merusak kerja ginjal serta meningkatkan kadar kolesterol
dan trigliserida serta terjadi kekurangan vitamin dan mineral.
Pola diet yang salah akan menimbulkan dampak negatif pada tubuh, termasuk
diet yang dilakukan oleh remaja puteri. Diet yang salh tersebut yaitu :
1. Diet Tinggi Karbohidrat
Diet jenis ini mensyaratkan mengurangi asupan lemak, terutama daging, tetapi
memperbolehkan mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat. Asumsinya , lemak
lebih cepat membuat orang gemuk karena 1 gram lemak menghasilkan 9 kkal,
sedangkan 1 gram karbohidrat menghasilkan 3.75 kkal. Program diet ini memang ada
nilai lebihnya bagi orang dewasa usia lanjut, terutama untuk kesehatan jantung.
Namun, dengan membatasi lemak, tubuh beresiko kekurangan vitamin yang larut

Universitas Sumatera Utara

40

dalam lemak. Selain itu rendahnya asupan lemak akan menyebabkan gangguan saraf
dan psikis (Saraswati, 2006).
Diet tinggi karbohidrat bisa menurunkan berat badan, tetapi dengan syarat
tidak berlebihan mengkonsumsinya. Sebab, kemampuan tubuh dalam menyimpan
karbohidrat sangat terbatas, sehingga kelebihannya akan diubah dan disimpan dalam
bentuk lemak (Saraswati, 2006). Departemen kesehatan RI menganjurkan konsumsi
lemak dibatasi tidak melebihi 25% dari total energi perhari, atau paling banyak 3
sendok makan minyak goreng untuk memasak makanan sehari. Pada hakekatnya
cukup makan makanan yang digoreng atau biasa yang disebut gorengan 1 potong
setiap kali makan (Ronal, 2006).
Namun, perlu diperhatikan asupan lemak yang terlalu rendah pada remaja
puteri juga mengakibatkan energi yang dikonsumsi tidak mencukupi, karena 1 gram
lemak menghasilkan 9 kalori. Pembatasan lemak hewani dapat mengakibatkan
asupan Fe dan Zn juga rendah, dikarenakan bahan makanan hewani merupakan
sumber Fe dan Zn. Fe berfungsi untuk pertumbuhan remaja, Fe digunakan untuk
membentuk sel-sel darah merah, dikonveksi menjadi hemoglobin, beredar keseluruh
jaringan tubuh yang berfungsi sebagai pembawa oksigen. Kebutuhan Fe pada remaja
puteri harus tinggi disebabkan remaja puteri kehilangan Fe selama menstruasi,
apabila kebutuhan Fe remaja puteri kurang akan mengakibatkan anemia gizi besi.
Sedangkan Zn berfungsi untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja,
kekurangan Zn dapat menyebabkan timbulnya kelambatan pertumbuhan, gangguan
penyembuhan luka, kulit kering, dan gangguan selera makan. Untuk itu, diet tinggi
karbohidrat ini sangat berbahaya bagi remaja puteri (Saraswati, 2006).

Universitas Sumatera Utara

41

2. Diet tinggi protein
Jenis diet ini dapat menghilangkan berat badan secara drastis dalam sekejap,
yaitu dengan mengurangi asupan karbohidrat dan membebaskan asupan protein dan
lemak (Saraswati, 2006). Asumsi yang mendasari diet ini adalah dengan menekan
asupan karbohidrat, gula darah menurun dan insulin yang dihasilkan pankreas akan
berkurang. Dengan begitu, tubuh tidak dapat memproses dan mengubah lemak atau
protein dari makanan menjadi gula. Tubuh pun akan memaksa membakar persediaan
lemak tubuh (Saraswati, 2006).
Berat badan bisa hilang dalam sekejap, karena saat mengkonsumsi lemak,
tubuh akan cepat merasa kenyang, sehingga mengurangi keinginan untuk makan dan
asupan kalori berkurang. Namun, berkurangnya asupan kalori bukan satu-satunya
alasan turunnya berat badan. Alasan utamanya, tingginya asupan protein akan
meningkatkan frekuensi urine yang menyebabkan tubuh banyak kehilangan air.
Biasanya bisa sampai 70% air hilang selama satu minggu pertama berdiet tinggi
protein (Saraswati, 2006).
Konsumsi lemak yang berlebihan, kurang menguntungkan bagi remaja karena
dapat mengakibatkan timbunan lemak yang mengakibatkan kegemukan ataupun
dapat terjadi sumbatan pada saluran pembuluh darah jantung. Kondisi ini sangat
mengganggu kesehatan jantung. Untuk itu, diet tinggi protein ini sangat berbahaya
bagi remaja puteri (Saraswati, 2006).
3. Diet Anti Karbohidrat
Saat ini banyak orang yang berpuasa atau pantang makan nasi atau pantang
makan makanan yang berkarbohidrat. Dengan mengurangi asupan makanan

Universitas Sumatera Utara

42

berkarbohidrat, produksi insulin akan berkurang dan tubuh bakal menggunakan
cadangan lemak. Dengan minimnya asupan karbohidrat, jumlah kalori akan turun dan
otomatis berat badan akan berkurang (Saraswati, 2006).
Program diet ini membuat orang cepat kurus, mengingat asupan karbohidrat
dibatasi. Biasanya hanya dianjurkan hanya mengkonsumsi buah dan sayur, sehingga
asupan kalori sangat minim dan tubuh pun banyak kehilangan air dan sudah tentu
berat badan ikut turun (Saraswati, 2006).
Sebaiknya karbohidrat jangan dipantangkan secara berlebihan. Karena sumber
energi kita untuk bisa beraktivitas sehari-hari dan berkonsentrasi dalam belajar ada
didalam karbohidrat. Jika ingin melakukan diet anti karbohidrat ini, pilihlah
karbohidrat kompleks, misalnya yang berasal dari beras tumbuk, beras merah,sereal,
dan sebagainya. Kelebihan dari nasi tumbuk yaitu terdapat pada kulit arinya yang
mengandung vitamin B, besi, seng, kalsium, selenium, magnesium, dan kromium
(baik untuk keseimbangan gula darah) juga mengandung serat (Saraswati, 2006).
Porsi terbesar kebutuhan kalori tubuh dipenuhi oleh karbohidrat, yang juga
merupakan komponen zat gizi / nutrien terbanyak dalam makanan sehari-hari dan
terjangkau oleh masyarakat luas. Dalam diet seimbang di Indonesia, dianjurkan 5060% kebutuhan kalori berasal dari karbohidrat. Kegunaan utama dari karbohidrat
adalah sebagai sumber utama energi, kegunaan lainnya adalah sebagai energi
cadangan, komponen struktur sel, dan sumber serat (Sayogo, 2006).
Program diet ini sulit sekali dilakukan. Orang pun akan cepat bosan karena
tubuh sangat membutuhkan karbohidrat. Tanpa karbohidrat tubuh akan lemas, tidak
mampu beraktivitas, dan sulit berkonsentrasi. Akibatnya, berat badan akan rentan

Universitas Sumatera Utara

43

kembali naik, melebihi sebelum melakukan diet / yoyo syndrome(turun naiknya berat
badan). Untuk itu diet anti karbohidrat sangat berbahaya bagi remaja puteri
(Saraswati, 2006).
2.5.2

Olahraga
Menurut Sadoso Sumosardjuno, pakar kesehatan olahraga dan pimpinan

Manggala Health Screening Center, Jakarta, cara menurunkan berat badan secara
sehat yang terbaik adalah dengan mengatur makanan disertai olahraga. Selain itu
olahraga juga merupakan aktivitas untuk melatih tubuh, tidak hanya secara jasmani
tetapi juga rohani (Anonim, 2008).
Menurut Ginanjar dalam akbar (2014), olahraga pada dasarnya berisi kegiatan
yang berorientasi pada gerak dan pelaksanaannya tergantung pada kemampuan dan
tujuan apa yang hendak dicapai oleh pelakunya. Hal ini mengindikasikan bahwa
kegiatan olahraga secara teratur menunjang kehidupan manusia sehari-hari. Berbagai
manfaat olahraga bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari yaitu meningkatkan
kesehatan, meningkatkan kebugaran serta daya tahan otot, dapat mengatur berat
badan, dan lain-lain.
Olahraga merupakan hal yang tidak boleh dilupakan. Karena diet tanpa
olahraga tidak akan menghasilkan bentuk tubuh yang ideal seperti yang didambakan,
dengan berolahraga kita dapat membakar lemak-lemak yang berlebihan yang terdapat
di dalam tubuh. Dalam berolahraga, yang perlu diperhatikan adalah intensitas latihan,
lamanya latihan, serta frekuensi latihan. Takaran intensitas latihan untuk berolahraga
aerobic, seperti lari, lari ditempat, berenang, bersepeda, bersepeda stasioner, jala kaki

Universitas Sumatera Utara

44

dan lain-lain dapat diketahui dari denyut nadi. Dengan menghitung denyut nadi, dapat
diketahui apakah intensitas latihan sudah cukup atau masih kurang (Azwar, 2004).
Denyut nadi dapat dihitung dengan meraba pergelangan tangan menggunakan
jari telunjuk dan jari tengah. Denyut nadi maksimal yang boleh dicapat adalah 220
minus umur (dalam tahun). Sebaiknya kita berlatih sampai denyut nadi antara 7085% dari denyut nadi maksimal (idealnya 72-87%). Bilangan antara 70-85% denyut
nadi ini disebut target zone atau zona latihan. Kalau berlatih dengan intensitas
dibawah 70% dari denyut nadi maksimal, akan kurang tampak manfaatnya. Biasanya
kita malah akan menjadi gemuk karena rangsangan nafsu makan akan besar. Berlatih
melampaui 85% denyut nadi maksimal tidak dibolehkan (Azwar, 2004).
Agar latihan ada pengaruhnya terhadap jantung dan peredaran darah,
sebaiknya latihan dilakukan hingga mencapai zona latihan dan terus diusahakan
berada dalam zona itu paling sedikit 20-45 menit. Frekuensi latihan paling sedikit tiga
hari seminggu. Bagi yang kegemukan bisa 5-6 hari seminggu. Menurut Sadoso, jalan
kaki merupakan salah satu olahraga yang teraman, membakar cukup banyak kalori,
mudah dan murah (Anonim, 2008).
2.5.3 Obat Pelangsing
Ketika berat badan sudah jauh dari kata normal, tidak jarang jalan pintas pun
ditempuh, seperti mengkonsumsi obat-obatan untuk melangsingkan tubuh.

Obat

pelangsing merupakan obat yang berfungsi untuk menurunkan berat badan agar berat
badan dapat menyusut. Obat pelangsing kerap menjadi cara alternatif yang dianggap
jitu. Padahal, mengkonsumsi obat pelangsing secara sembarangan bisa menimbulkan
efek samping yang membahayakan kesehatan. Cara kerja obat pelangsing adalah

Universitas Sumatera Utara

45

membuang lemak di dalam tubuh dan menekan selera makan. Dalam dunia
kedokteran, ada beberapa macam obat pelangsing yang memiliki sifat dan cara
kerjanya bermacam-macam. Ada yang menekan nafsu makan, mempercepat rasa
kenyang, meningkatkan absorpsi lemak, dan bulk fillers (pengganjal perut)
(Wirakusumah, 2001).
Sebenarnya mengkonsumsi obat pelangsing tidak dilarang, asalkan kita mau
mengikuti segala pengarahan dan petunjuk dokter. Namun sebelum memutuskan
untuk menggunakan obat pelangsing, ada hal yang perlu dipahami, yaitu bahwa obat
pelangsing tidak akan pernah bisa menurunkan berat badan apabila tidak disertai
dengan pola makan yang benar dan olahraga yang rutin (Anonim, 2008).
Ada banyak jenis obat pelangsing yang ditawarkan dipasaran, antara lain :
1. Obat pencahar yang bersifat laksatif atau menguras perut kerap digunakan untuk
menurunkan berat badan. Padahal, jika digunakan tidak tepat akan berbahaya
karena dapat mengakibatkan infeksi pencernaan hingga dehidrasi.
2. Obat diuretik adalah obat yang menimbulkan k