Hubungan Perilaku Cuci Tangan dengan Jumlah Koloni Kuman pada Telapak Tangan Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kuman
Bentuk kehidupan dari dari dunia mikroba yang kali pertama diamati adalah
bakteri atau kuman. Bakteri pertama kali diamati oleh seorang Belanda bernama
Anthony van Leeuwenhoek pada tahun 1973, ia berhasil menemukan suatu bentuk
kehidupan yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang yang kemudian
dinamakan animalcules, yang tidak lain bakteri atau kuman (Tim Mikrobiologi
FK UI, 2003).
Kuman merupakan istilah awam yang identik dengan bakteri, yaitu organisme
bersel

satu

yang

hanya

bisa

dilihat


dengan

bantuan

mikroskop

(http://health.kompas.com/read/2016/07/11/10324630/beda.kuman.virus.bakteri).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kuman adalah nama lain dari
bakteri.
2.2

Bakteri

2.2.1 Pengertian
Bakteri adalah sel prokariotik yang khas uniselular dan tidak mengandung
struktur yang terbatasi membran di dalam sitoplasmanya. Sel-selnya secara khas,
berbentuk bola seperti batang atau spiral. bakteri yang khas berdiameter sekitar
0,5 sampai 1,0 µm dan panjangnya 1,5 sampai 2,5 µm. Reproduksi terutama
dengan pembelahan biner sederhana yaitu suatu proses aseksual. Beberapa bakteri

dapat tumbuh pada suhu 0oC, ada yang tumbuh dengan baik pada sumber air

6

Universitas Sumatera Utara

7

panas yang suhunya 90oC atau lebih. Kebanyakan tumbuh pada berbagai suhu
diantara kedua ekstrim ini. Bakteri menimbulkan berbagai perubahan kimiawi
pada substansi yang ditumbuhinya, mereka mampu menghancurkan banyak zat
(Pelczar, 1986).
Menurut Yulika H (2009), bakteri adalah salah satu golongan organisme
prokariotik (tidak mempunyai selubung inti). Bakteri sebagai makhluk hidup tentu
memiliki informasi genetik berupa DNA, tapi tidak terlokalisasi dalam tempat
khusus (nukleus) dan tidak ada membrane inti. Bentuk DNA bakteri adalah
sirkuler, panjang dan biasa disebut nukleoid. Pada DNA bakteri tidak mempunyai
intron dan hanya tersusun atas ekson saja. Bakteri juga memiliki DNA
ekstrakromosomal yang tergabung menjadi plasmid yang berbentuk kecil dan
sirkuler.

2.2.2

Klasifikasi Bakteri
Menurut Jawetz (2004), hasil pewarnaan mencerminkan perbedaan dasar

dan kompleks pada sel bakteri (struktur dinding sel), sehingga bakteri
diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu bakteri Gram-positif dan bakteri
Gram-negatif.
1.

Bakteri Gram-negatif


Bakteri Gram Negatif Berbentuk Batang (Enterobacteriacea ).
Bakteri gram negatif berbentuk batang habitatnya adalah usus manusia dan
binatang. Enterobacteriaceae meliputi Escherichia, Shigella, Salmonella,
Enterobacter, Klebsiella, Serratia, Proteus). Beberapa organisme seperti
Escherichia coli merupakan flora normal dan dapat menyebabkan

Universitas Sumatera Utara


8

penyakit, sedangkan yang lain seperti salmonella dan shigella merupakan
patogen yang umum bagi manusia.


Pseudomonas, Acinobacter dan Bakteri Gram Negatif Lain. Pseudomonas
aeruginosa bersifat invasif dan toksigenik, mengakibatkan infeksi pada

pasien dengan penurunan daya tahan tubuh dan merupakan patogen
nosokomial yang penting .


Vibrio Campylobacter, Helicobacter , dan bakteri lain yang berhubungan.

Mikroorganisme ini merupakan spesies berbentuk batang Gram-negatif
yang tersebar luas di alam. Vibrio ditemukan didaerah perairan dan
permukaan air. Aeromonas banyak ditemukan di air segar dan terkadang
pada hewan berdarah dingin.



Haemophilus , Bordetella , dan Brucella Gram negatif Hemophilis
influenza tipe b merupakan patogen bagi manusia yang penting.



Yersinia, Franscisella dan Pasteurella . Berbentuk batang pendek Gram-

negatif yang pleomorfik. Organisme ini bersifat katalase positif, oksidase
positif, dan merupakan bakteri anaerob fakultatif.
2.

Bakteri Gram-positif


Bakteri gram positif pembentuk spora : Spesies Bacillus dan Clostridium.
Kedua spesies ini terdapat dimana-mana, membentuk spora, sehingga
dapat hidup di lingkungan selama bertahun-tahun. Spesies Basillus bersifat
aerob, sedangkan Clostridium bersifat anaerob obligat. Bakteri Grampositif Tidak Membentuk Spora: Spesies Corynebacterium, Listeria,

Propionibacterium,

Actinomycetes.

Beberapa

anggota

genus

Universitas Sumatera Utara

9

Corynebacterium dan kelompok Propionibacterium merupakan flora

normal pada kulit dan selaput lender manusia .


Staphylococcus. Berbentuk bulat, biasanya tersusun bergerombol yang


tidak teratur seperti anggur. Beberapa spesies merupakan anggota flora
normal pada kulit dan selaput lendir, yang lain menyebabkan supurasi dan
bahkan

septikemia

fatal.

Staphylococcus

yang

patogen

sering

menghemolisis darah, mengkoagulasi plasma dan menghasilkan berbagai
enzim ekstraseluler. Tipe Staphylococcus yang berkaitan dengan medis
adalah


Staphylococcus

aureus,

Staphylococcus

epidermidis

dan

Staphylococcus saprophyticus.



Streptococcus. Merupakan bakteri gram-positif berbentuk bulat yang

mempunyai pasangan atau rantai pada pertumbuhannya. Beberapa
streptococcus merupakan flora normal manusia tetapi lainnya bisa bersifat


patogen pada manusia. Ada 20 spesies diantaranya ; Streptococcus
pyogenes, Streptococcus agalactiae, dan jenis Enterococcus.

2.2.3

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri
Banyak bakteri heterotrof tidak dapat tumbuh kecuali diberikan faktor-

faktor pertumbuhan, yaitu :
1. Oksigen (O2)
Berdasarkan keperluan akan oksigen, kuman dibagi menjadi 5 golongan, yaitu
kuman anaerob obligat (tanpa O2) , kuman anaerob toleran (perlu O2), kuman
anaerob fakultatif (dapat tumbuh dengan atau tanpa O2), kuman aerob obligat

Universitas Sumatera Utara

10

(perlu O2 dalam jumlah besar) dan kuman mikroaerofilik (tumbuh baik pada
O2 yang rendah).

2. Potensi oksidasi-reduksi (Eh)
Eh suatu perbenihan merupakan faktor yang menentukan apakah suatu kuman
yang dibiakkan dapat tumbuh atau tidak. Kuman-kuman anaerob tidak
mungkin tumbuh kecuali apabila Eh perbenihan mencapai – 0,2 volt.
3. Temperature (suhu)
Tiap-tiap kuman mempunyai temperature optimum yaitu di mana kuman
tersebut tumbuh sebaik-baiknya, dan batas temperature di mana pertumbuhan
dapat terjadi. Oleh karena kuman-kuman yang pathogen bagi manusia
biasanya tumbuh dengan baik pada 37oC. salah satu contoh yang baik adalah
pada pembiakan kuman Mycobacterium leprae.
4. pH
PH perbenihan juga mempengaruhi pertumbuhan kuman. Kebanyakan kuman
yang pathogen mempunyai pH optimum 7,2 – 7,6.
5. Kekuatan ion dan tekanan osmotic
Faktor-faktor seperti tekanan osmotic dan konsentrasi garam juga perlu
diperhatikan terutama bagi kuman-kuman yang berasal dari air laut dan kuman
yang diadaptasikan terhadap pertumbuhan larutan gula berkadar tinggi
(Suharto dan Aidilfiet Chatim, 1993).

Universitas Sumatera Utara


11

2.2.4

Jenis Bakteri yang Ada pada Kulit Manusia
Pada tahun 1938, Rice seorang peneliti bakteriologi kulit yang terkenal

mengatakan ada dua jenis kehidupan bakteri yaitu flora atau bakteri yang transient
(singgah) dan flora resident (menetap).
Bakteri transient tidak begitu banyak terdapat di bagian-bagian kulit yang
bersih dan terbuka. Biasanya, bakteri ini terbawa oleh sentuhan telapak tangan
dalam kegiatan hidup sehari-hari. Karena itu, jenis dan sifat organisme umumnya
tergantung pada sifat kerja dan kegiatan hidup seseorang sehari-hari. Bakteri yang
singgah menempel pada kulit, biasanya dalam lemak dan kotoran, dan banyak
dijumpai pula di bawah kuku jari. Bakteria ini, yang pathogenik maupun yang
tidak, bisa dihilangkan dengan mencuci tangan secara menyeluruh dan seringkali
(Wolff dkk, 1984).
Bakteri resident, jumlah dan jenisnya tetap. Dijumpai dalam lipatan, celah
kulit, dan menempel lekat pada kulit. Bakteri resident tidak bisa dengan mudah
dilepaskan dari kulit dengan mencucinya (dengan sabun dan air), kecuali jika
digosok dengan sikat, dan bakteri ini tidak begitu mudah menjadi lemah karena
antiseptik dibandingkan bakteri transient. Sebagian bakteri ini melekat begitu
dalam pada kulit sehingga tidak akan keluar sebelum kulit digosok selama 15
menit atau lebih. Untuk tujuan praktis, tidaklah mungkin membersihkan kulit dari
semua bakteri (Wolff dkk, 1984).
Bakteri transient (singgah) bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan
kulit jika bakterinya berjumlah banyak untuk waktu yang cukup lama, lalu
menjadi bakteri yang menetap. Misalnya jika seseorang dalam dalam jangka

Universitas Sumatera Utara

12

waktu tertentu terus-menerus mengurusi benda-benda yang terkontaminasi, maka
organisme yang terdapat pada benda-benda tersebut, meskipun sesungguhnya
bersifat transient (singgah), lama-kelamaan bisa menjadi menetap (transient). Jika
flora tersebut mengandung organisme pathogenik, maka dapat menjadi pembawa
(carrier ) organisme tertentu. Untuk mencegah flora yang singgah menjadi
menetap, maka perlu dilakukan cuci tangan dengan segera setelah setiap kali
bersentuhan dengan benda-benda yang terkontaminasi terutama jika benda-benda
tersebut mengandung organisme pathogenik. Pentingnya mencuci tangan sesering
mungkin dan secara menyeluruh menjadi jelas, karena para perawat dalam
kegiatan kerja mereka seringkali bersentuhan dengan benda-benda yang
terkontaminasi dan organisme yang mengandung bibit penyakit (Wolff dkk,
1984).
2.2.5

Bakteri yang sering ditemukan pada Tangan Manusia
Bakteri banyak ditemukan disekitar manusia. Seperti tangan manusia yang

banyak berinteraksi dengan dunia luar. Banyak sekali jenis-jenis bakteri yang
terdapat ditangan manusia. Adapun beberapa jenis bakteri yang sering terdapat
ditangan, diantaranya :
1) Escherichia coli
Escherichia coli adalah kuman oportunis yang banyak ditemukan di dalam

usus besar manusia sebagai flora normal. Sifatnya unik karena dapat
menyebabkan infeksi primer pada usus misalnya diare pada anak dan travelers
diarrhea , seperti juga kemampuannya menimbulkan infeksi pada jaringan tubuh

Universitas Sumatera Utara

13

lain di luar usus. Genus Escherichia terdiri dari 2 spesies yaitu: Escherichia coli
dan Escherichia hermanii (Karsinah dkk, 1994).
Morfologi E. coli adalah bakteri Gram negatif yang berbentuk pendek
(kokobasil), berukuran 0,4-0,7 µm, bersifat anaerobic fakultatif dan mempunyai
flagella peritrikal. Bentuk sel dari bentuk coocal hingga membentuk sepanjang
ukuran filamentous. Tidak ditemukan spora. Selnya bisa terdapat tunggal,
berpasangan, dan dalam rantai pendek, biasanya tidak berkapsul (Jawetz dkk,
2004).
E. coli dihubungkan dengan tipe penyakit usus (diare) pada manusia:

Enteropathogenic E. coli menyebabkan diare, terutama pada bayi dan anak-anak
di negara-negara sedang berkembang dengan mekanisme yang belum jelas
diketahui. Frekuensi penyakit diare yang disebabkan oleh strain kuman ini sudah
jauh berkurang dalam 20 tahun terakhir (Karsinah dkk, 1994).
Menurut Karsinah, Lucky H.M., Suharto dan Mardiastuti (1994),
penyakit-penyakit lain yang disebabkan oleh E. coli adalah: infeksi saluran kemih
(85% kasus), pneumonia (± 50% dari primary Nosocomial Pneumonia ),
meningitis pada bayi baru lahir dan infeksi luka terutama luka di dalam abdomen.
2) Salmonella sp
Organisme yang berasal dari genus Salmonella adalah agen penyebab
bermacam-macam infeksi, mulai dari gastroenteritis yang ringan sampai dengan
demam tifoid yang berat disertai bakteremia. Salmonella sp. adalah bakteri bentuk
batang, pada pengecatan gram berwarna merah 5 muda (gram negatif). Salmonella
sp. berukuran 2µ sampai 4µ × 0,6µ, mempunyai flagel (kecuali S. gallinarum dan

Universitas Sumatera Utara

14

S. pullorum), dan tidak berspora. Habitat Salmonella sp. adalah di saluran

pencernaan (usus halus) manusia dan hewan. Suhu optimum pertumbuhan
Salmonella sp. ialah 37oC dan pada pH 6-8.

Ewing mengklasifikasikan Salmonella ke dalam 3 spesies yaitu: 1.
Salmonella choleraesuis, 2. Salmonella typhi, 3. Salmonella enteritidis, dan

kuman dengan tipe antigenic yang lain dimasukkan ke dalam serotip dari
Salmonella parathypi enteritidis bukan sebagai spesies baru lainnya (Karsinah

dkk, 1994).
Dalam

skema

kauffman

dan

white

tatanama

Salmonella

sp.

dikelompokkan berdasarkan antigen atau DNA yaitu kelompok I enteric, II
salamae, IIIa arizonae, IIIb houtenae, IV diarizonae, V bongori, dan VI indica.

Komposisi dasar DNA Salmonella sp. adalah 50-52 mol% G+C mirip dengan
Escherichia, Shigella, dan Citrobacter

(Todar, 2008). Namun klasifikasi atau

penggunaan tatanama yang sering dipakai pada Salmonella sp. berdasarkan
epidemiologi , jenis inang, dan jenis struktur antigen (misalnya S. typhi, S.
thipirium). Jenis atau spesies Salmonella sp. yang utama adalah S. typhi (satu

serotipe). Sedangkan spesies S. paratyphi A, S.paratyphi B, S. paratyphi C
termasuk dalam S. enteritidis (Jawetz dkk, 2004).
3) Shigella

Menurut Karsinah, Lucky H.M., Suharto dan Mardiastuti (1994), Shigella
spesies adalah kuman patogen usus yang telah lama dikenal sebagai agen

penyebab penyakit disentri basiler. Berada dalam tribe Escherichiae karena sifat
genetic yang saling berhubungan, tetapi dimasukkan dalam genus tersendiri yaitu

Universitas Sumatera Utara

15

genus Shigella karena gejala klinik yang disebabkannya bersifat khas. Sampai saat
ini terdapat 4 spesies Shigella yaitu: Shigella dysenteriae, Shigella flexneri,
Shigella boydii dan Shigella sonnei.

Morfologi dan identifikasi Shigella adalah bakteri Gram negatif berbentuk
batang, berukuran 0,5-0,7 µm x 2-3 µm dan tidak berflagel, tidak membentuk
spora, bila ditanam pada media agar tampak koloni yang konveks, bulat,
transparan dengan pinggir-pinggir utuh. Shigella merupakan bakteri dengan
habitat alamiah usus besar manusia. Disentri basiler atau Shigellosis adalah infeksi
usus akut yang disebabkan oleh Shigella (Karsinah dkk, 1994).
Menurut Karsinah, Lucky H.M., Suharto dan Mardiastuti (1994),
Shigellosis dapat menyebabkan 3 bentuk diare yaitu: 1. Disentri klasik dengan
tinja yang konsisten lembek disertai darah, mulus dan pus, 2. Waterydiarrhea dan
3. Kombinasi keduanya. Masa inkubasinya adalah 2 – 4 hari, atau bisa lebih lama
sampai 1 minggu. Oleh orang yang sehat dierlukan 200 kuman untuk
menyebabkan sakit. Kuman masuk dan berada di usus halus, menuju terminal
ileum dan kolon, melekat pada permukaan mukosa dan menembus lapisan epitel
kemudian berkembang biak di dalam lapisan mukosa. Berikutnya terjadi reaksi
peradangan yang menimbulkan tukak pada mukosa usus.
4) Giardia Lamblia
Giardia Lamblia ditemukan kosmopolit dan penyebarannya tergantung

dari golongan umur yang diperiksa dan sanitasi lingkungan. Giardia Lamblia
mempunyai 2 bentuk, yaitu tropozoit dan kista. Bentuk tropozoit bilateral simetris
seperti buah jambu monyet dengan bagian anterior membulat dan posterior

Universitas Sumatera Utara

16

meruncing. Parasit ini berukuran 10-20 mikron panjang dengan diameter 7-10
mikron. Di bagian anterior terdapat sepasang inti berbentuk oval. Di bagian
ventral anterior terdapat isap berbentuk seperti cakram cekung yang berfungsi
untuk perlekatan di permukaan sel epitel. Terdapat dua batang yang agak
melengkung melintang di posterior batil isap, yang disebut benda parabasal.
Tropozoit mempunyai delapan flagel, sehingga bersifat motil. G. Lamblia tidak
mempunyai mitokondria, peroxisome, hydrogenisomes, atau organel subselular
lain untuk metabolisme energi.
Bentuk kista oval dan berukuran 8-12 mikron dan mempunyai dinding
yang tipis dan kuat dengan sitoplasma berbutirhalus. Kista yang baru terbentuk
mempunyai dua inti, sedangkan kista matang mempunyai empat inti yang terletak
di satu kutub.
Melekatnya Giardia Lamblia pada sel epitel usus halus tidak selalu
menimbulkan gejala. Bila ada, hanya berupa iritasi ringan. Perubahan
histopatologi pada mukosa dapat minimal berat hingga menyebabkan atrofi vilus,
kerusakan eritrosit, dan hyperplasia kriptus, seperti tampak pada sindrom
malabsorbsi. Terdapat korelasi antara derajat kerusakan vilus dengan malabsorbsi.
Tekanan hisapan dari perlekatan tropozoit menggunakan batil isap dapat merusak
mikrovili dan mengganggu proses absorbs makanan. Selain itu multiplikasi
tropozoit dengan belah pasang longitudinal akan menghasilkan sawar antara sel
epitel usus dengan lumen usus yang mengganggu proses absorbs makanan dan
nutrient. Tropozoit tidak selalu penetrasi ke epitel tetapi dalam kondisi tertentu
tropozoit dapat menginvasi jaringan seperti kandung empedu dan saluran kemih.

Universitas Sumatera Utara

17

Setengah dari orang yang terinfeksi G. Lamblia asimtomatik dan sebagian
besar dari mereka menjadi pembawa (carrier). Gejala yang sering terjadi adalah
diare berkepanjangan, dapat ringan dengan produksi tinja semisolid atau dapat
intensif dengan produksi tinja cair. Jika tidak diobati diare akan berlangsung
hingga berbulan-bulan. Infeksi kronik dicirikan dengan steatore karena gangguan
absorbs lemak serta terdapat gangguan absobsi karoten, folat, dan vitamin B12.
Penyerapan bilirubin oleh G.Lamblia menghambat aktivitas lipase pankreatik.
Kelainan fungsi usus halus ini disebut sindrom malabsorbsi klasik dengan gejala
penurunan berat badan, kelelahan, kembung, feses berbau busuk. Selain itu,
sebagian orang dapat mengeluhkan ketidaknyamanan epigastrik, anoreksia, dan
nyeri.
2.2.6

Standar Angka Kuman pada Tangan Manusia
Jumlah kuman pada tangan sebelum cuci tangan menurut referensi adalah :
Lokasi pada tangan

Kepadatan Bakteri

1.

Dibawah

61.368 CFU/cm2

2.

Telapak tangan

847 CFU/cm2

3.

Punggung tangan

250 CFU/cm2

4.

Disela jari

223 CFU/cm2

5.

Diatas kuku jari

89 CFU/cm2

( number of Microorganisms on Your Hands Fierer, 2009)

Universitas Sumatera Utara

18

2.3

Perilaku

2.3.1

Konsep Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup)

yang bersangkutan. Sehingga pada hakekatnya perilaku manusia adalah tindakan
atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat
luas. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku
(manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2012).
Menurut Notoatmodjo

(2012)

yang mengutip pendapat

Skinner,

merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses
adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut
merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus Organisme
Respons. Skinner membedakan adanya dua respons :
1. Respondent respons atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus ini disebut eliciting
stimulation karena menimbulkan respons-respons yang relative tetap. Misalnya,

makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang
menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent response juga mencakup
perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau
menangis.
2. Operant respons atau instrumental respons, yaitu respon yang timbul
dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.

Universitas Sumatera Utara

19

Perangsang ini disebut reinforcing stimulation

atau reinforcer,

karena

memperkuat respons. Misalnya, apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan
tugasnya dengan baik respons terhadap uraian tugasnya atau job skripsi)
kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas
kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.
2.3.2 Jenis Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2012), dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus,
maka perilaku dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Perilaku Tertutup (cover behavior )
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup (cover ). Respon atau reaksi stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
Misalnya, seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda
tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.
Bentuk perilaku tertutup lainnya adalah sikap, yakni penilaian terhadap objek.
b. Perilaku Terbuka (overt behavior )
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan
atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang
lain. Oleh sebab itu overt behavior adalah tindakan nyata atau praktik, misalnya
seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas
untuk diimunisasi, penderita TB paru minum obat secara teratur, dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

20

2.3.3

Ciri-Ciri Perilaku
Ciri-ciri perilaku manusia yang membedakan dari makhluk lain adalah:

a. Kepekaan sosial
Kepekaan

sosial

merupakan

kemampuan

manusia

untuk

dapat

menyesuaikan perilaku sesuai pandangan dan harapan orang lain. Manusia adalah
makhluk sosial yang dalam hidupnya perlu kawan dan bekerja sama dengan orang
lain.
b. Kelangsungan perilaku
Kelangsungan perilaku merupakan antara perilaku yang satu ada kaitannya
dengan perilaku yang lain, perilaku sekarang adalah kelanjutan perilaku yang baru
lalu, dan seterusnya. Dalam kata lain bahwa perilaku manusia terjadi secara
berkesinambungan bukan secara serta merta.
c. Orientasi tugas
Orientasi tugas merupakan setiap perilaku selalu memiliki orientasi pada
suatu tugas tertentu.
d. Usaha dan perjuangan
Usaha dan perjuangan pada manusia telah dipilih dan ditentukan sendiri,
serta tidak akan memperjuangkan sesuatu yang memang tidak ingin diperjuangkan
(Notoatmodjo, 2003).
2.3.4

Faktor yang Memengaruhi Perilaku
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang menurut

terdiri dari:

Universitas Sumatera Utara

21

1. Faktor Genetik atau Endogen
Faktor genetic atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk
kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal dari
dalam individu (endogen ), antara lain :
a. Jenis ras, setiap ras didunia memiliki perilaku yang spesifik, saling
berbeda satu dengan lainnya.
b. Jenis kelamin. Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari
cara berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari.
c. Sifat kepribadian. Keseluruhan pola, pikiran, perasaan, dan perilaku
yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha dalam adaptasi
yang terus menerus terhadap hidupnya.
d. Bakat pembawa. Bakat adalah kemampuan individu untuk melakukan
sesuatu yang sedikit sekali bergantung pada latihan mengenai hal
tersebut.
e. Inteligensi adalah kemampuan untuk berpikir abstrak. Intelegensi
adalah kemampuan untuk membuat kombinasi.
f. Usia. Usia dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap
pola-pola kehidupan baru dan dikenal dengan masa kreatif dimana
individu memiliki kemampuan mental untuk mempelajari dan
menyesuaikan diri pada situasi baru, seperti mengingat hal-hal yang
pernah dipelajari, penalaran analogis, berpikir kreatif serta belum
terjadi penurunan daya ingat. Masa dewasa dini memiliki rentang usia
18 tahun sampai dengan usia 40 tahun.

Universitas Sumatera Utara

22

2. Faktor Eksogen atau Faktor Dari Luar Individu
a. Faktor lingkungan. Lingkungan menyangkut segala sesuatu yang ada
disekitar individu, baik fisik, biologis maupun social.
b. Pendidikan. Pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan individu.
Proses kegiatan-kegiatan pendidikan pada dasarnya melibatkan masalah
perilaku individu maupun kelompok.
c. Agama, merupakan tempat mencari makna hidup yang terakhir atau
penghabisan.
d. Sosial ekonomi. Telah disinggung sebelumnya bahwa salah satu
lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang adalah
lingkungan sosial.
e. Kebudayaan. Kebudayaan merupakan ekspresi jiwa terwujud dalam caracara hidup dan berpikir, pergaulan hidup, seni kesusastraan, agama,
rekreasi, dan hiburan (Sunaryo, 2004).
2.3.5

Domain Perilaku
Menurut Bloom yang dikutip oleh Notoatmodjo (2012), perilaku manusia

dibagi kedalam tiga domain yaitu :
1. Pengetahuan (Knowledge)


Definisi
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan tehadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan

Universitas Sumatera Utara

23

raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior ).
Tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif mencakup 6 tingkatan, yaitu :
a. Tahu, diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan adalah mengingat kembali
(recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh :
dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak
balita.
b. Memahami,

artinya

kemampuan

untuk

menjelaskan

dan

menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui.
Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan,
memberikan contoh, dan menyimpulkan.
c. Aplikasi, yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan
hukum-hukum, rumus, metode dalam situasi nyata.
d. Analisis, artinya adalah kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam
bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih dalamsuatu struktur objek
tersebut dan masih terkait satu sama lain.

Universitas Sumatera Utara

24

e. Sintesis, yaitu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
objek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun
sendiri.
Dalam hal ini perilaku perawat tentunya diharapkan akan lebih baik dengan
adanya pengetahuan yang dimiliki, sehingga perawat melaksanakan tindakan
mencuci tangan atau

menggunakan hand sanitizer dan serangkaian tindakan

pelayanan kesehatan lainnya yang meliputi; memakai alat perlindungan diri,
pengelolaan alat kesehatan, pengelolaan jarum dan alat tajam, dan pengelolaan
limbah dalam pencegahan infeksi nosokomial.
Perilaku perawat yang berisiko tinggi tertular penyakit infeksi melalui darah
dan cairan tubuh, maka diharapkan dengan pengetahuan dan sikap yang cukup
dan benar tentang tindakan hand hygiene akan membentuk perilaku perawat yang
dapat mengurangi risiko penularan infeksi terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
2. Sikap (Attitude)


Definisi
Menurut Notoatmodjo (2012), Sikap merupakan reaksi atau respons yang

masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara
nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu
yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus social. Newcomb, salah seorang ahli psikologis social,

Universitas Sumatera Utara

25

menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak,
dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu
perilaku.
Menurut Allport yang dikutip oleh Notoatmodjo (2012), menjelaskan bahwa
sikap mempunyai tiga komponen pokok, yakni:
a. Kepercayaan (keyakinan, ide, dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan utuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai
tingkatan :
a. Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespons, yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan.
c. Menghargai, yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah.
d. Bertanggung jawab, yaitu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
telah dipilihnya dengan segala resiko.
3. Praktik atau Tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior ). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

Universitas Sumatera Utara

26

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah
fasilitas. Di samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support)
dari pihak lain. Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :
a. Respons terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh. Misalnya, seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari cara
mencuci dan memotong-motongnya, lamanya memasak, menutup pancinya, dan
sebagainya.
b. Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai
praktik tingkat kedua. Misalnya, seorang ibu yang sudah mengimunisasikan
bayinya pada umur tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.
c. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut. Misalnya, ibu dapat memilih dan memasak makanan
yang bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan yang murah dan sederhana
(Notoatmodjo, 2012).
2.3.6 Perubahan Perilaku dan Indikatornya
Secara teori perubahan perilaku seseorang menerima atau mengadosi
perilaku baru dalam kehidupannya melaui tiga tahap :

Universitas Sumatera Utara

27

1. Perubahan Pengetahuan
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku, ia harus tahu terlebih dahulu apa
arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Indikatorindikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, dapat
dikelompokkan menjadi :






Pengetahuan tentang sakit dan penyakit
Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat
Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan

2. Sikap
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya
akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut.
Indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan,
yakni :
a) Sikap terhadap sakit dan penyakit
b) Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat
c) Sikap terhadap kesehatan lingkungan
3. Praktik atau Tindakan
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian
mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses
selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang
diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Indikator praktik kesehatan juga
mencakup hal-hal tersebut di atas yakni :
a) Tindakan sehubungan dengan penyakit

Universitas Sumatera Utara

28

b) Tindakan pemeliharaan dan pengingkatan kesehatan
c) Tindakan kesehatan lingkungan
2.3.7

Konsep Perilaku Kesehatan

a. Definisi perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah suatu tanggapan sekarang terhadap rangsangan
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan
dan lingkungan (Sunaryo, 2004).
b. Jenis Perilaku Kesehatan
Menurut Skinner yang dikutip oleh Notoatmodjo (2012), batasan perilaku
adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang
berkaitan dengan dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman,
serta lingkungan. Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan
menjadi tiga kelompok yaitu :
1) Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintenance)
Merupakan perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2) Perilaku Kesehatan Lingkungan
Merupakan bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan
fisik maupun sosial budaya dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhinya.
c. Kewaspadaan untuk perawat dalam melakukan cuci tangan steril
Pakaian atau seragam scub perawat harus tetap kering. Air mengalir
berdasarkan gravitasi dari ujung jari ke siku. Jadi mempertahankan tangan tetap

Universitas Sumatera Utara

29

tinggi sehingga memungkinkan air mengalir dari area yang kurang terkontaminasi
ke area yang paling terkontaminasi. Bila perawat ingin menggunakan sarung
tangan steril di area regular, perawat tidak perlu menyikat atau mengeringkan
tangan dengan handuk steril. Dengan penyabunan dan penggosokan yang
dilakukan dua kali sesuai prosedur akan menjamin tangan bersih. Pada situasi ini
perawat dapat menggunakan handuk kertas untuk pengeringan. Pengeringan
dimulai dari area yang paling bersih ke area yang kurang bersih. Pengeringan
mencegah kulit kering dan memudahkan penggunaan sarung tangan (Perry &
Potter, 2005).
2.4

Cuci Tangan

2.4.1. Pengertian Cuci Tangan
Awal konsep mencuci tangan dengan bahan antiseptik muncul di awal
abad

ke-19.

Pada

awal

tahun

1822,

seorang

ahli

Farmasi

Perancis

mendemonstrasikan larutan yang mengandung klorida pada limun atau soda yang
dapat menghilangkan bau busuk mayat manusia dan dapat digunakan sebagai
desinfektan dan antiseptik. Dalam tulisannya yang dipublikasikan pada tahun
1825, ahli farmasi tersebut menyatakan bahwa dokter ataupun orang yang
mendatangi pasien dengan penyakit berbahaya dapat terhindar dari penyakit
tersebut dengan menggosok tangannya menggunakan cairan yang menggunakan
klorida tersebut (Boyce dan Pittlet, 2002; Nasution, 2007).
Menurut Novi Hediyani (2012) yang mengutip Depkes RI, mencuci tangan
adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit
tangan dengan menggunakan sabun biasa. Kebersihan tangan adalah elemen inti

Universitas Sumatera Utara

30

untuk melindungi pasien terhadap infeksi nosokomial. Mencuci tangan dengan
cara menggosok tangan menggunakan alkohol adalah prosedur yang sederhana
dan ringan yang membutuhkan hanya beberapa detik. Sedangkan menurut Perry &
Potter (2005), mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam
pencegahan dan pengontrolan infeksi.
Mencuci tangan merupakan syarat utama yang harus dipenuhi sebelum
melakukan tindakan keperawatan misalnya: memasang infus, mengambil
specimen. Infeksi yang diakibatkan dari pemberian pelayanan kesehatan atau
terjadi pada fasilitas pelayanan kesehatan. Infeksi berhubungan dengan prosedur
diagnostik atau terapeutik dan sering termasuk memanjangnya waktu tinggal di
rumah sakit.
Cuci tangan harus dilakukan dengan baik dan benar sebelum dan setelah
melakukan tindakan perawatan meskipun menggunakan sarung tangan atau alat
pelindung lain. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi
mikroorganisme yang ada pada tangan sehingga penyebaran penyakit dapat
dikurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi.
2.4.2. Tujuan Mencuci Tangan
Tujuan mencuci tangan adalah menghilangkan kotoran dan debu secara
mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara.
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa dengan mencuci tangan dapat
menurunkan jumlah kuman di tangan hingga 58%. Menurut Susianti (2008),
tujuan dilakukan cuci tangan yaitu untuk mengangkat mikroorganisme yang ada

Universitas Sumatera Utara

31

di tangan, mencegah infeksi silang (cross infection), menjaga kondisi steril,
melindungi diri dan pasien dari infeksi, memberikan perasaan segar dan bersih.
Tujuan mencuci tangan merupakan salah satu unsur pencegahan penularan
infeksi. Karena penularan penyakit dapat terjadi ketika orang yang terinfeksi tidak
mencuci tangan dengan benar kemudian langsung menyentuh atau mengolah
makanan dan makanan tersebut dikonsumsi orang lain. Mencuci tangan juga dapat
menurunkan bioburden (jumlah mikroorganisme) pada

tangan dan untuk

mencegah penyebarannya ke area yang tidak terkontaminasi, seperti pasien,
tenaga perawatan kesehatan, dan peralatan.
Tujuan mencuci tangan dalam Palmer (1984) adalah :
1. Mencuci tangan dapat mengurangi kontaminasi tangan dan mencegah
penyebaran bakteri pathogen yang dapat menular , temasuk para medis.
2. Mencuci tangan sangat penting bagi pelayan rumah sakit (perawat dan
dokter) dalam mencegah infeksi nosokomial, ini diketahui sejak 100 tahun
yang lalu oleh Semmelweis.
3. Mencuci tangan adalah cara yang telah lama dilakukan, paling sederhana, dan
sesuai dengan yang kita butuhkan untuk mencegah penyebaran agen infeksi
dari satu orang ke orang lain. Saat ini infeksi nosokomial tetap menjadi
masalah utama.
4. Untuk mencegah dan mengontrol infeksi nosokomial.
Perilaku cuci tangan oleh tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat
menunjukkan bahwa sebagian besar petugas tersebut tidak melaksanakan cuci
tangan. Hal ini terlihat pada waktu petugas akan memeriksa pasien, baik saat

Universitas Sumatera Utara

32

pertama kali atau pergantian dari pasien satu ke pasien lainnya. Mereka pada
umumnya mencuci tangan setelah selesai melakukan pemeriksaan pasien
keseluruhannya. Kondisi seperti ini dapat memicu terjadinya infeksi nosokomial
yang dikenal dengan Healthcare Associated Infection (Musadad, dkk, 1993).
Mencuci

tangan

dengan

menggunakan

sabun

bertujuan

untuk

meminimalisir keberadaan bakteri yang terdapat pada telapak tangan. Mencuci
tangan menggunakan sabun harus dilakukan dengan langkah-langkah mencuci
tangan yang benar agar bakteri yang terdapat pada tangan dapat hilang ataupun
berkurang sehingga dapat mengurangi kemungkinan untuk terjadinya infeksi pada
pasien.
2.4.3. Indikasi Mencuci tangan
Indikasi mencuci tangan menurut Badan Kesehatan Dunia atau WHO
(2006) adalah :
a. Sebelum dan sesudah kontak langsung dengan pasien, dengan atau tidak
menggunakan sarung tangan.
b. Segera setelah melepas sarung tangan (gloves).
c. Sebelum menangani peralatan invasive.
d. Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, secret, ekskresi, kulit yang tidak utuh,
dan benda yang terkontaminasi, bahkan jika menggunakan sarung tangan.
e. Selama perawatan pasien, ketika berpindah dari terkontaminasi ke tubuh
pasien.
f. Setelah bersentuhan dengan benda-benda mati di sekitar pasien

Universitas Sumatera Utara

33

Indikasi mencuci tangan menurut dalam “My 5 Moments for Hand
Hygiene”, yaitu :

a. Sebelum menyentuh pasien
b. Sebelum prosedur aseptic
c. Setelah terekspore cairan tubuh
d. Setelah menyentuh pasien
e. Setelah menyentuh benda-benda disekeliling pasien (WHO, 2006).
2.4.4. Jenis Cuci Tangan dan Cara Cuci Tangan
Cuci tangan dalam bidang medis dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu
cuci tangan medical (medical hand washing), cuci tangan surgical (surgical hand
washing) dan cuci tangan operasi (operating theatre hand washing).

Cara untuk melakukan cuci tangan tersebut dapat dibedakan dalam beberapa
teknik antara lain sebagai berikut :
a. Teknik mencuci tangan biasa
Teknik mencuci tangan biasa adalah membersihkan tangan dengan sabun
dan air bersih yang mengalir atau yang disiramkan, biasanya digunakan sebelum
dan sesudah melakukan tindakan yang tidak mempunyai resiko penularan
penyakit. Peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan biasa adalah setiap
wastafel dilengkapi dengan peralatan cuci tangan sesuai standar rumah sakit
(misalnya kran air bertangkai panjang untuk mengalirkan air bersih, tempat
sampah injak tertutup yang dilapisi kantung sampah medis atau kantung plastik
berwarna kuning untuk sampah yang terkontaminasi atau terinfeksi), alat
pengering seperti tisu, lap tangan (hand towel), sarung tangan (gloves), sabun cair

Universitas Sumatera Utara

34

atau cairan pembersih tangan yang berfungsi sebagai antiseptic, lotion tangan,
serta dibawah wastafel terdapat alas kaki dari bahan handuk.
Prosedur kerja cara mencuci tangan biasa adalah:
a) Basahi kedua tangan dengan air, teteskan sabun cair secukupnya diatas
telapak tangan, lalu gosoklah kedua telapak tangan dan kedua punggung
tangan apabila menggunakan sabun padat.
b) telapak kanan diatas punggung tangan kiri dan telapak kiri diatas
punggung tangan kanan, kemudian gosok kedua punggung tangan secara
bergantian dan gosok diantara jari jemari tangan secara bergantian
sehingga kena sabun.
c) Telapak dengan telapak dan jari saling terkait kemudian gosok kedua
telapak tangan dan diantara jari jemari secara bergantian sehingga kena
sabun.
d) Letakkan punggung jari padatelapak satunya dengan jari saling mengunci
pada telapak satunya secara bergantian.
e) Jempol kanan digosok memutar oleh telapak kiri dan sebaliknya,
kemudian gosok jempol dan jari-jari tangan lainnya secara memutar
bergantian kedua tangan.
f) Jari kiri menguncup, gosok memutar ke kanan dan kiri pada telapak kanan
dan sebaliknya, kemudian gosoklah ujung-ujung kuku pada telapak tangan
sehingga busa sabun masuk kedalam sela-sela kuku, secara bergantian di
kedua tangan. Setelah selesai, siramlah kedua tangan dengan air yang

Universitas Sumatera Utara

35

mengalir, dengan kran air atau dengan air mengalir menggunakan gayung.
Setelah selesai keringkan kedua tangan dengan kain kering dan bersih.
b. Teknik mencuci tangan aseptic
Mencuci tangan aseptik yaitu cuci tangan yang dilakukan sebelum tindakan
aseptik pada pasien dengan menggunakan antiseptik. Mencuci tangan dengan
larutan disinfektan, khususnya bagi petugas yang berhubungan dengan pasien
yang mempunyai penyakit menular atau sebelum melakukan tindakan bedah
aseptic dengan antiseptik dan sikat steril. Prosedur mencuci tangan aseptik sama
dengan persiapan dan prosedur pada cuci tangan higienis atau cuci tangan biasa,
hanya saja bahan detergen atau sabun diganti dengan antiseptik dan setelah
mencuci tangan tidak boleh menyentuh bahan yang tidak steril.
c. Teknik mencuci tangan steril
Teknik mencuci tangan steril adalah mencuci tangan adalah mencuci tangan
secara steril, khusunya bila akan membantu tindakan pembedahan atau operasi.
Peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan steril adalah menyediakan bak
cuci tangan dengan pedal kaki atau pengontrol lutut, sabun antimicrobial (noniritasi, spectrum luas, kerja cepat), sikat scrub bedah dengan pembersih kuku dari
plastik, masker kertas dan topi atau penutup kepala, handuk steril, pakaian di
ruang scrub dan pelindung mata, penutup sepatu.
Prosedur cara kerja mencuci tangan steril adalah :
a) Terlebih dahulu memeriksa adanya luka terpotong atau abrasi pada tangan
dan jari, kemudian melepaskan semua perhiasan misalnya cincin atau jam
tangan.

Universitas Sumatera Utara

36

b) Menggunakan pakaian bedah sebagai proteksi perawat yaitu: penutup
sepatu, penutup kepala atau topi, masker wajah, pastikan masker menutup
hidung dan mulut dengan kencang. Selain itu juga memakai pelindung mata.
c) Menyalakan air dengan menggunakan lutut atau control dengan kaki dan
sesuaikan air untuk suhu yang nyaman.
d) Membasahi tangan dan lengan bawah secara bebas, mempertahankan tangan
atas berada setinggi siku selama seluruh prosedur.
e) Menuangkan sejumlah sabun (2 sampai 5 ml) ke tangan dan menggosok
tangan serta lengan sampai dengan 5 cm di atas siku.
f) Membersihkan kuku dibawah air mengalir dengan tongkat orange atau
pengikir. Membuang pengikir setelah selesai digunakan.
g) Membasahi sikat dan menggunakan sabun antimicrobial.
h) Menyikat ujung jari, tangan, dan lengan. Menyikat kuku tangan sebanyak 15
kali gerakan. Dengan gerakan sirkular, menyikat telapak tangan dan
permukaan anterior jari 10 kali gerakan. Menyikat sisi ibu jari 10 kali
gerakan tiap area, kemudian sikat punggung tangan sebanyak 10kali
gerakan. Seluruh penyikatan harus selesai sedikitnya 2 sampai 3 menit
i) Kemudian bilas sikat secara bersamaan dengan tepat mengingat, bagi lengan
dalam tiga bagian. Kemudian mulai menyikat setiap permukaan lengan
bawah lebih bawah dengan gerakan sirkular selama 10 kali gerakan;
menyikat bagian tengah dan lengan bawah dengan cara yang sama setelah
selesai menyikat, buang sikat yang telah dipakai. Dengan tangan fleksi,

Universitas Sumatera Utara

37

mencuci keseluruhan dari ujung jari sampai siku satu kali gerakan, biarkan
air mengalir pada siku.
j) Mengulangi langkah 8 sampai 10 untuk lengan yang lain.
k) Mempertahankan lengan tetap fleksi, buang sikat kedua dan mematikan air
dengan pedal kaki. Kemudian mengeringkan dengan handuk steril untuk
satu tangan secara seksama, menggerakkan dari jari ke siku dan
mengeringkan dengan gerakan melingkar.
l) Mengulangi metode pengeringan untuk tangan yang lain dengan
menggunakan area handuk yang lain atau handuk steril baru.
m) Mempertahankan tangan lebih tinggi dari siku dan jauh dari tubuh. Perawat
memasuki ruang operasi dan melindungi tangan dari kontak dengan objek
apa pun.
Menurut World Health Organization (2009) cara mencuci tangan dengan sabun
dan air dilakukan selama 40-60 detik adalah sebagai berikut :
a) Membasuh tangan dengan air mengalir
b) Meratakan sabun dengan kedua telapak tangan
c) Menggosok kedua tangan memutar
d) Menggosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kiri dan tangan
kanan, begitu pula sebaliknya
e) Menggosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari tangan
f) Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci
g) Menggosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya

Universitas Sumatera Utara

38

h) Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tanan
kiri dan sebaliknya
i) Menggosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan
dan melakukan sebaliknya
j) Membilas kedua tangan dengan air mengeringkan dengan handuk sekali
pakai kemudian mematikan kran dengan handuk
2.5 Ketetapan dalam Mencuci Tangan pada Petugas Kesehatan
Menurut Boyce J.M (2002), mencuci tangan dilakukan oleh petugas
kesehatan :
 Jika kulit rusak atau diperlukan cuci tangan yang sering, sabun lembut
(tanpa bahan antiseptik) dapat digunakan untuk menghilangkan kotoran
dan debu.


Apabila dikehendaki efek antimikroba (misalnya sebelum suatu tindakan
invasive atau kontak dengan pasien yang rentan seperti pasien AIDS atau
bayi baru lahir) penggosok tangan berbasis alkohol tanpa air harus
digunakan.



Di area berisiko tinggi seperti ruang bedah dan ICU atau unit transplantasi,
langkah-langkah penggosokan tangan dengan menggunakan sikat lunak
atau spon dalam waktu singkat (setidaknya 2 menit) dapat menggantikan
penggosokan keras dengan sifat kasar selama 6-10 menit.



Untuk petugas yang sering mencuci tangannya (30 kali atau lebih pershift),
pelumas tangan dan krim harus disediakan agar dapat mengurangi iritasi
kulit. Kesehatan dan kebersihan tangan dapat dilakukan dengan kegiatan
cuci tangan rutin (dengan atau tanpa bahan antiseptik) ataupun penggosok

Universitas Sumatera Utara

39

tangan bedah dengan mempergunakan bahan dasar alkohol tanpa air.
Tujuan dan cara melakukannya masing-masing berbeda.
2.5.1 Cuci tangan sebaiknya dilakukan sebelum :


Memeriksa (kontak langsung) pasien.



Memakai sarung tangan bedah steril atau Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
sebelum pembedahan atau sarung tangan pemeriksaan untuk tindakan rutin,
seperti pemeriksaan panggul.

2.5.2 Cuci tangan sebaiknya dilakukan setelah :


Situasi tertentu di mana kedua tangan dapat terkontaminasi seperti :

1. Memegang instrument yang kotor dan alat lainnya.
2. Menyentuh selaput lendir, darah, atau cairan tubuh lainnya (sekresi atau
ekskresi).
3. Kontak yang lama dan intensif dengan pasien.

2.6

Melepaskan sarung tangan.
Jenis-Jenis Antiseptik

a. Hydrogen Peroksida (H2O2)
Hydrogen Peroksida (H2O2) adalah agen oksidasi, merupakan antiseptik kuat
namun tidak mengiritasi jaringan hidup. Senyawa ini dapat diaplikasikan sebagai
antiseptik pada membrane mukosa. Kelemahan dari zat ini adalah harus selalu
dijaga kondisinya karena zat ini mudah mengalami kerusakan ketika kehilangan
oksigen.

Universitas Sumatera Utara

40

b. Garam Merkuri
Senyawa ini adalah antiseptik yang paling kuat. Merkuri klorida (HgCl) dapat
digunakan untuk mencuci tangan dengan perbandingan dalam air 1:1000.
Senyawa ini dapat membunuh hamper semua jenis bakteri dalam beberapa menit.
Kelemahan dari senyawa ini adalah berkemungkinan besar mengiritasi jaringan
karena daya kerja antimikrobanya yang sangat kuat.
c. Asam Borat
Asam Borat merupakan antiseptik lemah, tidak mengiritasi jaringan. Zat ini dapat
digunakan secara optimum saat dilarutkan dalam air dengan perbandingan 1:20.
d. Triclosan
Triclosan adalah antiseptik yang efektif dan popular, bisa ditemui dalam sabun,
obat kumur, deodorant, dan lain-lain. Triclosan mempunyai daya antimikroba
dengan spectrum luas(dapat melawan berbagai macam bakteri) dan mempunyai
sifat toksisitas minim. Mekanisme kerja triclosan adalah dengan menghambat
biosintesis lipid sehingga membrane mikroba kehilangan kekuatan dan fungsinya.
2.7

Hand Sanitizer

2.7.1

Pengertian Hand Sanitizer
Hand Sanitizer merupakan cairan pembersih tangan berbahan dasar

alkohol yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme dengan cara
pemakaian tanpa dibilas dengan air. Di dalam cairan ini terdapat berbagai
kandungan yang sangat cepat membunuh mikroorganisme yang ada di kulit
tangan (Benjamin, 2010).

Universitas Sumatera Utara

41

Hand sanitizer banyak digunakan karena alasan kepraktisan, yaitu mudah

dibawa dan bisa cepat digunakan tanpa perlu menggunakan air. Hand sanitizer
sering digunakan dalam keadaan darurat dimana kita tidak bisa menemukan air.
Kelebihan ini diutarakan menurut USA (Food and Drug Administration (FDA)
dapat membunuh kuman dalam waktu kurang lebih 30 detik (Benjamin, 2010).
2.7.2

Kandungan Hand Sanitizer
Hand sanitizer memiliki berbagai macam zat yang terkandung. Secara

umum hand sanitizer mengandung :
a. alcohol 60-95%
b. Benzalkonium chloride
c. Benzethonium chloride
d. Chlorhexidine gluconatee
e. Chloroxylenol
f. Clofucarban
g.

Hexachloropheneh

h. Hexylresocarcinol
i. Iodine (Benjamin, 2010).
Menurut CDC (Center of Disease Control) hand sanitizer terbagi menjadi
dua yaitu mengandung mengandung alcohol dan tidak mengandung alcohol. Hand
sanitizer dengan kandungan alcohol antara 60-95 % memiliki efek anti mikroba

yang baik dibandingkan dengan tanpa kandung