Kajian Perancangan Permukiman Kampung Aur Dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku Dan Lingkungan Chapter III VII

BAB III
METODE PENELITIAN

Tahapan penelitian ini akan dibuat berdasarkan proses riset dan perencanaan
lingkungan (RPL) yang dikemukakan oleh Cherulnik (Haryadi dan Setiawan, 2014).
Namun akan dilakukan pengolahan lebih lanjut oleh penulis (Tabel 3.1).

Tabel 3.1 Uraian Metodologi Penelitian
NO

1

Riset
dan
Perencanaan
Lingkungan (Cherulnik)
Analisis latar belakang dari
acting
Tahapan pengumpulan data
berupa data kependudukan, sosial,
ekonomi,sejarah, budaya, dan

kondisi lingkungan Kampung Aur

2

Tujuan-tujuan perilaku untuk
perencanaan perancangan
Tahapan pengumpulan data
berupa data perilaku masyarakat

3

Hubungan lingkungan dan
perilaku yang relevan
Penambahan teori-teori ataupun
pendekatan
lainnya
yang
diperlukan.

Kerangka Tesis

Bab
Pembahasan
Bab IV
KAWASAN
PERMUKIMAN
KAMPUNG
AUR

Sub-Bab
Pembahasan
Tinjauan Lokasi
Kampung Aur
Kondisi
Masyarakat
Kondisi Hunian
Kondisi
Lingkungan

Bab V
EKSPLORASI

PERILAKU
MASYARAKAT
KAMPUNG
AUR
`

Perilaku
Masyarakat
di
Setting
Unit
Hunian
Perilaku
Masyarakat
di
Setting
Lingkungan
Analisa
Pendukung dalam
Perancangan

Kampung Aur

Tahapan
Pengumpulan
Data
Umum
Data yang dikumpulkan
berupa data sosial,
demografi,
ekonomi
penduduk dan data
lingkungan serta data
unit hunian
Pengumpulan
Data
Perilaku
Data perilaku yang
dihasilkan
adalah
berupa data deskripsi

ruang dan data deskripsi
perilaku
Analisa Pendukung
yang dapat membantu
dalam mengembangkan
perencanaan antara lain
: analisa crowding,
figure ground, cakupan
lokasi pekerjaan dan
kondisi
banjir
di
Kampung Aur

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.1 (lanjutan)
NO

4


5

Riset
dan
Perencanaan
Lingkungan (Cherulnik)

Kerangka Tesis
Bab
Pembahasan

Rancangan spesifik/ komponen
perencanaan
Penerapan hasil analisa yang
diperoleh dalam bentuk kriteriakriteria perancangan

Perancangan/Perencanaan
Menghasilkan suatu konsep
perancangan

permukiman
Kampung Aur yang didasarkan
fakta setting perilaku dan
lingkungan

Sub-Bab
Pembahasan
Kriteria
Perancangan Unit
Hunian
Kriteria
Perancangan
Lingkungan

Bab VI
KONSEP
PERANCANGA
N
PERMUKIMAN
KAMPUNG

AUR

Tahapan
Analisa Potensi dan
Permasalahan
Analisa
dilakukan
terhadap
kedua
kelompok data perilaku
yang
diperoleh
(deskripsi ruang dan
deskripsi
perilaku)
sehingga
dihasilkan
kriteria
perancangan
untuk

hunian
dan
lingkungan.
Konsep Perancangan
Pembuatan
konsep
perancangan
berdasarkan
kriteria
perancangan
yang
sudah dihasilkan

Sumber: Haryadi dan Setiawan, 2014,
Berikut akan dibahas secara bertahap mengenai tahapan penelitian yang sudah
disampaikan.

3.1

Tahapan Pengumpulan Data

Tahapan pengumpulan data akan dilakukan dalam 2 (dua) bagian yaitu

pengumpulan data umum dan pengumpulan data terkait perilaku masyarakat
Kampung Aur.

3.1.1 Pengumpulan data umum
Pengumpulan data terkait lokasi penelitian meliputi data kependudukan,
sosial budaya dan ekonomi masyarakat serta data terkait kondisi lingkungan

Universitas Sumatera Utara

Kampung Aur itu sendiri yang meliputi kondisi fisik bangunan, jalan, drainase,
persampahan, air bersih, ruang terbuka, fasilitas bersama.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui observasi langsung
dan pengambilan data dari Kelurahan Aur (Gambar 3.1).
Pengumpulan Data
KAMPUNG AUR

- DATA PENDUDUK
- DATA LINGKUNGAN


- OBSERVASI
- DATA KELURAHAN

Gambar 3.1 Skema Pengumpulan Data Umum
3.1.2

Pengumpulan data perilaku masyarakat Kampung Aur

3.1.2.1 Populasi dan sampel
Pada bab II, telah dijelaskan bahwa yang mendasari pendekatan perilakulingkungan adalah faktor sosial-budaya masyarakat. Sehingga data perilaku yang
dikumpulkan adalah data perilaku masyarakat berdasarkan kelompok budayanya.
Pada permukiman Kampung Aur diketahui bahwa terdapat 2 kelompok etnis
masyarakat yang dominan, yaitu kelompok masyarakat Etnis Minang dan kelompok
masyarakat Etnis Cina. Kedua etnis Masyarakat inilah yang kemudian akan dijadikan
sebagai populasi penelitian yang akan dilakukan.
Untuk pengambilan sampelnya sendiri dibuat dengan rumus Slovin dengan
taraf signifikansi sebesar 20 % untuk masing-masing kedua kelompok etnis
masyarakat tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Etnis Minang
460
n=
1 + 460(0,1)

n = 9,78 atau dibulatkan menjadi 10 keluarga
Etnis China
30
n=
1 + 30(0,1)

n = 7,5 atau dibulatkan menjadi 8 keluarga
Namun data perilaku yang diperoleh tidak akan secara keseluruhan
ditampilkan di dalam laporan. Hanya satu data perilaku dari masing-masing etnis
yang akan ditampilkan. Sedangkan data perilaku lainnya akan ditempatkan pada
bagian lampiran. Ini dilakukan agar laporan yang disajikan lebih mudah untuk dibaca.

3.1.2.2 Variabel penelitian
Lingkungan dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian besar yaitu lingkungan
objektif (berupa lingkungan fisik) dan lingkungan fenomenologi (membahas tentang
persepsi manusia terhadap lingkungannya) (Laurens, 2005).
Lingkungan fenomenologi akan membahas tentang perilaku manusia itu
sendiri terkait dengan lingkungannya, sedangkan lingkungan objektif akan membahas
tentang keadaan nyata lingkungan fisik yang ada. Ketika kita berbicara tentang
permukiman, maka lingkungan fisik yang dimaksud adalah berupa unit hunian dan
lingkungan (sirkulasi (jalan) serta fasilitas lainnya (ruang terbuka, ruang bermain,

Universitas Sumatera Utara

tempat cuci bersama, warung dan sebagainya)) dan lingkungan fenomenologi itu akan
berbicara tentang bagaimana masyarakat berinteraksi dengan lingkungan fisik yang
ada tersebut.
Pola interaksi yang terjadi antara masyarakat dengan lingkungan objektifnya
yang sudah stabil ini disebut dengan behavior setting atau unit tatar perilaku. Untuk
lebih jelasnya akan ditampilkan dalam Gambar 3.2 berikut.

Gambar 3.2 Skema Pengertian Behavior Setting
Pengumpulan data perilaku ini akan dilakukan dalam tingkatan unit tatar
perilaku / behavior setting dengan menggunakan metode observasi partisipatif dan
wawancara dan hasil yang diperoleh adalah berupa data deskripsi perilaku dan data
deskripsi ruang. Deskripsi ruang akan ditampilkan dalam bentuk 7 (tujuh) komponen
pengartian lingkungan yang dikemukakan oleh Rapoport, sedangkan untuk deskripsi
perilaku akan dijelaskan dalam poinpoin perilaku masyarakat yang dianggap penting

Universitas Sumatera Utara

dan dapat mempengaruhi perancangan yang dilakukan nantinya secara langsung.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Pengumpulan Data Pada Tingkatan Behaviour Setting

Data akhir yang diperoleh dalam pengamatan perilaku masyarakat berupa
data deskripsi ruang dan data deskripsi perilaku. Data deskripsi perilaku akan
berbicara mengenai bagaimana masyarkat berperilaku dalam lingkungan objektif
tertentu, sedangkan data deskripsi ruang akan berbicara bagaimana konteks ruang
lingkungan objektif yang ada. Ketika kita berbicara tentang ruang maka tentu ada
variabel-variabel yang dibicarakan. Terdapat 12 poin yang dapat digunakan dalam
mengartikan pemahaman ruang, (1) tingkat kompleksitas unsur atau obyek; (2) urban
grain dan texture; (3) skala, tinggi dan kepadatan bangunan; (4) warna, material dan
detail; (5) manusia; (6) tanda-tanda; (7) tingkat aktivitas; (8) pemanfaatan ruang; (9)

Universitas Sumatera Utara

tingkat kebisingan; (10) tingkat penerangan; (11) unsur alami; dan (12) bau dan
kebersihan (Rapoport, 1982). Dalam perkembangannya hal ini dapat disederhanakan
menjadi (1) warna, (2) ukuran dan bentuk, (3) perabot dan penataannya, (4) suara, (5)
temperatur dan (6) pencahayaan (Haryadi dan Setiawan, 2014). Enam (6) aspek inilah
yang akan menjadi variable penelitian dalam mengumpulkan data deskripsi ruang.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Variabel Penelitian Dari Data Deskripsi Ruang dan Deskripsi Perilaku

3.1.2.3 Data perilaku terhadap unit hunian
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam lingkungan objektif
permukiman terdiri dari unit hunian dan lingkungan (sirkulasi, ruang terbuka, ruang
bermain, tempat cuci, dan sebagainya).

Universitas Sumatera Utara

Untuk itu pengamatan data perilaku juga akan dilakukan terhadap kedua
bagian tersebut, yaitu data perilaku pada unit hunian dan data perilaku pada
lingkungan. Pada unit hunian, pengamatan ini akan dilakukan terhadap masingmasing kelompok masyarakat yang ada yaitu kepada etnis Minang dan etnis Cina.
Untuk data perilaku pada unit hunian akan dijelaskan dalam diagram berikut (Gambar
3.5).

Gambar 3.5 Pengumpulan Data Perilaku Pada Setting Unit Hunian

3.1.2.4 Data perilaku terhadap lingkungan
Pada Bab V dan VI nantinya akan diketahui bahwa ada beberapa komponen
lingkungan yang berdampak cukup besar terhadap kehidupan masyarakat Kampung
Aur yang terdiri dari, warung, ruang terbuka umum, ruang terbuka anak, tempat cuci
bersama / bantaran sungai, pelataran mesjid, tempat jajanan malam, jalan (sirkulasi).
Pengamatan perilaku akan dilakukan kepada ke tujuh komponen lingkungan ini.

Universitas Sumatera Utara

Pengumpulan data perilaku pada setting lingkungan akan dijelaskan dengan diagram
berikut (Gambar 3.6).

Gambar 3.6 Pengumpulan Data Perilaku Pada Setting Lingkungan

3.2

Analisa Pendukung
Pada bagian analisa pendukung akan dibahas tentang analisa tambahan yang

dianggap dapat membantu dalam perencanaan permukiman Kampung Aur (Tabel
3.2).
Tabel 3.2 Analisa Pendukung
NO
1

Analisa Pendukung
Crowding

Tujuan
Mengetahui tingkat penerimaan

Pembahasan mengenai perbedaan kepadatan masyarakat

Kampung

Aur

dan kesesakan serta tingkat penerimaan terhadap tingkat kepadatan yang
masyarakat terhadap kepadatan yang ada. ada.
Didasari oleh Teori

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.2 (lanjutan)
NO

Analisa Pendukung

Tujuan

2

Tingkat Kepuasan Hidup

Mengetahui

opini

masyarakat

Pembahasan mengenai bagaimana pandangan secara umum tentang kenyamanan
masyarakat terhadap kehidupan di Kampung hidup di Kampung Aur.
Aur
3

Figure Ground

Mengetahui kemungkinan tipologi

Pembahasan mengenai tingkat kepadatan bangunan yang mungkin untuk
bangunan yang ada di Kampung Aur.

dibangun

di

berdasarkan

Kampung
tingkat

Aur

kepadatan

bangunannya.
4

Cakupan Lokasi Pekerjaan

Mengetahui kemungkinan layak

Pembahasan mengenai jarak lokasi pekerjaan atau tidak layaknya jika dilakukan

5

masyarakat dengan huniannya.

relokasi permukiman

Keadaan Banjir

Mengetahui perlu atau tidaknya

Pembahasan mengenai keadaan banjir di dilakukan
Kampung Aur dan waktu terjadinya banjir

bantaran

perbaikan
sungai

daerah
atau

pembangunan tanggul di pinggir
sungai

Dari analisa pendukung yang disampaikan maka akan dihasilkan masukanmasukan dalam melaksanakan perancangan permukiman Kampung Aur.

3.3

Analisa Potensi dan Permasalahan
Analisa potensi dan permasalah dilakukan terhadap data perilaku yang sudah

dikumpulkan (deskripsi ruang dan deskripsi perilaku) baik dari setting unit hunian,
maupun setting lingkungan.

Universitas Sumatera Utara

Dari hasil analisa ini nantinya akan dihasilkan kriteria perancangan unit hunian
berdasarkan etnis dan kriteria perancangan lingkungan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dalam diagram berikut (Gambar 3.7).
DESKRIPSI PERILAKU

ANALISA

KRITERIA
PERANCANGAN

POTENSI DAN
DESKRIPSI RUANG

PERMASALAHAN

(Ukuran, perabot,
warna, suara,
pencahayaan dan
temperatur)

Pada Setting Tertentu
(Unit Hunian Dan
Lingkungan)

Pada Setting Tertentu
(Unit Hunian Dan
Lingkungan)

Gambar 3.7 Tahapan Analisa Potensi dan Permasalahan

3.4

Konsep Perancangan
Setelah diperoleh kriteria perancangan, maka dapat dibuat konsep perancangan

permukiman Kampung Aur, yang juga dibagi menjadi dua bagian besar yaitu konsep
perancangan unit hunian (berdasarkan etnis) dan konsep perancangan lingkungan.
Kriteria dan konsep perancangan ini akan menjelaskan bagaimanan kajian yang
dihasilkan terhadapa perancangan permukiman masyarakat di Kampung Aur dengan
pendekatan perilaku dan lingkungan.

Universitas Sumatera Utara

Tahapan Metode Penelitian dapat dirangkumkan secara keseluruhan sebagai
berikut (Gambar 3.8).

Gambar 3.8 Tahapan Metodologi Penelitian

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
KAWASAN PERMUKIMAN KAMPUNG AUR MEDAN

4.1.

Tinjauan Lokasi Permukiman Kampung Aur (Lingkungan IV),
Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan
Kelurahan Aur merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan

Medan Maimun, Medan, yang memiliki luasan total ± 60 Ha (Gambar 4.1).

Gambar 4.1 Peta Kelurahan Aur
(Google Earth, 2016)

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan wawancara dengan staff kelurahan dan penduduk Kampung
Aur, sejarah berdirinya Kelurahan Aur ini diawali ketika pada zaman penjajahan
Belanda. Perkebunan yang dikelola oleh Belanda memerlukan tenaga kerja dalam
mengerjakan perkebunan tersebut, oleh karena itu banyak pekerja yang berdatangan
ke Kota Medan, diantara pekerja tersebut terdapat pekerja-pekerja yang berasala dari
Padang, Sumatera Barat. Aur dalam bahasa Minang berarti bambu. sekitar tahun
1943-an ketiga orang yang pertama kali menjadikan lahan ini berubah menjadi
pemukiman adalah Sabaruddin, Muncak Roro dan Amirudin, kemudian diikuti oleh
pekerja-pekerja suku Minang lainnya. Titik pusatnya ketiga orang tersebut membuka
lahan pemukiman adalah di jalan Mantri (lingkungan III) dan di jalan Kampung Aur
(lingkungan IV). Itu sebabnya Kampung Aur di dominasi oleh orang Minang, bahkan
dari generasi ke generasi tetap bertahan untuk tinggal di Kampung Aur. Mereka
menganggap Kampung Aur adalah tempat titik berkumpulnya warga Minang.
Melalui informasi warga juga diketahui bahwa ada beberapa tokoh penting
yang juga pernah tinggal di Kelurahan Aur ini seperti penyair Khairil Anwar dan
mantan Perdana Menteri RI Sutan Sjahrir. Selain itu penamaan Jalan Syahbandar
(merupakan salah satu jalan yang terletak di Lingkungan IV Kampung Aur) juga
dianggap memiliki kaitan erat dengan keberadaan pelabuhan yang dahulunya ada
ditempat ini yang dipercaya dimiliki oleh salah satu tokoh Tionghoa yang sangat
terkenal di masanya yaitu Tjong A Fie.

Universitas Sumatera Utara

Secara administratif, kelurahan ini terbagi atas 10 (sepuluh) lingkungan yang
terdiri dari 2.469 KK dengan total jumlah penduduk keseluruhan ± 9.484 jiwa
(Gambar 4.2).

Gambar 4.2 Peta Lingkungan Kelurahan Kampung Aur
(Kantor Kelurahan Aur, 2016)

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan untuk pembagian jumlah penduduk per lingkungannya dapat
dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kelurahan Aur
No Lingkungan

KK

Jumlah Jiwa

1

I

219

715

2

II

550

2.967

3

III

280

988

4

IV

493

1.907

5

V

118

219

6

VI

86

110

7

VII

121

190

8

VIII

310

1.300

9

IX

170

765

10

X

122

323

JUMLAH

2469

9.484

Sumber: Kantor Kelurahan Aur

Sehubungan dengan judul tesis yang diambil, yaitu terkait dengan
permukiman Kampung Aur, maka lokasi yang akan dijadikan lokasi penelitian adalah

Universitas Sumatera Utara

lingkungan iv (empat) dari Kelurahan Aur dan lingkungan iv ini adalah kawasan yang
dikenal oleh masyarakat luas sebagai Kampung Aur (Gambar 4.3).

Jl. Letjen Suprapto

Luas : 21.461m2
Jl. Brigjend Katamso

Gambar 4.3 Peta Lokasi Kampung Aur
(Google Earth, 2016)

Universitas Sumatera Utara

4.2.

Kondisi Permukiman Kampung Aur
Berdasarkan hasil pembahasan di Bab II yang menyatakan bahwa pengamatan

perilaku akan dilakukan terhadap 2 (dua) setting yaitu setting unit hunian dan setting
lingkungan (sarana/prasarana dan fasilitas umum) dan dimana yang menjadi objek
penelitian adalah perilaku manusia sebagai individu dan sebagai masyarakat (yang
utamanya dipengaruhi oleh faktor sistem budayanya), maka deskripsi mengenai
kondisi Kampung Aur ini juga akan dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu kondisi
masyarakat

Kampung

Aur,

kondisi

unit

hunian

berdasarkan

etnis

yang

menempatinya, serta kondisi lingkungan Kampung Aur secara umum.

4.2.1 Kondisi masyarakat Kampung Aur
4.2.1.1 Kondisi demografi masyarakat Kampung Aur
a. Perkembangan jumlah penduduk
Tingkat pertambahan penduduk Kampung Aur tidak jauh berbeda dengan
tingkat peetumbuhan penduduk Kecamatan Medan Maimun yaitu sebesar
0,8%. Ini berarti kurang lebih pertambahan penduduk kampung aur
adalah sebesar 15 orang pertahunnya.
b. Jumlah kepala keluarga dan distribusi penduduk
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kelurahan Aur diketahui bahwa
jumlah penduduk lingkungan iv (empat) adalah sebanyak 1.907 jiwa,
yang terdiri dari 493 kepala keluarga, 901 orang laki-laki dan 888 orang

Universitas Sumatera Utara

perempuan (WNI) dan 56 orang laki-laki dan 62 orang perempuan (WNI
Keturunan). Data ini lebih lengkapnya dijelaskan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kampung Aur
Lingkungan

Jenis

WNI

Kelamin

WNI

Kepala

Jumlah

Keturunan Keluarga Jiwa

Lingkungan

L

901

56

IV

P

888

62

493

1.907

Sumber: Kantor Kelurahan Aur
Hanya saja berdasarkan hasil survei yang dilakukan lebih lanjut diketahui
bahwa jumlah nyata yang ada di lapangan (Tabel 4.3).
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kampung Aur Hasil Survei
Lingkungan

Jenis

WNI

Kelamin

WNI

Kepala

Jumlah

Keturunan Keluarga Jiwa

Lingkungan

L

754

56

IV

P

733

62

389

1.605

4.2.1.2 Kondisi sosial budaya penduduk Kampung Aur
Kondisi Sosial Budaya penduduk Kampung Aur ini bisa diwakili dengan
mengetahui jumlah penduduk berdasarkan etnisnya. Berdasarkan hasil survei, untuk
lokasi Kampung Aur hanya terdapat 5 suku saja yaitu suku China, Minang, Nias,

Universitas Sumatera Utara

Tamil dan Manado. Dimana masing-masing etnis ini memiliki domainnya masingmasing. Berikut data kepala keluarga berdasarkan etnisnya (Tabel 4.4).
Tabel 4.4 Jumlah KK Berdasarkan Etnis
No Suku/Etnis

Jumlah KK

Persentase (%)

1

Minang

356

91,42

2

China

30

7,8

3

Tamil (India)

1

0,26

4

Manado

1

0,26

5

Nias

1

0,26

389

100

Jumlah

4.2.1.3 Kondisi ekonomi penduduk Kampung Aur
Untuk keadaan ekonomi penduduk, berdasarkan hasil survei yang dilakukan,
sebagian besar penduduk memiliki pekerjaan informal, mulai dari bekerja sebagai
pedagang, tukang parkir, pengusaha kedai makanan, membuka toko kelontong, dan
sebagainya.
Selain pekerjaan utama, beberapa keluarga juga mempunyai beberapa usaha
sampingan seperti menyewakan ruangan kamar. Permintaan kamar sewa ini berasal
dari pegawai yang berkantor di sepanjang jalan Brigjen Katamso dan Letjen
Suprapto.

Universitas Sumatera Utara

4.2.2 Kondisi unit hunian di Kampung Aur
Kondisi unit hunian masayarakat di Kampung Aur akan dijelaskan
berdasarkan etnis yang paling dominan yaitu etnis Minang dan Cina.

4.2.2.1 Kondisi unit hunian Masyarakat Minang
Secara umum ada tiga (2) tipe unit hunian yang dihuni oleh penduduk
beretnis Minang jika diklasifikasikan berdasarkan fungsinya, (1) unit hunian yang
sepenuhnya sebagai rumah tinggal; (2) unit hunian yang digunakan sebagian sebagai
tempat usaha.
Jika ditinjau letak permukiman masyarakat yang beretnis Minang terhadap
permukiman Kampung Aur, maka bisa dikatakan bahwa Masyarakat Minang ini
bermukim mulai dari daerah pinggiran bantaran sungai hingga ke bagian tengah
permukiman Kampung Aur (Gambar 4.4).

Jl. Letjen Suprapto
Jl. Brigjend Katamso

Permukiman Etnis Minang

Gambar 4.4 Lokasi Permukiman Etnis Minang di Kampung Aur

Universitas Sumatera Utara

1. Unit hunian sebagai rumah tinggal
Terdapat 157 unit hunian milik penduduk beretnis Minang yang
dipergunakan secara penuh sebagai rumah tinggal (87,2 % dari total unit
hunian penduduk yang beretnis Minang). Tipe unit hunian ini juga dapat
dibagi lagi menjadi tiga (3) bagian yaitu unit hunian berlantai 1 dan unit
hunian berlantai 2 (Gambar 4.5-4.7).

Hunian
Darurat

Unit Hunian 1,2
lantai

Gambar 4.5 Lokai Unit Hunian Sebagai Rumah Tinggal

Gambar 4.6 Unit Hunian 1 Lantai

Gambar 4.7 Unit Hunian 2 Lantai

Universitas Sumatera Utara

2. Unit hunian bergabung dengan tempat usaha
Terdapat 15 unit hunian milik penduduk beretnis Minang yang
difungsikan bergabung dengan tempat usaha (8,3 % dari total unit hunian
penduduk yang beretnis Minang). Bentuk usaha yang dijalankan adalah
toko (yang menjual bahan makananan seperti sayuran, bumbu dapur, dsb
sebanyak 4 unit), toko kelontong (sebanyak 1 unit),

rumah makan

(sebanyak 3 unit), unit hunian yang digabung dengan usaha penyewaan
kamar (sebanyak 6 unit) dan tukang jahit (1 unit) (Gambar 4.8-4.11).

Gambar 4.8 Rumah Makan

Gambar 4.9 Toko Kelontong

Gambar 4.10 Toko Bahan Dapur

Gambar 4.11 Kamar Sewa

Universitas Sumatera Utara

3. Unit hunian darurat
Unit hunian darurat ini adalah bentuk unit hunian yang dibuat seadanya
dan terletak tepat di pinggiran sungai. Terdapat 8 unit hunian milik
penduduk beretnis Minang yang berbentuk unit hunian darurat (4,4 %
dari total unit hunian penduduk yang beretnis Minang) (Gambar 4.12).

Gambar 4.12 Unit Hunian Darurat

4.2.2.2 Kondisi unit hunian Masyarakat Cina
Secara umum ada tiga (3) tipe unit hunian yang dihuni oleh penduduk
beretnis Cina jika diklasifikasikan berdasarkan fungsinya yaitu, (1) unit hunian yang
sepenuhnya sebagai rumah tinggal; (2) unit hunian yang digunakan sebagian sebagai
tempat usaha; (3) Unit hunian yang sepenuhnya digunakan sebagai tempat usaha.
Penduduk beretnis Cina biasanya tinggal di bangunan di sepanjang Jalan
Letjen Suprapto dan Jl. Brigjen Katamaso (yang sebagian besar digunakan sebagai

Universitas Sumatera Utara

tempat usaha). Serta sebagian kecil tinggal di Jl. Kampung Aur dan Jalan Syahbandar
(yang sebagian besar hanya dimanfaatkan sebagai rumah tinggal) (Gambar 4.13).

Jl. Letjen Suprapto

Jl. Brigjend Katamso

Jl. Kampung Aur
Permukiman Etnis Cina

Gambar 4.13 Lokasi Permukiman Etnis Cina

1. Unit hunian sebagai rumah tinggal
Terdapat 34 unit hunian milik penduduk beretnis Cina yang dipergunakan
secara penuh sebagai rumah tinggal (56,6 % dari total unit hunian
penduduk yang beretnis Cina). Tipe unit hunian ini juga dapat dibagi lagi
menjadi tiga (3) bagian yaitu unit hunian berlantai 1 dan unit hunian
berlantai 2 yang terletak di Jalan Kampung Aur dan unit hunian berlantai
3 yang terletak di Jalan Syahbandar. Hunian etnis cina memiliki wilayah
tersendiri dan terkesan terpisah dari wilayah hunian etnis Minang.
Walaupun tidak memiliki pemisah fisik seperti dinding ataupun bentuk
lainnya, namun secara teritori terkesan jelas ada pemisahan yang terjadi,

Universitas Sumatera Utara

dimana penduduk etnis Cina menempati wilayah sebelah timur Kampung
Aur , sedangkan etnis Minang menempati wilayah sebelah barat (Gambar
4.14-4.17).

3 Lantai
1, 2 lantai
1, 2 lantai

Gambar 4.14 Unit Hunian Rumah Tinggal

Gambar 4.15 Unit Hunian 1 Lantai

Gambar 4.16 Unit Hunian 2 Lantai

Gambar 4.17 Unit Hunian 3 Lantai

Universitas Sumatera Utara

2. Unit hunian bergabung dengan tempat usaha
Terdapat 3 unit hunian milik penduduk beretnis Cina yang difungsikan
bergabung dengan tempat usaha yang terletak di Jalan Kampung Aur (5
% dari total unit hunian penduduk yang beretnis Cina). Bentuk usaha
yang dijalankan adalah toko kelontong sebanyak 3 unit (Gambar 4.18).

Gambar 4.18 Unit Hunian Bergabung dengan Toko Kelontong

3. Unit hunian sepenuhnya sebagai tempat usaha
Terdapat 23 unit hunian milik penduduk beretnis Cina yang difungsikan
sepenuhnya sebagai tempat usaha yang terletak di Jalan Brigjen Katamso
dan Jalan Letjen Suprapto (38,3 % dari total unit hunian penduduk yang
beretnis Cina). Bentuk usaha yang dijalankan bermacam-macam, namun
didominasi oleh toko perabotan, toko karpet dan kantor (Gambar 4.19).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.19 Unit Hunian Sepenuhya Sebagai Tempat Usaha

4.2.2.3 Kondisi unit hunian Masyarakat Nias
Untuk unit hunian masyarakat beretnis Nias hanya ada

satu (1) saja,

dikarenakan jumlah kepala keluarga beretnis Nias juga hanya berjumlah satu (1).
Tipe unit huniannya merupakan sepenuhnya rumah tinggal (Gambar 4.20).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.20 Unit Hunian Masyarakat Etnis Nias

4.2.2.4 Kondisi unit hunian Masyarakat Tamil
Untuk unit hunian masyarakat beretnis Tamil hanya ada

satu (1) saja,

dikarenakan jumlah kepala keluarga beretnis Tamil juga hanya berjumlah satu (1).
Tipe unit huniannya merupakan sepenuhnya rumah tinggal (Gambar 4.21).

Gambar 4.21 Unit Hunian Masyarakat Etnis Tamil

Universitas Sumatera Utara

4.2.2.5 Kondisi unit hunian Masyarakat Manado
Untuk unit hunian masyarakat beretnis Manado hanya ada satu (1) saja,
dikarenakan jumlah kepala keluarga beretnis Manado juga hanya berjumlah satu (1).
Tipe unit huniannya merupakan sepenuhnya rumah tinggal (Gambar 4.22).

Gambar 4.22 Unit Hunian Masyarakat Etnis Manado

Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka dapat dibuat sebuah rangkuman
yang menjelaskan mengenai keberadaan tipe permukiman yang ada di permukiman
Kampung Aur (Tabel 4.5).

Universitas Sumatera Utara

82

Tabel 4.5 Rangkuman Tipe Unit Hunian Berdasarkan Etnisnya
NO

ETNIS

TIPE HUNIAN

PENJELASAN

1

Minang

Rumah Tinggal

1 lantai
2 lantai
+ rumah makan
+ toko bahan makanan
+ penyewaan kamar
+ toko kelontong
+ tukang jahit
Berupa
rumah
yang
dibuat
seadanya dan terletak di bantaran
sungai
1 lantai
2 lantai
3 lantai
+ toko kelontong
Ruko di Jalan Katamso dan

Rumah Tinggal + Usaha

Rumah Tinggal Darurat

2

Cina

Rumah Tinggal

Rumah Tinggal + Usaha
Tempat Usaha Saja

SUB
JUMLAH
22
135
3
4
6
1
1
8

JUMLAH
TOTAL
157

PERSENTASE
(%)
64,6

15

6,17

8

3,3

16
10
8
3
23

34

14

3
23

1,2
9,4

1

1

0,41

Suprapto
3

Nias

Rumah Tinggal

Difungsikan sebagai rumah tinggal
saja

Universitas Sumatera Utara

83

Tabel 4.5 (lanjutan)
NO

ETNIS

TIPE HUNIAN

PENJELASAN

4

Tamil

Rumah Tinggal

5

Manado

Rumah Tinggal

Difungsikan sebagai rumah tinggal
saja
Difungsikan sebagai rumah tinggal
saja

TOTAL

SUB
JUMLAH
1

JUMLAH
TOTAL
1

PERSENTASE
(%)
0,41

1

1

0,41

243

100

Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa unit hunian penduduk di Kampung Aur cukup berbeda antara satu dengan yang
lain jika dibandingkan berdasarkan etnisnya maka pembahasan terhadap unit hunian akan dilakukan terhadap (2) etnis dominan
saja yaitu etnis Minang dan etnis Cina, dikarenakan 3 etnis lainnya hanya memiliki masing-masing satu unit hunian dan
dianggap tidak signifikan.

Universitas Sumatera Utara

84

4.2.3

Kondisi lingkungan di Kampung Aur
Seperti sudah dijelaskan pada Bab sebelumnya, yang dimaksud dengan

lingkungan di sini adalah sarana dan prasarana serta fasilitas bersama/fasilitas sosial
yang ada di permukiman Kampung Aur yang secara langsung berkaitan dengan
perilaku masyarakat setempat. Pada penjelasan di bab ini, akan dipaparkan komponen
lingkungan yang mungkin akan berkaitan dengan perilaku masyarakat.
4.2.3.1 Kondisi sarana dan prasarana di Kampung Aur
1. Jalan
Ada 2 akses jalan utama untuk memasuki Kampung Aur, yaitu Jalan
Syahbandar dan Jalan Kampung Aur (Gambar 4.23 dan 4.24).

Gambar 4.23 Kondisi Jalan Syahbandar

Gambar 4.24 Kondisi Jalan Kampung Aur

Kondisi Jalan Kampung Aur dan Jalan Syahbandar adalah perkerasan
dengan aspal dengan lebar jalan sekitar 3 (tiga) meter. Jalan ini hanya
bisa dilewati oleh satu jalur kendaraan roda empat, sedangkan untuk

Universitas Sumatera Utara

kendaraan roda dua dan pejalan kaki, jalan ini bisa dikatakan cukup
lapang.
Kondisi jalan dengan lebar 3 meter ini hanya bertahan hingga kurang
lebih 100 meter dari simpang jalan tersebut. Setelah itu ukuran jalan
mengecil dan hanya merupakan jalan yang hanya bisa dilalui oleh
kendaraan roda dua dan pejalan kaki dengan lebar jalan bervariasi mulai
dari 1-2 meter (Gambar 4.25).

Gambar 4.25 Kondisi Jalan Lingkungan Permukiman Kampung Aur

2. Persampahan
Untuk pengaturan sampah, masing-masing rumah mempunyai tong
sampah sendiri namun tidak berupa bak sampah standar, melainkan hanya
ember plastik saja. Untuk pembuangan sampah ada petugas yang
mengutip setiap dua hari sekali. Namun hal ini terjadi untuk permukiman
yang

berada

tidak langsung

berbatasan dengan

sungai.

Untuk

Universitas Sumatera Utara

permukiman yang berada di bantaran sungai, pembuangan sampah
biasanya langsung ke arah sungai. Pada beberapa gang kecil juga sesekali
terlihat timbunan sampah yang jarang dibersihkan (Gambar 4.26).

Gambar 4.26 Kondisi Sampah di Gang Kecil

3. Air Bersih
Untuk penyediaan air bersih, masyarakat masih mengandalkan air
PDAM. Untuk penggunaan air PDAM, tidak tiap rumah memiliki
meteran air sendiri, biasanya satu meteran air dipakai secara bersama oleh
beberapa rumah.
4. Drainase
Untuk saluran pembuangan air, hanya unit hunian yang ada di bagian
depan saja yang (ruko yang menghadap ke jalan Suprapto dan Katamso

Universitas Sumatera Utara

serta bangunan yang ada sekitar 200 meter dari jalan utama) yang
mempunyai saluran drainase ke riol di Jalan besar. Sedangkan untuk
bangunan yang ada di bagian tengah dan di pinggiran bantaran sungai,
saluran drainasenya langsung mengarah ke sungai (Gambar 4.27dan
4.28).

Gambar 4.27 Arah Pembuangan Saluran Drainase

Gambar 4.28 Saluran Drainase ke Arah Sungai

Universitas Sumatera Utara

4.2.3.2 Kondisi fasilitas umum di Kampung Aur
1. Mesjid
Di permukiman Kampung Aur hanya terdapat 1 (satu) buah mesjid yang
melayani kegiatan keagamaan. Mesjid ini terletak di bagian tengah
permukiman Kampung Aur (Gambar 4.29).

Gambar 4.29 Mesjid di Kampung Aur

Fungsi mesjid di Kampung Aur ini tidak hanya sebagai pusat kegiatan
ibadah semata. Di bagian pelataran mesjid terdapat sedikit ruang kosong
yang biasanya digunakan oleh anak-anak untuk bermain atau sebagai
tempat berkumpul orang dewasa (Gambar 4.30).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.30 Pelataran Mesjid di Kampung Aur

2. Tempat cuci bersama
Tempat cuci bersama ini tidak digunakan oleh seluruh masyarakat. Hanya
sebagian besar penduduk yang bertempat tinggal di sekitaran bantaran
sungai dan di bagian tengah permukiman yang menggunakannya. Untuk
masyarakat lainnya, terutama yang bermukim di bagian tengah
permukiman hingga ke arah Jalan Brigjen Katamso, kegiatan mencuci
dilakukan sendiri di rumah masing-masing (Gambar 4.31).

Gambar 4.31 Tempat Cuci Bersama

Universitas Sumatera Utara

3. Ruang terbuka
Ruang terbuka yang dimaksud disini bukan termasuk dalam defenisi
ruang terbuka yang memang sengaja dirancang untuk memfasilitasi
kegiatan interaksi sosial di masyarakat, melainkan ruang sisa antar
bangunan yang kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
berkumpul.
Ada dua (2) lokasi ruang terbuka yang terdapat di Kampung Aur, (1)
ruang terbuka yang berada di pelataran mesjid; (2) ruang terbuka yang
terletak sekitar 100 meter dari ujung jalan Kampung Aur yang berupa
ruang kosong bekas runtuhan bangunan (Gambar 4.32).

Gambar 4.32 Ruang Terbuka di Kampung Aur

4. Ruang bersama
Selain ruang terbuka terdapat juga ruang bersama yang bentuknya bukan
ruang terbuka. Tempat-tempat seperti warung atau kedai kerap

Universitas Sumatera Utara

dipergunakan warga, terutama laki-laki dewasa, sebagai tempat
berkumpul. Ada 3 (tiga) kedai/warung yang terdapat di Kampung Aur,
(1) warung yang terletak pangkal jalan Kampung Aur; (2) dua warung
yang terletak di pangkal jalan Syahbandar (Gambar 4.33).

Gambar 4.33 Warung di Jalan Syahbandar
Dari pengamatan awal yang dilakukan terhadap setting lingkungan
diketahui bahwa ada beberapa komponen lingkungan yang akan dijadikan
objek pembahasan karena dianggap berhubungan langsung dengan
perilaku masyarakat di permukiman Kampung Aur antara lain : warung,
ruang terbuka umum, ruang terbuka anak, tempat cuci bersama atau
bantaran sungai, pelataran mesjid, tempat jajanan malam, jalan (sirkulasi).

Universitas Sumatera Utara

BAB V
EKSPLORASI PERILAKU MASYARAKAT
DI PERMUKIMAN KAMPUNG AUR
Sejalan dengan hasil yang diperoleh pada bab sebelumnya, diketahui bahwa
dalam melakukan observasi perilaku, hal yang paling berpengaruh adalah aspek sosial
budaya penghuni. Berdasarkan data terdapat lima (5) etnis di Kampung Aur yaitu
etnis Minang, etnis Cina, etnis Manado, etnis Nias dan Tamil. Berdasarkan data yang
ada pada bab sebelumnya terlihat dengan jelas bahwa etnis yang paling dominan
adalah etnis Cina dan Etnis Melayu dan ke 2 (dua) etnis ini juga tidak tinggal
membaur satu dengan yang lain, melainkan masing-masing memiliki kawasannya
sendiri (Gambar 5.1).

CINA

MELAYU

Gambar 5.1 Pembagian Kawasan Hunian Berdasarkan Etnis

Universitas Sumatera Utara

Namun untuk kawasan yang dihuni etnis Cina sendiri terbagi menjadi dua (2)
bagian yaitu kawasan hunian dan kawasan ruko, sedangkan untuk kawasan yang
dihuni oleh etnis Melayu hampir seluruhnya digunakan sebagai hunian (Gambar 5.2).

RUKO

HUNIAN

Gambar 5.2 Pembagian Kawasan Hunian Etnis Cina

5.1.

Perilaku Masyarakat pada Setting Unit Hunian

5.1.1

Masyarakat Etnis Minang
Sebelum masuk kepada perilaku yang terjadi dalam unit hunian etnis

Minang, perlu diketahui terlebih dahulu karakteristik dari penduduk etnis Minang.
Untuk itu dilakukan survei awal mengenai karakteristik penduduk etnis Minang dan
unit huniannya (Tabel 5.1).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.1 Karakteristik Penduduk Etnis Minang
Keluarga
Batilis Tanjung
Batilis Tanjung (60)
Isteri (56)

Pekerjaan

Tipe Hunian

Tukang Jahit
Serabutan/Ibu
rumah tangga

Rumah tinggal 1 Memiliki 2 orang anak
lantai dan tempat laki-laki, tetapi tinggal di
jahit
luar Kampung Aur, kerap
berkunjung
dengan
intensitas 1 bulan 1 kali,
sudah tinggal kurang
lebih
30
tahun
di
Kampung Aur

Auzar Baron
Auzar Baron (52)

Pekerja
serabutan
Isteri (48)
Serabutan/Ibu
rumah tangga
Anak perempuan (7) Riko dan Cut Maya Sari
Riko (42)
Pegawai Swasta
Isteri (40)
Serabutan/Ibu
rumah tangga

Cut Maya Sari (44)

Syarifuddin
Syarifuddin (61)

Isteri (56)

Anak I (35)
Anak II (32)
Anak III (28)
Anak IV (23)
Anak V (20)

Serabutan

Riwayat Keluarga

Rumah tinggal 2 Hanya terdiri dari 3
anggota keluarga, tinggal
lantai
di Kampung Aur sudah
selama 10 tahun

Rumah tinggal 2 Terdiri dari 2 keluarga,
dimana
rumah
ini
lantai
peninggalan dari orangtua
isteri.
Sudah
tinggal
selama kurang lebih 40
tahun
Merupakan kakak dari
isteri Riko dan sudah
bercerai

Berjualan
di Rumah tinggal 2 Sudah tinggal
lebih 30 tahun.
kedai
depan lantai dan kedai
rumah
Berjualan
di
kedai
depan
rumah
Pegawai Swasta
Pegawai Swasta
Penjaga
kemananan
Kuliah
Kuliah

kurang

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.1 (lanjutan)
Keluarga

Pekerjaan

Tipe Hunian

Zainal, Anak I dan Keluarga, Anak II dan keluarga
Zainal (55)
Pedagang
Rumah Tinggal 2
Makanan
lantai
Isteri (50)
Pedagang
Makanan
Keluarga Anak I
Anak I (28)
Membantu
orang tua
Suami anak I (30)
Pegawai
Keamanan
Anak perempuan (7) Sekolah
Anak perempuan (5) Belum Sekolah
Keluarga Anak II
Anak II (24)
Membantu
orang tua
Suami anak II (26)
Pekerja
Bangunan
Anak perempuan (4) Belum Sekolah
Anak perempuan (3) Belum Sekolah
Zulkifli, Rizal (Suami anak I), Jasmi (Suami anak II)
Zulkifli (58)
Pensiunan
Rumah tinggal 2
pegawai negeri
lantai dan rumah
Isteri (56)
Membuka
makan
rumah makan
Keluarga Rizal
Rizal (32)
Pegawai swasta
Isteri (28)
Membantu ibu
Anak perempuan (5) Belum Sekolah
Anak perempuan (3) Belum Sekolah
Keluarga Jasmi
Jasmi (28)
Pegawai swasta
Isteri (26)
Membantu ibu
Anak perempuan (5) Belum Sekolah
Anak perempuan (4) Belum Sekolah
Masrizal
Masrizal (56)
Membuka kedai Rumah tinggal 2
Isteri
Pegawai
di lantai dan kedai
kelurahan

Riwayat Keluarga

Sudah tinggal kurang
lebih
20
tahun
di
Kampung Aur

Sudah
tinggal
di
Kampung Aur kurang
lebih 30 tahun

Sudah
tinggal
di
Kampung Aur kurang
lebih 20 tahun.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.1 (lanjutan)
Keluarga

Pekerjaan

Anak laki-laki (25)
Anak laki-laki (20)
Anak laki-laki (17)
Buyung Bazar
Buyung bazar (59)

Pegawai swasta
Kuliah
Sekolah

Isteri (54)

Tipe Hunian

Serabutan,
Rumah 2 lantai
mempunyai
dan rumah sewa
kamar sewa di
lantai 2
Serabutan,
pedagang
di
pasar

Riwayat Keluarga

Sudah
tinggal
di
Kampung Aur kurang
lebih 30 tahun. Memiliki
2 orang anak laki-laki
tetapi tidak lagi tinggal di
Kampung Aur

Pengamatan perilaku pada etnis Minang pada setting unit hunian dilakukan
pada beberapa keluarga, namun sebagai kajian pendalamannya akan dilakukan
pemaparan perilaku pada satu keluarga yang dijadikan sampel penelitian (Tabel 5.2).
Tabel 5.2 Pengamatan Perilaku Pada Rumah Keluarga Surya Sumardi
No
1
2

Nama kepala keluarga

Surya Sumardi, Nasrul dan Dodi

Fungsi Hunian
Rumah Tinggal (2 lantai)
Jumlah
anggota 9 orang (multi famili)
keluarga
Nasrul (47 tahun) – 3 orang (1 anak perempuan
berumur 20 tahun, suami dan istri)
Surya Sumardi (38 tahun) – 5 orang (1 anak
perempuan umur 4 tahun, 2 anak laki-laki umur 7
tahun dan 13 tahun , suami dan istri)
Dodi (31 tahun) – belum berkeluarga

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.2 (lanjutan)
No

Nama kepala keluarga

Surya Sumardi, Nasrul dan Dodi

3

Lokasi

4

Pekerjaan

Nasrul dan istri bekerja sebagai pedagang musiman
dan pada saat dilakukan pengamatan sedang
menekuni pekerjaan sebagai pembuat gula merah.
Anak perempuannya bekerja sebagai pegawai di
salah satu supermarket di dekat Kampung Aur.
Surya Sumardi bekerja sebagai pegawai keamanan
di perusahaan swasta di dekat lokasi penelitian dan
isterinya sebagai ibu rumah tangga sekaligus
menjual kartu untuk kuota internet. 2 anak lakilakinya masih bersekolah di tingkat SD dan SMP
sedangkan anak perempuannya belum bersekolah.
Dodi bekerja sebagai pekerja serabutan. Pada saat
penelitian dilakukan sedang bekerja sebagai pekerja
bangunan di RT sebelah (masih di Kelurahan Aur
juga)

5

Riwayat Keluarga

Rumah ini merupakan rumah peninggalan orang
tua terhadap ketiga anaknya (istri Surya Sumardi,
Nasrul dan Dodi) yang bersuku Melayu.
Nasrul merupakan anak pertama diikuti istri Surya
Sumardi dan Dodi.

Universitas Sumatera Utara

Berikut ditampilkan mengenai foto dari bangunan keluarga Sumardi beserta
sketsa denah yang ada (Gambar 5.3 dan 5.4).

Gambar 5.3 Tampak Depan Rumah Surya Sumardi

Lantai 2
Lantai 1
Gambar 5.4 Denah Rumah Tinggal Surya Sumardi

Universitas Sumatera Utara

Observasi juga dilakukan pada bagian dalam bangunan pada bagian ruangan
yang dinggap perlu dan terpengaruh secara langsung terhadap perilaku penggunanya
(Gambar 5.4).
RUANG TAMU

RUANG TAMU/RUANG KELUARGA

DAPUR

KAMAR MANDI

GUDANG/ RUANG TIDUR

RUANG TIDUR

Gambar 5.4 Kondisi Ruang di Rumah Tinggal Surya Sumardi

Universitas Sumatera Utara

5.1.1.1 Deskripsi ruang dan deskripsi perilaku pada rumah Surya Sumardi
1. Deskripsi ruang
a. Bentuk dan ukuran ruang
Berdasarkan observasi yang dilakukan diketahui bahwa ukuran baik itu
ukuran bangunan maupun ukuran ruang sifatnya sangat fleksibel. Bisa
dikatakan bagaimana pun ukuran yang tersedia akan dimanfaatkan
oleh pemilik rumah didasarkan pada jumlah penghuni yang tersedia
dan tentu kemampuan ekonomi pemilik rumah. Penambahan ruang
dilantai dua digunakan sebagai tambahan kamar tidur serta gudang
yang merangkap sebagai kamar tidur. Penambahan ataupun pembagian
ruang dilakukan seiring dengan pertambahan jumlah anggota keluarga.
Sedangkan mengenai standar ukuran ruang sifatnya juga sangat
fleksibel. Tidak ada ukuran tertentu yang bisa dijadikan sebagai
pedoman. Pada satu kamar dapat berukuran 4x3 m2 sedangkan kamar
lainnya bisa berukuran 2,5 x 3 m2. Pemberian ukuran ruang ini
biasanya didasarkan dari kemudahan pengerjaannya.
b. Perletakan perabotan
Untuk bagian perletakan perabotan, sejalan dengan sifat ruang, juga
sangat fleksibel. Perletakan perbotan sangat dipengaruhi oleh jumlah
anggota keluarga yang ada serta pekerjaan dari pemilik rumah. Pada
rumah keluarga Surya Sumardi ini sebagai contohnya terdapat kasur

Universitas Sumatera Utara

tambahan yang diletakkan di ruang tamu/ruang keluarga yang dapat
digunakan sebagai ruang tidur tambahan jika ada tamu yang menginap.
Selain itu pada ruang ini juga terdapat tirai yang dapat dijadikan
pembatas antara ruang tamu dan ruang keluarga jika sewaktu-waktu
ruang keluarga tersebut dijadikan sebagai kamar tidur tambahan
(Gambar 5.5).

Gambar 5.5 Kasur dan Tirai Pada Bagian Ruang Keluarga
c. Pemilihan warna
Warna yang banyak digunakan adalah warna cerah, baik itu untuk
bagian interior maupun bagian eksterior bangunan. Khusus untuk
rumah keluarga Suya Sumardi ini warna yang digunakan adalah warna
biru dan putih untuk bagian eksterior bangunan dan warna hijau muda
pada bagian interior. Pemilihan warna ini dilakukan karena ingin
memberikan kesan “segar” pada bangunan.

Universitas Sumatera Utara

d. Pengkondisian udara
Tidak ada rumah tinggal etnis Minang yang menggunakan mesin
pengkondisian udara dan penghawaan secara alami juga pada
kebanyakan rumah tidak menjadi perhatian utama. Hal ini juga yang
terjadi pada rumah keluarga Surya Sumardi. Penghawaan alami tidak
dibuat karena letak bangunan yang berdempetan serta ketidaktahuan
akan pentingnya penghawaan alami di dalam bangunan. Masalah
temperatur udara di dalam rumah yang cukup tinggi ini hanya
diselesaikan dengan penggunaan kipas angin serta membuka pintu
rumah bagian belakang dan depan.
e. Pencahayaan
Kebanyakan rumah yang ada di Kampung Aur tidak mempunyai
pencahayaan alami yang baik, hanya menggunakan jendela pada
bagian depan dan belakang rumah saja. untuk beberapa rumah yang
tidak langsung berdempetan masih memungkinkan untuk membuat
bukaan pada bagian samping bangunan.
Pada rumah keluarga Surya Sumardi, pencahayaan alami hanya ada
pada bagian depan bangunan (jendela ruang tamu) serta pada bagian
tengah bangunan (menggunakan atap fiber/plastik) (Gambar 5.6).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 5.6 Penggunaan Atap Fiber Pada Bagian Tengah Bangunan

f. Kebisingan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan faktor kebisingan merupakan
aspek ruang yang tidak mendapat perhatian. Tidak ada usaha khusus
yang dilakukan untuk mengurangi kebisingan walaupun letak rumah
yang berdempetan. Kita dapat mendengar percakapan dari tetangga
yang ada di sebelah rumah jika volume percakapannya cukup besar.
Namun hal ini tidak menjadi suatu permasalahan karena memang
hubungan antar tetangga yang sudah sangat dekat.
2. Deskripsi perilaku
a. Pola aktivitas penghuni rumah
Hasil dari observasi yang dilakukan terhadap pola aktivitas penghuni
rumah dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.3 Aktivitas Penghuni Rumah
Kerluarga

Waktu
Pagi
(7.00-12.00)

Siang-Sore
(12.00-19.00)

Malam
(19.00-7.00)

Keluarga Nasrul
Nasrul
Isteri

Nasrul dan isterinya memiliki pekerjaan Istirahat
sebagai pedagang musiman dan
sampingan sebagai pembuat gula
merah. Jika tidak sedang berdagang
maka kegiatan sepanjang hari biasanya
dihabiskan di rumah sambil membuat
gula merah. Namun jika sedang
berdagang maka sepanjang siang-sore
hingga malam hari akan dihabiskan
berdagang dan baru pulang sekitar
pukul 23.00 WIB.
Anak Perempuan
Bekerja
di Bekerja
di istirahat
supermarket
supermarket
Namun waktu kerja ini dapat berubah ketika mendapat shift
kerja yang berbeda
Keluarga Surya Sumardi
Surya Sumardi
Bekerja
sebagai Bekerja
sebagai istirahat
penjaga keamanan penjaga keamanan
Namun waktu kerja ini dapat berubah ketika mendapat shift
kerja yang berbeda
Isteri
Mengurus rumah Mengurus rumah
dan
berjualan dan
berjualan
kuota internet
kuota internet
Perempuan (4 tahun) Bermain di rumah Bermain di rumah Istirahat
Laki-laki (7 tahun)
Bersekolah
Bersekolah
Istirahat
Laki-laki (13 tahun)
Bersekolah
Bersekolah
Istirahat
Keluarga Dodi

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.3 (lanjutan)
Kerluarga

Dodi

Waktu
Pagi
Siang-Sore
Malam
(7.00-12.00)
(12.00-19.00)
(19.00-7.00)
Memiliki pekerjaan yang tidak tetap Istirahat
sehingga tidak bisa diprediksi waktu
kerjanya. Namun pada saat dilakukan
pengamatan pekerjaan yang sedang
dilakukan adalah sebagai pekerja
bangunan, sehingga waktu kerja
biasanya dari pagi hingga sore hari.

b. Privasi dan teritori
Bagian ruang yang bersifat privat hanya terdapat pada bagian kamar
tidur saja. Kamar tidur juga digunakan sebagai tempat menyimpan
barang-barang yang sifatnya pribadi dan hanya digunakan sebagai
tempat beristirahat saja (hanya pada malam hari). Hampir seluruh
kegiatan lainnya dilakukan di luar kamar tidur dan berada di ruang
publik. Ruang lainnya seperti ruang tamu/ruang keluarga sifatnya
publik, artinya tetangga (terutama tetangga yang ada di sebelah rumah)
bebas masuk ke bagian ini , sedangkan ruang lainnya seperti dapur dan
kamar mandi sifatnya semi publik/semi privat, artinya untuk tetangga
yang benar-benar cukup dekat dengan keluarga ini akan bebas
menggunakannya, sedangkan untuk tetangga biasa, tidak akan sampai
ke ruangan ini (Gambar 5.7).

Universitas Sumatera Utara

Dapur dan kamar mandi kerap
digunakan dan dimasuki oleh

PRIVAT
SEMI
PRIVAT

tetangga dekat.
Kamar tidur merupakan satusatunya bagian rumah yang dapat
dikatakan sebagai bagian yang
memiliki privasi bagi penghuni

PRIVAT
PUBLIK

Ruang keluarga/ruang tamu serta
teras dapat dikategorikan sebagai
ruang publik. Hampir semua
tetangga biasanya dapat dengan
mudah masuk ke bagian ruang ini

PUBLIK

Gambar 5.7 Sifat Ruang di Rumah Tinggal Surya Sumardi

d. Interaksi sosial di teras rumah
Bagian teras depan akan langsung terhubung dengan jalan dan juga
digunakan sebagai tempat interaksi dengan penduduk Kampung Aur
lainnya. Pada bagian teras depan biasanya disediakan sejenis dudukan

Universitas Sumatera Utara

yang bisa digunakan oleh pemilik rumah ataupun tetangga untuk
duduk dan berbincang (Gambar 5.8).

Gambar 5.8 Tempat Duduk di Bagian Depan Rumah
e. Penambahan ruang
Penambahan ruang terjadi biasanya disebabkan oleh bertambahnya
jumlah anggota keluarga. Penambahan ruang pada umunya terjadi
secara vertikal dikarenakan keterbatasan lahan yang tersedia. Material
yang digunakan pada umumnya adalah material semi permanen seperti
kayu. Pada beberapa kasus hal ini lah yang menimbulkan kesan kumuh
bagi permukiman Kampung Aur jika dilihat oleh masyarakat umum
lainnya.
f. Penentuan jumlah kamar tidur
Dalam penambahan ruang, biasanya kebutuhan yang paling dominan
adalah untuk penambahan ruang tidur. Penambahan ruang tidur ini
juga memiliki aturan tertentu setiap anggota keluarga yang sudah

Universitas Sumatera Utara

berkeluarga akan mendapatkan kamar sendiri dan anak perempuan
yang sudah dianggap dewasa (biasanya ketika mulai mencapai usia
SMA) akan mendapatkan kamarnya sendiri dan bila memiliki
adik/keponakan perempuan lainnya akan tidur bersamaan dalam satu
kamar yang sama (Gambar 5.9).

Walaupun terdapat tiga keluarga,
kamar bagian depan ini
dikhususkan untuk kamar satu
orang anak wanita yang sudah
dewasa
Gambar 5.9 Kamar Tidur Untuk Wanita Dewasa di Rumah Tinggal Surya Sumardi

Berdasarkan hasil pengamatan dari aspek perilaku dan aspek ruang yang
sudah dilakukan maka dapat dibuat suatu analisa potensi dan masalah yang ada

Universitas Sumatera Utara

sehingga dapat dihasilkan suatu kriteria perancangan permukiman etnis Minang
berdasarkan pendekatan perilaku-lingkungan di Kampung Aur (Tabel 5.4 dan 5.5).
Tabel 5.4 Deskripsi Ruang
Deskripsi Ruang
Ukuran dan Bentuk Ruang
Pada ruang tamu/keluarga, kamar tidur dan dapur pada umumnya sifatnya
fleksibel mengikuti kebutuhan penghuni rumah, teras sifatnya terbuka dan kamar
mandi umumnya kurang memenuhi standar. Sedangkan untuk penambahan ruang
biasanya sejalan dengan pertambahan jumlah keluarga dan biasanya
menggunakan bahan semi permanen.
Perletakan Perabotan
Pada ruang tamu/ruang keluarga, dapur dan kamar mandi perletakan perabotan
fleksibel dan cenderung tidak teratur. Hanya kamar yang memiliki pengaturan
perabotan tertentu
Warna
Pemilihan warna cerah untuk bagian luar dan dalam ruangan, kecuali kamar tidur
biasanya memiliki warna putih
Temperatur
Kondisi penghawaan secara alami minim
Pencahayaan
Kondisi pencahayaan secara alami minim
Kebisingan
Tidak ada perlakuan khusus untuk masalah kebisingan

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.5 Deskripsi Perilaku
Deskripsi Perilaku
Pola Aktivitas Penghuni Rumah
Penghuni pada umumnya memiliki pekerjaan tidak tetap dan cenderung berubahubah. Hal ini berpengaruh secara langsung terhadap perubahan fungsi ruang serta
perletakan perabotan di tiap ruangan

Privasi/Teritori
Pada masyarakat Minang pada umumnya privasi masing-masing unit hunian
hanya terdapat pada bagian kamar tidur masing-masing, sedangkan untuk ruang
tamu dan ruang lainnya sifatnya biasanya berada pada ruang publik ataupun semi
publik/privat.
Hal ini menyebabkan rasa kebersamaan dan rasa saling memiliki yang tinggi.
Kemudahan dalam melaksanakan kegiatan yang sifatnya kegiatan bersama.
Aktivitas Sosial di Teras Rumah
Teras rumah pada umumnya digunakan sebagai tempat bersosialisasi oleh ibu-ibu
rumah tangga pada sore hari
Penambahan Ruang
Penambahan ruang didasarkan pada penambahan jumlah anggota keluarga yang
sudah berkeluarga
Penentuan Jumlah Kamar Tidur
Selain jumlah anggota keluarga yang sudah memiliki keluarga sendiri,
pertambahan jumlah kamar juga dipengaruhi oleh ada atau tidaknya anak
perempuan yang sudah dewasa.

Sebagai catatan akhir ada beberapa karakteristik etnis Minang yang perlu
diperhatikan dalam melakukan perancangan antara lain :
1. Kebanyakan memiliki pekerjaan informal, sehingga dihasilkan suatu
bentuk kehidupan masyarakat yang dinamis, dimana pola aktivitas

Universitas Sumatera Utara

masyarakat cenderung berubah-ubah sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dilaksanakannya.
2. Sebagian besar merupakan keluarga yang tingal turun temurun di sini,
sehingga biasanya dalam satu rumah didapati lebih dari satu keluarga.
Kebanyakan anak akan tetap tinggal di rumah orangtuanya setelah
berkeluarga.
3. Karena merupakan keluarga yang tinggal turun temurun di sini, antar
tetangga biasanya sudah sangat saling mengenal, sehingga tingkat
interaksi sosial yang terjadi cukup tinggi yang menyebabkan batasan
antara privasi dan teritori hampir tidak ada.

5.1.2

Masyarakat Etnis Cina
Sebelum masuk kepada perilaku yang terjadi dalam unit hunian, perlu

diketahui terlebih dahulu karakteristik dari penduduk etnis Cina. Untuk itu dilakukan
survei awal mengenai karakteristik penduduk etnis Cina dan unit huniannya (Tabel
5.6).
Tabel 5.6 Karakteristik Penduduk Etnis Cina
Keluarga

Pekerjaan

Tipe Hunian

Riwayat Keluarga

Rudy Darwin
Rudy Darwin (32)
Isteri (29)

Pegawai toko
Pegawai swasta

Rumah tinggal 1 Sudah tinggal di Kampung
lantai
Aur sekitar 1 tahun

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.6 (lanjutan)
Keluarga

Pekerjaan

Tipe Hunian

Amin (53)
Isteri (50)
Anak laki-laki (27)
Anak laki-laki (25)
Anak laki-laki (23)
Apit
Apit (56)
Isteri (53)

Pedagang (kios)
Pedagang (kios)
Pegawai
Pegawai
Pegawai

Rumah ting