Hubungan Karakteristik Pasangan Usia Subur Dan Kualitas Pelayanan Kb Terhadap Utilisasi Alat Kontrasepsi Di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2015

BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Keluarga Berencana
2.1.1. Definisi Keluarga Berencana
Menurut WHO (World Health Organization) Expert Commite 1970, keluarga
berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari
kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat
diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran
dalam hubungan dengan umur istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Keluarga Berencana (KB) dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur
banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi,
ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai
akibat langsung dari kehamilan tersebut (Suratun, dkk, 2008 ). KB adalah tindakan
yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang
tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval
diantara kelahiran (Hartanto, 2004; 27).
2.1.2. Sejarah Keluarga Berencana (KB) di Indonesia
Pelopor gerakan Keluarga Berencana di Indonesia adalah Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia atau PKBI yang didirikan di Jakarta tanggal 23
Desember 1957 dan diikuti sebagai badan hukum oleh Depkes tahun 1967 yang

bergerak secara silent operation. Dalam rangka membantu masyarakat yang

Universitas Sumatera Utara

memerlukan bantuan secara sukarela, usaha Keluarga Berencana terus meningkat
terutama setelah pidato pemimpin negara pada tanggal 16 Agustus 1967 dimana
gerakan Keluarga Berencana di Indonesia memasuki era peralihan jika selama orde
lama program gerakan Keluarga Berencana dilakukan oleh sekelompok tenaga
sukarela yang beroperasi secara diam-diam karena pimpinan negara pada waktu itu
anti kepada Keluarga Berencana maka dalam masa orde baru gerakan Keluarga
Berencana diakui dan dimasukkan dalam program pemerintah. Sebelum 1957–
Pembatasan kelahiran secara tradisional (penggunaan ramuan, pijet, absistensi/
wisuh/ bilas liang senggama setelah coitus). Perkembangan birth control di daerah–
Berdiri klinik YKK (Yayasan Kesejahteraan Keluarga) di Yogyakarta. Di Semarang :
berdiri klinik BKIA dan terbentuk PKBI tahun 1963. Jakarta : Prof. Sarwono P,
memulai di poliklinik bagian kebidanan RSUP. Jawa dan luar pulau Jawa (Bali,
Palembang, Medan).
Struktur organisasi program gerakan Keluarga Berencana juga mengalami
perubahan tanggal 17 Oktober 1968 didirikanlah LKBN yaitu Lembaga Keluarga
Berencana Nasional sebagai semi Pemerintah, terbentuk LKBN (Lembaga Keluarga

Berencanan Nasional) yang mempunyai tugas pokok mewujudkan kesejahteraan
sosial, keluarga dan rakyat kemudian pada tahun 1970 lembaga ini diganti menjadi
BKKBN atau Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional yang merupakan
badan resmi pemerintah dan departemen dan bertanggung jawab penuh terhadap
pelaksanaan program Keluarga Berencana di Indonesia. Bermunculan proyek KB

Universitas Sumatera Utara

sehingga mulai diselenggarakan latihan untuk PLKB (Petugas Lapangan keluarga
Berencana).
2.1.3. Tujuan, Sasaran dan Strategi Gerakan Keluarga Berencana
1. Tujuan gerakan KB nasional
Tujuan utama program KB Nasional adalah untuk mewujudkan keluarga kecil
bahagia sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera
dengan memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan
reproduksi yang berkualitas, menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta
penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.
2. Sasaran gerakan keluarga berencana
Untuk mewujudkan NKKBS maka Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu
sasaran langsung dan sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin

dicapai. Sasaran langsungnya adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yaitu pasangan
suami istri yang hidup bersama dimana istrinya berusia 15-45 tahun yang harus
dimotivasi terus-menerus yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran
dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran
tidak langsungnya adalah Non PUS yaitu pelaksana dan pengelola KB, anak
sekolah, orang

yang belum menikah, pasangan di atas 45 tahun, tokoh

masyarakat). Institusional, yaitu berbagai organisasi, lembaga masyarakat,
pemerintah dan swasta. dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui
pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai
keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera.

Universitas Sumatera Utara

3. Strategi gerakan KB nasional
Strategi Gerakan KB Nasional dibagi 2 yaitu : Strategi dasar dan Strategi
operasional,
a. Strategi dasar

Lima grand strategi (strategi dasar) yang merupakan program utama dalam
mensukseskan Keluarga Berencana Nasional guna mewujudkan keluarga kecil
bahagia sejahtera.
1) Menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalam program
KB
2) Menata kembali pengelolaan KB
3) Memperkuat sumber daya manusia operasional program KB
4) Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui pelayanan
KB
5) Meningkatkan pembiayaan program KB.
Untuk menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalam
program KB haruslah tokoh masyarakat dan tokoh agama aktif pada setiap
desa serta pelayanan KB berkualitas disetiap desa atau kelurahan
tertinggal dan terpencil serta di perbatasan, memberikan promosi dan
konseling kesehatan reproduksi. Program KB yang terintegrasi dengan
outcome yang jelas, sitem informasi yang up to date, fasilitas, advokasi
dan supervisi dari pusat untuk daerah, jejaring kerja yang aktif dengan
mitra kerja serta adanya dukungan pemda dengan membuat perda ini

Universitas Sumatera Utara


semua merupakan bentuk menata kembali pengelolaan KB. Memperkuat
SDM operasinal KB dengan mengelola KB untuk setiap kecamatan serta
petugas KB dengan jumlah yang memadai dengan kompetensi yang baik
dan petugas lapangan KB maupun petugas KB terlatih untuk setiap desa
atau kelurahan. Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga
melalui KB untuk seluruh keluarga dengan balita, aktif jadi anggota badab
KB, pra keluarga sejahtera anggota unit pembinaan dan peningkatan
keluarga sejahtera punya usaha ekonomi produktif, kelompok percontohan
bina keluarha remaja untuk setiap kecamatan serta bina lingkungan
keluarga

untuk

kabupaten/kota.

Sedangkan

untuk


meningkatkan

pembiayaan program KB dengan memprioritaskan peanggaran dari pusat
ke daerah, sistem pembiayaan terutama bagi rakyat miskin serta alat/obat
kontrasepsi dengan harga terjangkau disetiap kecamatan.
b. Strategi operasional
Dalam operasionalnya program Keluarga Berencana Nasional dapat
dirumuskan dalam suatu strategi yang dinamakan dengan Pancakarya , yaitu :
1) Karya I

: Mendorong pasangan usia subur (PUS) yaitu istri yang
belum berusia 30 tahun dan anaknya baru satu orang agar
merasa cukup memiliki 2 orang anak saja.

2) Karya II

: Membantu PUS yang berusia lebih dari 30 tahun dan
anaknya lebih dari tiga orang agar tidak menambah anak
lagi.


Universitas Sumatera Utara

3) Karya III

: Mengarahkan generasi muda untuk menghayati dan
menerapkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
(NKKBS).

4) Karya IV : Memperkuat proses pelembagaan keluarga berencana
dalam masyarakat sehingga pelayanan keluarga berencana
bukan hanya tugas pemerintah,

akan tetapi dari dan untuk

masyarakat sendiri.
5) Karya V

: Memperkuat

proses


pelembagaan

dengan

dukungan

psikologis, sehingga setiap insan mengadopsi NKKBS dan
ber KB atas kemauan sendiri.
2.1.4. Pelaksanaan Operasional dan Tujuan Akhir Gerakan KB Nasional
1. Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi dilakukan dengan memberikan
penerangan konseling, advokasi, penerangan kelompok (penyuluhan) dan
penerangan massa melalui media cetak, elektronik. Dengan penerangan, motivasi
diharapkan meningkat sehingga terjadi peningkatan pengetahuan, perubahan
sikap dan perilaku masyarakat dalam berKB, melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga sehingga tercapai Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS).


Universitas Sumatera Utara

2. Pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB
Dikembangkan program reproduksi keluarga sejahtera. Para wanita baik sebagai
calon ibu atau ibu, merupakan anggota keluarga yang paling rentan mempunyai
potensi yang besar untuk mendapatkan KIE dan pelayanan KB yang tepat dan
benar dalam mempertahankan fungsi reproduksi. Reproduksi sehat sejahtera
adalah suatu keadaan sehat baik fisk, mental dan kesejahteraan sosial secara utuh
pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses
reproduksi. Bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta
dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup
spiritual dan material, bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan yang
serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antara keluarga

dengan

lingkungan. Dalam mencapai sasaran reproduksi sehat, dikembangkan 2 gerakan
yaitu: pengembangan gerakan KB yang makin mandiri dan gerakan keluarga
sehat sejahtera dan gerakan keluarga sadar HIV/AIDS. Pengayoman, melalui
program ASKABI (Asuransi Keluarga Berencana Indonesia), tujuan agar merasa

aman dan terlindung apabila terjadi komplikasi dan kegagalan.
3. Peran Serta Masyarakat dan Institusi Pemerintah
Peran Serta Masyarakat (PSM) ditonjolkan pendekatan masyarakat serta kerjasama
institusi pemerintah (Dinas Kesehatan, BKKBN, Depag, RS, Puskesmas).
4. Pendidikan KB.
Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan, baik petugas KB, bidan, dokter
berupa pelatihan konseling dan keterampilan.

Universitas Sumatera Utara

5. Tujuan akhir gerakan KB nasional
Tujuan akhir KB adalah terwujudnya keluarga kecil bahagia dan sejahtera, yang
ciri-cirinya adalah: (1) Menikah pada usia yang cukup dewasa, (2) Sebelum
menikah sudah cukup matang kepribadiannya sehingga siap mengahadapi
masalah kehidupan keluarga, (3) Calon suami dan calon istri telah memiliki mata
pencaharian

yang

biasa


menjamin

kehidupan

dan

kebutuhan

ekonomikeluarganya, (4) Suami dan istri bersedia memberikan jarak yang cukup
bagi kehamilan anak kedua agar dapat memberikan waktu dan perhatian yang
cukup untuk membina dan menyusui anaknya yang pertama dengan baik dan
benar, (5) Suami dan istri sepakat untuk mempunyai anak 2 orang saja, (6) Suami
dan istri keduanya secara dini telah mempersiapkan diri secara fisik, mental,
social, dan agama guna menghadapi masalah hari tuanya.
2.1.5. Pendekatan Baru Program KB
Pendekatan baru program KB dengan mengedepankan dua (2) hal yaitu:
Kesehatan Reproduksi dan Hak Konsumen. Konsep kesehatan reproduksi membuka
wawasan baru bahwa tujuan yang ingin di capai bukan target demografis, tetapi
tercapainya suatu keadaan sehat dari segi kemampuan reproduksi manusia. Yang
ingin dicapai secara khusus adalah peningkatan kontrol perempuan atas tubuh dan
hidupnya (Juliantora D, 2000).
1. Kesehatan Reproduksi menurut defenisi WHO 1992 adalah suatu keadaan
sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau
cacat dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi

Universitas Sumatera Utara

serta

prosesnya. Penggunanan

mencapai

kesehatan

kontrasepsi

reproduksi

yang

bagi

PUS

bertujuan

untuk

optimal. Departemen Kesehatan

menggariskan kebijakan pelayanan KB berdasarkan azas kafetaria, sukarela,
disesuaikan dengan kebutuhan calon peserta dan menjujung tinggi norma-norma
kehidupan dalam masyarakat sesuai peraturan dan perundangan yang berlaku.
Guna meningkatkan penggunaan pelayanan maka petugas KB harus mempunyai
pengetahuan dan

tekhnis media dan manajerial yang memadai. Pemberian

konseling pra dan paska pelayanan menjadi bagian dari pelayanan KB, sedangkan
untuk memberi rasa aman dan nyaman bagi peserta dilakukan pengayoman
terhadap efek samping dan komplikasi, mulai dari tingkat rumah tangga sampai
tingkat pelayanan KB tertinggi.
2. Hak Konsumen kontrasepsi
Pemenuhan hak konsumen kontrasepsi merupakan salah satu upaya meningkatkan
pemanfatan pelayanan KB dan bersifat positif bagi pengembangan pelayanan
kontrasepsi. Dengan kata lain apabila hak konsumen sudah dipenuhi maka
pemanfaatan pelayanan KB dapat terjadi.
Hak konsumen kontrasepsi di Indonesia mengacu pada hak konsumen kontrasepsi
dari International Planned Parenthodd Federation ( IPPF) yaitu :
a. Hak informasi yaitu hak untuk mendapat informasi selengkapnya mungkin
dari provider, tanpa memandang status konsumen.

Universitas Sumatera Utara

b. Hak akses layanan kesehatan reproduksi yaitu hak untuk memperoleh
pelayanan kontrasepsi kepada semua konsumen tanpa memandang status
sosial, ekonomi, politik, agama, dan geografis.
c. Hak atas pilihan yaitu hak untuk memutuskan secara bebas metode KB yang
paling tepat bagi dirinya. Pemenuhan hak atas pemberian informasi yang
lengkap akan membantu konsumen dalam pengambilan keputusan untuk
menggunakan jenis kontrasepsi yang akan tepat.
d. Hak keamanan yaitu hak untuk memperoleh pelayanan KB yang aman,
efektif.
e. Hak privasi yaitu hak atas privasi dalam konseling dan pelayanan KB.
f. Hak kerahasiaan yaitu hak atas kerahasiaan pribadi berkaitan dengan hal -hal
yang berhubungan dengan pelayanan ya ng diterima oleh peserta KB tidak
boleh disebarluaskan kepada orang lain.
g. Hak penghargaan yaitu hak atas pelayanan manusiawi dengan penuh
penghargaan dan perhatian oleh pelayanan KB.
h. Hak kenyamanan yaitu hak memperoleh kenyamanan dalam pelayanan.
i. Hak layanan berlanjut hak mendapat jaminan persediaan metode KB secara
lengkap dan pelayanan berkesinambungan selama diperlukan.
j. Hak berpendapat yaitu konsumen berhak untuk memberi pendapat tu
mengajukan usul tentang mutu pelayanan tentang pekayanan yang diterima.
k. Hak ganti rugi yaitu hak untuk memperoleh ganti rugi apabila terjadi kerugian
sebagai dampak pemakaian metode KB.

Universitas Sumatera Utara

2.1.6. Pelaksanaan Program KB
Salah satu cara untuk mewujudkan keluarga yang sakinah adalah mengikuti
program Keluarga Berencana (KB). KB secara prinsipil dapat diterima oleh Islam,
bahkan KB dengan maksud menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas dan
melahirkan keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan tujuan syari`at Islam yaitu
mewujudkan kemashlahatan bagi umatnya, KB merupakan salah satu upaya
pemerintah yang dikoordinir oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana (BPPKB), dengan program untuk membangun keluarga-keluarga bahagia
dan sejahtera serta menjadikan keluarga yang berkualitas.
KB dapat dipahami juga sebagai suatu program nasional yang dijalankan
pemerintah untuk mengurangi populasi penduduk, karena diasumsikan pertumbuhan
populasi penduduk tidak seimbang dengan ketersediaan barang dan jasa. Pelaksanaan
program tersebut salah satunya adalah dengan cara menganjurkan. setiap keluarga
agar mengatur dan merencanakan kelahiran anak, dengan menggunakan alat
kontrasepsi modern. Sebab, dengan mengatur kelahiran anak, keluarga biasanya akan
lebih mudah menyeimbangkan antara keadaan dan kebutuhan, pendapatan dan
pengeluaran. Dan pada akhirnya dapat lebih mudah membentuk sebuah keluarga
bahagia dan sejahtera. Bila pertumbuhan penduduk dapat ditekan, maka masalah
yang dihadapi tidak seberat menghadapi pertumbuhan penduduk yang tidak
terkendali.

Universitas Sumatera Utara

2.1.7. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan
konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari / mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan
sperma.
Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara
ataupun menetap. Kontrasepsi dapat di lakukan tanpa menggunakan alat, secara
mekanis, menggunakan obat/alat, atau dengan operasi (Mansjoer. A, 2009).
2.1.8. Jenis Metode Kontrasepsi
Ada dua pembagian cara kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi sederhana dan
cara kontrasepsi modern (metode efektif).
1. Kontrasepsi sederhana
Kontrasepsi sederhana terbagi lagi atas kontrasepsi tanpa alat dan kontrasepsi
dengan alat/obat. Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat dilakukan dengan
senggama terputus dan pantang berkala. Sedangkan kontrasepsi dengan alat/obat
dapat dilakukan dengan menggunakan kondom, diafragma atau cup, cream, jelly
atau tablet berbusa (vaginal tablet).
2. Cara kontrasepsi modern/metode efektif
Cara kontrasepsi ini dibedakan atas kontrasepsi tidak permanen dan kontrasepsi
permanen. Kontrasepsi tidak permanen dapat dilakukan dengan pil, AKDR (Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim), suntikan dan implant. Sedangkan cara kontrasepsi

Universitas Sumatera Utara

permanen dapat dilakukan dengan metode mantap, yaitu dengan operasi
tubektomi (sterilisasi pada wanita) dan vasektomi (sterilisasi pada pria).
2.1.9. Syarat Kontrasepsi Ideal
Sampai saat ini belum tersedia satu metode kontrasepsi yang benar–benar
100% ideal sempurna. Pilihan metode kontrasepsi umumnya dalam bentuk cafeteria
atau supermarket, dimana calon akseptor memilih sendiri metode kontrasepsi yang
diinginkannya (Hartanto, 2003).
Syarat-syarat yang harus di penuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang baik
ialah:
1. Dapat dipercaya
2. Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan
3. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan
4. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan coitus
5. Tidak memerlukan motivasi terus-menerus
6. Mudah pelaksanaannya
7. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
8. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan
9. Pemakaian jangka lama (Hartanto, 2003)

2.2. Konsep Mutu Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan

Universitas Sumatera Utara

rata-rata penduduk, serta yang penyelengaraannya sesuai dengan kode etik dan
standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan (Azwar, 1995).
Ukuran-ukuran pelayanan kesehatan yang bermutu lebih bersifat luas,
karenanya didalamnya tercakup penilaian terhadap kepuasan pasien mengenai :
1. Ketersediaan pelayanan kesehatan (available)
Untuk dapat menimbulkan kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan, maka
syarat yang harus dipenuhi adalah ketersediaan pelayanan kesehatan tersebut.
Sehingga sering disebut, suatu pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang
bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut tersedia di masyarakat.
2. Kewajaran pelayanan kesehatan (appropriate)
Pelayanan kesehatan sebagai pelayanan bermutu apabila pelayanan tersebut
bersifat wajar, dalam arti dapat mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.
3. Kesinambungan pelayanan kesehatan (continue).
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah apabila pelayanan kesehatan tersebut
bersifat berkesinambungan, dalam arti tersedia setiap saat, baik menurut waktu
atau apapun kebutuhan pemakai jasa pelayanan kesehatan.
4. Penerimaan pelayanan kesehatan (acceptable)
Pelayanan kesehatan tersebut harus dapat diupayakan diterima oleh pemakai jasa.
5. Ketercapaian pelayanan kesehatan (accesible)
Pelayanan kesehatan yang lokasinya tidak terlalu jauh dari daerah tempat tinggal
sehingga dapat dicapai oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

6. Keterjangkauan pelayanan kesehatan (affordable)
Pelayanan kesehatan yang terlalu mahal tidak akan dapat dijangkau oleh semua
pemakai jasa pelayanan kesehatan, dan karenanya tidak akan memuaskan pasien.
Sebagai jalan keluarnya, disarankan perlunya mengupayakan pelayanan kesehatan
yang biayanya sesuai dengan kemampuan pemakai jasa pelayanan kesehatan.
Karena keterjangkauan pelayanan kesehatan erat hubungannya dengan kepuasan
pasien, dan kepuasan pasien berhubungan dengan mutu pelayanan, maka suatu
pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan yang bermutu apabila pelayanan
dapat dijangkau oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan.
7. Efisiensi pelayanan kesehatan (Efficient)
Pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan secara efisien.
8. Mutu Pelayanan Kesehatan (quality)
Mutu pelayanan kesehatan yang dimaksudkan disini adalah yang menunjuk pada
kesembuhan penyakit serta keamanan tindakan, yang apabila berhasil diwujudkan
pasti akan memuaskan pasien. Bertitik tolak dari pendapat adanya kaitan antara
mutu dengan kepuasan, maka suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai
pelayanan yang bermutu apabila pelayanan tersebut dapat menyembuhkan pasien
serta tindakan yang dilakukan adalah aman (Azwar, 1995).

Universitas Sumatera Utara

2.3. Pelayanan KB
2.3.1. Pelayanan Penggunaan Alat Kontrasepsi
Pelayanan kontrasepsi mempunyai dua tujuan yaitu tujuan umum adalah
pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu di hayatinya
NKKBS dan tujuan pokok adalah penurunan angka kelahiran yang bermakna.
Guna

mencapai

tujuan

tersebut

maka

ditempuh

kebijaksanaan

mengkategorikan tiga fase untuk mencapai sasaran yaitu:
1. Fase menunda perkawinan/kesuburan.
2. Fase menjarangkan kehamilan.
3. Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan/kesuburan.
Maksud kebijaksanaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak
akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan
pada usia tua.
1. Fase menunda/mencegah kehamilan:
Fase menunda kehamilan bagi PUS dengan usia istri kurang dari 20 tahun di
anjurkan untuk menunda kehamilannya. Alasan menunda/mencegah kehamilan:
a. Umur di bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak
dulu karena berbagai alasan.
b. Prioritas penggunaan kontrasepsi pil-oral karena peserta masih muda.
c. Penggunaan kondom kurang menguntungkan,karena pasangan muda masih
tinggi frekuensi ber-senggamanya, sehingga akan mempunyai kegagalan
tinggi.

Universitas Sumatera Utara

d. Pasangan IUD-Mini bagi yang belum mempunyai anak pada masa ini dapat di
anjurkan, terlebih pada calon peserta dengan kontra-indikasi terhadap pil oral.
Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan:
a. Reversibilitas yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin
hampir 100%, karena pada masa ini peserta belum mempunyai anak.
b. Efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan terjadinya
kehamilan dengan resiko tinggi dan kegagalan ini merupakan kegagalan
progam.
2. Fase menjarangkan kehamilan:
Periode usia istri antara 20-30/35 tahun merupakan usia yang paling baik untuk
melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2
sampai 4 tahun. Ini di kenal dengan “Catur Warga”. Alasan menjarangkan
kehamilan:
a. Umur antara 20 sampai 30 tahun merupakan usia yang terbaik untuk
mengandung dan melahirkan.
b. Segera setelah anak pertama lahir, maka di anjurkan untuk memakai IUD
sebagai pilihan utama.
c. Kegagalan yang menyebabkan kehamilan yang cukup tinggi namun di sini
tidak/kurang berbahaya karena yang bersangkutan berada pada usia
mengandung dan melahirkan yang baik.
d. Di sini kegagalan kontrasepsi bukanlah kegagalan progam.

Universitas Sumatera Utara

Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :
a. Efektivitas cukup tinggi.
b. Reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih mengharapkan punya anak
lagi
c. Dapat di pakai 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan anak
yang di rencanakan.
d. Tidak menghambat Air Susu Ibu (ASI), karena ASI adalah makanan terbaik
untuk bayi sampai umur 2 tahun dan akan memengaruhi angkakesakitan dan
kematian anak.
3. Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan/kesuburan:
Periode umur istri di atas 30 tahun, terutama di atas 35 tahun,sebaiknya
mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak. Alasan mengakhiri
kesuburan:
a. Ibu-ibu dengan usia di atas 30 tahun di anjurkan untuk tidak hamil / tidak
punya anak lagi, karena alasan medis dan alasan lainnya.
b. Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap.
c. Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu yang relatif tua dan mempunyai
kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan komplikasi.
Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :
a. Efektivitas sangat tinggi.
b. Dapat di pakai untuk jangka panjang

Universitas Sumatera Utara

c. Tidak menambah kelainan yang sudah ada. Pada masa usia tua kelainan
seperti penyakit jantung, darah tinggi, keganasan dan metabolic biasanya
meningkat, oleh karena itu sebaiknya tidak di berikan cara kontrasepsi yang
menambah kelainan tersebut (Hartanto, 2004).
2.3.2. Faktor-faktor dalam Memilih Metode Kontrasepsi
Sebelum menetapkan suatu metode kontrasepsi faktor pasangan-motivasi dan
rehabilitas: umur, gaya hidup, frekwensi senggama, jumlah keluarga yang di
inginkan, pengalaman dengan kontrasepsi yang lalu, faktor kesehatan –
kontraindikasi absolute atau relative : Status kesehatan, riwayat haid, riwayat
keluarga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul, faktor metode kontrasepsi –
penerimaan dan pemakaian berkesinambungan: efektifitas, efek samping minor,
kerugian, komplikasi-komplikasi yang potensial, biaya. Dalam hal memilih metode
kontrasepsi, kita harus dapat memandangnya dari dua sudut yaitu: dari pihak calon
akseptor dan pihak medis / petugas KB.
1. Pihak calon akseptor
Dengan belum tersedianya metode kontrasepsi yang benar-benar 100% sempurna,
maka ada dua hal yang sangat penting untuk di ketahui oleh pasangan calon
akseptor, yaitu: efektifitas dan keamanan (Hartanto, 2004).
a. Efektifitas
Petugas KB sering mendapatkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
Apakah metode ini benar-benar ampuh, Metode apa yang paling efektif,
metode apa yang paling efektif untuk saya, apakah saya dapat menjadi hamil

Universitas Sumatera Utara

bila telah ikut KB. Karena pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak dapat di
jawab secara pasti untuk setiap individu wanita, di anggap paling baik
menjawabnya dengan dua cara yaitu : Angka kegagalan bagi pasangan suami
istri yang memakai metode kontrasepsi secara konsisten dan benar
(theoretical atau biological effectiveness), kegagalan cara (kegagalan metode)
(method failure) dan angka kegagalan bagi pasangan suami istri dalam kondisi
kehidupan sehari-hari/sebenarnya (use effectiveness), kegagalan pemakai
(user failure).
b. Keamanan
Seperti halnya semua kontrasepsi mempunyai kegagalan, maka semua
kontrasepsi juga menimbulkan resiko tertentu pada pemakainya, yaitu: adanya
risiko yang berhubungan dengan metode itu sendiri, misalnya kematian,
hospitalisasi, histerektomi, infeksi dan lain-lain, kemudian adanya risiko yang
potensial

dalam

bentuk

ketidaknyamanan

(inconvenience),

misalnya

senggama menjadi kurang/tidak menyenangkan, biaya yang tinggi dan lainlain.
2. Pihak medis/petugas KB
Di samping ke dua hal tersebut di atas,untuk pihak medis/petugas KB masih ada
hal-hal lain yang penting dan perlu di pertimbangkan, yaitu: Upaya melindungi
kesuburan/fertilitas dari akseptor, Keuntungan non kontraseptif, Kontra indikasi,
Tanda-tanda bahaya metode kontrasepsi yang sedang di pertimbangkan terutama

Universitas Sumatera Utara

untuk calon akseptor pil-oral dan IUD, Menghindari pendekatan dengan poli
farmasi, Kerjasama antara Suami dan istri (Hartanto. H, 2004).
Faktor-faktor yang dapat memengaruhi pemilihan metode/alat kontrasepsi
lainnya adalah:
1. Faktor internal
Faktor internal adalah factor-faktor yang menyangkut bagian dalam diri suami
dari para akseptor KB sendiri (Lukman Ali, 1995). Faktor internal sendiri disini
meliputi pengetahuan yaitu pengetahuan suami dari akseptor KB tentang metode /
alat-alat kontrasepsi (Ayurai, 2009).
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berkenan dengan sesuatu hal.
Pengetahuan secara umum berhubungan dengan mengingat pada bahan yang
sudah dipelajari (Sudirman, 1987) (Ayurai, 2009).
b. Motivasi
Motivasi adalah tingkah laku ke arah satu tujuan dengan didasari adanya suatu
kebutuhan (A.Tabrai, Refrigerant. 1996) (Ayurai, 2009). Motivasi adalah
keinginan dalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan dan
mengorganisasikan tingkah lakunya untuk memenuhi kebutuhannya yang
telah ditetapkan sebelumnya (Harold Kantz, 1990) (Ayurai, 2009).

Universitas Sumatera Utara

2. Faktor eksternal
a. Petugas kesehatan
Petugas kesehatan adalah orang yang berpendidikan serta berpengalaman
khusus dalam bidang kesehatan. Yang dimaksud disini adalah petugas
kesehatan (dokter, bidan, perawat kesehatan) masyarakat yang sudah
mendapat latihan khusus KB (Ayurai, 2009).
b. Sosial budaya
Sosial budaya adalah lingkungan yang memengaruhi kita termasuk cara
pergaulannya, adat istiadatnya, agama dan kepercayaannya (Depkes RI,
1996). Pada tahun 1871 seorang antropolog yaitu E.B Taylor pernah mencoba
memberikan definisi mengenai kebudayaan. Kebudayaan adalah kompleks
yang mencakup pengetahuan, kepercayaan seni, moral, kebiasan yang didapat
dari nenek moyang dan diwariskan oleh masyarakat setempat (Depkes RI,
1996) (Ayurai, 2009).
2.3.3. KIE dalam Pelayanan KB
2.3.3.1. Pengertian KIE
Adalah Suatu proses penyampaian pesan ,informasi yang diberikan kepada
masyarakat tentang program KB baik menggunakan media seperti: Radio,T ,Pers,
Film,Mobil unit penerangan ,penerbitan ,kegiatan promosi , pameran dengan tujuan
utama adlah untuk memecahkan masalah dalam lingkungan masyarakat dalam
meningkatkan program KB atau sebagai penunjang tercapainya program KB.

Universitas Sumatera Utara

1. Komunikasi
Penyampaian pesan secara langsung ataupun tidak langsung melalui saluran
komunikasi kepada penerima pesan, untuk mendapatkan suatu efek (DEPKES RI,
1984). Menurut Effendy (1998), komunikasi adalah pertukaran pikiran atau
keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti dan saling percaya,
demi terwujudnya hubungan yang baik antara seseorang dengan orang lain.
Komunikasi adalah pertukaran fakta, gagasan, opini atau emosi antara dua orang
atau lebih. Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk
memengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat, dengan menggunakan
berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik menggunakan komunikasi antar
pribadi maupun komunikasi massa (Notoatmodjo, 2003).
2. Informasi
Informasi adalah keterangan, gagasan, maupun kenyataan-kenyataan yang perlu
diketahui oleh masyarakat (BKKBN, 1993). Sedangkan menurut Depkes, 1990
Informasi adalah pesan yang disampaikan. Informasi

adalah suatu hal

pemberitahuan / pesan yang diberikan kepada seseorang atau media kepada orang
lain sesuai dengan kebutuhannya.
3. Edukasi
Pendidikan adalah proses perubahan perilaku kearah yang positif (DEPKES RI,
1990). Menurut Effendy (1998), pendidikan kesehatan merupakan salah satu
kompetensi yang dituntut dari tenaga kesehatan, karena merupakan salah satu
peranan yang harus dilaksanakan dalam setiap memberikan pelayanan kesehatan,

Universitas Sumatera Utara

baik itu terhadap individu, keluarga, kelompok ataupun masyarakat. Pengertian
secara khusus edukasi adalah

Suatu bentuk atau model pelaksanaan organisasi

soaial masyarakat dalam memecahkan masalah yang dirasakan oleh masyarakat
dengan pokok penekanan sebagai hal berikut: Pemecahan masalah dan proses
pemecahan masalah. Pengembangan Provider merupakan bagian dari proses
pengembangan masyarakat secara keseluruhan.
2.3.3.2. Tujuan KIE dalam Pelayanan KB
Beberapa tujuan KIE dalam Pelayanan KB yaitu sebagai berikut:
1. Meletakkan dasar bagi mekanisme sosio kultural yang dapat menjamin
berlangsungnya proses penerimaan untuk memberikan informasi yang sejelas2nya
tentang aspek medis kontrasepsi kepada calon peserta KB,yang kemudian
mengajak mereka untuk menggunakan cara kontrasepsi yang sesuai dengan
keinginannya.
2. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek KB sehingga tercapai penambahan
peserta baru.
3. Membina kelestarian peserta KB
4. Mendorong terjadinya proses perubahan perilaku ke arah yang positif,
peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik masyarakat (klien) secara wajar
sehingga masyarakat melaksanakannya secara mantap sebagai perilaku yang sehat
dan bertanggung jawab

Universitas Sumatera Utara

5. Sarana menggunakan metode KB dalam waktu yang cukup lama sehingga
berpengaruh terhadap kelahiran, taraf kesehatan ibu dan keluarga, serta tingkat
kesejahteraan keluarga.
6. Membantu klien dalam mengambil keputusan secara tepat dan cepat
Pedoman untuk memilih metode.
2.3.3.3. Jenis Kegiatan KIE
1. Jenis kegiatan jenis kegiatan KIE
a. Motivasi
Motivasi pada pasien KB meliputi: Berfokus untuk mewujudkan permintaan,
bukan pada kebutuhan individu klien; Menggunakan komunikasi satu arah;
Menggunakan komunikasi individu, kelompok atau massa.
b. Pendidikan KB
Pelayanan KB yang diberikan pada pasien mengandung unsur pendidikan
sebagai berikut: Menyediakan seluruh informasi metode yang tersedia;
Menyediakan informasi terkini dan isu; Menggunakan komunikasi satu arah
atau dua arah; Dapat melalui komunikasi individu, kelompok atau massa;
Menghilangkan rumor dan konsep yang salah.
c. Konseling KB
Konseling KB antara lain: Mendorong klien untuk mengajukan pertanyaan;
Menjadi pendengar aktif; Menjamin klien penuh informasi; Membantu klien
membuat pilihan sendiri.

Universitas Sumatera Utara

2. Strategi Kegiatan Dalam Kie
a. KIE Individu
Suatu proses KIE timbul secara langsung antara petugas KIE dengan individu
sasaran program KB.
b. KIE Kelompok
Suatu proses KIE timbul secara langsung antara petugas KIE dengan
kelompok (2-15 orang)
c. KIE Massa
Suatu proses KIE tentang program KB yang dapat dilakukan secara langsung
maupun tidak langsung kepada masyarakat dalam jumlah besar.
Keberhasilan KIE dapat di ukur dengan indicator sebagai berikut:
1. Makin meningkatnya pelayanan/arus KIE sampai kepelosok-pelosok yang semula
belum terjangkau.
2. Makin meningkatnya jumlah-jumlah kelompok masyrakat yang ikut menangani
masalah KIE KB terutama di wilayah atau unit daerah yang tadinya belum
terjangkau Pelayanan KB.
3. Meningkatnya jumlah peserta baru dan peserta lestari/aktif yang mempunyai
pengaru terhadap penurunan tingkat kelahiran.
4. Meningkatnya kesadaran masyarakat dan individu bahwa masalah KB bukan
hanya masalah medis, social dan lain-lainnya, tetapi menyangkut kehidupan
manusia.
5. Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang pengaruh keberhasilan KB.

Universitas Sumatera Utara

2.4. Konsep Utilisasi Pelayanan Kesehatan
2.4.1. Definisi Utilisasi Pelayanan Kesehatan
Menurut Gunawan Utilisasi berasal dari kata Utilization artinya penggunaan
atau pemanfaatan dan menurut Azwar pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang
diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara, meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.
2.4.2. Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan
Untuk dapat disebut sebagai suatu pelayanan kesehatan yang berkualitas maka
pelayanan kesehatan tersebut harus memiliki persyaratan pokok. Menurut Azwar
(1996), syarat pokok pelayanan kesehatan adalah :
1. Tersedia dan berkesinambungan
Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan adalah harus tersedia di masyarkat
serta bersifat berkesinambungan. Arti semua jenis pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan serta keberadaannya dalam
masyarakat ada pada saat masyarakat membutuhkan.
2. Mudah dicapai
Yang dimaksud mudah dicapai dipandang dari segi lokasi artinya pelayanan
kesehatan harus mudah dicapai atau dekat dengan masyarakat.
3. Mudah dijangkau
Maksud mudah dijangkau masyarakat disini dipandang dari segi pembiayaan.
Pelayanan kesehatan yang berkualitas apabila pembiayaan untuk mendapatkan

Universitas Sumatera Utara

pelayanan disesuaikan dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Diharapkan
pelayanan kesehatan tidak dinikmati oleh golongan masyarakat tertentu saja.
4. Dapat diterima dan wajar
Dapat diterima masyarakat serta bersifat wajar artinya pelayanan kesehatan
tersebut sesuai dengan budaya masyarakat.
5. Bermutu
6. Pengertian bermutu disini menunjukkan pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para
pengguna jasa pelayanan dan dipihak lain tata cara penyelenggaraan sesuai
dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.
2.4.3. Model Utilisasi Pelayanan Kesehatan
Menurut Anderson, utilisasi pelayanan kesehatan digolongkan menjadi
beberapa model berdasarkan tipe variabel yang digunakan sebagai faktor penentu
1. Model demografi (demografic model)
Variabel yang digunakan dalam model ini adalah umur, jenis kelamin, status
perkawinan dan besarnya keluarga. Perbedaan akan derajat kesehatan, angka
kesakitan dan tingkat penggunaan pelayanan kesehatan diasumsikan akan
berhubungan dengan seluruh variabel diatas. Variabel yang digunakan berasal
dari dalam individu (intrinsik), yang secara langsung akan memengaruhi
kebutuhan seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

2. Model struktur sosial ( social structure model)
Variabel yang digunakan dalam model ini adalah pendidikan, pekerjaan dan suku
bangsa atau etnis. Penggunaan pelayanan kesehatan adalah suatu aspek gaya
hidup (life style) seseorang yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan sosial
Psikologisnya. Seseorang yang sedang sakit dengan tingkat pengetahuan dan
pendidikan rendah mencari pertolongan tradisional bila mengalami penyakit
infeksi sedangkan yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi akan merasa
membutuhkan dokter untuk mendapatkan obat anti biotik. Sehingga latar
belakang sosial seseorang berpengaruh pada kebutuhan seseorang dan pada
akhirnya berhubungan dengan tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan.
3. Model sumber daya keluarga ( family resources model)
Variabel yang digunakan dengan menggunakan pendapatan keluarga, cakupan
asuransi keluarga atau sebagai anggota asuransi kesehatan atau pihak – pihak
yang membiayai pelayanan kesehatan keluarga. Variabel ini digunakan untuk
mengukur kemampuan membayar (daya beli) individu atau keluarga untuk
pelayanan kesehatan mereka.
4. Model sumber daya masyarakat (community recources model )
Variabel yang digunakan dalam model ini penyediaan pelayanan kesehatan dan
sumber-sumber dalam masyarakat. Model ini selanjutnya menggambarkan suplai
ekonomis yang berfokus pada keterjangkauan biaya terhadap pelayanan yang ada
di masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

5. Model sosial – psikologis (social psychologis model)
Variabel yang digunakan adalah sikap dan keyakinan (belief) individu.Variabel
social-psikologis pada umumnya terdiri dari 4 kategori,yaitu kerentanan terhadap
penyakit atau sakit yang dirasakan, keseriusan penyakit yang diderita,keuntungan
yang diharapkan dalam mengambil tindakan untuk mengatasi sakit, dan kesiapan
individu.
6. Model organisasi (organization model)
Variabel yang digunakan dalam model yaitu ketersediaan sumber daya, akses
geografis, akses ekonomi untuk penggunaan atau pemanfaatan dari pelayanan
kesehatan.
2.4.4. Penelitian yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan KB
Beberapa penelitian yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan KB
antara lain :
1. Menurut Ismay, 2005 menunjukkan bahwa informasi yang diberikan petugas
kepada akseptor tentang metode

KBnya masih kurang memadai. Sehingga

akseptor tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang kontrasepsi. Hal inilah
yang berdampak pada rendahnya pemanfaatan pelayanan KB.
2. Menurut Kartono, 1999 bahwa PUS tidak memanfaatkan pelayanan KB karena
penyedia pelayanan tidak menydiakan semua metode kontrasepsi. Petugas
cenderung memprioritaskan dan membatasi sauatu metode tertentu karena
keterbatasan persediaan. Konsumen tidak dapat memilih metode yang sesuai

Universitas Sumatera Utara

dengan tujuan kontrasepsinya karena alat tidak tersedia sehingga faktor ini akan
berpengaruh pemanfaatan pelayanan KB.

2.5. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini menggambarkan faktor-faktor yang diduga
berpengaruh terhadap utilisasi alat kontrasepsi adalah karakteristik PUS di
Kecamatan Sibolga Selatan.
Karakteristik PUS
- Pendidikan
- Pengetahuan
- Pekerjaan
- Penghasilan
Kualitas Pelayanan KB
- Keterjangkauan pelayanan KB
- Kewajaran pelayanan KB
- Kesinambungan pelayanan KB

Utilisasi penggunaan alat
kontrasepsi

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi Kondom dan Dukungan Sosial Terhadap Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan

1 68 145

Hubungan Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Keluarga Berencana (KB) dengan Pelaksanaan KB di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan

1 62 79

Faktor-faktor Ketidakikutsertaan Pasangan Usia Subur menjadi Akseptor KB di Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

6 62 58

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR DI DESA KRAKAL KECAMATAN ALIAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2015

1 17 95

Pengaruh Penyuluhan Program Keluarga Berencana (KB) Terhadap Sikap Penerimaan Alat Kontrasepsi Pasangan Usia Subur (PUS.

3 37 39

Hubungan Karakteristik Pasangan Usia Subur Dan Kualitas Pelayanan Kb Terhadap Utilisasi Alat Kontrasepsi Di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2015

0 0 18

Hubungan Karakteristik Pasangan Usia Subur Dan Kualitas Pelayanan Kb Terhadap Utilisasi Alat Kontrasepsi Di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2015

0 0 2

Hubungan Karakteristik Pasangan Usia Subur Dan Kualitas Pelayanan Kb Terhadap Utilisasi Alat Kontrasepsi Di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2015

0 0 9

Hubungan Karakteristik Pasangan Usia Subur Dan Kualitas Pelayanan Kb Terhadap Utilisasi Alat Kontrasepsi Di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2015

0 0 3

Hubungan Karakteristik Pasangan Usia Subur Dan Kualitas Pelayanan Kb Terhadap Utilisasi Alat Kontrasepsi Di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2015

0 0 34