Hubungan Karakteristik Pasangan Usia Subur Dan Kualitas Pelayanan Kb Terhadap Utilisasi Alat Kontrasepsi Di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2015

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan guna tercapainya
kesadaran, kemauan, dan kemampuan sehat bagi setiap orang, menyangkut fisik,
mental, maupun sosial budaya dan ekonomi. Untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan yang menyeluruh, terarah dan
berkesinambungan. Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi,
pertama yang laten yaitu kematian ibu dan kematian bayi yang masih tinggi akibat
berbagai faktor termasuk pelayanan kesehatan yang relatif kurang baik. (Kepmenkes
RI No 369, 2007).
Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga merupakan
program yang strategis untuk meningkatkan kesejahteraan generasi sekarang dan
generasi mendatang. Pembangunan yang berkelanjutan sulit dicapai jika berbagai
sasaran Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga
tidak akan tercapai bila kondisi dinamika kependudukan tidak diintegrasikan dan
dijadikan acuan oleh berbagai sektor pembangunan. Bagaimanapun tingginya
pembangunan ekonomi tidak akan berdampak banyak untuk kesejahteraan penduduk
jika pertumbuhan penduduk tidak terkendali dan berbagai ketimpangan yang ada di
masyarakat tidak menjadi perhatian (Mulyanto dkk, 2014).


Universitas Sumatera Utara

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara
utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam semua hal
yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya. Ruang lingkup
kesehatan reproduksi mencakup keseluruhan hidup manusia sejak lahir sampai mati.
Untuk kepentingan kesehatan Indonesia saat ini, secara nasional telah disepakati
empat (4) komponen prioritas kesehatan reproduksi yang disebut dengan Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE), yaitu : kesehatan ibu dan bayi baru lahir
(BBL), keluarga berencana, kesehatan reproduksi remaja, serta pencegahan dan
penanggulangan penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS (Kumalasari, 2013).
Sebagai komponen kesehatan reproduksi, program pelayanan KB diarahkan
untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi karena kehamilan yang
diinginkan dan berlangsung pada keadaan dan saat yang tepat, akan menjamin
keselamatan ibu dan bayi. Program pelayanan KB sangat berguna dalam pengaturan
kehamilan yang diinginkan dan pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan atau
tidak tepat waktu, karena program pelayanan KB bertujuan menunda, menjarangkan,
atau membatasi kehamilan bila anak sudah cukup, dan membudayakan Norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Apabila gerakan keluarga

berencana tidak dilakukan bersamaan pembangunan ekonomi, maka akan
dikhawatirkan hasil pembangunan tidak akan berarti, oleh sebab itu keluarga
diharapkan menerima NKKBS tersebut yang berorientasi pada pertumbuhan yang
seimbang (Andhyantoro, 2013).

Universitas Sumatera Utara

Kondisi kependudukan di Indonesia saat ini baik yang menyangkut jumlah,
kualitas maupun persebarannya merupakan tantangan yang berat yang harus diatasi
bagi tercapainya keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia. Situasi dan kondisi
kependudukan yang ada pada saat ini merupakan suatu fenomena yang memerlukan
perhatian

penanganan

secara

seksama,

lebih


sungguh-sungguh

dan

berkesinambungan. Upaya pengendalian pertumbuhan penduduk yang telah
dijalankan selama ini dilakukan melalui program pengaturan kelahiran atau program
keluarga berencana (KB). Selain melalui pengaturan kelahiran, upaya pengendalian
pertumbuhan penduduk juga harus didukung dengan adanya penyerasian kebijakan
pengendalian penduduk dengan kebijakan pembangunan bidang lainnya terutama
berkaitan dengan kuantitas, kualitas, maupun mobilitas penduduk agar selaras, serasi,
dan sinergis.
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, Hasil Sensus
Penduduk menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia adalah 237,6 juta jiwa
tahun 2010. Angka tersebut menempatkan Indonesia pada urutan keempat dari negara
yang berpenduduk paling besar di dunia setelah Republik Rakyat Cina, India, dan
Amerika Serikat. Tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia telah mengalami
penurunan dalam tiga dasawarsa terakhir. Antara tahun 1980 dan 1990, rata-rata
pertumbuhan penduduk setiap tahun adalah 1,98 persen. Antara tahun 1990 dan 2000
turun menjadi 1,44 persen, namun antara tahun 2000 dan 2010 sedikit meningkat

menjadi 1,49 persen. Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 359 kematian maternal per
100.000 kelahiran hidup untuk periode tahun 2008 - 2012. Rasio kematian maternal

Universitas Sumatera Utara

tersebut menunjukkan penurunan dari SDKI 1994 sampai dengan SDKI 2007, namun
meningkat pada SDKI 2012. Data terbaru jumlah penduduk Indonesia pada tahun
2013 menurut Badan Pusat Statistik Indonesia (2014) sebanyak 248,818 juta jiwa
sedangkan untuk Provinsi Sumatera Utara jumlah penduduknya adalah 13,590 juta
jiwa.
Tingginya angka kematian ibu hamil disebabkan karena banyak faktor. Salah
satu penyebab tidak langsung kematian ibu adalah kondisi ibu yang tidak siap untuk
hamil, ada ± 65 % karena kondisi 4 terlalu (4T) yaitu terlalu muda (usia kurang dari
20 tahun), terlalu tua (umur diatas 35 tahun), terlalu sering (jarak persalinan terakhir
dengan awal kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun), dan terlalu banyak (jumlah
anak lebih dari 4 orang) dengan harapan bahwa program pelayanan KB mampu
menjangkau kondisi tersebut. Faktor lain yang mengakibatkan kematian ibu karena
komplikasi abortus yang tidak aman akibat kekamilan yang tidak diinginkan pada
pasangan unmeet neet (pasangan yang tidak ingin punya anak namun tidak
menggunakan alat kontrasepsi) (Manuaba, 2002).

Menanggapi masalah tersebut diatas pemerintah membuat kebijakan nasional
dengan menargetkan cakupan pelayanan KB pasca persalinan dan pasca keguguran
keguguran sampai 100% pada tahun 2010. Untuk dapat mencapai tujuan dan target
ini maka pelayanan KB harus tersedia dan harus dimanfaatkan oleh pasangan usia
subur

(PUS)

untuk

merencanakan

jumlah

dan

jarak

kelahiran


anak

(Martaadisoebrata, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Kenyataan yang ada di berbagai daerah bahwa cakupan peserta KB aktif (cara
modern maupun cara tradisional), dimana untuk angka nasional 59,7 persen (2013),
dengan variasi antar provinsi mulai dari yang terendah di Papua (19,8%) sampai yang
tertinggi di Lampung (70,5%). Penggunaan KB saat ini adalah 59,7%, diantaranya
59,3% menggunakan cara modern dan 51,9% penggunaan KB hormonal, dan 7,5
persen non hormonal. Hal ini mencerminkan bahwa utilisasi pelayanan KB masih
rendah.
Rendahnya utilisasi alat kontrasepsi menurut Ismay, 2004 mengatakan bahwa
di tengah otonomi daerah akseptor KB sulit untuk memanfaatkan pelayanan KB
karena keterbatasan biaya untuk memperoleh alat/metode KB, sedangkan menurut
penelitian Subroto (2004) menyatakan drop out metode kontrasepsi terjadi karena
akseptor KB tidak lagi memperoleh pelayanan KB gratis dalam safari KB seperti
pada tahun-tahun sebelumnya.
Dalam satu dekade terakhir ini program Kependudukan, Keluarga Berencana

dan Pembangunan Keluarga mengalami stagnasi. Hal ini disebabkan

Isu

kependudukan belum terintegrasi penuh dan belum dijadikan acuan dalam
perencanaan berbagai sektor pembangunan di Indonesia, termasuk di Provinsi
Sumatera Utara, hal ini dapat dilihat dari TFR Provinsi Sumatera Utara yang masih
tinggi = 3,0, CPR = 42,8 %, Unmet need yang masih sekitar 16,2 % (Mulyanto dkk,
2014).
Di Kota Sibolga bahwa pencapaian akseptor KB masih rendah yaitu : pada
tahun 2012 jumlah PUS sebanyak 12.115 orang dengan peserta KB aktif sebanyak

Universitas Sumatera Utara

7.475 ( 61,70% ), bukan peserta KB sebanyak 4.640 orang (38,30 %) dan unmet need
sebanyak 2.407 orang (19,87 %), pada tahun 2013 jumlah PUS sebanyak 12.168
orang dengan peserta KB aktif sebanyak 6.838 (56,20%),

bukan peserta KB


sebanyak 5.330 orang (43,80%) dan unmet need sebanyak 2.722 orang (22,37%),
pada tahun 2014 jumlah PUS sebanyak 12.189 orang dengan peserta KB aktif
sebanyak 7.920 (64,98 %), bukan peserta KB sebanyak 4.269 orang (35,02%) dan
unmet need sebanyak 1.809 orang (14,84%) .Kota Sibolga terdiri dari 4 kecamatan,
dimana kecamatan yang masih rendah cakupan akseptor KB untuk tahun 2014 adalah
kecamatan Sibolga Selatan dengan jumlah PUS sebanyak 4.455 orang, dimana
jumlah PUS bukan akseptor KB sebanyak 1.635orang (36,70 %), dan unmeet need
nya sebanyak 705 orang (15,82 %).
Kabupaten Tapanuli Tengah, pencapaian akseptor KB masih lebih tinggi bila
dibandingkan dengan pencapaian di Kota Sibolga walapun sebenarnya belum sesuai
dengan target dari Pemerintah : yaitu pada tahun 2012 dengan jumlah PUS sebanyak
54.112 orang, akseptor KB aktif sebanyak 37.300 (68,9%) orang dan Akseptor
peserta baru sebanyak 11.940 orang (22,06 %), pada tahun 2013 dengan jumlah PUS
sebanyak 54.861 orang, akseptor KB aktif sebanyak 40.702 (68,9%) orang dan
Akseptor peserta baru sebanyak 16.683 orang (22,06 %), pada tahun 2014 dengan
jumlah PUS sebanyak 56.328 orang, akseptor KB aktif sebanyak 48.803 (68,9%)
orang dan Akseptor peserta baru sebanyak 13.616 orang (22,06%).
Data tersebut diatas menunjukkan bahwa utilisasi alat kontrasepsi di Kota
Sibolga belum sesuai dengan yang diharapkan, hal ini terlihat dari rendahnya cakupan


Universitas Sumatera Utara

akseptor KB, masih tingginya angka yang bukan peserta KB serta masih tingginya
angka unmet neet pada pasangan usia subur (PUS) tersebut. Berdasarkan survey, hal
ini disebabkan oleh Pelayanan penggunaan kontrasepsi di kota Sibolga seperti di
Puskesmas, Rumah sakit atau instansi Pelayanan KB milik Pemerintah lainnya tidak
dikenakan biaya, tetapi di klinik mandiri atau praktek bidan swasta masih dikenakan
biaya, PUS di Kota Sibolga masih lebih banyak menggunakan fasilitas pelayanan
KB swasta, kemudian juga di fasilitas pelayanan KB khususnya Pelayanan KB milik
Pemerintah Kota Sibolga lebih banyak menawarkan Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP) yang tidak sesuai dengan permintaan PUS di Kota Sibolga.
Berdasarkan data tersebut, maka penulis sangat tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan karakteristik pasangan usia subur (PUS) dan kualitas
pelayanan KB terhadap utilisasi alat kontrasepsi di Kota Sibolga Tahun 2015.

1.2. Permasalahan
Salah satu faktor yang diduga memengaruhi utilisasi pelayanan KB adalah
karakteristik PUS dan kualitas pelayanan KB. Maka permasalahan dalam penelitian
ini adalah “Apakah ada hubungan karakteristik pasangan usia subur (PUS) dan
kualitas pelayanan KB terhadap utilisasi alat kontrasepsi di Kecamatan Sibolga

Selatan Tahun 2015?”.

Universitas Sumatera Utara

1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan karakteristik pasangan usia subur ( PUS ) dan
kualitas pelayanan KB terhadap utilisasi alat kontrasepsi di Kecamatan Sibolga
Selatan Tahun 2015.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan pendidikan terhadap utilisasi alat kontrasepsi di
Kecamatan Sibolga Selatan.
2. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan terhadap utilisasi alat kontrasepsi di
Kecamatan Sibolga Selatan.
3. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan terhadap utilisasi alat kontrasepsi di
Kecamatan Sibolga Selatan.
4. Untuk mengetahui hubungan pendapatan keluarga terhadap utilisasi alat
kontrasepsi di Kecamatan Sibolga Selatan.
5. Untuk mengetahui hubungan kualitas pelayanan KB terhadap penggunaan alat
kontrasepsi KB di Kecamatan Sibolga Selatan.

6. Untuk mengetahui faktor yang paling berhubungan terhadap utilisasi alat
kontrasepsi di Kecamatan Sibolga Selatan.

1.4. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha),
yaitu :

Universitas Sumatera Utara

1. Pendidikan mempunyai hubungan terhadap utilisasi alat kontrasepsi.
2. Pekerjaan mempunyai hubungan terhadap utilisasi alat kontrasepsi.
3. Pengetahuan mempunyai hubungan terhadap utilisasi alat kontrasepsi.
4. Pendapatan keluarga mempunyai hubungan terhadap utilisasi alat kontrasepsi.
5. Kualitas pelayanan KB mempunyai hubungan terhadap utilisasi alat kontrasepsi.

1.5. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kota Sibolga sebagai gambaran tentang
karakteristik Pasangan Usia Subur (PUS) dan kualitas pelayanan KB terhadap
pemanfaatan penggunaan alat kontrasepsi sehingga dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam perbaikan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan KB.
2. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan referensi dan bahan
pembelajaran bagi masyakat Kota Sibolga pada khususnya.
3. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi penelitian yang akan
datang di perpustakaan Universitas Sumatera Utara
4. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis serta wawasan
keilmuwan ilmiah karakteristik Pasangan Usia Subur (PUS) dan kualitas
pelayanan KB terhadap pemanfaatan penggunaan alat kontrasepsi.
5. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi Pemerintah Kota
Sibolga untuk lebih meningkatkan pelayanan KB untuk mengurangi pertumbuhan
jumlah penduduk.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi Kondom dan Dukungan Sosial Terhadap Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan

1 68 145

Hubungan Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Keluarga Berencana (KB) dengan Pelaksanaan KB di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan

1 62 79

Faktor-faktor Ketidakikutsertaan Pasangan Usia Subur menjadi Akseptor KB di Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

6 62 58

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR DI DESA KRAKAL KECAMATAN ALIAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2015

1 17 95

Pengaruh Penyuluhan Program Keluarga Berencana (KB) Terhadap Sikap Penerimaan Alat Kontrasepsi Pasangan Usia Subur (PUS.

3 37 39

Hubungan Karakteristik Pasangan Usia Subur Dan Kualitas Pelayanan Kb Terhadap Utilisasi Alat Kontrasepsi Di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2015

0 0 18

Hubungan Karakteristik Pasangan Usia Subur Dan Kualitas Pelayanan Kb Terhadap Utilisasi Alat Kontrasepsi Di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2015

0 0 2

Hubungan Karakteristik Pasangan Usia Subur Dan Kualitas Pelayanan Kb Terhadap Utilisasi Alat Kontrasepsi Di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2015

0 0 31

Hubungan Karakteristik Pasangan Usia Subur Dan Kualitas Pelayanan Kb Terhadap Utilisasi Alat Kontrasepsi Di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2015

0 0 3

Hubungan Karakteristik Pasangan Usia Subur Dan Kualitas Pelayanan Kb Terhadap Utilisasi Alat Kontrasepsi Di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2015

0 0 34