PENERAPAN FUNGSI PARTAI POLITIK SEBAGAI

LAPORAN HASIL PENELITIAN
KOLABORASI DOSEN DAN MAHASISWA
DANA PNBP TAHUN ANGGARAN 2016

PENERAPAN FUNGSI PARTAI POLITIK SEBAGAI SARANA
PENDIDIKAN POLITIK DI KABUPATEN BONE BOLANGO

Zamroni Abdussamad, SH.,MH
NIDN : 0012077005
Putri Handayani Nurdin
NIM : 271412009

JURUSAN ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2016

i

HALAMAN PENGESAHAN
PENELITIAN KOLABORATIF DANA BLU FAKULTAS HUKUM

Judul Kegiatan

: Penerapan Fungsi Partai Politik Sebagai Sarana
Pendidikan Politik di Kabupaten Bone Bolango

Ketua Peneliti
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Nama Lengkap
NIDN
Jabatan Fungsional
Program Studi
Nomor HP
Suret (e-mail)


:
:
:
:
:
:

Zamroni Abdussamad, SH.,MH
0012077005
Lektor
Ilmu Hukum
085240479669
zamroniabdussamad@gmail.com

Lama PenelitianKeseluruhan

: 6 (enam) bulan

Penelitian Tahun Ke


:1

Biaya Penelitian Keseluruhan

: Rp 10.000.000,-

Biaya Tahun Berjalan

: - Diusulkan Ke Lembaga

: Rp. 10.000.000,-

- Dana Internal PT

:-

- Dana Institusi Lain

:-


Mengetahui,
Dekan Fakultas Hukum,

Gorontalo, 2 November 2016
Ketua Peneliti,

(Moh. Rusdiyanto Puluhulawa, SH.,M.Hum)
NIP/NIK. 197011051997031001

(Zamroni Abdussamad, SH.,MH
NIP/NIK. 197007122003121002

Menyetujui,
Ketua LP2M UNG,

(Prof. Dr. Fenty U. Puluhulawa, SH.,M.Hum)
NIP/NIK. 196804091993032001

ii


DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
ABSTRAK..............................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................2
1.4 Urgensi Penelitian.............................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................................4
2.1 Teori Partai Politik.............................................................................4
2.1.1 Pengertian Partai Politik...........................................................4
2.1.2 Tugas dan Tanggungjawab Partai Politik.................................6
2.2 Pendidikan Politik.............................................................................10
2.3 Roadmap Penelitian...........................................................................12
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................14
3.1 Jenis Penelitian..................................................................................14
3.2 Bahan Hukum....................................................................................15
3.2.1 Bahan Hukum Primer...............................................................15

3.2.2 Bahan Hukum Sekunder..........................................................15
3.2.3 Bahan Hukum Tersier..............................................................15
3.3 Lokasi, Populasi dan Sampel.............................................................16
3.3.1 Lokasi......................................................................................16
3.3.2 Populasi...................................................................................16
3.3.3 Sampel.....................................................................................16
iii

3.4 Teknik Pengumpulan Data.................................................................17
3.5 Analisis Data.....................................................................................18
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................19
4.1 Peran Partai Politik Dalam Menjalankan Fungsi Sebagai Sarana
Pendidikan Politik di Kabupaten Bone Bolango...............................19
4.2 Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Fungsi
Partai Politik Dalam Memberikan Pendidikan Politik di Kabupaten
Bone Bolango...................................................................................30
BAB V PENUTUP.................................................................................................39
5.1 Kesimpulan.........................................................................................39
5.2 Saran...................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................41

LAMPIRAN

iv

ABSTRAK
Partai politik dipercaya mampu untuk membentengi pendidikan politik
yang dimiliki oleh masyarakat. Hal ini tidak akan pernah teratasi jika model
pendidikan politik yang dijalankan oleh setiap partai politik terkesan kaku di
masyarakat, partai politik hanya mementingkan kepentingan pribadi dan
kepentingan partainya. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) untuk mengetahui dan
menganalisis penerapan fungsi partai politik sebagai sarana pendidikan politik di
Kabupaten Bone Bolango; dan (2) untuk mengetahui dan menganalisis faktorfaktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan fungsi partai politik dalam
memberikan pendidikan politik di Kabupaten Bone Bolango. Sedangkan manfaat
yang diharapkan dari penelitian ini adalah (1) memberikan sumbangan pemikiran
dalam pengembangan ilmu hukum; dan (2) memberikan pemahaman kepada
masyarakat tentang hak dan kewajibannya sebagai warga negara serta
memberikan sumbangan pikiran kepada partai politik untuk dapat menjalankan
fungsi sebagaimana amanat dari peraturan perundang-undangan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian yuridis
empirik. Penelitian hukum yang dilakukan secara empirik dapat juga disebut

sebagai penelitian yang bersifat sosiologis yang menjawab permasalahannya
melalui studi lapangan (Field Research). Lokasi penelitian berada di wilayah
Kabupaten Gorontalo dengan menggunakan 17 responden sebagai sampel
penelitian.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Pendidikan politik di Kabupaten
Bone Bolango belum dijalankan sepenuhnya oleh partai politik; dan (2) Faktorfaktor yang menghambat pelaksanaan pendidikan politik di Kabupaten Bone
Bolango adalah: (a) belum tersedianya format baku pendidikan politik; dan (b)
ketersediaan anggaran. Sedangkan faktor yang mendukung pelaksanaan
pendidikan politik di Kabupaten Bone Bolango adalah: (a) komitmen partai
politik; dan (b) kesadaran masyarakat. Oleh karenanya disarankan agar: (1) Partai
politik perlu mendesign formulasi baku pendidikan politik dengan
mempertimbangkan beberapa hal yang telah diuraikan sebelumnya yakni: (a)
adanya perencanaan yang terstruktur; (b) pola komunikasi; dan (c) materi dan
media yang akan digunakan; dan (2) Pemerintah daerah perlu mengalokasikan
anggaran yang memadai dalam menunjang kerja-kerja partai politik dengan
menerapkan sistem reward and punishment terhadap penggunaan anggaran
tersebut.
Kata Kunci: Partai Politik, Pendidikan Politik

v


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Partai politik sebagai salah satu komponen pelaksana prinsip
demokrasi memiliki tanggungjawab untuk memberikan pendidikan politik
kepada setiap warga negara. Hal ini sebagaimana diamanatkan dalam Pasal
11 Ayat (1) Huruf a Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai
Politik bahwa partai politik berfungsi sebagai sarana pendidikan politik bagi
anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga Negara Indonesia yang
sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Sepak-terjang partai politik merupakan variabel yang mempengaruhi
kualitas demokrasi. Jika partai politik menjalankan peran dan fungsinya
dengan baik, kualitas demokrasi akan menjadi baik, begitu pula sebaliknya.1
Partai politik dipercaya mampu untuk membentengi pendidikan
politik yang dimiliki oleh masyarakat. Hal ini tidak akan pernah teratasi jika
model pendidikan politik yang dijalankan oleh setiap partai politik terkesan
kaku di masyarakat, partai politik hanya mementingkan kepentingan pribadi

dan kepentingan partainya. Keadaan demikian menimbulkan kehidupan
politik yang jauh dari mendukung terwujudnya kesejahteraan bangsa. Sikap
serta perilaku ini menimbulkan kekecewaan bagi rakyat, sehingga terjadi
krisis kepercayaan. Krisis kepercayaan dan kepemimpinan setiap saat dapat
melahirkan ketidakpercayaan politik.
1

Munafrizal Manan, “Partai Politik dan Demokrasi Indonesia Menyongsong
Pemilihan Umum 2014”, jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 9 No. 4, 2012, hal. 505

1

Dari uraian diatas, maka penelitian ini akan mengkaji tentang
“Penerapan Fungsi Partai Politik Sebagai Sarana Pendidikan Politik di
Kabupaten Bone Bolango”
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah partai politik telah menjalankan fungsinya sebagai sarana
pendidikan politik di Kabupaten Bone Bolango?
1. Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat pelaksanaan fungsi
partai politik dalam memberikan pendidikan politik di Kabupaten Bone

Bolango?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan menganalisis penerapan fungsi partai politik
sebagai sarana pendidikan politik di Kabupaten Bone Bolango.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mendukung dan
menghambat pelaksanaan fungsi partai politik dalam memberikan
pendidikan politik di Kabupaten Bone Bolango?
1.4. Urgensi Penelitian
Gambaran mengenai tujuan-tujuan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kegunaan
baik secara teoritis maupun secara praktis yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari, bagi kalangan akademisi hukum, yaitu:
1. Manfaat Teoritis:
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
khususnya menjadi sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu
hukum.
2. Manfaat Praktis:
a. Masyarakat akan memiliki pengetahuan mengenai sistem politik yang
ada, sehingga dengan pengetahuan politik tersebut masyarakat dapat
mengetahui hak dan kewajibannya sebagai warga negara, yang pada

2

muaranya masyarakat akan lebih aktif dalam kegiatan politik seperti
mengikuti pemilu, dan masuk partai politik.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
partai politik dalam melakukan melaksanakan fungsinya sebagai
sarana pendidikan politik.

3

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1.
Teori Partai Politik
2.1.1. Pengertian Partai Politik
Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu
kelompok yang terorganisasi yang anggota-anggotanya mempunyai
orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Secara normatif, partai politik
adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok
warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan
cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik
anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.2
Leon D. Epstein, mendefinisikan partai politik sebagai satu
kelompok pengejar kedudukan pemerintahan yang secara bersama terikat
pada identitas atau label yang dimilikinya.3 Menurut Sigmund Neumann,
partai politik adalah organisasi artikulatif yang terdiri dari pelaku-pelaku
politik yang aktif dalam masyarakat yaitu mereka memusatkan
perhatiannya pada pengendalian kekuasaan pemerintahan dan bersaing
untuk memperoleh dukungan rakyat dengan beberapa kelompok lain yang
mempunyai

pandangan

berbeda.4

2

Sedangkan

Ramlan

Surbakti

Pasal 1 Angka 1 UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik
Cholisin & Nasiwan, Dasar-dasar Ilmu Politik, Ombak, Yogyakarta, 2012, hal.
111
4
Ibid
3

4

mendefinisikan partai politik secara lebih konkrit dan operasional dengan
menyatakan bahwa partai politik merupakan kelompok anggota yang
terorganisasi secara rapih dan stabil yang dipersatukan dan dimotivasi
dengan ideologi tertentu, dan yang berusaha mencari dan mempertahankan
kekuasaan melalui pemilihan umum guna melaksanakan alternatif
kebijakan umum yang mereka susun.5
Partai politik merupakan satu pilar dari demokrasi yang harus ada
dalam satu negara modern. Betapa pentingnya partai politik dalam negara
demokratis tercermin dalam ungkapan Clinton

Rossister bahwa “No

America without democracy, no democracy without politics, and no
politics without parties”, sama halnya dalam ungkapan Richards Katz
bahwa ”Democracy is party democracy”.6
Berdasarkan uraian di atas maka dapat digambarkan bahwa partai
politik merupakan suatu kelompok yang terorganisasikan dengan tujuan
tertentu dan berusaha mencapai tujuan itu dengan cara mengambil bagian
dalam perebutan kekuasaan melalui pemilihan umum. Partai politik
merupakan salah satu komponen infrastruktur politik, dimana partai politik
menjadi perantara yang menghubungkan aspirasi-aspirasi yang beredar di
masyarakat dengan lembaga-lembaga pemerintahan.

2.1.2. Tugas dan Tanggungjawab Partai Politik

5

Ibid
Kacung Marijan. Sistem Politik Indonesia Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde
Baru, Kencana, Jakarta, 2011, hal. 59
6

5

Pada umumnya, para ilmuwan politik biasa menggambarkan
adanya 4 (empat) fungsi partai politik. Keempat fungsi partai politik itu
menurut Miriam Budiardjo, meliputi sarana: (i) sarana komunikasi politik,
(ii) sosialisasi politik, (iii) sarana rekuitmen, dan (iv) pengatur konflik. 7
Partai politik berperan penting dalam melakukan sosialisasi politik.
Sosialisai politik merupakan proses pembentukan sikap dan orientasi
politik. Nilai-nilai politik yang disosialisasikan adalah yang berkembang
dalam kehidupan masyarakat. Salah satu metode penyampaiannya dapat
dilakukan dengan pendidikan politik.8 Pilihan partai politik berupa ide, visi
dan

kebijakan

strategis

yang

menjadi

pilihan

partai

politik

dimasyarakatkan kepada konstituen untuk mendapatkan feedback berupa
dukungan dari masyarakat luas. Terkait dengan sosialisasi politik ini,
partai juga berperan sangat penting dalam rangka pendidikan politik.
Partailah yang menjadi struktur antara intermediate structure yang harus
memainkan peran dalam membumikan cita-cita kenegaraan dalam
kesadaran kolektif masyarakat warga negara.9
UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik mengamanatkan
bahwa partai politik memiliki tujuan, fungsi, hak dan kewajiban sebagai
berikut:

1) Tujuan Partai Politik:
7

Jimly Asshiddiqie. Kemerdekaan Berserikat Pembubaran Partai Politik dan
Mahkamah Konstitusi. Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi, Republik Indonesia, Jakarta, 2006, hal. 59
8
Cholisin & Nasiwan, Dasar-Dasar Ilmu Politik.....Op.Cit., hal. 113
9
Jimly Asshiddiqie, Kemerdekaan Berserikat Pembubaran.............Op.Cit., hal.
60

6

Tujuan umum Partai Politik adalah: (a) Mewujudkan cita-cita
nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; (b)
menjaga dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia; (c) mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan
Pancasila dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia; dan (d) mewujudkan kesejahteraan bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Tujuan khusus Partai Politik adalah: (a) meningkatkan
partisipasi

politik

anggota

dan

penyelenggaraan

kegiatan

politik

memperjuangkan

cita-cita

Partai

masyarakat
dan

dalam

rangka

pemerintahan;

Politik

dalam

(b)

kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; dan (c) membangun etika
dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Dalam

menjalankan

tujuan

Partai

Politik

sebagaimana

diuraikan diatas diwujudkan secara konstitusional.
2) Fungsi Partai Politik:
Partai Politik berfungsi sebagai sarana: (a) pendidikan politik
bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga negara
Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; (b) penciptaan iklim yang
kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk

7

kesejahteraan masyarakat; (c) penyerap, penghimpun, dan penyalur
aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan
kebijakan negara; (d) partisipasi politik warga negara Indonesia; dan
(e) rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui
mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan
gender.
Dalam

mewujudkan

fungsi

partai

politik

sebagaimana

diuraikan diatas, dilakukan secara konstitusional.
3) Hak Partai Politik:
Partai Politik berhak: (a) memperoleh perlakuan yang sama,
sederajat, dan adil dari negara; (b) mengatur dan mengurus rumah
tangga organisasi secara mandiri; (c) memperoleh hak cipta atas nama,
lambang, dan tanda gambar partai politik sesuai dengan peraturan
perundang-undangan; (d) ikut serta dalam pemilihan umum untuk
memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, serta kepala daerah dan
wakil kepala daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan; (e)
membentuk fraksi di tingkat Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan
Rakyat,

Dewan

Perwakilan

Rakyat

Daerah

provinsi,

Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;

(f)

mengajukan

calon

untuk

mengisi

keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan

8

Rakyat Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan; (g)
mengusulkan pergantian antar waktu anggotanya di Dewan Perwakilan
Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan; (h) mengusulkan pemberhentian anggotanya di
Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan; (i) mengusulkan
pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden, calon gubernur dan wakil
gubernur, calon bupati dan wakil bupati, serta calon walikota dan wakil
walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan; (j) membentuk
dan memiliki organisasi sayap Partai Politik; dan (k) memperoleh
bantuan

keuangan

dari

Anggaran

Pendapatan

dan

Belanja

Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
4) Kewajiban Partai Politik:
Partai politik berkewajiban: (a) mengamalkan Pancasila,
melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, dan peraturan perundang-undangan; (b) memelihara dan
mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; (c)
berpartisipasi dalam pembangunan nasional; (d) menjunjung tinggi
supremasi hukum, demokrasi, dan hak asasi manusia; (e) melakukan
pendidikan politik dan menyalurkan aspirasi politik anggotanya; (f)
menyukseskan penyelenggaraan pemilihan umum; (g) melakukan
pendaftaran dan memelihara ketertiban data anggota; (h) membuat

9

pembukuan, memelihara daftar penyumbang dan jumlah sumbangan
yang diterima, serta terbuka kepada masyarakat; (i) menyampaikan
laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran keuangan
yang bersumber dari dana bantuan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah secara berkala 1
(satu) tahun sekali kepada Pemerintah setelah diperiksa oleh Badan
Pemeriksa Keuangan; (j) memiliki rekening khusus dana kampanye
pemilihan umum; dan (k) mensosialisasikan program Partai Politik
kepada masyarakat.
2.2.

Pendidikan Politik
Pasal 1 Angka 1 UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik
menyebutkan bahwa pendidikan politik adalah proses pembelajaran dan
pemahaman tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab setiap warga
negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menurut Kartini K dalam tesis Eka Wahyuningsih, pendidikan
politik pada hakekatnya merupakan bagian dari kegiatan orang dewasa
sebagai upaya edukatif yang intensional, disengaja dan sistematis untuk
membentuk individu sadar politik dan mampu menjadi pelaku politik yang
bertanggung jawab secara etis/moral dalam mencapai tujuan-tujuan
politik.10 Rusadi Kantraprawira memandang pendidikan politik sebagai
salah satu fungsi struktur politik dengan tujuan untuk meningkatkan

10

Eka Wahyuningsih, “Konstruksi Pendidikan Politik Pada Sekolah Menengah
Atas di Kota Pangkalpinang”, tesis, Bandung: Pasca Sarjana Pendidikan
Kewarganegaraan, Univerisitas Pendidikan Indonesia, hal. 10-11

10

pengetahuan politik rakyat dan agar mereka dapat berpartisipasi secara
maksimal dalam sistem politiknya.11
Berdasarkan penjelasan di atas, pendidikan politik merupakan
tanggung jawab yang perlu dilaksanakan oleh partai politik dalam bentuk
sosialisasi politik sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan politik
yang memuat hak-hak politik pada setiap warga negara dan dapat pula
meningkatkan partisipasi politik warga negara.
Partai
disesuaikan

politik
dengan

dalam

melakukan

ruang

lingkup

pendidikan

tanggung

politik

jawabnya

harus
dengan

memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender dengan tujuan antara lain:
a. meningkatkan kesadaran hak dan kewajiban masyarakat dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
b. meningkatkan partisipasi politik dan inisiatif masyarakat dalam
kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; dan
c. meningkatkan kemandirian, kedewasaan, dan membangun karakter
bangsa dalam rangka memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.
Pelaksanaan pendidikan politik yang dilakukan oleh partai politik
dilaksanakan untuk membangun etika dan budaya politik sesuai dengan
Pancasila.

2.3.

11

Road Map Penelitian

Ibid, hal. 12

11

Memaknai partai politik melalui penelitian ini adalah secara ideologi, ia
(partai politik) mempunyai tanggungjawab secara konstitusional sebagai sarana
partisipasi politik masyarakat untuk mewujudkan cita-cita nasional bangsa
Indonesia,

mengembangkan

kehidupan

demokrasi

berdasarkan

Pancasila

sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945) dengan menjunjung
tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Penelitian ini akan
difokuskan pada bagaimana perananan dan fungsinya dalam meningkatkan
partisipasi politik masyarakat sehingga akan berdampak pada partai dan bangsa
pada umumnya.
Berdasarkan hal tersebut diatas dan dalam peningkatan partisipasi politik
masyarakat, maka perlu adanya edukasi yang diberikan kepada masyarakat agar
mereka dapat mengetahui tanggungjawab politik yang mereka miliki dalam proses
pencapaian tujuan negara.
Partai politik sebagai salah satu komponen pelaksana prinsip demokrasi
memiliki tanggungjawab untuk memberikan pendidikan politik kepada setiap
warga negara. Hal ini sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 11 Ayat (1) Huruf a
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 20018 tentang Partai Politik bahwa partai politik
berfungsi sebagai sarana pendidikan politik bagi anggota masyarakat luas agar
menjadi warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

12

Setiap partai politik mempunyai kepentingan, tujuan, keinginan, dan
bekerja sama untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah untuk keinginan yang
sesuai dengan yang diinginkan partai.
Masalah diatas sangat menarik untuk diteliti sebaba dalam konteks
masyarakat heterogen di Bone Bolango, partai politik dipercaya mampu untuk
membentengi pendidikan politik. Hal ini tidak akan pernah teratasi jika model
pendidikan politik yang dijalankan oleh setiap partai politik terkesan kaku di
masyarakat, partai politik hanya mementingkan kepentingan pribadi dan
kepentingan partainya. Keadaan demikian menimbulkan kehidupan politik yang
jauh dari mendukung terwujudnya kesejahteraan bangsa. Sikap serta perilaku ini
menimbulkan kekecewaan bagi rakyat, sehingga terjadi krisis kepercayaan. Krisis
kepercayaan dan kepemimpinan setiap saat dapat melahirkan ketidakpercayaan
politik.
Meskipun secara normatif melalui undang-undang partai politik telah tegas
dinyatakan bahwa pendidikan politik merupakan keharusan bagi sebuah partai
politik dalam bersinergi dengan masyarakat, akan tetapi tidak semudah itu untuk
dapat mewujudkannya diperlukan pendalaman, pengkajian yang bersifat progresif
dan dinamis sehingga melalui penelitian ini akan nampak bahwa pendidikan
politik oleh partai politik mutlak dalam pengembangan demokrasi dan
pemahaman politik secara utuh dan baik.

13

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.

Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penulisan penelitian ini adalah penelitian
yuridis empirik. Penelitian hukum yang dilakukan secara empirik dapat
juga disebut sebagai penelitian yang bersifat sosiologis yang menjawab
permasalahannya melalui studi lapangan (Field Research). Penelitian
empiris juga digunakan untuk mengamati hasil dari perilaku manusia yang
berupa peninggalan fisik maupun arsip.12 Dalam penelitian ini, calon
peneliti berusaha mendeskripsikan dan menganalisis tentang peran Partai
Politik dalam melaksanakan kewajibannya untuk melakukan pendidikan
politik kepada masyarakat. Adapun peninggalan fisik maupun arsip yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah mekanisme pemberian
pendidikan politik yang dilakukan oleh partai politik, tercantum pada
Anggaran Dasar dan/atau Anggaran Rumah Tangga Partai Politik serta
dapat dilihat dalam penyampaian pelaporan pertanggungjawaban partai
politik kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Bone Bolango perihal
pelaksanaan pendidikan politik.

12

Muslan Abdurrahman, Sosiologi dan Penelitian Hukum, UmmPress, Malang,
2009, hal. 103

14

3.2.
Bahan Hukum
3.2.1. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer yakni bahan hukum yang berdasar pada
keterangan yang diperoleh secara langsung di lokasi penelitian dari pihakpihak yang terkait baik dalam bentuk peristiwa, tingkah laku yang didapat
melalui hasil wawancara melalui pihak yang berkompeten yakni dengan
pengurus partai politik dan masyarakat.
3.2.2. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yakni bahan hukum yang dapat
memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, yakni berupa
rancangan perundang-undangan, hasil penelitian, buku-buku teks, jurnal
ilmiah, surat kabar, koran, maupun berita internet.13
Bahan hukum sekunder yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah berupa undang-undang, hasil-hasil penelitian sebelumnya, bukubuku teks, jurnal ilmiah, dan berita internet.
3.2.3. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat menjelaskan
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum tersier
yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kamus.

3.3.
Lokasi, Populasi, dan Sampel
3.3.1. Lokasi
Lokasi yang menjadi tempat penelitian berada di wilayah
Kabupaten Bone Bolango.
3.3.2. Populasi
Populasi merupakan sejumlah manusia atau unit yang mempunyai
ciri-ciri atau karakteristik yang sama.14 Dalam penelitian ini, yang menjadi
13

Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hal. 153
14
Ibid., hal. 158

15

populasi penelitian adalah seluruh partai politik yang memiliki
keterwakilan dalam Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bone
Bolango, yakni 10 partai politik, kemudian masyarakat Kabupaten Bone
Bolango dan pemerintah Kabupaten Bone Bolango yakni Badan
Kesbangpol dan DPPKAD Kabupaten Bone Bolango.
3.3.3. Sampel
Sampel adalah wakil populasi yang akan diteliti. Artinya
mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi
populasi.15 Adapun partai politik, jumlah masyarakat dan pemerintah
Kabupaten Bone Bolango yang menjadi sampel dalam penelitian ini
adalah:

3.4.

Golongan Karya : 1 Orang
PAN
: 1 Orang
Demokrat
: 1 Orang
PBB
: 1 Orang
PKS
: 1 Orang
Masyarakat
: 5 Orang
DPPKAD
: 1 Orang
Total
Teknik Pengumpulan Data

-

Gerindra : 1 Orang
PPP
: 1 Orang
PDI-P
: 1 Orang
Hanura
: 1 Orang
PKPI
: 1 Orang
Kesbangpol : 1 Orang
+
: 17 Orang

Pengumpulan data dalam penelitian ini, dilakukan dengan teknik:
1. Teknik observasi, dengan cara mengamati dan mencatat data yang
ditemukan di lapangan.
2. Telaah dokumen, dengan cara mengumpulkan data dari berbagai
sumber tertulis atau dokumen misalnya dari buku, majalah, dan surat
kabar.

15

Suharsimi Arikunto, Prosedur Peneletian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka
Cipta, Jakarta, 2006, hal. 131

16

3. Wawancara, dimaksudkan melakukan wawancara secara langsung
antara calon peneliti dengan responden atau narasumber atau informan
untuk mendapatkan informasi. Wawancara merupakan bagian hukum
terpenting dalam suatu penelitian hukum syarat utama dalam penelitian
hukum empiris.16
3.5

Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan dalam penelitian yang berupa
melakukan kajian atau telaah terhadap hasil pengolahan data yang dibantu
dengan teori-teori yang telah didapatkan sebelumnya. Secara sederhana
analisis data ini disebut sebagai kegiataan memberi telaah yang dapat
berarti menentang, mengkritik, mendukung, menambah atau member
komentar dan kemudian membuat suatu kesimpulan terhadap hasil
penelitian dengan pikiran sendiri dan bantuan teori yang dikuasai.
Analisis data yang dilakukan oleh calon peneliti

yaitu

menggunakan analisiis preskriptif. Sifat analisis preskriptif ini adalah
untuk dapat memberikna argumentasi atau hasil penelitian yang telah
dilakukan, argumentasi disini dilakukan peneliti untuk memberikan
preskrisi atau penilaian benar atau salah atau apa yang seyogyanya
menurut hukum terhadap fakta atau peristiwa hukum dari hasil
penelitian.17

16
17

Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Op.Cit., hal. 163
Ibid., hal. 184

17

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1.

Peran Partai Politik Dalam Menjalankan Fungsi Sebagai Sarana
Pendidikan Politik di Kabupaten Bone Bolango
Sebelum membahas tentang peran partai politik dalam menjalankan

fungsinya sebagai sarana pendidikan politik di Kabupaten Bone Bolango, peneliti
akan memaparkan sejarah pembentukan Kabupaten Gorontalo. Kabupaten Bone
Bolango terbentuk pada tanggal 25 Februari 2003, hal ini sesuai adanya UndangUndang Nomor 6 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Pohuwato dan
Kabupaten Bone Bolango. Kabupaten Bone Bolango memiliki luas wilayah
1.984,31 km² atau sebesar ± 16,24% dari luas wilayah Provinsi Gorontalo yang
secara administrasi terdiri atas 18 kecamatan. Secara geografis, Kabupaten Bone
Bolango terletak pada 0.30° - 0.80° Lintang Utara dan 123.06° - 123.56° Bujur
Timur. Kabupaten Bone Bolango adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Gorontalo.
Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran Kabupaten Gorontalo yakni pada tahun
2003. Pada waktu itu dimekarkan Kabupaten Bone Bolango hanya terdiri atas
empat wilayah kecematan yaitu: Bone Pantai, Kabila, Suwawa, dan Tapa. Sampai
saat ini Kabupaten Bone Bolango mengalami banyak proses pemekaran
kecamatan dan desa/kelurahan, sehingga jumlah kecamatan dan desa/kelurahan
menjadi banyak yaitu 18 kecamatan yaitu: Bone, Bone Raya, Bone Pantai,
Botupingge, Bulango Selatan, Bulango Timur, Bulango Ulu, Bulango Utara,
Bulawa, Kabila, Kabila Bone, Suwawa, Suwawa Selatan, Suwawa Tengah,
Suwawa Timur, Tapa, Tilongkabila, dan Pinogu. Dan diantaranya terbagi atas 160
18

Desa di Kabupaten Bone Bolango. Posisi geografis Kabupaten Bone Bolango
yakni pada sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Gorontalo Utara dan
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, sebelah Timur berbatasan dengan
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, sebelah Selatan berbatasan dengan
Teluk Tomini dan sebelah Barat dengan Kabupaten Gorontalo dan Kota
Gorontalo. Jumlah penduduk Kabupaten Bone Bolango tahun 2013 sebanyak
166.235 jiwa dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 157.624 jiwa dengan
jumlah penduduk laki-laki 79.206 jiwa serta penduduk perempuan 78.418 jiwa
yang tersebar pada 18 kecamatan.
Epos perjalanan pembangunan di Kabupaten Bone Bolango tak terlepas
dari akulturasi kepentingan dari pemerintah daerah, partai politik dan masyarakat.
Akulturasi kepentingan ini melahirkan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh
pemerintah daerah guna melakukan penguatan pembangunan dengan tidak
melepaskan titik puncak pencapaian keberhasilan untuk memajukan kesejahteraan
masyarakat daerah.
Proses pembangunan daerah tentunya tak lepas dari proses politik yang
ada. Penguatan-penguatan proses politik ini sangat penting dilakukan sebagai
momentum melahirkan citra partai dan daerah yang baik dan penguatan kapasitas
politik masyarakat. Sorotan yang tajam dalam upaya penguatan kapasitas politik
masyarakat ditujukan kepada partai politik yang diberikan amanah oleh undangundang untuk melakukan pendidikan politik.
Pelaksanaan fungsi pendidikan politik bertujuan untuk menggerakkan
keterbukaan serta kerjasama yang memberdayakan masyarakat Indonesia yang

19

bercorak majemuk dalam pelbagai segi kehidupan, sehingga outputnya harus
dapat melahirkan budaya politik yang baik.18
Kehadiran partai politik sekarang ini di tengah-tengah masyarakat hanya
saat membutuhkan dukungan untuk maju dalam sebuah pencalonan, sehingganya
pendidikan politik yang diberikan kepada masyarakat termuat dalam pelaksanaan
kampanye dialogis. Sementara pelaksanaan pendidikan politik sesuai amanat
Undang- undang No. 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 2
Tahun 2008 tentang Partai Politik belum dijalankan, karena dalam amanat itu
kegiatan pendidikan politik harus dijalankan secara berjenjang dan berkelanjutan
kepada masyarakat. Sehingganya menurut Tahir Badu, partai politik, khususnya
Partai Gerindra,

belum efektif dalam menjalankan amanat undang-undang

tersebut.19
Menurut Umar Ibrahim, selama ini penerapan fungsi partai politik dalam
memberikan pendidikan politik pada masyarakat hanya berkisar pada pemberian
pendidikan politik kepada kader partai demokrat hingga tingkat ranting,
kegiatannya berupa bentuk pengkajian terhadap persoalan politik dan hukum di
Indonesia. Sehingga keterlibatan masyarakat secara langsung tidak dilibatkan
dalam kegiatan partai. Dalam pemahaman Partai Demokrat selama ini,
pengkaderan kepada kader partai sudah merupakan pendidikan politik kepada
masyarakat, sehingga kader partai sama halnya dengan masyarakat. Disamping
itu, Partai Demokrat hanya menjalankan pendidikan politik dikehidupan seharihari di tengah-tengah masyarakat sehingga kegiatan pendidikan politik yang
diamanatkan dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas
18
19

Ubedilah Badrun, Pendidikan Politik yang Buruk. Kompas edisi 20 September 2005
Wawancara dengan Tahir Badu (Partai Gerindra Kab. Bone Bolango)

20

Undang-undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik secara berjenjang dan
berkelanjutan itu belum dilaksanakan sepenuhnya.20
Di sisi lain, untuk pelaksanaan fungsi tersebut, Partai Golkar Kab. Bone
Bolango melaksanakan kegiatan pelatihan kepemimpinan kepemudaan, tanpa
diimbangi dengan penyebarluasan pemahaman hak dan kewajiban masyarakat
yang merupakan salah satu bentuk dalam kegiatan pendidikan politik pada Pasal
34 ayat (3b) Undang-undang No. 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undangundang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. Kegiatan yang dilaksanakan
dalam wadah pendidikan politik hanya melalui pengkaderan terhadap anggota
partai hingga di tingkat ranting dan juga mendirikan beberapa organisasi
kemasyarakatan.21 Sehingganya cita-cita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 belum diwujudkan, karena hingga sekarang
masyarakat masih belum paham akan adanya jual beli suara, masyarakat
khususnya di Kabupaten Bone Bolango masih memikirkan faktor uang menjelang
pemilihan politik.
Kegiatan pendidikan politik kepada masyarakat yang dijalankan oleh PDIP
di Kabupaten Bone Bolango belum dilaksanakan secara terstruktur dan
tersistematis. Semuanya lebih diserahkan kepada setiap anggota partai apakah
mau menjalankan kewajibannya atau tidak. Jadi tergantung individu pengurus
partai. Sehingga disadari bahwa mengapa money politic belum bisa dihilangkan,
hal ini dikarenakan lemahnya regulasi terutama dalam pengawasan maka efek jera
atau penerapan sanksi yang hampir tidak ada. Karena tidak ada bentuk kegiatan
20

Wawancara dengan Umar Ibrahim (Anggota DPRD Kab. Bone Bolango Fraksi Partai
Demokrat)
21
Wawancara dengan Daud Hajarati (Anggota DPRD Kab. Bone Bolango Fraksi Partai Golkar)

21

yang secara khusus untuk menjalankan pendidikan politik kepada masyarakat,
setiap anggota partai hanya masuk pada setiap kegiatan kemasyarakatan yang
kemudian menyelipkan unsur-unsur pendidikan politik. Unsur-unsur pendidikan
politik yang dimaksudkan berupa kebijakan anggaran dan program pemerintah
Kabupaten Bone Bolango.22
Kewajiban pelaksanaan pendidikan politik kepada masyarakat oleh Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Kab. Bone Bolango sejauh ini belum
dilaksanakan. Secara internal partai, pendidikan politik yang dilaksanakan ke
tingkat desa dalam bentuk silaturahmi, namun penekanannya baru dalam tahap
bentuk sosialisasi identitas partai yang memiliki ideologi yang berbeda dengan
ideologi partai lain. Sehingga urusan rumah tangga partai baru saja dibina dan
untuk kewajiban partai dalam hal ini memberikan pendidikan politik kepada
masyarakat baru dalam tahap perancangan.23 Hal yang sama juga terjadi pada
Partai Persatuan Pembangunan Kab. Bone Bolango, dimana partai ini belum
sepenunya melaksanakan fungsinya untuk memberikan pendidikan politik kepada
masyarakat. PPP paling banyak melakukan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan
seperti memfasilitasi masyarakat dalam penyelesaian masalah yang terjadi
dilingkungan masyarakat.24
Partai Amanat Nasional juga merupakan salah satu partai yang belum
mengimplementasikan kewajiban dalam memberikan kegiatan pendidikan politik
kepada masyarakat di Kabupaten Bone Bolango. Kegiatan yang sering digunakan
adalah memberikan pendidikan politik secara tidak langsung, yakni ketika
22

Wawancara dengan Amran Mustapa (Anggota DPRD Kab. Bone Bolango/Partai PDI
Perjuangan)
23
Wawancara dengan Benny Lengkey (Anggota DPRD Kab. Bone Bolango/Partai Keadilan dan
Persatuan Indonesia)
24
Wawancara dengan Imran Daud (PPP Kab. Bone Bolango)

22

masyarakat bertanya maka anggota pengurus partai akan menjelaskan seperti
bagaimana jalannya politik di daerah. Sehingga pendidikan politik tercipta atas
dasar keingin-tahuan masyarakat, bukan secara sadar partai politik memiliki
kewajiban untuk melaksanakan kegiatan pendidikan politik kepada masyarakat.
Hal ini disadari bahwa dengan semakin banyak tugas yang dijalankan oleh setiap
anggota pengurus partai yang kemudian juga memiliki kepentingan atau niatan
yang berbeda-beda sehingga mengakibatkan kewajiban ini belum bisa dijalankan,
dari kegiatan pendidikan politik yang tertera dalam Pasal 34 ayat (3b) Undangundang No. 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 2 Tahun
2008 tentang Partai Politik hanya bentuk kegiatan berupa pengkaderan terhadap
kader partai saja yang sering dijalankan selama ini, sehingga mengenyampingkan
kewajiban partai politik dalam melaksanakan pendidikan politik kepada
masyarakat.25
Hal yang berbeda dilakukan oleh Partai Bulan Bintang Kab. Bone
Bolango, Kegiatan yang sering dilaksanakan yakni kegiatan berupa workshop
yang bertemakan pentingnya berdemokrasi di tengah masyarakat, tempat
kegiatannya dilaksanakan di setiap kantor desa di Kabupaten Bone Bolango
secara berjenjang dan berkelanjutan yakni dilaksanakan pertriwulan. Disamping
itu juga kegiatan dalam mematangkan pemahaman anggota kader partai juga
sering dilaksnakan, sehingganya anggota partai kemudian akan secara aktif
melaksanakan kegiatan pendidikan politik kepada seluruh masyarakat tanpa
melihat latar belakang masyarakat itu berada dipihak partai ataupun tidak.
Sehingga masyarakat di Kabupaten Bone Bolango akan memiliki pemahaman
25

Wawancara dengan Susanto Polingala (Anggota DPRD Kab. Bone Bolango/Partai Amanat
Nasional)

23

yang baik terkait berdemokrasi dan juga diimbangi dengan pengetahuan mereka
mengenai hak dan kewajiban sebagai warga Negara.26
Pelaksanaan kewajiban partai politik dalam melaksanakan pendidikan
politik kepada masyarakat di Kabupaten Bone Bolango sudah dilaksanakan oleh
Partai Keadilan Sejahtera Kab. Bone Bolango. Dalam memberikan pendidikan
politik kepada masyarakat merupakan salah satu upaya penyadaran kepada
masyarakat untuk memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara. PKS
menghindari agar supaya bentuk keterlibatan masyarakat dalam dunia politik tidak
bersifat musiman seperti pilkada maupun pemilihan legislatif, sehingga perlu ada
pembinaan secara berjenjang dan berkelanjutan agar supaya masyarakat juga
memiliki kewajiban untuk mengetahui apa saja yang

dilakukan oleh

keterwakilannya.
PKS lebih menekankan pada penanaman karakter masyarakat yang lebih
ke arah nilai-nilai keislaman masyarakat, perbaikan ekonomi masyarakat, dan
penanaman nilai sosial dan budaya disamping memenuhi seluruh hak-hak
masyarakat yang sebelumnya telah dijanjikan oleh calon yang telah terpilih
menjadi anggota DPRD Kabupaten Bone Bolango. Hak masyarakat tidak hanya
berupa hak financial saja, melainkan dapat berupa hak bertanya, hak
mengungkapkan pendapat, dan hak menuntut yang menjadi bagian dari kehidupan
masyarakat. Disamping hak dan kewajiban masyarakat, PKS juga sadar untuk
melaksanakan kewajibannya, salah satu bentuk kegiatan pendidikan politik
kepada masyarakat dikemas dalam satu program kegiatan yang bernama “Jaring
Asmara” atau Jaring Aspirasi Masyarakat, dimana ini merupakan kegiatan
berbentuk silaturahmi kepada masyarakat di beberapa tempat di Kabupaten Bone
26

Wawancara dengan Hamid D. Latu (Anggota DPRD Kab. Bone Bolango/Partai Bulan Bintang)

24

Bolango. Kemudian segala bentuk program kegiatan yang telah dilakukan oleh
partai selanjutnya PKS secara rutin melaksanakan evaluasi berkala perkwartal
atau pertriwulan, sehingga dalam evaluasi tersebut masing- masing dari anggota
partai wajib memberikan laporan kegiatan kepada pengurus harian partai. Juga
didalamnya termasuk laporan perjalanan dinas, dimana biasanya yang paling
disoroti dalam penggunaan anggaran adalah laporan perjalanan dinas yang
kebanyakan tidak masuk akal, namun di PKS segala bentuk laporan perjalanan
dinasnya diatur, baik dari permohanan izin pertama untuk melaksanakan
perjalanan dinas tersebut hingga pada pelaporan akhir perjalanan dinas tersebut.27
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dilihat bahwa hampir seluruh
partai politik di Kabupaten Bone Bolango nyaris belum menjalankan
kewajibannya sebagai media dalam memberikan pendidikan politik pada
masyarakat dengan berbagai alasan yang telah dikemukakan sebelumnya. Hal ini
juga senada dengan apa yang disampaikan oleh masyarakat yang menyatakan
bahwa pengetahuan terkait masalah politik hanya diperoleh melalui KPU Kab.
Bone Bolango dan dari baliho-baliho yang terpampang di jalanan. 28 Sehingga
bagaimana cara untuk ikut berpartisipasi dalam pesta demokrasi hanya diperoleh
dari KPU, seperti apa calon yang akan dipilihnya hanya akan diketahui ketika
partai politik menyelenggarakan kampanye.
Masyarakat Kabupaten Bone Bolango telah mengetahui hak dan
kewajibannya sebagai warga negara dalam menggunakan hak politiknya, hal ini
dapat dilihat dari tingkat partisipasi masyarakat dalam proses politik. Tingkat
partisipasi masyarakat di Kabupaten Bone Bolango lebih banyak diakibatkan oleh
27
28

Wawancara dengan Yusuf Kune (Anggota DPRD Kab. Bone Bolango/Partai Keadilan Sejahtera)
Wawancara dengan Sunerdi Dunggio (masyarakat Desa Tambo’o Kec. Tilongkabila)

25

arus teknologi bukan diperoleh melalui pendidikan politik dari partai politik. Hal
ini sungguh disayangkan jika bentuk pengaplikasian tidak dijalankan sepenuhnya
oleh partai politik. Sudah menjadi rahasia umum di tengah-tengan masyarakat
bahwa partai politik hanya akan memberikan perhatian yang lebih kepada
masyarakat jika hanya mendekati pesta demokrasi, atau Pemilihan Umum.
Pemberian pendidikan politik dalam hal memberikan pemahaman kepada
masyarakat terkait hak dan kewajiban warga negara hanya dijalankan oleh
masing-masing pengurus partai politik yang memiliki kesadaran dan cara masingmasing. Jika partai politik tidak mampu untuk menjalankan kewajibannya maka
secara tegas dapat memberhentikan aliran bantuan dana yang bersumber dari
APBD kepada partai politik khususnya di Kabupaten Bone Bolango.29
Masyarakat sangat kecewa ketika para keterwakilannya yang telah duduk
di DPRD Kabupaten Bone Bolango tidak serius dalam membangun tingkat
kesejahteraan masyarakat, khususnya di Kecamatan Botupingge Kabupaten Bone
Bolango. Terbukti oleh tidak adanya tanggung jawab anggota DPRD yang juga
merupakan pengurus partai politik dalam memberikan pendidikan politik kepada
masyarakat. Pendidikan politik hanya difokuskan kepada pengurus partai saja, dan
lebih memperhatikan kebutuhan partai politik dibandingan untuk mencerdaskan
masyarakat. Akan tetapi hal ini tidak diketahui oleh sebagian besar masyarakat
khususnya masyarakat di Kabupaten Bone Bolango. Sehingga masyarakat pun
tidak memiliki kewenangan untuk menuntut haknya kepada partai politik. Selama
ini perhatian para pemangku kepentingan hanya terfokus pada daerah tertinggal
dan tanpa diimbangi pada kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk yang
29

Wawancara dengan Udin Maksum (Tokoh Adat Kecamatan Suwawa)

26

besar. Sehingga pembangunan di Kabupaten Bone Bolango tidak dapat dirasakan
secara adil oleh masyarakat. Terlebih masyarakat sangat jenuh melihat pengurus
partai politik yang sering berkonflik baik itu antar partai politik maupun dalam
partai politik yang sama. Akibatnya masyarakat tidak menaruh simpati terhadap
dunia politik.30
Belum terdidiknya warga negara secara politik, menyebabkan masyarakat
cenderung pasif. Lebih dari itu, masyarakat juga tidak bisa ikut mempengaruhi
secara signifikan proses-proses pengambilan keputusan yang berkaitan erat
dengan kehidupan masyarakat. Padahal sudah menjadi rahasia umum bahwa
proses demokratisasi yang sehat mensyaratkan adanya partisipasi politik dari
warga negara. Partisipasi politik ini, hanya dapat dimungkinkan jika warga negara
cukup terdidik secara politik.
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang
perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik
menyebutkan bahwa:
1) Partai politik melakukan pendidikan politik bagi masyarakat sesuai
dengan ruang lingkup tanggungjawabnya dengan memperhatikan
keadilan dan kesetaraan gender dengan tujuan antara lain:
a. Meningkatkan kesadaran hak dan kewajiban masyarakat dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
b. Meningkatkan partisipasi politik dan inisiatif masyarakat dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
c. Meningkatkan kemandirian, kedewasaan, dan membangun karakter
bangsa dalam rangka memelihara persatuan dan kesatuan bangsa
30

Wawancara dengan Susanti Didipu (Masyarakat Kecamatan Botupingge)

27

2) Pendidikan politik sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilaksanakan
untuk membangun etika dan budaya politik sesuai dengan Pancasila.
Hal ini dikuatkan oleh diterbitkannya PP Nomor 83 Tahun 2012 tentang
Perubahan Atas PP Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Pada Partai
Politik yang intinya mengatur tentang:
a. Bantuan keuangan kepada partai politik yang mendapat kursi DPR dan
DPRD;
b. Tujuan: dana penunjang kegiatan pendidikan politik (paling sedikit 60%)
dan operasional sekretariat partai politik.
c. Besaran bantuan per suara: jumlah bantuan keuangan APBN TA
sebelumnya/jumlah perolehan suara hasil pemilu partai politik periode
sebelumnya.
Berdasarkan Pasal 34 ayat (3b) dan Pasal 31 Undang-undang Nomor 2
Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008
tentang Partai Politik dan muatan dalam PP Nomor 83 Tahun 2012 tentang
Perubahan Atas PP Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Pada Partai
Politik tersebut seharusnya menjadi pedoman bagi partai politik dalam
melaksanakan pendidikan politik kepada masyarakat. Namun dari hasil penelitian
yang dilakukan, menunjukkan bahwa pendidikan politik yang dilakukan oleh 10
partai politik di Kabupaten Bone Bolango, hanya 2 partai politik yang mengaku
telah menjalankan kewajibannya sementara 8 partai politik mengaku belum
melaksanakan kewajibannya dalam memberikan pendidikan politik kepada
masyarakat.

28

4.2.

Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Fungsi
Partai Politik Dalam Memberikan Pendidikan Politik di Kabupaten
Bone Bolango
Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa partai politik belum

sepenuhnya menjalankan fungsinya dalam memberikan pendidikan politik kepada
masyarakat di Kabupaten Bone Bolango. Hal ini diakibatkan beberapa faktor:
1) Belum tersedianya format baku pendidikan politik
Apabila diamati dari penjelasan para informan di atas, maka sangat jelas
terlihat bahwa partai politik yang ada di Kabupaten Bone Bolango belum
memiliki format baku terkait pemberian pendidikan politik pada
masyarakat. Selama ini proses pendidikan politik yang diberikan hanya
berkisaran pada hal-hal yang bersifat insidentil. Artinya bahwa proses
politik yang terjalin antara partai politik dan masyarakat hanya terjadi
disaat-saat tertentu. Pelaksanaan proses politik ini paling sering terjadi
apabila menghadapi perhelatan politik, misalnya: pemilihan legislatif,
pemilihan kepala daerah, dan presiden/wakil presiden. Selain dari itu,
pelaksanaan fungsi partai politik nyaris tak terlihat. Ironinya, komunikasi
yang digunakan dalam proses politik tersebut hanya bersifat monoton.
Artinya hanya terjadi satu arah, melibatkan masyarakat yang menjadi
sasaran dalam pemberian pendidikan politik.
Komunikasi

merupakan

hal

yang

paling

penting

dalam

mengimpelmentasikan pendidikan politik kepada masyarakat. Terlebih
masyarakat Indonesia khususnya masyarakat di Kabupaten Bone Bolango

29

memiliki tingkat pemahaman yang berbeda. Sehingga perlu ada rumusan
bagaimana pendidikan politik ini dapat diterima dengan mudah oleh
masyarakat melalui komunikasi politik yang sesuai.
Partai politik perlu mengetahui terlebih dahulu seperti apa karakter

Dokumen yang terkait

ANALISIS KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-BC MENGGUNAKAN BUTON GRANULAR ASPHALT (BGA) 15/20 SEBAGAI BAHAN KOMPOSISI CAMPURAN AGREGAT HALUS

14 283 23

OPTIMASI SEDIAAN KRIM SERBUK DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam.) SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN BASIS VANISHING CREAM

57 260 22

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SEBAGAI ADJUVAN TERAPI CAPTOPRIL TERHADAP KADAR RENIN PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI

37 251 30

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

FUNGSI DAN KEWENANGAN BADAN PENGAWAS PASAR MODAL (BAPEPAM) DALAM RANGKA PENEGAKAN HUKUM DI BURSA EFEK JAKARTA (BEJ)

5 65 215

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18