PENINGGALAN BUDAYA LOKAL

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum. wr. wb……..
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menuntaskan tugas dan kewajiban kami dengan sebaik mungkain.
Makalah ini yang berjudul “Peninggalan Budaya Lokal, Hindu-Buddha, Dan Islam”.
Bertujuan untuk memberikan pengertian tentang Akulturasi di Indonesia. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya. Adanya saran dan kritik yang membangun,
sangatlah kami harapkan.
Kemuja, Nopember 2017

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Unsur-unsur yang dapat mempersatukan tradisi sejarah Indonesia berasal dari unsur lokal,
Hindu-Budha, dan Islam. Bangsa Indonesia sebenarnya mempunyai unsur-unsur budaya
Indonesia asli. Selain itu, juga telah mengenal kebudayaan Macro & Micro Cosmos, yang
merupakan keyakinan adanya supranatural atas kehidupan bumi.
Dalam pembahasan di atas telah dikemukakan bahwa, unsur budaya asli memegang peranan
& tidak dapat disingkirkan begitu saja dalam proses pencampuran dengan budaya asing.

Salah satu proses kepercayaan lokal dengan budaya asing berkaitan dengan kematian dalam
wujud kepercayaan dikenal sebagai Animisme & Dinamisme. Misalnya upacara kematian
seseorang dilakukan sesuai dengan kebudayaan lokal. Makam di Indonesia terpelihara
dengan baik karena adanya penghormatan dari anak cucu kepada leluhurnya. Dengan latar
belakang budaya Megalithikum, di samping Sarkofagus, maka dibuatlah Kijing dari batu di
atas makam, bahkan terkadang dibuatkan rumah kecil pelindung makam yang disebut
Cungkup. Hal itu merupakan contoh dari kepecayaan Animisme.
Sedangkan kepercayaan Dinamisme merupakan kepercayaan terhadap benda-benda yang
dianggap mempunyai kekuatan gaib. Misalnya rumah dibangun oleh seseorang demi
kesejahteraan dirinya beserta keluarganya, dibangun dengan penuh perhitungan &
persyaratan. Guna menghindari gangguan roh jahat, di dekat pintu gerbang di tempatkan
Dwarapala, berupa sepasang patung.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENINGGALAN BUDAYA LOKAL, HINDU-BUDDHA, DAN ISLAM
Bentuk peninggalan budaya indonesia terbagi dalam tiga bentuk.
1. Peninggalan Kebudayaan Lokal
Peninggalan budaya zaman Praaksara merupakan warisan budaya bangsa yang

bernilai tinggi dan dapat menumbuhkan rasa kebangsaan terhadap kebudayaan
nenek moyang pada masa lampau. Nilai peninggalan budaya zaman Praaksara
(lokal) yang penting bagi bangsa indonesia, antara lain sebagai berikut.
a. Pengetahuan Astronomi
Astronomi adalah ilmu tentang matahari, bintang-bintang, bulan, atau planetplanet lainnya. Pengetahuan astronomi diperlukan untuk pelayaran di waktu
malam hari dan keperluan pertanian. Bintang-bintang yang penting untuk
pelayaran adalah bintang Salib Selatan atau bintang Gubuk Penceng. Bintangbintang yang digunakan untuk mengenal datangnya musim dalam keperluan
pertanian adalah bintang Beruang Besar atau bintang Waluku yang berarti
bintang bajak.
b. Pengetahuan Mengatur Masyarakat
Dalam kehidupan berkelompok yang sudah menetap masyarakat pada masa itu
masih bercorak atau berbentuk suku. Seseorang yang dianggap mampu
melindungi masyarakat terhadap gangguan dari luar (seperti roh jahat) dan
dapat mengatur masyarakat dengan baik, dipilih menjadi pemimpin. Pemimpin
ini sering disebut dengan istilah Primus Interperes. Jika pemimpin meninggal,
makamnya dipuji oleh pengikutnya.
c. Kesenian Wayang
Dalam kehidupan yang telah menetap dan teratur, tercipta kesenian-kesenian
yang lebih tinggi nilainya. Diantaranya, kesenian wayanaag yang berpangkal
pada pemujaan roh nenek moyang. Boneka-boneka perwujudan nenek moyang

dimainkan oleh dalang pada malam hari. Roh nenek moyang yang masuk pada
dalang menyuarakan suara nenek moyang. Biasanya berisi nasihat-nasihat.
Kata bayang dalam bahasa indonesia itu menjadi wayang dalam bahasa Jawa.
d. Seni Gemelan
Beberapa alat gemelan itu adalah gong, bentuknya besar dan digantung
seralveta dipukul dari samping; bonang adalah gong yang berbentuk kecil ,
diletakkan pada tali yang direntangkan , dan dipukul dari atas; gambang, alat

dari kayu dan dipukul dari atas; rebab, alat seperti biola yang digesek cara
membunyikannya; gendang yang diletakkan mendatar dan ditabuh kirikananya.
e. Seni Batik
Batik merupakan kerajinan membuat gambaran pada kain dengan alat yang
disebut canting. Lilin yang dicairkan disendok dengan canting. Melalui ujung
canting itu keluarlah lilin yang dititik-titikan pada kain. Pekerjaan membatik
betul-betul merupakan seni karena diperlukan kesabaran dalam menggambar,
merendam yang dilakukan berulang-ulang, dan mengerok lilin. Untuk
mempercepat penggambaran pada kain, digunakan cap sebagai alat bantu
penggambaran.
f. Seni Mmebuat Barang dari Logam
Teknik pengecoran logam yang disebut a cire perdue dan bivalve ternyata

telah dikenaloleh masyarakat praaksara. Mereka membuat barang logam
terlebih dahulu membuat modelnya dengan tanah liat kemudian dituangkan
biji logam yang telah dicairkan pada suhu panas tertentu kedalam mpdel cetak
tadi.
2. Peninggalan Kebudayaan Hindu-Buddha
a. Struktur Sosial
Sebelum kedatangan islam, masyarakat indonesia dipenuhi oleh agama dan
kebudayaan Hindu-Buddha dari India. Pengaruh masuknya agama Hindu
adalah lahirnya konsep Kasta atau pembagian masyarakat berdasarkan
kewajiban empat tingkatan, yaitu kasta Brahmana, kasta Ksatria, kasta Waisya,
dan kasta Sudra. Konsep ini bersifat tertutup atau berdasarkan kelahiran.
Anggota kasta tertentu dapat melakukan mobilitas vertikal atau mengubah
status sosialnya. Hal yang sedikit berbeda berlaku pada status sosial
masyarakat Buddha. Adapun kedua golongan masyarakat pada agama Buddha
adalah masyarakat yang tetap tinggi sebagai anggota masyarakat biasa dan
masyarakat yang hidup dalam biara. Pembagian masyarakat yang bersifat
terbuka ini membuat agama Buddha lebih dapat berkembang cepat daripada
agama Hindu.
b. Konsep Raja dan Kerajaan
Kedudukan kepala suku atau Primus Interperes yang menjadi pemimpin suatu

desa atau suku digantikan oleh seorang raja. Raja sebagai pemimpin kerajaan
bersifat turun-temurun. Raja adalah perwujudan dewa di dunia. Para raja
melambangkan diri mereka sebagai Cakravartin atau pematur roda. Istilah ini
berhubungan dengan anggapan bahwa hanya ada satu penguasa alam semesta

yang memperoleh kedudukan melalui kekuatan batin. Seorang raja harus
bersikap adil, menghukum yang bersalah dan memberikan anugerah kepada
mereka yang berjasa, bijaksana dan tidak sewenang-wenang.
c. Candi
Candi berasal dari kata candikagrha yang artinya adalah kediaman Candika
atau Dewi Durga. Candi didirikan untuk digunakan sebagai makan raja
sekaligus tempat pemujaan. Raja yang meninggal dan dimakamkan dalam
candi akan dirupakan dalam wujud dewa tertentu. Menurut karakteristiknya,
candi di indonesia dapat dikategorikan dalam tiga corak, yaitu corak Jawa
Tengah bagian Utara, corak Jawa Tengah bagian Selatan, dan corak Jawa
timur
d. Kesusastraan
Kesusastraan zaman Hindu-Buddha dapat dibagi menjadi empat zaman, yaitu
zaman Mataram (abad ke-9 dan 10), zaman Kediri (abad ke-11 dan 12), zaman
Majapahit l (abad ke-14), dan zaman Majapahit ll (abad ke015 dan 16).

Sampai bahasanya adalah bahasa Jawa Tengahan. Kesusastraan itu ditulis
bentuk gencaran (prosa) dan tembang. Tembang Jawa Kuno umumnya
dinamakan Kidung. Karya sastra yang muncul pada zaman Hindu-Buddha,
misalnya Kitab Negarakertagama karya Empu Prapanca.
3. Peninggalan Kebudayaan Islam
a. Konsep Kekuasaan Raja
Raja-raja islam pada umumnya bergelar sultan. Dan ada juga sebutan lainnya
seperti susuhunan, panembahan, Maulana, datu, batara, tomamuning, dan
matowa (sulawesi).
Raja adalah seorang pemimpin tertinggi dalam kerajaan. Raja dianggap
sebagai wakil Tuhan di dunia. Raja berhak menciptakan hukum sehingga
kedudukannya berada di atas hukum. Siapaun orangnya yang diberi wahyu
oleh Tuhan berupa pulung keraton atau kekuasaan suci, ia akan memimpin
suatu kerajaan atau mewarisi kekuasaan dari suatu kerajaan dan masyarakat
percaya bahwa setiap raja yang memperoleh wahyu mempunyai kekuatan
magis dan mistis akan berhasil menguasai seluruh kerajaan.
b. Struktur Sosial
Islam merupakan agama yang dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat
indonesia. hal ini erat dengan hubungannya dengan struktur sosial masyarakat.
Agama islam tidak mengenal adanya kasta atau pembagian secara kaku.

Agama islam menyebar di indonesia sesuai dengan adat yang telah berlaku
pada waktu itu, dan didukung oleh para wali yang cukup pandai dalam

mengambil hati masyarakat. Para wali ini berkedudukan sebagai penasehat
raja pada masa itu. Dalam agama islam, hanya mengenal hubungan antara
santri dan kyai atau ulama.

Akan tetapi secara umum, islam mengenal

golongan santri, golongan priyayi, dan golongan abangan. Golongan santri
adalah mereka yang taat menjalankan ajaran agama. Golongan priyayi adalah
mereka yang masih memegang teguh ajaran lama, meskipun mereka telah
lama masuk islam. Golongan priyayi inilah yang selanjutnya lebih condong ke
ajaran tasawuf, seperti Kebo Kenanga, dll. Dan golongan abangan adalah
mereka yang belum dapat memenuhi kewajiban agama secara sempurna.
Adapun dalam lingkup pemerintahan, struktur soaial terdiri dari raja, waliatau
ulama, dan rakyat biasa. Seorang raja harus mengayomi rakyatnya sehingga
kemudian dikenal konsep Manunggaling kawula gusti atau bersatunya raja
dengan rakyat.
c. Seni Sastra

Hasil seni sastra zaman Madya selain cerita asli indonesia sendiri, juga
menyadur karya sastra negara lain. Karya sastra zaman Madya dapat dibagi
menjadi gubahan karya sastra zaman kuno dan saduran karya sastra Timur
Tengah. Karya sastra ditulis dalam bentuk gancaran atau dalam bentuk
tembang. Di daerah melayu, gancaran disebut hikayat, tembang disebut syair.
Isi hikayat pada umumnya berisi dongeng penuh dengan keanehan dan
keajaiban. Selain hikayat dan syair, ada lagi jenis kitab yang ditulis pada
zaman Madya yang disebut suluk. kitab-kitab suluk menguraikan masalahmasalah tasawuf, paham yang dianut kaum sufi dan mengajarkan tentang
pencapaian ksempurnaan dengan meninggalkan keduniawian dan hanya
mengutamakan bersatunya manusia dengan Tuhan. Suluk ada yang berwujud
prosa dan ada pula yang berwujud puisi. Contohnya adalah Suluk Sukarsa dan
Suluk Wajil.
d. Seni Bangunan
1) Makam
Pada zaman islam makam dianggap tempat tinggal terakhir yang abadi.
Pada umumnya makam dibangun di atas bukit. Makin tinggi
kedudukannya sesorang semakin tinggi pula tempat pemakamannya.
Makam orang tertinggi atau terpenting berada ditempat tertinggi. makam
demikian mengingatkan pada punden berundak zaman praaksara bangunan
candi pada zaman Hindu. Makam-makam zaman perkembangan islam di


indonesia, antara lain Makam Maulana Malik Ibrahim di Gersik, Jawa
Timur; Makam raja-raja Samudera Pasai di Aceh; Makam Sunan Gunung
Jati di Cirebon, Jawa Barat; Makam Sunan Tembayat di Klaten, Jawa
Tengah; Makam raja-raja keturunan Mataram di Imogiri, jogjakarta;
Kompleks Makam Sultan Hasanuddin di Gowa, Sulawesi Selatan; Makam
para wali yang tersebar di berbagai daerah di Jawa Tengah dan Jawa
Timur.
2) Masjid
Masjid adalah tempat ibadah umat islam. Bangunan tempat ibadah yang
lebih kecil dan sederhana disebut langgar atau surau. Ruang utama masjid
atau surau pada umumnya berbentuk bujur sangkar dengan sebuah serambi
yang cukup luas. Di dinding sisi barat, dibuat sebuah ceruk cungkup lebar
dan tinggi yang disebut mihrab, tempat imam memimpin salat. Mihrab di
indonesia selalu terdapat di sebelah barat karena bangunan masjid selalu
menghadap timur. Bangunan masjid pada zaman Madya mempunyai ciri
khusus pada atapnya.

Atap masjid pada zaman Madya umumnya


bertingkat dengan jumlah gasal, tiga atau lima dan disebut tumpang, dan
dibuat dari kayu atau bambu yang mudah hancur. Pada surau tidak ada
tempat tumpang, tetapi berbentul limas yang atasnya sangat lancip, pada
puncaknya diberi penutup kecil dari tanah bakar atau benda-benda lain.
Penutup puncak itu disebut mustaka.

BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa masuknya budaya Hindu-Budha dan Islam di
Indonesia tidak diterima begitu saja tapi pengaruh budaya Hindu-Budha dan Islam ke
Indonesia telah membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia
b. Saran
Mungkin dari kesimpulan diatas dapat dipetik salah satu yang paling penting adalah bahwa
perpaduan tradisi lokal hindu-budha sangat berpengaruh bagi indonesia, dan penyusun
berharap semoga makalah ini bermanfaat dan kedepannya akan ada kesempatan untuk
membuat makalah tentang tradisi lokal hindu-budha dan islam dengan lebih lengkap.

Dokumen yang terkait

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG FUNGSI BALI TV SEBAGAI MEDIA LOKAL (Studi pada Warga Kelurahan Tuban Kecamatan Kuta Kabupaten Badung, Bali)

0 25 2

"REPRESENTASI BUDAYA JEPANG DALAM FILM MEMOIRS OF A GEISHA"(Analisis Semiotika pada Film Memoirs Of a Geisha Karya Rob Marshall)

11 75 2

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

MANAJEMEN STRATEGI RADIO LOKAL SEBAGAI MEDIA HIBURAN (Studi Komparatif pada Acara Musik Puterin Doong (PD) di Romansa FM dan Six To Nine di Gress FM di Ponorogo)

0 61 21

BUDAYA KEMISKINAN BURUH NELAYAN DESA KILENSARI KECAMATAN PANARUKAN KABUPATEN SITUBONDO

2 53 6

BUDAYA PESTA GILING PADA MASYARAKAT DI SEKITAR PABRIK GULA DJATIROTO DITINJAU DARI ASPEK SOSIAL EKONOMI

0 24 9

ENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS POKOK BAHASAN KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA DENGAN MODEL PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS V SDN GAMBIRAN 01 KALISAT JEMBER TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 24 17

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DENGAN KINERJA TENAGA KEPERAWATAN DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANGIL KABUPATEN PASURUAN

6 92 18

INDIKASI PRODUSEN TEMPE MEMILIH KEDELAI IMPOR DAN PRODUSEN TAHU MEMILIH KEDELAI LOKAL DALAM MEMPRODUKSI TEMPE DAN TAHU DI KECAMATAN GAMBIRAN

3 29 18

ABSTRAK PENGARUH MOTIVASI DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA AKUNTAN PENDIDIK (DOSEN AKUNTANSI)

14 74 125