Pernikahan Dini karena Ekonomi Masih Mar

Pernikahan Dini karena Ekonomi Masih Marak Terjadi di Rembang

Kontributor Semarang, Nazar Nurdin
Kompas.com - 18/04/2017, 15:17 WIB

SEMARANG, KOMPAS.com - Perkawinan anak di bawah usia 16 tahun
karena faktor ekonomi masih banyak terjadi di Kabupaten Rembang,
Jawa Tengah. Hingga April 2017, telah terjadi 15 perkawinan usia anak
di Rembang.

Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Keluarga
Berencana Kabupaten Rembang, Dwi Wahyuni, mengatakan, angka
pernikahan dini di Rembang masih cukup tinggi.

Tahun 2016 misalnya, angka pernikahan tercatat sebanyak 54 kasus.
Beberapa wilayah yang banyak mengalami praktik itu misalnya di
wilayah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, yaitu di Kecamatan
Sarang.

Selain itu, beberapa kecamatan lain menyumbang angka perkawinan
dini, yaitu Kecamatan Sedan, Kecamatan Sale dan Kecamatan Kragan.


"Lokasi paling tinggi itu di Sarang. Lalu Sedan. Desa di Sedan dipilih
sebagai percontohan karena Sedan itu tempat kepala paguyuban.
Sehingga kalau ini sukses, bisa menular ke daerah lain," kata Wahyuni
di Semarang, Selasa (18/4/2017).

Ia mengatakan, masalah pernikahan usia anak terjadi karena beragam
persoalan. Namun persoalan ekonomi mendapat porsi yang tinggi
untuk terciptanya perkawinan anak.

Dokumen Suhadi | Komunitas Rumah Baca Pamotan

1

Kajian dari sejumlah lembaga swadaya masyarakat juga menunjukkan
angka yang sama. Credos Institute bersama Rutgers, Aliansi Remaja
Independen dan Plan Indonesia menggelar penelitian khusus soal
perkawinan anak di sejumlah desa di Rembang. Penelitian dilakukan di
Desa Woro dan Sendangmulyo di Kecamatan Kragan, lalu Desa
Mojosari dan Menoro di Kecamatan Sedan.


Dari empat desa yang diteliti, ada kecenderungan penurunan
pernikahan usia anak di Rembang. Namun, usia pernikahan masih di
bawah angka nasional.

Amrullah dari Plan Indonesia mengatakan, penyebab utama
perkawinan anak karena faktor ekonomi serta hamil sebelum nikah.

"Satu perempuan di Rembang menikah di usia muda karena diminta
nikah sama orangtuanya. Pengetahuan mereka rata-rata masih rendah
soal kesehatan reproduksi," kata Amrullah di sela lokakarya "
Pernikahan Dini di Kabupaten Rembang", di Semarang, Selasa siang
tadi.

Dari temuan ini, kata dia, perkawinan anak berkorelasi dengan adanya
relasi gender dan perlindungan anak. Anak perempuan misalnya
dipandang mampu untuk mengurus rumah tangga, sementara anak
laki-laki harus mapan secara ekonomi terlebih dulu sebelum menikah

Sementara perspektif perlindungan anak, kehamilan anak di bawah

usia 20 tahun berisiko pada tidak siapnya organ reproduksi. Hal itu
dinilai salah satu penyebab kematian ibu hamil di bawah usia 20 tahun.

"Penelitian kami mendorong agar anak-anak di tingkatkan pendidikan
dan pekerjaan sebelum menikah, selain pemahaman kesehatan
reproduksi," ujarnya.
Sumber:
http://regional.kompas.com/read/2017/04/18/15170721/pernikahan.dini

Dokumen Suhadi | Komunitas Rumah Baca Pamotan

2

.karena.ekonomi.masih.marak.terjadi.di.rembang. diakses pada
tanggal 06 Juni 2017.

Dokumen Suhadi | Komunitas Rumah Baca Pamotan

3