T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Tingkat Penerimaan Teknologi Oleh Guru dan Staf Tata Usaha Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pabelanabupaten Semarang dengan Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM) T

Kajian Tingkat Penerimaan Teknologi Oleh Guru dan Staf Tata
Usaha Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pabelan, Kabupaten
Semarang dengan Menggunakan Technology Acceptance Model
(TAM)

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Oleh:
Norlin Evalita Sorontou
702011151

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN
KOMPUTER FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS
KRISTEN SATYA WACANA AGUSTUS 2015

i


ii

iii

iv

v

Kajian Penerimaan Teknologi Oleh Guru dan Staf Tata Usaha
Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pabelan, Kabupaten
Semarang dengan Menggunakan Technology Acceptance Model
(TAM)
1)

Norlin Evalita Sorontou2)Krismiyati.,S.Pd.,M.A

Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email: 1) 702011151@student.uksw.edu 2) Krismi@staff.uksw.edu


Abstrak
Penelitian sebelumnya menemukan bahwa penggunaan teknologi
tergantung pada penerimaan teknologi oleh guru. Untuk mengetahui tingkat
penerimaan teknologi pada guru maka peneliti menggunakan technologi
acceptance model (TAM). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerimaan
dan sikap para guru dan staf tata usaha pada SMP N 2 Pabelan. Data diambil dari
semua guru dan staf tata usaha di sekolah. Kuesioner dirancang khusus untuk
menguji penerimaan teknologi oleh guru dan staf. TAM digunakan untuk
mengetahui penerimaan teknologi oleh guru dan staf menggunakan lima konstruk
yang diadopsi dari Yuen dan Ma (2008), yaitu Perceived Easy To Use, Intention
To Use, Perceived Usefulness, Subjective Norm, Computer Self Efficacy.
Ditemukan bahwa tingkat penerimaan pada SMP N 2 Pabelan termasuk tinggi.
Lima konstruk mempunyai efek dan peran positif pada pada penerimaan
teknologi. Secara keseluruhan lima konstruk tersebut dapat menjadi faktor-faktor
penting yang mempengaruhi penerimaan teknologi oleh guru dan staf serta
menjadi rekomendasi yang baik dalam bidang pendidikan.

Keywords : Penerimaan Teknologi, Technology Acceptance Model, Persepsi
Guru dan Staf Tata Usaha


Abstract
Previous studies discover that the use of technology depends of
technology acceptance by teachers. To discover the level of technology
acceptance by teachers, the researcher used technology acceptance model (TAM).
The purpose of this study was to discover the acceptance and attitude of teachers
and administrative staff in SMP N 2 Pabelan. Data was collected from all
teachers and administrative staff in the school. A questionnaire was specially
designed to test the technology acceptance by teachers and staff. TAM was used

to discover the technology acceptance by teachers and staff using five constructs
adopted from Yuen and Ma (2008), which are Perceived Easy To Use, Intention
To Use, Perceived Usefulness, Subjective Norm, Computer Self Efficacy. It’s
discovered that the level of acceptance in SMP N 2 Pabelan was high. The five
constructs had positive effect and roles on technology acceptance. Overall, the
five constructs can be important factors influencing technology acceptance by
teachers and staff and are recommended in the field of education.
Keywords : Technology Acceptance, Technology Acceptance Model, Perception
of Teachers and Administrative Staff


__________________________________
1)
Mahasiswa Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan
Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana
2)
Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana

1. Pendahuluan
Pesatnya perkembangan TIK, memungkinkan pengembangan layanan teknologi
dan informasi yang lebih baik dalam bidang pendidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa
dari banyak manfaat yang diberikan oleh TIK dalam pendidikan pasti ada juga hambatan
– hambatan dalam pelaksanaannya. Adapun hambatan-hambatan tersebut diantaranya :
keterbatasan SDM, keterbatasan sarana dan prasana, mahalnya akses internet dan
penerimaan Teknologi dalam bidang pendidikan. Pada saat globalisasi seperti sekarang
pendidik diwajibkan menguasai teknologi. A digital mindset is required in the teaching
profession, though teacher differ widely in their attitudes and ability to cope with
technology by Smith, [2]. Keberhasilan penggunaan komputer di ruang kelas tergantung
pada sikap guru terhadap komputer [4]. Penelitian sebelumnya telah menyatakan bahwa
sikap guru serta pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan komputer
merupakan faktor utama yang mempengaruhi penerimaan awal mereka pada teknologi

komputer dan perilaku penggunaannya komputer [3]. Teknologi sangat diperlukan oleh
guru akan tetapi sikap masing-masing guru dalam menerima Teknologi menjadi faktor
utama dalam keberhasilan menggunakan teknologi tersebut.
Berdasarkan observasi awal di SMP Negeri 2 Pabelan, adapun beberapa hasil pengamatan
diantaranya mengenai penggunaan teknologi di sekolah baik dalam ruang kelas maupun diruang kantor ,
pemanfaatan teknologi (LCD, OPH, Laboratorium TIK, Jaringan Internet, Komputer PC, Laptop,
Smartphone, dan lain-lain) dalam pelaksanaan pembelajaran oleh guru maupun dalam pelaksanaan tugas
oleh staf administrasi sekolah, dan hasil pengamatan adalah dalam pelaksanaan pembelajaran sangat
jarang digunakan. Berikutnya ketika ada mahasiswa PPL yang melakukan praktek disekolah maka
dalam proses pembelajaran dikelas mahasiswa PPL menggunakan dan memanfaatkan teknologi yang ada
disekolah, setelah mahasiswa PPL selesai masa prakteknya maka penggunaan teknologi tidak lagi
ditindak lanjuti oleh guru. Sedangkan hasil wawancara serta pengamatan saat melaksanakan training
atau pelatihan Teknologi Informasi untuk mendukung proses belajar mengajar pada sekolah SMP Negeri
2 Pabelan dapat menyimpulkan bahwa beberapa guru dapat menggunakan teknologi dengan baik. Akan
tetapi penerimaan teknologi secara keseluruhan oleh para guru dan staf Tata Usaha belum diketahui secara
pasti.
Berdasarkan observasi dan wawancara diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui faktor-faktor apa yang berpengaruh dan tingkat penerimaan guru dan staf TU
terhadap Teknologi yang tersedia SMP Negeri 2 Pabelan dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya dengan menggunakan Technology Acceptance Model (TAM).


2. Tinjauan Pustaka
Penelitian yang dilakukan oleh Yuen dan Ma (2008) pengembangan model TAM.
Ditemukan bahwa norma subjektif dan komputer self-efficacy menjadi dua persepsi yang
signifikan dari konstruksi mendasar dalam penerimaan teknologi oleh guru dalam TAM.

1

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Tarhini dkk (2015) bertujuan menyelidiki
sejauh mana variabel-variabel mempengaruhi siswa untuk mengadopsi dan menggunakan
sistem pembelajaran berbasis web atau e-learning dan menyelidiki apakah ada perbedaan
faktor-faktor antara negara berkembang dan negara maju, khususnya Libanon sebagai
negara berkembang dan Inggris sebagai negara maju’. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa mayoritas peserta dalam sampel mengungkapkan tanggapan secara
positif terhadap konstruk yang diukur dalam model. Ini berarti bahwa baik siswa Inggris
dan Lebanon bersedia untuk menggunakan e-learning dalam kegiatan belajar mereka.
Data yang diolah menggunakan LISREL. Data diambil dari mahasiswa dari berbagai
disiplin ilmu diundang untuk berpartisipasi dalam penelitian ini melalui undangan oleh
peneliti tatap muka selama masa studi di libanon dan di inggris.
Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuen dan

Ma adalah menggunakan lima konstruk yaitu: Perceived ease of use (PEOU), Perceived
usefulness (PU), Subjective norm (SN), Computer self-efficacy (SE), Intention To Use
(ITU) . Sedangkan perbedaan pada penelitian sekarang dengan penelitian sebelumnya
adalah pada penelitian ini konteks penelitiannya terhadap guru dan staf tata usaha SMP
Negeri 2 Pabelan, Kabupaten Semarang . Penelitian ini menggunakan lima konstruk yang
terdapat dalam TAM untuk dipakai dalam menyusun kuisioner dan menjadi faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi penerimaan teknologi.
Teknologi informasi adalah seperangkat alat yang membantu anda bekerja
dengan informasi dan melakukan tugas-tugas yang berhubungan pemrosesan tertentu [5].
Teknologi dapat membantu guru dalam melaksanakan pembelajaran dalam kelas. [2]
Menunjukkan bahwa sikap guru terhadap komputer mempengaruhi penggunaan
pembelajaran komputer mereka dan mendapatkan keuntungan dari pelatihan.
Berdasarkan pernyataan beberapa ahli diatas maka tidak dapat dipungkiri bahwa
teknologi sangatlah penting dan sangat membantu pendidik. Akan tetapi
permasalahannya adalah sikap guru terhadap teknologi itu sendiri, apakah mereka mau
menerima teknologi dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya ataukah
sebaliknya.
Teknologi dapat digunakan secara efisien ketika guru memiliki sikap untuk mau
menerima teknologi itu sendiri. Dalam tugasnya sebagai pendidik yang akan memberikan
pendidikan yang baik kepada peserta didik pada era globalisasi seperti saat ini maka

sudah seharusnya guru mau menerima teknologi. Teknologi juga dapat dijadikan sebagai
media pembelajaran, [6] media adalah apa saja yang membawa informasi antara sebuah
sumber dan sebuah penerima. Tujuan dari media adalah untuk memudahkan komunikasi
dan belajar antara guru dan peserta didik.
Teknologi bermanfaat untuk meringankan pekerjaan manusia, dalam hal ini
adalah para pendidik dan staf TU di sekolah. Berdasarkan pemanfaatan teknologi untuk
kegiatan pendidikan diatas maka teknologi pendidikan sangat diperlukan dalam rangka
kegiatan belajar mengajar. Penggunaan teknologi yang sederhana seperti alat: OPH, LCD

2

, Aplikasi Ms.Office (ms.power point, ms.excel, ms.microsoft word,dll), komputer, tape
recorder, smartphone, laptop.
Tata usaha pendidikan sering disebut administrasi tata usaha yaitu segenap proses
kegiatan pengelolaan surat menyurat yang dimulai dari menghimpun (menerima),
mencatat, mengelola, menggandakan, mengirim dan menyimpan semua bahan keterangan
yang diperlukan oleh organisasi [11]. Dari teknologi yang sederhana sampai teknologi
tinggi yang ada disekolah maka pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran maupun
tugas dan tanggung jawab lainnya haruslah maksimal, akan tetapi semua tergantung pada
penerimaan teknologi oleh guru maupun staf TU pada sekolahtersebut.

Technology Acceptance Model (TAM) diperkenalkan oleh Davis (1986)
adalah salah satu kerangka teoritis yang paling banyak dikutip.Model TAM sebenarnya
diadopsi dari model Theory of Reasoned Action (TRA) yaitu teori tindakan yang
beralasan dengan satu premis bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap sesuatu
hal, akan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut dalam menerima teknologi
tersebut. Tujuan TAM adalah memberikan penjelasan mengenai faktor-faktor yang
menentukan penerimaan TI. Dalam TAM, easy of use dan usefulness menentukan niat
untuk menggunakan teknologi. Easy of use dan usefulness akan menjadi penentu dasar
penerimaan oleh user menurut [2]. [2] Menemukan bahwa manfaat yang dirasakan dari
komputer dapat mempengaruhi sikap terhadap komputer dan jumlah kepercayaan guru
dalam menggunakan komputer dapat mempengaruhi sikap implementasi di
kelas. Yuen dan Ma (2008) menentukan lima variabel yaitu Perceived usefulness (PU),
Intention To Use (ITU), perceived ease of use (PEOU),computer self-efficacy (SE),
norm subjektif (NS) dalam merumuskan kerangka komposit.
Perceived ease of use (PEOU) didefinisikan sebagai "sejauh mana seseorang
percaya bahwa menggunakan sistem tertentu akan bebas dari upaya" oleh Davis, Bagozzi
& Warshaw [1].Perceived usefulness (PU) didefinisikan sebagai "sejauh mana seseorang
percaya bahwa menggunakan sistem tertentu akan meningkatkan kinerja pekerjaan nya"
oleh Davis di [1].Subjective norm (SN), didefinisikan sebagai "persepsi seseorang bahwa
kebanyakan orang yang penting bagi dia pikir dia harus atau tidak harus melakukan

perilaku yang bersangkutan" oleh Ajzen & Fishbein [1]. Sebagai faktor individu,
Computer self-efficacy (SE) didefinisikan sebagai keyakinan kemampuan seseorang untuk
mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk menghasilkan pencapaian
dalam penggunaan komputer" oleh Bandura [1].
Dalam penelitian ini TAM sebagai model inti, norm subjektif dan computer selfefficacy diperkenalkan untuk membentuk model untuk mengetahui penerimaan guru
terhadap teknologi yang diadopsi dari Yuen dan Ma (2008). Efek langsung dan tidak
langsung dari masing-masing konstruk merupakan hipotesis (Gambar 1) dan diuji melalui
data empiris. Perumusan setiap hipotesis dijelaskan sebagai berikut.

3

Gambar 2.1 Model Kerangka Pengujian oleh Yuan dan Ma 2008

Perceived Ease Of Use
Persepsi kemudahan penggunaan mengacu pada sejauh mana calon user diharapkan
untuk bebas dari usaha. Hipotesis ini menjadi penentu dasar niat dan, karenanya, perilaku
penerimaan pengguna pada teknologi. Berdasarkan validasi dari studi ekstensif
sebelumnya, kami mengusulkan:
N H1a: persepsi kemudahan penggunaan seorang individu memiliki efek positif pada
manfaat yang dirasakan dari teknologi.

N H1b: persepsi kemudahan penggunaan seorang individu memiliki efek positif
pada niat untuk menerima teknologi.
Perceived Usefulnesss
Didefinisikan sebagai probabilitas subjektif calon pengguna yang menggunakan sistem
aplikasi/ teknologi tertentu akan meningkatkan prestasi kerja nya dalam konteks
organisasi. Ini hipotesis menjadi penentu dasar niat dan, karenanya, perilaku penerimaan
pengguna sistem aplikasi tertentu. Dengan demikian, Perceived Usefulnesss yang adalah
sebagai konstruk dasar TAM, diusulkan:
N H2: Kegunaan yang dirasakan Seorang individu memiliki efek positif pada niat
untuk menerima teknologi.
Subjektif Norm
Norm subjektif seseorang adalah persepsi bahwa kebanyakan orang yang penting bagi dia
berpikir bahwa dia harus atau tidak harus melakukan perilaku tersebut oleh Ajzen &
Fishbein didalam (Yuen dan Ma, 2008). Seorang individu merasakan bahwa orang lain
yang penting baginya berpikir ia harus melakukan perilaku; maka ia akan semakin berniat
untuk melakukannya. Jadi, diusulkan:
N H3c: persepsi seorang individu pada norm subjektif memiliki efek positif pada
niatnya untuk menerima teknologi.
Individu akan melihat kegunaan dari teknologi itu sendiri. Jadi, diusulkan:
N H3a: persepsi seorang individu pada norm subjektif memiliki efek positif pada
kegunaan yang dirasakan dari teknologi.

4

Individu merasakan penting untuk menggunakan teknologi. Dia juga akan memiliki
persepsi umum bahwa, sangat penting harus menggunakannya, harus mudah
digunakan. Oleh karena itu, diusulkan:
N H3b: persepsi seorang individu pada norm subjektif memiliki efek positif
langsung pada kemudahan penggunaan nya tentang teknologi.
Perceived computer self-efficacy
Didefinisikan sebagai penilaian kemampuan seseorang untuk menggunakan teknologi
komputer.Kekuatan putusan mengacu pada tingkat kepercayaan seseorang mengenai
kemampuannya untuk melakukan berbagai tugas dengan teknologi. Di sini, seorang
individu akan memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk menggunakan sistem jika dia
merasakan dirinya sendiri mampu atau kompeten.Jadi, diusulkan:
N H4c: Seorang individu computer self-efficacy memiliki efek positif pada niatnya
untuk menerima teknologi.
Di sisi lain, jika seorang individu memandang dirinya sendiri kurang kompeten dalam
menggunakan teknologi, akan ada lebih banyak ragu-ragu untuk menggunakannya. Pada
umumnya seseorang akan menemukan bahwa teknologi sulit untuk digunakan, jika ia
memiliki self-efficacy yang rendah dalam menggunakan komputer. diusulkan:
N H4b: Seorang individu computer self-efficacy memiliki efek positif pada PEOU
terhadap teknologi.
Jika individu menggunakan teknologi, maka individu semakin mendapatkan banyak
manfaat dari teknologi. Justru sebaliknya, jika individu jarang menggunakan teknologi,
individu akan tidak menyadari potensi dan fungsi dari teknologi tersebut. Pada saat yang
sama, individu akan menemukan teknologi yang kurang berguna. Artinya, seseorang
dengan computer self-efficacy tinggi secara umum akan melihat teknologi lebih
berguna; orang yang computer self-efficacynya rendah secara umum akan melihat
teknologi kurang berguna. Dengan demikian:
N H4a: Seorang individu computer self-efficacy memiliki efek positif pada PU
tentang teknologi.

3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kuantitatif, merupakan sebuah paradigma dalam penelitian yang memandang kebenaran
sebagai sesuatu yang tunggal, objektif, universal dan dapat diverifikasi [12]. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif yang merupakan penelitian yang
dilakukan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk
laporan penelitian dengan apa adanya [11], tujuannya memperoleh informasi guna

5

mendapatkan data yang akurat dan obyektif terhadap permasalahan yang diteliti.
Penelitian ini dilakukan pada SMP Negeri 2 Pabelan, Kabupaten Semarang, pada bulan
Agustus 2015.Sampel diambil dari semua populasi guru dan staf tata usaha pada sekolah
tersebut..
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner.Kuesioner adalah pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden untuk
dijawab.Responden dapat memberikan jawaban dengan memberi tanda pada salah satu
atau beberapa jawaban yang telah disediakan, atau dengan menuliskan jawabannya
[8].Peneliti mengadopsi pengukuran oleh studi penelitian sebelumnya, dengan susunan
kata direvisi untuk responden yang ditargetkan dan konteks teknologi yang
berbeda. Secara khusus, kuesioner dirancang untuk menyertakan dua item untuk niat
untuk menggunakan (ITU1-2), lima item untuk manfaat yang dirasakan (PU1-5), empat
item untuk persepsi kemudahan penggunaan (PEOU1-4), dua item untuk norma subjektif
( SN1-2) dan enam item untuk komputer self-efficacy (SE1-6). Teknik penyusunan
kuesioner ini berdasarkan lima konstruk dari pengembangan model Technology
Acceptance Model (TAM) oleh Yuen dan Ma (2008).
Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu:
Pengamatan

Kuesioner dan Wawancara

Pengolahan data & Analisis

Pada saat PPL

Guru dan Staf Tata Usaha

SPSS

Gambar 3.1 Tahapan Penelitian

Teknik analisis data dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Uji Validitas dan Reliabilitas
Dalam penelitian ini uji validitas dilakukan dengan melihat korelasi pearson product
moment (r) yang mengukur keeratan korelasi antara skor pertanyaan dengan jumlah
skor dari variabel yang diamati. Di mana ketentuan yang diterapkan adalah bahwa
sebuah item kuesioner dinyatakan valid jika nilai r memiliki tingkat signifikan kurang
dari 5% [10].
Reliabilitas adalah derajat sejauhmana ukuran menciptakan respon yang sama
sepanjang waktu dan lintas situasi. Suatu alat ukur dikatakan reliabel jika hasil
pengukuran dari alat ukur tersebut stabil dan konsisten [10]. Uji reliabilitas akan
dilakukan dengan menggunakan uji statistik cronbach’s alpha (α) dengan ketentuan
bahwa variabel yang diteliti dinyatakan reliabel apabila nilai cronbach’s alpha (α)
adalah di atas 0,6.
b. Pengujian hipotesis dengan uji t
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t, yaitu dengan melihat nilai
probabilitas yang dihasilkan oleh masing-masing persamaan di mana:

6

a. Jika probabilitas hasil > 0,05 maka hipotesis ditolak
b. Jika probabilitas hasil < 0,05 maka hipotesis diterima
Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t ini dengan dasar bahwa koefisien yang
diuji adalah koefisien jalur yang bersifat langsung antar satu variabel dengan satu
variabel yang lain atau secara parsial.
c. Analisis jalur
Pengujian analisis jalur ini dilakukan dengan menentukan pengaruh tidak langsung
terlebih dahulu dari model analisis yang ada.Untuk mengetahui pengaruh tidak
langsung tersebut dihitung dengan mengalikan koefisien dari jalur pengaruh langsung
yang dilalui.Apabila hasil perkalian nilai koefisien tersebut lebih besar dari koefisien
yang memiliki hubungan langsung, maka hubungan yang sebenarnya adalah tidak
langsung, dan sebaliknya [9].

4. Hasil dan Pembahasan
SMPN 2 Pabelan, Kabupaten Semarang, merupakan salah satu SMP Negeri yang
berada di Desa Jembrak, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang. Sarana dan prasarana
yang dimiliki SMP N 2 Pabelan, KabupatenSemarang, adalah 14 ruang kelas, sebuah
laboratorium komputer,laboratorium IPA, perpustakaan, lapangan olahraga, ruang
ketrampilan danperlengkapan, ruang UKS (Unit Kesehatan Sekolah). Jumlah guru dan
staf tata usaha adalah 34 orang.
Uji Validitas dan Reliabilitas
Berdasarkan hasil pengolahan masing-masing pernyataan yang terdapat pada
variabel penelitian memiliki nilai korelasi dengan tingkat signifikan kurang dari 5%
(0,05), sehingga dapat disimpulkan kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah
valid dan sudah tepat digunakan sebagai alat ukur penelitian.
Selanjutnya akan dilakukan uji reliabilitas untuk mengukur kehandalan suatu
kuesioner.Hasil uji reliabilitas menyatakan bahwa masing-masing variabel penelitian
memiliki cronbach alpha yang lebih besar dari 0,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa
kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini reliabel.
Tingkat penerimaan Teknologi
Tingkat penerimaan teknologi guru dan staf pada SMP Negeri 2 Pabelan akan
didasarkan pada nilai rata-rata dari jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan yang
ada di variabel penelitian, kemudian agar memiliki makna nilai rata-rata tersebut akan
dikategorikan menjadi sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Adapun
perhitungan yang digunakan dalam pengkategorian adalah:
Interval Kelas =

Nilai tertinggi − Nilai Terendah
Jumlah Kelas

7

Nilai tertinggi adalah 5, nilai terendah adalah 1, jumlah kelas adalah 5.Berdasarkan rumus
di atas, maka diperoleh nilai interval kategori sebagai berikut:
Interval Kelas =

5−1
= 0,8
5

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai 0,8 yang merupakan jarak interval
kategori. Sehingga berlaku ketentuan kategori sebagai berikut:
Tabel 4.7.Kategori Penilaian

Interval

Kategori

1,00 ≤ X ≤ 1,80

Sangat Rendah

1,81 ≤ X ≤ 2,60

Rendah

2,61 ≤ X ≤ 3,40

Sedang

3,41 ≤ X ≤ 4,20

Tinggi

4,21 ≤ X ≤ 5,00

Sangat Tinggi

Berdasarkan interval kategori tersebut, maka kategori untuk nilai rata-rata
jawaban responden sebagai berikut.
Tabel 4.5. Deskripsi Jawaban Responden

Variabel dan
Indikator

Rata-rata

Kategori

Intention to use
Butir ke-1

4,79

Sangat tinggi

Butir ke-2

4,56

Sangat tinggi

Perceived usefulness
Butir ke-1
Butir ke-2

4,59

Sangat tinggi

4,65

Sangat tinggi

8

Butir ke-3

4,59

Sangat tinggi

4,56

Sangat tinggi

4,50

Sangat tinggi

3,97

Tinggi

Butir ke-2

3,94

Tinggi

Butir ke-3

4,00

Tinggi

Butir ke-4

4,06

Tinggi

Butir ke-1

4,12

Tinggi

Butir ke-2

4,15

Tinggi

Butir ke-1

3,94

Tinggi

Butir ke-2

3,38

Sedang

Butir ke-3

3,56

Tinggi

Butir ke-4

3,65

Tinggi

Butir ke-5

3,76

Tinggi

Butir ke-6

4,24

Sangat Tinggi

Rata-rata Total

4,16

Tinggi

Butir ke-4
Butir ke-5
Perceived easy of use
Butir ke-1

Subjective norm

Self Efficacy

Sumber: data primer, diolah 2015

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan nilai rata-rata total sebesar 4,16 yang
termasuk kategori tinggi. Hasil ini menunjukkan tingkat penerimaan teknologi oleh guru
dan staf pada SMP Negeri 2 Pabelan termasuk tinggi.

9

Pengujian Hipotesis
1. Persepsi kemudahan penggunaan seorang individu memiliki efek positif pada
manfaat yang dirasakan dari teknologi
Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan hasil regresi serta t-hitung.
Persamaan regresi sebagai berikut Y = 3,460 + 0,280 + e. Maksud dari persamaan regresi
tersebut adalah nilai konstan sebesar 3,460 menunjukkan tanpa adanya persepsi
kemudahan penggunaan, nilai yang dimiliki oleh variabel manfaat yang dirasakan sebesar
3,460. Sedangkan nilai sebesar 0,280 menunjukkan apabila persepsi kemudahan
penggunaan mengalami kenaikan sebesar satu satuan akan diikuti oleh kenaikan manfaat
yang dirasakan sebesar 0,280 sehingga dapat dinyatakan ada hubungan positif yang
searah antara persepsi kemudahan penggunaan terhadap manfaat yang dirasakan.
Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t didapatkan t-hitung sebesar
3,298 dengan signifikan 0,002. Tingkat signifikan sebesar 0,002 yang kurang dari 5%
menunjukkan ada pengaruh positif yang signifikan persepsi kemudahan penggunaan
terhadap manfaat yang dirasakan, sehingga hipotesis H1a yang menyatakan persepsi
kemudahan penggunaan seorang individu memiliki efek positif padamanfaat yang
dirasakan dari teknologi dapat diterima.
2. Persepsi kemudahan penggunaan seorang individu memiliki efek positif pada niat
untuk menerima e-learning teknologi
Hasil regresi untuk menunjukkan persepsi kemudahan penggunaan seorang
individu memiliki efek positif pada niat untuk menerima e-learning teknologi.Didapatkan
persamaan regresi sebagai berikut: Y = 4,074 + 0,151 + e . Persamaan regresi tersebut
menjelaskan bahwa nilai konstan sebesar 4,074 menunjukkan tanpa adanya persepsi
kemudahan penggunaan, nilai yang dimiliki oleh variabel niat untuk menerima teknologi
sebesar 4,074. Sedangkan nilai sebesar 0,151 menunjukkan apabila persepsi kemudahan
penggunaan mengalami kenaikan sebesar satu satuan akan diikuti oleh kenaikan niat
untuk menerima teknologi sebesar 0,151 sehingga dapat dinyatakan ada hubungan positif
yang searah antara persepsi kemudahan penggunaan terhadap niat untuk menerima
teknologi.
Berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t didapatkan t-hitung
sebesar 1,717 dengan signifikan 0,096. Tingkat signifikan sebesar 0,096 yang lebih besar
dari 5% menunjukkan ada pengaruh positif yang tidak signifikan persepsi kemudahan
penggunaan terhadap niat untuk menerima teknologi, sehingga hipotesis H1b yang
menyatakan persepsi kemudahan penggunaan seorang individu memiliki efek positif
pada niat untuk menerima teknologi dapat diterima.
3. Manfaat yang dirasakan individu memiliki efek positif pada niat untuk menerima
teknologi
Hasil regresi untuk menunjukkan manfaat yang dirasakan individu memiliki efek
positif pada niat untuk menerima e-learning teknologi didapatkan persamaan regresi
sebagai berikut: Y = 1,924 + 0,601 + e . Persamaan regresi tersebut menjelaskan bahwa

10

nilai konstan sebesar 1,924 menunjukkan tanpa adanya variabel manfaat yang dirasakan
individu, nilai yang dimiliki oleh variabel niat untuk menerima teknologi sebesar 1,924.
Sedangkan nilai sebesar 0,601 menunjukkan apabila manfaat yang dirasakan mengalami
kenaikan sebesar satu satuan akan diikuti oleh kenaikan niat untuk menerima e-learning
teknologi sebesar 0,601 sehingga dapat dinyatakan ada hubungan positif yang searah
antara manfaat yang dirasakan individu terhadap niat untuk menerima e-learning
teknologi.
Berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t didapatkan t-hitung
sebesar 4,750 dengan signifikan 0,000. Tingkat signifikan sebesar 0,000 yang lebih kecil
dari 5% menunjukkan ada pengaruh positif yang signifikan manfaat yang dirasakan
individu terhadap niat untuk menerima e-learning teknologi, sehingga hipotesis H2 yang
menyatakan manfaat yang dirasakan seorang individu memiliki efek positif pada niat
untuk menerima teknologi dapat diterima.
4. Persepsi pada norm subjektif memiliki efek positif pada niatnya untuk menerima
teknologi
Hasil regresi dari persepsi pada norm subjektif memiliki efek positif pada niatnya
untuk menerima teknologididapatkan persamaan regresi sebagai berikut: Y = 4,005 +
0,162 + e . Persamaan regresi tersebut menjelaskan bahwa nilai konstan sebesar 4,005
menunjukkan tanpa adanya variabel persepsi norm subjektif, nilai yang dimiliki oleh
variabel niat untuk menerima teknologi sebesar 4,005. Sedangkan nilai sebesar 0,162
menunjukkan apabila persepsi norm subjektif mengalami kenaikan sebesar satu satuan
akan diikuti oleh kenaikan niat untuk menerima teknologi sebesar 0,162 sehingga dapat
dinyatakan ada hubungan positif yang searah antara persepsi norm subjektif terhadap niat
untuk menerima teknologi.
Selanjutnya pengujian hipotesis dengan menggunakan uji tdidapatkan t-hitung
sebesar 1,677 dengan signifikan 0,103. Tingkat signifikan sebesar 0,103 yang lebih besar
dari 5% menunjukkan ada pengaruh positif yang tidak signifikan persepsi norm subjektif
terhadap niat untuk menerima teknologi, sehingga hipotesis H3c yang menyatakan
persepsi seorang individu pada norm subjektif memiliki efek positif pada niatnya untuk
menerima teknologi dapat diterima.
5. Persepsi pada norm subjektif memiliki efek positif pada manfaat yang dirasakan
dari teknologi
Hasil regresi dari persepsi pada norm subjektif memiliki efek positif pada
manfaat yang dirasakan didapatkan persamaan regresi sebagai berikut: Y = 3,558 + 0,247
+ e . Persamaan regresi tersebut menjelaskan bahwa nilai konstan sebesar 3,558
menunjukkan tanpa adanya variabel persepsi norm subjektif, nilai yang dimiliki oleh
variabel manfaat yang dirasakan sebesar 3,558. Sedangkan nilai sebesar 0,247
menunjukkan apabila persepsi norm subjektif mengalami kenaikan satu satuan akan
diikuti oleh kenaikan variabel manfaat yang dirasakan sebesar 0,247 sehingga dapat
dinyatakan ada hubungan positif yang searah antara persepsi norm subjektif terhadap
manfaat yang dirasakan dari teknologi.

11

Untuk membuktikan hipotesis penelitianH3a menggunakan uji t di mana t-hitung
sebesar 2,494 dengan signifikan 0,018. Tingkat signifikan sebesar 0,018 yang lebih kecil
dari 5% menunjukkan ada pengaruh positif yang signifikan persepsi norm subjektif
terhadap manfaat yang dirasakan dari teknologi, sehingga hipotesis H3a yang menyatakan
persepsi seorang individu pada norm subjektif memiliki efek positif pada manfaat yang
dirasakan dari teknologi dapat diterima.
6. Persepsi pada norm subjektif memiliki efek positif langsung pada kemudahan
penggunaan teknologi e-learning
Hasil regresi dari persepsi pada norm subjektif memiliki efek positif langsung
pada kemudahan penggunaan
didapatkan persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 1,999 + 0,482 + e
Hasil dari persamaan regresi menunjukkan nilai konstan sebesar 1,999
menunjukkan tanpa adanya variabel persepsi norm subjektif, nilai yang dimiliki oleh
variabel persepsi kemudahan penggunaan sebesar 1,999. Sedangkan nilai sebesar 0,482
menunjukkan apabila persepsi norm subjektif mengalami kenaikan satu satuan akan
diikuti oleh kenaikan variabel kemudahan penggunaan sebesar 0,482 sehingga dapat
dinyatakan ada hubungan positif yang searah antara persepsi norm subjektif terhadap
kemudahan penggunaan teknologi.
Untuk membuktikan hipotesis penelitian H3b menggunakan uji t didapatkan thitung sebesar 2,757 dengan signifikan 0,010. Tingkat signifikan sebesar 0,010 yang
lebih kecil dari 5% menunjukkan ada pengaruh positif yang signifikan persepsi norm
subjektif terhadap kemudahan penggunaan teknologi, sehingga hipotesis H3b yang
menyatakan persepsi seorang individu pada norm subjektif memiliki efek positif
langsung pada kemudahan penggunaan nya tentang teknologi dapat diterima.
7. Self-efficacy memiliki efek positif pada niatnya untuk menerima teknologi
Hasil regresi dari self efficacy memiliki efek positif pada niat untuk menerima
teknologi didapatkan persamaan regresi sebagai berikut: Y = 4,268 + 0,109 + e . Hasil
dari persamaan regresi menunjukkan nilai konstan sebesar 4,268 menunjukkan tanpa
adanya variabel self efficacy, nilai yang dimiliki oleh variabel niat untuk menerima
teknologi sebesar 4,268. Sedangkan nilai sebesar 0,109 menunjukkan apabila self efficacy
mengalami kenaikan satu satuan akan diikuti oleh kenaikan variabel niat untuk menerima
teknologi sebesar 0,109 sehingga dapat dinyatakan ada hubungan positif yang searah
antara self efficacy pada niat untuk menerima teknologi.
Pengujian hipotesis penelitian menggunakan uji t didapatkan t-hitung sebesar
1,378 dengan signifikan 0,178. Tingkat signifikan sebesar 0,178 yang lebih besar dari 5%
menunjukkan ada pengaruh positif yang tidak signifikan self efficacy terhadap niat untuk
menerima teknologi, sehingga hipotesis H4c yang menyatakan seorang individu yang
memiliki computer self-efficacy memiliki efek positif pada niatnya untuk menerima
teknologi dapat diterima.

12

8. Self-efficacy memiliki efek positif pada PEOU terhadap teknologi
Hasil regresi dari self efficacy memiliki efek positif pada kemudahan penggunaan
didapatkan persamaan regresi sebagai berikut: Y = 2,697 + 0,345 + e . Hasil dari
persamaan regresi menunjukkan nilai konstan sebesar 2,697 menunjukkan tanpa adanya
variabel self efficacy, nilai yang dimiliki oleh variabel kemudahan penggunaan sebesar
2,697. Sedangkan nilai sebesar 0,345 menunjukkan apabila self efficacy mengalami
kenaikan satu satuan akan diikuti oleh kenaikan variabel kemudahan penggunaan sebesar
0,345 sehingga dapat dinyatakan ada hubungan positif yang searah antara self efficacy
pada kemudahaan penggunaan teknologi.
Hasil uji hipotesis dapat diketahui dari t-hitung sebesar 2,395 dengan signifikan
0,023. Tingkat signifikan sebesar 0,023 yang lebih kecil dari 5% menunjukkan ada
pengaruh positif yang signifikan self efficacy terhadap kemudahan penggunaan teknologi,
sehingga hipotesis H4b yang menyatakan seorang individu computer self-efficacy
memiliki efek positif pada PEOU terhadap teknologi dapat diterima.
9. Self-efficacy memiliki efek positif pada PU tentang teknologi
Hasil regresi dari self efficacy memiliki efek positif pada manfaat yang dirasakan.
didapatkan persamaan regresi sebagai berikut: Y = 4,503 + 0,020 + e . Hasil dari
persamaan regresi menunjukkan nilai konstan sebesar 4,503 menunjukkan tanpa adanya
variabel self efficacy, nilai yang dimiliki oleh variabel manfaat yang dirasakan sebesar
4,503. Sementara itu koefisien sebesar 0,020 menunjukkan apabila self efficacy
mengalami kenaikan satu satuan akan diikuti oleh kenaikan variabel manfaat yang
dirasakan sebesar 0,020 sehingga dapat dinyatakan ada hubungan positif yang searah
antara self efficacy pada manfaat yang dirasakan.
Hasil uji hipotesis dapat diketahui dari t-hitung sebesar 0,225 dengan signifikan
0,823. Tingkat signifikan sebesar 0,823 yang lebih besar dari 5% menunjukkan ada
pengaruh positif yang tidak signifikan self efficacy terhadap manfaat yang dirasakan,
sehingga hipotesis H4a yang menyatakan seorang individu computer self-efficacy
memiliki efek positif pada PU tentang teknologi dapat diterima.

Path Analysis (Analisis Jalur)
Model analisis jalur yang terbentuk beserta nilai koefisien regresinya dapat
dilihat pada gambar berikut.

13

Subjective Norm

0,247

0,162

Perceived
Usefulness
0,601

0,482

Intention

0,280
0,020
0,151

Perceived Ease of
Use

Self Efficacy
0,345

0,109

Gambar 4.1 Model analisis jalur

Berdasarkan model persamaan jalur di atas, kemudian peneliti menempuh
langkah untuk menguji peran variabel intervening dalam penelitian ini. Setelah diketahui
besarnya koefisen dari masing-masing pengaruh langsung, selanjutnya peneliti akan
menghitung koefisien dari pengaruh tidak langsung yaitu pengaruh subjective norm
terhadap niat untuk menerima teknologi dengan manfaat yang dirasakan sebagai variabel
intervening serta pengaruh self efficacy terhadap niat untuk menerima teknologi dengan
kemudahan penggunaan sebagai variabel intervening. Besaran pengaruh tidak langsung
ini bisa dihitung sebagai berikut:
1. Subjective norm→perceived usefulness→intention
Pengaruh langsung subjective norm→intention
Pengaruh langsung subjective norm→perceivedusefulness
Pengaruh langsung perceived usefulness→intention
Pengaruh tidak langsung = 0,247 x 0,601 = 0,148
2. Self Efficacy→Perceived Ease of Use→Intention
Pengaruh langsung self efficacy →intention
Pengaruh langsung self efficacy→perceived ease of use
Pengaruh langsung perceived ease of use→intention
Pengaruh tidak langsung = 0,345 x 0,151= 0,052

= 0,162
= 0,247
= 0,601

=
=
=

0,109
0,345
0,151

Berdasarkan perhitungan di atas, kemudian peneliti melakukan pembandingan
besaran pengaruh langsung dengan pengaruh tidak langsung yang diberikan oleh masingmasing variabel intervening terhadap intention. Kemudian hasil perhitungan tersebut
disampaikan dalam tabel yang menunjukkan koefisien pengaruh langsung dan tidak
langsung yang dihasilkan dalam penelitian ini.

14

Tabel 4.15. Hasil Uji Koefisien Jalur Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Subjective Norm
Terhadap Intention

Variabel

Standarized
Coefficients

Subjective norm → intention

0,162

Subjective norm→perceived
usefulness→intention

0,148

Sumber: Data diolah 2015
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh tidak langsung yang
diberikan oleh subjective norm melalui perceived usefulness memiliki nilai koefisien
yang lebih kecil daripada pengaruh langsungnya. Artinya, variabel perceived usefulness
dalam penelitian ini tidak terbukti peranannya sebagai intervening antara pengaruh
subjective norm terhadap intention.
Selanjutnya untuk mengetahui apakah perceived ease of use berperan sebagai
intervening pengaruh dari self efficacy terhadap intention akan dijelaskan dalam tabel
berikut.
Tabel 4.16. Hasil Uji Koefisien Jalur Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Self Efficacy
Terhadap Intention

Variabel

Standarized
Coefficients

Self efficacy → intention

0,109

Self Efficacy→perceived usefulness→intention

0,052

Sumber: data diolah 2015
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh tidak langsung yang
diberikan oleh self efficacy melalui perceived ease of use memiliki nilai koefisien yang
lebih kecil daripada pengaruh langsungnya. Artinya, variabel perceived ease of use dalam
penelitian ini tidak terbukti peranannya sebagai intervening antara pengaruh self efficacy
terhadap intention.

15

5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan dalam
penelitian ini adalah :
5.1. Tingkat Penerimaan Teknologi
Hasil ini menunjukkan tingkat penerimaan teknologi oleh guru dan staf pada SMP Negeri
2 Pabelan termasuk tinggi. Akan tetapi pengaplikasian teknologi di dalam kelas sangat
kurang karena kemampuan guru dalam menggunakan komputer Computer self-efficacy
sedang.
5.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan teknologi informasi oleh guru dan staf
TU pada SMP Negeri 2 Pabelan dengan mengunakan model TAM adalah subjective
norms, computer self efficacy, perceived usefullnes, perceived ease of use, dan
intention to use. Dilihat dari pengujian hipotesis didapatkan hasil sebagai berikut.
1. Persepsi kemudahan penggunaan (PEOU) terhadap manfaat yang dirasakan (PU)
memiliki t-hitung sebesar 3,298 dengan signifikan 0,002 berarti ada pengaruh
positif yang signifikan persepsi kemudahan penggunaan terhadap manfaat yang
dirasakan, sehingga hipotesis H1a yang menyatakan persepsi kemudahan
penggunaan seorang individu memiliki efek positif pada manfaat yang dirasakan
dari teknologi dapat diterima.
2. Persepsi kemudahan penggunaan (PEOU) terhadap niat untuk menerima
teknologi (ITU) memiliki t-hitung sebesar 1,717 dengan signifikan 0,096.
Tingkat signifikan sebesar 0,096 yang lebih besar dari 5% menunjukkan ada
pengaruh positif yang tidak signifikan persepsi kemudahan penggunaan terhadap
niat untuk menerima teknologi, sehingga hipotesis H1b yang menyatakan
persepsi kemudahan penggunaan seorang individu memiliki efek positif pada niat
untuk menerima teknologi dapat diterima.
3. Manfaat yang dirasakan individu (PU) terhadap niat untuk menerima teknologi
(ITU) memiliki t-hitung sebesar 4,750 dengan signifikan 0,000. Tingkat
signifikan sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 5% menunjukkan ada pengaruh
positif yang signifikan manfaat yang dirasakan individu (PU) terhadap niat untuk
menerima teknologi (ITU), sehingga hipotesis H2 yang menyatakan manfaat
yang dirasakan seorang individu memiliki efek positif pada niat untuk menerima
teknologi dapat diterima.
4. Persepsi norm subjektif (SN) terhadap niat untuk menerima teknologi (ITU
)memiliki t-hitung sebesar 1,677 dengan signifikan 0,103. Tingkat signifikan
sebesar 0,103 yang lebih besar dari 5% menunjukkan ada pengaruh positif yang
tidak signifikan persepsi norm subjektif terhadap niat untuk menerima teknologi,
sehingga hipotesis H3c yang menyatakan persepsi seorang individu pada norm
subjektif (SN) memiliki efek positif pada niatnya untuk menerima teknologi
(ITU) dapat diterima.
5. Persepsi norm subjektif terhadap manfaat yang dirasakan dari teknologi
memiliki t-hitung sebesar 2,494 dengan signifikan 0,018. Tingkat signifikan
sebesar 0,018 yang lebih kecil dari 5% menunjukkan ada pengaruh positif yang
signifikan persepsi norm subjektif terhadap manfaat yang dirasakan dari

16

6.

7.

8.

9.

teknologi, sehingga hipotesis H3a yang menyatakan persepsi seorang individu
pada norm subjektif memiliki efek positif pada manfaat yang dirasakan dari
teknologi dapat diterima.
Persepsi norm subjektif (SN) terhadap kemudahan penggunaan teknologi
(PEOU) mermiliki t-hitung sebesar 2,757 dengan signifikan 0,010. Tingkat
signifikan sebesar 0,010 yang lebih kecil dari 5% menunjukkan ada pengaruh
positif yang signifikan persepsi norm subjektif terhadap kemudahan penggunaan
teknologi, sehingga hipotesis H3b yang menyatakan persepsi seorang individu
pada norm subjektif memiliki efek positif langsung pada kemudahan penggunaan
nya tentang teknologi dapat diterima.
Self efficacy (SE) pada niat untuk menerima (ITU) teknologi memiliki t-hitung
sebesar 1,378 dengan signifikan 0,178. Tingkat signifikan sebesar 0,178 yang
lebih besar dari 5% menunjukkan ada pengaruh positif yang tidak signifikan self
efficacy terhadap niat untuk menerima teknologi, sehingga hipotesis H4c yang
menyatakan seorang individu computer self-efficacy memiliki efek positif pada
niatnya untuk menerima teknologi dapat diterima.
Self efficacy pada kemudahaan penggunaan teknologi memiliki t-hitung sebesar
2,395 dengan signifikan 0,023. Tingkat signifikan sebesar 0,023 yang lebih kecil
dari 5% menunjukkan ada pengaruh positif yang signifikan self efficacy terhadap
kemudahan penggunaan teknologi, sehingga hipotesis H4b yang
menyatakanseorang individu computer self-efficacy memiliki efek positif pada
PEOU terhadap teknologi dapat diterima.
Self efficacy (SE) pada manfaat yang dirasakan (PU) memiliki t-hitung sebesar
0,225 dengan signifikan 0,823. Tingkat signifikan sebesar 0,823 yang lebih besar
dari 5% menunjukkan ada pengaruh positif yang tidak signifikan self efficacy
terhadap manfaat yang dirasakan, sehingga hipotesis H4a yang menyatakan
seorang individu computer self-efficacy memiliki efek positif pada Perceived
Usefulness dapat diterima.

6. Saran
Saran yang diajukan dalam penelitian ini untuk sekolah dan Instansi-intansi
terkait dalam Pendidikan :
a. Perlunya mengadakan pelatihan-pelatihan teknologi pendidikan kepada guru dan
staf administasi oleh sekolah maupun instansi-instansi terkait agar dapat
meningkatkan kemampuan dalam menggunakan komputer / teknologi oleh guru
dan staf administrasi sekolah.
b. Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan dalam konteks yang lebih luas,
tidak hanya pada satu sekolah saja, agar hasilnya dapat lebih bermanfaat pada
bidang pendidikan.

17

7. Daftar pustaka
[1] Ali Tarhini, Kate Hone and Xiaohui Liu, 2015, A cross-cultural examination of
the impact of social, organisational and individual factors on educational
technology acceptance between British and Lebanese university students,
British Journal of Educational Technology 46: 739-755.
[2] Allan H.K. Yuen, Will W.K. Ma, 2008, Exploring teacher acceptance of elearning technology, Asia-Pacific Journal of Teacher Education 36: 229-243.
[3] Violato, C., Mariniz, A., & Hunter, W. (1989). A confirmatory analysis of a
four-factor model of attitudes toward computers: A study of preservice
teachers. Journal of Research on Computers in Education, Winter,199-213.
[4] Lawton, J., & Gerschner, V.T. (1982). A review of the literature on attitudes
towards computers and computerized instruction. Journal of Research and
Development in Education, 16(1): 50-55.
[5] Kadir, Abdul dan Terra CH. Triwahyuni, 2003, Pengenalan Teknologi
Informasi, Yogyakarta: Andi.
[6] Smaldino, Sharon., Deborah L Lowther., James D.Russell, 2011, Instructional
Technology & Media For Learning, Jakarta: Kencana.
[7] Arikunto, Suharsimi dan Lia Yuliana, 2008, Manajemen Pendidikan,
Yogyakarta: Aditya Media.
[8] Kountur, Ronny, 2007, Metode Penelitian untuk penulisan Skripsi dan Tesis,
edisi revisi, Jakarta : penerbit PPM.
[9] Ghozali, Imam, 2006. Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan
Partial Least Square, Semarang: Badan Penerbit UNDIP.
[10] Silalahi, Ulber, 2009, Metode Penelitian Sosial, Bandung: Refika Aditama.
[11] Arikunto, Suharsimi, 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik, Jakarta: Rineka Cipta.
[12] Purwanto, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

18