PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERSAMAAN KUADRAT KELAS X MIA SMA NEGERI 1 BANAWA | Hairiyah | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8631 28310 1 PB

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERSAMAAN KUADRAT
KELAS X MIA SMA NEGERI 1 BANAWA
Hairiyah
E-mail: hairiyahalkaff21@gmail.com
I Nyoman Murdiana
E-mail: nyomanmur10@yahoo.co.id
Linawati
E-mail: linaluckyanto@yahoo.co.id
Abstrak: Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe team assisted individualization yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi persamaan kuadrat di kelas X MIA SMA Negeri 1 Banawa. Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas yang mengacu pada desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yaitu:
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus.
Subjek penelitian ini sebanyak 34 siswa dan dipilih tiga siswa sebagai informan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi persamaan kuadrat di kelas X MIA SMA
Negeri 1 Banawa, dengan delapan komponen yaitu: 1) tes penempatan, 2) kelompok, 3) mengajar
kelompok, 4) materi-materi kurikulum, 5) belajar kelompok, 6) unit seluruh kelas, 7) tes fakta, dan
8) skor kelompok dan rekognisi kelompok.

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif tipe TAI, hasil belajar, persamaan kuadrat.
Abstract: This research aimed to describe the aplication of cooperative learning model Team
assisted individualization can improved the learning outcomes on quadratic equation at grade X
MIA SMA Negeri 1 Banawa. This research was a classroom action research which referred to
Kemmis and Mc.Taggart research design that were planning, acting, observing, ands reflecting.
This research was conducted in two cycles. Subject of research were 34 students and three
students were selected as informants. The result of the research showed that Cooperative
Learning Model TAI can improved learning outcomes on quadratic equation at grade X MIA
SMA Negeri 1 Banawa eight componens: 1) placement test, 2) team, 3) teaching group, 4)
student creative, 5) team study, 6) whole class unit, 7) fact test, and 8) team scores and team
recognition.
Keyword: cooperative learning model TAI, learning outcomes, quadratic equation.

Tujuan pembelajaran matematika yaitu untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan kemampuan bekerja sama
(Depdiknas, 2006). Hal ini yang mendasari perlunya pembelajaran matematika di semua
jenjang pendidikan dari SD hingga perguruan tinggi.
Satu diantara materi matematika yang diajarkan pada Sekolah Menengah Atas (SMA)
kelas X yaitu persamaan kuadrat. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika
kelas X di SMA Negeri 1 Banawa diperoleh informasi bahwa siswa kesulitan

menyelesaikan soal persamaan kuadrat. Sebagian besar siswa kesulitan dalam menentukan
akar-akar persamaan kuadrat dengan menggunakan cara pemfaktoran, melengkapkan
bentuk kuadrat sempurna dan menggunakan rumus. Selain itu siswa berkemampuan tinggi
lebih unggul dalam proses pembelajaran di dalam kelas sedangkan siswa yang
berkemampuan rendah, kurang memiliki rasa percaya diri dan tidak berani mengungkapkan
pendapatnya kepada siswa yang lain di depan kelas.
Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara ditindaklanjuti dengan memberikan
tes identifikasi kepada siswa kelas XI MIA SMA Negeri 1 Banawa yang telah mempelajari

218 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

materi persamaan kuadrat. Siswa yang mengikuti tes identifikasi yaitu sebanyak 28 siswa.
Dua diantara soal yang diberikan yaitu: 1) Tentukan akar-akar persamaan kuadrat
dengan menggunakan cara pemfaktoran dan 2) Tentukan himpunan penyelesaian dari
dengan menggunakan rumus. Jawaban siswa terhadap soal tes
persamaan
identifikasi dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri kesalahan yang hampir sama. Satu diantara
kelompok jawaban siswa terhadap soal tes identifikasi nomor 1 ditunjukkan pada Gambar 1
dan nomor 3 ditunjukkan pada Gambar 2.

RSTI04
RSTI01
SBTII01
RSTI05
SBTI02
SBTI03

RSTI02

RSTI06
RSTI07

RSTI03

SBTI04
SBTI05
Gambar 1. Jawaban SB terhadap
tes identifikasi nomor 3

Gambar 1. Jawaban RS terhadap tes

identifikasi nomor 1

(SBTI01),
Gambar 1 menunjukkan bahwa siswa SB menuliskan
dan
(SBTI02), setelah itu
kemudian
(SBTI04), dan hasil akhir
(SBTI03), selanjutnya
(SBTI05). Jawaban SB (SBTI03) salah, karena SB keliru dalam menjabarkan
dan
salah dalam menentukan dua bilangan (SBTI02). Seharusnya SB menjawab
dan mencari 2 bilangan, yang jika dijumlahkan menghasilkan (-2) dan jika dikalikan
menghasilkan (-3), bilangan yang dimaksud adalah (-3) dan (1) sehingga
maka akar-akar persamaan kuadrat
adalah
Gambar 2 menunjukkan bahwa siswa RS menuliskan
(RSTI01). Selanjutnya
(RSTI03). Setelah itu


(RSTI02), kemudian
(RSTI04), kemudian

(RSTI05), dan hasil

(RSTI06) serta
(RSTI07).
akhirnya
Jawaban RS (RSTI01) salah, karena rumus yang digunakan RS tidak tepat, sehingga hasil yang
diperoleh salah. Seharusnya rumus yang digunakan adalah
.
Berdasarkan hasil wawancara dan hasil tes identifikasi, diperoleh informasi bahwa
siswa kurang memahami materi persamaan kuadrat sehingga siswa salah dalam
menyelesaikan soal. Selain itu diperoleh informasi ketidakaktifan siswa pada saat
pembelajaran yang ditandai dengan tidak ingin bertanya apabila ada hal-hal yang tidak
dipahami sehingga hasil belajar siswa rendah. Masalah tersebut dapat teratasi dengan
menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa pada proses
pembelajaran serta pemahaman siswa sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa meningkat.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI. Model pembelajaran kooperatif tipe


Hairiyah, I Nyoman Murdiana, dan Linawati, Penerapan Model … 219
TAI memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membantu antara satu dengan yang
lainnya dalam memecahkan masalah yang diberikan dan siswa yang berkemampuan tinggi
dapat membantu temannya yang berkemampuan rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat
Astri (2013) dalam model pembelajaran TAI siswa yang berkemampuan tinggi dapat
mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedang siswa yang berkemampuan
rendah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. Oleh karena itu,
peneliti tertarik menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI pada materi
persamaan kuadrat dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe team assisted individualization (TAI) dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi persamaan kuadrat di Kelas X MIA SMA Negeri 1 Banawa?
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas yang mengacu pada desain
penelitian model Kemmis dan Mc. Taggart (2013), yang terdiri atas empat komponen yaitu
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian yaitu siswa
kelas X MIA SMA Negeri 1 Banawa yang berjumlah 34 siswa, terdiri atas 11 siswa lakilaki dan 23 siswa perempuan. Dari subjek penelitian, dipilih 3 siswa sebagai informan
dengan karakteristik informan yaitu AF berkemampuan rendah, AL berkemampuan sedang
dan AS berkemampuan tinggi.

Data pada penelitian ini diperoleh dengan teknik observasi, wawancara, catatan lapangan,
dan tes. Analisis data yang digunakan mengacu pada analisis data kualitatif model Miles dan
Huberman (1992) terdiri atas: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Keberhasilan tindakan dapat diketahui dari aktivitas peneliti dalam mengelola pembelajaran
dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran minimal berada pada kategori baik untuk
setiap item pada lembar observasi dan meningkatnya hasil belajar. Hasil belajar siswa
dikatakan meningkat apabila telah memenuhi indikator keberhasilan penelitian pada siklus I
yaitu siswa dapat menyelesaikan persamaan kuadrat dengan pemfaktoran, melengkapkan
kuadrat sempurna dan menggunakan rumus. Adapun indikator keberhasilan pada siklus II
siswa dapat menemukan rumus dari jumlah dan hasil kali akar-akar persamaan kuadrat dan
menyusun persamaan kuadrat yang akar-akarnya memenuhi kondisi tertentu.
HASIL PENELITIAN
Peneliti memberikan tes awal kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa dan dijadikan sebagai pedoman untuk pembentukan kelompok
belajar yang heterogen berdasarkan kemampuan matematika serta menentukan infoman.
Hal ini sesuai dengan komponen tes penempatan dari model TAI. Materi tes awal yang
diberikan yaitu operasi bentuk aljabar. Hasil analisis tes awal menunjukkan bahwa siswa
salah dalam mengoperasikan penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar dan siswa salah
dalam menentukan penjabaran bentuk aljabar dengan menggunakan sifat distributif. Hal ini
menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap materi prasyarat yang diberikan rendah.

Oleh karena itu, peneliti bersama siswa membahas kembali soal-soal tes awal sebelum
masuk ke tahap pelaksanaan tindakan.
Penelitian ini terdiri atas dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam empat kali
pertemuan. Pertemuan pertama pada siklus I melaksanakan pembelajaran dengan materi
menyelesaikan persamaan kuadrat dengan cara pemfaktoran, pertemuan kedua

220 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

melaksanakan pembelajaran dengan materi menyelesaikan persamaan kuadrat dengan
melengkapkan bentuk kuadrat sempurna, dan pertemuan ketiga melaksanakan pembelajaran
dengan materi menyelesaikan persamaan kuadrat dengan menggunakan rumus. Pertemuan
keempat memberikan tes akhir tindakan siklus I. Pertemuan pertama pada siklus II
melaksanakan pembelajaran dengan materi menemukan rumus dari jumlah dan hasil kali
akar-akar persamaan kuadrat, pertemuan kedua dan ketiga melaksanakan pembelajaran
dengan materi menyusun persamaan kuadrat yang akar-akarnya memenuhi kondisi tertentu.
Pertemuan keempat memberikan tes akhir tindakan siklus II.
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam tiga tahap yaitu: kegiatan pendahuluan, inti
dan penutup yang di dalamnya terdapat fase-fase model pembelajaran kooperatif tipe TAI yang
dikemukakan oleh Suprijono (2009) terdiri atas 6 fase, yaitu 1) fase penyampaiaan tujuan dan

penyiapan peserta didik, 2) fase penyajian informasi, 3) fase pengorganisasiaan siswa dalam
kelompok–kelompok belajar, 4) fase pembimbingan kelompok bekerja dan belajar, 5) fase
pengevaluasian, dan 6) fase pemberiaan penghargaan yang dikombinasikan dengan 8
komponen model pembelajaran kooperatif tipe TAI yaitu: tes penempatan, kelompok, materimateri kurikulum, kelompok pengajaran, belajar kelompok, tes fakta, skor kelompok dan
rekognisi kelompok, dan unit seluruh kelas.
Kegiatan pendahuluan dimulai dengan peneliti membuka pembelajaran dengan
mengucapkan salam, meminta ketua kelas untuk memimpin doa, dan mengecek kehadiran
siswa. Pertemuan pertama, kedua, dan ketiga pada siklus I siswa yang hadir berjumlah 31
siswa dan pertemuan keempat siswa yang hadir berjumlah 30 siswa. Siklus 2 pada
pertemuan pertama siswa yang hadir berjumlah 33 siswa, pertemuan kedua dan ketiga
siswa yang hadir berjumlah 31 siswa dan pertemuan keempat siswa yang hadir berjumlah
27 siswa. Selanjutnya peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Tujuan pembelajaran pada siklus I yaitu siswa diharapkan dapat menyelesaikan persamaan
kuadrat dengan cara pemfaktoran, melengkapkan bentuk kuadrat sempurna dan
menggunakan rumus. Tujuan pembelajaran pada siklus 2 yaitu siswa diharapkan dapat
menemukan rumus dari hasil jumlah dan hasil kali akar-akar persamaan kuadrat dan siswa
dapat menyusun persamaan kuadrat yang akar-akarnya memenuhi kondisi tertentu. Pada
kegiatan ini siswa telah mengetahui tujuan pembelajaran yang akan dicapai sehingga siswa
menjadi lebih terarah dalam belajar. Selanjutnya peneliti melakukan apersepsi untuk
mengecek pengetahuan prasyarat siswa dengan tanya jawab mengenai materi prasyarat.

Materi prasyarat pada siklus 1 yaitu operasi bentuk aljabar dan materi prasyarat pada siklus
II yaitu menentukan akar-akar persamaan kuadrat dengan menggunakan rumus. Siswa
dapat mengingat kembali dan memahami materi prasyarat sebelum mempelajari materi
persamaan kuadrat.
Kegiatan inti diawali dengan pelaksanaan fase penyajian informasi. Aktivitas pada
fase penyajian informasi yang memuat komponen mengajar kelompok yaitu peneliti
membagikan materi dan soal latihan yang dikerjakan secara individu sebelum bergabung
dalam kelompok masing-masing, kemudian peneliti menjelaskan materi secara singkat.
Materi yang dipelajari pada siklus I yaitu menyelesaikan persamaan kuadrat dan materi
pada siklus II yaitu menemukan rumus dari jumlah dan hasil kali akar-akar persamaan
kuadrat dan menyusun persamaan kuadrat yang akar-akarnya memenuhi kondisi tertentu.
Selanjutnya pada komponen materi-materi kurikulum yaitu peneliti mempersilahkan siswa
untuk mengerjakan soal latihan secara individu sebelum bergabung dengan kelompok
masing-masing. Pencapaian yang didapatkan yaitu siswa memperhatikan penyampaian
peneliti.

Hairiyah, I Nyoman Murdiana, dan Linawati, Penerapan Model … 221
Selanjutnya aktivitas pada fase pengorganisasian siswa ke dalam kelompok-kelompok
belajar, yang memuat komponen kelompok yaitu peneliti mengajak siswa bergabung ke dalam
kelompok belajar yang telah dibentuk sebelumnya. Siswa diorganisasikan ke dalam 5

kelompok belajar dengan masing-masing beranggotakan 6 siswa. Peneliti menyampaikan
bahwa setiap siswa bertanggungjawab terhadap kelompoknya. Siswa bergabung ke dalam
kelompok dengan tertib, sehingga kondisi kelas dalam keadaan tenang.
Fase selanjutnya yaitu pembimbingan kelompok bekerja dan belajar yang memuat
komponen kelompok belajar. Peneliti menyampaikan bahwa hasil kerja individu didiskusikan
dalam kelompok. Siswa yang terpilih sebagai asisten guru berperan sebagai tutor sebaya dalam
kelompoknya masing-masing. Anggota kelompok secara bersama-sama membandingkan
jawaban dan memecahkan masalah-masalah yang ditemui anggota kelompok saat
menyelesaikan latihan secara individu kemudian menyimpulkan hasil diskusi berupa jawaban
LKPD secara berkelompok. Kemudian peneliti memilih satu kelompok dengan cara
menanyakan kesediaan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
Kelompok yang terpilih pada siklus I yaitu kelompok 5 yang diwakili oleh siswa TM,
TA, dan MS. Siswa TM mempresentasikan jawaban soal nomor 1 yaitu menyelesaikan
persamaan kuadrat
dengan pemfaktoran, siswa TA mempresentasikan
jawaban soal nomor 2 yaitu menyelesaikan persamaan kuadrat
dengan
melengkapkan kuadrat sempurna, dan siswa MS mempresentasikan jawaban soal nomor 3
dengan menggunakan rumus.
yaitu menyelesaikan persamaan kuadrat
Kemudian peneliti memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan
tanggapan ataupun bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami dari presentasi kelompok 5.
Kelompok yang terpilih pada siklus II yaitu kelompok 1 yang diwakili oleh siswa AS dan
merupakan
DT. Siswa AS mempresentasikan jawaban soal nomor 1 yaitu diketahui
akar-akar dari persamaan kuadrat
tanpa harus menyelesaikan persamaannya
, siswa DT mempresentasikan jawaban soal
maka tentukan
adalah p dan q
nomor 2 yaitu diketahui akar-akar persamaan kuadrat dari
temukan persamaan kuadrat yang akar-akarnya
. Selanjutnya peneliti
memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan tanggapan ataupun
bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami dari presentasi kelompok 5 dan 1. Peneliti
menjadi fasilitator pada saat diskusi berlangsung. Pencapaian yang diperoleh pada fase ini yaitu
siswa telah mampu mengungkapkan kembali jawaban dari soal yang diberikan kepada
temannya di depan kelas.
Kemudian aktivitas pada fase evaluasi yang memuat komponen tes fakta dan komponen
unit seluruh kelas. Pada komponen tes fakta, peneliti memberikan soal yang dikerjakan secara
individu. Siklus I peneliti memberikan 3 nomor soal kepada siswa dan 2 nomor soal pada siklus
II. Setelah pengerjaan soal selesai, peneliti meminta kepada seluruh kelompok untuk membuat
kesimpulan dari hasil pengerjaan LKPD. Peneliti mengarahkan siswa untuk mengingat kembali
materi yang dipelajarinya yaitu pada siklus I berkaitan dengan menyelesaikan persamaan
kuadrat dan pada siklus II peneliti mengarahkan siswa untuk mengingat kembali cara
menemukan rumus dari jumlah dan hasil kali akar-akar persamaan kuadrat dan menyusun
persamaan kuadrat dengan kondisi tertentu pada komponen unit seluruh kelas. Siswa dapat
menyelesaikan soal secara individu dengan tertib dan tenang serta siswa dapat menyimpulkan
materi yang dipelajari.
Fase pemberian penghargaan yang memuat komponen skor kelompok dan rekognisi
kelompok dilaksanakan pada kegiatan penutup pembelajaran. Peneliti memberikan
penghargaan berupa pujian dan tepuk tangan kepada kelompok terbaik. Penentuan
kelompok terbaik sesuai dengan komponen skor kelompok dan rekognisi kelompok dari

222 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

model TAI. Kelompok yang mendapatkan predikat kelompok terbaik pada siklus I yaitu
kelompok 5 serta pada siklus II yaitu kelompok 1. Hasil yang diperoleh yakni siswa lebih
termotivasi dalam mengikuti pembelajaran selanjutnya.
Pertemuan keempat setiap siklus yaitu pelaksanaan tes akhir tindakan. Tes akhir tindakan
siklus I terdiri atas 3 nomor soal. Satu diantara soal yang diberikan: tentukan akar-akar
dengan menggunakan cara melengkapkan kuadrat sempurna.
persamaan dari
Hasil tes akhir tindakan siklus I menunjukkan bahwa dari 30 siswa yang mengikuti tes
akhir tindakan, terdapat 12 siswa yang menjawab soal dengan benar dan 18 siswa menjawab
salah dalam menyelesaikan persamaan kuadrat. Analisis tes akhir tindakan siklus I
menunjukkan bahwa kebanyakan siswa melakukan kesalahan pada soal nomor 2, satu di
antaranya yaitu AF. Jawaban AF tersebut ditunjukkan pada Gambar 3.
AFTS101

AFTS104

AFTS102

AFTS105

AFTS103
Gambar 3. Jawaban siswa AF pada tes akhir tindakan siklus I

Gambar 3 menunjukkan bahwa siswa AF menuliskan
selanjutnya

(AFTS102), kemudian

(AFTS101),
(AFTS103),

setelah itu
(AFTS104), dan hasil akhirnya
(AFTS105).
Jawaban AF (AFTS102), (AFTS103), (AFTS104) dan (AFTS105) salah, karena AF tidak
mengalikan pada koefisien b (AFTS102) sehingga langkah selanjutnya salah ketika
menambahkan dari koefisien b lalu dikuadratkan (AFTS103), serta AF tidak menuliskan
(AFTS104) dan salah dalam operasi hitung (AFTS105). Jawaban AF seharusnya,
tanda
membuat koefisien
berarti kedua ruas dikalikan dengan , sehingga menjadi
, selanjutnya jumlahkan kedua ruas dengan , kemudian tambahkan dengan
setengah koefisien dari b dan dikuadratkan

. Setelah itu buat

ruas kiri menjadi bentuk kuadrat sempurna dan ruas kanan disederhanakan
adalah
setelah dioperasikan diperoleh akar-akar dari persamaan kuadrat
atau
Setelah itu peneliti melakukan wawancara dengan AF untuk memperoleh informasi
lebih lanjut tentang kesalahan AF, sebagaimana transkip wawancara berikut.
AF S1 19 P : soal nomor 2 AF menjawab tidak selesai. Kenapa bisa seperti itu?
AF S1 20 S : saat mengerjakan soal saya lupa caranya ka, dan saya tergesa-gesa karena
waktunya tidak lama lagi
AF S1 21 P : coba perhatikan jawaban AF, langkah mana yang salah?
AF S1 22 S : dari langkah pertama sudah salah ka, koefisien b harusnya dikalikan dengan

Hairiyah, I Nyoman Murdiana, dan Linawati, Penerapan Model … 223
juga bukan makanya hasil akhirnya salah
AF S1 23 P : ya, jadi kalau begitu bagaimana cara menyelesaikan soal tersebut?
AF S1 24 S : Pertama kedua ruas dikalikan dengan sehingga diperoleh
kemudian kedua ruas tambahkan , selanjutnya tambahkan dengan setengah
, langkah
koefisien b dan di kuadratkan
selanjutnya saya lupa kakak.
AF S1 25 P : coba ingat-ingat kembali, ini kan menyelesaikan persamaan kuadrat dengan
melengkapkan bentuk kuadrat sempurna. Apakah AF sudah buat menjadi
bentuk kuadrat sempurna?
AF S1 26 S : oh ya belum kakak, langkah selanjutnya seperti ini
dioperasikan, maka akar-akarnya adalah

, setelah itu

atau

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa AF, diperoleh informasi bahwa AF lupa
cara menyelesaikan persamaan kuadrat dengan melengkapkan bentuk kuadrat sempurna
sehingga AF salah dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Saat menyelesaikan kembali
dengan bimbingan peneliti siswa AF dapat menjawabnya.
Tes akhir tindakan siklus II terdiri atas 2 nomor soal. Satu diantara soal yang
memiliki akar-akar m dan n.
diberikan: diketahui persamaan kuadrat
Tentukan persamaan kuadrat yang akar-akarnya 2m dan 2n? Hasil tes akhir tindakan siklus
II menunjukkan bahwa dari 27 siswa yang mengikuti tes akhir tindakan, terdapat 22 siswa
yang menjawab soal dengan benar dan 5 siswa menjawab salah dalam mengerjakan soal.
Analisis tes akhir tindakan siklus II menunjukkan bahwa kebanyakan siswa melakukan
kesalahan pada soal nomor 2, satu di antaranya yaitu siswa AF. Jawaban AF tersebut
ditunjukkan pada Gambar 4.
AFTS204
AFTS201
AFTS202
AFTS203

AFTS20
5
AFTS206
Gambar 4. Jawaban siswa AF pada tes akhir tindakan siklus II

Gambar 4 menunjukkan bahwa siswa AF menuliskan
(AFTS201), kemudian
, selanjutnya misal
,
(AFTS203), setelah itu
dan
(AFTS204) dan hasil yang diperoleh
(AFTS205). Jawaban AF (AFTS205) salah karena AF tidak mensubtitusikan nilai
(
dan nilai (
sehingga hasil akhir salah (AFTS204). AF seharusnya

224 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

mensubtitusikan nilai
pada
dan nilai
pada
sehingga diperoleh persamaan kuadrat
.
Setelah itu peneliti melakukan wawancara dengan AF untuk memperoleh informasi
lebih lanjut tentang kesalahan AF, sebagaimana transkip wawancara berikut.
AF S2 20 P : soal nomor 2 ini, bagaimana cara mengerjakannya AF?
AF S2 21 S : pertama mencari nilai jumlah dan hasil kali akar-akar persamaan kuadrat
yang diketahui.
AF S2 22 P : setelah itu bagaimana lagi adik ?
AF S2 23 Stelah
:
itu 2m saya misalkan sebagai a dan 2n sebagai b.
AF S2 24 P : ya terus bagaimana caranya AF dapat hasilnya 2?
AF S2 25 S : salah jawabanku ka harusnya setelah dimisalkan, disubtitusikan nilai
dan nilai
. Saya bingung langkah selanjutnya bagaimana, makanya
saya dapat hasilnya 2 kakak.
AF S2 26 P : ya coba kamu tuliskan bagaimana jawaban yang benar. Nilai
kan sudah diperoleh, tinggal AF subtitusikan saja.
AF S2 27 S :
,
nilai
jadi persamaannya
AF S2 28 P : ya itu jawaban yang benar, lain kali belajar lebih giat lagi yah
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa AF, bahwa siswa AF belum dapat
menyelesaikan soal yang diberikan dengan benar. Saat menyelesaikan kembali dengan
bimbingan peneliti siswa AF dapat menjawab dengan benar.
Segala aktivitas peneliti dan aktivitas siswa diamati melalui lembar observasi
aktivitas peneliti dan lembar observasi aktivitas siswa. Adapun aspek yang diamati melalui
lembar observasi aktivitas peneliti yaitu: 1) guru membuka pembelajaran dengan salam,
mengajak siswa untuk berdoa bersama sebelum belajar, 2) mengecek kehadiran siswa dan
mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran, 3) guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, 4) melakukan apersepsi dengan mengecek pengetahuan
prasyarat siswa, 5) membagikan LKPD kepada siswa sebelum bergabung dengan kelompok
masing-masing kemudian menjelaskan materi secara singkat dengan memanfaatkan materi
pelajaran dalam LKPD, 6) mengarahkan peserta didik untuk mengamati dan memahami
materi yang tersedia pada LKPD, 7) mempersilahkan siswa untuk mengerjakan soal yang
tersedia pada LKPD, 8) mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok belajar yang telah
ditentukan, 9) menyampaikan bahwa hasil kerja individu didiskusikan dalam kelompok,
dan siswa yang terpilih sebagai asisten guru berperan sebagai tutor sebaya dalam
kelompoknya masing-masing, 10) mempersilahkan satu kelompok untuk mempresentasikan
hasil kerja kelompoknya dan kelompok lainnya memiliki kesempatan untuk menanggapi,
11) guru memberikan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, 12)
memberikan post-test (tes akhir tindakan), 13) menetapkan kelompok terbaik, 14) menutup
pembelajaran dengan doa dan salam 15) efektivitas pengelolaan waktu, dan 16) penampilan
guru dalam proses pembelajaran. Aspek yang termasuk dalam pelaksanaan pembelajaran
TAI adalah nomor 3 sampai 15.
Hasil observasi pengamat terhadap aktivitas peneliti pada siklus I yaitu aspek pada nomor
1, 2, 5, 13, 14, 15, 16 memperoleh skor 4 atau pada kategori sangat baik sedangkan aspek
nomor 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, memperoleh skor 3 atau pada kategori baik. Skor total peneliti
adalah 55 yang artinya berada pada taraf baik. Kemudian hasil observasi terhadap aktivitas

Hairiyah, I Nyoman Murdiana, dan Linawati, Penerapan Model … 225
peneliti dijadikan bahan refleksi oleh peneliti untuk ditingkatkan pada siklus selanjutnya. Pada
siklus II aspek nomor 1, 2, 5, 7, 9, 10, 13, 14, 15, 16 memperoleh skor 4 pada kategori sangat
baik sedangkan aspek nomor 3, 4, 6, 8, 11, dan 12 memperoleh skor 3 atau berada pada
kategori baik. Skor total peneliti adalah 58 yang artinya berada pada kategori sangat baik.
Aspek-aspek yang diamati pada lembar observasi aktivitas siswa selama mengikuti
pembelajaran yaitu: 1) menjawab salam dan berdoa bersama, 2) mendengarkan tujuan
pembelajaran yang disampaikan oleh guru, 3) menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
guru mengenai pengetahuan prasyarat, 4) mengamati dan memahami materi pada LKPD 5)
mengerjakan soal yang tersedia pada LKPD secara individual, 6) membentuk kelompok
dengan tertib, 7) membawa hasil kerja individu ke kelompok yang telah ditentukan serta
menanyakan atau meminta bantuan kepada guru jika mengalami kesulitan, 8) untuk
kelompok yang maju mempresentasikan hasil kerja kelompok agar segera maju. Dan
kelompok lain menanggapi hasil presentasi kelompok penyaji, 9) menyampaikan informasi
tentang materi yang telah dipahaminya, 10) siswa mengerjakan post-test secara individu
(tes akhir tindakan) dan 11) mendengarkan dan menerima ketetapan guru tentang
kelompok terbaik dengan tertib 12) berdoa dan menjawab salam. Adapun aspek aktivitas
siswa yang termasuk dalam pelaksanaan pembelajaran TAI adalah nomor 4 sampai 12. Pada
siklus I hasil yang diperoleh yaitu aspek nomor 1 memperoleh skor 4 atau pada kategori
sangat baik sedangkan aspek nomor 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 dan 12 memperoleh skor 3
atau pada kategori baik. Skor total peneliti adalah 37 yang artinya berada pada kategori
baik. Kemudian hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada siklus I dijadikan bahan
refleksi oleh peneliti untuk ditingkatkan pada siklus selanjutnya. Pada siklus II aspek nomor
1, 2, 3, 7, dan 8 memperoleh skor 4 atau pada kategori sangat baik sedangkan aspek nomor
4, 5, 6, 9, 10, 11 dan 12 memperoleh skor 3 atau pada kategori baik. Skor total peneliti
adalah 41 yang artinya berada pada kategori sangat baik.
Berdasarkan hasil tes akhir tindakan siklus I dapat disimpulkan bahwa siswa dapat
menyelesaikan persamaan kuadrat. Namun masih ada siswa yang melakukan kesalahan.
Kesalahan tersebut antara lain siswa keliru dalam operasi menentukan faktor-faktornya.
Walaupun demikian ketika diberikan bimbingan untuk menjawab kembali soal tersebut saat
wawancara siswa dapat menyelesaikannya dengan baik dan benar. Siswa dapat
menyelesaikan soal yang berkaitan dengan persamaan kuadrat dengan benar yang berarti
indikator keberhasilan tindakan untuk siklus I telah tercapai.
Selanjutnya pada tes akhir tindakan siklus II, menunjukkan bahwa siswa dapat
menemukan rumus dari jumlah dan hasil kali akar-akar persamaan kuadrat dan menyusun
persamaan kuadrat yang akar-akarnya memenuhi kondisi tertentu. Namun masih ada siswa
yang melakukan kesalahan, kesalahan yang dilakukan karena siswa tidak memahami cara
menyusun persamaan kuadrat yang akar-akarnya memenuhi kondisi tertentu. Walaupun
demikian, ketika diberikan bimbingan untuk menjawab kembali soal tersebut saat
wawancara siswa dapat menyelesaikannya dengan baik dan benar. Hal ini berarti bahwa
kriteria keberhasilan tindakan untuk siklus II telah tercapai.
PEMBAHASAN
Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan, peneliti terlebih dahulu memberikan tes
awal kepada siswa kelas X MIA dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa
mengenai materi prasyarat dan sebagai pedoman membentuk kelompok serta menentukan
informan. Kemampuan siswa pada materi prasyarat sangat diperlukan untuk mengetahui
pemahaman awal siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Paembonan (2014) yang

226 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

menyatakan bahwa pelaksanaan tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal
siswa tentang materi prasyarat dan sebagai pedoman dalam membentuk kelompok belajar
yang heterogen serta menentukan informan. Pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus I dan
II mengikuti fase-fase model pembelajaran kooperatif tipe TAI yang dikemukakan oleh
Suprijono (2009) terdiri atas 6 fase, yaitu 1) fase penyampaiaan tujuan dan penyiapan peserta
didik, 2) fase penyajian informasi, 3) fase pengorganisasiaan siswa dalam kelompok–kelompok
belajar, 4) fase pembimbingan kelompok bekerja dan belajar, 5) fase pengevaluasian, dan 6)
fase pemberiaan penghargaan.
Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Siswa dapat
mengetahui materi yang dipelajari dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai sehingga
siswa terarah dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Prawiradilaga
(2009) yang menyatakan bahwa menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai siswa sangat diperlukan karena siswa akan lebih terarah dalam mengikuti
pembelajaran.
Pada fase penyajian informasi yang memuat komponen mengajar kelompok peneliti
membagikan materi dan menjelaskan pokok-pokok pembelajaran kepada siswa. Selanjutnya pada
komponen materi kurikulum yaitu peneliti menyajikan soal latihan kepada siswa yang dikerjakan
secara individu. Hal ini sesuai dengan Kardi dan Nur (2005) yang menyatakan prinsip-prinsip
yang dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan melakukan pelatihan salah
satunya yaitu berikan tugas kepada siswa dalam melakukan latihan singkat dan bermakna.
Kemudian fase pengorganisasian siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar yang
memuat komponen kelompok. Pada fase ini peneliti mengarahkan siswa untuk bergabung
dengan kelompok belajar yang telah ditentukan, setiap kelompoknya terdiri atas 6 siswa yang
heterogen berdasarkan kemampuan matematika. Pengelompokkan siswa dimaksudkan agar
siswa lebih terarah dan dapat mengatasi kesulitan selama proses pembelajaran. Hal ini sesuai
dengan pendapat Karim (2011) bahwa dengan adanya pembagian kelompok maka akan
mempermudah siswa melakukan aktivitas pembelajaran, karena siswa dapat berinteraksi
dengan siswa lainnya.
Peneliti menyampaikan bahwa jawaban soal yang dikerjakan secara individu
didiskusikan dalam kelompok pada fase pembimbingan kelompok bekerja dan belajar yang
memuat komponen belajar kelompok. Siswa yang terpilih sebagai asisten kelompok
berperan sebagai tutor sebaya, peneliti tetap memonitor jalannya kerja kelompok. Hal ini
sesuai dengan pendapat Purwatiningsih (2014) yang menyatakan bahwa guru sebagai
fasilitator, membimbing siswa yang mengalami kesulitan dan bimbingan yang diberikan
guru hanya sebagai petunjuk agar siswa bekerja lebih terarah. Selanjutnya peneliti meminta
satu kelompok untuk mempresentasikan jawaban bertujuan agar siswa terbiasa
mengemukakan pendapat mengenai jawaban yang diberikan. Hal ini sesuai dengan penyataan
Rahmawati (2013) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran matematika siswa perlu
dibiasakan untuk memberikan argumen atas setiap jawabannya serta memberikan
tanggapan atas jawaban yang diberikan orang lain, sehingga apa yang dipelajari menjadi
lebih bermakna bagi siswa. Selanjutnya pada komponen unit seluruh kelas peneliti
melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Siswa menjawab
pertanyaan yang diberikan peneliti kemudian peneliti dan siswa bersama-sama
menyimpulkan materi yang telah dipelajari yaitu persamaan kuadrat. Pada siklus I peneliti
mengingatkan kembali cara-cara menyelesaikan persamaan kuadrat dan pada siklus II
peneliti mengingatkan kembali cara menemukan rumus dari jumlah dan hasil kali akar-akar
persamaan kuadrat dan menyusun persamaan kuadrat yang akar-akarnya memenuhi kondisi

Hairiyah, I Nyoman Murdiana, dan Linawati, Penerapan Model … 227
tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Barlian (2013) bahwa dalam kegiatan penutup,
peneliti bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan pelajaran sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
Fase pengevaluasian yang memuat komponen tes fakta merupakan lanjutan dari fase
sebelumnya. Pada komponen tes fakta yaitu peneliti memberikan tes akhir tindakan.
Berdasarkan hasil tes akhir tindakan siklus I terlihat bahwa siswa dapat menyelesaikan
persamaan kuadrat. Namun ada siswa yang melakukan kesalahan. Kesalahan yang
dilakukan yaitu siswa keliru dalam menuliskan tanda negatif. Walaupun demikian, ketika
diberikan bimbingan untuk menjawab kembali soal tersebut saat wawancara siswa dapat
menyelesaikannya dengan baik dan benar. Siswa dapat menyelesaikan soal persamaan
kuadrat dengan benar yang berarti indikator keberhasilan tindakan untuk siklus I telah
tercapai. Selanjutnya tes akhir tindakan siklus II menunjukkan bahwa siswa dapat
menemukan rumus dari jumlah dan hasil kali akar-akar persamaan kuadrat dan menyusun
persamaan kuadrat yang akar-akarnya memenuhi kondisi tertentu namun ada siswa yang
melakukan kesalahan. Walaupun demikian, ketika diberikan bimbingan untuk menjawab
kembali soal tersebut saat wawancara siswa dapat menyelesaikannya dengan baik dan
benar. Hal ini berarti bahwa kriteria keberhasilan tindakan untuk siklus II telah tercapai.
Kegiatan penutup yaitu fase pemberian penghargaan yang memuat komponen skor
kelompok dan rekognisi kelompok. Pada fase ini peneliti memberi penghargaan (reward)
berupa pujian dan tepuk tangan atas usaha siswa dalam menyelesaikan tugas dan partisipasi
siswa selama belajar seta penentuan kelompok terbaik. Hal ini perlu dilakukan karena
pengakuan peneliti berupa reward mempengaruhi keinginan belajar siswa selanjutnya. Hal
ini sesuai dengan pendapat Suprijono (2009) bahwa memberikan penghargaan merupakan salah
satu langkah dalam model pembelajaran kooperatif yang bertujuan untuk mengakui usaha dan
prestasi individu maupun kelompok agar siswa merasa dihargai, menumbuhkan motivasi dan
dorongan belajar siswa.
Hasil pembelajaran pada siklus I menunjukkan bahwa masih ada siswa yang
melakukan kesalahan dalam menyelesaikan persamaan kuadrat dengan menggunakan 3
cara. Kesalahan yang dilakukan karena ketidakpahaman siswa dengan cara menyelesaikan
persamaan kuadrat. Selanjutnya hasil pembelajaran pada siklus II menunjukkan bahwa
siswa sudah mampu menemukan rumus dari jumlah dan hasil kali akar-akar persamaan
kuadrat dan menyusun persamaan kuadrat yang akar-akarnya memenuhi kondisi tertentu.
Namun demikian masih ada siswa yang masih kurang teliti dalam menggunakan rumus
jumlah dan hasil kali akar-akar persamaan kuadrat sehingga kesulitan dalam menyusun
persamaan kuadrat yang akar-akarnya memenuhi kondisi tertentu.
Berdasarkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI, peneliti dapat
meningkatkan aktivitas yang dilakukan dari taraf baik ke taraf sangat baik skor yang
diperoleh meningkat dari 55 pada siklus I menjadi 58 pada siklus II. Begitu pula skor yang
diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa meningkat dari taraf baik ke taraf yang
sangat baik yaitu dari skor 37 pada siklus I menjadi 41 pada siklus II.
Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut, maka terlihat bahwa indikator keberhasilan
tindakan telah tercapai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada persamaan kuadrat di kelas X
MIA SMA Negeri 1 Banawa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Solfitri dan
Rahmania (2010) dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 8 Pekanbaru.

228 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi persamaan kuadrat di kelas X MIA SMA Negeri 1 Banawa dengan mengikuti
fase-fase model pembelajaran kooperatif tipe TAI, yaitu: 1) menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan peserta didik, 2) menyajikan informasi, 3) mengorganisasikan siswa
kedalam kelompok-kelompok belajar, 4) membimbing kelompok bekerja dan belajar, 5)
evaluasi, dan 6) memberikan penghargaan. Serta dikombinasikan dengan delapan
komponen model pembelajaran kooperatif TAI yaitu: tes penempatan, kelompok, materimateri kurikulum, kelompok pengajaran, belajar kelompok, tes fakta, skor kelompok dan
rekognisi kelompok, dan unit seluruh kelas.
Kegiatan yang dilakukan pada fase penyampaian tujuan dan penyiapan peserta didik
yaitu peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan mempersiapkan
peserta didik. Pada fase penyajian materi yang memuat komponen mengajar kelompok
peneliti menyajikan materi secara singkat.. Selanjutnya komponen materi-materi kurikulum
siswa mengerjakan soal latihan secara individu. Kemudian hasil kerja soal latihan dibawa
ke kelompok yang telah ditentukan. Kegiatan pada fase pengorganisasian siswa kedalam
kelompok belajar yang memuat komponen kelompok yaitu peneliti mengarahkan siswa
bergabung dengan kelompok belajar yang telah ditentukan, tiap kelompok terdiri atas 6
siswa yang heterogen berdasarkan kemampuan matematika. Kemudian aktivitas pada fase
pembimbingan kelompok yang memuat komponen belajar kelompok siswa yang terpilih
sebagai asisten kelompok berperan sebagai tutor sebaya, peneliti tetap memonitor jalannya
kerja kelompok serta memberi bantuan seperlunya. Selanjutnya perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya. Pada komponen unit seluruh kelas peneliti memberikan
bimbingan siswa untuk menyimpulkan kembali materi yang telah dipelajari. Siswa
menjawab pertanyaan yang diberikan peneliti, siswa menyimpulkan materi yang telah
dipelajari. Aktivitas pada fase pengevaluasian yang memuat komponen tes fakta yaitu
peneliti memberikan tes akhir tindakan dan aktivitas pada fase pemberian penghargaan
yang memuat komponen skor kelompok dan rekognisi kelompok yaitu peneliti memberikan
reward berupa pujian atas partisipasi dan usaha siswa dalam belajar yang ditentukan.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan tersebut, maka saran yang dapat peneliti
berikan yaitu: 1) model pembelajaran kooperatif tipe TAI layak dipertimbangkan sebagai
alternatif dalam pembelajaran pada materi persamaan kuadrat dan 2) Agar pelaksanaan
pembelajaran berjalan dengan maksimal, maka perlu ada persiapan yang matang baik dari
peneliti, guru maupun siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Astri. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted
Individualization (TAI) untuk Mengatasi Masalah Siswa dalam Menyelesaikan
Persamaan Kuadrat di Kelas X B SMA Negeri 1 Sindue. Skripsi Sarjana pada FKIP
UNTAD. Palu: tidak diterbitkan.

Hairiyah, I Nyoman Murdiana, dan Linawati, Penerapan Model … 229
Barlian, I. (2013). Begitu Pentingkah Strategi Belajar Mengajar Bagi Guru?. Jurnal Forum
Sosial [Online]. Vol. 6 (1), 6 halaman. Tersedia: http://eprints.unsri.ac.Id/ 2268/2/
isi.pdf [17 September 2015].
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Kardi, S. dan Nur, M. (2005). Pengajaran Langsung. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Karim, A. (2011). Penerapan Metode Penemuan Terbimbing dalam Pembelajaran
Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Elektronik PGSD Universitas Almuslim. [Online].
Vol. 1 (1), 11 halaman. Tersedia: http://jurnal.bull-math.org/index.php/simantap/
article/view/37/40 [12Agustus2016]
Kemmis, S., Mc Taggart, R. dan Nixon. R. (2013). The Action Research Planner: Doing
Cristical Participatory Action Research. Singapore: Springer Sience. [Online]. Tersedia:
http://books.google.co.id/book?id=GB3IBAAAQBAJ&printsec=front cover&dg=kem
mis+and+mctaggart&hl=en&sa=X&redir_esc=y#=onepage&q=kemmis%20and%20mct
aggart&f=false. [26 Agustus 2016]
Miles, M. dan Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang
Metode-Metode Baru. Jakarta: UI Press.
Paembonan, R. D. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Penarikan
Kesimpulan Logika Matematika di Kelas X SMA GPID Palu. Jurnal Elektronik
Pendidikan Matematika Tadulako. [Online]. Vol. 2 (1), 11 halaman. Tersedia:
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JEPMT/article /view/3235/2290. [12 Agustus
2016].
Prawiradilaga, D. S. (2009). Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Purwatiningsih, S. (2014). Penerapan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa pada Materi Luas Permukaan dan Volume. Jurnal Elektronik
Pendidikan Matematika Tadulako. [Online]. Vol.1.Tersedia: http://jurnal.untad.ac.id/
jurnal/index.php/JEPMT/article/view/1707/1125. [24 November 2014]
Rahmawati, F. (2013). Pengaruh Pendekatan Pendidikan Realistik Matematika dalam
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
FMIPA Unila. [Online]. Vol. 1. (1), 14 halaman. Tersedia: http:// journal.fmipa.Unila.
ac.id.index.php/semirata/article/view/882/701 [26 April 2016].
Slavin, R. (2005). Cooperaive Learning Teori, Riset dan Praktek. London: Nusa Media.
Solfitri, T. dan Rahmania, S. (2010). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Team
Assisted Individualization (TAI) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Siswa Kelas X3 SMA Negeri 8 Pekanbaru. Jurnal Gamatika [Online]. Tersedia:
http://asmanaditsaqib.files.wordpress.com/2014/01/keefektifanmodelpembelaja
rankoperatiftipe-tai-team-assisted-individualization-melaluipemanfaa-tan-lks-lembarkerja-siswa-terhadap.pdf. [6 Oktober 2015]

230 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta:
Pustaka Belajar

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 UNGGUL DARUL IMARAH PADA MATERI LAJU REAKSI

0 2 1

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individuallization (tai) terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas v sdi ummul quro bekasi

0 10 221

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI).

6 9 167

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SMA NEGERI 1 PARANGINAN.

0 2 17

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai (Team Assisted Individualization) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika

0 2 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA DIKLAT DKKTM.

0 0 64

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERSAMAAN KUADRAT DI KELAS X MIPA 2 SMA NEGERI 5 PALU | Muhamad | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8971 29447 1 PB

0 0 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI TURUNAN FUNGSI ALJABAR KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 9 PALU

0 0 12

ENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERBANDINGAN TRIGONOMETRI DI KELAS X MIA 1 MAN 1 PALU

0 0 13

1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

1 1 14