141385 ID asimetri informasi pada pembiayaan pemil

Al-Tijary

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam

2016, Vol. 2, No. 1, Hal. 97-107

P-ISSN: 2460-9404; E-ISSN: 2460-9412
DOI prefix : 10.21093

Asimetri Informasi pada Pembiayaan Pemilikan Rumah
di Bank Syari’ah Mandiri
Alias Candra
Fakultas Ekonomi dan Bisinis Islam IAIN Samarinda
Aliasacandra@gmail.com
ABSTRACT
Development Bank of Shari'ah is currently experiencing rapid growth.
However this has not been accompanied by an understanding of the
community of the operational system and the Shari’ah banking products.
So also with the implementation of the product, it still has things that are
Shari’ah can be debated. Particularly on financing products, is seen still
there applying the asymmetry of information legally muamalah Islam is

not permitted. Therefore, the need to study in-depth research for the sake
of improvement of the system and the governance of Shari’ah banking
that comply with Islamic jurisprudence. This article examines about
things related to the asymmetry of information on financing products
possession with the Akad Murabaha.
Keywords : Asymmetric Information, Operational System Islamic
Banking, Financing Products.
PENDAHULUAN
Teori keagenan merupakan
basis teori yang mendasari praktik
bisnis perusahaan yang dipakai selama
ini. Teori tersebut berakar dari sinergi
teori
ekonomi,
teori
keputusan,
sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip
utama teori ini menyatakan adanya
hubungan kerja antara pihak yang
memberi wewenang yaitu investor

dengan
pihak
yang
menerima
wewenang (agensi) yaitu manajer.

Pemisahan
pemilik
dan
manajemen di dalam literatur akuntansi
disebut dengan Agency Theory (teori
keagenan). Teori ini merupakan salah
satu teori yang muncul dalam
perkembangan riset akuntansi yang
merupakan
modifikasi
dari
perkembangan
model
akuntansi

keuangan dengan menambahkan aspek
perilaku
manusia
dalam
model
ekonomi. Teori agensi mendasarkan
hubungan kontrak antara pemegang
saham/pemilik dan manajemen/manajer.

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam | 97

Alias Candra, Asimetri Informasi...

Menurut teori ini hubungan antara
pemilik dan manajer pada hakekatnya
sukar
tercipta
karena
adanya
kepentingan yang saling bertentangan.

Dalam teori keagenan (agency theory),
hubungan agensi muncul ketika satu
orang
atau
lebih
(principal)
memperkerjakan orang lain (agent)
untuk memberikan suatu jasa dan
kemudian mendelegasikan wewenang
pengambilan keputusan kepada agen
tersebut (Jenses dan Meckling: 1989).
Hubungan antara principal dan
agent dapat mengarah pada kondisi
ketidakseimbangan informasi (asymetri
informasi) karena agent berada pada
posisi yang memiliki informasi yang
lebih banyak tentang perusahaan
dibandingkan dengan principal. Dengan
asumsi bahwa individu bertindak untuk
memaksimalkan

kepentingan
diri
sendiri, maka dengan informasi asimetri
yang dimilikinya akan mendorong agent
untuk
menyembunyikan
beberapa
informasi
yang
tidak
diketahui
principal. Dalamkondisi yang asimetri
tersebut, agent dapat mempengaruhi
angka-angka akuntansi yang disajikan
dalam laporan keuangan dengan cara
melakukan manajemen laba.
Pada sebuah perdagangan
terdapat informasi yang dimiliki oleh
setiap pihak. Informasi yang sempurna
dibutuhkan demi kelancaran suatu

kegiatan ekonomi, sebab secara tidak
langsung informasi sangatlah berkaitan
dengan efisiensi suatu kegiatan ekonomi
(Ali: 2002). Oleh karena itu adanya
informasi dapat menimbulkan biaya
tersendiri sehingga tak heran jika
terdapat tindakan yang berupaya untuk
menyembunyikan informasi dari pihak
lain.
Beberapa
pihak
mungkin
mendapatkan
informasi
lebih
dibandingkan pihak lainnya dan hal ini
disebut dengan informasi asimetris.
Umumnya informasi asimetris terjadi
jika pihak penjual yang memiliki


informasi lebih banyak tentang produk
dibandingkan
pembeli,
meskipun
kondisi sebaliknya mungkin juga
terjadi.
Kondisi di atas pertama kali
dijelaskan oleh (Arrow: 1996). Dalam
satu artikel yang terkenal di bidang
penanganan kesehatan 1963 yang
berjudul "Uncertainty and the Welfare
Economics of Medical Care," di
jurnalAmerican Economic Review.
Sedangkan istilah Informasi Asimetris
digunakan oleh (Akerlof: 1970, pp. 488500). The Market for Lemons (Pasar
Barang Kacangan). Ia menyebutkan
bahwa, dalam pasar seperti itu, nilai
rata-rata dari komoditi cenderung untuk
turun, bahkan untuk barang yang
tergolong berkualitas bagus. Penjual

yang tidak berniat baik akan menipu
pembeli dengan cara memberi kesan
seakan-akan barang yang dijualnya
bagus, hal ini yang memunculkan
adanya Adverse Selection.
Pada Bank Syari’ah Mandiri
terjadi Informasi asimetris pembiayaan
pemilikan perumahandimana banyak
developermenyembunyikan informasi
yang seharusnya diketahui oleh pihak
penyedia jasa (bank) , hal ini dapat
menimbulkan adanya Moral Hazard.
Moral hazard merupakan tindakan yang
diambil secara sengaja agar tujuan dapat
tercapai. Misalnya menyembunyikan hal
penting sebagai informasi untuk
perusahaan. Ada beberapa kemungkinan
cara yang mudah untuk menyelesaikan
masalah informasi asimetri yaitu
membiarkan semua orang mengatakan

apa
yang
dia
tahu.
Proses
mengungkapkan informasi tentang diri
mereka sendiri melalui pilihan yang
mereka buat disebut self selection
(seleksi diri).
Pembiayaan Pemilikan Rumah
ini juga diterapkan di Bank Syari’ah
Mandiri. Dengan pembiayaan pemilikan
rumah maka Bank Syari’ah Mandiri

98 | AL-TIJARY, Vol. 02, No. 01, Desember 2016

Alias Candra, Asimetri Informasi...

berhasil
dalam

usahanya
untuk
mempertahankan
kelangsungan
hidupnya untuk berkembang dan
mendapatkan laba. Sebuah perusahaan
dikatakan
berhasil
menjalankan
fungsinya apabila mampu menjual
produknya
pada
konsumen
dan
memperoleh
profit
semaksimal
mungkin. Konsumen sebagai salah satu
elemen memegang peranan penting
dimana dari waktu ke waktu mereka

semakin kritis dalam menyikapi suatu
produk.
Akan tetapi dalam pembiayaan
pemilikan rumah di Bank Syari’ah
Mandiri terdapat tindakan yang
berupaya
untuk
menyembunyikan
informasi dari pihak yang lain.
Beberapa pihak mungkin mendapatkan
informasi lebih dibandingkan pihak
lainnya dan hal ini disebut dengan
informasi asimetris. Terkait dengan hal
tersebut penulis memandang sangat
perlu dan penting untuk meneliti tentang
cara mengelola asimetri informasi
terhadap
pembiayaan
perumahan
berjudulAsimetri Informasi Pembiayaan
Pemilikan Rumah di Bank Syari’ah
Mandiri.
Dalam
kerangka
teoritik
penelitian ini akan membahas mengenai
teori dan konsep-konsep dasar yang
berkaitan dengan penelitian. Adapun
pembahasan yang diangkat dalam
kerangka teori pada penelitian ini
mencakup, teori keagenan, asimetri
informasi, aplikasi asimetri informasi
pada bank syari’ah. Dan pembahasan
tentang teori resiko, dan teori keagenan
(agency teory), peneliti menyusun
kerangka analisis asimetri informasi
dalam pembiayaan murabahah.
PEMBAHASAN
Agency Theory (Teori Keagenan)
Teori
keagenan
dapat
dipandang suatu versi dari game theory
merupakan basis teori yang mendasari

praktik bisnis perusahaan yang dipakai
selama ini. Teori tersebut berakar dari
sinergi teori ekonomi, teori keputusan,
sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip
utama teori ini menyatakan adanya
hubungan kerja antara pihak yang
memberi wewenang yaitu investor
dengan
pihak
yang
menerima
wewenang (agensi) yaitu manajer.
Pemisahan
pemilik
dan
manajemen di dalam literatur akuntansi
disebut dengan Agency Theory (teori
keagenan). Teori ini merupakan salah
satu teori yang muncul dalam
perkembangan riset akuntansi yang
merupakan
modifikasi
dari
perkembangan
model
akuntansi
keuangan dengan menambahkan aspek
perilaku
manusia
dalam
model
ekonomi. Teori agensi mendasarkan
hubungan kontrak antara pemegang
saham/pemilik dan manajemen/manajer.
Menurut teori ini hubungan antara
pemilik dan manajer pada hakekatnya
sukar
tercipta
karena
adanya
kepentingan yang saling bertentangan.
Dalam teori keagenan (agency theory),
hubungan agensi muncul ketika satu
orang
atau
lebih
(principal)
memperkerjakan orang lain (agent)
untuk memberikan suatu jasa dan
kemudian mendelegasikan wewenang
pengambilan keputusan kepada agent
tersebut (Jenses dan Meckling: 1989).
Hubungan antara principal dan agent
dapat
mengarah
pada
kondisi
ketidakseimbangan informasi (asymetri
informasi) karena agent berada pada
posisi yang memiliki informasi yang
lebih banyak tentang perusahaan
dibandingkan dengan principal. Dengan
asumsi bahwa individu bertindak untuk
memaksimalkan
kepentingan
diri
sendiri, maka dengan informasi asimetri
yang dimilikinya akan mendorong agent
untuk
menyembunyikan
beberapa
informasi
yang
tidak
diketahui
principal. Dalam kondisi yang asimetri

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam | 99

Alias Candra, Asimetri Informasi...

tersebut, agent dapat mempengaruhi
angka-angka akuntansi yang disajikan
dalam laporan keuangan dengan cara
melakukan manajemen laba.
(Weston
dan
Brigham:
2006).bahwa masalah keagenan dapat
terjadi dalam 2 bentuk hubungan, yaitu;
(1) Antara pemegang saham dan
manajer, (2). Antara pemegang saham
dan kreditor.
Jika
suatu
perusahaan
berbentuk perusahaan perorangan yang
dikelola sendiri oleh pemiliknya, maka
dapat diasumsikan bahwa manajer–
pemilik tersebut akan mengambil setiap
tindakan
untuk
memperbaiki
kesejahteraannya terutama diukur dalam
bentuk
peningkatan
kekayaan
perorangan dan juga dalam bentuk
kesenangan dan fasilitas eksekutif.
Tetapi, jika manajer mempunyai porsi
sebagai pemilik dan mereka mengurangi
hak kepemilikannya dengan membentuk
perseroan dan menjual sebagian saham
perusahaan kepada pihak luar, maka
pertentangan kepentingan bisa segera
timbul. Keadaan ini menjadikan
manajer mungkin saja tidak sedemikian
gigih lagi untuk memaksimumkan
kekayaan pemegang saham karena
jatahnya atas kekayaan tersebut telah
berkurang sesuai dengan pengurangan
kepemilikan mereka. Mungkin saja
manajer menetapkan gaji yang besar
bagi dirinya atau menambah fasilitas
eksekutif karena sebagian di antaranya
akan menjadi beban pemegang saham
lainnya.
Konflik
antara
pemegang
saham
dengan
kreditur-kreditur
menerima uang dalam jumlah tetap dari
perusahaan (bunga hutang), sedangkan
pendapatan
pemegang
saham
bergantung
pada
besaran
laba
perusahaan. Dalam situasi ini, kreditur
lebih
memperhatikan
kemampuan
perusahaan untuk membayar kembali
utangnya, dan pemegang saham lebih

memperhatikan kemampuan perusahaan
untuk memperoleh kembalian yang
besar adalah melakukan investasi pada
proyek-proyek yang berisiko. Apabila
pelaksanaan proyek yang berisiko itu
berhasil maka kreditur tidak dapat
menikmati keberhasilan tersebut, tetapi
apabila proyek mengalami kegagalan
kreditur mungkin akan menderita
kerugian akibat dari ketidakmampuan
pemegang saham untuk memenuhi
kewajibannya. Untuk mengantisipasi
kemungkinan rugi, maka kreditur
melakukan
pembatasan penggunaan
hutang oleh manajer. Salah satu
pembatasan
adalah
membatasi
jumlah penggunaan
hutang
untuk
investasi dalam proyek baru. Konflik
antara pemegang saham dengan pihak
manajemen walaupun telah dilakukan
kontrak kerja yang sah antara pihak
principal dan agen, namun di sisi lain
pihak agen memiliki pengetahuan yang
lebih banyak mengenai perusahaan.
Asimetri Informasi
Asimetri informasi adalah suatu
keadaan dimana menajer (Bank)
memiliki akses informasi atas prospek
perusahaan yang tidak dimiliki oleh
pihak luar perusahaan (nasabah).
Asimetri informasi muncul ketika
manajer bank lebih
mengetahui
informasi
internal
dan
prospek
perusahaan di masa yang akan datang
dibandingkan pemegang saham dan
stakeholder lainnya.
Asimetri informasi sangat
berkaitan
erat
dengan
praktik
manajemen laba. Asimetri informasi
yang terjadi antara manajer dengan
pemegang saham sebagai pengguna
laporan
keuangan
menyebabkan
pemegang saham tidak dapat mengamati
seluruh kinerja dan prospek perusahan
secara sempurna. Dalam situasi di mana
pemegang saham memiliki informasi
yang lebih sedikit daripada manajer.

100 | AL-TIJARY, Vol. 02, No. 01, Desember 2016

Alias Candra, Asimetri Informasi...

Manajer
dapat
memanfaatkan
fleksibilitas yang dimilikinya tersebut
untuk
melakukan
manajemen
laba.(Allen
dkk:
1996,
16011621).Asimetri informasi terdiri dari dua
tipe yaitu: (Scott: 1985, 197-224).
a. Adverse selection
Adverse selection adalah
jenis asimetri informasi dalam mana
satu pihak atau lebih yang
melangsungkan
atau
akan
melangsungkan suatu transaksi usaha
atau transaksi usaha potensial
memiliki informasi lebih atas pihak
pihak lain. Adverse selection dapat
terjadi karena beberapa orang seperti
manajer perusahaan dan para pihak
dalam (insiders) lainnya lebih
mengetahui kondisi kini dan prospek
ke depan suatu perusahaan daripada
para investor luar.
b. Moral hazard
Moral hazard adalah jenis
asimetri informasi dalam mana satu
pihak atau lebih yang melangsungkan
atau akan melangsungkan suatu
transaksi usaha atau transaksi usaha
potensial dapat mengamati tindakantindakan mereka dalam penyelesaian
transaksi-transaksi mereka sedangkan
pihak-pihak lainnya tidak.
Moral hazard dapat terjadi
karena adanya pemisahan pemilikan
dengan
pengendalian
yang
merupakan karakteristik kebanyakan
perusahaan besar. Model asimetri
informasi mengasumsikan adanya
tiga jenis agen di pasar yaitu
pedagang terinformasi (informed
traders) yang merupakan pemroses
informasi potensial, pedagang tidak
terinformasi (uninformed traders)
dan risk neutral specialist. Pedagang
terinformasi melakukan transaksi
perdagangan dengan dilatarbelakangi
oleh informasi privat yang mereka
miliki yang tidak terefleksi dalam
harga perumahan dan mereka bersifat

spekulatif sedangkan bank tidak
terinforman atau yang lebih dikenal
dengan pedagang likuid berdagang
dengan tujuan untuk menyesuaikan
portofolio yang dimilikinya.
Spesialis
merupakan
partisipan pasar yang bisa bertindak
sebagai broker atau dealer. Broker
melakukan transaksi guna memenuhi
pesanan dari investor yang menjadi
kliennya
sedangkan
dealer
merupakan
broker
sekaligus
memiliki
kewenangan
untuk
melakukan transaksi untuk dirinya
sendiri bahwa ukuran pengamatan
atas likuiditas pasar dapat digunakan
untuk
mengidentifikasi
tingkat
penerimaan asimetri informasi yang
dihadapi
partisipan
di dalam
pembiayaan pemilikan perumahan.
Pembiayaan Perumahan
Pembiayaan adalah kegiatan
penyediaan dana untuk Investasi atau
kerjasama permodalan antara bank
dengan nasabah, calon anggota, bank
lain
danatau
anggotanya
yang
mewajibkan penerima pembiayaan itu
untuk melunasi pokok pembiayaan yang
diterima kepada pihak bank sesuai akad
disertai dengan pembayaran sejumlah
bagi hasil atau pendapatan atau laba dari
kegiatan yang dibiayai atau penggunaan
dana pembiayaan tersebut (Kementerian
Koperasi UKM RI: 2007, 4).
Definisi
lain
tentang
pembiayaan
perumahan
yaitu
pendanaan yang diberikan oleh suatu
pihak kepada pihak lain untuk
mendukung Investasi yang telah
direncanakan (Muhammad: 2000. 17).
Sedangkan pembiayaan berdasarkan
prinsip syari’ah adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dipersamakan dengan
itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak lain yang
dibiayai dengan imbalan atau bagi hasil.

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam | 101

Alias Candra, Asimetri Informasi...

Yang menjadi perbedaan antara kredit
yang diberikan oleh bank berdasarkan
konfesional dengan pembiayaan yang
diberikan oleh bank berdasarkan prinsip
syari’ah
adalah
terletak
pada
keuntungan yang diharapkan bagi bank
berdasarkan
prinsip
konfesional.
Keuntungan diperoleh melalui bunga
sedangkan bagi bank berdasarkan
prinsip syari’ah berupa imbalan atau
bagi hasil. Perbedaan lainya terdiri dari
analisis pemberian pembiayaan (kredit)
beserta persyaratannya (Kashmir: 2003,
72-73).
Pembiayaan dalam perbankan
syari’ah atau istilah teknisnya aktiva
produktif menurut ketentuan Bank
Indonesia adalah penanaman dana Bank
Syari’ah baik dalam rupiah maupun
valuta asing dalam bentuk pembiayaan,
piutang, qardh, surat berharga syari’ah,
penempatan,
penyertaan
modal,
penyertaan modal sementara, komitmen
dan
kontijensi
pada
rekening
administratif serta sertifikat wadiah
Bank
Indonesia.(Peraturan
Bank
Indonesia No. 5/7/PBI/2003: 2003).
Pembiayaan
berdasarkan
prinsip syari’ah adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dipersamakan dengan
itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang
atau tagihan tersebut setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan atau bagi
hasil. Mengenai hal tersebut sudah
tertuang dalam pasal 1 angka 12
Undang- Undang No. 7 tahun 1992
tentang perbankan
Asimetri Informasi
Pembiayaan
Pemilikan Rumah di Bank Syari’ah
Mandiri
Asimetri
informasidalam
transaksi perbankan syariah. Ketidaksetaraan informasi terlihat antara pelaku
bisnis untuk mendapatkan laba dengan

posisi konsumen untuk mendapatkan
kepuasan
melalui
pemenuhan
kebutuhannya terhadap produk tersebut.
Undang-Undang No.8 Tahun 1999
tentang
Perlindungan
Konsumen
bertujuan untuk menyeimbangkan daya
tawar konsumen dengan bank sebagai
penyedia produk dan mendorong bank
untuk
selalu
jujur
serta
bertanggungjawab dalam menjalankan
usahanya.
Bank
berdasarkan
prinsip
syariah atau bank syariah, seperti halnya
bank konvensional, juga berfungsi
sebagai suatu lembaga intermediasi
(intermediary
institution),
yaitu
mengerahkan dana dari masyarakat dan
menyalurkan
kembali
dana-dana
tersebut kepada masyarakat yang
membutuhkannya dalam bentuk fasilitas
pembiayaan. Bedanya hanyalah bahwa
bank syariah melakukan usahanya tidak
berdasarkan bunga (interest free), tetapi
berdasarkan prinsip syariah, yaitu
prinsip pembagian keuntungan dan
kerugian (profit and loss sharing
principle atau PLS Principles).
Hak-hak bank syariah sebagai
produsen
jasa
lebih
menonjol
dibandingkan
dengan
hak-hak
konsumen, karena syarat-syarat atau
klausul-klausul
dalam
perjanjian
tersebut, lebih “tampak” dari sisi
kewajiban
konsumen.
Dengan
demikian, hak dan kewajiban antara
produsen dan konsumen kurang
seimbang atau belum setara. Praktek
semacam ini banyak terdapat dalam
perusahaan-perusahan yang belum
sepenuhnya menciptakan keseimbangan
antara posisi perusahaan (pendapatan)
dan konsumen berupa peningkatan
pelayanan dan perlindungan hukum
yang sesuai dengan harapan konsumen
(Andriany: 1994, 76-78).
Masing-masing
individu
mempunyai tujuan yang hampir
seragam yaitu antara lain menganggap

102 | AL-TIJARY, Vol. 02, No. 01, Desember 2016

Alias Candra, Asimetri Informasi...

bank syariah telah sesuai dengan syariah
Islam dengan penerapan sistem bagi
hasil, aman, menguntungkan, dekat atau
mudah dijangkau, dan alasan lain yang
bersifat fasilitas.
Bank berkewajiban memenuhi
harapan-harapan masyarakat tersebut.
Namun, beberapa kejadian ternyata
membuktikan sebaliknya. Kejadian
yang justru menunjukkan bahwa
konsumen dirugikan atau dilanggar
haknya atau bank tidak memenuhi
kewajibannya.
Tetapi,
terdapat
kesenjangan antara kualitas pelayanan
yang diberikan Bank Syariah dengan
yang diharapkan oleh nasabah pada
semua dimensi kualitas pelayanan, yaitu
prinsip syariah (compliance), keyakinan
(assurance), keandalan (reliability),
fisik nyata (tangible), empati (emphaty),
dan daya tanggap (responsiveness).
Di Indonesia, berdasarkan
pengalaman dari Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia selama berpuluh
tahun beroperasi, masih banyak
permasalahan yang dihadapi konsumen.
Pengusaha dan pemerintah sering
mengabaikan hak-hak konsumen, baik
dalam pelayanan pada masyarakat
(public
service)
maupun
dalam
penjualan produk. Asimetri informasi
dalam perbankan syariah, Asimetri
informasi menjadi masalah besar dalam
perbankan syariah.
Asimetri informasi merupakan
suatu keadaan di mana manajer
memiliki akses informasi atas prospek
perusahaan yang tidak dimiliki oleh
pihak luar perusahaan. Masalah
ketidaksetaraan informasi menyebakan
dispersi masalah ikutan serius dunia
perbankan dengan munculnya beragam
kasus perbankan syariah.
Asimetri
informasi
dapat
diantisipasi dan diminimalkan dengan
mengungkapkan informasi yang lebih
berkualitas. Munculnya kasus-kasus
perbankan
disebabkan
oleh

pengungkapan
informasi
yang
berkualitas buruk (Babczuk: 2003).
menggolongkan tipe asimetri informasi
yaitu: 1) Adverse Selection: adalah
asimetri informasi yang terjadi satu
pihak atau lebih yang melangsungkan
atau akan melangsungkan suatu
transaksi usaha, atau transaksi usaha
potensial memiliki informasi lebih atas
pihak-pihak lain.
Adverse selection terjadi karena
beberapa orang seperti
manajer
perusahaan dan para pihak dalam
(insiders) lainnya lebih mengetahui
kondisi kini dan prospek ke depan suatu
perusahaan daripada para investor luar;
2) Moral Hazard: adalah asimetri
informasi yang terjadi ketika satu pihak
yang melangsungkan
atau
akan
melangsungkan suatu transaksi usaha
atau transaksi usaha potensial dapat
mengamati tindakan-tindakan mereka
dalam penyelesaian transaksi-transaksi
mereka sedangkan pihak-pihak lainnya
tidak.
Moral hazard dapat terjadi
karena adanya pemisahan pemilikan
dengan pengendalian yang merupakan
karakteristik kebanyakan perusahaan
besar. Contohnya seperti dalam
perjanjian akad penyimpanan uang
antara bank dengan pemilik uang, jika
dicermati
pasal-pasal
cenderung
mengatur
kewajiban
nasabah,
sedangkan bank syariah selalu berdalih
akad, sehingga akad selalu menjadi
senjata bagi bank tanpa memperhatikan
kewajiban bank untuk menjelaskan
setiap konsekuensi tanda tangan akad
meskipun hal ini juga terjadi pada bank
konvensional.
Asimetri Informasi dan Perubahan
Margin pada Pembiayaan Pemilikan
Rumah (PPR) di Bank
Syari’ah
Mandiri
Produk yang Tidak Sesuai dengan
Perjanjian Awal

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam | 103

Alias Candra, Asimetri Informasi...

Produk murabahah adalah
Pembiayaan
Pemilikan
Rumah
Perbankan Syari’ah, dengan memakai
prinsip jual-beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang
disepakati, dimana pihak Bank selaku
penjual dan nasabah selaku pembeli,
atau
sebagai
dana
talangan.
Karakteristiknya adalah penjual harus
memberi tahu harga produk yang ia beli
dan menentukan tingkat keuntungan
sebagai tambahanya. Pembayaran dapat
dilakukan secara tunai maupun angsuran
sesuai kesepakatan bersama.
Pembayaran secara tunai tidak
ada masalah yang berarti dalam
prakteknya. Namun pembayaran tunda
dapat terjadi dengan dua hal, pertama
terhadap
harga
tunai
dengan
menghindari segala bentuk kenaikan
harga pengganti waktu yang ditundakan
untuk pembayaran. Kedua, harga tunai
kenaikan harga untuk pengganti waktu
yang ditundakan untuk pembayaran
(Zulkifli: 2003, 56-58).
Para fuqaha sepakat tidak
selalu mempersoalkan keabsahan jual
beli pembayaran tunda pada harga tunai.
Namun perbedaan pendapat kalangan
ulama
terjadi
pada
harga
pembiayaan/kredit yang lebih tinggi
(sebagai lawan dari harga tunai) dalam
jual beli dengan pembayaran tunda.
Imam Malik dan Imam Syafi’i
tidak
menyetujui
harga
pembiayaan/kredit yang lebih tinggi
untuk jual beli dengan pembayaran
tunda dan harga yang lebih rendah
untuk pembayaran tunai, sebagaimana
yang disebutkan dalam bukunya alMuwatha’ Imam Malik dan al-Umm
Imam Syafi’i tentang jual beli dengan
pembayaran tunda. Tidak diketemukan
satu pendapatpun dari ulama ini yang
membolehkan jual beli suatu barang
berdasarkan murabahah dengan harga
pembiayaan/kredit yang lebih tinggi

daripada harga kontannya (Idris AsSyafi’i: Juz III, 35-37).
Meskipun perbedaan pendapat
muncul, beberapa ulama fiqh seperti
Ibnu Qudamah, Imam Nawawi,
Marghinani dan Sarakhsi secara tegas
menyatakan bahwa pembebanan harga
yang lebih tinggi pada jual beli
pembiayaan/kredit adalah praktik yang
biasa dalam perdagangan (Dendawijaya:
2005, 231-233).
Dalam
perbankan
Islam
pembebanan harga yang lebih tinggi
pada jual beli pembiayaan/kredit
dianggap sah. Ada beberapa argumen
yang mendukung keabsahan suatu harga
yang lebih tinggi dalam penjualan
dengan pembayaran tunda, antara lain
adalah: (Saeed: 1996, 79).
a) Bahwa teks-teks syari’ah secara
tegas tidak ada pernyataan larangan
tentang pembebanan harga yang
lebih tinggi pada jual beli tunda.
b) Ada perbedaan antara uang yang
tersedia sekarang dengan yang
tersedia dimasa mendatang.
c) Kenaikan harga bukanlah alasan
sebagai imbalan waktu tunda
pembayaran, karenanya tidak sama
dengan riba pra-Islam yang
diharamkan dalam al-Quran.
d) Kenaikan harga ini dikarenakan
pada saat penjualan bukan setelah
penjualan terjadi.
e) Kenaikan harga didasarkan pada
faktor-faktor yang mempengaruhi
pasar seperti faktor demand dan
supply
dan
kenaikan
atau
penurunan dalam pembelian nilai
mata uang sebagai akibat inflasi
dan deflasi.
Argumen diatas yang selalu
diajukan oleh Bank-Bank Islam untuk
melegalkan praktek kenaikan harga
pada jual beli dengan pembayaran tunda
yang secara jelas terkait dengan jangka
waktu. Bank-bank Islam sudah pasti
menerima keabsahan kenaikan harga

104 | AL-TIJARY, Vol. 02, No. 01, Desember 2016

Alias Candra, Asimetri Informasi...

tersebut, dan ini telah menjadi praktek
baku untuk membebankan harga yang
lebih tinggi dalam jual beli dengan
pembayaran tunda selama transaksinya
secara eksplisit tidak mengandung tukar
menukar uang dengan uang.
Pada masa modern, para
kritikus
murabahah,
berpendirian
bahwa kenaikan harga karena waktu
adalah riba. Council Of Islamic
Ideology
(CII)
Pakistan
juga
menyatakan bahwa keraguan mungkin
muncul terkait dengan tunda (sebagai
pengganti tenggang waktu pembayaran
yang diberikan untuk pembeli) karena
tambahan semacam ini menyerupai riba
(Muhammad: 2006, 65-68).
Akan tetapi, Bank-Bank Islam
dan
mereka
yang
mendukung
pengunaan praktek murabahah dalam
perbankan Islam seprti Mohammed
(1989), Saleh (1986), International
Association of Islamic Bank (IAIB)
Syahata (1987) tidak menganggap
kenaikan dalam harga memiliki
kemiripan dengan riba (Muhammad:
2006, 241).
Karena merasa ada semacam
kemiripan antara kenaikan harga dalam
murabahah dengan tambahan yang
diberikan kepada kreditur. Sebagai
imbalan perpanjangan waktu jatuh
tempo hutang (yang dalam beberapa hal
mirip dengan riba yang telah
diharamkan oleh al-Quran), sebagai
sarjana Muslim berusaha menghindari
setiap pengkaitan antara kenaikan harga
dalam murabahah dengan tenggang
waktu pembayaran. Menurut salah
seorang ekonom dari Mesir, Husain
Syahada, kenaikan itu bukanlah karena
tenggang waktu pembayaran. Jika
demikian halnya, maka adanya harga
yang lebih rendah untuk pembayaran
tunai, dan harga yang lebih tinggi untuk
pembayaran tunda tidaklah penting
(Rahman: 1997, 302-304).

Menurut pandangan Kuwait
Finance
House
(KFH),
dimana
kenaikan harga dalam murabahah
bukanlah disebabkan oleh waktu,
namun barang-barang itu sendiri.
Anggapan bahwa kenaikan dalam jual
beli
dengan
pembayaran
tunda
disebabkan oleh barang itu sendiri
tidaklah dapat dipertahankan. Jika
kenaikan itu karena barang-barang yang
dijual, maka adanya dua harga: harga
tunai dan harga pembiayaan/kredit yang
lebih tinggi tidak akan berarti (Warde:
2001. 134).
Ibrahim
Warde
juga
mengkritisi tentang skema kenaikan
harga yang berkaitan denganlow risk
dan soartterm dengan risiko antara
Bank Islam dengan peminjam, dimana
kecendrungan risiko yang mungkin
dialami bank selalu minimal, sedangkan
determinasi marjin profit selalu
meningkat.
Dengan adanya kenaikan harga
jual atau penentuan margin murabahah,
disinilah mulai ditemukan indikasi
praktik gharar dalam penentuan harga
jual
yang
lebih
tinggi
dalam
pembayaran tunda.
Praktek murabahah dalam
perbankan syari’ah seharusnya tidak
hanya menjadikan tingkat suku bunga
sebagai rujukan utama dalam penentuan
harga jual produk murabahah. Cara ini
dianggap tidak tepat untuk mengatasi
kenaikan suku bunga bank syari’ah
sehingga tidak rugi, namun jika suku
bunga dipasar stabil atau turun maka
margin murabahah akan lebih besar
dibanding Bank konvensional.
PENUTUP
Kesimpulan
Asimetri
Informasi
pada
pembiayaan pemilikan rumah Bank
Syari’ah
Mandiri
menggunakan
menajemen resiko pembiayaan dengan
cara: (1) Melakukan mitigasi resiko

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam | 105

Alias Candra, Asimetri Informasi...

pada akad perseorangan pembiayaan
dengan menentukan target market,
scoring, penentuan repayment capacity
(RPC), Penentuan Batas Wewenang
Persetujuan Pembiayaan (BWPP).(2)
Akad Murabahah menjadikan angsuran
nasabah tetap sampai akhir periode
sehingga jika terjadi kenaikan rate pada
dana pihak ketiga (DPK) akan
menimbulkan miss match. Keadaan
tersebut dimitigasi oleh Bank Syari’ah
Mandiri dengan cara; Menentukan
margin pembiayaan lebih tinggi dengan
competitor; Melakukan perubahan tarif
margin
untuk
nasabah
baru;
Pengelolaan risiko dilakukan dengan
menghindari risiko, penahan resiko,
penyebaran risiko, pengalihan risiko,
pengendalian risiko dan pendanaan
risiko.
Dalam
analisa
Asimetri
Informasi
Pembiayaan
Pemilikan
Rumah (PPR) di Bank Syari’ah Mandiri
terdapat: pertama, kenaikan harga jual
setelah akad. Hal tersebut hukumnya
sah, tapi terlarang karena salah satu
syarat dalam rukun jual beli tidak
terpenuhi.Kedua,adanya brosur rumah
yang tidak sesuai dengan faktanya. Hal
tersebuthukumnya juga sah tapi
terlarang karena salah satu syarat dalam
rukun jual belinya tidak ditepati oleh
penjual.
DAFTAR PUSTAKA
Al- Turmidzi Isa Abu, Jami’ Shahih
Sunan Tirmizi, Beirut: Daar al-kutub,
1995
Antonio Syafi’i M, Bank Syari’ah Suatu
Penegenalan Umum. Jakarta:
Tazkia Institute, 2000
Arbi Syarif M. Lembaga Perbankan,
Keuangan
dan
Pembiayaan.BPFE: Yogyakarta.
2013
As-Syafi’iIdris bin Muhammad, Al
Umm
(Mesir:
Maktabah
Maemuniah) Juz III.

AkerlofGeorge, The Market For
Lemons, The Quarterly Journal
of Economics, Vol. 84, No. 3.
(Aug., 1970), pp. 488-500.
Arrow. J. Kenneth. "Uncertainty and
the Welfare Economics of
Medical
Care,"
American
Economic Review. Vol. 34.No.6.
Mei 1996.
AssihPrihat,
Pengaruh
Asimetri
Informasi terhadap manajemen
laba.Jurnal Economics. Vol.12
No 5, Agustus 1992.
BenardiMeliana, pengaruh asimetri
informasi
terhadap
praktik
manajemen
laba
dan
implikasinya terhadap biaya
modal ekuitas.Jurnal Akutansi.
Vol 7 No 9, April 1996.
Berger, N. Allen, Humprey, B. David,
and Pulley, B. Lawrence, 1996,
“Do Consumers pay for one-stop
banking?
Evidence
from
alternative
revenue
function”,Journal of Banking
and Finance 20, pp. 1601 –
1621, Februari 7.
Baqi Abdul Fu’ad Muhammad, Jami’
Shahih Sunan al- Bukhari,
Beirut: Daar al-kutub, 1994.
Campbell and Stephen Ballou,1974,
Form and Style, Theses, Boston:
Houghton Company.
DendawijayaLukman,
Menajemen
Perbankan,Bogor:
Ghalia
Indonesia Year,2005.
Dewan Syari’ah Nasional, Murabahah
dalam Islam, Jakarta: 17 Jumadil
Akhir 1421 H
GazaliAhmad, Serba Serbi Pembiayaan
Syari’ah Jangan ada Bunga
diantara Kita,Jakarta:EIF X
Media Komputindo Kolompok
Gramedia. 2005
Ghazaly
Rahman
Abdul,
Fiqih
Muamalat, Jakarta: Kencana,
Cet.ke-1. 2010

106 | AL-TIJARY, Vol. 02, No. 01, Desember 2016

Alias Candra, Asimetri Informasi...

HadiSamsul ,Pokok- pokok Materi
Motodologi
Penelitian
dan
Aplikasinya.
Jakarta:Ghalia
Indonesia,2006
Ibrahim Warde, Islamic Finance in the
Global
Media.
Edinburgh:
Edinburgh University Press 2001
Kashmir,
Menajemen
Perbankan.
Jakarta:
Raja
Grafindo
Persada.2003
Kementerian Koperasi UKM RI,
Petunjuk
Teknis
Program
Pembiayaan Produktif Koperasi
dan Usaha Mikro (P3KUM)
Pola Syari’ah. Jakarta,2007.
MishkinFrederic.
Ekonomi
Uang,
Perbankan
dan
Pasar
Keuangan. Edisi 8. Jakarta:
Salemba Empat.2008
Muhammad, Menajemen Dana dan
Pembiayaan Bank Syari’ah.
Yogyakarta:UPP-STIM YKPN
2006.
Muhammad.
Manajemen
Bank
Syariah.STIM
YKPN:
Yogyakarta. 2011
Muhammed dan Shahid Ebrahim,
“Islamic
Injuctions
and
Securitized
Debt”.Durham
Islamic Finance Summer School
2015.
Muhammed dan Shahid Ebrahim,
Islamic
Injuctions
and
Securitized
Debt
(Durham
Islamic Finance Summer School
2015)
Peraturan
Bank
Indonesia
No.
5/7/PBI/2003 Tanggal 19 Mei
2003
RahmanAfzalur,
Banking
and
Insurance. London: The Muslim
Schools Trust,1997.
SaeedAdbullah, Islamic Banking and
Interest, Leiden, New York,
Koln:E.J. Brill,1996.
SumitroWarkum, Asas- Asas Perbankan
Islam dan Lembaga Terkait
(BAMUI dan Tafakul) di

Indonesia,.
Jakarta:
Raja
Grafindo Persada, 1997.
Supramono Gatot, Perbankan dan
Masalah Pembiayaan: Suatu
Tinjaun
Yuridis,Jakarta,
Djambatan, 1996.
Surat Edaran Bank Indonesia Indonesia
Nomor 15/40/DKMP tanggal 24
September
2014
perihal
Penerapan Menagement Resiko
pada Bank yang melakukan
pemberian
kredit
atau
pembiayaan pemilikan properti,
kredit
atau
pembiayaan
konsumsi Beragun properti, dan
kredit atau pembiayaan kendaran
bermotor
Syarifudin.Metodologi
Penelitian.
Bandung : Mandar Maju,2011.
Tarsidin. Bagi Hasil: Konsep dan
Analisis.
Jakarta:
Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi,
2010.
Weston dan Brigham, 2006. Principles
of Managerial Finance. Eleventh
Edition, New York: Harper
Collins College Publishers.
ZulkifliSunarto, Panduan Transaksi
Perbankan Syari’ah. Jakarta:
Zikrul Hakim,2003.
Jenses dan Meckling ‘’ A Test of the
Agency Theory of Managerial
Ownersip, Corporate Leverage,
and
Corporate
Dividends,
Financial
Menagement.International
Journal of Economic and
Finance, Vol. 4. No. 18. Mei
1989.
Jenses dan Meckling, “A Test of the
Agency Theory of Managerial
Ownersip, Corporate Leverage,
and
Corporate
Dividends,
Financial
Menagement”.
International
Journal
of
Economic and Finance, Vol. 4.
No. 18. Mei 1989.

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam | 107

Alias Candra, Asimetri Informasi...

Kusuma Hadri, ’’Efek Asimetri
Informasi Terhadap Kebijakan
Deviden.Jurnal Economics and

108 | AL-TIJARY, Vol. 02, No. 01, Desember 2016

Business. Vol 10 No 1, Juni
2006.