Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran dengan Asimetri nformasi dan Kecukupan AnggaranSebagai Variabel Moderating (Studi di Instansi Pemerintah Daerah Kota Sukabumi)

(1)

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN ASIMETRI INFORMASI DAN KECUKUPAN

ANGGARAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi di Instansi Pemerintah Daerah Kota Sukabumi)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

oleh :

Lira Azhimatinnur Riansah NIM 109082000007

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ii

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN ASIMETRI INFORMASI DAN KECUKUPAN

ANGGARAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi di Instansi Pemerintahan Daerah Kota Sukabumi)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

oleh:

Lira Azhimatinnur Riansah NIM: 109082000007

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Senin, 6 Mei 2013 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa: 1. Nama : Lira Azhimatinnur Riansah

2. NIM : 109082000007

3. Jurusan : Akuntansi

4. Judul Skripsi : Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran dengan Asimetri Informasi dan Kecukupan Anggaran sebagai Variabel Moderating (Studi di Instansi Pemerintahan Daerah Kota Sukabumi)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 6 Mei 2013

1. Yoghi Citra Pratama, SE., M.Si

NIP. 19830717 201101 1 011

2. Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM NIP. 19720516 200901 1 006

3. Drs. Abdul Hamid Cebba, MBA., CPA., Ak NIP. 19620502 199303 1 000


(4)

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Kamis, 19 September 2013 telah dilaksanakan Ujian Skripsi atas Mahasiswa :

1. Nama : Lira Azhimatinnur Riansah

2. NIM : 109082000007

3. Jurusan : Akuntansi

4. Judul Skripsi : Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran dengan Asimetri Informasi dan Kecukupan Anggaran sebagai Variabel Moderating (Studi di Instansi Pemerintah Daerah Kota Sukabumi)

Setelah mencermati dan memerhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta. 19 September 2013 1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS

NIP. 19570617 198503 1 002

2. Hepi Prayudiawan, SE, Ak., MM

NIP. 19720516 200901 1 006

3. Erika Amelia, SE., M.Si

NIP. 19771109 200912 2 001

4. Dr. Rini, Ak., CA

NIP. 19760315 200501 2 002

5. Yusro Rahma, SE., M.Si


(5)

v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Lira Azhimatinnur Riansah

NIM : 109082000007

Jurusan : Akuntansi

Judul Skripsi : Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran dengan Asimetri Informasi dan Kecukupan Anggaran sebagai Variabel Moderating (Studi di Instansi Pemerintah Daerah Kota Sukabumi)

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab ats karya ini.

Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullaah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, September 2013 Yang Menyatakan

Lira Azhimatinnur Riansah (109082000007)


(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Lira Azhimatinnur Riansah 2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 22 Maret 1991

3. Alamat : Jl. Goalpara RT 01/07 Cibeureum Tengah Desa/Kec. Sukaraja Kab. Sukabumi 43192

4. Telepon : 081286389333

5. Email : liraazhimatinnur@ymail.com

II. PENDIDIKAN

1. TK Tunas Karya Tahun 1996 – 1997

2. SDN Cidadap II Tahun 1997 -2003

3. SMP Negeri 5 Kota Sukabumi Tahun 2003 - 2006 4. SMA Negeri 3 Kota Sukabumi Tahun 2006 - 2009 5. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullaah Jakarta Tahun 2009 – 2013

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. PASKIBRAKA SMP Negeri 5 Kota Sukabumi (2006-2009)

2. Majelis Perwakilan Kelas (MPK) SMP Negeri 5 Kota Sukabumi sebagai Ketua II (2007-2008)

3. Teater SMP Negeri 5 Kota Sukabumi 4. Teater SMA Negeri 3 Kota Sukabumi


(7)

vii

IV. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Drs. Juansah

2. Tempat, Tanggal Lahir : Sukabumi, 18 Juni 1961

3. Ibu : Dra. Rita Sahara

4. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Januari 1960

5. Alamat : Jl. Goalpara RT 01/07 Cibeureum Tengah Desa/Kec. Sukaraja Kab. Sukabumi 43192


(8)

viii

THE INFLUENCE OF BUDGETARY PARTICIPATION TO BUDGETARY SLACK WITH INFORMATION ASYMMETRY AND BUDGET ADEQUACY

AS MODERATED VARIABLES

(Study at Regional Government in Sukabumi City) By : Lira Azhimatinnur Riansah

ABSTRACT

This study aim to examine the influence of budgetary participation to budgetary slack with information asymmetry and budget adequacy as moderated variables at governmental institution of Sukabumi City. The data was collected by distributing questionnaires with purposive sampling to the respondents. While responders is consisted by the functional functionary at governmental institution of Sukabumi City which is participation in budgetary process, with a total sample are 86 respondents. The method analisys used in this study is regression analysis with software IBM SPSS 19 for windows.

From the results of multiple regression, there is one hypothesis that influent to budgetary slack : 1) the effect of budgetary participation having an effect on budgetary slack. Meanwhile, two more hypothesis with moderated regression analysis is not influent to budgetary slack : 2) budgetary participation and information asymmetry interaction have no significant influence to the budgetary slack. 3) budgetary participation and budget adequacy interaction have no significant influence to budgetary slack.

Keyword : Budetary participation, information asymmetry, budget adequacy, and budgetary slack.


(9)

ix

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN ASIMETRI INFORMASI DAN KECUKUPAN

ANGGARAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi di Instansi Pemerintah Daerah Kota Sukabumi)

Oleh : Lira Azhimatinnur Riansah ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran dengan asimetri informasi dan kecukupan anggaran sebagai variabel moderating (studi di instansi pemerintah daerah Kota Sukabumi). Data dikumpulkan dengan cara menyebarkan kuesioner dengan teknik purposive sampling kepada para responden. Sedangkan respondennya adalah pejabat fungsional di instansi/satuan kerja di lingkungan pemerintah Kota Sukabumi yang tentunya terlibat dalam proses penyusunan anggaran, dengan total 86 responden. Metode analisis yang digunakan dalam studi ini adalah analisis regresi dengan perangkat lunak IBM SPSS 19 for windows.

Dari hasil regresi berganda menghasilkan satu hipotesis yang menunjukan pengaruhnya terhadap senjangan anggaran, yaitu : 1) partisipasi anggaran berpengaruh signifikan terhadap senjangan anggaran. Sementara itu, dari hasil analisis regresi moderasi menunjukkan dua hipotesis yang tidak berpengaruh terhadap senjangan anggaran, yaitu : 2) interaksi antara partisipasi anggaran dan asimetri informasi tidak berpengaruh signifikan terhadap senjangan anggaran. 3) interaksi antara partispasi anggaran dan kecukupan anggaran tidak berpengaruh signifikan terhadap senjangan anggaran.

Kata kunci : Partisipasi anggaran, asimetri informasi, kecukupan anggaran, dan senjangan anggaran.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran dengan Asimetri Informasi dan Senjangan Anggaran sebagai Variabel Moderating (Studi di Instansi Pemerintahan Daerah Kota Sukabumi)”. Shalawat dan salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW Sang Teladan yang telah membawa kita ke zaman kebaikan.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah memebantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kekuatan Allah SWT yang telah anugerahkan. Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Orang tuaku tercinta, ibu Rita Sahara, ayah Juansah, mama Eti Sumiati, dan bapak Ahmad Rivai yang telah memberikan rasa cinta, kasih sayang, perhatian, dan doa tulus ikhlas tiada henti-hentinya yang menjadi kekuatan terbesar bagi penulis.

2. Suami tercinta Arlan Paranti Rivai yang telah memberikan segala cintanya, perhatian, pengertian, dan doa terbaik kepada penulis. Semoga kita selalu dalam berkah dan lindungan Allah SWT baik di dunia maupun akhirat kelak. 3. Bapak. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dr. Rini., Ak. CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga Dosen Pembimbing Skripsi I terima kasih telah bersedia menyediakan waktunya yang sangat berharga untuk membimbing, memberi masukan, motivasi dan nasihat yang telah diberikan guna menyelesaikan skripsi ini.


(11)

xi

5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE, AK,.MM selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Yusro Rahma, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing II terima kasih telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan, bimbingan serta saran yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

7. Seluruh staf pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullaah Jakarta yang telah membantu demi kelancaran penulisan skripsi ini hingga selesai.

8. Kakak-kakak tercinta tetehku Fajrina Rafdiani Riansah S.Pd dan aa Ade Suryadi S.Pd yang selalu ada membantu kapanpun dan dimanapun penulis butuhkan, aa Arief Sukmara, teteh Shanti, kak Arfri, teteh Nenden, dan adikku Rani terimakasih atas semangat dan doa yang selalu tercurah bagi penulis, barakallaah semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.

9. Sahabat-sahabat tersayang Hikmah Hasanah, Fachri Bustomi, Chairunnisa Abidin, Dhea Nursyaadah, Nurul Mauliya, dan Ayu Sekar terimakasih atas dukungan dan indahnya persahabatan selama ini.

10.Seluruh warga Dewi Sartika dan kak Hastri Rosiyanti yang telah memberikan hari-hari menyenangkan selama kita tinggal bersama, terimakasih banyak. 11.Teman-teman seperjuangan skripsi dan komprehensif Ranti, Vivi, Efi,

Indriana, Nurul Gita, Eris, serta teman Akuntansi A 2009, semangat dan sukses selalu untuk kita semua.

12.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, September 2013


(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman Judul ...i

Lembar Pengesahan Skripsi...ii

Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ...iii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ...iv

Lembar Pernyataan Keaslian Skripsi ...v

Daftar Riwayat Hidup ...vi

Abstract ...viii

Abstrak ...ix

Kata Pengantar ...x

Daftar Isi ...xii

Daftar Tabel ... xviii

Daftar Gambar ...xx

Daftar Lampiran ...xxi

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Perumusan Masalah ...11

C. Tujuan Penelitian ...12

D. Manfaat Penelitian ...12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...14

A. Tinjauan Literatur ...14


(13)

xiii

a. Pengertian Anggaran ...14

b. Karakteristik Anggaran...15

c. Tujuan dan Manfaat Anggaran ...16

2. Anggaran Sektor Publik ...18

a. Pengertian Anggaran Sektor Publik ...18

b. Karakteristik Anggaran Sektor Publik ...20

c. Prinsip Anggaran Sektor Publik ...21

d. Jenis-jenis Anggaran Sektor Publik ...22

d. Fungsi dan Tujuan Anggaran Sektor Publik...23

e. Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik ...27

3. Partisipasi Anggaran ...32

a. Dampak Positif dalam Partisipasi Anggaran ...34

b. Dampak Negatif dalam Partisipasi Anggaran ...35

4. Asimetri Informasi ...36

5. Kecukupan Anggaran ...38

6. Senjangan Anggaran ...40

B. Penelitian Terdahulu ...43

C. Kerangka Pikir ...48

D. Keterkaitan antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ...49

1. Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran ...49

2. Interaksi antara Partisipasi Anggaran dan Asimteri Informasi terhadap Senjangan Anggaran...51


(14)

xiv

3. Interaksi antara Partisipasi Anggaran dan Kecukupan

Anggaran terhadap Senjangan Anggaran ...52

BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ...54

B. Metode Penentuan Sampel ...54

C. Metode Pengumpulan Data .. ...55

1. Jenis dan Sumber Data ...55

2. Teknik Pengumpulan Data ...56

D. Metode Analisis Data ...56

1. Statistik Deskriptif ...56

2. Uji Kualitas Data ...57

a. Uji Validitas ...57

b. Uji Reliabilitas ...57

3. Uji Asumsi Klasik ...58

a. Multikolonieritas ...58

b. Heteroskedastisitas ...58

c. Uji Normalitas ...59

4. Uji Hipotesis ...59

a. Pengujian dengan Analisis Regresi Ganda ...59

1) Penerapan Partisipasi Anggaran Berpengaruh terhadap Senjangan Anggran ...60

a) Uji Koefisien Determinasi (R2) ...60


(15)

xv

b. Pengujian dengan Analisis Regresi Moderate

(Moderated Regression Analyis –MRA) ...61

1) Interaksi antara Partisipasi Anggaran dan Asimetri Informasi terhadap Senjangan Anggaran ...62

a) Uji Koefisien Determinasi (R2) ...63

b) Uji Statistik t ...63

2) Interaksi antara Partisipasi Anggaran dan Kecukupan Anggaran terhadap Senjangan Anggaran ...64

a) Uji Koefisien Determinasi (R2) ...65

b) Uji Statistik t ...65

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...66

1. Partisipasi Anggaran ...66

2. Informasi Asimetri ...67

3. Kecukupan Anggaran ...67

4. Senjangan Anggaran ...68

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN ...71

A. Sekilas Gambaran Umum Obyek Penelitian ...71

1. Profil Pemerintah Daerah Kota Sukabumi ...71

2. Tugas Pokok dan Fungsi Perangkat Daerah Kota Sukabumi ...73

3. Tempat dan Waktu Penelitian ...77

4. Karakteristik Responden Penelitian ...78

a. Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...80


(16)

xvi

c. Deskriptif Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan ...81

d. Deskriptif Responden Berdasarkan Jabatan Fungsional ...82

e. Deskriptif Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja ...83

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ...84

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ...84

2. Hasil Uji Kualitas Data ...85

a. Hasil Uji Validitas ...85

b. Hasil Uji Reliabilitas ...88

3. Hasil Uji Asumsi Klasik ...89

a. Hasil Uji Multikolonieritas ...89

b. Hasil Uji Heteroskedastisitas ...90

c. Hasil Uji Normalitas ...92

4. Uji Hipotesis ...94

a. Hasil Uji Regresi Ganda ...94

1) Penerapan Partisipasi Anggaran Berpengaruh terhadap Senjangan Anggaran ...94

a) Uji Koefisien Determinasi (R2) ...94

b) Hasil Uji Regresi Parsial (Uji t) ...95

b. Pengujian dengan Analisis Regresi Moderate (Moderated Regression Analyis –MRA) ...96

1) Interaksi antara Partisipasi Anggaran dan Asimetri Informasi terhadap Senjangan Anggaran ...96


(17)

xvii

b) Hasil Uji Regresi Parsial (Uji t) ...96

2) Interaksi antara Partisipasi Anggaran dan Kecukupan Anggaran terhadap Senjangan Anggaran ...97

a) Uji Koefisien Determinasi (R2) ...97

b) Hasil Uji Regresi Parsial (Uji t) ...98

C. Pembahasan ...99

1. Penerapan Partisipasi Anggaran Berpengaruh terhadap Senjangan Anggaran ...99

2. Interaksi antara Partisipasi Anggaran dan Asimetri Informasi terhadap Senjangan Anggaran ...100

3. Interaksi antara Partisipasi Anggaran dan Kecukupan Anggaran terhadap Senjangan Anggaran ...101

BAB V PENUTUP ...104

A. Kesimpulan ...104

B. Implikasi ...104

C. Saran ...105

Daftar Pustaka ...107


(18)

xviii Daftar Tabel

No Keterangan Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 42

3.1 Operasionalisasi Variabel... 69

4.1 Tugas Pokok dan Fungsi Perangkat Daerah Kota Sukabumi... 74

4.2 Data Sampel Penelitian ... 79

4.3 Karakteristik Data Kuesioner ... 79

4.4 Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 80

4.5 Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Usia ... 81

4.6 Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan ... 82

4.7 Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Jabatan Fungsional ... 82

4.8 Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja ... 83

4.9 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 84

4.10 Hasil Uji Validitas Partisipasi Anggaran ... 86

4.11 Hasil Uji Validitas Asimetri Informasi ... 86

4.12 Hasil Uji Validitas Kecukupan Anggaran ... 87

4.13 Hasil Uji Validitas Senjangan Anggaran ... 87

4.14 Hasil Uji Reliabilitas ... 88

4.15 Hasil Uji Multikolonieritas Koefisien Korelasi ... 89

4.16 Hasil Uji Multikolonieritas Koefisien ... 90

4.17 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Variabel X1 dan Y ... 94

4.18 Hasil Uji Statistik t Variabel X1 dan Y ... 95


(19)

xix

No Keterangan Halaman

4.20 Hasil Uji regresi Parsial t Variabel X1, X2, dan Y ... 97 4.21 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Variabel X1, X3, dan Y ... 98 4.22 Hasil Uji regresi Parsial t Variabel X1, X3, dan Y ... 98


(20)

xx

Daftar Gambar

No Keterangan Halaman

2.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 48

4.1 Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kota Sukabumi ... 73

4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Grafik Scatterplot ... 91

4.3 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ... 92


(21)

xxi

Daftar Lampiran

No Keterangan Halaman

1 Surat Izin Penelitian ...110

2 Surat Keterangan Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Sukabumi ...111

3 Kuesioner Penelitian ...112

4 Daftar Jawaban Responden ...121


(22)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kenyataan dalam kehidupan bernegara di Indonesia ini khususnya di pemerintah daerah tidak ada sektor yang tidak tersentuh atau tidak dipengaruhi oleh anggaran publik Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), namun faktanya sebagian besar terdapat penyalahgunaan dalam APBD. Sebagai contoh, berdasarkan temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) perwakilan Nusa Tenggara Timur (NTT) di Kupang, selama tahun 2004 sampai dengan 2008, tercatat 1267 kasus dugaan penyimpangan pengelolaan keuangan daerah pada level Propinsi maupun di seluruh Kabupaten Kota di NTT dengan nilai nominal Rp. 3.711,89 triliun. Data BPK perwakilan NTT di Kupang juga menunjukan bahwa kasus dugaan penyimpangan pengelolaan keuangan daerah di Propinsi dan seluruh kabupaten Kota di NTT yang sudah di tindaklanjuti hanya sebanyak 670 kasus dengan angka indikasi korupsi sebesar Rp. 1.404,81 triliun. Itu berarti, terdapat 597 kasus yang belum ditindaklanjuti dengan total penyelewengan mencapai nilai nominal Rp. 2.307.08 triliun. Dengan data dugaan korupsi yang demikian, maka terbukti terjadi tindak korupsi dalam tahapan pengelolaan APBD.

Data di atas pada dasarnya tindakan korupsi dalam pengelolaan APBD dimunkinkan terjadi karena kurangnya pengendalian yang tegas dari pihak yudikatif terhadap proses menyusunan dan pelaksanaan anggaran. Kondisi yang memungkinkan terjadinya korupsi juga karena adanya partisipasi dalam


(23)

2 penyusunan anggaran dengan memanfaatkan informasi yang dimiliki oleh bawahan atau pihak yang tidak bertanggungjawab, dalam menyampaikan informasi yang bias dan tidak sesuai dengan kebutuhan yang sebenarnya dalam pencapaian target organisasi demi kebutuhan pribadi atau golongan untuk melakukan senjangan anggaran yang akan mengakibatkan kerugian bagi negara dan mengganggu terhadap kesejahteraan masyarakat (Sinlaeloe, 2013:1).

Penyimpangan tersebut di atas, tidak sesuai dengan tujuan dari undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah, dimana otonomi daerah merupakan kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Siregar dan Siregar, 2001:394) untuk kepentingan masyarakat. Selanjutnya, undang-undang ini diganti dan disempurnakan dengan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 dan Undang-Undang No. 33 tahun 2004, kedua undang-undang tersebut telah merubah akuntabilitas atau pertanggungjawaban pemerintah daerah dari pertanggungjawaban vertikal (kepada pemerintah pusat) ke pertanggungjawaban horizontal (kepada masyarakat melalui DPRD) (Suhartono dan Solichin, 2006:2).

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, sebagaimana telah dua kali dilakukan perubahan terakhir dengan Undang-Undang No.12 Tahun 2008 bertumpu pada demokratisasi, pemberdayaan aparatur dan masyarakat serta peningkatan pelayanan umum kepada


(24)

3 masyarakat menempatkan posisi penting dan strategis daerah sebagai basis otonomi dan unsur terdepan bagi masyarakat (Muraz 2009:1).

Menurut Undang-Undang No. 32 tahun 2004 definisi otonomi daerah sebagai berikut :

“… hak, wewenang,dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.

Sedangkan daerah otonom yang selanjutnya disebut daerah adalah :

“… kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Otonomi daerah dapat pula diartikan sebagai kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Peraturan tersebut memberikan dampak perubahan pada sistem pemerintahan yang mulanya menganut pola pertanggungjawaban terpusat beralih menjadi pola desentralisasi, dimana daerah diberikan kewenangan luas untuk mengelola dan bertanggung jawab secara nyata atas potensi daerah yang dimiliki.

Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh Undang-Undang ini ditentukan menjadi urusan Pemerintah. Kewenangan tersebut tidak berlaku untuk urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan menjadi urusan pemerintah, meliputi politik luar negeri, pertahanan,


(25)

4 keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional serta agama. Dengan adanya sistem otonomi daerah tersebut, mengakibatkan pergeseran orientasi pemerintah dari command and control menjadi berorientasi pada tuntutan dan kebutuhan publik.

Salah satu tujuan diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia dimaksudkan sebagai strategi untuk memperkuat perekonomian daerah dalam rangka memperkokoh perekonomian nasional untuk menghadapi era perdagangan bebas. Tujuan otonomi daerah akan terealisasi apabila segenap lapisan melaksanakannya dengan sungguh-sungguh. Langkah awal untuk merealisasikan keberhasilan tersebut dapat dilakukan dengan perwujudan reformasi sektor publik. Dimensi reformasi sektor publik tersebut tidak hanya sekedar perubahan format lembaga akan tetapi mencakup pembaharuan alat-alat yang digunakan untuk mendukung berjalannya lembaga-lembaga publik tersebut secara ekonomis, efisien, efektif, transparan dan akuntabel sehingga cita-cita reformasi yaitu menciptakan good governance benar-benar tercapai (Mardiasmo, 2009).

Penyerahan tugas pemerintahan harus diikuti dengan penyerahan perangkat, alat perlengkapan, dan sumber pembiayaan. Pemberian tugas harus bersamaan dengan pemberian sumber daya untuk melaksanakan tugas tersebut. Pemberian wewenang melalui desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan menjadi dasar yang membentuk struktur keuangan baru di daerah otonom. Dengan desentralisasi, daerah otonom diberi wewenang untuk mengurusi daerahnya sendiri dengan prakarsa masyarakat. Sumber daya yang


(26)

5 diperoleh oleh daerah otonom dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) (Siregar dan Siregar, 2001:395).

Reformasi sektor publik berarti juga adanya reformasi keuangan daerah. Reformasi keuangan daerah dalam pelaksanaannya akan berdampak juga terhadap reformasi anggaran (budgeting reform) yang meliputi proses penyusunan, pengesahan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran. Saat ini terdapat perhatian yang lebih besar terhadap praktik akuntansi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah, perusahaan milik negara/daerah, dan berbagai organisasi lainnya dibandingkan dengan masa sebelumnya, dari sudut pandang ilmu ekonomi sektor publik dapat dipahami sebagai suatu aktivitas yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik. Sektor publik dipengaruhi oleh banyak faktor, tidak hanya faktor ekonomi, akan tetapi faktor politik, sosial, budaya, dan historis. Beberapa tugas fungsi dapat juga dilakukan sektor swasta, akan tetapi untuk tugas tertentu tidak dapat digantikan oleh sektor swasta.

Anggaran tidak hanya penting bagi perusahaan swasta tetapi juga penting dalam pelaksanaan program-program pemerintah. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial. Dalam organisasi sektor publik, penganggaran merupakan suatu proses politis. Jika pada sektor swasta anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang


(27)

6 tertutup untuk publik, tetapi sebaliknya pada sektor publik anggaran justru harus diinformasikan kepada masyarakat untuk dikritik, didiskusikan dan diberi masukan. Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik (Mardiasmo, 2009:61).

Penyusunan anggaran dalam pemerintahan harus benar-benar memfokuskan tujuannya untuk kesejahteraan masyarakat bukan hanya untuk mewujudkan kepentingan pribadi atau golongan semata. Untuk itulah diperlukan informasi yang benar-benar akurat dalam penyusunan anggaran pemerintah daerah, jangan sampai usulan-usulan yang telah disampaikan oleh masyarakat tidak terakomodasi dalam anggaran, karena seluruh warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan sah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif (Andrianto, 2007:24). Untuk itu, Otonomi daerah jangan sampai menjadikan perpindahan praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme dari pusat ke “pusatnya” daerah. Apabila hal ini terjadi, maka hasilnya akan sama yaitu memperkaya sekelompok orang di ibu kota daerah (Siregar dan Siregar, 2001:402).

Jika pada mulanya, pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) propinsi memerlukan pengesahan Menteri Dalam Negeri dan APBD kabupaten/kota dengan pengesahan Gubernur, maka saat


(28)

7 ini pertanggungjawaban APBD hanya memerlukan pengesahan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) melalui Peraturan Daerah (Perda). Anggaran dalam pemerintahan merupakan dokumen/kontrak politik antara pemerintah dan DPRD untuk masa yang akan datang (Mardiasmo, 2009:68). Melalui sistem ini, bawahan yang bertindak sebagai pelaksana anggarandilibatkan dalam penyusunan anggaran yang yang termasuk sub bagian di dalamnya sehingga mencapai kesepakatan antara atasan sebagai pemegang kuasa anggaran serta bawahan sebagai pelaksana anggaran. Diperlukan manajer yang memiliki kemampuan yang cukup dalam memprediksi masa depan, dengan mempertimbangkan berbagai faktor, yakni faktor lingkungan baik ekternal maupun internal organisasi, partisipasi, dan cara penyusunan yang baik untuk menghasilkan sebuah anggaran yang efektif. Pada saat terciptanya partisipasi dari pelaksana anggaran dan memberi perkiraan yang bias pada pemegang kuasa anggaran inilah muncul senjangan anggaran (budgetary slack).

Begitu pula dalam otonomi daerah yang terbentuk menciptakan kesenjangan dalam penganggaran daerah dimana kesenjangan terjadi antara divisi-divisi yang ada dalam pemerintahan atau antara bawahan dengan atasan. Berdasarkan pada kondisi tersebut di atas, maka kemudian muncullah sistem penganggaran yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja manajer atau bawahan yaitu penganggaran pastisipasi (participatory budgeting). Anggaran partisipatif adalah sebuah proses yang menggambarkan dimana individu-individu terlibat dalam penyusunan anggaran dan mempunyai pengaruh


(29)

8 terhadap target anggaran, dan perlunya penghargaan atas pencapaian anggaran tersebut (Brownell, 1982 dalam Falikhatun, 2007:2). Semakin tinggi keterlibatan individu dalam hal ini manajer tingkat bawah maka semakin tinggi pula rasa tanggung jawab mereka untuk melaksanakan keputusan yang dihasilkan bersama tersebut.

Dalam konsep senjangan anggaran dapat dimulai dari pendekatan teori agensi yang merumuskan pemerintah sebagai agen dan masyarakat dalam hal ini diwakili oleh DPRD diartikan sebagai principal. Adanya hubungan agen dan principal tersebut diharapkan dapat memudahkan proses pengawasan anggaran agar tidak terjadi perilaku perilaku yang disfungsional, karena anggaran dalam pemerintahan merupakan wujud dari pembangunan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.

Terjadinya senjangan anggaran, bawahan cenderung mengajukan anggaran dengan merendahkan pendapatan dan menaikkan biaya dibandingkan dengan perkiraan terbaik yang diajukan sehingga target anggaran dapat mudah dicapai. Peneliti akuntansi menemukan bahwa senjangan anggaran dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk partisipasi bawahan dalam penyusunan anggaran (Yuwono, 1999 dalam Falikhatun, 2007:208).

Penelitian yang berkaitan dengan senjangan anggaran telah menguji berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kecenderungan para manajer untuk menciptakan senjangan anggaran. Pendekatan yang digunakan meliputi penggunaan model keagenan (agency models) untuk menciptakan senjangan


(30)

9 anggaran (Young, 1985), atau dengan menggunakan berbagai faktor kontinjensi (contingency factors) sebagai prediktor adanya senjangan anggaran (Govindarajan, 1986). Meskipun berbagai pendekatan tersebut telah banyak membantu memberikan penjelasan mengenai kecenderungan para manajer untuk menciptakan senjangan anggaran, namun hal tersebut masih menjadi pertanyaan yang belum terjawab.

Adanya hubungan antara partisipasi anggaran dengan prestasi kerja baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini factor anggaran yang memadai dalam suatu organisasi sanagtlah penting, organisasi bertanggungjawab dalam memastikan bahwa karyawan menerima dukungan anggaran yang memadai, dengan kecukupan anggaran diharapkan tidak terjadi senjangan anggaran yang bertujuan untuk kepentingan pribadi saja.

Penelitian yang dilakukan Dunk (1993) menunjukkan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran dapat mengurangi senjangan anggaran. Hal ini terjadi karena bawahan membantu memberikan informasi pribadi tentang prospek masa depan sehinggaanggaran yang disusun menjadi lebih akurat. Sedangkan hasil penelitian Young (1985) berbeda dengan penelitian dilakukan Dunk. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa partisipasi anggaran dan senjangan anggaran mempunyai hubungan positif, yaitu peningkatan partisipasi semakin meningkatkan senjangan anggaran.

Penelitian mengenai hubungan partisipasi anggaran dengan senjangan telah banyak dilakukan. Misalnya Dunk (1993), meneliti pengaruh asimetri informasi dan budget emphasis terhadap hubungan antara partisipasi anggaran


(31)

10 dengan senjangan anggaran. Dalam hipotesisnya Dunk (1993) menyatakan bahwa tidak ada interaksi antara partisipasi anggaran, asimetri informasi dan penekanan anggaran yang berpengaruh terhadap senjangan anggaran. Sedangkan, simpulan yang diperoleh dalam penelitiannya menyatakan bahwa hubungan antara partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran tergantung pada asimetri informasi dan penekanan anggaran.Penelitian mengenai hubungan partisipasi anggaran dengan senjangan telah banyak dilakukan. Falikhatun (2007) dalam penelitiannya menghasilkan bahwa anggaran partisipatif berpengaruh positif signifikan terhadap senjangan anggaran (budgetary slack). Arfan dan Ane (2007) yang dalam penelitiannya menunjukkan bahwa anggaran partisipasi positif dilakukan dengan senjangan anggaran . Selain itu, variabel kecukupan anggaran terpenuhi menjadi murni moderating. Variabel strategik ketidakpastian lingkungan, komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan sebagai kuasi moderating dalam hubungan antara anggaran partisipasi dengan senjangan anggaran.

Penelitian ini dilakukan disamping untuk menguji kembali hubungan antara partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran, juga dipengaruhi oleh faktor kontijensi dengan memasukan variabel moderasi seperti yang dilakukan Dunk (1993) dan Govindarajan (1986) dalam menguji hubungan tersebut. Penelitian ini menggunakan asimetri informasi dan kecukupan anggaran sebagai variabel moderating dalam menguji partisipasi anggaran dan senjangan anggaran.


(32)

11 Proses penyusunan anggaran di Kota Sukabumi melibatkan banyak partisipasi baik dari unsur pemerintah, legislatif maupun masyarakat. Penyusunan anggaran terdiri dari beberapa tahapan mulai dari penetapan skala prioritas program dan kegiatan, Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang), tahap penyusunan anggaran dari masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), penelitian oleh tim anggaran pemerintah daerah (TAPD), pembahasan oleh legislatif dan diakhiri penetapannya oleh legislatif bersama pemerintah daerah.

Proses yang demikian dan penelitian terdahulu masih menunjukkan perbedaan pada hasilnya yang menjadi dasar latar belakang penulisan penelitian ini, maka penulis tertarik melakukan penelitian serupa mengenai pengaruh partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran dengan variabel asimetri informasi dan kecukupan anggaran sebagai variabel moderating di instansi pemerintah daerah Kota Sukabumi.

B. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah partisipasi anggaran berpengaruh signifikan terhadap senjangan anggaran?

2. Apakah interaksi antara partisipasi anggaran dengan asimetri informasiberpengaruh terhadap senjangan anggaran?

3. Apakah interaksi antara partisipasi anggaran dengan kecukupan anggaran berpengaruh terhadap senjangan anggaran?


(33)

12 C. Tujuan Penelitian

Penelitian pengaruh partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran dengan asimetri informasi dan kecukupan anggaran sebagai variabel moderating pada studi di instansi pemerintah daerah bertujuan :

1. Untuk menganalisis pengaruh partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran.

2. Untuk menganalisis pengaruh interaksi partisipasi anggaran dan asimetri informasi terhadap senjangan anggaran.

3. Untuk menganalisis pengaruh interaksi partisipasi anggaran dan kecukupan anggaran terhadap senjangan anggaran.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain: 1. Manfaat teoritis

a. Menambah pengetahuan penulis terhadap masalah yang diteliti.

b. Diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan akuntansi manajemen serta memperkuat penelitian terdahulu. Selain itu juga menjadi tambahan pengetahuan antara teori dengan terapan praktis dalam akuntansi sektor publik. 2. Manfaat praktis

a. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan jajaran manajemen dalam pemerintahan untuk menciptakan anggaran yang efektif dan memberikan masukan dalam aktivitas perencanaan kegiatan pemerintahan.


(34)

13 b. Hasil penelitian ini juga diharapkan mampu menjadi pertimbangan bagi pihak yang terkait dalam proses penyusunan dan pelaksana anggaran, baik pemerintah (eksekutif) sebagai pelaksana, DPRD (legislatif) sebagai pengatur dan yang memberi persetujuan atas penyusunan anggaran, maupun pihak yudikatif sebagai pengawas terhadap pelaksanaan anggaran.

c. Menjadi perhatian bagi masyarakat, guna peningkatan kontribusi dalam proses terciptanya keselarasan dan kesejahteraan bersama melalui pelaksanaan anggaran yang baik.


(35)

14 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur 1. Anggaran

a. Pengertian Anggaran

Mardiasmo (2009:61) mendefinisikan anggaran sebagai pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran. Anthony dan Govindarajan (2006:73) mendefinisikan bahwa anggaran merupakan alat penting untuk perencanaan untuk pengendalian jangka pendek yang efektif dalam organisasi. Suatu anggaran beroperasi biasanya meliputi waktu satu tahun dan menyatakan pendapatan dan beban yang direncanakan untuk tahun tersebut.

Anggaran adalah suatu rencana terinci yang dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif, biasanya dalam satuan uang (perencanaan keuangan) untuk mewujudkan perolehan dan penggunaan sumber-sumber suatu organisasi (Yuwono, dkk, 2005:27). Sedangkan definisi anggaran menurut Hansen dan Mowen (2009: 423) merupakan rencana keuangan untuk masa depan, rencana tersebut diidentifikasi tujuan dan tindakan yang diperlukan untuk mencapainya.

Nafarin (2004:12) mendefinisikan anggaran sebagai suatu rencana keuangan periodik yang disusun berdasarkan program yang telah disahkan.


(36)

15 Anggaran (budget) merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk jangka waktu tertentu. Anggaran merupakan alat manajemen dalam mencapai tujuan. Jadi anggaran bukan tujuan dan tidak dapat menggantikan manajemen.

Berdasarkan dari beberapa definisi anggaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anggaran merupakan suatu alat penting dalam perencanaan dan pengendalian manajemen yang dinyatakan dalam satu ukuran finansial tertentu untuk mencapai tujuan organisasi dalam kurun waktu yang relatif singkat. Atau dapat pula dikatakan anggaran sebagai rencana operasi organisasi yang disusun dalam kurun waktu tertentu sebagai komitmen dalam mencapai tujuan dari organisasi.

b. Karakteristik Anggaran

Anthony dan Govindarajan (2006:73) menyatakan bahwa anggaran memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut :

1) Anggaran mengestimasi potensi laba dari unit bisnis tersebut.

2) Dinyatakan dalam istilah moneter, walaupun jumlah moneter mungkin didukung dengan jumlah non-moneter (contoh: unit yang terjual). 3) Umunya meliputi waktu selama satu tahun. Dalam bisnis-bisnis yang

sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor musiman, mungkin ada dua anggaran pertahun, misalnya perusahaan busana biasanya memiliki anggaran musim gugur dan anggaran musim semi.


(37)

16 4) Merupakan komitmen manajemen, manajer setuju untuk menerima

tanggung jawab atas pencapaian tujuan-tujuan anggaran.

5) Usulan anggaran ditinjau dan disetujui oleh pejabat yang lebih tinggi wewenangnya dari pembuat anggaran.

6) Setelah setuju, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi-kondisi tertentu.

7) Secara berkala, kinerja keuangan aktual dibandingkan dengan anggaran, dan varians dianalisis serta dijelaskan.

Berdasarkan karakteristik anggaran yang disebutkan di atas, maka dapat diambil simpulan bahwa anggaran memiliki sifat khas tertentu dengan mengukur anggaran dalam satuan keuangan maupun non-keuangan, yang dibuat oleh manajemen sebagai bentuk komitmen dalam pencapaian tujuan organisasi yang umumnya mencakup jangka waktu satu tahun. Anggaran merupakan alat manajemen dalam melakukan perkiraan penggunaan dana dengan efektif dan efisien yang mempertimbangkan alternatif-alternatif tertentu bagi kebaikan dan keuntungan organisasi. c. Tujuan dan Manfaat Anggaran

Menurut Anthony dan Govindarajan (2006:75-76) anggaran operasi mempunyai empat tujuan utama sebagai berikut :

1) Untuk menyesuaikan rencana strategis;

2) Untuk membantu mengkoordinasikan aktivitas dari beberapa bagian organisasi;


(38)

17 3) Untuk menugaskan tanggung jawab kepada manajer, untuk mengotorisasi jumlah yang berwenang yang mereka gunakan, dan untuk menginformasikan kepada mereka mengenai kinerja yang diharapkan dari mereka;

4) Untuk memperoleh komitmen yang merupaan dasar untuk mengevaluasi kinerja aktual manajer.

Menurut Hansen dan Mowen (2009:424) suatu sistem penganggaran memberikan beberapa manfaat untuk suatu organisasi:

1) Memaksa para manajer untuk melakukan perencanaan, anggaran mendorong para manajer untuk mengembangkan arah organisasi secara menyeluruh, mengantisipasi masalah, dan mengembangkan kebijakan untuk masa depan;

2) Menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk memperbaiki keputusan;

3) Anggaran memberikan standar yang dapat mengendalikan penggunaan berbagai sumber daya perusahaan dan memotivasi karyawan;

4) Anggaran juga membantu komunikasi dan koordinasi, agar semua uni dalam organisasi dapat menyadari perannya dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.

Sedangkan menurut Nafarin (2004:16) selain mempunyai manfaat, anggaran juga memiliki kelemahan, antara lain:


(39)

18 1) Anggaran dibuat berdasarkan taksiran dan asumsi, sehingga

mengandung unsur ketidakpastian;

2) Menyusun anggaran yang cermat memerlukan waktu, uang dan tenaga yang tidak sedikit, sehingga tidak semua perusahaan mampu menyusun anggaran yang lengkap (komprehensif) dan akurat;

3) Bagi pihak yang merasa dipaksa untuk melaksanakan anggaran dapat menggerutu dan menentang, sehingga pelaksanaan anggaran dapat menjadi kurang efektif.

Berdasarkan uraian mengenai tujuan dan manfaat anggaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa manfaat utama dari anggaran adalah sebagai pengendalian manajemen dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Anggaran dapat dijadikan standar untuk mengukur prestasi, mengordinasikan, menghubungkan, dan mengintegrasikan rencana operasional organisasi dalam pencapaian target dengan pelaksanaan yang efektif dan efisien.

2. Anggaran Sektor Publik

a. Pengertian Anggaran Sektor Publik

Menurut National Committee on Governmental Accounting (NCGA), saat ini Governmental Accounting Standarts Board (GASB), definisi anggaran (budget) sebagai berikut :

“…. Rencana operasi keuangan, yang mencakup estimasi pengeluaran yang diusulkan, dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya dalam periode waktu tertentu.”


(40)

19 Menurut PSAP 01-2 paragraf 8 mendefinisikan anggaran sebagai :

"…pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode”.

Berkaitan dengan penelitian ini adalah mengenai akuntansi sektor publik, maka anggaranpun di bahas dalam lingkup sektor publik. Dimana pembuatan anggaran sektor publik, terutama pemerintahan, merupakan suatu proses yang cukup rumit dan mengandung muatan politis yang cukup signifikan. Bagi organisasi sektor publik seperti pemerintah, anggaran tidak hanya sebuah rencana tahunan tetapi juga merupakan bentuk akuntabilitas atas pengelolaan dana publik yang dibebankan kepadanya (Nordiawan, dkk, 2009). Anggaran sektor publik merupakan instrument akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai oleh uang publik (Mardiasmo, 2009:61). Anggaran pemerintah menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang tertuang dalam kerangka konseptual akuntansi pemerintahan Paragraf 13 merupakan :

“…dokumen formal hasil kesepakatan antara eksekutif dan legislative tentang belanja yang ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan pemerintah dan pendapatan yang diharapkan untuk menutup keperluan belanja tersebut atau pembiayaan yang diperlukan apabila diperkirakan akan terjadi defisit atau surplus”.

Pembahasan mengenai definisi anggaran sektor publik di atas disimpulkan bahwa anggaran sektor publik merupakan rencana keuangan


(41)

20 yang menjadi alat perencanaan dan pengendalian mengenai estimasi pengeluaran dan pendapatan dalam periode tertentu untuk kepentingan publik (kesejahteraan masyarakat), anggaran juga mengkoordinasikan aktivitas belanja pemerintah dan memberi landasan bagi upaya perolehan pendapatan dan pembiayaan oleh pemerintah untuk suatu periode tertentuyang biasanya mencakup periode tahunan. Namun tidak menutup kemungkinan disiapkan anggaran untuk jangka waktu lebih atau kurang dari setahun (SAP KK-4 Paragraf 13, 2005).

b. Karakteristik Anggaran Sektor Publik

Untuk memperoleh konsep yang lebih jelas mengenai anggaran sektor publik, berikut karakteristik anggaran yang dikemukakan Sumarsono (2010:48):

1) Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan;

2) Anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu, satu atau beberapa tahun;

3) Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran;

4) Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari penyusun anggaran;

5) Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah di bawah kondisi tertentu.


(42)

21 Karakteristik anggaran sector publik sebenarnya tidak jauh berbeda dengan anggaran secara konvensional yaitu mengukur anggaran dalam satuan keuangan maupun non-keuangan, yang dibuat oleh manajemen sebagai bentuk komitmen dalam pencapaian tujuan organisasi yang umumnya mencakup jangka waktu satu tahun.

c. Prinsip Anggaran Sektor Publik

Prinsip-prinsip di dalam anggaran sektor publik meliputi : 1) Otoritas oleh Legislatif

Anggaran publik harus mendapatkan otoritas dari legislatif terlebih dahulu sebelum eksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut. 2) Komprehensif

Anggaran harus menunjukan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Oleh karena itu, adanya dana non-budgetair pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang bersifat komprehensif.

3) Keutuhan Anggaran

Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana umum.

4) Nondiscretionary appropriation

Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan secara ekonomis, efisien, dan efektif.

5) Periodik

Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, bisa bersifat tahunan maupun multi tahunan.


(43)

22 6) Akurat

Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi, yang dapat dijadikan sebagai kantong-kantong pemborosan dan in-efisience anggaran serta dapat mengakibatkan munculnya underestimate pendapatn dan over-estimate pengeluaran. 7) Jelas

Anggaran hendaknya sederhana, dapat difahami masyarakat dan tidak membingungkan.

8) Diketahui Publik

Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.

Prinsip-prinsip di atas menyatakan bahwa anggaran harus menunjukan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang terhimpun dalam dana umum yang harus termanfaatkan secara ekonomis, efisien, dan efektif serta harus diinformasikan kepada masyarkat luas.

d. Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik

Menurut Mardiasmo (2009:66-67) Anggaran sektor publik dibagai menjadi dua, yaitu:

1) Anggaran Operasional

Anggaran operasional digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan pemerintahan. Pengeluaran pemerintah yang dapat dikategorikan dalam anggaran operasional adalah belanja rutin.


(44)

23 Belanja rutin (recurrent expenditure) adalah pengeluaran yang manfaatnya hanya untuk satu tahun anggaran dan tidak dapat menambah aset atau kekayaan bagi pemerintah. Secara umum, pengeluaran yang masuk kategori anggaran operasional antara lain; belanja administrasi umum dan belanja operasi dan pemeliharaan.

2) Anggaran Modal

Anggaran modal menunjukkan rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas aktiva tetap seperti gedung, peralatan, kendaraan, perabot dan sebagainya. Pengeluaran modal yang besar biasanya dilakukan dengan menggunakan pinjaman. Belanja investasi/modal adalah pengeluaran yang manfaatnya cenderung melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan pemerintah dan selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk biaya operasional dan pemeliharaannya. Anggaran dibagi menjadi dua jenis yaitu anggaran operasional atau anggaran rutin karena sifatnya pengeluaran yang berulang untuk kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan pemerintahan dan anggaran modal yang menunjukan rencana jangka panjangdan pembelanjaan aktiva tetap.

e. Fungsi dan Tujuan Anggaran Sektor Publik

Fungsi anggaran di lingkungan pemerintah mempunyai pengaruh penting dalam akuntansi dan pelaporan keuangan, antara lain karena (SAP KK-4 Paragraf 13, 2005) :


(45)

24 1) Anggaran merupakan pernyataan kebijakan publik.

2) Anggaran merupakan target fiskal yang menggambarkan keseimbangan antara belanja, pendapatan, dan pembiayaan yang diinginkan.

3) Anggaran menjadi landasan pengendalian yang memiliki konsekuensi hukum.

4) Anggaran memberi landasan penilaian kinerja pemerintah.

5) Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan pemerintah sebagai pernyataan pertanggungjawab pemerintah kepada publik.

Sedangkan menurut Mardiasmo (2009:63-66) anggaran sektor publik memiliki beberapa fungsi utama, yaitu:

1) Anggaran Sebagai Alat Perencanaan (Planning Tool).

Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan, dan hasil apa yang diperoleh dari belanja pemerintah tersebut. Anggaran sebagai alat perencanaan digunakan juga untuk merumuskan tujuan dan sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi misi, merencanakan program dan kegiatan serta alternatif sumber pembiayaannya, mengalokasikan dana pada program yang telah disusun, menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategi.


(46)

25 2) Anggaran Sebagai Alat Pengendalian (Control Tool)

Anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggung jawabkan kepada publik. Tanpa anggaran, pemerintah tidak dapat mengendalikan pemborosan-pemborosan pengeluaran. Anggaran sebagai instrumen kontrol digunakan untuk menghindari adanya over spending, underspending dan salah sasaran (misappropriation) dalam alokasi pada bidang yang bukan prioritas. 3) Anggaran Sebagai Alat Koordinasi Dan Komunikasi (Coordination

And Communication Tool)

Anggaran publik merupakan alat koordinasi antar bagian dalam pemerintahan, sehingga mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja dalam pencapaian tujuan organisasi serta berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam lingkungan eksekutif dan dikomunikasikan ke seluruh bagian untuk dilaksanakan.

4) Anggaran Merupakan Alat Penilaian Kinerja (Performance Measurement Tool)

Anggaran merupakan wujud komitmen dari budget holder (eksekutif) kepada pemberi wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi


(47)

26 pelaksanaan anggaran. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendali dan penilaian kinerja yang efektif.

5) Anggaran Merupakan Alat Kebijakan Fiskal (Fiscal Tool)

Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi karena melalui anggaran tersebut dapat diketahui arah kebijakan fiskal pemerintah sehingga dapat dilakukan prediksi dan estimasi ekonomi. Anggaran juga bermanfaat untuk mendorong, memfasilitasi, dang mengkoordinasi kegiatan ekonomi masyarakat untum mempercepat ekonomi.

6) Anggaran Sebagai Alat Motivasi (Motivation Tool)

Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam pencapaian target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Penetapan target anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat dipenuhi, namun tidak juga terlalu rendah sehingga terlalu mudah dicapai.

7) Anggaran Merupakan Alat Politik (Political Fiscal)

Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dan kebutuhan keuangan terhadap prioritas tersebut. Pada sektor publik, anggaran merupakan dokumen politik sebagai bentuk komitmen


(48)

27 eksekutif dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana publik untuk kepentingan tertentu.

8) Anggaran Sebagai Alat Untuk Menciptakan Ruang Publik (Publik Sphere)

Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh kabinet, birokrat dan DPRD. Masyarakat, LSM, dan berbagai organisasi kemasyarakatan harus terlibat dalam proses penganggaran publik. Kelompok masyarakat yang terorganisir akan mencoba mempengaruhi anggaran pemerintah untuk kepentingan mereka. Kelompok masyarakat yang tidak terorganisir akan mempercayakan aspirasinya melalui proses politik sehinggaakan dengan mudah dan tidak berdaya mengikuti tindakan pemerintah. Jika tidak ada alat untuk menyampaikan aspirasi mereka, maka akan terjadi tindakan massa yang tidak diinginkan. Tujuan anggaran sektor publik dirumuskan sebagai alat akuntabilitas, alat manajemen dan instrumen kebijakan ekonomi, proses akhir penyusunan anggaran merupakan hasil persetujuan politik, sehingga tujuan pengeluaran sebaiknya disetujui oleh para legislator dan pihak unit kerja pemerintah akan menjadi pelaksana pengelolaan dana dan program (Bastian. 2001:81).

Uraian di atas menyatakan bahwa anggaran sektor publik memiliki tujuan selain sebagai alat perencanaan dan pengendalian juga sebagi alat


(49)

28 kebijakan dan penilaian kinerja yang dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi dalam pelaksanaan anggaran.

f. Proses Penyusunan Anggaran

Penyusunan dan pelaksanaan anggaran tahunan merupakan rangkaian proses anggaran. Proses penyusunanan anggaran mempunyai empat tujuan (Mardiasmo, 2009: 68), yaitu :

1) Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi antarbagian dalam lingkungan pemerintah.

2) Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa publik melalui proses pemrioritasan.

3) Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.

4) Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada DPR/DPRD dan masyarakat luas.

Sedangkan faktor dominan yang terdapat dalam proses penganggaran adalah :

1) Tujuan dan target yang hendak dicapai.

2) Ketersediaan sumber daya (faktor-faktor produksi yang dimiliki pemerintah).


(50)

29 4) Faktor-faktor lain yang mempengaruhi anggaran, seperti munculnya peraturan pemerintah yang baru, fluktuasi pasar, perubahan sosial dan politik, bencana alam dan sebagainya.

Penyusunan anggaran sektor publik pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan sektor swasta. Penyusunan anggaran sektor publik terdiri atas empat tahapan (Mardiasmo, 2009: 69-73) yaitu :

1) Tahap Persiapan Anggaran

Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan yang tersedia. Terkait dengan masalah tersebut, yang perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiran pengeluaran hendaknya terlebih dahulu dilakukan penaksiran pendapatan secara lebih akurat.

Di Indonesia, proses perencanaan APBD dengan paradigma baru menekankan pada pendekatan bottom up planning dengan tetap mengacu pada arah kebijakan pembangunan pemerintah pusat. Arah kebijakan pembangunan pemerintah pusat tertuang dalam dokumen perencanaan berupa program Pembangunan Nasional (PROPENAS), Rencana Strategis (RENSTRA) dan Rencana Pembangunan Tahunan (REPETA).Sementara itu, ditingkat daerah (Propinsi dan kabupaten/kota) berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah No.108 tahun 2000 pemerintah daerah disyaratkan untuk membuat dokumen perencanaan daerah yang terdiri atas RENSTRADA, yang isinya diupayakan tidak menyimpang dari PROPENAS dan RENSTRA pemerintah pusat. Rincian RENSTRADA


(51)

30 untuk setiap tahunnya akan digunakan sebagai masukan dalam penyusunan REPETADA dan APBD.

2) Tahap Ratifikasi

Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit dan berat. Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki managerial skill namun juga harus mempunyai politicalskill, salesmanship dan coalition building yang memadai.

Hal tersebut penting karena dalam tahap ini pimpinan eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk menjawab dan memberikan argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan-pertanyaan dan bantahan-bantahan dari pihak legislatif.

3) Tahap Implementasi (Budget Implementation)

Setelah anggaran disetujui oleh legislatif, tahap berikutnya adalah pelaksanaan anggaran. Dalam tahap pelaksanaan anggaran, hal terpenting yang harus diperhatikan oleh manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem (informasi) akuntansi dan sistem pengendalian manajemen. Manajer keuangan publik dalam hal ini bertanggung jawab untuk menciptakan sistem akuntansi yang memadai dan handal untuk perencanaan dan pengendalian anggaran yang telah disepakati dan bahkan daapt diandalkan untuk tahap penyusunan anggaran periode berikutnya. Sistem akuntansi yang baik meliputi pula dibuatnya sistem pengendalian internal yang memadai.


(52)

31 Tahap persiapan, ratifikasi dan implementasi anggaran terkait dengan aspek operasional anggaran, sedangkan tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik, maka diharapkan tahap budget reporting and evaluation tidak akan menemui banyak masalah.

Prinsip penyusunan anggaran (APBD/APBN) di Indonesia pada umumnya sama (Bastian, 2001:81), yakni:

1) Prinsip anggaran yang berimbang dan dinamis, yang harus mencerminkan keseimbangan antara penerimaan dan pengeluaran; 2) Prinsip disiplin anggaran. Setiap dinas Instansi/Dinas/Lembaga/Satuan

Kerja hendaknya menggunakan secara efisien, tepat guna serta tepat waktu dalam mempertanggungjawabkannya;

3) Prinsip kemandirian, dengan mengupayakan peningkatan sumber-sumber pendapatan sesuai dengan potensi dalam rangka mengurangi ketergantungan kepada organisasi lain, dalam hal ini adalah desentralisasi melalui otonomi daerah pemerintah pusat kepada pemerintah daerah;

4) Prinsip prioritas dalam pembangunan daerah.

5) Prinsip efisiensi dan efektifitas anggaran, dengan menyediakan pembiayaan dan penghematan yang mengarah pada skala prioritas. Dalam penyusunan anggaran harus ada seseorang yang bertanggungjawab untuk mengarahkan dan mengoordinasikan seluruh proses penganggaran


(53)

32 organisasi yang bekerja di bawah arahan tim anggaran. Penyusunan anggaran dalam suatu organisasi biasanya dikoordinasi oleh tim anggaran dan departemen anggaran. Tim anggaran anggotanya terdiri atas manajer divisi dan manajer lainnya yang melaksanakan fungsi-fungsi pokok kegiatan suatu organisasi atau unit organisasi. Tim anggaran berperan dalam pemeriksaan, memberikan tujuan dan tuntutan kebijakan, mengasistensi unit-unit penyusun anggaran, menyelesaikan berbagai konflik anggaran, menyetujui anggaran final sebelum disetujui dewan komisaris, serta memonitor kerja aktual dari pelaksanaan anggaran (Yuwono, dkk, 2005:34).

Jadi, proses penyusunan anggaran sektorpublik tidak jauh berbeda dengan sektor swasta, dimulai dari tahap persiapan, ratifikasi, implementasi, hingga pelaporan dan evaluasi yang disusun oleh tim anggaran untuk melaksanakan tujuan organisasi.

3. Partisipasi Anggaran

Hansen dan Mowen (2009:448) menjelaskan partisipasi anggaran memungkinkan para manajer tingkat bawah untuk turut serta dalam pembuatan anggaran daripada membebankan anggaran kepada para manjer tingkat bawah. Partisipasi anggaran mengkomunikasikan rasa tanggungjawab kepada para manajer tingkat bawah dan mendorong kreativitas, karena adanya keterlibatan manajer tingkat bawah dalam pembuatan anggaran, tujuan anggaran akan lebih menjadi tujuan pribadi para manajer yang akan menghasilkan kesesuaian tujuan yang lebih besar. Peningkatan tanggung


(54)

33 jawab dan tantangan inheren dalam proses tersebut akan memberikan insentof non-uang yang mengarah pada tingkat yang lebih tinggi.

Anthony dan Govindarajan (2006:86) menjelaskan bahwa partisipasi anggaran sebagai salah satu tujuan dari sistem pengendalian manajemen akan mendorong manajer agar lebih efektif dan efisien dalam mencapai cita-cita organisasi. Brownell (1982) dalam Falikhatun (2007:2) mengatakan bahwa partisipasi penganggaran merupakan suatu proses dimana individu-individu terlibat langsung di dalamnya dan mempunyai pengaruh pada penyusunan target anggaran yang kinerjanya akan dievaluasi dan kemungkinan akan dihargai atas dasar pencapaian target anggaran mereka. Teori keagenan telah digunakan untuk menjelaskan partisipasi anggaran.

Hasil yang diharapkan oleh principal dalam hal ini adalah pihak pemerintah dapat ditingkatkan melalui perolehan informasi terhadap agen (masyarakat yang diwakili oleh DPRD) sebelum proses penyusunan anggaran. Dari proses partisipasi dalam penyusunan anggaran, pemerintah akan memperoleh kesempatan mendapatkan informasi dari masyarakat yang dapat disampaikan secara lebih akurat berupa informasi lokal yang berguna sebagai standar yang dapat memberikan keuntungan dalam pengukuran kinerja.

Proses penganggaran pada umumnya mempunyai tiga pendekatan yaitu, pendekatan dari atas ke bawah (top-down) yang menyatakan eksekutif perusahaan menentukan jumlah anggaran dan kemudian menekankan jumlah tersebut pada tingkat-tingkat yang lebih bawah, kelemahan sistem ini dirasakan oleh manajer yang lebih rendah sebagai pemaksaan yang tidak


(55)

34 realistis oleh orang-orang yang tidak langsung bersentuhan dengan aktivitas bisnis. Pendekatan kedua adalah bawah-atas (bottom up), dimana manajer yang lebih rendah yang menentukan anggaran sehingga kelemahannya sering mengabaikan eksekutif. Sistem ketiga adalah partisipasi atau pendekatan menerima dan memberi, dengan manajer pada berbagai tingkatan berunding untuk mencapai anggaran yang memuaskan semua pihak.

Adapun karakteristik dari pertisipasi dalam penyusunan anggaran dapat dilihat dari beberapa faktor Sumarno (2005:203), yaitu :

a. Pengaruh yang besar dalam partisipasi pengukuran anggaran b. Pengaruh dalam revisi penyusunan anggaran

c. Pengaruh mengenai pendapat/usulan dalam penetapan anggaran d. Keyakinan dalam memutuskan suatu anggaran

e. Pentingnya kontribusi usulan atau pemikiran dalam penyusunan anggaran f. Keikutsertaan dalam kegiatan penyusunan anggaran

Dari beberapa definisi mengenai partisipasi anggaran maka disimpulkan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran adalah seberapa jauh keterlibatan dan pengaruh individu dalam proses penyusunan anggaran. Maka proses anggaran secara partisipasi sangat dibutuhkan. Dengan adanya penyusunan anggaran secara partisipasi dapat terjadi pertukaran informasi baik antara atasan dengan bawahan maupun level manajemen yang sama. a. Dampak Positif dalam Partisipasi Anggaran

Patisipasi anggaran mempunyai dampak positif terhadap motivasi manajerial (Anthony dan Govindarajan, 2007:87), yaitu:


(56)

35 1) Komitmen pribadi yang lebih besar untuk mencapai cita-cita, yang disebabkan kemungkinan ada penerimaan yang lebih besar atas cita-cita anggaran apabila berada dalam kendali manajer, dibandingkan bila dipaksa secara eksternal.

2) Besar anggaran yang telah disetujui merupakan hasil keahlian dan pengetahuan pribadi pembuat anggaran. Pertukaran informasi yang efektif akan meningkatkan pemahaman yang lebih jelas mengenai pekerjaan mereka melalui interaksi dengan atasan selama fase peninjauan dan persetujuan.

3) Penyusunan anggaran partisipatif sangat menguntungkan bagi lingkungan yang dinamis dan tidak pasti, karena manajer atas pusat pertanggungjawaban memiliki informasi terbaik mengenai variabel yang memengaruhi pendapatan dan beban.

b. Dampak Negatif dalam Partisipasi Anggaran

Anggaran partisipatif juga memiliki tiga dampak negatif yang berpotensi menimbulkan masalah (Hansen dan Mowen, 2009:448-449), yaitu:

1) Menetapkan standar yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

Beberapa manajer senderung menyiapkan anggaran yang terlalu tinggi atau terlalu ketat. Jika tujuan terlalu mudah dicapai, seorang manajer bisa kehilangan minat dan kinerjanya bisa menurun. Persiapan anggaran yang terlalu ketat dapat memastikan kegagalan dalam


(57)

36 pencapaian standar. Sebaiknya para manajer dalam partisipasi anggaran menetapkan tujuan yang tinggi, tetapi dapat dicapai.

2) Membuat kelonggaran dalam anggaran (sering disebut sebagai menutupi anggaran)

Kelonggaran anggaran atau budgetary slack atau menutup anggaran (padding the budget) munsul ketika seorang manajer memperkirakan pendapatan rendah atau mingggikan biaya dengan sengaja untuk menurunkan resiko yang dihadapi manajer.

3) Partisipasi semu

Partisipasi anggaran muncul ketika manajer puncak menerapkan pengendalian jumlah atau proses penganggaran sehingga hanya mencari partipasi palsu dari manajer tingkat bawah (partisipasi semu). Dalam hal ini manajemen puncak hanya mendapatkan persetujuan formal anggaran dari para manajer tingkat bawah, yang berakibat manfaat dari partisipasi anggaran ini tidak akan didapat.

Partisipasi anggaran memeiliki dampak positif yaitu dengan adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran tidak hanya dari atasan tetapi bawahanpun turut dilibatkan dalam proses penyusunannya karena pertukaran informasi yang efektif akan meningkatkan pemahaman yang lebih jelas mengenai pekerjaan yang dilakukan. Akan tetapi partisipasi dalam penganggaran juga menimbulkan dampak negatif salah satunya adalah adanya


(58)

37 partipasi palsu/semudari manajer tingkat bawah hanya untuk emndapatkan persetujuan formal dari atasan sehingga partispasi yang diharapkan tidak tercapai.

4. Asimetri Informasi

Anthony dan Govindarajan (2006:270) menyatakan bahwa asimetri informasi muncul dalam situasi ketika pemilik/atasan tidak memiliki informasi yang mencukupi mengenai kinerja agen/bawahan, sehingga pemilik/atasan tidak dapat menentukan secara pasti bagaimana usaha agen memberikan kontribusi pada hasil aktual perusahaan. Atasan mungkin mempunyai pengetahuan yang lebih daripada bawahan mengenai unit tanggung jawab bawahan, maupun sebaliknya.

Bila kemungkinan yang pertama terjadi, akan muncul tuntutan yang lebih besar dari atasan kepada bawahan mengenai pencapaian target anggaran yang menurut bawahan terlalu tinggi. Namun bila kemungkinan yang kedua terjadi, bawahan akan menyatakan target lebih rendah daripada yang dimungkinkan untuk dicapai. Keadaan dimana salah satu pihak mempunyai pengetahuan lebih daripada yang lainnya terhadap sesuatu hal disebut asimetri informasi.Dari Dunk (1993) asimetri informasi diukur dengan beberapa faktor, yaitu:

a. Informasi yang dimiliki bawahan dibandingkan dengan atasan b. Hubungan input-output yang ada dalam operasi internal c. Kinerja potensial


(59)

38 d. Teknis pekerjaan

e. Mampu menilai dampak potensial f. Pencapaian bidang kegiatan

Shields dan Young (1993) dalam Falikhatun (2007:7) mengemukakan beberapa kondisi perusahaan yang memungkinkan terjadinya informasi asimetri, yaitu:

a. perusahaan yang sangat besar

b. mempunyai penyebaran secara geografis c. memiliki produk yang beragam

d. membutuhkan tekhnologi

Disimpulkan bahwa asimetri informasi adalah suatu kondisi dimana agen/bawahan memiliki informasi yang lebih dibandingan dengan pemilik/atasan.

5. Kecukupan Anggaran

Kecukupan anggaran menjadi sebagai variabel pemoderasi antara partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran, dimana menurut Nouri dan Perker, (1998) dalam Sofian Sugioko (2008:185) kecukupan anggaran (budget adequacy) merupakan berdasar persepsi individu masing-masing pejabat struktural pusat pertanggungjawaban bahwa sumber-sumber yang dianggarkan untuk masing-masing unit organisasinya mencukupi untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuannya, karena keberhasilan individu maupun organisasi tergantung pada keadaan dimana bawahan dapat menerima dukungan anggaran yang memadai.


(60)

39 Adapun kecukupan anggaran menurut Nouri dan Parker (1998) dalam Widi Hariyanti (2002:16) adalah tingkatan dimana seseorang merasa bahwa sumber-sumber anggarannya cukup atau memadai untuk memenuhi syarat-syarat dalam bidang pekerjaannya, dimana para bawahan memiliki informasi yang berpengaruh tentang tingkatan dukungan anggaran yang dikehendaki untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan mereka.

Blumberg dan Pringle (1982) dalam Widi Hariyanti (2002:16) menulis bahwa prestasi seseorang merupakan fungsi dari tiga dimensi kritis yaitu kemauan, kapasitas, dan kesempatan. Kemauan mengacu pada motivasi yang berhubungan dengan pengaruh anggaran dalam penyelesaian pekerjaansedangkan kapasitas mengacu pada tingkat kemampuan untuk tercapainya tujuan dengan anggaran yang tersedia, keahliann dan energi seseorang, dan kesempatan mengacu pada keyakinan penyelesaian tugas dengan anggaran yang tersedia dengan faktor lingkungan yang berkaitan dengan pekerjaan yang memudahkan atau mengganggu prestasi, misalnya perlengkapan, persediaan, tindakan rekan sekerja, dan kebijaksanaan organisasi.

Sedangkan Peter dkk (1980) dalam Widi Haryanti (2002:17) menggambarkan bahwa faktor situasional dapat memudahkan atau mengganggu kinerja manajer, dan faktor situasional tersebut diidentifikasikan sebagai kecukupan anggaran, yang digambarkan bahwa kecukupan anggaran yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan adalah sumber-sumber keuangan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan tersebut.


(61)

40 Widi Haryanti (2002:17) menjelaskan bahwa konsep kecukupan anggaran berbeda dengan senjangan anggaran, seperti yang ditulis oleh Young (1985) bahwa senjangan anggaran terjadi dimana bawahan dengan sengaja membuat syarat-syarat yang berlebihan ke dalam penetapan anggaran, dengan kata lain senjangan anggaran memerlukan dua komponen yaitu sumber anggaran yang berlebihan dan hasil-hasil bias dalam peramalan yang dimiliki. Sedangkan kecukupan anggaran tidak memerlukan adanya sumber-sumber yang berlebihan atau peramalan anggaran yang penuh dengan bias.

Hubungan antara partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran kemungkinan juga dapat dipengaruhi oleh persepsi individu pejabat struktural mengenai kecukupan anggaran. Para pejabat struktural pusat pertanggungjawaban mungkin memiliki informasi yang lebih unggul mengenai level anggaran yang mencukupi untuk melaksanakan aktivitas-aktivitasnya dibanding dengan atasannya. Oleh karena itu kecukupan anggaran mempengaruhi partisipasi para pejabat struktural pusat pertanggungjawabandalam menciptakan senjangan anggaran.

Dengan demikian, simpulan yang dapat diambil dari uraian di atas adalah bahwa kecukupan anggaran merupakan persepsi individu masing-masing mengenai besarnya sumber daya yang ada dalam mencukupi segala aktivitas yang dilakukan demi tercapainya tujuan tertentu.

6. Senjangan Anggaran

Menurut Anthony dan Govindarajan, (2006:85) budgetary slack adalah perbedaan jumlah anggaran yang diajukan oleh bawahandengan jumlah


(62)

41 estimasi yang terbaik dari organisasi. Hansen dan Mowen (2009:448) menyatakan bahwa senjangan anggaran muncul ketika seorang manajer memperkirakan pendapatan rendah atau meningkatkan biaya dengan sengaja. Adapun definisi senjangan anggaran menurut Douglas and Wier (2000; 267) dalam G. Ozer dan E. Yilmaz (2011:3)

“… The difference between planned performance targets and real performance capabilities is budgetary slack”.

Maksud dari definisi senjangan anggaran tersebut adalah bahwa apabila terjadi perbedaan antara target anggaran yang telah direncanakan dengan kemampuan sesungguhnya merupakan senjangan dalam anggaran.

Definisi mengenai senjangan anggaran (budgetary slack) menurut Young (1985:831)

“ ….budgetary slack is defined as the amount by which a subordinate understates his productive capability when given a chance to select a work standard against whisch his performance will be evaluated” Definisi di atas menerangkan senjangan anggaran adalah sebagai tindakan bawahan yang mengecilkan kapabilitas produktifnya ketika dia diberi kesempatan untuk menentukan standar kerjanya. Artinya ketika bawahan diberi kesempatan untuk menentukan standar kerjanya, bawahan cenderung mengecilkan kapabilitas produktifnya.

Menurut (Dunk, 1993; Waller, 1988) dalam Fitri (2007:1016) bahwa bawahan akan menyembunyikan informasi pribadi untuk menciptakan budget yang mudah dicapai, untuk meningkatkan kemungkinan keuntungan dari evaluasi kinerja. Adapun Hermanto (2003) dalam Falikhatun (2007:2) menyatakan tiga alasan utama manajer melakukan budgetary slack :


(63)

42

a. orang-orang selalu percaya bahwa hasil pekerjaan mereka akan terlihat

bagus di mata atasan jika mereka dapat mencapai anggarannya;

b. budgetary slack selalu digunakan untuk mengatasi kondisi ketidakpastian,

jika tidak ada kejadian yang tidak terduga, yang terjadi manajer tersebut dapat melampaui/mencapai anggarannya;

c. rencana anggaran selalu dipotong dalam proses pengalokasian sumber

daya.

Penjelasan konsep senjangan anggaran dapat dimulai dari pendekatan agency theory. Praktik senjangan anggaran dalam perspektif agency theory dipengaruhi oleh adanya konflik kepentingan antara agen (manajemen) dan pricipal yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya (Latuheru, 2005:26).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa senjangan anggarann merupakan perbedaan antara anggaran yang telah direncanakan dengan pelaksanaan sesungguhnya yang umunya sengaja dilakukan untuk kepentingan pribadi dari pelaksana anggaran tersebut.


(1)

144

Inter-Item Correlation Matrix

SA1 SA2 SA3 SA4 SA5 SA6

SA1 1.000 .379 .258 .401 .264 .235

SA2 .379 1.000 .110 .307 .253 .219

SA3 .258 .110 1.000 .269 .341 .310

SA4 .401 .307 .269 1.000 .422 .217

SA5 .264 .253 .341 .422 1.000 .429

SA6 .235 .219 .310 .217 .429 1.000

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

SA1 19.06 7.726 .464 .260 .672

SA2 19.22 7.986 .371 .193 .697

SA3 19.65 7.595 .390 .183 .693

SA4 19.79 7.062 .493 .289 .661

SA5 19.48 6.841 .538 .325 .645

SA6 19.43 7.401 .430 .231 .681

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(2)

145

HASIL UJI ASUMSI KLASIK

1.

HASIL UJI MULTIKOLONIERITAS

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics B Std. Error Beta

Toleranc

e VIF

1 (Constant) 14.305 2.741 5.220 .000

TPA .410 .084 .470 4.866 .000 .995 1.005

TAI .151 .145 .177 1.040 .301 .319 3.138

TKA -.172 .154 -.190 -1.116 .268 .319 3.139

a. Dependent Variable: TSA

Coefficient Correlationsa

Model TKA TPA TAI

1 Correlations TKA 1.000 .066 -.825

TPA .066 1.000 -.063

TAI -.825 -.063 1.000

Covariances TKA .024 .001 -.018

TPA .001 .007 -.001

TAI -.018 -.001 .021

a. Dependent Variable: TSA


(3)

146


(4)

147

HASIL UJI REGRESI BERGANDA

1.

Hasil Uji Regresi Partisipasi Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran

Regression

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 TPAa . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: TSA

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .477a .228 .218 2.813

a. Predictors: (Constant), TPA b. Dependent Variable: TSA

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 195.973 1 195.973 24.758 .000a

Residual 664.911 84 7.916

Total 860.884 85

a. Predictors: (Constant), TPA b. Dependent Variable: TSA

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 13.756 1.947 7.065 .000

TPA .416 .084 .477 4.976 .000


(5)

148

2.

Interaksi antara Partisipasi Anggaran (X1) dengan Asimetri Informasi (X2)

terhadap Senjangan Anggaran (Y)

Regression

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 moderat1, TPA,

TAI

. Enter a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: TSA

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .479a .229 .201 2.845

a. Predictors: (Constant), moderat1, TPA, TAI b. Dependent Variable: TSA

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 197.380 3 65.793 8.131 .000a

Residual 663.503 82 8.092

Total 860.884 85

a. Predictors: (Constant), moderat1, TPA, TAI b. Dependent Variable: TSA

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 17.769 12.426 1.430 .157

TPA .231 .518 .265 .446 .656

TAI -.186 .570 -.218 -.326 .745

moderat1 .009 .024 .323 .361 .719


(6)

149

3.

Interaksi antara Partisipasi Anggaran (X1) dengan Kecukupan Anggaran

(X3) terhadap Senjangan Anggaran (Y)

Regression

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 moderat2, TPA,

TKA

. Enter a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: TSA

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .480a .230 .202 2.843

a. Predictors: (Constant), moderat2, TPA, TKA b. Dependent Variable: TSA

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 197.941 3 65.980 8.161 .000a

Residual 662.943 82 8.085

Total 860.884 85

a. Predictors: (Constant), moderat2, TPA, TKA b. Dependent Variable: TSA

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 12.162 12.840 .947 .346

TPA .520 .543 .597 .958 .341

TKA .075 .591 .083 .127 .899

moderat2 -.005 .025 -.174 -.196 .845


Dokumen yang terkait

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (STUDI EMPIRIS PADA PEMERINTAH KOTA METRO)

0 65 79

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (STUDI EMPIRIS PADA PEMERINTAH KOTA METRO)

0 6 16

PENGARUH PARTISIPASI DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN PENGARUH PARTISIPASI DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi empiris pada perusahaan manufaktur di kota

0 2 13

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating(Studi pada PT.

0 1 16

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating(Studi pada PT.

0 2 21

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARATUR PEMERINTAH DAERAH DENGAN KECUKUPAN Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah Dengan Kecukupan Anggaran Dan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel

0 1 17

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARATUR PEMERINTAH DAERAH DENGAN Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah Dengan Kecukupan Anggaran Dan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating

0 1 19

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN INSTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN INSTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN PARTISIPASI ANGGARAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi K

0 0 15

PENDAHULUAN PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN INSTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN PARTISIPASI ANGGARAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Kasus pada Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan).

0 0 6

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN INSTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI PEMODERASI: Studi Empiris pada Instansi Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus

0 0 15