S PPB 1002936 Chapter3

(1)

BAGIAN III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Populasi dan Sampel Penelitian 3.1.1 Populasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, yakni: siswi kelas XI SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung Tahun Ajaran 2014/2015. Banyaknya anggota populasi dalam penelitian adalah 110 siswi yang terbagi ke dalam 7 kelas, dengan penjabarannya sebagai berikut:

Tabel 3.1

Tabel Anggota Populasi

NO. Kelas Jumlah Siswa Putri

1. X SAINTEK 1 18

2. X SAINTEK 2 14

3. X SAINTEK 3 13

4. X SAINTEK 4 9

5. X SOSHUM 1 20

6. X SOSHUM 2 17

7. X SOSHUM 3 19

JUMLAH 110

Alasan penelitian ini dilakukan di SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung, yaitu sebagai berikut:

1) SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung merupakan sekolah swasta yang terletak di dalam naungan Universitas Pendidikan Indonesia yang memiliki motto: Edukatif, Ilmiah dan Religius.

2) Hasil studi pendahuluan di sekolah mengenai perilaku seksual siswi selama peneliti melaksanakan PPL.

3) Belum pernah dilakukan penelitian sejenis di SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung.


(2)

4) Siswi kelas XI termasuk kedalam masa remaja, sehingga memiliki rasa ingin tahu yang cukup tinggi untuk mengetahui informasi seksual.

3.1.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah beberapa siswi kelas XI SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung yang secara umum diambil berdasarkan kategori pemahaman perilaku seksual sehat terendah. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling (sampel bertujuan). P urposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012, hlm. 124). Pengambilan sampel melalui teknik purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan strata, random atau daerah tetapi berdasarkan adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2010, hlm. 183). Dengan menggunakan teknik purposive sampling, peneliti dapat mengambil sampel dengan tujuan tertentu, tetapi ada syarat-syarat yang harus dipenuhi (Arikunto, 2010, hlm. 183), yakni:

1) Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.

2) Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key subjectis).

3) Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat didalam studi pendahuluan.

Pemilihan sampel penelitian didasarkan atas asumsi sebagai berikut:

1) Dalam perkembangannya, siswi SMA tergolong pada usia remaja madya yang dianggap sangat labil sehingga sangat memerlukan bimbingan untuk meningkatkan pemahaman perilaku seksual sehat.

2) Pada masa SMA siswi masih sangat labil karena masih dalam pencarian jati diri sehingga mereka memiliki sikap tidak asertif yang cenderung tinggi.

3.2 Desain Penelitian

Model desain yang digunakan adalah One-Group P retest-P ostest Design dimana terdapat pre-test sebelum diberikan intervensi. Dengan pemberian pre-test maka hasil intervensi dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan


(3)

antara keadaan sebelum diberi intervensi dan setelah diberikan intervensi. Skema model penelitian P re-Eksperimental Design dengan One-Group P retest-P ostest Design menurut Arikunto (2010, hlm. 124), yakni sebagai berikut:

01 X 02 Keterangan:

O1 = Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen (pre-test) X = Perlakuan berupa intervensi teknik assertive training O2 = Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen (post-test) 3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian pra-eksperimen. Pada metode penelitian pra-eksperimen tidak terdapat penyamaan sampel penelitian (random) serta tidak ada pengontrolan variabel. Dalam penelitian assertive training untuk meningkatkan pemahaman perilaku seksual sehat pada remaja putri menggunakan pendekatan kuantitatif untuk memperoleh gambaran umum mengenai pemahaman perilaku seksual sehat siswi dan seberapa besar efektivitas teknik assertive training untuk meningkatkan pemahaman perilaku seksual sehat siswi. Menurut Sukmadinata (2012, hlm. 95) pendekatan kuantitatif merupakan “sebuah pendekatan dalam penelitian yang menggunakan instrumen- instrumen formal, standar dan bersifat mengukur”.

Prosedur langkah-langkah penelitian yang dilakukan dalam melakukan penelitian pra-eksperimen dengan menggunakan One-Group P retest-P ostest Design, yakni sebagai berikut :

1) P re-test

Pada tahap ini, peneliti mengidentifikasi pemahaman perilaku seksual sehat siswi dengan cara menyebarkan angket kepada siswi kelas XI SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

2) Treatment

Merupakan tahap pemberian upaya bantuan dengan teknik assertive training yang dilakukan kepada siswi yang memiliki pemahaman perilaku seksual sehat dengan kategori rendah agar siswi mampu meningkatkan pemahaman perilaku seksual sehat dan mampu bersikap tegas dan teguh terhadap pendiriannya


(4)

untuk mengendalikan diri dan menolak rayuan pasangan yang mengajak untuk melakukan perilaku seksual tidak sehat.

3) P ost-test

Pada tahap ini, peneliti menyebarkan angket yang sama dengan angket pada saat pre-test, tujuannya adalah peneliti dapat melihat perubahan yang terjadi dalam diri siswi setelah pelaksanaa bantuan yang dilihat dari skor rata-rata setiap aspek maupun jumlah skor secara keseluruhan yang diperoleh siswi.

3.4 Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu X dan Y, yang terdiri dari: Variabrl X : Teknik Assertive training

Variabel Y : Pemahaman Perilaku Seksual SehatRemaja Putri

Sebagai upaya menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam menafsirkan, maka definisi operasional masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.4.1 Teknik Assertive training

Teknik assertive training pada penelitian ini didefinisikan sebagai upaya konselor dalam membantu siswi kelas XI SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung untuk meningkatkan pemahaman perilaku seksual sehat siswi untuk dapat bersikap tegas dalam menghadapi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual tidak sehat dan dapat menolak ajakan pasangannya untuk melakukan hubungan perilaku seksual tidak sehat, seperti: berpegangan tangan, berpelukan, berangkulan, berciuman, bercumbuan, berhubungan badan. Dengan teknik ini siswi dilatih untuk dapat berkata tidak, agar siswi mampu bersikap tegas dan teguh terhadap pendiriannya untuk mengendalikan diri dan menolak rayuan pasangan yang mengajak untuk melakukan perilaku seksual tidak sehat.

Berikut ini dijelaskan langkah-langkah dalam melakukan teknik assertive training menurut Joyce & Weil (1980, hlm. 429) yang merumuskan lima tahapan latihan asertif yaitu sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi perilaku target

Mengidentifikasikan perilaku target terjadi pada saat mendiskusikan situasi dimana mereka memiliki beberapa kesulitan mengekspresikan perasaan


(5)

dan mengidentifikasi jenis perasaan yang bermasalah. Pengidentifikasian bertujuan agar siswa mengetahui perilaku dan perasaan yang bermasalah dan perlu diperbaiki.

2) Menetapkan prioritas untuk situasi dan perilaku

Setelah pengidentifikasian perilaku yang akan dirubah maka perlu ditetapkan prioritas dalam pemilihan situasi. Prioritas ini perlu mencakup dua hal yang situasi dan jenis perasaan bahwa mereka memiliki kesulitan dalam mengekspresikan perasaannya dalam situasi yang tepat. prioritas ini memberikan dasar untuk memilih situasi dan perasaan yang akan dilakukan untuk berkonsentrasi pada langkah pertama. Dalam langkah kedua ini target dilatih untuk mengungkapkan perasaannya dalam bentuk ucapan atau kata-kata yang berisi hal logis dan tidak bertele-tele.

3) Memerankan situasi

Peserta didik akan terlibat dalam perilaku latihan atau bermain peran. Pemeranan situasi atau bermain peran ini perlu diakukan agar peserta didik mempelajari perilaku mana yang perlu diubah. Setelah diskusi tentang bermain peran mungkin dimodifikasi sehingga ekspresi perasaan akan menjadi baik memadai dan dapat diterima secara sosial, pemeran memberlakukan situasi kembali, kali ini dengan beberapa ekspresi perasaan. Diberlakukannya ini diikuti oleh beberapa orang lain dimana peserta didik (dan mungkin guru) dapat mengungkapkan secara memadai dalam situasi tersebut. Terutama ketika perasaan bertentangan yang akan diungkapkan atau ketika salah satu kebutuhan untuk mengganggu perilaku orang lain, guru dapat memimpin diskusi tentang berbagai macam tanggapan yang relatif tidak agresif tetapi efektif yang dapat dibuat dalam situasi sosial.

4) Pengulangan

Pada fase empat, pengulangan lebih lanjut dilakukan. Pengulangan perlu dilakukan agar siswa terbiasa dengan perilaku baru yang telah dipelajari pada fase sebelumnya. Peserta didik mempraktekkan perilaku baru dan mengamati berbagai gaya asertif. Mereka saling memberikan umpan balik lain pada cara untuk menjadi lebih efektif, dan secara bertahap unsur-unsur ekspresi yang jelas dari perasaan dan ketegasan dibuat eksplisit.


(6)

Asumsi dari model ini adalah peserta didik akan belajar perilaku baru dan mulai mentransfernya atau mengaplikasikan ke situasi kehidupan nyata mereka. Dalam tahap keempat ini, akan diberlakukan umpan balik antara target dan kelompok pengamat. Umpan balik ini terkait dengan komitmen dalam berekspresi.

5) Memindahkan pada situasi nyata

Konselor perlu menyadari tidak semua konsekuensi akan positif. Beberapa peserta didik akan menemukan mereka bisa lebih nyaman meminta pergi dari situasi ini. Orang lain akan mengekspresikan perasaan mereka dengan seseorang dan kemungkinan akan ditolak.

3.4.2 Pemahaman Perilaku Seksual Sehat Remaja

Perilaku seksual remaja merupakan bagian dari tahapan perkembangan manusia dari anak-anak menuju remaja, pengaruh internal dan eksternal berupa kurangnya pengarahan dan informasi mengenai perilaku seksual memiliki dampak pada remaja untuk melakukan perilaku seksual tidak sehat yang merupakan salah satu perilaku menyimpang yang dilakukan sebelum menikah. Perilaku ini berdampak negatif untuk remaja yang melakukannya sehingga remaja harus memiliki pemahaman mengenai perilaku seksual sehat agar tidak terjerumus untuk melakukan perilaku seksual tidak sehat. Untuk dapat mencapai tahap pemahaman terhadap perilaku seksual sehat siswi harus mempunyai pengetahuan terhadap konsep perilaku seksual tersebut.

Dalam penelitian ini pemahaman perilaku seksual sehat yang dimaksud adalah mengerti dengan tepat serta mampu mempertahankan pemahamannya yang tepat mengenai perilaku seksual sehat yang dilakukan siswi kelas XI SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung untuk memenuhi dorongan seksual yang dilakukan berdasarkan pertimbangan sehat menurut aspek fisik, psikologis, sosial. Dorongan seksual tersebut dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal yang merupakan faktor penyebab munculnya perilaku seksual.

Perilaku seksual sehat secara fisik, psikologis, dan sosial yang di maksud adalah: Sehat secara fisik, artinya tidak tertular dari penyakit, tidak menyebabkan kehamilan sebelum menikah, tidak menyakiti dan merusak kesehatan diri sendiri dan orang lain. Sehat secara psikologis, artinya mempunyai integrasi yang kuat


(7)

(kesesuaian antara nilai, sikap dan perilaku), percaya diri, menguasai informasi yang benar tentang seksualitas manusia. Selain itu, sehat secara sosial artinya mampu mempertimbangkan nilai-nilai sosial dan norma-norma agama yang ada di sekitarnya dalam menampilkan perilaku tertentu, menunjukan adanya penghargaan baik terhadap diri sendiri ataupun orang lain, mampu mengendalikan dan mengontrol diri, mempertahankan diri dari tekanan teman sebaya atau pacar dari hal-hal negatif dan memahami konsekuensi tingkah laku dan siap menerima resiko tingkah lakunya (bertanggung jawab). Adapun indikator pemahaman perilaku seksual adalah sebagai berikut:

1) Sehat secara fisik

a. Memelihara kondisi fisik untuk menarik lawan jenis. b. Memelihara kesehatan fisik dan organ reproduksi.

c. Bagaimana menjaga fisik saat libido seksualitas meningkat. 2) Sehat secara Psikologis

a. Merasakan perubahan psikologis berkaitan dengan perkembangan seksual remaja.

b. Memiliki pengetahuan berkaitan dengan perkembangan seksual remaja. c. Memiliki integrasi yang kuat antara sikap yang dikembangkan dengan

perilaku yang dimunculkan berdasarkan nilai yang benar tentang seks. d. Menerima kondisi fisik.

e. Memiliki pengendalian diri terhadap dorongan seksual. f. Menghindari diri dari perilaku seksual yang menyimpang. g. Memiliki kemampuan sosial kognitif

3) Sehat secara sosial

a. Menghargai diri sendiri. b. Menghargai orang lain.

c. Menerima segala resiko sosial yang ditimbulkan akibat dari keputusan seksual yang diambil.

d. Penundaan usia perkawinan

e. Menghindari pembicaraan tentang seks f. Mempelajari informasi tentang seksual sehat g. Menjaga diri dari pergaulan bebas


(8)

h. Membatasi diri dari pengaruh negatif media

3.5 Pengembangan Instrumen Penelitian dan Program Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Pemahaman Perilaku Seksual Sehat Remaja Putri Kelas XI di SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung Tahun Ajaran 2014/ 2015

3.5.1 Pengembangan Instrumen

Pada penelitian ini dibutuhkan data mengenai profil pemahaman perilaku seksual sehat siswi berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual tersebut. Untuk memperoleh data tersebut, maka diperlukan alat pengumpul data berupa angket dalam bentuk forced choice. Sugiono (2013, hlm. 199) mengemukakan bahwa kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

3.5.1.1 Jenis Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena sosial yang dialami. Jenis instrumen yang digunakan adalah kuesioner atau angket yaitu salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2013, hlm. 199).

Instrumen merupakan hasil modifikasi dari instrumen perilaku seksual sehat yang telah disusun oleh Dra. Hj. Setiawati, M.Pd. dan Nadia Aulia Nadhirah, S.Pd. Instrumen pemahaman perilaku seksual sehat ini menggunakan skala Guttman, skala pengukuran dengan tipe ini di dapat jawaban yang tegas dan konsisten yaitu “YA atau TIDAK”, skala Guttman dibuat dalam bentuk checklist (√). Pola skor pilihan angket dapat dilihat dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Pola Skor Pilihan Angket Pemahaman Perilaku Seksual Sehat Remaja Putri Pernyataan Skor dua pilihan alternative respon

YA TIDAK

Positif 1 0


(9)

3.5.1.2Pengembangan Kisi-kisi Instrumen

Penyusunan kisi-kisi instrumen bertitik tolak dari variabel-variabel yang dirumuskan dalam definisi operasional, yang selanjutnya ditentukan kedalam aspek yang akan di ukur lalu diturunkan ke indikator, dari indikator kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pernyataan (Sugiyono, 2013, hlm. 149).

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Perilaku Seksual Sehat Remaja Putri di Sekolah Menengah Atas Kelas XI (Sebelum Uji Coba)

Aspek Indikator Pernyataan Jumlah

(+) (-)

1. Fisik 1. Memelihara

kondisi fisik untuk menarik lawan jenis

1,2,3,14,15,16 4 7

2. Memelihara kesehatan fisik dan organ reproduksi

5,6,7,17,18,19 5

3. Bagaimana

menjaga fisik saat libido seksualitas meningkat

46 47 2

2. Psikologis 1. Merasakan perubahan psikologis

berkaitan dengan perkembangan seksual remaja

8,9,10 11 4

2. Memiliki pengetahuan berkaitan dengan perkembangan seksual remaja

12,20 21,13 4

3. Memiliki integrasi yang kuat antara sikap yang

dikembangkan dengan perilaku yang

dimunculkan


(10)

Aspek Indikator Pernyataan Jumlah

(+) (-)

berdasarkan nilai yang benar tentang seks 4. Menerima

kondisi fisik

24 25, 26 3

5. Memiliki

pengendalian diri terhadap

dorongan perilaku seksual

27,28, 29 30 4

3. Menghindari diri dari perilaku seksual yang menyimpang

31, 32 33 3

4. Memiliki kemampuan sosial kognitif

48,50 49 3

3. Sosial 1. Menghargai diri sendiri

34, 35 36,37 4

2. Menghargai orang lain

38 39 2

3. Menerima segala resiko sosial yang ditimbulkan akibat dari keputusan seksual yang diambil

40, 42 41,43,44,45 6

4. Penundaan usia perkawian

51 52 2

5. Menghindari pembicaraan tentang aktivitas seksual

57 58 2

6. Mempelajari informasi tentang seksual sehat

53,54,55,56 4

4. Menjaga diri dari pergaulan bebas

59,62,63 60,61,64,65,66 8

5. Membatasi diri dari pengaruh negatif media


(11)

Aspek Indikator Pernyataan Jumlah

(+) (-)

Total Jumlah Item 75

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Perilaku Seksual Sehat Remaja Putri di Sekolah Menengah Atas Kelas XI (Setelah Uji Coba)

Aspek Indikator Pernyataan Jumlah

(+) (-)

1. Fisik 1. Memelihara

kondisi fisik untuk menarik lawan jenis

1 2 2

2. Memelihara

kesehatan fisik dan organ reproduksi

3 1

3. Bagaimana

menjaga fisik saat libido seksualitas meningkat

20 1

2. Psikologis 1. Merasakan perubahan psikologis

berkaitan dengan perkembangan seksual remaja

4 1

2. Memiliki pengetahuan berkaitan dengan perkembangan seksual remaja

5,7 8,6 4

3. Memiliki integrasi yang kuat antara sikap yang dikembangkan dengan perilaku yang dimunculkan berdasarkan nilai yang benar tentang seks

9,40,41,42 4

4. Menerima kondisi fisik

10 1

5. Memiliki


(12)

Aspek Indikator Pernyataan Jumlah

(+) (-)

terhadap dorongan perilaku seksual 6. Menghindari diri

dari perilaku seksual yang menyimpang

14 1

7. Memiliki

kemampuan sosial kognitif

22 21 2

3. Sosial 1. Menghargai diri sendiri

15 16 2

2. Menghargai orang lain

17 18 2

3. Menerima segala resiko sosial yang ditimbulkan akibat dari keputusan seksual yang diambil

19 1

4. Penundaan usia perkawian

23 1

5. Menghindari pembicaraan tentang aktivitas seksual

27 1

6. Mempelajari informasi tentang seksual sehat

24,25,26 3

7. Menjaga diri dari pergaulan bebas

28,31 29,30,32,33,34 7

8. Membatasi diri dari pengaruh negatif media

35,36,37 38,39 5

Total Jumlah Item 42

3.5.1.3Proses Pengembangan Instrumen 3.5.1.3.1 Uji Kelayakan Instrumen

Instrumen yang telah disusun diuji untuk mengetahui kelayakan instrumen dari segi bahasa, konstruk dan isi. Penimbangan uji kelayakan instrumen dilakukan oleh tiga dosen ahli dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan


(13)

untuk memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M berarti item tersebut bisa langsung digunakan dan item yang diberi nilai TM memiliki dua kemungkinan yaitu item tersebut tidak bisa digunakan atau masih bisa digunakan dengan syarat harus direvisi. Hasil dari uji kelayakan instrumen terdapat item-item yang perlu diperbaiki dan disesuaikan dari segi bahasa, konstruk dan isi. Komentar dan saran dari tiga dosen ahli menjadi penyempurna instrumen yang dibuat untuk mengungkap pemahaman perilaku seksual sehat remaja putri.

3.5.1.3.2 Uji Keterbacaan

Uji keterbacaan dilakukan kepada tiga orang siswi yakni untuk mengukur sejauh mana instrumen dapat dipahami oleh peserta didik. Uji keterbacaan bertujuan untuk melihat sejauh mana keterbacaan instrumen yang digunakan untuk kebutuhan penelitian, sehingga pernyataan-pernyataan yang kurang dipahami oleh siswi dapat direvisi sehingga dapat dipahami oleh siswi kelas XI SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung. Hasil uji keterbacaan menunjukan bahwa item pada angket pemahaman perilaku seksual sehat remaja sudah dapat dipahami.

3.5.1.3.3 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen 3.5.1.3.3.1 Uji Validitas Instrumen

Uji validitas dilakukan terhadap seluruh butir item pada instrumen pemahaman perilaku seksual sehat remaja putri yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan pernyataan butir-butir item. Pengujian validitas butir item dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi skor setiap butir item dengan menggunakan rumus korelasi biserial titik. Korelasi ini merupakan salah satu bentuk korelasi dari Pearson yang digunakan dalam situasi peubah prediktor yang bersifat dikhotomus (Furqon, 2008, hlm. 107).

Rumus:


(14)

Sumber: Furqon (2008, hlm. 107)

Dengan keterangan:

: Koefisien korelasi biserial titik : Rata-rata kelompok p

: Rata-rata kelompok t

: Simpangan baku untuk seluruh subjek p : Proporsi subjek kelompok p

q : Proporsi subjek kelompok q

Semakin tinggi nilai validitas soal menunjukan semakin valid instrumen tersebut digunakan dilapangan. Signifikansi diperoleh dengan menggunakan tabel Setelah diperoleh nilai , langkah berikutnya adalah membandingkan nilai dengan untuk mengetahui tingkat signifikansinya dengan ketentuan > Secara lebih jelas, hasil perbandingan uji signifikansi antara nilai dengan (Terlampir).

Pengujian validitas instrumen yang dilakukan dilakukan dengan bantuan program Microsoft Office Excel 2007 terhadap 75 item pernyataan dalam instrumen dengan jumlah sampel sebanyak 110 siswi. Hasil dari pengujian instrumen dengan menggunakan rumus korelasi biserial didapati dari 75 butir item instrumen diperoleh item pernyataan yang valid sebanyak 42 item dan sebanyak 33 item pernyataan yang tidak valid. Hasil uji validitas setiap item dalam instrumen pemahaman perilaku seksual sehat remaja putri di sekolah menengah atas kelas XI dapat dilihat dengan rincian di bawah ini:

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Instrumen Pemahaman Perilaku Seksual Sehat Remaja Putri Kelas XI di SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung

Kesimpulan No. Item Jumlah

Memadai

3,4,6,11,12,13,20,21,22,26,27,28,30,33,35,37, 38,39,43,47,49,50, 51,

53,54,56,58,59,60,61,63,64,65, 66,67,68,69,70,71,72,73,74.

42

Buang 1,2,5,7,8,9,10,14,15,16,17,18,19,23,24,25,29,31,32,

34,36,40,41,42,44,45,46,48,52,55,57,62,75 33


(15)

Reliabilitas merujuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2010, hlm. 221). Uji reliabilitas ini dilakukan untuk mengetahui konsistensi suatu instrumen. Rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas instrumen pemahaman perilaku seksual sehat adalah menggunakan rumus Kuder Richardson 20 (K-R20).

Rumus:

( ) ∑

(Arikunto, 2010, hlm. 231) Keterangan:

: nilai reliabilitas instrumen k : banyaknya butir pernyataan

: varians total

p : proporsi subjek kelompok p : q : proporsi subjek kelompok q :

Hasil perhitungan uji realiabilitas dengan menggunakan rumus KR-20 diperoleh hasil sebesar 0,87 terhadap 42 item dalam instrumen pemahaman perilaku seksual sehat remaja putri yang artinya derajat keterandalan instrumen yang digunakan sangat tinggi dan dapat dipercaya. Kemudian uji reliabilitas dilakukan penghitungan ulang dengan bantuan program IBM SP SS Statistics 16 untuk mendukung hasil perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan rumus K-R20, metode yang digunakan yaitu Metode Alpha dengan tingkat kepercayaan 95%., yakni:

Tabel 3.6

Reliabilitas Instrumen Pemahaman Perilaku Seksual Sehat Remaja Putri Reliability Statistics


(16)

Cronbach's Alpha

N of Items

,881 42

Hasil uji reliabilitas yaitu sebesar 0,881 dari 42 item valid berarti tingkat derajat keterandalan sangat tinggi, oleh karena itu instrumen pemahaman perilaku seksual sehat remaja putri mampu menghasilkan skor secara konsisten. Sebagai tolak ukur, digunakan klasifikasi tentang koefisien reliabilitas sebagai berikut (Sugiyono, 2012, hlm. 257) :

Tabel 3.7

Pedoman Interprestasi Koefisien Reliabilitas No. Interval Koefisien Tingkat Hubungan

1 0,00 - 0,199 Sangat rendah

2 0,20 - 0,399 Rendah

3 0,40 - 0,599 Sedang

4 0,60 - 0,799 Tinggi

5 0,80 - 1,000 Sangat tinggi

3.5.2 Program Bimbingan Kelompok dengan Menggunakan Teknik Assertive Training untuk Meningkatkan Pemahaman Perilaku Seksual Sehat Siswi Kelas XI di SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung

Dalam pengembangan program intervensi bimbingan kelompok dengan Menggunakan Teknik Assertive Training untuk meningkatkan pemahaman perilaku seksual sehatremaja putri dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1) Perencanaan program meliputi analisis kebutuhan (need assessment) dengan

penyebaran angket perilaku seksual sehat, dan berdasarkan gambaran umum pemahaman perilaku seksual sehat siswi kelas XI di SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung.

2) Pelaksaan program meliputi 6 sesi bimbingan kelompok untuk meningkatkan pemahaman perilaku seksual sehat siswi kelas XI.

3) Evaluasi program meliputi: dilihat dari hasil pretest dan posttest, setelah pemberian intervensi lalu dibandingkan dengan hasil dari pretest dan posttest.


(17)

Pengembangan program intervensi dengan teknik assertive training ini dengan melalui proses validasi oleh dua orang ahli (dosen) dan satu orang praktisi (guru BK di sekolah).

3.5.2.1Uji Validasi Program

Uji validasi program bertujuan untuk menimbang kelayakan penggunaan program bimbingan kelompok untuk meningkatkan pemahaman perilaku seksual sehat siswi. Uji validasi program dilakukan oleh penimbang yang terdiri dari dua orang dosen jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan dan seorang guru BK di SMA Laboratorium (percontohan) UPI Bandung.

Komponen program yang divalidasi meliputi: rasional, deskripsi kebutuhan, tujuan program, sasaran layanan, rencana operasional, pengembangan Rancangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling (RPLBK), serta evaluasi dan tindak lanjut.

3.5.2.2Uji Coba Program

Uji coba program bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik assertive training dilakukan sesuai dengan deskripsi kebutuhan pada program, yaitu program diujicobakan kepada peserta didik dengan tingkat pemahaman perilaku seksual sehat pada kategori rendah yaitu sebanyak 16 orang siswi.

Uji coba program bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik assertive training untuk meningkatkan pemahaman perilaku seksual sehat remaja putri dapat berubah dan mengalami perbaikan berdasar hasil dari sesi sebelumnya.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan instrumen berupa angket yang disusun dan dikembangkan berdasarkan indikator pemahaman perilaku seksual sehat siswi. Untuk melakukan pengolahan data penelitian, maka digunakan perhitungan statistik yaitu dengan memberikan bobot skor pada tiap item pernyataan instrumen penelitian, kemudian untuk menyajikan data digunakan teknik presentase, penafsiran dan pemaknaan terhadap data tersebut dilakukan dengan mendeskripsikan data disertai analisisnya.


(18)

Penyebaran instrument dilakukan dua kali yang pertama pretest untuk mendapatkan gambaran umum pemahaman perilaku seksual sehat siswi kelas XI di SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung, kemudian hasilnya digunakan untuk menjadi acuan pemberian intervensi bimbingan kelompok, dan yang kedua posttest tujuannya untuk mengetahui perbedaan setelah diberikan intervensi bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik assertive training untuk meningkatkan pemahaman perilaku seksual sehat remaja putri. Adapun proses pengumpulan data dijabarkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.8

Tabel Proses Pengumpulan Data

No Kegiatan Waktu

1. P retest Senin, 11 Agustus 2014

2.

Pelaksanaan intervensi dengan teknik assertive training untuk meningkatkan pemahaman perilaku seksual sehat remaja putri.

Senin, 19 September 2014

3. P osttest Senin, 7 Oktober 2014

3.7 Analisis Data

3.7.1 Analisis data Gambaran Awal Pemahaman Perilaku Seksual Sehat Siswi Kelas XI di SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung Tahun Ajaran 2014/ 2015

Analisis data untuk mengetahui gambaran awal pemahaman perilaku seksual sehat siswi adalah proses yang dilakukan setelah seluruh data awal penelitian (pre-test) terkumpul dan diolah. Hasil analisis data penelitian selanjutnya dijadikan sebagai landasan dalam program bimbingan kelompok dengan teknik assertive training untuk meningkatkan pemahaman perilaku seksual sehat siswi kelas XI di SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung Tahun Ajaran 2014/ 2015. Selanjutnya data-data yang diperoleh dari intrumen diolah untuk menetapkan kategori pemahaman perilaku seksual sehat siswi berdasarkan kategori rendah, sedang dan tinggi.


(19)

Tahapan-tahapan yang ditempuh dalam menentukan siswa ke dalam tiga kategori tersebut adalah sebagai berikut.

1) Menentukan x (mean), yakni rata-rata perilaku seksual sehat siswi

2) Menentukan Sd (Standar deviasi), yakni simpangan baku perilaku seksual

sehat siswi.

3) Data instrumen ditransformasikan ke dalam data interval, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Tabel 3.9

Klasifikasi Kategori Pemahaman Perilaku Seksual Sehat Siswi

No Kriteria Kategori

1 x > µ + (1,0)σ Tinggi

2 µ - (1,0)σ ≤ x ≥ µ + σ(1,0) Sedang

3 x < µ - (1,0)σ Rendah

Setelah mengkategorikan pemahaman perilaku seksual sehat siswi, maka akan diperoleh deskripsi dan interpretasi yang dapat dilihat dalam Tabel 3.10 dan Tabel 3.11 sebagai berikut:

Tabel 3.10

Interpretasi Kategori Pemahaman Perilaku Seksual Sehat Siswi

KATEGORI SKOR INTERPRETASI

Tinggi x > 40 Siswi telah memiliki pencapaian tingkat

pemahaman yang sangat baik tentang cara pemenuhan kebutuhan seksual yang baik dan bertanggung jawab dalam semua aspek perilaku seksual sehat, menunjukan siswi sudah dapat memelihara kondisi fisik, kesehatan fisik dan organ reproduksi dengan baik dan benar. Siswi memiliki pengetahuan mengenai perkembangan seksual remaja dan menunjukan sikap yang sangat positif terhadap perilaku seksual sehat. Siswi sudah mampu menerima kondisi fisiknya dengan baik, memiliki pengendalian diri yang sangat baik terhadap dorongan perilaku seksual sehingga mampu menghindari diri dari perilaku seksual tidak sehat karena sudah memiliki kemampuan sosial kognitif mengenai cara menghabiskan waktu bersama dengan pasangan secara sehat dan


(20)

KATEGORI SKOR INTERPRETASI

menghargai diri sendiri dan orang lain, mau mempelajari informasi tentang seksual sehat dan mampu membatasi diri dari pengaruh negatif media sehingga sudah memiliki kemampuan yang baik dalam menjaga diri dari pergaulan bebas.

Sedang 28 ≤ x ≥ 40 Siswi memiliki pencapaian tingkat pemahaman

yang cukup baik tentang cara pemenuhan kebutuhan seksual yang baik dan bertanggung jawab dalam semua aspek perilaku seksual sehat, dalam artian akan mendekati tinggi. Hal ini menunjukan siswi sudah dapat memelihara kondisi fisik, kesehatan fisik dan organ reproduksi dengan cukup baik dan cukup benar. Siswi memiliki pengetahuan mengenai perkembangan seksual remaja, tetapi terbatas pada pengetahuan yang belum mendalam. Menunjukan sikap yang cukup positif terhadap perilaku seksual sehat, namun sikap ini masih bisa digoyahkan. Siswi sudah mampu menerima kondisi fisiknya dengan baik, namun masih dapat berubah pikiran ketika melihat fisik idaman idealnya. Siswi memiliki pengendalian diri yang cukup baik terhadap dorongan perilaku seksual sehingga cukup mampu untuk menghindari diri dari perilaku seksual tidak sehat karena sudah memiliki kemampuan sosial kognitif yang cukup mengenai cara menghabiskan waktu bersama dengan pasangan secara sehat dan bertanggung jawab, namun pengendalian ini terbatas karena siswa belum memiliki sikap asertif yang cukup kuat. Siswi juga mampu menghargai diri sendiri dan orang lain, mau mempelajari informasi tentang seksual sehat dan mampu membatasi diri dari pengaruh negatif media sehingga memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menjaga diri dari pergaulan bebas, namun terbatas karena siswi masih mengikuti perilaku yang sudah menjadi kebiasaan dalam kehidupan bergaul sehari-hari.

Rendah x < 28 Siswi memiliki pencapaian tingkat pemahaman

yang kurang baik tentang cara pemenuhan kebutuhan seksual yang baik dan bertanggung jawab dalam semua aspek perilaku seksual sehat.

Hal ini menunjukan siswi belum dapat

memelihara kondisi fisik, kesehatan fisik dan organ reproduksi dengan cukup baik dan cukup benar. Siswi belum memiliki pengetahuan


(21)

KATEGORI SKOR INTERPRETASI

Menunjukan sikap yang kurang positif terhadap perilaku seksual sehat, karena tidak dapat bersikap tegas teradap perilaku seksual tidak sehat, Siswi belum memiliki pengendalian diri yang cukup baik terhadap dorongan perilaku seksual sehingga belum mampu untuk menghindari diri dari perilaku seksual tidak sehat karena belum memiliki kemampuan sosial kognitif yang cukup mengenai cara menghabiskan waktu bersama dengan pasangan secara sehat dan bertanggung jawab. Siswi juga belum mampu menghargai diri sendiri dan orang lain, belum mau mempelajari informasi tentang seksual sehat dan mampu membatasi diri dari pengaruh negatif media sehingga belum memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menjaga diri dari pergaulan bebas.

Berdasarkan hasil perhitungan kategori diatas dapat diketahui pengkategorian tingkat pemahaman perilaku seksual sehat remaja terbagi ke dalam tiga kategori. Siswi yang termasuk dalam kategori tinggi memiliki skor lebih besar dari 40, kategori sedang memiliki skor antara 28-40, sedangkan yang termasuk ke dalam kategori rendah memiliki skor kurang dari 28.

3.7.2 Penyusunan Program Bimbingan Kelompok dengan Menggunakan Teknik Assertive Training untuk Meningkatkan Pemahaman Perilaku Seksual Sehat Siswi di SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung Tahun Ajaran 2014/ 2013

Penyusunan program bimbingan kelompok dengan menggunakan Teknik Assertive Training untuk meningkatkan pemahaman perilaku seksual sehat siswi dikembangkan berdasarkan hasil pengolahan data pre-test mengenai perilaku seksual sehat. Program bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik assertive training terdiri dari beberapa komponen (dapat dilihat pada bagian uji validasi program). Selanjutnya komponen-komponen program tersebut dinilai oleh penimbang berdasarkan unsur penilaian dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Komponen yang diberi nilai M berarti Komponen tersebut dapat langsung digunakan dan komponen yang diberi nilai TM berarti harus direvisi.


(22)

Berdasakan penilaian pakar yang telah dilakukan terdapat beberapa komponen program yang direvisi. Komponen-komponen program yang direvisi tersebut meliputi: deskripsi kebutuhan, komponen program dan komponen RPLBK. Perbaikan yang dilakukan dalam komponen program deskripsi kebutuhan siswi yang disesuaikan dengan kebutuhan siswi yang akan diberi layanan bimbingan kelompok. Selanjutnya perbaikan dilakukan adalah merampingkan komponen program bimbingan kelompok dan perbaikan pada RPLBK yang masih perlu disempurnakan dengan mempertajam pertanyaan-pertanyaan refleksi (what happened, so what, now what) serta ditambahkan dengan tahap ekspektasi atau output yang diberikan kepada siswi setelah mengikuti kegiatan intervensi pada setiap sesi. Secara lebih rinci rekapitulatsi penilaian pakar terhadap program bimbingan kelompok dalam meningkatkan perilaku seksual sehat remaja putri dapat dilihat pada bagian lampiran.

3.7.3 Analisis Data Efektivitas Teknik Assertive Training untuk Meningkatkan Pemahaman Perilaku Seksual Sehat Siswi di SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung Tahun Ajaran 2014/ 2013 Analisis data untuk mengetahui efektivitas teknik assertive training dalam meningkatkan pemahaman perilaku seksual sehat siswi dilakukan setelah siswi dengan kategori perilaku seksual rendah diberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik assertive training yang selanjutnya diberikan post-test. Data hasil post-test ini kemudian diolah dan dianalisis untuk memperoleh keyakinan data empiris mengenai efektivitas teknik assertive training untuk meningkatkan pemahaman perilaku seksual sehat remaja putri.

Tahapan yang dilakukan untuk menjawab bagaimana efektivitas teknik assertive training untuk meningkatkan pemahaman perilaku seksual sehat siswi di SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung, adalah sebagai berikut:

3.7.3.1Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu distribusi data. Hasil dari uji normalitas data menentukan metode statistik yang digunakan untuk menganalisis data penelitian. Jika data berdistribusi normal, maka metode statistik yang digunakan adalah parametrik. Namun jika data berdistribusi tidak normal, maka menggunkan metode statistik non parametrik.


(23)

Uji normalitas di hitung dengan IBM SP SS Statistics 16 untuk mengetahui kenormalan data pre-test dan post-test menggunakan uji statistik One-Sampel Kolmogorov-Smirnov. Hipotesis uji normalitas skor pre-test dan post-test perilaku seksual sehat remaja adalah:

H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal

Dengan kriteria uji, pada taraf signifikansi α tolak H0 jika p-value lebih kecil dari α (α = 0,05). Asumsi pengambilan keputusan dalam pengujian hipotesis (menolak atau tidak menolak hipotesis nol) antara lain didasarkan pada derajat keyakinan (level of significance) yang besarnya sama dengan 1 - α. jika keputusan yang diambil adalah menolak hipotesis nol pada α = 0,05, berarti 95 kali dari 100 penelitian yang dilakukan akan menghasilkan keputusan yang sama di bawah asumsi hipotesis nol (jika hipotesis nol benar) (Furqon, 2011, hlm. 18).

3.7.3.2Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata skor pre-test dan post-test bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata skor sebelum dan sesudah diberikan intervensi layanan bimbingan kelompok. Hasil pengukuran dengan instrumen pemahaman perilaku seksual sehat remaja putri menghailkan data ordinal oleh karena itu pengolahan data menggunakan teknik statistik uji Man Whitney. Hipotesis uji perbedaan dua rata-rata skor pre-test dan post-test perilaku seksual sehat remaja adalah:

H0 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata data pre-test dan post-test H1 : Terdapat perbedaan rata-rata data pre-test dan post-test

Dengan kriteria uji pada taraf signifikansi α tolak H0 jika p-value lebih kecil dari α (α = 0,05).

3.7.3.3Uji Gain Ternormalisasi

Uji Gain Ternormalisasi bertujuan untuk mengetahui kualitas dari skor peningkatan sampel. Rumus yang digunakan, yaitu :

Gain ternormalisasi =


(24)

Dengan N- Gain 1, skor maksimal ideal untuk perilaku seksual sehat remaja mencapai 42. Kategori N-Gain dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.11 Klasifikasi N-Gain

Indeks Gain Klasifikasi N-Gain

N-Gain > 0,7 Tinggi

0,3 < N-Gain ≤ 0,7 Sedang

N-Gain ≤ 0,3 Rendah

Nilai N-Gain yang diperoleh dapat dilihat untuk melihat peningkatan perilaku seksual sehat siswi. jika terdapat peningkatan pemahaman perilaku seksual sehat siswi, maka pelaksanaan bimbingan kelompok dengan teknik assertive training untuk meningkatkan pemahaman perilaku seksual sehat siswi dapat dikatakan efektif. Namun, apabila tidak terdapat peningkatan pemahaman perilaku seksual sehat siswi, maka pelaksanaan bimbingan kelompok dengan teknik assertive training untuk meningkatkan pemahaman perilaku seksual sehat siswi dapat dikatakan tidak efektif.

3.8 Prosedur dan Tahapan Penelitian

Prosedur penelitian yang ditempuh terdiri dari tiga tahapan, yaitu: persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan. Ketiga prosedur dan tahapan penelitian tersebut secara lebih rinci dapat dilihat pada uraian berikut:

3.8.1 Persiapan

Tahapan persiapan penelitian adalah sebagai berikut:

1) Melakukan penyususan proposal penelitian serta melaksanakan seminar propasal penelitian pada mata kuliah Metode Riset Bimbingan dan Konseling. 2) Revisi proposal penelitian dan mengajukan persetujuan proposal penelitian

setelah melakukan seminar proposal penelitian.

3) Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi pada tingkat fakultas.

4) Mengajukan permohonan izin untuk melakukan penelitian dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang selanjutnya memberikan rekomendasi untuk melanjutkan pengajuan permohonan izin penelitian ke tingkat fakultas dan selanjutnya ke tingkat Universitas. Surat izin yang telah


(25)

disahkan kemudian disampaikan kepada Kepala SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung.

5) Mengajukan permohonan validasi instrumen kepada tiga dosen ahli yang sesuai dengan tema skripsi.

6) Melakukan penyebaran instrumen kepada siswi kelas XI di SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung.

3.8.2 Pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

1) Melaksanakan pretest pengumpulan data penelitian dari seluruh siswi kelas XI di SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung Tahun Ajaran 2014-2015. 2) Menghitung reliabilitas instrumen.

3) Menganalisis data hasil penelitian.

4) Menentukan sampel peserta didik yang akan diberikan treatment, yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling.

5) Mengembangkan dan melaksanakan program intervensi bimbingan kelompok untuk meningkatkan pemahaman perilaku seksual sehat remaja putri.

6) Melakukan post-test untuk memperoleh data mengenai perubahan tingkat perilaku seksual sehat setelah dilakukan intervensi.

3.8.3 Pelaporan

Tahapan terakhir dari prosedur penelitian adalah tahap pelaporan. Tahapan pelaporan ini meliputi analisis seluruh kegiatan, hasil penelitian, dan pembahasan kemudian dilaporkan dalam bentuk karya tulis ilmiah (skripsi) untuk selanjutnya dipertanggung jawabkan.


(1)

KATEGORI SKOR INTERPRETASI

menghargai diri sendiri dan orang lain, mau mempelajari informasi tentang seksual sehat dan mampu membatasi diri dari pengaruh negatif media sehingga sudah memiliki kemampuan yang baik dalam menjaga diri dari pergaulan bebas. Sedang 28 ≤ x ≥ 40 Siswi memiliki pencapaian tingkat pemahaman

yang cukup baik tentang cara pemenuhan kebutuhan seksual yang baik dan bertanggung jawab dalam semua aspek perilaku seksual sehat, dalam artian akan mendekati tinggi. Hal ini menunjukan siswi sudah dapat memelihara kondisi fisik, kesehatan fisik dan organ reproduksi dengan cukup baik dan cukup benar. Siswi memiliki pengetahuan mengenai perkembangan seksual remaja, tetapi terbatas pada pengetahuan yang belum mendalam. Menunjukan sikap yang cukup positif terhadap perilaku seksual sehat, namun sikap ini masih bisa digoyahkan. Siswi sudah mampu menerima kondisi fisiknya dengan baik, namun masih dapat berubah pikiran ketika melihat fisik idaman idealnya. Siswi memiliki pengendalian diri yang cukup baik terhadap dorongan perilaku seksual sehingga cukup mampu untuk menghindari diri dari perilaku seksual tidak sehat karena sudah memiliki kemampuan sosial kognitif yang cukup mengenai cara menghabiskan waktu bersama dengan pasangan secara sehat dan bertanggung jawab, namun pengendalian ini terbatas karena siswa belum memiliki sikap asertif yang cukup kuat. Siswi juga mampu menghargai diri sendiri dan orang lain, mau mempelajari informasi tentang seksual sehat dan mampu membatasi diri dari pengaruh negatif media sehingga memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menjaga diri dari pergaulan bebas, namun terbatas karena siswi masih mengikuti perilaku yang sudah menjadi kebiasaan dalam kehidupan bergaul sehari-hari.

Rendah x < 28 Siswi memiliki pencapaian tingkat pemahaman yang kurang baik tentang cara pemenuhan kebutuhan seksual yang baik dan bertanggung jawab dalam semua aspek perilaku seksual sehat. Hal ini menunjukan siswi belum dapat memelihara kondisi fisik, kesehatan fisik dan organ reproduksi dengan cukup baik dan cukup benar. Siswi belum memiliki pengetahuan mengenai perkembangan seksual remaja.


(2)

KATEGORI SKOR INTERPRETASI

Menunjukan sikap yang kurang positif terhadap perilaku seksual sehat, karena tidak dapat bersikap tegas teradap perilaku seksual tidak sehat, Siswi belum memiliki pengendalian diri yang cukup baik terhadap dorongan perilaku seksual sehingga belum mampu untuk menghindari diri dari perilaku seksual tidak sehat karena belum memiliki kemampuan sosial kognitif yang cukup mengenai cara menghabiskan waktu bersama dengan pasangan secara sehat dan bertanggung jawab. Siswi juga belum mampu menghargai diri sendiri dan orang lain, belum mau mempelajari informasi tentang seksual sehat dan mampu membatasi diri dari pengaruh negatif media sehingga belum memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menjaga diri dari pergaulan bebas.

Berdasarkan hasil perhitungan kategori diatas dapat diketahui pengkategorian tingkat pemahaman perilaku seksual sehat remaja terbagi ke dalam tiga kategori. Siswi yang termasuk dalam kategori tinggi memiliki skor lebih besar dari 40, kategori sedang memiliki skor antara 28-40, sedangkan yang termasuk ke dalam kategori rendah memiliki skor kurang dari 28.

3.7.2 Penyusunan Program Bimbingan Kelompok dengan Menggunakan

Teknik Assertive Training untuk Meningkatkan Pemahaman Perilaku Seksual Sehat Siswi di SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung Tahun Ajaran 2014/ 2013

Penyusunan program bimbingan kelompok dengan menggunakan Teknik

Assertive Training untuk meningkatkan pemahaman perilaku seksual sehat siswi dikembangkan berdasarkan hasil pengolahan data pre-test mengenai perilaku seksual sehat. Program bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik

assertive training terdiri dari beberapa komponen (dapat dilihat pada bagian uji validasi program). Selanjutnya komponen-komponen program tersebut dinilai oleh penimbang berdasarkan unsur penilaian dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Komponen yang diberi nilai M berarti Komponen tersebut dapat langsung digunakan dan komponen yang diberi nilai TM berarti harus direvisi.


(3)

Berdasakan penilaian pakar yang telah dilakukan terdapat beberapa komponen program yang direvisi. Komponen-komponen program yang direvisi tersebut meliputi: deskripsi kebutuhan, komponen program dan komponen RPLBK. Perbaikan yang dilakukan dalam komponen program deskripsi kebutuhan siswi yang disesuaikan dengan kebutuhan siswi yang akan diberi layanan bimbingan kelompok. Selanjutnya perbaikan dilakukan adalah merampingkan komponen program bimbingan kelompok dan perbaikan pada RPLBK yang masih perlu disempurnakan dengan mempertajam pertanyaan-pertanyaan refleksi (what happened, so what, now what) serta ditambahkan dengan tahap ekspektasi atau output yang diberikan kepada siswi setelah mengikuti kegiatan intervensi pada setiap sesi. Secara lebih rinci rekapitulatsi penilaian pakar terhadap program bimbingan kelompok dalam meningkatkan perilaku seksual sehat remaja putri dapat dilihat pada bagian lampiran.

3.7.3 Analisis Data Efektivitas Teknik Assertive Training untuk Meningkatkan Pemahaman Perilaku Seksual Sehat Siswi di SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung Tahun Ajaran 2014/ 2013

Analisis data untuk mengetahui efektivitas teknik assertive training dalam meningkatkan pemahaman perilaku seksual sehat siswi dilakukan setelah siswi dengan kategori perilaku seksual rendah diberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik assertive training yang selanjutnya diberikan post-test. Data hasil

post-test ini kemudian diolah dan dianalisis untuk memperoleh keyakinan data empiris mengenai efektivitas teknik assertive training untuk meningkatkan pemahaman perilaku seksual sehat remaja putri.

Tahapan yang dilakukan untuk menjawab bagaimana efektivitas teknik

assertive training untuk meningkatkan pemahaman perilaku seksual sehat siswi di SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung, adalah sebagai berikut:

3.7.3.1Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu distribusi data. Hasil dari uji normalitas data menentukan metode statistik yang digunakan untuk menganalisis data penelitian. Jika data berdistribusi normal, maka metode statistik yang digunakan adalah parametrik. Namun jika data berdistribusi tidak normal, maka menggunkan metode statistik non parametrik.


(4)

Uji normalitas di hitung dengan IBM SP SS Statistics 16 untuk mengetahui kenormalan data pre-test dan post-test menggunakan uji statistik One-Sampel Kolmogorov-Smirnov. Hipotesis uji normalitas skor pre-test dan post-test perilaku seksual sehat remaja adalah:

H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal

Dengan kriteria uji, pada taraf signifikansi α tolak H0 jika p-value lebih kecil dari α (α = 0,05). Asumsi pengambilan keputusan dalam pengujian hipotesis (menolak atau tidak menolak hipotesis nol) antara lain didasarkan pada derajat keyakinan (level of significance) yang besarnya sama dengan 1 - α. jika keputusan yang diambil adalah menolak hipotesis nol pada α = 0,05, berarti 95 kali dari 100 penelitian yang dilakukan akan menghasilkan keputusan yang sama di bawah asumsi hipotesis nol (jika hipotesis nol benar) (Furqon, 2011, hlm. 18).

3.7.3.2Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata skor pre-test dan post-test bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata skor sebelum dan sesudah diberikan intervensi layanan bimbingan kelompok. Hasil pengukuran dengan instrumen pemahaman perilaku seksual sehat remaja putri menghailkan data ordinal oleh karena itu pengolahan data menggunakan teknik statistik uji Man Whitney. Hipotesis uji perbedaan dua rata-rata skor pre-test dan post-test perilaku seksual sehat remaja adalah:

H0 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata data pre-test dan post-test

H1 : Terdapat perbedaan rata-rata data pre-test dan post-test

Dengan kriteria uji pada taraf signifikansi α tolak H0 jika p-value lebih kecil dari α (α = 0,05).

3.7.3.3Uji Gain Ternormalisasi

Uji Gain Ternormalisasi bertujuan untuk mengetahui kualitas dari skor peningkatan sampel. Rumus yang digunakan, yaitu :

Gain ternormalisasi =


(5)

Dengan N- Gain 1, skor maksimal ideal untuk perilaku seksual sehat remaja mencapai 42. Kategori N-Gain dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.11 Klasifikasi N-Gain

Indeks Gain Klasifikasi N-Gain

N-Gain > 0,7 Tinggi

0,3 < N-Gain ≤ 0,7 Sedang

N-Gain ≤ 0,3 Rendah

Nilai N-Gain yang diperoleh dapat dilihat untuk melihat peningkatan perilaku seksual sehat siswi. jika terdapat peningkatan pemahaman perilaku seksual sehat siswi, maka pelaksanaan bimbingan kelompok dengan teknik

assertive training untuk meningkatkan pemahaman perilaku seksual sehat siswi dapat dikatakan efektif. Namun, apabila tidak terdapat peningkatan pemahaman perilaku seksual sehat siswi, maka pelaksanaan bimbingan kelompok dengan teknik assertive training untuk meningkatkan pemahaman perilaku seksual sehat siswi dapat dikatakan tidak efektif.

3.8 Prosedur dan Tahapan Penelitian

Prosedur penelitian yang ditempuh terdiri dari tiga tahapan, yaitu: persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan. Ketiga prosedur dan tahapan penelitian tersebut secara lebih rinci dapat dilihat pada uraian berikut:

3.8.1 Persiapan

Tahapan persiapan penelitian adalah sebagai berikut:

1) Melakukan penyususan proposal penelitian serta melaksanakan seminar propasal penelitian pada mata kuliah Metode Riset Bimbingan dan Konseling. 2) Revisi proposal penelitian dan mengajukan persetujuan proposal penelitian

setelah melakukan seminar proposal penelitian.

3) Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi pada tingkat fakultas.

4) Mengajukan permohonan izin untuk melakukan penelitian dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang selanjutnya memberikan rekomendasi untuk melanjutkan pengajuan permohonan izin penelitian ke tingkat fakultas dan selanjutnya ke tingkat Universitas. Surat izin yang telah


(6)

disahkan kemudian disampaikan kepada Kepala SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung.

5) Mengajukan permohonan validasi instrumen kepada tiga dosen ahli yang sesuai dengan tema skripsi.

6) Melakukan penyebaran instrumen kepada siswi kelas XI di SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung.

3.8.2 Pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

1) Melaksanakan pretest pengumpulan data penelitian dari seluruh siswi kelas XI di SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung Tahun Ajaran 2014-2015. 2) Menghitung reliabilitas instrumen.

3) Menganalisis data hasil penelitian.

4) Menentukan sampel peserta didik yang akan diberikan treatment, yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling.

5) Mengembangkan dan melaksanakan program intervensi bimbingan kelompok untuk meningkatkan pemahaman perilaku seksual sehat remaja putri.

6) Melakukan post-test untuk memperoleh data mengenai perubahan tingkat perilaku seksual sehat setelah dilakukan intervensi.

3.8.3 Pelaporan

Tahapan terakhir dari prosedur penelitian adalah tahap pelaporan. Tahapan pelaporan ini meliputi analisis seluruh kegiatan, hasil penelitian, dan pembahasan kemudian dilaporkan dalam bentuk karya tulis ilmiah (skripsi) untuk selanjutnya dipertanggung jawabkan.