D ADPEND 1202623 Chapter5

BAB 5
KESIMPULAN, IMPLIKASI, dan REKOMENDASI

A. Kesimpulan
Beberapa hal yang menjadi kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Penyelenggaraan

pembelajaran

bermutu

(quality

learning)

yang

merupakan core business dari pendidkan tidak bisa lepas dari tersedianya
Sumber

Daya


Manusia

(SDM)

yang

profesional.

Dalam konteks

persekolahan guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan
karena kualitas guru menjadi variabel atau elemen kunci bagi peningkatan
hasil belajar siswa.
bagaimana

Guru merupakan figur sentral yang menentukan

keberhasilan


proses pembelajaran di kelas.

Kompetensi,

komitmen serta kesadaran guru terhadap profesinya sebagai tenaga
pendidikan

menentukan bagaimana kulitas pada proses pembelajaran.

Guru yang profesional merupakan salah satu isu utama dalam membangun
mutu pendidikan. Oleh karena itu,

upaya peningkatan

profesionalitas

guru dalam kerangka pembangunan kapasitas guru (Teacher Capacity
Building /TCB) merupakan hal yang sangat perlu mendapat perhatian.
2. Upaya untuk meningkatkan TCB tidak dapat terlaksana hanya dengan
mengandalkan komitmen dan motivasi yang dimiliki oleh guru secara

individu. Pembangunan TCB memerlukan dukungan sistemik yang tepat
dan efektif. Upaya pengembangkan TCB seyogyanya merupakan suatu
proses terintegrasi yang harmonis antara tiga elemen pokok yaitu: 1)
dukungan kebijakan, 2) pengelolaan, dan 3) sistem penjaminan mutu.
3. Dukungan

kebijakan

mutlak

sangat

diperlukan

karena

kebijakan

merupakan legalisasi formal terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan.
Proses pengambilan kebijakan pengembangan TCB di sekolah paling tidak

harus melalui tiga tahapan proses yang meliputi proses identifikasi
Elis Rosdiawati, 2016
PENGELOLAAN
TEACHER
CAPACITY
BUILD ING
(TCB)
UNTUK
MENINGKATKAN
PROFESIONALITAS GURU
D I TINGKAT SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

452

permasalahan (problem identification), proses menentukan alternative
solusi yang akan diambil (alternative solution), dan proses memilih,
menjelaskan,

dan


mensosialisasikan

kebijakan

yang

diambil (policy

implementation).
4. Untuk dapat menyelenggaran kegiatan TCB yang efektif, diperlukan siklus
managemen yang mengatur sumber daya yang ada di sekolah.

Tahapan

pengelolaan TCB di sekolah ini mencakup tahapan perencanaan (plan),
pelaksanaan (do), evaluasi (check) dan tahapan tindak lanjut (act).
5. Kebijakan

TCB


sustainabilitasnya
assurance).

yang

dikelola

melalui

dengan

mekanisme

baik

perlu

penjaminan


dipertahankan

mutu

(quality

Di tingkat sekolah, sistem penjaminan mutu

meliputi

pembenahan terkait lembaga yang ditunjuk untuk menjamin mutu TCB,
instrumen yang digunakan untuk menjamin mutu, mekanisme penjaminan
mutu, penggunaan feedback

dari hasil penjaminan mutu dan follow up

dari feedback yang diterima.
6. Pengelolaan TCB yang effektif akan terlihat dampaknya dalam bentuk
peningkatan


kualitas

diri

guru

(teacher

professionalism),

mutu

pembelajaran ( learning quality), dan dampak mutu sekolah (school
quality).
7. Satu elemen penting yang tidak boleh hilang dalam pengembangan TCB di
sekolah adalah unsur kepemimpinan (leadership) karena tanpa adanya
kepemimpinan (leadership) yang berdaya, maka ketiga elemen penting
dalam

pembangunan


TCB

di

tingkat

dilaksanakan dengan efektif dan efisian.

sekolah

tidak

akan

dapat

Unsur kepemimpinan memegang

kekuatan kendali sebagai 'elemen perekat'


dari

unsur kebijakan,

pengelolaan, dan penjaminan mutu.
8. Dalam pengembangan TCB di sekolah, seorang pemimpinan (leader)
dalam hal ini kepala sekolah, memegang peranan penting sebagai pemberi
pengaruh positif terhadap
nilai-nilai (idealist

pemahaman seluruh warga sekolah terhadap

influence) dan pengetahuan (intelectual stimuli).

Pemimpin juga memegang peran sebagai pemberi inspirasi (inspiration

453

stimuli) bagi seluruh warga sekolah untuk senantiasa mengembangkan

kapasitas diri masing-masing. Untuk dapat mengembangkan TCB yang
efektif di sekolah, seorang kepala sekolah mengemban amanat untuk
senantiasa mampu memberikan perhatian penuh terhadap seluruh warga
sekolahnya (individual consideration). Kepala sekolah adalah konduktor
yang

menjamin

terjadinya

harmoni antara

upaya-upaya

membentuk

sekolah sebagai organisasi pembelajar (learning organization) melalui
pembangunan jejaring kerja (networking)

yang baik dengan stakeholer

internal maupun eksternal.
9. Agar sekolah dapat malakukan upaya peningkatan kapasitas guru secara
efektif,

maka diperlukan sebuah model yang dikembangkan dengan

mengoptimalkan fungsi dan peran kepala sekolah sebagai pemimpin
(leader) dan manajer (manager), mengoptimalkan sistem evaluasi kinerja
untuk

mendorong

motivasi,

memaksimalkan

fungsi sistem informasi

manajemen guna menyediakan informasi yang relevan dengan kebutuhan
kebijakan maupun dalam pengelolaan TCB, serta membangun kemitraan
dalam penyelenggaraan TCB di sekolah baik

pada level perencanaan,

tindakan, evaluasi, maupun pada tahap tindakan perbaikan.

B. Implikasi

Implikasi dari pengembangan TCB yang dilakukan di sekolah adalah:
1. Diperlukan adanya budaya bersaing yang sehat di kalangan seluruh warga
sekolah

yang

dikemas

melalui tindak

lanjut

berupa

reward

atau

punishment yang adil dan transparan yang diberikan oleh sekolah
berdasarkan hasil penilaian terhadap kinerja guru.
2. Diperlukan adanya pemahaman dan komitmen yang mendalam tentang
langkah

pengambilan

kebijakan,

pengelolaan,

terutama oleh kepala sekolah dan jajarannya.

dan

penjaminan

mutu

454

3. diperlukan adanya koordinasi yang baik antara semua elemen yang
tergabung dalam organizational machinery

dalam kebijakan pembangaun

TCB di sekolah.
4. Diperlukan adanya pendelegasian wewenang dan pemberian kekuatan
(power) yang cukup dari Dinas Pendidikan atau yayasan kepada kepada
sekolah untuk dapat menjalankan tugas sebagai pengawal kebijakan,
manager pengelolaan, dan penjamin mutu TCB yang digulirkan.
5. Diperlukan adanya kesadaran setiap individu guru untuk senantiasa mau
malakukan
kegiatan

upaya-upaya
yang

peningkatan

ditawarkan

khususnya

kapasitas
oleh

diri dalam berbagai

sekolah

dalam

bentuk

pengembangan diri secara berkelanjutan berdasarkan kebutuhan masingmasing guru tanpa terlalu memperhatikan reward berupa capaian angka
kredit guru.
6. Diperlukan

tersedianya

fasilitas sekolah yang memadai yang dapat

dipergunakan oleh seluruh warga sekolah untuk melaksanakan kegiatan
TCB.
7. Diperlukan adanya dukungan dari internal stakehoder maupun ekternal
stakeholder dalam bentuk recognition terhadap keberhasilan sekolah yang
mampu meningkatkan kapasitas guru.

C. Rekomendasi

Beberapa hal yang menjadi rekomendasi dari penelitian ini adalah:
1. Peningkatan profesionalitas guru merupakan kepentingan dan tanggung
jawab semua sekolah.

Dampak dari pelaksanaan TCB di sekolah yang

tercermin dalam peningkatan kualitas guru, kualitas pembelajaran dan
peningkatan kualitas sekolah tidak akan terlalu terasa manfaatnya apabila
hanya dilakukan secara parsial dan

tidak berkelanjutan

Untuk itu

diperlukan adanya upaya komunitas sekolah untuk melakukan kegiatan ini
serempak dan berkelanjutan.

Hal yang menjadi permasalahan adalah

kenyataan bahwa sekolah yang melakukan TCB yang efektif masih sangat

455

terbartas. Untuk itu, penulis merekomendasikan agar Dinas Pendidikan
seyogyanya dapat menentukan sekolah tertentu sebagai model sekolah
penyelenggara TCB untuk dijadikan model rujukan oleh sekolah lain.
2. Sekolah yang menjadi sekolah model peningkatan TCB direkomendasikan
untuk mendokumentasikan secara singkat kegiatan TCB yang dilakukan
sehingga langkah yang dilakukan dapat diadaptasi oleh sekolah lain yang
melakukan benchmarking.
3. Mengingat model pengelolaan TCB yang dikeluarkan oleh penelitian ini
sangat menitik beratkan pada aspek kepemimpinan (leadership), maka
penulis merekomendasikan agar para kepala sekolah sebagai pemimpin
(leader) di sekolah senantisa mengasah kemampuan dan

meningkatkan

kapasitas kepemimpinan agar dapat melaksanakan tugas sebagai pengawal
kebijakan,

manager

pengelolaan,

dan

penjamin

mutu

TCB

yang

digulirkan.
4. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat studi kasus pada
dua sekolah dikota Bandung.
diadakannya
kuantitatif

penelitian

Untuk itu penulis merekomendasikan untuk

lanjutan

yang

dilakukan

dengan

pendekatan

yang dapat mengungkapkan sejauh mana pengaruh yang

diberikan oleh kegiatan pembangunan TCB di tingkat sekolah terhadap
peningkatan mutu guru, mutu pelajaran atau peningkatan mutu sekolah.
5. Pemerintah

daerah

dalam

hal

ini

kabupaten

dan

berkepentingan terhadap tersedianya guru yang profesional

kota

sangat

yang dapat

dijadikan asset untuk pembangunan pendidikan di daerahnya. Oleh karena
itu, pemerintah daerah seyogyanya ikut mengambil peran yang besar
dalam pengelolaan dan pembanguna
yang dimilikinya.

kapsitas guru sesuai dengan otoritas