Slide PSY 417 Chapter 10

Chapter 10
Coaching Youth Sports
Fhany Aprilia
Indah Praditasari
Jehan Jessyca

Sport Socialization
• Sosialisasi merupakan sebuah proses komunikasi
masyarakat ke kepada seseorang yang ia diharapkan.
• Seseroang dapat memiliki peran penting dalam
masyarakat.
• Pada olahraga seseorang sebagai anggota dalam team
juga memiliki peran tersendiri.
• Sebagai seseorang atlet yang masih muda, sosial
emosinoal dapat terlihat jelas.
• Begitupun seorang atlet yang sedang berada pada
masa puberitas, terkadang mengalami hambatan dalam
bersosialisasi.

• Terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi dan bereperan dalam olahraga

dan aktifitas fisik :
1. Socialization factor
2. Situational & environment factor
3. Family trend
4. Personal factors

When Children Ready to
Compete ?
• Banyak orang tua yang tidak dapat memisahkan
keinginannya dengan keinginan anak.
• Orang tua terlalu mendorong anak untuk
berkompetisi dan juara  Judge objectively
• Orangtua mencari bakat dan minat yang seseuai
 mengarahkan.
• Membuat anak senang bukan orang tua saja yang
senang.
• Kesiapan > Kematangan, dan perkembangan skill
> sukses.

 Primary Factors of Readiness


 Sign of Readiness

Why Children Participate in Sport
?
• Youth sport popular >< Children dorp out sport
• Dipengaruhi oleh alasan seorang anak
berpartisipasi dalam olahraga  mengetahui
kebutuhan, keinginan dan tujuan.
• What adults think Children VS What adults really
Children.
• Sport Commitment Model

Why Children Drop Out
• Gould (1984)  alasan utama anak berhenti
olahraga adalah karena tekanan untuk menang
• Kurangnya keberhasilan, keterlibatan dalam
kegiatan lain, dan adanya minat lain juga menjadi
penyebab
• Penyebab anak-anak berhenti olahraga dibagi

menjadi tiga hal, yaitu: comparative appraisal,
perceived lack of ability, dan low intrinsic
motivation

Comparative Appraisal
• Anak-anak mulai membandingkan diri dengan orang
lain untuk menentukan status mereka pada
kemampuan motorik mulai usia 4 sampai 5 tahun.
• Proses tersebut disebut dengan comparative appraisal
• Saran bagi pelatih dan orang tua untuk membantu
atlet muda menangani proses tersebut:
 Hindari membandingkan dengan orang lain
 Membantu mereka menyadari bahwa ‘berbeda’ tidak
berarti ‘lebih baik”
 Menjadi model positif bagi anak-anak
 Membantu mencegah stres yang berhubungan
dengan olahraga

Perceived Lack of Ability
• Saran terbaik bagi para pemimpim program

olahraga junior adalah fokus pada perbaikan dan
usaha, bukan kemampuan yang rendah
• Roberts (1993)  alasan utama anak-anak berhenti
olahraga adalah mereka gagal karena kurang
kemampuan
• Mulai usia 11 dan 12 tahun, ‘perceived ability’
menjadi sangat penting sebagai faktor pendorong
untuk berolahraga
• Hubungan antara ‘perceived ability’ dan berhenti
olahraga dapat dijelaskan melalui teori motivasi
berprestasi

Lack of Achievement Motivation
• Penting untuk diketahui bahwa keberhasilan atau
kegagalan atlet bukanlah isu yang penting
• Yang terpenting adalah persepsi individu dari
keberhasilan atau kegagalan yang menentukan
pengaruh kompetensi terhadap motivasi dan
ketekunan
• Nicholls  terdapat dua faktor yang berkontribusi

dalam bertahan atau keluar dari olahraga:
 Persepsi individu terhadap penampilannya sebagai
kesuksesan atau kegagalan
 Bagaimana mereka menghubungkan penyebab dan
hasilnya

• Anak-anak harus tahu bahwa setiap individu mampu
untuk improve
• Dalam olahraga junior, pengembangan keterampilan
harus menyenangkan, tidak pada kontes kemenangan
• Hasil pertandingan bukanlah sebuah tujuan, tetapi
hanya hasil belajar, peningkatan kinerja, dan
peningkatan kepercayaan diri
• Sekali atlet junior merasa bahwa mereka tidak
memiliki kemampuan untuk menjadi sukses,
kemungkinan mereka meninggalkan olahraga
meningkat

• Orang dewasa dapat mencegah hal tersebut dengan:
 make within-individual comparisons  membantu anak

membandingkan performance saat ini dengan
sebelumnya
 focus on strengths  memperkuat keterampilan spesifik
dari atlet secara kompeten, sembari improve
keterampilan yang kurang
 set performance goals  membuat tujuan sesuai
dengan kemampuan
 encourage children after failure  mengingatkan
kompetensi mereka dan setiap atlet pasti mengalami
kegagalan
 stress individual differences  memberitahu bahwa
setiap individu tumbuh dan dewasa dalam tingkat yang
berbeda (remaja lebih pada body-image)

Low Intrinsic Motivation
• Intrinsic motivation  keinginan untuk melakukan
sesuatu karena menyenangkan
• Pelatih mengatakan bahwa anak-anak ingin dan
perlu sistem reward untuk mempertahankan minat
dan mendapatkan kesenangan dari berolahraga

• Namun, peneliti belum menemukan hal tersebut
• Ketergantungan pada reward merupakan bentuk
extrensic motivation

• Pengaruh award terhadap intrinsic dan extrinsic
motivation berhubungan dengan bagaimana anak
memandang alasan dari award tersebut
• Award dapat meningkatkan intrinsic motivation,
tetapi hanya dalam kondisi tertentu
• Untuk meningkatkan intrinsic motivasi melalui
penggunaan rewards, sebaiknya
mempertimbangkan saran-saran berikut

• Rewards should
reflect ability
• Reward all
players
• Teach skills
• Promote social
support

• Remember the
modeling effect

• Allow for team
decisions
• Ensure success
• Awards should be
unexpected
• Use joint goal
setting
• Keep practices
and games fun

Competitive Stress
 Reaksi emosional negatif ketika harga dirinya
terancam
• Scanlan & Passer (1978)  competitive stress
didasarkan pada persepsi anak tidak mampu
memenuhi tuntutan kinerja dan persepsi tentang
konsekuensi dari kegagalan

• Competitive stress dapat terjadi kapan saja:
sebelum kompetisi, selama kompetisi, dan setelah
kompetisi

Coaching Children: Positive
Approaches to Avoiding Dropout
Salah satu cara pelatih dalam memberikan kepemimpinan yang
efektif untuk anak-anak adalah memahami alasan anak-anak
meninggalkan olahraga dan mengatasi kekhawatiran mereka
secara individual

• Reason 1: not getting to
play
• Reason 2: negative
reinforcement
• Reason 3: mismatching

• Reason 4:
psychological stress
• Reason 5: failure

• Reason 6:
overorganization

Gender Differences: Implications
for Coaching Females
 Yang membedakan dengan atlit laki2 adalah pubertas.

• Menarche
• Contraception
• Pregnancy

The Role of Parents
• Child Athletes’ Self-Perception and Motivation persepsi
anak2 biasanya dipengaruhi oleh persepsi orang dewasa
• Child Athletes’ Emotions
1. Persepsi anak terhadap tekanan orang tua (OT) untuk
berpartisipasi dalam sport.
2. Perilaku OT yang dipersepsikan oleh anak sebagai hal yang
positive
3. OT mungkin mempengaruhi kebutuhan anaknya dan motivasi

untuk mencapai tujuan yg menantang.

The parent orientation
meetingorangtua merasa butuh diberitahu mengenai
perannya

• Guidelines:
1. Pertemuan harus pada waktu dan tempat yang nyaman
untuk semua pihak
2. Anak tidak seharusnya dilarang untuk menghadiri meeting.
3. Pastikan minuman gratis yang tersedia dan disebutkan
pada semua iklan yang ditulis.
4. League officials harus berpakaian dengan tepat untuk
memproyeksikan citra profesional

The parent orientation
meeting (cont)
Developinng The meeting’s Agenda
Introduction, Understanding the sport, danger and risk injury,
equipment needs, coaching philosophy, emergency
procedures, the child responsibilities, the parents’
responsibilities.
•Written input
•Scheduling Parent Meetings

Postseason Evaluation
• What Should Be Evaluated?--> skill, knowledge, fitness,
and attitude
• Who Should Evaluated? playes (questionnaire)
• Evaluation Steps
1. mengindentifikasi hasil; dari season.
2. Mengumpulkan data evaluasi
3. Analisis data
4. Melaksanakan perubahan yang dibutuhkan

Bill of Rights for Young Athletes
1. Right to practice in sport
2. Right to participate at a level commensurate with each
child’s maturity and ability.
3. Right to have qualified adults leadership
4. Right to play as child and not as adults
5. Right of children to share in the leadership and
decision making of their sport participation
6. Right to participate in safe and healthy environments
7. Right to proper presentation for participation in sport
8. Right to have an equal opportunity to strive for
success
9. Right to be treated with dignity
10.Right to have fun in sport

Concluding Thoughts
• Menjadi atlit dapat mencegah anak menjalani
kehidupan yang salah

Review

THANKS! 