SKRIPSI PERBEDAAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA DAYAK KALIMANTAN BARAT YANG BERTATO DAN TIDAK BERTATO DI YOGYAKARTA
PERBEDAAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI
PADA MAHASISWA DAYAK KALIMANTAN BARAT
YANG BERTATO DAN TIDAK BERTATO
DI YOGYAKARTA
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Oleh :
Agatha Sagita Ria
NIM : 059114113
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
S K R I P S I PERBEDAAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA DAYAK KALIMANTAN BARAT YANG BERTATO DAN TIDAK BERTATO DI YOGYAKARTA
Oleh : Agatha Sagita Ria
NIM : 059114113 Telah disetujui oleh :
Pembimbing Tanggal : Y. Heri Widodo S,Psi, M,Psi
S K R I P S I
PERBEDAAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI
PADA MAHASISWA DAYAK KALIMANTAN BARAT
YANG BERTATO DAN TIDAK BERTATO DI YOGYAKARTA
Dipersiapkan dan ditulis oleh Agatha Sagita Ria
NIM : 059114113 Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal................ dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji Nama Lengkap
Tanda tangan Dosen I : Y. Heri Widodo, M. Psi 1............................
Dosen II : Dr. A. Priyono Marwan, SJ 2............................ Dosen III : MM. Nimas Eki Suprawati, S. Psi., Psi., M,Si. 3............................
Yogyakarta, ........................... Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Dekan,
!" # $ %%%&'& !( ) * +
! ! " ! #$ % #$ % #$ % #$ % & #$ "' ( #$ % & #$ "' ( #$ % & #$ "' ( #$ % & #$ "' ( #$ %
! " # $ $%&' %()!$ ***
$%+ ' (, $%+ ' (, - - $%+ ' (, ( - $%+ ' (, ( - ( . - - ( . . *** *** *** .*** - - )% )% (, (, /*** /*** )% )% (, (, /*** /***Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang sudah disebutkan dalan kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 18 Agustus 2009 Penulis Agatha Sagita Ria
ABSTRAK
PERBEDAAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI
PADA MAHASISWA DAYAK KALIMANTAN BARAT
YANG BERTATO DAN TIDAK BERTATO DI YOGYAKARTA
Agatha Sagita Ria 059114113
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kepercayaan diri pada mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang bertato dan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang tidak bertato. Hipotesis dalam penelitian ini adalah tingkat kepercayaan diri mereka yang tidak bertato secara signifikan lebih tinggi daripada mereka yang bertato.
Subyek penelitian ini adalah 100 mahasiswa laki-laki Dayak Kalimantan Barat yang menuntut ilmu di Yogyakarta, yang terdiri dari 50 orang yang bertato dan 50 orang yang tidak bertato, dengan rentang usia remaja (Hall dalam Sarwono, 1989) yakni 12-25 tahun.
Alat penelitian adalah skala kepercayaan diri dengan 71 aitem dan koefisien reliabilitas sebesar 0,927. Uji perbedaan tingkat kepercayaan diri digunakan Independent Sample Test (uji T) dengan hasil analisis nilai t sebesar -1,119 dan nilai p sebesar 0,133. Hal ini berarti bahwa hipotesis penelitian ini ditolak.
Kata kunci : Kepercayaan diri, Kepemilikan tato
ABSTRACT
THE DIFFERENCE OF SELF-CONFIDENCE LEVEL BETWEEN
TATTOOED AND NON-TATTOOED DAYAK STUDENTS OF WEST
BORNEO IN YOGYAKARTA
Agatha Sagita Ria 059114113
This research aims at knowing the difference of self-confidence level between tattooed and non-tattooed Dayak students of West Borneo. The hypothesis of this research was the self-confidence of non-tattooed Dayak students is significantly higher than that of tattooed Dayak students.
Subjects of this research were 100 male Dayak students of West Borneo who studied in Yogyakarta, consisted of 50 tattooed students and 50 non- tattooed students, with the age range between 12-25 year old.
The self-confidence scale used in the research consisted of 71 items with reliability coefficient of 0.927. In order to know difference, the research used
independent sample test (t-test).
The data analysis shows the t = -1,119 with p 0,133. The result rejects the hypothesis proposed, there is no difference in self confidence level between tattooed and non-tattooed Dayak students of West Borneo in Yogyakarta.
Keywords : Self-Confidence, Tattoo
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rakhmatNya lah akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Skripsi dengan judul “Perbedaan Tingkat Kepercayaan Diri Pada Mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang Bertato dan Tidak Bertato”, penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang luarbiasa yang ada dalam hidup penulis, yang telah menjadi salah satu semangat dalam penyelesaian tugas akhir ini... the first oNe, fOr My Saviour, My Redeemer..my gReaT Father...Jesus Christ, yang tidak hanya mengajarkan sebuah proses dan perjuangan. Namun juga selalu senantiasa setia menemani saya melewati proses tersebut dan menjadi kekuatan untuk saya menyelesaikan perjuangan ini.
Kedua orangtua saya tercinta yang selalu menjadi inspirasi dalam kehidupan saya, terimakasih buat cinta kasih dan dukungannya yang begitu tulus. Kedua orangtua yang tidak pernah menuntut lebih tetapi selalu memberi keyakinan bahwa saya mampu bahkan harus mampu menyelesaikan tugas besar ini. Buat adek saya tersayang Anggela Trivena Jordani, abang saya Manuel Eka, nenek kakek saya, (alm) kungkung phopho saya, kak Aing, dan keponakan saya tersayang Pepey…seluruh keluarga besar saya…saya sayang sama kalian semua.
Yang saya hormati, Pak Heri, selaku dosen pembimbing. Saya ingin mengucapkan terimakasih buat ilmu yang sudah bapak bagikan dan terimakasih juga buat kesabarannya membimbing saya selama ini. Saya juga ingin meminta maaf bila selama bimbingan saya sering telat dan tidak menepati janji.
Fakultas Psikologi, dimana saya memperoleh ilmu dan pengetahuan tentang dunia Psikologi itu sendiri. Terimakasih buat dedikasinya yang tinggi untuk
Dosen-dosen yang telah membagikan ilmu selama kurang lebih 4 tahun di
Fakultas Psikologi, terimakasih Pak..terimakasih Bu...tanpa kalian saya tidak akan mengerti apa-apa dan tidak mungkin menjadi seorang sarjana psikologi;)
Bang yuli yang sudah dengan senang hati memberikan bimbingan, terimakasih buat kebaikan hati abg.
Bang uri dan Bang Bona yg selalu memberikan support dan bantuan kepada saya dalam penyelesaian skripsi ini.
Abie..pria hebat dengan multi-talent, saya mengucapkan terimakasih buat support dan advicenya selama ini.
Bang At, terimakasih buat segala bantuan dan kreativitasnya, maaf saya sudah sering merepotkan abang.
Kepada 100 orang teman-teman Kalimantan Barat yang sudah bersedia dengan senang hati mengisi 120 soal skala dalam penelitian ini. Saya minta maaf jika soalnya kebanyakan. Sekali lagi terimakasih buat partisipasi kalian karena tanpa kalian tugas akhir ini tidak mungkin selesai.
Buat semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Sekali lagi terimakasih.
Akhir kata, penulis sangat menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna dan tidak lepas dari kekurangan. Oleh sebab itu, dengan senang hati
penulis akan menerima masukan yang akan mengembangkan karya tulis ini.;) Penulis
^,^v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING.......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................... iv
MOTTO......................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...................................................... vi
ABSTRAK..................................................................................................... vii
ABSTRACT.................................................................................................. viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYAix
KATA PENGANTAR.................................................................................. x
DAFTAR ISI.................................................................................................xii
DAFTAR TABEL......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xv
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang....................................................................................1 B. Rumusan Masalah................................................................................
10 C. Tujuan Penelitian.................................................................................
10 D. Manfaat Penelitian...............................................................................
10 BAB II. LANDASAN TEORI..................................................................... 11 A.
11 Kepercayaan Diri................................................................................
1.
11 Pengertian Kepercayaan Diri.......................................................
2.
11 Ciri-ciri Orang Percaya Diri.........................................................
3.
13 Aspek-aspek Kepercayaan Diri....................................................
4.
14 Faktor-faktor Pembentuk Rasa Percaya Diri................................
5.
16 Kepercayaan Diri Mahasiswa Kalimantan Barat.........................
B.
Tato.............................................................................................. 18 1.
18 Pengertian Tato............................................................................
2.
19 Sejarah Perkembangan Tato.........................................................
3. Tujuan Tato..................................................................................
29 E. Metode dan Alat Pengumpul Data.....................................................
40 D. Pembahasan................................................................................. 41
39 C. Uji Asumsi Penelitian........................................................................
39 B. Hasil Penelitian..................................................................................
38 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................... 39 A. Pelaksanaan Penelitian.......................................................................
35 H. Metode Analisis Data.........................................................................
33 G. Hasil Uji Alat Ukur............................................................................
30 F. Pengujian Instrumen Penelitian..........................................................
28 D. Subyek Penelitian...............................................................................
20 4. Tato pada Mahasiswa Dayak Kalimantan Barat..........................
28 C. Definisi Operasional...........................................................................
28 B. Identifikasi Variabel...........................................................................
28 A. Jenis Penelitian...................................................................................
27 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN.................................................
25 E. Hipotesis Penelitian............................................................................
24 D. Perbedaan Tingkat Kepercayaan Diri Mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang Bertato dan Tidak Bertato............................
22 C. Mahasiswa Dayak Kalimantan Barat.................................................
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 45
A. Kesimpulan.................................................................................. 45 B. Saran............................................................................................ 46DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 47
LAMPIRAN.................................................................................................. 49
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1 : Blue-Print Distribusi Item Skala Kepercayaan Diri.................
34 Tabel 3 : Pemberian Skor untuk Pernyataan Favorabel...........................
35 Tabel 4 : Pemberian Skor untuk Pernyataan Unfavorabel.......................
35 Tabel 5 : Blue-print Skala Kepercayaan Diri Setelah Seleksi Aitem......
39
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran I : Skala Penelitian...................................................................
50 Lampiran II : Uji Reliabilitas...................................................................
59 Lampiran III : Deskripsi Data Penelitian.................................................
69 Lampiran IV : Uji Independent Sample Test ( Uji T ).............................
72 Lampiran V : Wawancara.......................................................................
74 Lampiran VI : Data Usia Subyek.............................................................
82
sendiri. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hakim (2002) bahwa kepercayaan diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinannya tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.
Kepercayaan diri tersebut amatlah penting bagi kehidupan manusia karena dengan memiliki kepercayaan diri seseorang akan menjadi lebih mudah menyelesaikan masalah-masalah yang sedang dihadapinya (Hakim, 2002).
Kepercayaan diri sendiri terbentuk melalui sebuah proses dan proses pembentukannya tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Faktor-faktor tersebut antara lain adalah pendidikan keluarga/ orang tua, kondisi ekonomi keluarga, penampilan fisik dan penyesuaian diri (Hakim, 2002).
Dalam hal ini, Hakim (2002) mengemukakan bahwa anak akan tumbuh menjadi individu yang percaya diri jika orang tuanya mampu menanamkan nilai-nilai positif dalam diri anak tersebut. Hal ini menyebabkan anak mampu menilai dirinya secara positif pula. Di lain pihak, orang tua yang tidak mampu menanamkan nilai-nilai positif dalam secara positif pula. Akibatnya, ia akan tumbuh menjadi individu yang tidak percaya diri.
Kemudian Hakim (2002) menambahkan pula bahwa kondisi ekonomi keluarga yang baik dapat membuat individu tumbuh menjadi individu yang percaya diri. Sementara, kondisi ekonomi keluarga yang berkekurangan dan tidak mampu memenuhi kebutuhan si anak dapat membuat anak tidak percaya diri karena orang tua tidak mampu memberikan berbagai kebutuhan anak. Oleh sebab itu, anak menjadi kurang percaya diri untuk bergaul dengan teman-temannya.
Menurut Centi (1993), penampilan fisik merupakan faktor yang penting dalam pembentukan kepercayaan diri. Hal ini dikarenakan, penampilan fisik adalah bagian yang paling tampak dari kepribadian seseorang dan sangat berpengaruh dalam menciptakan kesan awal bagi orang lain. Individu yang mempunyai penampilan fisik yang kurang menarik dibanding orang lain yang dikarenakan buruk rupa, cacat atau menderita kelainan fisik merupakan kekurangan yang jelas terlihat oleh orang lain. Dengan sendirinya seseorang akan sangat merasakan kekurangan yang ada pada dirinya. Jika dia tidak mampu bereaksi secara positif, timbullah rasa rendah diri yang berkembang menjadi tidak percaya diri. Di lain pihak, individu yang puas dengan penampilan fisiknya akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi (Hakim, 2002).
Selain ketiga hal di atas, faktor lain yang ikut mempengaruhi kepercayaan diri adalah penyesuaian diri. Hakim (2002) menyampaikan bahwa dalam kegiatan, khususnya yang menyangkut kegiatan pokok, biasanya seseorang akan terkait di dalam lingkungan tertentu dan berkaitan dengan orang-orang di sekitarnya. Jika ia kesulitan dan tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut, maka bisa menimbulkan rasa tidak percaya diri. Apabila ia mampu menyesuaikan dirinya maka secara tidak langsung ia akan merasa diterima oleh lingkungannya tersebut.
Hal ini menumbuhkan rasa percaya diri pada diri individu tersebut.
Masalah kepercayaan diri ini umumnya lebih sering dialami oleh remaja. Hal ini dikarenakan masa remaja merupakan masa peralihan sehingga akan memberikan banyak perubahan pada diri remaja baik secara fisiologis maupun psikologis (Gunarsa, 1986). Dalam setiap perubahan tentu saja diperlukan penyesuaian diri dan seperti yang telah dikemukakan di atas, mampu tidaknya seseorang menyesuaikan diri dengan perubahan yang ia alami tersebut akan berpengaruh pada kepercayaan dirinya.
Di samping itu, masa remaja juga dikenal dengan masa kritis kepribadian. Maksudnya kritis disini disebabkan karena sikap, kebiasaan, dan pola perlakuan yang sedang dimapankan, dan ada atau tidak adanya kemapanan itu menjadi penentu apakah remaja yang bersangkutan dapat menjadi dewasa dalam artian memiliki keutuhan atau tidak (Mappiare, 1982). Dengan demikian, kepercayaan diri dalam perkembangan sosial mereka sangat berperan dalam pembentukan pribadi yang kuat, sehat dan memiliki kemampuan untuk menentukan pilihan.
Remaja yang percaya diri tidak akan mudah terpengaruh oleh lingkungannya. Mereka mampu untuk menentukan hal-hal apa saja yang patut mereka ikuti atau tidak sehingga mereka akan berani berkata tidak untuk hal-hal negatif. Mereka tidak akan mudah terpengaruh berbagai godaan meskipun godaan tersebut berasal dari teman sebaya mereka sendiri. Sementara remaja yang tidak percaya diri, merasa dirinya rendah, tidak mampu, dan sangat bergantung pada orang lain sehingga akan lebih mudah terpengaruh oleh lingkungannya. Oleh sebab itulah, kepercayaan diri merupakan salah satu aspek penting yang harus dimiliki oleh remaja.
Mahasiswa Dayak Kalimantan Barat di Yogyakarta yang umumnya sedang berada pada usia remaja, juga mengalami masalah kepercayaan diri ini. Mahasiswa Dayak Kalimantan Barat sebagai pendatang di Yogyakarta, secara tidak langsung dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Hal ini dikarenakan, kondisi di daerah Kalimantan Barat dan kondisi di kota Yogyakarta sangatlah jauh berbeda, baik dari budaya, tata krama, gaya hidup, dan lainnya. Di samping itu, kota Yogyakarta sebagai bagian dari pulau Jawa, dapat dikatakan jauh lebih berkembang/ lebih maju dari daerah Kalimantan Barat. Bagi teman-teman mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan baik maka kemungkinan besar akan mengalami masalah dengan kepercayaan dirinya. Misalnya saja dalam perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat, ditemukan hampir sebagian besar teman-teman yang masih tidak mau terlibat dalam kegiatan organisasi baik di dalam perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat sendiri maupun di luar perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat. Selain itu, dapat dikatakan bahwa hanya sejumlah kecil teman-teman mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang tampak bergaul dengan teman-teman di luar mahasiswa Dayak Kalimantan Barat, sebagian besar lebih memilih bergaul dengan sesama teman yang berasal dari satu daerahnya. Dampak negatifnya, wawasan mereka menjadi kurang sehingga mereka akan cenderung memiliki pandangan yang sempit ( fanatik berlebihan ).
Mahasiswa Dayak Kalimantan Barat ini ternyata tidak hanya dituntut untuk menyesuaikan diri dengan kondisi kota Yogyakarta saja tetapi mereka juga perlu menyesuaikan diri dengan komunitas mereka sendiri yaitu perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang ada di Yogyakarta.
Dalam perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang ada di kota Yogyakarta, ditemukan adanya sebuah fenomena yang sangat menarik. Sejumlah besar teman-teman mahasiswa Dayak Kalimantan Barat tampak seperti saling berlomba-lomba membuat tato di tubuhnya.
Bentuk tatonya sendiri sangat bervariasi namun uniknya selalu mengandung motif Dayaknya.
Bagi suku Dayak, tato memang merupakan sebuah tradisi bahkan pada subsuku Dayak tertentu, tato merupakan sebuah kewajiban. Tato tersebut dipercaya sebagai sebuah kegiatan sakral yang selalu dihubungkan dengan berbagai aspek kebudayaan. Makna tato sendiri secara umum sangatlah beragam, bisa sebagai simbol status sosial, sebagai bukti dari seseorang yang telah melakukan perjalanan panjang, sebagai penangkal serangan dari roh jahat, dan lain-lain (Olong, 2006).
Seiring berjalannya waktu, tradisi tato pada suku Dayak mulai memudar. Tradisi tato tersebut hanya masih dilakukan oleh sejumlah kecil orang Dayak saja khususnya mereka yang masih hidup di daerah pedalaman. Saat ini, budaya tato tersebut telah dimunculkan kembali oleh kaum muda Dayak khususnya kaum laki-laki. Namun, eksistensi tatonya sudah bukan merupakan tato tradisi lagi. Hal ini ditunjukkan dengan tato yang dimiliki mahasiswa Dayak Kalimantan Barat telah mengalami banyak modifikasi atau mungkin bisa dikatakan lebih banyak bersifat kreasi. Cara membuat tato juga sudah tidak melalui berbagai ritual lagi. Tato yang ada pada mereka lebih banyak memiliki unsur seni atau keindahannya (Olong, 2006).
Di Kalimantan Barat, fenomena membuat tato di kalangan kaum muda Dayak ini sudah berlangsung cukup lama. Hampir setiap orang Dayak mengetahui bahwa tato memang merupakan bagian dari tradisi suku Dayak. Hanya saja, tidak semua mengerti apa tujuan dari tato itu sendiri. Pada umumnya, mereka yang bertato adalah kaum muda dayak yang sudah menyelesaikan pendidikannya di bangku SLTA ( Sekolah Lanjutan Tingkat Atas ). Hal ini mungkin saja dikarenakan mereka yang lulus SLTA merasa sudah lebih bebas. Mereka tidak terikat dengan berbagai aturan lagi khususnya aturan sekolah sehingga mereka lebih bebas dalam bergaya atau berpenampilan.
Kemudian dalam perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang ada di kota Yogyakarta, ditemukan beberapa teman yang awalnya memang sudah bertato dari Kalimantan Barat dan saat di Yogyakarta mereka menambah tatonya lagi. Selain itu, ditemukan pula beberapa teman yang awalnya belum bertato sama sekali, kemudian melihat lingkungannya di Yogyakarta bertato akhirnya menjadi ikut bertato pula. Keadaan ini pun berlangsung terus menerus sehingga kegiatan bertato tersebut tampak seperti membudaya di dalam perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang ada di kota Yogyakarta ini.
Fenomena yang menarik ini mungkin saja merupakan bentuk usaha penyesuaian diri teman-teman mahasiswa Dayak Kalimantan Barat agar dapat diterima di kelompoknya. Salah satu caranya yaitu dengan memiliki penampilan yang sesuai dengan idealis kelompoknya tersebut (Hurlock, 1997). Dalam perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat di Yogyakarta, salah satu aksesoris khusus yang menjadi idealis kelompok ini adalah tato. Dengan demikian, dapat dikatakan teman-teman mahasiswa Dayak Kalimantan Barat menato tubuhnya untuk dapat menyesuaikan diri dengan kelompoknya.
Menurut Hurlock (1997), seseorang yang dapat menyesuaikan diri dengan norma kelompoknya akan memperoleh pengakuan dari kelompoknya tersebut sehingga dapat memberikan perasaan berharga dan rasa keyakinan dalam dirinya. Dengan demikian, fenomena ini kemudian memunculkan sebuah pertanyaan yang terkait dengan kepercayaan diri mereka di dalam kelompoknya tersebut.
Di lain pihak, dalam perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang ada di Yogyakarta ini tidak hanya dijumpai teman-teman yang telah menato tubuhnya, tetapi dijumpai pula mereka yang tidak menato tubuhnya. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini, penulis membagi perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat tersebut dengan dua kelompok yaitu kelompok yang bertato dan kelompok yang tidak bertato. Perbedaan kondisi ini menunjukkan adanya perbedaan pilihan antara teman-teman pada kelompok bertato dengan teman-teman kelompok tidak bertato. Bila kepemilikan tato dilihat sebagai indikator dari teman-teman yang kepercayaan dirinya rendah, hal ini berarti, teman-teman dari kelompok bertato kemungkinan besar memiliki masalah dengan kepercayaan dirinya sedangkan teman-teman dari kelompok tidak bertato tidak memiliki masalah dengan kepercayaan diri mereka. Perbedaan kepercayaan diri ini terlihat pula dari keseharian teman-teman mahasiswa Dayak yang bertato dan tidak bertato. Teman-teman mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang tidak bertato tampak lebih aktif dalam organisasi, mereka juga kebanyakan lebih unggul dalam prestasi. Dalam hal ini, orang yang lebih aktif dalam organisasi dan unggul dalam prestasi dilihat sebagai orang yang lebih percaya diri. Selain itu, seringkali ditemukan teman- teman yang bertato lebih sering mengalami masalah baik masalah konflik dengan teman sebaya maupun masalah dalam akademik mereka.
Kecenderungan teman-teman yang bertato sering mengalami konflik tersebut menunjukkan adanya sikap mereka yang cenderung mementingkan diri sendiri pula dan hal ini merupakan karakteristik orang yang tingkat kepercayaan dirinya rendah (Lauster, 1990). Sementara kecenderungan mereka yang bertato mengalami masalah akademik yaitu adanya kecenderungan mereka membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan pendidikan mereka di perguruan tinggi, secara tidak langsung menunjukkan adanya sikap mereka yang kurang bertanggung jawab dan hal ini merupakan karakteristik dari orang yang tingkat kepercayaan dirinya rendah pula (Lauster, 1990). Kondisi ini diakui pula oleh beberapa pembina mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang ada di Yogyakarta (Wawancara III, baris 39-48, 7 mei 2009).
Melalui uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perbedaan pilihan antara teman-teman kelompok bertato dan teman-teman kelompok tidak bertato tersebut terkait dengan perbedaan kepercayaan diri yang mereka miliki. Jadi, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan tingkat kepercayaan diri pada mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang bertato dan tidak bertato. B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang dapat disimpulkan yang menjadi fokus permasalahan adalah adakah perbedaan tingkat kepercayaan diri antara mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang bertato dan tidak bertato?
C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui perbedaan tingkat kepercayaan diri antara mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang bertato dan tidak bertato.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan menunjukkan pada psikologi remaja unsur kepercayaan diri remaja yang sedang mencari identitas diri
2. Manfaat Praktis Melalui penelitian ini diharapkan pembaca dan peneliti lain memahami bahwa tidak bertato menunjukkan kepercayaan diri yang lebih dari yang bertato.
1. Pengertian Kepercayaan Diri Hakim (2002) menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinannya tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.
Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/ situasi yang dihadapinya (Rini, 2002).
Percaya diri merupakan sikap atau perasaan yakin terhadap kemampuan sendiri, sehingga individu yang bersangkutan tidak berhati- hati secara berlebihan, yakin akan kebebasannya atau kemandiriannya, maka ia tidak mementingkan dirinya secara berlebihan, cenderung menjadi toleran dan memiliki ambisi yang normal (Lauster, 2001).
2. Ciri-ciri Orang Percaya Diri Lauster (2001) mengemukakan bahwa orang yang percaya diri mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut : a. tidak berhati-hati secara berlebihan, b. dia lebih toleran,
c. tidak tergantung dengan orang lain,
d. tidak mementingkan diri sendiri, e. dia lebih optimis dan gembira.
Sementara, Hakim (2002), mengungkapkan bahwa ciri-ciri tertentu dari orang yang percaya diri antara lain : a. Selalu bersikap tenang dalam mengerjakan sesuatu
b. Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai
c. Mampu menetralisir ketegangan yang muncul dalam berbagai situasi d. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi
e. Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya f. Memiliki kecerdasan yang cukup
g. Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup
h. Memiliki keahlian atau ketrampilan lain yang menunjang kehidupannya i. Memiliki kemampuan bersosialisasi j. Memiliki latar belakang kehidupan yang baik k. Memiliki pengalaman hidup yang menempa mentalnya menjadi kuat dan tahan dalam menghadapi berbagai cobaan hidup l. Selalu bersikap positif dalam menghadapi berbagai masalah, yaitu dengan tetap tegar, sabar, tabah dalam menghadapi persoalan hidup.
Dari uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri orang percaya diri adalah selalu bersikap positif dalam menghadapi berbagai masalah, yaitu dengan tetap tegar, sabar, tabah. Dalam menghadapi persoalan hidup dia lebih optimis dan gembira. Orang yang percaya diri mengetahui dan menilai diri sendiri, peduli dengan diri dan dapat mengendalikan diri dengan baik.
3. Aspek-Aspek Kepercayaan Diri Lauster (2001) mengemukakan bahwa kepercayaan diri memiliki beberapa aspek, yaitu : a. Memiliki perasaan aman
Perasaan aman merupakan perasaan yang terbebas dari perasaan takut dan ragu-ragu terhadap situasi atau orang lain yang ada di sekitarnya serta mampu menghadapi segala permasalahan dengan tenang.
b. Yakin pada kemampuan diri sendiri Yakin pada kemampuan diri sendiri merupakan suatu perasaan yang tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang lain dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain. Mahasiswa tersebut sadar akan kelebihan dan kekurangannya.
c. Tidak mementingkan diri dan cukup toleran Tidak mementingkan diri dan cukup toleran diartikan sebagai pendapat orang lain dan dapat menerima pandangan orang lain. Dia juga menerima adanya perbedaan antara mahasiswa satu dengan yang lain.
d. Memiliki ambisi yang normal Memiliki ambisi yang normal berarti ambisi yang dimiliki sesuai dengan kemampuan individu tersebut, sehingga ia mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dan bertanggung jawab
e. Mandiri Mandiri merupakan ketidaktergantungan individu pada orang lain dan tidak memerlukan dukungan orang lain dalam melakukan suatu tindakan
f. Optimis Optimis adalah memiliki pandangan dan harapan yang positif mengenai diri dan masa depannya
4. Faktor-Faktor Pembentuk Rasa Percaya Diri Hakim (2002) memaparkan bahwa percaya diri dapat terbentuk oleh beberapa hal. Faktor yang dapat membentuk rasa percaya diri tersebut, yaitu :
a. Pendidikan keluarga/ orang tua Dalam keluarga, anak akan mulai memahami dirinya dalam berhubungan dengan orang lain. Jika ia bisa menilai dirinya sebagai makhluk sosial yang berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan orang lain, ia akan bisa memiliki rasa percaya diri yang normal. Sebaliknya jika ia memahami dirinya secara negatif dan banyak kekurangannya dibanding dengan orang lain, ia akan menjadi pribadi yang rendah diri dan akhirnya berkembang menjadi tidak percaya diri.
b. Kondisi ekonomi keluarga Gejala tidak percaya diri ini biasanya dialami oleh seseorang yang berasal dari keluarga ekonomi lemah yang tidak mampu memberikan berbagai kebutuhan anak. Oleh sebab itu anak menjadi rendah diri dan kurang percaya diri untuk bergaul dengan teman-temannya.
c. Penampilan fisik Orang yang mempunyai penampilan fisik yang kurang menarik dibanding orang lain yang dikarenakan buruk rupa, cacat atau menderita kelainan fisik merupakan kekurangan yang jelas terlihat oleh orang lain. Dengan sendirinya seseorang amat merasakan kekurangan yang ada pada dirinya jika dibandingkan dengan orang lain. Jika dia tidak mampu bereaksi secara positif, timbullah rasa rendah diri yang berkembang menjadi tidak percaya diri.
d. Penyesuaian diri Dalam kegiatan, khususnya yang menyangkut kegiatan pokok, biasanya seseorang akan terkait di dalam lingkungan tertentu dan berkaitan dengan orang-orang di sekitarnya. Jika ia kesulitan dan tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut, maka bisa menimbulkan rasa tidak percaya diri.
5. Kepercayaan diri Mahasiswa Kalimantan Barat Kota Yogyakarta sebagai kota pelajar, umumnya dipenuhi oleh para pelajar yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk salah satunya adalah Kalimantan Barat. Para pelajar yang berasal dari daerah Kalimantan Barat ini tersebar di berbagai macam Universitas yang ada di Yogyakarta. Namun pada kenyataannya, setiap dari mereka diperhadapkan pada persoalan yang sama yaitu harus berinteraksi dan berelasi dengan teman-teman yang berasal dari daerah lain seperti Sumatera, Jawa, Sulauwesi, Bali dan Papua.
Bersosialisasi dengan teman-teman yang berasal dari daerah lain bukanlah sesuatu hal yang mudah. Hal ini dikarenakan banyaknya perbedaan yang akan mereka jumpai satu dengan yang lainnya. Kemajemukan yang ada dapat memicu perselisihan sehingga dibutuhkan sekali kemampuan adaptasi yang baik.
Mahasiswa Kalimantan Barat, sebagai mahasiswa yang seringkali mendapat sebutan mahasiswa yang berasal dari daerah pedalaman, cenderung akan memiliki rasa rendah diri pada diri mereka. Hal ini dikarenakan mahasiswa Kalimantan Barat pada umumnya cenderung memiliki kemampuan akademik yang lebih rendah lantaran fasilitas dan informasi yang cenderung terbatas pula.
Namun dari hasil wawancara pada sejumlah mahasiswa Kalimantan Barat, dapat disimpulkan bahwa secara umum kepercayaan diri yang mereka miliki tidaklah terlalu rendah ( termasuk rata-rata ). Hal ini ditunjukkan dari respon mereka terhadap pertanyaan-pertanyaan berdasarkan aspek-aspek dari kepercayaan diri yang meliputi pendapat mereka tentang kepercayaan diri, seberapa pentingkah kepercayaan diri tersebut bagi mereka, seberapa besar keyakinan mereka terhadap kemampuan mereka bila dibandingkan dengan kemampuan mahasiswa yang berasal dari daerah lain, seberapa seringkah mereka mengutarakan pendapat mereka selama proses perkuliahan berlangsung, bagaimana perasaan mereka saat harus mempresentasikan materi di depan kelas, lalu seberapa aktifkah mereka dalam proses diskusi kelompok, seberapa beranikah mereka mengutarakan pendapat mereka, apakah mereka pernah merasa takut apabila pendapat yang mereka utarakan tidak diterima oleh orang lain, seberapa jauh mereka mengenal diri mereka baik kelebihan dan kekurangan mereka, apa respon yang seringkali muncul saat mereka harus menghadapi masalah seperti tugas kuliah yang menumpuk, kemudian apakah mereka termasuk pribadi yang sering membanding- bandingkan diri mereka dengan orang lain atau tidak.
Melalui respon-respon yang diberikan oleh beberapa teman mahasiswa Dayak Kalimantan Barat terhadap pertanyaan-pertanyaan mengenai kepercayaan diri yang diajukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa secara umum kepercayaan diri yang dimiliki mahasiswa Kalimantan Barat masih tergolong rata-rata.
1. Pengertian Tato Secara kebahasaan, tato mempunyai istilah yang nyaris sama digunakan di berbagai belahan dunia. Beberapa di antaranya adalah
tatoage, tatouage, tatowier, tatuaggio, tatuar, tatuaje, tattoos, tattueringar, tatuagens, tatoveringer, tattoos, dan tatu (Olong, 2006).
Dalam bahasa Indonesia, kata tato merupakan pengindonesian dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau lambang yang membentuk sebuah desain pada kulit tubuh. Di dalam Ensiklopedia Indonesia (1990) dijelaskan bahwa tato merupakan lukisan berwarna permanen pada kulit tubuh.
Konon kata “tato” berasal dari bahasa Tahiti yakni “tattau” yang berarti menandai, dalam arti bahwa tubuh ditandai dengan menggunakan alat berburu yang runcing untuk memasukkan zat pewarna di bawah permukaan kulit (Olong, 2006).
Amy Krakov (dalam Olong, 2006) mengungkapkan secara teknis bahwa tato adalah pewarnaan permanen pada tubuh dengan cara diresapkan dengan benda tajam ke dalam kulit.
2. Sejarah Perkembangan Tato Dalam sejarah tercatat bahwa tato pada awalnya dapat ditemukan di Mesir pada waktu pembangunan the Great Pyramids.
Saat itu orang-orang Mesir memperluas kerajaan mereka sehingga seni tato pun ikut menyebar. Peradaban dari Kreta, Yunani, Persia, dan Arabia mengambil dan memperluas bentuk seni tersebut. Sekitar 2000 SM, seni tato menyebar ke Cina (Olong, 2006).
Bukti tato Mesir yang tertua ada pada peninggalan mumi Nubbian yang bertahun 2000 SM. Tato pada bagian tubuh mumi yang ditemukan di Mesir bermotifkan pola grafis yang sederhana dengan titik-titik yang saling berhubungan membentuk desain elips terletak di bagian bawah perut (Olong, 2006).
Nuansa tato yang kian beraneka ragam ini, semakin menambah maraknya dunia tato dan penggemarnya yang secara tidak langsung akan membuat image masyarakat tentang tato menjadi lebih baik, tidak dipandang sesuatu yang tabu lagi. Ini sebagai gambaran kondisi keadaan zaman yang melahirkan konstruksi yang berbeda dari zaman ke zaman. Dulu dianggap buruk, sekarang tato dianggap sebagai sesuatu yang modern. Apabila era ini berakhir, bukan hal yang mustahil jika tato bisa dianggap sebagai penunjukan "status kelas sosial (Sobardi, 2004).
3. Tujuan dari Tato Pada sistem budaya yang berlainan, tato mempunyai makna dan fungsi yang berbeda-beda. Tato memiliki sesuatu yang sangat penting dalam suatu ritual atau tradisi. Di Borneo misalnya, para wanita menato dirinya sebagai simbol yang menunjukkan keahlian khusus mereka. Suku Maori di New Zealand membuat tato yang berbentuk ukiran-ukiran spiral pada wajah dan pantat. Menurut mereka, ini adalah tanda bagi keturunan yang baik (Olong, 2006).
Di Kepulauan Solomon, tato ditorehkan di wajah perempuan sebagai ritus inisiasi untuk menandai tahapan baru dalam kehidupan mereka. Hampir sama seperti diatas, orang-orang Suku Nuer di Sudan memakai tato untuk menandai ritus inisiasi pada anak laki-laki.
Orang-orang Indian melukis tubuh dan mengukir kulit mereka untuk menambah kecantikan atau menunjukkan status sosial tertentu (Giang, 2004).
Salah satu kedudukan tato pada budaya Mentawai menurut Adi Rosa (dalam Yuliawan, 2001) adalah untuk menunjukkan jati diri dan perbedaan status sosial atau profesi. Tato dukun berbeda dengan tato ahli berburu. Ahli berburu dilambangkan dengan gambar binatang, sedangkan tato dukun digambarkan dengan gambar bintang.
Menurut Gusti (2007), pemilik Studi Tato Gusti’s, Kemang Selatan saat ini tato sudah dianggap menjadi tren. ’’Dulu, tato memang identik dengan kejahatan. Sebab, pemiliknya kebanyakan para preman dan penjahat. Namun, saat ini sudah banyak selebriti dunia dan Indonesia yang mengoleksi tato di tubuhnya sebagai aksesori”.
Gusti (2007) menambahkan lagi bahwa jarum yang berfungsi membuat tato tidak membuat orang takut. Tato dan body piercing menjadi bagian dari aksesori, bahkan, bisa berfungsi sebagai make up permanen. Tato bisa membantu menyamarkan noda di kulit atau menutupi tahi lalat. Selain itu, tato juga dapat untuk mengoreksi bagian tertentu pada wajah, seperti bibir dan alis agar berkesan tebal.
Menurut pendapat Lie (2007), tato bagi orang Dayak Aoheng (orang Kalteng menyebutnya sebagai Dayak Penihing) merupakan lentera atau lampu penerang menuju surga layaknya damar yang digunakan zaman dulu untuk penerang kegelapan. Tato Dayak memiliki simbol-simbol sakral yang secara sosial kemasyarakatan. ”Jadi tato bagi kami bagian dari spiritual dan tidak ada maksud untuk menjadi jagoan seperti yang dicitrakan selama ini”. bisa menjadi penanda dari status seseorang.
Menurut Gusti (2007), selain sebagai simbol feminin seperti hati dan kupu-kupu, lokasi favorit wanita untuk ditato adalah bagian punggung atas, bawah pinggul, lengan, dan dada. Tujuannya agar terlihat sensual karena bisa menonjolkan kelebihan tubuh.
Secara garis besar tujuan orang bertato adalah sebagai ekspresi seni sebagian besar masyarakat, baik sebagai hiasan ataupun sebagai kecantikan yang menonjolkan sifat feminism bagi wanita. Kekuatan tato pada budaya yang masih menggunakan tato adalah berfungsi sebagi jati diri seseorang atau kelompok suatu adat istiadat tertentu.
4. Tato pada Mahasiswa Dayak Kalimantan Barat Kegiatan menato tubuh pada sejumlah besar teman-teman yang ada di dalam perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat ini merupakan sebuah fenomena yang menarik. Hal ini dikarenakan, selain kegiatan bertato tersebut sudah seperti membudaya di dalam perkumpulan ini, dapat dikatakan pula bahwa fenomena kegiatan bertato seperti ini hanya ditemukan di dalam perkumpulan Mahasiswa Dayak Kalimantan Barat saja.
Motivasi mereka dalam menato tubuhnya tentu saja bermacam-macam namun sejumlah teman mengaku menato tubuhnya karena pengaruh dari teman lain yang sudah menato tubuhnya terlebih dahulu.
Bentuk tato yang dimiliki teman-teman mahasiswa Dayak Kalimantan Barat ini sangat bervariasi namun uniknya selalu mengandung motif Dayaknya. Hal ini mungkin saja dikarenakan tato memang merupakan bagian dari tradisi suku Dayak. Dalam budaya suku Dayak, tato tersebut dipercaya sebagai sebuah kegiatan sakral yang memiliki makna beragam (Olong, 2006).
Namun, tato yang ada pada sejumlah teman mahasiswa Dayak Kalimantan Barat tersebut, bukanlah merupakan tato tradisi lagi. Hal ini dikarenakan proses pembuatan tato yang mereka lakukan sudah tidak melalui berbagai ritual lagi. Selain itu, bentuk tato yang mereka miliki juga telah mengalami banyak modifikasi atau mungkin bisa dikatakan lebih banyak bersifat kreasi. Tato yang ada pada mereka lebih banyak memiliki unsur seni atau keindahannya (Olong, 2006).
Dalam perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat sendiri, memang ada sejumlah teman yang ahli atau pandai membuat tato. Jadi, bagi teman-teman mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang ingin membuat tato, mereka tidak perlu kesulitan dalam mencari studio tato dan sebagainya. Mereka dapat dengan mudah mendatangi rumah kontrakan teman yang pandai membuat tato tersebut. Biaya yang harus mereka keluarkan juga lebih terjangkau dibandingkan dengan biaya yang ada di studio tato, bahkan seringkali teman-teman mahasiswa Dayak Kalimantan Barat hanya perlu mengganti uang tinta saja. Selain itu, kualitas tato juga tidak kalah jauh dengan kualitas tato yang ada di studio tato.
Pembuatan tato itu sendiri kadang membutuhkan waktu yang cukup lama, tetapi semua tergantung dengan seberapa besar dan seberapa rumit tato yang ingin dilukis. Sementara alat-alat yang digunakan meskipun masih sangat sederhana namun sangat dijamin kesterillannya.