ANALISIS TATA NIAGA KOMODITI KACANG TANAH (Arachis Hypogea L) DI KECAMATAN KLUET UTARA KABUPATEN ACEH SELATAN SKRIPSI

  

ANALISIS TATA NIAGA KOMODITI KACANG TANAH

(Arachis Hypogea L) DI KECAMATAN KLUET UTARA

KABUPATEN ACEH SELATAN

SKRIPSI

  

Oleh:

AHMAD YANI

  

08C10404023

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH – ACEH BARAT

2013

  

ANALISIS TATA NIAGA KOMODITI KACANG TANAH

(Arachis Hypogea L) DI KECAMATAN KLUET UTARA

KABUPATEN ACEH SELATAN

SKRIPSI

  

Oleh:

AHMAD YANI

  

08C10404023

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Universitas Teuku Umar Meulaboh

  

Kabupaten Aceh Barat

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

  

MEULABOH – ACEH BARAT

2013

  

LEMBARAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Analisis Tata niaga Komoditi Kacang Tanah di

Kecamatan Kluet Utara Kabupaten Aceh Selatan Nama : Ahmad Yani NIM : 08C10404023 Program Studi : Agribisnis

  

Menyetujui,

Komisi Pembimbing,

Ketua

  Rahmat Pramulya, S.TP,M.M

  Anggota Jelliani, S.P

NIDN. 01-1710-7502

  NIDN. 01-2207-8102

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

  Diswandi Nurba, S.TP,M.Si NIDN. 01-2804-8202 Ketua Program Studi Agribisnis

  Devi Agustia, S.P

NIDN. 01-1808-8602

  RIWAYAT HIDUP

  Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, pasangan Bapak Abu

Samah dan Ibu Samsinar yang lahir 28 Mai 1990 di Simpang Empat Kecamatan

Kluet Utara Kabupaten Aceh Selatan. Pada tahun 2002 menamatkan pendidikan

sekolah dasar di MIN Simpang Empat Kecamatan Kluet Utara Kabupaten Aceh

Selatan. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke SMPN 1 Kluet Utara serta

menamatkan pendidikan SMU pada tahun 2008 di SMAN 1 Kluet Utara, Aceh

Selatan. Pada tahun yang sama, penulis juga diterima menjadi mahasiswa Universitas

Teuku Umar pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian.

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Pertanian merupakan salah satu sektor didalam pembangunan nasional, pada dasarnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, memenuhi kebutuhan bahan baku yang semakin berkembang, meningkatkan devisa ekspor hasil-hasilnya dan memperluas kesempatan kerja serta sekaligus mendorong peningkatan dan pemerataan pendapatan bagi masyarakat.

  Pembangunan pertanian tidak hanya dititikberatkan pada tingkat produksi dan perluasan lapangan kerja tetapi juga bertujuan untuk memperluas pasar produk pertanian baik didalam negeri maupun diluar negeri,sehingga dalam rangka menghadapi persaingan global yang semakin kompetitif tata niaga mempunyai peran penting dalam meningkatkan daya saing produk.

  Kacang tanah (Arachis hypogaea L) merupakan komoditas pertanian yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, baik sebagai bahan makanan manusia maupun bahan baku industri. Masyarakat Indonesia sudah lama mengenal kacang tanah tanaman ini bisa ditanam di sawah atau tegalan secara tunggal atau tumpang sari.Adapun perkembangan kacang tanah di Indonesia terus meningkat yaitu 710.070 ton (2000) dan pada tahun (2005) menjadi 836.295 ton, hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.

  Tabel 1. Produksi Kacang Tanah di Indonesia Tahun 2000 – 2005 Tahun Produksi (ton) 2000 710.070

  2001 621.907 2002 641.557 2003 785.526 2004 837.495 2005 836.295

  Sumber : Rasyid Marzuki (2007) Sedangkan perkembangan luas panen di daerah Aceh menurut Maman

  Suherman, (2012) menyebutkan bahwa Perkembangan luas panen dan produksi kacang tanah di Aceh selama kurun waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir berfluktuasi cenderung menurun masing-masing sebesar 1,82 persen dan 0,46 persen sedangkan produktivitas kacang tanahnya berfluktuatif cenderung meningkat sebesar 1,36 persen. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 2.

  Tabel 2. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kacang Tanah di Aceh 2002-2011 Tahun Luas Panen Produktivitas Produksi

  (Ha) % (Ku/Ha) % (Ton) %

  1

  2

  3

  

4

  5

  6

  7 2002 646.953 11,10 718.071 2003 683.537 5,65 11,49 3,54 785.526 9,39 2004 723.434 5,84 11,58 0,74 837.495 6,62 2005 720.526 0,40 11,61 0,26 836.295 0,14 2006 706.753 1,91 11,86 2,17 838.096 0,22 2007 660.480 6,55 11,95 0,75 789.089 5,85 2008 633.922 4,02 12,15 1,68 770.054 2,41 2009 622.616 1,78 12,49 2,85 777.888 1,02 2010 620.563 0.33 12,56 0,50 779.228 0,17 2011 540.489 12,90 12,52 0,26 676.899 13,13

  

Rata – rata 655.927 1,82 11,90 1,36 780.864 0,46

Sumber : Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi, Ditjen Tanaman Pangan 2012

  Dari data 10 tahun terakhir menunjukkan bahwa upaya–upaya peningkatan produksi khususnya 3 tahun terakhir masih belum menunjukkan laju peningkatan seperti yang telah direncanakan, disamping itu produktivitas rata-rata nasional masih dibawah potensi hasil. Dengan demikian pada tahun 2012 perlu dilakukan upaya–upaya terobosan yang lebih terfokus pada persentase peningkatan yang signifikan. Perkembangan luas panen dan produksi kacang tanah di Kabupaten Aceh Selatan dapat di lihat pada tabel 3.

  Tabel 3. Perkembangan luas panen dan produksi kacang tanah di Kabupaten Aceh Selatan No Kecamatan Luas

  

13 Bakongan 1.295 118 35 29,7 118 16 13,6 1,85 29,60

  7 Tapaktuan - 50 -

  50 6 - 1,75 10,50

  

8 Pasie Raja 2,25 313 15 11,5 131 14 10,7 1,90 26,60

  9 Kluet Utara 2.500 144 28 19,4 144 14 9,7 1,95 27,30

  10 Kluet Tengah 986 144 12 10,5 144 14 7,9 1,88 16,92

  

11 Kluet Selatan 2.621 112 45 40,2 112 46 41,1 1,85 85,10

  12 Kluet Timur 2,215 137 1 0,7 137 4 2,9 1,95 7,80

  14 Bakongan Timur 883 88 23 26,1 87 14 16,1 1,78 24,92

  5 Sawang 750 133 7 5,3 133 5 3,8 1,95 9,75

  

15 Trumon 1.507 105 53 50,5 105 51 48,6 1,8 91,80

  16 Trumon Timur 2.783 103

  

36

  35

  97

  34 35 1,8 61,20 Jumlah 21.897 1.893 385 20 1.883 411 22 1,89 777,92

  Sumber : BPS Kabupaten Aceh Selatan 2012 Dilihat dari tabel diatas Kluet Utara merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Selatan. Seperti halnya Kecamatan yang lain, Kecamatan

  Kluet Utara juga memproduksi kacang tanah yang cukup serta memiliki pasar mingguan yang menjadi tempat bertemunya para penjual dan pembeli kacang tanah yang dipasarkan. Kacang tanah yang dipasarkan banyak berasal dari kebun- kebun di dalam kecamatan Kluet Utara, tetapi ada juga yang dipasok dari luar kecamatan pada saat permintaan meningkat pada bulan-bulan tertentu.

  6 Samadua 914 139 35 25,2 136 95 69,9 1,95 185,25

  4 Meukek 958 136 44 32,4 136 54 39,7 1,95 105,30

  Sawah (Ha) Tanam (Ha) %

  4

  Panen (Ha) % Provitas (Ton/Ha)

  Produksi (Ton) Rencana Tanam

  Realisi Tanam Rencana Panen

  Realisi Panen

  1

  2

  3

  5

  3 L. Haji Timur 752 141 0,0 141 1,98 0,00

  6

  7

  8

  9

  10

  11

  

1 L. Haji Barat 1.058 144 46 40,4 114 46 40,4 1,98 91,08

  2 L. Haji Tengah 650 128 5 3,9 128 3 20,3 1,60 4,80

  Kacang tanah merupakan komoditas yang mudah rusak sehingga perlu penanganan khusus sama halnya seperti golongan palawija yang lain. Seperti yang sehingga sangat diperlukan suatu sistem tataniaga yang mampu menyampaikan produk dari produsen ke konsumen secara cepat.

  Secara umum, tata niaga kacang tanah tidak terlepas dari kendala-kendala dalam proses menyalurkan kacang tanah dari petani hingga ke konsumen.

  Peningkatan produksi kacang tanah dari tahun ke tahun terbukti belum dapat memenuhi besarnya permintaan, kebutuhan kacang tanah di Indonesia pada tahun 2004 sebesar 2,1 juta ton sedangkan produksi nasional baru mencapai 837.495 ton, pada tahun 2004 sedangkan permintaan pasar terutama disebabkan oleh pertambahan penduduk dan peningkatan pendapatan rata-rata masyarakat. Apabila peningkatan produksi masih terus berada dibawah laju permintaan pasar menyebabkan terjadinya kesenjangan antara penawaran dan permintaan yang semakin besar. Ini berarti harga suatu produk akan terus meningkat, sehingga bagi produsen merupakan prospek yang cukup cerah. ( Rasyid Marzuki, 2007).

  Perpindahan suatu produk pertanian dari sentral produksi kedaerah konsumen memerlukan peran lembaga tataniaga atau disebut juga dengan saluran tata niaga. Saluran tataniaga berperan penting bagi para petani sebagai produsen dalam upaya menyalurkan hasil produksi sampai kepada konsumen akhir dalam waktu yang tidak lama, selain itu besar pula artinya bagi konsumen terhadap pemenuhan gizi mereka. Oleh karena itu saluran tataniga menjadi saluran yang sangat produktif untuk menambah kegunaan atau manfaat suatu produk.

  1.2. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang diatas, permasalahan yang dapat di rumuskan adalah sebagai berikut: 1) Bagaimana saluran tataniaga dan fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga pada komoditas kacang tanah di Kecamatan

  Kluet Utara ? 2) Bagaimana struktur dan perilaku pasar di Kecamatan Kluet Utara pada masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat ? 3) Bagaimana efesiensi saluran tataniaga kacang tanah di Kluet Utara berdasarkan margin tata niaga, farmer’s share, rasio keuntungan dan biaya?

  1.3. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengidentifikasi saluran dan fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga komoditas kacang tanah di Kluet

  UtaraKabupaten Aceh Selatan. 2) Menganalisis struktur dan perilaku pasar pada masing-masing lembaga tata niaga yang terlibat di Kluet Utara.

  3) Menentukan dan menganalisis efesiensi tata niaga kacang tanah pada setiap saluran tata niaga di Kluet Utara dengan pendekatan margin tata niaga, farmer’s share, rasio keuntungan dan biaya.

1.4. Kegunaan Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan untuk memenuhi salah satu syarat kurikulum untuk menyelesaikan program sarjana (S1) pada Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar. Di samping itu juga di harapkan dapat menjadi informasi dan referensi bagi petani dan lembaga tataniaga terkait sebagai bahan pertimbangan dalam pembentukan sistem tataniaga kacang tanah yang menguntungkan bagi kedua belah pihak, khususnya untuk wilayah Kluet Utara dan daerah-daerah lainnya dalam menentukan tindakan untuk meningkatkan sistem tataniaga yang menguntungkan kedua belah pihak.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kacang Tanah (Arachis hypogaea L)

  Kacang tanah berasal dari Amerika Selatan sekitar Belivia, Peru, dan Brazil. Varitas kacang tanah yang pertama masuk ke Indonesia adalah tipe menjalar. Kacang tanah tipe ini telah dikenal sejak tahun 1709 yaitu pada abad ke-

  16. Masuknya kacang tanah ke Indonesia pada abad ke-17 diperkirakan karena dibawa oleh pedagang-pedagang Spanyol,Cina,atau Portugis. Kacang tanah mempunyai bentuk polong bewarna putih pada saat masi muda dan coklat setelah tua,dalam biji kacang tanah terkandung 5-21% karbohidrat, 15-30% protein, 40- 50% lemak,vitamin (A,B,C,D,E,K) dan mineral (Ca,Mg,Cl,P,K,S).

  Rasyid Marzuki (2007) menyebutkan bahwa pertanaman kacang tanah di Indonesia bertambah luas setelah masuknya Holle (1963) dari Inggris dan Scheffer dari mesir dengan varietas tegak lebih kurang 3.000.000 Ha. Kacang tanah paling banyak ditanam di Indonesia sampai sekarang adalah varietas holle yaitu kacang tanah hasil perkawinan tipe tegak dengan tipe menjalar.

  Kacang tanah merupakan salah satu bahan pangan dan industri, kacang tanah dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk, antara lain sebagai sayur, saus, dan makanan ringan yang digoreng atau direbus. Sabagai bahan industri kacang tanah keju, kue, sabun, dan minyak. Daun kacang tanah dapat digunakan untuk pakan ternak dan pupuk, kacang tanah sangat tinggi kandungan lemak dan proteinnya.

  

Tabel 4. Nilai gizi kacang tanah untuk setiap 100 gram bahan yang dapat

dimakan

  Kandungan zat gizi Kacang goreng Mentega Kacang mentah Karbohidrat (g) 18,8 18,8 14,6 Riboflavin (mg) 0,32 0,12 0,13

  • Vitamin A (SI)

  130 Kalsium (mg)

  74

  59

  73 Tiamin (mg) 0,32 0,12 0,86 Niasin (mg) 17,2 14,7

  9 Fosfor (mg) 401 380 289 Kalori (kal) 585 589 687 Protein (g) 26 25,2 9,2 Lemak (g) 49,8 50,6 71,2 Besi (mg) 2,1 1,9 2,4 Serat (g) 2,4 1,8 2,3 Abu (g) 3,8 3,7 1,6

  Sumber : Bertanam kacang tanah edisi revisi 2007

  Rasyid Marzuki, (2007) mengatakan bahwa, Kacang tanah dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe tegak (bunc type) dan tipe menjalar (runner type).

  1). Tipe tegak Percabangan kacang tanah tipe tegak umumnya lurus atau sedikit miring ke atas. Petani lebih suka membudidayakan tipe ini karena umur panenya lebih cepat yaitu sekitar 100 – 120 hari. Selain itu, buahnya hanya pada ruas – ruas pangkal utama dan cabangnya.

  2). Tipe menjalar Kacang tanah tipe menjalar cabang-cabangnya tumbuh kesamping, tetapi ujung-ujungnya mengarah keatas. Panjang batang utama antara 33-66 cm, tipe ini umurnya antara 5-7 bulan atau sekitar 150-200 hari. Tiap ruas yang berdekatan dengan tanah akan menghasilkan buah sehingga masaknya tidak serentak.

  Kacang tanah yang paling banyak ditanam di Kluet Utara sampai sekarang adalah kacang tanah tipe tegak karena umur panennya lebih cepat yaitu sekitar 3 – 4 bulan atau 100 – 120 hari. Selain buahnya hanya pada ruas – ruas pangkal utama dan cabangnya perawatannya juga lebih mudah.

2.2. TataNiaga

  Dalam dunia usaha, pasar dan pemasaran merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, pasar dan pemasaran memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Pasar tanpa pemasaran tidak ada artinya demikian pula sebaliknya. Pemasaran merupakan suatu masalah yang penting, tidak hanya dalam dunia usaha tetapi juga didalam lingkungan masyarakat kelas sosial tinggi maupun masyarakat kelas sosial rendah. (Sudioyono.2002).

  Tataniaga merupakan salah satu aspek yang menekankan bagaimana suatu produksi dapat sampai ketangan konsumen. Rahardi, (1993) menyebutkan bahwa, tataniaga dapat dikatakan efesien apabila mampu menyampaikan hasil produksi kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian keuntungan yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen kepada semua pihak yang ikut serta didalam kegiatan produksi dan tataniaga.

  Kohls dan Uhl (1985) mendefinisikan bahwa, tataniaga pertanian merupakan keragaan dari semua aktivitas bisnis dalam aliran barang atau jasa komoditas pertanian mulai dari tingkat produksi (petani) sampai konsumen akhir, yang mencakup aspek input dan output pertanian. Kohls dan Uhl (1985) menggunakan beberapa pendekatan dalam menganalisis sistem tataniaga yaitu :

  1). Pendekatan Fungsi (The Fungsional Approach) Merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengetahui fungsi tataniaga apa saja yang dijalankan oleh pelaku yang terlibat dalam tataniaga. Fungsi- fungsi tersebut adalah fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik (penyimpanan, transportasi, dan pengolahan) dan fungsi fasilitas (standarisasi, resiko, pembiayaan, dan informasi pasar)

  2). Pendekatan Kelembagaan (The Institual Approach) Merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengetahui berbagai macam lembaga atau pelaku yang terlibat dalam tataniaga. Pelaku-pelaku ini adalah pedagang perantara (merchant middleman) yang terdiri dari pedagang pengumpul, pedagang pengecer, pedagang spekulatif, agen, manufaktur, dan organisasi lainnya yang terlibat. 3). Pendekatan Sistem (The Behavior System Approach)

  Merupakan pelengkap dari pendekatan fungsi kelembagaan untuk mengetahui aktivitas-aktivitas yang ada dalam proses tataniaga, seperti perilaku lembaga yang terlibat dalam tataniaga dan kombinasi dari fungsi tataniaga.

  Untukmemperlancar arus pasar barang dari produsen ke konsumen salah satu faktor penting yang harus diperhatikan adalah memilih secara tepat saluran tataniaga yang akan digunakan. Saluran tataniaga yang terlalu panjang menyebabkan makin banyak rantai yang ikut dalam kegiatan pemasaran. Hal ini kemungkinan penyebaran barang produksi secara luas tetapi sebaliknya menimbulkan biaya yang lebih besar sehingga dapat menyebabkan harga yang mahal sampai kekonsumen. Sebaliknya saluran tataniaga yang terlalu pendek kurang efektif dalam menyebar luaskan hasil produksi,namun karena mata rantai yang lebih pendek maka biaya tata niaga dapat ditekan sehingga harga sampai kekonsumen dapat lebih murah.

2.3. Lembaga TataNiaga

  Dalam mekanisme pasar pihak-pihak yang terlibat dalam tataniaga adalah produsen,pedagang atau lembaga-lembaga perantara dan konsumen yang masing- masing pihak berusaha untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam proses pertukaran sesuai dengan tujuan (syaedfuddin,1982). Lembaga – lembaga yang terlibat adalah : 1) Produsen, yaitu petani yang menghasilkan suatu produk pertanian.

  2) Pedagang pengumpul, yaitu pedagang yang mengumpulkan barang-barang hasil pertanian dari petani produsen, dan kemudian memasarkannya kembali dalam partai besar kepada pedagang lain. 3) Pedagang besar, yaitu pedagang yang membeli hasil pertanian dari pedagang pengumpul atau langsung dari produsen, serta menjual kembali kepada pengecer dan pedagang lain. 4) Pedagang pengecer, yaitu pedagang yang menjual barang kepada konsumen dengan tujuan memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dalam partai kecil. 5) Konsumen, yaitu pembeli atau pemakai akhir yang mengkonsumsi suatu hasil produksi pertanian.

  Masing-masing lembaga tataniaga melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan pembiayaan yang dimiliki, serta melakukan fungsi tata niaga secara berbeda-beda,dicirikan oleh aktivitas dan skala usaha, misalnya pedagang pengumpul tugasnya membeli barang dan dikumpulkan baik dari produsen atau pedagang perantara dengan skala yang relatif besar dibandingkan dengan skala usaha pedagang perantara. Begitu pula halnya dengan pedagang besar, mempunyai skala usaha yang lebih besar dari pada pedagang pengumpul (Malhotra, 2005).

2.4. Fungsi Tata Niaga,Saluran TataNiaga

  Soekartawi (2002b) berpendapat, saluran tata niaga dapat berbentuk secara sederhana dan yang rumit sekali. Hal demikian tergantung dari macam komoditi, lembaga – lembaga tata niaga dan sistem pasar. Komoditi pertanian yang lebih cepat sampai ketangan konsumen dan yang tidak mempunyai nilai tambah, biasanya mempunyai saluran tata niaga yang relatif pendek (sederhana).

  Menurut Kotler (1993), fungsi saluran tata niaga adalah menjalankan pekerjaan, memindahkan barang dari produsen kekonsumen. Saluran tata niaga berfungsi sebagai alat untuk menyalurkan barang dari produsen sebagai penghasil barang ke konsumen sebagai pemakai akhir. Untuk menyampaikan barang, lembaga-lembaga yang terlibat yaitu produsen, pedagang besar, dan pedagang pengecer. Lembaga-lembaga tersebut berfungsi untuk memasarkan barang.

  Beberapa saluran tata niaga menurut (kotler 1993), 1. Saluran nol tingkat, produsen konsumen.

  2. Saluran satu tingkat, produsen pengecer konsumen.

  3. Saluran dua tingkat, produsen pedagang besar pengecer konsumen.

  4. Saluran tiga tingkat, produsen pedagang besar pedagang perantara pedagang pengecer konsumen.

  Menurut Kotler (2002), saluran tataniaga adalah serangkaian lembaga yang melakukan semua fungsi yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status kepemilikannya dari produsen ke konsumen. Produsen memiliki peranan utama dalam menghasilkan barang-barang dan sering melakukan sebagian kegiatan pemasaran, sementara itu pedagang menyalurkan komoditas dalam waktu, tempat, bentuk yang diinginkan konsumen. Hal ini berarti bahwa saluran tataniaga yang berbeda akan memberikan keuntungan yang berbeda pula kepada masing-masing lembaga yang terlibat dalam kegiatan tataniaga tersebut.

  Saluran tataniaga dari suatu komoditas perlu diketahui untuk menentukan jalur mana yang lebih efisien dari semua kemungkinan jalur-jalur yang dapat ditempuh.Selain itu saluran tata niaga dapat mempermudah dalam mencari besarnya margin yang diterima tiap lembaga yang terlibat. Hal ini memberikan kebenaran bahwa proses penyaluran merupakan aktivitas tata niaga yang mampu menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi tata niaga.

2.5. Margin Tataniaga

  Margin tataniaga adalah perbedaan harga atau selisih harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima petani produsen atau dapat pula dinyatakan sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan tataniaga sejak dari tingkat produsen sampai ke titik konsumen akhir. Kegiatan untuk memindahkan barang dari titik produsen ke titik konsumen membutuhkan pengeluaran baik fisik maupun materi. Pengeluaran yang harus dilakukan untuk menyalurkan komoditi dari produsen ke konsumen disebut biaya tataniaga. (Daniel. 2002).

  Margin tata niaga merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani. Komponen margin tata niaga ini terdiri dari biaya-biaya yang diperlukan lembaga–lembaga tata niaga untuk melakukan fungsi-fungsi tata niaga yang disebut biaya tata niaga (Sudioyono, 2002).

  Ramadhan (2009) mengatakan bahwa, margin tata niaga dapat didefinisikan dengan dua cara yaitu: 1) margin tata niaga merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, 2) margin tata niaga merupakan biaya dari jasa-jasa tata niaga yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran dari jasa-jasa penawaran.

  Kamaluddin (2009) berpendapat bahwa, margin tata niaga dapat didefenisikan dengan dua cara, yaitu: (1) margin tata niaga merupakan selisih antara harga yang dibayar konsumen akhir dengan harga yang diterima petani. (2) margin tata niaga merupakan biaya dari balas jasa tata niaga.

  Dahl dan Hammond (1977) menyatakan bahwa margin tataniaga menggambarkan perbedaan harga di tingkat konsumen dengan harga di tingkat produsen. Setiap lembaga tata niaga melakukan fungsi-fungsi tata niaga yang berbeda sehingga menyebabkan perbedaan harga jual dari lembaga satu dengan yang lainnya sampai ke tingkat konsumen akhir. Semakin banyak lembaga tata niaga yang terlibat semakin besar perbedaan harga antar produsen dengan harga di tingkat konsumen.

  Margin tata niaga pada suatu saluran tata niaga tertentu dapat dinyatakan sebagai jumlah dari margin pada masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat. Rendahnya biaya tataniaga suatu komoditi belum tentu mencerminkan efisiensi yang tinggi. Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efesiensi kegiatan tataniaga adalah dengan membandingkan persentase atau bagian harga yang diterima petani (farmer’s share) terhadap harga yang dibayar konsumen akhir.

  Tingkat efisiensi tataniagadapat diukur melalui besarnya rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga. Rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga merupakan besarnya keuntungan yang diterima atas biaya tataniaga yang dikeluarkan. Semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan terhadap biaya maka dari segi operasional sistem tataniaga akan semakin efisien, begitu juga sebaliknya semakin kecil nilai produk yang dijual rasio keuntungan terhadap biaya semakin kecil maka sistem tataniaga semakin tidak efisien.

2.6. Pasar

  Pasar secara sempit didefinisikan sebagai lokasi geografis, dimana penjual dan pembeli bertemu untuk mengadakan transaksi faktor produksi, barang, dan jasa. Pasar dalam arti moderen berarti suatu proses aliran barang dari produsen ke konsumen yang disertai penambahan guna barang baik guna tempat, waktu, bentuk dan kepemilikan.

  Pada hakikatnya struktur pasar merupakan golongan produsen dari beberapa bentuk pasar. Pasar merupakan tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli pruduk baik berupa barang atau jasa. Dalam ilmu ekonomi ada empat struktur pasar yaitu persaingan sempurna, dan pasar persaingan tidak sempurna seperti monopoli, oligopoli, dan persaingan monopolitis. Pasar persaingan sempurna merupakan pasar dimana banyak terdapat penjual dan pembeli,setiap penjual dan pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan dipasar. Sedangkan pasar persaingan tidak sempurna merupakan pasar dimana sifat dan struktur pasar nya sangat bertentangan dengan pasar persaingan sempurna.

  Pasar mingguan adalah pasar persaingan sempurna yang kegiatan jual belinya hanya satu kali dalam seminggu,pasar ini merupakann ciri-ciri pasar yang paling banyak menarik perhatian para petani maupun para ahli ekonomi karena kebebasan pasarnya lebih besar. Muncunya lembaga-lembaga karena adanya peyederhanaan, pemborosan pemberian hadiah dalam kegiatan tukar menukar barang (William, 1986).

  Tata niaga menjadi sangat penting ketika produsen atau petani mampu mengelola hasil kebun (wanatani) dengan baik sampai menghasilkan kuantitas yang cukup dan kualitas yang baik. Dengan demikian ruanglingkup tata niaga merupakan proses perpindahan barang dan jasa dari tangan produsen ketangan konsumen akhir. Jangkauan tata niaga sangat luas, berbagai tahapan kegiatan harus dilalui oleh barang dan jasa sebelum sampai ketangan konsumen, aliran barang ini terjadi karena adanya peranan lembaga tata niaga.

2.7. Perilaku Pasar

  Perilaku pasar adalah pola kebiasan pasar meliputi proses (mental) pengambilan keputusan serta kegiatan fisik individual atau organisasional terhadap produk tertentu, konsisten selama periode waktu tertentu. Kegiatan- kegiatan perilaku meliputi tindakan penilaian, keyakinan, usaha memperoleh, pola penggunaan, maupun penolakan suatu produk. (William L.1986).

  Dalam prilaku pasar mingguan hanya terjadi tiga bentuk aktifitas yaitu membeli, menjual, dan mengamati. Dari aktifitas tersebut memunculkan kenaikan atau penurunan harga. Jika pihak pembeli lebih kuat dibanding penjual, maka harga tentunya akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Semakin banyak pihak yang meminta, maka harga akan semakin tinggi, semakin banyak pihak yang menawarkan maka semakin rendah pula harga.

2.8. Tata Niaga Kacang Tanah Perkembangan dunia usaha ditandai dengan makin tajamnya persaingan.

  Oleh karena itu, peranan tata niaga semakin penting dan merupakan ujung tombak setiap pedagang. Keberhasilan usaha suatu pedagang ditentukan oleh keberhasilan tata niaganya. Tata niaga merupakan kunci keberhasilan usaha.Dalam tata niaga kacang tanah terdapat pelaku-pelaku ekonomi yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Proses tata niaga merupakan proses yang sedang dan terus berlangsung dan membentuk suatu sistem.

  Usaha tani kacang tanah di Kecamatan Kluet Utara memberikan keuntungan yang tinggi dibandingkan dengan tanaman palawija lainnya seperti jagung, kedelai, dan kacang hijau. Kacang tanah mempunyai nilai strategis sebagai salahsatu sumber pendapatan penting bagi petani di lahan kering.

  Sebabnya, mampu memberikan kontribusi sekitar 65% terhadap pendapatan rumah tangga. Sedangkan bila petani mempunyai dua tipe lahan, yaitu tegalan dan sawah, kontribusi tanaman kacang tanah terhadap pendapatan petani mencapai 32%, padi 37% dan siwalan 14%. Kacang tanah di Kecamatan Kluet Utara, menurut data BPS 2011, pada umumnya ditanam petani di lahan kering dan tadah hujan (70%0) dan sisanya (30%) di sawah pengairan yang ditanam setelah padi sebagai salah satu sumber pendapatan tunai.

  Harga pembelian yaitu suatu tingkat harga yang digunakan pedagang dalam membeli, sedangkan harga jual yaitu suatu tingkat harga yang digunakan untuk menawarkan kacang tanah pada konsumen. Hasil pantauan dari BPS Kluet Utara menunjukkan bahwa harga beli rata – rata adalah sebesar Rp. 3.375/kg, sedangkan harga jual rata – rata pedagang adalah sebesar Rp. 5.375/kg.

III. METODE PENELITIAN 3.1 Letak Geografis dan Luas Daerah.

  Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2012 sampai Januari 2013 di Kecamatan Kluet Utara, Kabupaten Aceh Selatan, tepatnya di pasar mingguan Desa Kota Fajar yang merupakan ibu kota Kecamatan Kluet Utara. Penentuan lokasi penelitian ini penulis lakukan dengan sengajasebagai tempat pengambilan sampel, karena pusat pasar untuk Kecamatan Kluet Utara terletak di Desa Kota Fajar yang tentu saja jumlah dan peran lembaga tata niaga yang mengusahakan jual beli kacang tanah, selain itu pasar yang terdapat di Kecamatan Kluet Utara lebih luas dan lebih banyak pengunjung dibandingkan dengan pasar-pasar yang terdapat dikecamatan yang lain.Kecamatan Kluet Utara merupakan Kecamatan yang terletak di sebelah utara ibu kota Kabupaten Aceh Selatan Tapaktuan dengan batas–batas wilayah sebagai berikut :

  Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pasie Raja - Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kluet Selatan - Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kluet Tengah - Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia -

  Kecamatan Kluet Utara merupakan salah satu kecamatan di Aceh Selatan yang sangat strategis untuk dikembangkan, terutama dalam sektor pertanian. Hal ini disebabkan karena kecamatan Kluet Utara mempunyai areal yang cukup luas, yaitu sekitar 12.472,00 hektar yang terdiri dari 19 desa dengan kepadatan penduduk 22.271 jiwa. Areal yang cukup luas ini juga didukung oleh faktor – faktor lainnya, seperti halnya transportasi dan daerah pemasaran. Dalam hal transportasi, kecamatan Kluet Utara dilalui jaringan arteri sekunder (Banda Aceh ke Medan) dalam keadaan masih cukup baik, dimana hal ini sangat menunjang dalam hal tata niaga produksi baik luar kecamatan, kabupaten maupun ke luar provinsi.

  Objek penelitian ini adalah semua lembaga tataniaga (petani, pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer) yang terlibat dalam pemasaran kacang tanah di Kluet Utara Kabupaten Aceh Selatan. Petani yang dimaksud adalah petani yang memproduksi kacang tanah dan sekaligus melakukan penjualan. Pedagang pengumpul adalah agen dari pedagang pengecer yang membeli kacang tanah. Sedangkan pedagang pengecer adalah pedagang yang menampung kacang tanah dari pedagang pengumpul untuk dijual ke konsumen akhir.

3.2 Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian.

  

10 Krung Batu 1036 1042 2.078

  

19 Kampung Ruak 756 820 1.576

Jumlah 10.955 11.316 22.271 Sumber : Kecamatan Kluet Utara Dalam Angka, Tahun 2011

  18 Kampung Tinggi 270 285 555

  17 Alur Mas 496 494 990

  16 Krueng Kluet 446 472 918

  15 Fajar Harapan 334 349 683

  14 Pasie Kuala Asahan 323 301 624

  

13 Krung Batee 643 675 1.318

  

12 Pulo Ie 565 656 1.130

  11 Gunong Pulo 313 315 628

  Menurut Data Statistik Kecamatan Kluet Utara, jumlah penduduk pada masing-masing Desa tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 5.

  

Tabel 5. Perincian Jumlah Penduduk pada Masing – Masing Desa di

Kecamatan Kluet Utara.

  

8 Pulo Kambing 455 476 931

  

7 Limau Purut 2186 2162 4.330

  

6 Jambo Manyang 662 648 1.310

  

5 Simpang Empat 696 730 1.426

  

4 Simpang Lhee 340 356 696

  

3 Suaq Geringgeng 208 217 425

  

2 Pasie Kuala Ba’u 570 625 1.195

  

1 Kedai Padang 213 256 469

  No Desa Jumlah Penduduk (jiwa) L P L / P

  

9 Kampong Paya 461 528 989

  Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah penduduk Kecamatan Kluet Utara adalah 22.271 jiwa, dengan 11.316 diantaranya adalah perempuan dan sisanya adalah laki-laki sebanyak 10.955 jiwa. Dari perhitungan menunjukkan bahwa

  1.62 Persen lebih banyak perempuan dibandingkan dengan jumlah penduduk laki- laki.

  Keseluruhan penduduk di daerah penelitian bermata pencaharian dari berbagai sektor, baik sektor perkebunan, pertanian maupun non pertanian.

  Sebahagian besar penduduk di Kecamatan Kluet Utara berusaha di sektor pertanian, sedangkan bidang pekerjaan lainnya seperti pedagang, pegawai negeri, nelayan, dan lainnya sangat kecil. Untuk lebih jelas mengenai keadaan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 6 berikut.

  

Tabel 6. Jumlah Penduduk Kecamatan Kluet Utara Menurut Jenis Mata

Pencaharian Tahun 2011

  Jumlah Persentase No Mata Pencaharian

  (jiwa) (%)

  1 Perkebunan/pertanian 3193 56,65

  2 Pedagang 726 12,88

  3 Pegawai Negeri 369 6,54

  4 Nelayan 139 2,46

  5 Buruh 696 12,34

  6 Lain-lain 513 9,10 Jumlah 5636 100,00

  Sumber : Kecamatan Kluet Utara Dalam Angka, Tahun 2011

  Bedasarkan tabel 6 terlihat bahwa jenis mata pencaharian penduduk di sektor pertanian mencapai 56,65 persen sedangkan di sektor lainnya seperti pedagang, pegawai, nelayan, buruh dan lain-lain hanya mencapai 43.34 persen. Dengan demikian kecamatan Kluet Utara kontribusi sektor pertanian memegang peran penting untuk meningkatkan ekonomi pertanian.

  3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

  Pengumpulan data menggunakan tiga teknik (Soeratno dan Arsyad, 2003) yaitu: 1) Wawancara langsung dengan responden petani dan pedagang sampel berdasarkan koesioner yang telah disiapkan. Data dari petani dan pedagang sampel meliputi biaya-biaya usaha tani, biaya pemasaran dan harga jual kacang tanah.

  2) Penyulusuran data sekunder yang berasal dari perpustakaan, instansi-instansi dan pihak-pihak yang menerbitkan bahan bacaan cetakan.

  3) Observasi adalah pengumpulan data dengan cara peneliti mengamati langsung objek penelitian.

  3.4 Teknik Pengambilan Sampel

  Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

  

purposive sampling untuk semua responden dikarena responden terpilih adalah

  pelaku yang sedang bertransaksi di pasar mingguan. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 30orang dari 150 orang populasi petani. Sedangkan pengambilan sampel pedagang sebanyak10 orang yakni 5 dari25 orang pedagang pengumpul dan5 dari25 orang pedagang pengecer. Dengan demikian total sampel dari penelitian ini sebanyak40 orang. Menurut Gay dan Diehl (1996)untuk penelitian deskriptif jumlah sampel yang diambil minimal 10% dari total populasi. Jumlah populasi dan besar sampel petani tanaman kacang tanah dan pedagang kacang tanah di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 7 berikut.

  Tabel 7. Jumlah Populasi dan Besar Sampel di Daerah Penelitian

  No Uraian Populasi Sampel

  1 Petani 150

  30

  2 Pedagang Pengumpul

  25

  5

  3 Pedagang Enceran

  25

  5 Jumlah 200

  40 Sumber: Monografi Kluet Utara dan Survei Penelitian, 2012 Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Metode deskriptif yaitu melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu dalam bidang tertentu secara cermat dan faktual dari data yang telah dikunpulkan (Nazir, 1999). Data yang dikumpulkan kemudian disusun, dianalisis, dan dijelaskan sehingga memberi gambaran mengenai fenomena-fenomena yang terjadi, serta mengambil kesimpulan dari hasil analisis yang diperoleh.

  2) Analisis kuantitatif, menggunakan data yang diperoleh disusun secara tabulasi kemudian dianalisis. Analisis kuantitatif digunakan melihat besarnya margin tataniaga, biaya tata niaga, keuntungan, dan efesiensi saluran tataniaga.

3.5 Batasan Variabel.

  3.4.1. Saluran tataniaga adalah rangkaian mata rantai perdagangan komoditi kacang tanah dari petani sampai kepedagang eceran.

  3.4.2. Pelaku tata niaga adalah golongan produsen dan pedagang kacang tanah dari pasar mingguan. Seperti petani (produsen), pedagang pengumpul, dan pedagang eceran.

  3.4.3. Pasar adalah lokasi geografis, dimana tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli dan mengamati harga dari komoditi kacang tanah.

  3.4.4. Biaya tata niaga adalah seluruh jenis biaya yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga dalam kegiatan tataniaga kacang tanah (Rp/Kg). Seperti tingkat harga beli pedagang yang di hitung dari harga rata-rata pembelian kacang tanah (Rp/Kg) dan keuntungan lembaga tata niaga (Rp/Kg).

  3.4.5. Margin adalah margin tataniaga yang dihitung berdasarkan perbedaan harga beli dengan harga jual kacang tanah dalam bentuk komoditas yang sama (Rp/Kg)

3.6 Metode Analisis

  Teknik analisis data yang telah dikumpulkan dilapangan dan disusun secara tabulasi kemudian dianalisis secara kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk melihat efisiensi saluran tataniaga berdasarkan margin tataniaga, farmer’s share, rasio keuntungan dan biaya.

  Untuk mengetahui margin tataniaga, distribusi, farmer’s share, dan seluruh keuntungan lembaga-lembaga tataniaga terhadap margin total dari berbagai saluran tataniaga digunakan analisis margin pemasaran. Besarnya margin pemasaran dapat di hitung menggunakan rumus (Masyhuri, 1994, dan Yusuf, dkk, 2004)

  MP = KP + BP Dimana: MP = Margin Pemasaran KP = Keuntungan Pemasaran BP = Biaya Pemasaran

  Untuk mengetahui efeiensi saluran tataniaga kacang tanah dapat dianalisis menghitung bagaimana harga yang diterima petani (farmer’s Share) sebagai analisis tataniaga kacang tanah. Soekartawi (2002a)menyatakan, mengukur efesiensi saluran tataniaga digunakan harga jual petani sebagai dasar dan dibandingkan dengan harga beli pedagang ditingkat konsumen akhir dikalikan dengan 100 persen.

  Jika share harga yang diterima petani lebih besar dari share margin tata niaganya maka saluran tata niaga tersebut dikategorikan efesien. Begitu juga sebaliknya,jika share harga yang diterima petani lebih kecil dari share margin tata niaganya maka saluran tataniaga tersebut dikategorikan tidak efesien.

  Bagaimana harga yang diterima petani atau farmer’s share adalah perbandingan atau rasio antara harga yang harus dibayar konsumen dinyatakan dalam persen (%). Secara sistematik dirumuskan dalam persamaan berikut:

  Fs (%) x 100 Dimana: Fs = farmer’s Share Pf = harga di tingkat petani Pe = harga ditingkat lembaga tataniaga

3.7 Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat diturunkan hipotesis penelitian bahwa: 1). Saluran dan fungsi lembaga-lembaga tataniaga sangat berperan penting dalam perpindahan suatu produk pertanian dari sentral produksi kedaerah konsumen. 2). Struktur dan prilaku pasar mingguan yang terdapat di Kluet Utara pada masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat cenderung bersifat pasar persaingan sempurna, karena jumlah petani banyak serta petani dan pedagang bebas keluar masuk pasar.

  3). Efesien atau tidaknya suatu saluran tataniaga sangat ditentukan oleh besar kecilnya margin tataniaga, farmer’s shere, rasio keuntungan, dan biaya yang dikeluarkan oleh tiap-tiap lembaga yang terlibat.

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Petani dan Pedagang Sampel

  Salah satu faktor yang dapat memperlancar pengembangan komoditi kacang tanah karakteristik petani sebagai pelaku usaha tani dan pedagang sabagai penyalur di dalam lembaga tata niaga. Karakteristik petani terutama meliputi kelompok umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga. Karakteristik ini penting untuk diketahui, mengingat keadaan dari setiap responden berbeda-beda baik dari segi umur, pendidikan, pengalaman berusaha maupun tanggungan keluarga, keadaan – keadaan ini akan mempengaruhi kemampuan dan produktifitas kerja para petani dan pedagang dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Karakteristik sangat erat kaitannya dengan keahlian petani dalam memilih saluran tata niaga, Karena karakteristik ini akan mencerminkan kemampuan berfikir dan ketepatan dalam mengambil keputusan serta berhubungan dengan kemampuan petani dalam menerapkan teknik pembudidayaan tanaman kacang tanah untuk hasil yang baik.

  Jumlah sampel yang menjadi objek penelitian sebanyak 40 orang terdiri dari 30 orang sampel petani dan 10 orang pedagang dari 200 populasi petani dan pedagang, persentase petani dan pedagang sampel menurut karakter usia di daerah penilitian dapat di lihat dalam tabel 8.

  

Tabel 8. Persentase petani dan pedagang sampel menurut usia di daerah penelitian,

Tahun 2013

Kelompok Usia Jumlah (orang) Persentase (%)

21 – 30

  9 22,5 31 – 40 17 42,5 41 – 50

  10

  25 >50

  4

  10 Jumlah 40 100,00 Dengan memperhatikan tabel 8 diperoleh informasi bahwa tingkat usia petani dan pedagang sampel di daerah penelitian relatif berusia produktif yaitu 42,5 persen atau 17 orang dari 40 responden (petani dan pedagang) dengan kisaran usia antara 31 sampai 40 tahun. Kemudian di ikuti kisaran usia 41 sampai 50 tahun sebanyak 10 Orang (25 persen), usia 21 – 30 tahun sebanyak 9 orang (22,5 persen). sedangkan diatas 50 sebanyak 4 orang atau 10 persen.

  Faktor umur mempunyai kaitan erat dengan kemampuan kerja pedagang dalam mengelola usahanya. Pedagang yang memiliki umur lebih muda jika dibandingkan dengan pedagang yang lebih tua cenderung akan lebih bersemangat dalam berusaha dan sering melakukan hal-hal yang sifatnya coba – coba untuk kemajuan usahanya. Hal ini juga disebabkan mereka masih memiliki semangat yang besar dalam berusaha.