SISTEM MANAJEMEN PEMELIHARAAN BANGUNAN PASCA GEMPA DAN TSUNAMI ACEH (Studi Kasus : DesaSuakTimahKecamatanSamatigaKabupaten Aceh Bar - Repository utu

  

SISTEM MANAJEMEN

PEMELIHARAAN BANGUNAN

PASCA GEMPA DAN TSUNAMI ACEH

(Studi Kasus : DesaSuakTimahKecamatanSamatigaKabupaten Aceh Barat)

  Tugas Akhir UntukMemenuhiSebagiandariSyarat-syarat

  Yang DiperlukanuntukMemperoleh GelarSarjanaTeknik

  DisusunOleh :

  

Firman Abdillah

  NIM :06C10203025 Bidang :ManajemenRekayasaKonstruksi Jurusan : TeknikSipil

  

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TEUKU UMAR

ALUE PEUNYARENG - MEULABOH

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Pada tanggal 26 Desember 2004, suatu gempa bumi yang berskala sangatkuat (8,9 skala richter) telah terjadi di Samudra Indonesia di lepas pantai barat lautPulau Sumatera. Gempa yang kemudian menyebabkan gelombang tsunami ini telahmemporak porandakan sebagian besar wilayah Aceh dan Nias di wilayah Indonesia,sebagian wilayah Thailand, Srilanka, Maladewa (Maldives), Bangladesh, Burmabahkan sampai ke pantai Somalia di Afrika Timur.

  Bencana alam di kawasan Provinsi Aceh tersebut telah menimbulkan kerusakan sebagian besar wilayah pesisir Aceh,menelan banyak korban jiwa, menghancurkan sebagian besar infrastruktur,pemukiman, sarana sosial seperti bangunan-bangunan pendidikan, kesehatan,keamanan, sosial, ekonomi publik, dan bangunan-bangunan pemerintah. Bencanaini juga telah mempengaruhi kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, termasukkondisi psikologis dan tingkat kesejahteraannya.

  Kerusakan berbagai sarana prasarana juga telah mengakibatkan kelumpuhanaktivitas masyarakat diberbagai bidang kehidupan. Pembangunan kembali wilayahAceh yang tertimpa bencana pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi dilakukan olehPemerintah Daerah bersama dengan sebuah lembaga khusus yang dibentukPemerintah Pusat yaitu Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias.

  Rehabilitasi Pasca Tsunami di Desa Suaktimah Kecamatan Samatiga pada tahun 2005/2006 berupa kegiatan sosial dan pembangunan sarana prasarana. Diantara sarana prasarana yang telah dibangun adalah jenis prasarana dasar lingkungan berupa prasarana jalan guna meningkatkan aksesibilitas dan perekonomian masyarakat, prasarana pembangunan rumah penduduk guna untuk perekonomian seperti perbaikan areal persawahan dan kebun, pembangunan pasar desa dan jenis sarana yang mendukung aktivitas social seperti pembangunan Balai Taman Pendidikan AlQuran (TPA), pembangunan Mesjid, Meunasah dan pembangunan tempat wudhuk. Setelah beberapa tahap pembangunan selesai terutama bangunan rumah dan bangunan infrastruktur lainnya dari tahun 2006/2007 hingga sekarang, banyak bangunan desa dan rumah-rumah penduduk yang rusak ringan, parah dan bahkan terbengkalai dengan sendirinya.

  Sebagai bangunan dan infrastruktur publik yang berfungsi sebagai tempat tinggal sudah selayaknya diperhatikan keandalan dan kelayakan bangunannya. Keandalan bangunan diperlukan untuk menjamin keselamatan pengguna bangunan sedangkan kelayakan bangunan akan menjamin kenyamanan pengguna bangunan. Selain harus diperhatikan keandalan serta kelayakan bangunan, sebagai bangunan publik maka pemeliharaan bangunan harus diperhatikan. Pemeliharaan Bangunan bertujuan untuk menjaga supaya bangunan tersebut bisa mencapai umur layak yang sudah diperhitungkan.

  1.2 Rumusan Masalah

  Dengan melihat latar belakang di atas, timbul pertanyaan penelitian (research question) sebagai berikut :

  1. Bagaimana Pemeliharaan dan pengelolaan Komplek Perumahan Nelayan di Kecamatan Samatiga ?

  2. Apa problematika yang dihadapi pada Komplek Perumahan Nelayan di Kecamatan Samatiga ?

  3. Apa rekomendasi yang diberikan untuk menyempurnakan pemeliharaan dan pengelolaan Komplek Perumahan Nelayan di Kecamatan Samatiga?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaanpenelitian (research question) yang muncul dengan latar belakang seperti yang diuraikan di

  1. Memperoleh gambaran pemeliharaan dan pengelolaan komplek perumahan nelayan di kecamatan samatiga.

  2. Menginventarisir problematika pada pemeliharaan dan pengelolaan komplek perumahan nelayan di kecamatan samatiga.

  3. Memberikan rekomendasi untuk menyempurnakan pemeliharaan dan pengelolaan berbasis masyarakat di komplek perumahan nelayan di kecamatan samatiga.

  1.4 Manfaat Penelitian

  1. Sebagai bahan referensi untuk penyempurnaan sistem pengelolaan bangunan di Desa Suak Timah Kecamatan Samatiga.

  2. Sebagai sumbang saran dalam upaya peningkatan kualitas bangunan di perumahan nelayan, khususnya dalam hal pemeliharan dan pengelolaan bangunan.

  3. Sebagai bahan kajian penelitian dalam bidang pemeliharaan bangunan yang mengikutsertakan peran aktif masyarakat.

  1.5 Definisi Operasional 1. Pemeliharaan Bangunan.

  Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan pemeliharaan bangunan adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan kerusakan banunan. (rujukan: Peratuan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.403/KPTS/M/2002).

  2. Berbasis Masyarakat.

  Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan berbasis masyarakat adalah pelibatan masyarakat secara aktif dalam kegiatan pemeliharaan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

  Permasalahan bangunan komplek perumahan nelayan di kecamatan samatiga:

  1. Seiring berjalannya waktu volume kerusakan bangunan yang terus meningkat pasca rehabilitasi dan rekontruksi berakhir seiring dengan pertambahan jumlah penduduk.

  2. Kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan bangunan terbatas.

  3. Tidak ada sebuah sistem pengelolaan dan pemeliharaan bangunan di komplek perumahan nelayan tersebut.

  

Lokasi Penelitian :

  Dusun Kuta Trieng.Desa Suak Tiamah Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat

  

Tujuan Penelitian :

  1. Memperoleh gambaran pemeliharaan dan pengelolaan komplek perumahan nelayan di kecamatan samatiga.

  2. Menginventarisir problematika pada pemeliharaan dan pengelolaan komplek perumahan nelayan di kecamatan samatiga.

  3. Memberikan rekomendasi untuk menyempurnakan pemeliharaan dan pengelolaan berbasis masyarakat di komplek perumahan nelayan di kecamatan samatiga.

  

Kajian Penelitian Meliputi :

  1. Proses perencanaan

  2. Aspek kelembagaan

  5. Aspek peraturan

  

Rekomendasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  2.1 Sistem

  Memberikan defenisi konsep sistem sebagai suatu kebulatan atau totalitas yang berfungsi secara utuh, disebabkan adanya saling ketergantungan diantara bagian-bagianya. Sebagai contoh adalah suatu organisasi perusahaan yang utuh dan menyeluruh akan terdiri dari bagian-bagian yang saling tergantung baik berupa fisik dan nonfisik seperti pimpinan, memberikan arahan dan aturan pentingnya pemanfaatan bangunan, pemeliharaan, informasi dan lain-lain. (Iman Soeharto,1997)

  Definisi lain yang lebih terinci perihal pemikiran sistem dari Kerzner (1989) adalah sekelompok komponen yang terdiri dari manusia dan / atau bukanmanusia (nonhuman) yang diorganisir dan diatur sedemikian rupa sehinggakomponen-komponen tersebut dapat bertindak sebagai satu kesatuan dalam mencapaitujuan, sasaran bersama atau hasil akhir. (Iman Soeharto,1997).

  Definisi diatas menjelaskan pentingnya aspek pengaturan danpengorganisasian komponen dari suatu sistem untuk mencapai sasaran bersama,karena bila tidak ada sinkronisasi dan koordinasi yang tepat maka kegiatan masing - masingkomponen, subsistem, atau bidang dalam suatu organisasi akan kurang salingmenunjang.Suatu sistem adalah seperangkat elemen yang membentuk kegiatan atau suatuprosedur / bagan pengelolaan yang mencari suatu tujuan atau tujuan-tujuan bersama. (et all. 1990).

  2.2 Pembangunan

  Pembangunan pada dasarnya adalah proses terjadinya perubahan social yang besar dalam berbagai kehidupan kearah masyarakat yang lebih maju danbaik sesuai dengan pandangan masyarakat dilingkungan itu (Tjokroamidjojo,Bintoro, 1988)

  Permasalahan fisik, sosial, ekonomi, politik maupun kriminalitas menjadisemain kompleks karena pihak kota sering tidak tanggap dan tidak memilikikemampuan untuk menyiapkan prasarana dan saran serta fasilitas yang memadai(Kuswartjojo, 2008) .

  Dalam program Pembangunan Perumahan Bertumpu Pada Kelompok(P2BPK) merupakan wujud nyata yang mendudukan masyarakat sebagi subjekdan bukan sebagai objek potensi swadaya masyarakat tersebut secra kooperatifdikelola secara baik untuk membangun Rumah secara swakelola sehingga produkhunian dan lingkungan yang terjadi bisa lebih tertata dan bisa mengurangimunculnya pemukiman kumuh (Asnawi, 2004).

2.3 Perumahan

  Adapun pegertian rumah menurut Turner( 1972 : 149 ) pada dasarnyarumah memiliki dua arti penting yaitu rumah sebagai suatu kata benda dan rumahsebagai suatu kata kerja. Rumah sebagai kata benda berarti rumah dijadikansebagai tempat tinggal , sedangkan rumah sebagai kata kerja adalah suatu prosesatau aktivitas manusia yang terjadi dalam pembangunan selama prosespenghuniannya.

  Keputusan Menteri permukiman dan Prasarana Wilayah No.403/KPTS/M/2002 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah SederhanaSehat yang dimaksudkan dengan pengertian Rumah adalah bangunan yangberfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga,masih dalam Keputuan menteri tersebut yang dimaksud dengan Kesehatan adalahkeadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidupproduktif secara sosial ekonomi

  Dalam Undang

  • – Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1992 tentangPerumahan dan Permukiman juga dikatakan rumah adalah bangunan yangberfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga,sedangkan yang dimaksud dengan pengertian perumahan adalah
kelompok rumahyang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yangdilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.

  Keputusan Menteri permukiman dan Prasarana Wilayah No.403/KPTS/M/2002 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah SederhanaSehat Yang dimaksudkan dengan :

  • Rumah Sehat adalah rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi ketetapanatau ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangkamelindungi penghuni rumah dari bahaya atau gangguan kesehatan, sehinggamemungkinkan penghuni memperoleh derajat kesehatan yang optimal
  • Rumah Sederhana tempat kediaman yang layak dihuni dan harganyaterjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah dan sedang.
  • Rumah Sederhana Sehat tempat kediaman yang layak dihuni dan harganyaterjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah dan sedang, berupabangunan yang luas lantai dan luas kavlingnya memadai dengan jumlahpenghuni serta memenuhi persyaratan kesehatan rumah tinggal
  • Kebutuhan dasar minimal suatu rumah

  1) Atap yang rapat dan tidak bocor 2) Lantai yang kering dan mudah dibersihkan 3) Penyediaan air bersih yang cukup 4) Pembuangan air kotor yang baik dan memenuhi persyaratan kesehatan 5) Pencahayaan alami yang cukup 6) Udara bersih yang cukup melalui pengaturan sirkulasi udara sesuai dengankebutuhan.

  Dalam Undang

  • – undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruangyang Dimaksud dengan Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyaikegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempatpermukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Sedangkan Penataan ruang adalah suatusistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pemanfaatan ruang Dalam Pasal 5 Undang

  • – Undang No. 28 Tahun 2002 tentang BangunanGedung menyatakan bahwa bangunan dengan fungsinya adalah sebagi berikut :

  1. Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha, social dan budaya, serta fungsi khusus.

  2. Bangunan gedung fungsi hunian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)meliputi bangunan untuk rumah tinggal tunggal, rumah tinggal deret, rumahsusun, dan rumah tinggal sementara.

  3. Bangunan gedung fungsi keagamaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)meliputi masjid, gereja, pura, wihara, dan kelenteng.

  4. Bangunan gedung fungsi usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)meliputi bangunan gedung untuk perkantoran, perdagangan, perindustrian,perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal, dan penyimpanan.

  5. Bangunan gedung fungsi sosial dan budaya sebagaimana dimaksud dalamayat (1) meliputi bangunan gedung untuk pendidikan, kebudayaan, pelayanankesehatan, laboratorium, dan pelayanan umum.

  6. Bangunan gedung fungsi khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)meliputi bangunan gedung untuk reaktor nuklir, instalasi pertahanan dankeamanan, dan bangunan sejenis yang diputuskan oleh menteri.

2.4 Sertifikat Laik Fungsi (SLF)

  Sertifikat Laik Fungsi atau SLF merupakan standar keandalan gedung atau bangunan yangdikeluarkan oleh pemerintah. SLF mulai tahun 2010 akan menjadi dokumen yangwajib dimiliki setiap bangunan gedung, baik yang baru ataupun yang sudah lamaberdiri. Ketentuan tentang SLF yang diatur dalam UU No. 28 Tahun 2002 ini,dikeluarkan pemerintah demi memastikan keselamatan pengguna bangunan.Pedoman tentang Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung sendiri, telah diterbitkansejak 9 Agustus 2007 lalu, melalui Peraturan Menteri Pekerjaan

2.4.1 Ketentuan Umum

  a. Bagian Kesatu

  Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:

  1. Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung adalah sertifikat yang diterbitkan oleh pemerintah daerah kecuali untuk bangunan gedung fungsi khusus oleh Pemerintah untuk menyatakan kelaikan fungsi suatu bangunan gedung baik secara administratif maupun teknis, sebelum pemanfaatannya.

  2. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

  3. Pemerintah daerah adalah Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah, kecuali untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah Gubernur.

  4. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum.

  b. Bagian Kedua

  Maksud, Tujuan, dan Lingkup

  1. Pedoman ini dimaksudkan untuk menjadi acuan bagi pemerintah daerah, khususnya instansi teknis pembina penyelenggaraan bangunan gedung dalam menetapkan kebijakan operasional sertifikat laik fungsi bangunan gedung.

  2. Pedoman ini bertujuan untuk terwujudnya bangunan gedung yang selalu andal dan memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis gedung yang fungsional, sesuai dengan tata bangunan yang serasi dan selaras dengan lingkungannya, yang diselenggarakan secara tertib untuk menjamin keandalan teknis bangunan gedung, serta terwujudnya kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung.

  3. Lingkup pedoman ini meliputi tata cara penerbitan dan perpanjangan sertifikat laik fungsi bangunan gedung, pembinaan, dan ketentuan lain.

2.4.2 Pembinaan Teknis

  1. Pembinaan pelaksanaan pedoman ini dilakukan oleh Pemerintah dalam rangka meningkatkan kemampuan dan kemandirian pemerintah daerah dan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan.

  2. Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui pengaturan, pemberdayaan dan pengawasan kepada pemerintah kabupaten/kota yang dapat dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dalam rangka pelaksanaan tugas dekonsentrasi.

2.5 Kelembagaan

  Pengertian kelembagaan adalahsebagai sebuah peraturan dalam sebuah permainan dalam masyarakat atau lebihkhusus dalam sistem tata nilai yang membatasi hubungan antar manusia, jadimengatur hubungan dan interaksi antara komponen yang ada didalam masyarakat.

  (Anchonandy dalam Siagian,2006) kelembagaan didefinisikan sebagaihal- hal yang berkaitan dengan siapa yang bertanggung jawab terhadap aspek apadan bagaimana mekanisme kerjanya dari masing-masing yang dilaksanakan.Perangkat kelembagaan dalam dibidang perumahan merupakan satu kesatuansisitem untuk mewujudkan pembangunan perumahan secara berencana, terarahdan terpadu baik yang berfungsi sebagai pemegang kebijakan, pembinaan danpengaturan pada berbagai tigkat pemerintah maupun lembaga pelaksanaan pembangunan disektor

  Lembaga dalam pelaksanaan pembangunan perumahan dan permukimanadalah pertama sebagai pembuat kebijakan dan strategi dan programpembangunan perumhan dan permukiman secara nasional, kedua peranpemerintah dalam pelaksanaan pembangunan bagi masyarakat berpenghasilanrendah sehingga pemerintrah sebagai provider dan enabler.

  Worid Bank (1993:4) dalam pemecahan masalah dari segi pembangunaperumahan yang harus diperhatikan adalah pemerintah harus menyiapkanprasarana dalam menentukan lahan perumahan dan bertanggung jawab terhadappenyediaan prasarana dan rasaran di daerah perumahan, biaya dan peraturanperkotan, dan menciptakan potensi kompetitif dalam pengembangan danpenggunan lahan.

  Siagian (1999) menambahkan bhawa prinsisp-prinsip oraganisasi dapatdisamakan dengan suatu kelembagaan karena adanya tugas-tugas yang spesifik,sehingga dipahami sebagai proses kerja sama dan memerlukan interaksi,interdependensi antara semua satuan kerja yang ada.

  Pengelolaan perumahan dan permukiman didaerah adalah sepenuhtanggung jawab pemerintah Daerah sesuai PP No. 37 thn 2008 tentang UrusanWajib Pemerintah Daerah dalam keterangan lain menyebutkan bahwa pengelola bantuan Prasarana,Sarana , Utilitas Umum (PSU) adalah Pemerintah Kabupaten/Kota dan melakukanpengawasan serta pengendaliannya yang juga dapat melibatkan peran sertamasyarakat. Ini berarti kelembagaan pemerintah Daerah mempunyai kewenanganuntuk mengatur dan mengendalikan pembangunan PSU berdasarkan kebutuhanmasyarakat.

  Nasrullah (2001) Organisasi dan manajemen juga mempunyai perananpokok dalam menggerakkan, mengaktifkan dan mengarahkan sisitem dalam ruanglingkup institusi, pola organisasi, personalia serta manajemen (perencanaan,pelaksanaan dan pengendalian).

2.6 Manajemen

  Manajemen merupakan proses terpadu dimana individu-individu sebagai bagian dari organisasi dilibatkan untuk memelihara, mengembangkan, mengendalikan, dan menjalankan program-program, yang kesemuanya diarahkan pada sasaran yang telah ditetapkan dan berlangsung menerus seiring dengan berjalannya waktu. (Istimawan Dipohusodo, 1996). Salah satu pemikiran manajemen modern, yaitu Henry Fayol (1841-1925). Seorang industrialis Perancis adalah orang pertama yang menjelaskan secara sistematis bermacam aspek pengetahuan manajemen dengan menghubungkan fungsi-fungsinya. Fungsi-fungsi yang dimaksud adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan. Aliran pemikiran diatas kemudian dikenal sebagai manajemen fungsional. (Iman Soeharto, 1997) Koontz (1982). Memberikan definisi bahwa manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan kegiatan anggota serta sumber daya yang lain untuk mencapai sasaran organisasi (perusahaan) yang telah ditentukan. (Iman Soeharto, 1997). Menurut Fayol, manajemen bukanlah bakat seseorang tetapi suatu kepandaian (skill) yang dapat dipelajari, yaitu dengan memahami teori serta prinsip - prinsip dasarnya. (Iman Soeharto, 1997).

2.7 Konstruksi

  Di kalangan masyarakat kita, masih saja selalu terjadi kerancuan dalammengartikan kata konstruksi. Istilah konstruksi beton dan konstruksi kayu misalnya,seringkali masih digunakan untuk maksud mengartikan struktur rangka beton danstruktur kayu. Munculnya kerancuan karena di masa lalu kita pernahmenggunakannya sebagai pandanan kata constructie (bahasa Belanda, artinya :struktur) yang artinya berlainan dengan kata construction (bahasa Inggris, artinya: pembangunan). Sedangkan istilah “sistem manajemen konstruksi” yang selama ini digunakan oleh kalangan luas adalah istilah dari bahasa Inggris

constructionmanagement system yang berarti sistem pengelolaan pembangunan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

  Penelitian tentang Pemeliharaan Bangunan Pasca Bencana (Studi Kasus di Desa Suak Timah Kecamatan Samatiga) menurut metodenya termasuk penelitian evaluasi (Sugiyono, 1999:6). Menurut Sugiyono, 1999:9, penelitianevaluasi bermaksud membandingkan suatu kejadian atau kegiatan dengan standaryang telah ditetapkan. Evaluasi sebagai penelitian berarti akan berfungsi untukmenjelaskan fenomena.

  Penelitian ini menurut tingkat eksplanasi danjenis data serta analisisnya termasuk penelitian deskriptif kualitatif, yaitupenelitian yang bermaksud mendeskripsikan fenomena yang terjadi berdasarkanhasil ekplorasi tentang Pemeliharaan Bangunan.Penelitian yang dilakukan berusaha menelaah secara cermat, sistematis terhadapfenomena empirik aktual mengenai pengelolaan dan pemeliharaan bangunan pasca bencana di desa suak timah kecamatan samatiga.

  Penggunaan metode kualitatif ini memiliki keunggulan karena eksplorasiterhadap masalah yang dikaji tidak sekedar berdasarkan pada laporan suatukejadian atau fenomena saja melainkan juga dikroscek dengan sumber- sumberlain yang relevan. Metode ini juga memungkinkan pendekatan yang lebih luwes,tidak terlalu rinci, tidak lazim mendefinisikan suatu konsep, serta memberikemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebihmendasar, menarik, unik, dan bermakna di lapangan, (Aziz dalam Bungin,2003:39).

  Dengan demikian, penelitian deskriptif kualitatif yang dilakukandimaksudkan untuk mengeksplorasi dan mendeskripsikan fenomena Pemeliharaan Bangunan Pasca Bencana.

  3.2 Ruang Lingkup Substansial

  Substansi dari penelitian ini menitik beratkan pada:

  1. Proses perencanaan Proses perencanaan tersebut dimulai dari ide awal hingga munculnya kegiatan pemeliharaanbangunan.

  2. Menganalisis implementasi kegiatan pengelolaan bangunan berbasis masyarakat, yang meliputi aspek kelembagaan, teknis operasional, pembiayaan, regulasi dan evaluasi.

  3.3 Lokasi Penelitian

  Lokasi penelitian terfokus pada kawasan permukiman pesisir yang berada di Desa Suak Timah Kecamatan samatiga Pada awalnya sebelum bencana rumah-rumah dan pembangunan yang ada hanya berbentuk permanen, dan semi permanensesuai keinginan pemiliknya dan pemerintahan pada masa itu. Hingga akhirnya setelah bencana alam gempa bumi dan tsunami pada tahun 2004 telah mertakan segala bangunan yang ada di desa tersebut. Setelah masa rehabilitasi dan rekontruksi selesai banyak terjadi perubahan karakteristik permukiman dan pembangunan. Mulai dari rumah penduduk, fasilitas umum, infrastruktur dasar lainnya. Lokasi wilayah penelitan dapat dilihat pada Lampiran A.3.2 Halaman 45.

  3.4 Sumber Data Penelitian

  Dalam penelitian ini, sebagai sumber data ada tiga sumber, (1)

  

Personal ,(2) Place, dan (3) Paper. Sumber data Personal, yaitu orang yang

  memilikikompetensi untuk memberikan keterangan yang relevan dengan tema penelitian.Yang termasuk dalam hal ini adalah Pengurus RT/RW, Bagian Pembangunan, Pejabat Kelurahan, Pejabat Kecamatan, dan Pejabat Dinas. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara dankuesioner.

  Sumber data Place, yaitu meliputi tempat atau lokasi serta situasi datadilakukan melalui observasi, yaitu berupa pengamatan lapangan, pengambilan gambar, dan pencatatan.Sumber data Paper, yaitu berupa dokumen yang dapat berupa laporan,catatan, berkas, atau bahan-bahan tertulis lainnya yang merupakan dokumen resmiyang relevan dengan tema penelitian dan dapat dijadikan referensi.

3.4.1 Jumlah Responden (Sampel) untuk Pengisian Kuesioner

  Jumlah Kepala Keluarga (KK) dikomplek perumahan tersebut adalah 28 KK dengan Jumlah jiwa = 85. Untuk menentukan jumlah responden pengisian kuesioner ditentukandengan menggunakan Rumus Slovin (Sevilla, et. al., 1993:38), yaitu:

  N n = , Dengan: 1 +

  n = jumlah sampel (responden) yang diperlukan N = jumlah populasi (N = 85 orang) e = sample error (10 %)

  Dengan menggunakan rumus tersebut di atas, diketahui jumlah sampel (responden) minimal untuk pengisian kuesioner yang diperlukan adalah 13 orang. Dalam penelitian yang telah dilakukan, peneliti berhasil mendapatkan 65 orang responden, sehingga jumlah tersebut sudah sangat memadai.

  Metode penentuan sampel secara Stratified Proporsional

  

RandomSampling . Sampel secara proporsional diambil pada KK dengan jumlah

  anggotakeluarga yang berbeda. Berdasarkan data yang ada, maka penentuan jumlahsampel pada masing-masing kelompok adalah sebagai berikut :

  No Jumlah Anggota Keluarga Jumlah KK & Proporsi Jumlah Sampel Diambil Dalam KK

  1

  1

  21 KK ( 75 % )

  9 Orang responden

  • – 3 Orang 2 > 4 Orang

  7 KK ( 25 % )

  4 Orang responden Jumlah

  28 KK ( 100 % )

  13 Orang responden Sumber : Data Observasi, 2014

3.5 Teknik Pengumpulan Data

  Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Menurut Sugiarto, et.al (2001:6) data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama, sedangkan data sekunder merupakan data primer yang diperoleh orang lain atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pengumpul data primer atau oleh pihak lain yang pada umumnya disajikan dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Dalam pengertian lain, data primer juga dapat dikatakan sebagai data pokok penelitian, sedangkan data sekunder adalah data tambahan yang berguna untuk melengkapi data primer. Teknik pengambilan data primer dan sekunder dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: wawancara; kuesioner; observasi; dan dokumentasi.

3.5.1 Data primer

  1. Mendapat Data Teknis dengan mengamati langsung ke lapangan (survey lapangan) untuk mendapatkan data fisik kondisi existing Bangunan.

  Pengambilan data dilakukan dengan teknik pencatatan, dokumentasi foto, dan pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan alat bantu meteran untuk menghitung luasan.

  2. Melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait. Pihak terkait terdiridari Aparat Desa,Muspika Kecamatanpada bagian pembangunan. Wawancara bertujuan untuk verifikasi Sistem Pengelolaan dan Pemeliharaan Bangunan.

  3.Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data dengan wawancara yang sifatnya terbuka dan jelas untuk dimengertioleh responden berupa daftar pertanyaan dengan beberapa alternative pemilihan untuk dijawab responden.

  Pengumpulan Data Sekunder Merupakan salah satu cara mendapatkan data yang diperlukan secara tidak langsung. Survei dengan cara ini dilakukan dengan cara datang ke instansi-instansi terkait guna mendapatkan dokumen yang dibutuhkan. Data sekunder adalah data yang sudah dalam bentuk jadi, seperti data dalam dokumen dan publikasi, dan data tersebut merupakan data yang sudah tersedia sehinggakita tinggal mencari dan mengumpulkan (Sarwono, 2006:11). Adapun teknik pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  • Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data yang terdapat di instansi terkait seperti Bappeda Kabupaten Aceh Barat, Kantor Camat Kecamatan Samatiga, Kantor Geuchik Desa Suak Timah untuk mencari data mengenai perkembangan Pembangunan dan pengelolaan kontruksi. Tujuannya adalah memperoleh data yang nantinya akan digunakan sebagai bahan cross-check dari hasil observasi lapangan. Dari teknik ini peneliti dapat mengkaji lebih spesifik tentang deskripsi wilayah studi.

  Survei Instansi

3.5.3 Wawancara

  Wawancara (interview) adalah situasi peran antar pribadi bersemuka (face-

  

to-face ), ketika seseorang, yaitu pewawancara, mengajukan pertanyaan-

  pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian, kepada seseorang yang diwawancara atau responden (Kerlinger dalam Sanapiah, 1995:133).

  Menurut Kerlinger dalam Sanapiah (1995:139), wawancara dapat digunakan untuk 3 maksud utama, yaitu:

  1. Dapat dijadikan sebagai alat eksplorasi untuk membantu identifikasi variabel dan relasi, mengajukan hipotesis, dan memandu tahap-tahap penelitian.

  2. Dapat menjadi instrumen utama penelitian. Dalam hal ini, pertanyaan-

  3. Dapat digunakan sebagai penopang atau pelengkap metode lain.

  Hal lain yang harus diperhatikan dalam wawancara adalah bagaimana menghilangkan bias atau kesenjangan yang dimiliki oleh pewawancara. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menggunakan wawancara standar yang terstruktur. Wawancara ini dilakukan dengan skedul wawancara yang telah dipersiapkan secara cermat untuk memperoleh informasi yang relevan dengan masalah penelitian. Wawancara terstruktur ini adalah wawancara yang dilakukansecara langsung antara peneliti dengan responden menggunakan

  (pedoman wawancara). Cara ini memiliki keunggulan dalam hal

  interview guide

  kebebasan dari responden untuk memberikan jawaban yang ditanyakan oleh peneliti, juga peneliti bisa memberikan batasan yang jelas mengenai pokok masalah yang harus digali dari responden. Peneliti akan memiliki pedoman sistematis yang akan menuntun peneliti untuk mendalami pokok masalah.

  Berdasarkan tujuan penelitian kualitatif, maka prosedur sampling yang terpenting adalah bagaimana menemukan informan kunci (key informant) yangakan diwawancarai. Pemilihan sampel yang tepat dilakukan secara sengaja (purposive). Sumber data primer dari penelitian ini adalah responden penelitian yang dianggap mengetahui persis pengelolaan komlek rumah nelayan tersebut.

  Orientasi mengenai responden yang akan diwawancarai adalah bukan berapa jumlah orang yang dijadikan responden tetapi apakah data yang terkumpul sudah mencukupi atau belum. Jadi parameter untuk penghentian proses pengambilan data adalah ketercukupan data. Proses pengambilan data akan dilakukan terus menerus sampai tidak lagi dijumpai informasi yang lain atau informasi yang baru dari responden.

  Dalam proses pemilihan sampel sebagai responden penelitian, maka adatiga tahap yang ditempuh yaitu (Kanto dalam Bungin, 2003 : 53)

  

pertama adalah pemilihan sampel awal; kedua pemilihan sampel lanjutan guna

  memperluas dan memperdalam deskripsi informasi dan melacak variasi informasi yang mungkin ada; ketiga menghentikan pemilihan sampel lanjutan bilamana dianggap sudah tidak ditemukan lagi variasi informasi.

  Lebih lanjut Kanto (dalam Bungin, 2003:53) menjelaskan bahwa dalammenempuh 3 tahapan tersebut, prosedur pemilihan sampel dalam penelitian kualitatif yang lazim digunakan adalah teknik snowball sampling. Dalam proses tersebut, pemilihan sampel awal sangat berpengaruh terhadap keberhasilan sampling dan kelancaran pengumpulan informasi.

  Kaitan dengan hal tersebut, Kanto (dalam Bungin 2003:54) mengusulkanlima kriteria untuk pemilihan sampel informan awal, yaitu :

  • Subyek yang telah cukup lama dan intensif menyatu dengan kegiatan atau medan aktifitas yang menjadi informasi.
  • Subyek yang terlibat secara penuh/aktif pada lingkungan atau kegiatan yang menjadi perhatian peneliti.
  • Subyek yang mempunyai cukup banyak waktu atau kesempatan diwawancarai.
  • Subyek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau dipersiapkan lebih dahulu.
  • Subyek yang sebelumnya terg olong masih ”asing” dengan penelitian, sehingga peneliti merasa lebih tertantang untuk ”belajar” sebanyak mungkin dari subyek.

  Berdasarkan kriteria tersebut, untuk keperluan wawancara, dalamoperasional penelitian ini maka pihak-pihak yang dijadikan responden penelitian adalah : Pengurus RT/RW, tokoh masyarakat, Pihak-pihak tersebut merupakan pihak yang dianggap mengetahui dan memiliki kompetensi memberikan keterangan.

  Wawancara dilakukan di tempat responden berada. Waktu wawancaradilakukan atas kesepakatan antara peneliti dengan responden. Situasi dipilih pada saat responden benar-benar dalam situasi normal dan cukup waktu dan dapat memberikan ketarangan dengan baik. Proses wawancara dilakukan satu-persatu. Agar wawancara berlangsung dengan sistematis dan tidak menyimpang dari maksud wawancara, peneliti melengkapi diri dengan pedoman wawancara. Namun di lapangan peneliti juga tidak secara kaku dalam mengajukan pertanyaan, tetapi disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Termasuk dalam hal ini adalah pilihan bahasa, istilah, dan cara bertanya. Yang terpenting adalah dapat tergali informasi yang faktual sebagaimana dimaksud pada kisi-kisi ruang lingkup penelitian.

  3.5.4 Kuesioner

  Kuesioner atau angket sebagai alat pengumpulan data, berisi daftarpertanyaan secara tertulis yang ditujukan kepada subyek/responden penelitian (Sanapiah, 1995). Pada prinsipnya, kuesioner hampir sama dengan wawancara, perbedaannya hanya terletak pada pertanyaan dan jawaban yang dilakukan secaratertulis. Dengan demikian maka responden penelitian ini harus dipastikan dapat membaca dan menulis. Dalam penelitian ini, metode kuesioner dilakukan untuk mendapatkan data mengenai persepsi warga masyarakat mengenai program pengelolaan komplek perumahan di wilayah penelitian.

  Kuesioner dibagikan kepada warga masyarakat dalam berbagaikesempatan, karena peneliti tidak dapat mengumpulkan mereka dalam satu kesempatan (waktu dan tempat yang sama). Namun prinsip dari proses pengisian kuesioner ini adalah peneliti tetap menjaga agar kuesioner benar-benar diisi oleh responden yang dimaksud dalam penelitian. Termasuk responden dalam kondisi normal, tidak tergesa-gesa, tidak saling contek, sehingga diharapkan dapat diperoleh jawaban yang benar-benar murni dan aktual.

  3.5.5 Observasi

  Observasi dimaksudkan untuk melihat secara langsung fenomena empirik yang ada secara faktual mengenai objek dan subyek penelitian. Observasi dilakukan di lokasi penelitian, yaitu Wilayah Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

  Observasi diarahkan untuk mendapatkan informasi mengenai fenomenapengelolaan Rumah Nelayan Bantuan Pasca Bencana Tsunami dari mulai tempat, sarana prasarana, kegiatan pengurus, situasi lingkungan dan rumah

  Dalam melakukan observasi, selain berpedoman pada ruang lingkuppenelitian, peneliti juga melengkapi diri dengan alat perekam gambar (foto) dan buku catatan. Sehingga semua situasi, kondisi, fenomena dan hal-hal lain yang menjadi obyek observasi dapat dicatat dan terekam dengan cermat.

  Dalam observasi, peneliti melakukan pengamatan, pengukuran,pengambilan gambar, pencatatan, dan merasakan situasi dan kondisi serta fenomena di lokasi penelitian dengan berpedoman pada ruag lingkup penelitian.

  Dalam prakteknya di lapangan, observasi yang dilakukan tidak berdirisendiri, tetapi pelaksanaannya seringkali dikombinasikan dengan metodewawancara. Yang terpenting adalah dalam rangka mendapatkan data dan informasi yang faktual di lapangan sesuai dengan ruang lingkup penelitian.

3.5.6 Dokumentasi

  Dokumentasi yang dimaksud disini adalah melakukan pengumpulan data berdasarkan dukumen-dokumen yang ada, baik berupa laporan catatan, berkas, atau bahan-bahan tertulis lainnya dari pihak yang berkompeten yang merupakan dokumen resmi yang relevan dengan ruang lingkup penelitian dan dapat dijadikan referensi.

  Dalam pemilihan dokumen perlu diperhatikan mengenai derajatrelevansi. Baik ditinjau dari isi materi dokumen maupun pihak-pihak yang memiliki atau mengeluarkan dokumen tersebut. Relevansi dari sisi isi materi dokumen adalah menggunakan dasar kisi-kisi ruang lingkup penelitian. Relevansi dari sisi pemilik dokumen mengandung pengertian bahwa dokumen tersebut merupakan catatan resmi yang memiliki nilai. Artinya pihak yang mengeluarkan dan atau memiliki dokumen tersebut memang pihak yang memiliki kompetensi mengenai dokumen tersebut.

3.6 Teknik Pengujian Keabsahan Data

  Pengujian keabsahan data dilakukan dengan menggunakan Metode Triangulasi dengan sumber data dan atau metoda pengumpulan data. Metode triangulasi ini dilakukan dengan melakukan cross-check (pemeriksaan kembali) terhadap suatu fenomena, data, dan informasi dengan menggunakan sumber dan metode yang berbeda. Informasi dari wawancara dengan responden sebagai sumber data, dikonfirmasikan dengan sumber sumber lain seperti data-data dokumentasi dan hasil observasi (Moleong, 2002:178). Implementasi metode triangulasi dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti pada gambar

  3.1.Dengan metode triangulasi , maka keabsahan data lebih terjamin, karena pada prinsipnya dalam penelitian kualitatif ini adalah bagaimana diperoleh data factual sesuai dengan fenomena yang tarjadi. Sehingga hasil analisis data dapat

  

Wawancara

menghasilkan informasi yang faktual sesuai dengan tujuan penelitian.

Fenomena, data

Dokumentasi

  Observasi

dan Informasi

  Gambar A 3.1 Implementasi Metode Triangulasi

3.7 Teknik Analisis Data

  Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan logika deduktif verifikatiftetapi menggunakan logika induktif abstraktif (Sanapiah, 1995:68). Pola yang bergerak dalam sebaran fenomena di lapangan yang berhasil digali dari responden, kemudian dilakukan editing, coding, kategorisasi, penafsiran, pemaknaan, dan pengambilan kesimpulan. Sesuai dengan tema penelitian yang dilakukan, maka model analisis yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah Metode Analisis Deskriptif Kualitatif, yaitu metode analisa yang melakukan pendekatan analisis dengan menggunakan sudut pandang peneliti sebagai tool akan dilengkapi dengan data lain untuk mendapatkan hasil yang lebih komprehensif. Untuk memudahkan membaca rangkaian kegiatan penelitian yang dilakukan, maka secara garis besar dapat dilihat pada table dibawah ini. Tabel B 3.2Analisis Data

  Sumber Data Primer Sekunder No Sasaran Variabel W Q O

  I L S

  1 Idetifikasi Komplek Perumahan dan infrastruktur termasuk tingkat kerusakan

  • Pengelolaan Identifiksi Kegiatan Perbaikan -Perbaikan dan Lingkungan dan

  2 pemeliharaan Perawatan Bangunan rumah tinggal

  • Perbaikan dan pemeliharaan

    sarana permukiman

    Identifikasi faktor- faktor yang 3 mempengaruhi partisipasi -Sikap sosial masyarakat. - Program pemerintah

  W = Wawancara I = Informasi S = Studi Dokumentasi Q = Questionaire L = Literatur O = Observasi

  Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel keseluruhan kerusakan bangunansebanyak 35 unit, dengan profil kerusakanditunjukkan dalam tabel Tabel B 3.5 Form Penentuan Keriteria Kerusakan

  Tingkat Kerusakan Bangunan No

  Keterangan Ringan Sedang Berat

1 Dokumentasi

  Form diatas digunakan sebagai menunjukkan penilaian tingkat kerusakan bangunan di komplek perumahan tersebut. Tabel B 3.3 Fariabel Kuesioner

  Angka Bobot

No Item Pertanyaan Keterangan

Rangking (%)

  1 Setujukah anda berperan aktif dalam pemeliharaan -

  4 40 (a) = SS komplek bangunan ini?

  2 Setujukah anda melakukan pemeliharaan bangunan -

  3 30 (b) = S secara pribadi atau gotong royong?

  3 Setujukah jika diadakan pengelolaan atau -

  2 20 (c) = TS perawatan bangunan dari pemerintah daerah? Setujukah jika terapkan peraturan – peraturan / syarat –

  4 1 10 (d) = STS syarat khusus tentang pengelolaan bangunan ini?

  Jumlah 10 100%

  Keterangan Pilihan Jawaban : = Sangat Setuju

   SS = Setuju

   S

  • – poin pertanyaan dan jumlah nilai terhadap pertanyaan – pertanyaan pada kuesioner.

  6 S S SS S

  12 S SS SS S

  11 S S SS S

  10 S S SS S

  9 S SS S S

  8 SS S S S

  7 SS S S S

  5 S SS SS S

   STS = Sangat Tidak Setuju Tabel B 3.3 menunjukkan poin

  4 S S SS S

  3 SS S SS S

  2 S S SS S

  1 S S SS S

  Item Pertanyaan Item Pertanyaan Item Pertanyaan Item Pertanyaan (1) (2) (3) (4)

  Tabel B 3.4 Kriteria Penilaian Tabel B 3.4 menunjukkan jawaban - jawabanyang telah di pilih responden pada kuesioner yang telah di sebarkan.

  13 S S SS S Responden Kriteria Penilaian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan menguraikan hasil dari penelitian sesuai

  dengan pengamatan langsung dilapangan beserta pembahasan sesuai yang telah direncanakan pada bagan alir penelitian yang ada dalam bab III. Pengolahan data penelitian penulis mengacu pada literatur

  • – literatur yang sudah dipaparkan pada bab II.

4.1 Sub Sistem Peran Serta Masyarakat

  Peran serta masyarakat dalam pemeliharaan bangunan di komplek perumahan nelayan dalam hal lingkungan retribusi cukup bagus. Akan tetapi peran serta dalam hal keterlibatan dalam teknis perawatan/pemeliharaan masih sangat kurang. Hal ini antara lain dapat dilihat dari kurangnya kedisiplinan warga dalam menaati saran-saran dan intruksi aparat desa (kepala desa). Hal ini menyebabkan bertambanhnya kerusakan yang otomatis harus dikelola Pemerintah, yang tentunya membutuhkan biaya yang sangat besar pula.

  Hambatan dalam pelaksanaan peran serta masyarakat dapatdikelompokkan menjadi dua, yaitu hambatan dari dalam (internal) dan hambatan dari luar (eksternal). Hambatan dari dalam masyarakat adalah apakah masyarakat memang ingin terlibat dan kemudian masyarakat mengetahui apa yang menjadi keinginan mereka. Selain itu juga dari kondisi dan karakteristik masyarakat itu sendiri, misalnya tingkat perekonomian, tingkat pendidikan dan unsur kepercayaan. Hambatan dari luar masyarakat terutama muncul karena belum adanya kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat (Wibisana dalam Syafrudin, 2004).

  Jorge dalam Syafrudin, 2004, mengatakan bahwa hambatan dalampartisipasi adalah kemampuan membayar masyarakat, pola kehidupan masyarakat dan birikrasi pengaduan pelayanan. Masyarakat dengan kondisi kemampuan keuangan yang terbatas, relatif kecil harapan untuk mereka dapat

4.2 Kondisi Wilayah Penelitian

  Wilayah penelitian terfokus pada kawasan permukiman pesisir yang berada di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat yaitu Desa Suak Timah. Peta wilayah penelitian dapat dilihat pada Lampiran A 4.1 Halaman 36.

  Pada awalnya sebelum bencana rumah-rumah dan pembangunan yang ada hanya berbentuk permanen, dan semi permanensesuai keinginan pemiliknya dan pemerintahan pada masa itu. Hingga akhirnya setelah bencana alam gempa bumi dan tsunami pada tahun 2004 telah mertakan segala bangunan yang ada di desa tersebut. Setelah masa rehabilitasi dan rekontruksi selesai banyak terjadi perubahan karakteristik permukiman dan pembangunan. Mulai dari rumah penduduk, fasilitas umum, infrastruktur dasar lainnya. Lokasi wilayah penelitan dapat dilihat pada Lampiran A4.2 Halaman 37.

  4.2.1 Data Jumlah Penduduk

  Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Aceh Barat tahun 2007

  • – 2013 tercatat sebanyak 15903 jiwa, jumlah ini Kecamatan Samatiga berada diurutan ke 4 terbanyak dari 12 Kecamatan di Kabupaten Aceh Barat dengan total jumlah 198853 jiwa.

  4.2.2 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin