KONSEKUENSI YURIDIS PERUBAHAN BENTUK HUKUM BANK RAKYAT INDONESIA MENJADI PERUSAHAAN PERSEROAN TERHADAP KEPENGURUSAN DAN SUMBER DAYA MANUSIANYA Repository - UNAIR REPOSITORY

  MEMO HUKUM SRI JULIANTI HUSEIN K O N S E K U E N S I Y U R I D I S P ER U B A H A N B E N TU K H U K U M B A N K R A K Y A T I N D O N E S I A M E N JA D I P ER U S A H A A N P ER S ER O A N TE R H A O A P K E P E N G U R U S A N D A N S U M B ER

  F A K U L TA S H U K U M U N I V E R S I TA S A I R L A N G G A S U R A B A Y A 1 9 9 4

  KONSEKUENSI yURI DI S PERUBAHAN BENTUK HUKUH

BANK KAKyAT I NDONESI A HENJADI PERUSAHAAN PERSEROAN

St t MBER

  TERHADAP KEPENGURUSAN DAN DAyA HANUSI ANyA MEMO HUKUH

DI AJUKAN SEBAGAI PENULI SAN SKRI PSI

B

  I DANG HUKl l

  I L M U M PROGRAM SARJANA

A. QEXAR WONGSODI WI RJO, S. H

  NIP. 1 3 0 3 2 5 8 4 3 NIH. 0 3 9 0 1 3 1 6 3

  MEMO HUKUM INI TELAH DXUJI PADA TANGGAL 25 3ANUARI 1994 TIM PENGUJI TERDIRI DARI :

  KETUA SAMZARI BOENTORO, S.H.

  SEKRETARIS : D r a .H.SOENDARI KABAT, S.H.

  • >v ANGGOTA

  :

  1. A. OEMAR WONGSODIWIRJO, S 2. DJOKO SLAMET. S.H.

  KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyeiesaikan memo hukum ini.

  Sebagai suatu tugas dalam rangka memenuhi persyaratan dalam menempuh ujian akhir untuk mendapatkan gelar sarjana hukum, maka penulisan memo hukum ini mempunyai arti yang sangat penting bagi saya, yaitu sebagai tambahan modal dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di tengah-tengah masyarakat nantinya.

  Mengingat hal tersebut di atas, maka dengan segala upaya yang ada, saya telah berusaha semaksimal mungkin agar memo hukum ini dapat memberikan manfaat seperti yang diharapkan. Tetapi saya menyadari bahwa kemampuan dan pengetahuan yang saya miliki sangat terbatas sehingga hasilnya perlu penyempurnaan.

  Walaupun sederhana, saya yakin bahwa memo hukum ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu, pada kesempatan ini saya menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :

  1. Bapak Dr. Frans Limahelu, S.H., LLM, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Airlangga,

  2. Bapak Ansor Oemar Wongsodiwirjo, S.H., selaku dosen pembimbing saya, yang membimbing saya menyelesaikan memo hukum ini,

  3. Para tim penguji, yang telah meluangkan waktunya untuk saya,

  4. Bapak Suharyoto S.H., selaku Pimpinan PT. BRI (Perse­ ro), yang telah roengijinkan saya melakukan survey.di PT. BRI (Persero) Cabang Sidoarjo,

  5. Bapak Suharto, selaku Marketing Lending Officer (MLO) PT. BRI (Persero) Cabang Sidoarjo, yang telah berse- dia memberikan informasi dan data-data yang saya per- lukan untuk menyelesaikan memo hukum ini,

  6. Bapak Ibnu Husein, selaku Kepala Seksi Porto Folio Kredit PT. BRI (Persero) Cabang Sidoarjo yang berse- dia memberikan waktu sehingga saya berkesempatan untuk melakukan wawancara dan pengumpulan data,

  7. Papa, mama dan kakak saya tercinta, yang telah menga- suh, membimbing dan memberikan dorongari semangat dalam menyelesaikan memo hukum ini,

  8. Mas Agus tercinta, yang selalu memberikan dorongan sehingga memo hukum ini dapat saya selesaikan tepat pada waktunya,

  9. Rekan-rekan lainnya yang tidak mungkin saya sebutkan satu-persatu, yang telah banyak membantu saya untuk menyelesaikan memo hukum ini.

  

i i Akhir kata, saya persembahkan memo hukum ini kepada almamater tercinta Fakultas Hukum Universitas Airlangga, juga kepada semua pihak yang memerlukannya.

  Surabaya, Januari 1994 Penyusun, Sri Julianti Husein

  

ABSTRAK

Dengan semakin berkembangnya kegiatan ekonomi masyarakat, permasalahan yang

sering timbul ialah kebutuhan akan modal, karena sebagian besar para pelaku ekonomi di

  

Indonesia masih belum mempunyai modal yang memadai. Keberadaan bank sebagai salah

satu sektor usaha perekonomian ikut memberi andil yang cukup besar dalam pembangunan

nasional. Perkembangan perbankan mempunyai hubungan yang erat sekali dengan

pertumbuhan perekonomian nasional, dan setiap bentuk kegiatan lembaga perbankan

menunjukkan adanya suatu usaha kemajuan perdagangan yang lebih lanjut akan

mempengaruhi pula perekonomian nasional.

  Peranan perbankan dalam menunjang perekonomian nasional terlihat dari fungsi bank

sebagai alat pemerintah untuk menjaga stabilitas ekonomi dan stabilitas keuangan.

  

Sehubungan dengan itu, maka peranan perbankan diharapkan dapat lebih ditingkatkan, baik

dari segi kualitas maupun dari segi kuantitasnya, oleh karena itu stabilitas perekonomian dan

keuangan akan dapat tercapai apabila bank dapat melaksanakan fungsinya dengan sebaik- baiknya.

  

D A FT A R I S I

  halaman KATA PENGANTAR............................................ . i DAFTAR I S I .................................... ............ iv

  I . Uraian F a k t a .......................................... 1

  I I . Permasalahan.......................................... 5

  III. Dasar H u k u m ........................................... 5

  IV. Pembahasan............................................ 6

  1. Susunan organ/alat perlengkapan PT. BRI (Per- s e r o ) .............................................. 6 a . Pe nguru s/Dir e k s i ................... ........... 6

  b. Komisaris..................................... 10

  c. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)........... 15

  2. Pengaruh perubahan bentuk hukum Bank R a k y a t , Indonesia menjadi Perusahaan Perseroan ter- hadap sumber daya marvusianya................... 18

  V. Kesimpulan/Saran-saran............................. 25 DAF*. AR BACAAN LAMPIRAN

  

i v

  I. Uraian Fakta Tujuan pembangunan nasional adalah untuk mencip- takan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila yang telah ditegaskan dalam Garis-garis Besar Haluan Ne­ gara. Untuk melaksanakan pembangunan nasional Pemerintah melaksanakan Pembangunan Jangka Panjang yang dilakukan secara bertahap dengan program yang sudah terencana dalam REPELITA. Titik berat Pembangunan Jangka Panjang adalah pembangunan bidang ekonomi dengan sasaran utama terwujudnya struktur ekonomi yang seimbang, dimana ter- dapat kemampuan dan kekuatan pertanian dan industri yang tangguh. Sehingga kemakmuran yang diharapkan bukanlah kemakmuran hanya untuk suatu golongan atau sebagian dari masyarakat saja, tetapi kemakmuran ini harus benar-benar dirasakan oleh seluruh rakyat sebagai perbaikan tingkat h i d u p .

  Dengan semakin berkembangnya kegiatan ekonomi masyarakat, permasalahan yang sering timbul ialah kebu- tuhan akan modal, karena sebagian besar para pelaku ekonomi di Indonesia masih belum mempunyai modal yang m e m a d a i . Keberadaan bank sebagai salah satu sektor usaha perekonomian ikut memberi andil yang cukup besar dalam pembangunan n a s i o n a l . Perkembangan perbankan mempunyai hubungan yang erat sekali dengan pertumbuhan perekonomi­ an nasional, dan setiap bentuk kegiatan lembaga perban-

  2

  kan menunjukkan adanya suatu usaha kemajuan perdagangan yang lebih lanjut akan mempengaruhi pula perekonomian n a s i o n a l .

  Peranan perbankan dalam menunjang perekonomian nasional terlihat dari fungsi bank sebagai alat pemerin- tah untuk menjaga stabilitas ekonomi dan stabilitas keuangan. Sehubungan dengan itu, maka peranan perbankan diharapkan dapat lebih ditingkatkan, baik dari segi kua- litas maupun dari segi kuantitasnya, oleh karena itu stabilitas perekonomian dan keuangan akan dapat tercapai apabila bank dapat melaksanakan fungsinya dengan sebaik- baiknya.

  Dalam pasal 5, 8 dan 9 Undang - undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok - pokok Perbankan ( selaruutnya disingkat Undang - undang Perbankan 1967 ) dinyatakan bahwa, untuk bank umum dalam undang-undang ini bentuk hukum yang diperkenankan untuk mendirikan bank adalah Bank Umum milik Negara. Bank Umum Swasta dan Bank Umum Koperasi. Salah satu dari Bank Umum milik Negara adalah

  Bank Rakyat Indonesia ( selanjutnya disingkat BRI ) yang didirikan berdasarkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1968 tentang Bank Rakyat Indonesia. Status hukum BRI adalah sebagai perusahaan negara yang mempunyai status khusus yang didirikan berdasarkan undang - undang secara khusus atau disebut juga sebagai Badan Usaha Milik Negara se-

  3

  lanjutnya disingkat BUMN ) Dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan jasa perbankan maka landasan gerak perbankan yang ada dirasa- kan sudah saatnya diadakan penyesuaian agar mampu mengi- kuti perkembangan jasa perbankan. Sehubungan dengan hal itu, maka pembinaan dan pengawasan perbankan serta landasan gerak perbankan yang didasarkan pada ketentuan

  Undang - undang Perbankan 1967 perlu dikembangkan dan d i s e m purnakan. Oleh karena itu lahirlah Undang - undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan ( selanjutnya disingkat Undang-undang Perbankan 1992 ).

  Kelahiran Undang - undang Perbankan 1992 telah merubah tata perbankan n a s i o n a l . Perubahan dan penyempurnaan tersebut dimaksudkan agar perbankan mampu berperan lebih baik dalam mendukung pembangunan nasio­ nal. Dalam rangka penyempurnaan tata perbankan nasional, salah satu langkah yang ditempuh adalah penyederhanaan jenis bank. Hal ini tercermin dalam pasal 5 ayat (1)

  Undang - undang Perbankan 1992 yang menyatakan bahwa menurut jenisnya bank terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan R a k y a t .

  1 ' — Philipus M. Hadjon, P.J.J. van Buuren, Pencrantar

  Hukum Administrasi Negara Indonesia. cet.I, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1993, h. 195.

  1

  4 Selanjutnya dalam pasal 21 ayat (1) Undang-undang

  Perbankan 1992 dinyatakan bahwa bentuk hukum suatu Bank Umum dapat berupa salah satu dari : Perusahaan Perseroan

  (PERSERO); Perusahaan Daerah; Koperasi dan Perseroan Terbatas. Sehubungan dengan hal itu Bank Rakyat Indone­ sia sebagai Bank Umum yang didirikan berdasarkan undang- undang harus menyesuaikan bentuk hukumnya. Bentuk hukum selanjutnya yang dianggap tepat bagi BRI adalah Perusa­ haan Perseroan (PERSERO) sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969 dan Peraturan Pemerin- tah Nomor 12 Tahun 1969 tentang Perusahaan Perseroan yang telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1972.

  Sebagai dasar peralihan bentuk hukum BRI ialah Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1992 tentang Penye- suaian Bentuk Hukum Bank Rakyat Indonesia menjadi Peru­ sahaan Perseroan (PERSERO). Pelaksanaan pendirian Peru­ sahaan Perseroan bagi BRI telah dilaksanakan dengan Akta Notaris Nomor 133 tanggal 31 Juli 1992 yang dibuat oleh dan di hadapan Muhani Salim S.H., Notaris di Jakarta.

  Dengan berubahnya bentuk hukum BRI menjadi Perusahaan Perseroan, maka secara yuridis penyebutan bagi BRI seba­ gai Persero adalah Perusahaan Perseroan PT. Bank Rakyat Indonesia atau kemudian disingkat P T . Bank Rakyat Indo-

  5

2 Bank Rakyat Indonesia, Buku Kerja 1 9 9 3 .

  nesia (PERSERO)

  II. Permasalahan Dengan adanya perubahan bentuk hukum menjadi

  Perusahaan Perseroan membawa berbagai konsekuensi yuridis bagi Bank Rakyat Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas adalah :

  1. Bagaimana susunan organ/alat perlengkapan dalam Bank Rakyat Indonesia sebagai Perusahaan Perseroan ?;

  2. Sejauh raanakah pengaruh perubahan bentuk hukum Bank Rakyat Indonesia menjadi Perusahaan Perseroan terha- dap sumber daya manusianya ?.

  III. Dasar Hukum Dasar hukum yang digunakan dalam penulisan Memo

  Hukum ini adalah sebagai berikut :

  1. Undang-undang Nomor 21 Tahun 1968 tentang Bank Rakyat Indonesia;

  2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan;

  3. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pe- nyesuaian Bentuk Hukum Bank Rakyat Indonesia menjadi Perusahaan Perseroan;

  4. Kitab Undang-undang Hukum Dagang;

  5. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok- ^okok Perbankan;

  2

  6

  5. Akta Notaris Nomor 133 tanggal 31 Juli 1992 yaitu Anggaran Dasar PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero);

  6. Surat Edaran Kanpus BRI tanggal 27 Agustus 1993 NOSE: S .89-DIR/0RG/8/1993 tentang Pedoman Perhitungan For- masi Pegawai Kantor Cabang Bank Rakyat Indonesia;

  7. Surat Keputusan Direksi BRI NOKEP : S .1-DIR/0RG/1/ 1993 tentang Klasifikasi Kantor - kantor Cabang Bank Rakyat Indonesia Tahun 1992.

  IV. Pembahasan

  1. Susunan organ/alat perlengkapan PT. BRI (Persero) Dengan perubahan bentuk hukum BRI menjadi Perusa­ haan Perseroan, maka susunan organ/alat perlengkapan BRI sebagai Perusahaan Perseroan adalah identik dengan susu­ nan .organ/alat perlengkapan yang dimiliki oleh suatu

  Perseroan Terbatas. Karena pada hakekatnya PT. BRI (Per­ sero) tiada lain merupakan suatu perseroan terbatas, hanya saja dalam bentuk Persero dimana terdapat unsur pemilikan saham oleh negara. Susunan organ/alat perleng­ kapan PT. BRI (Persero) adalah : a. Pengurus/Direksi;

  b. Komisaris; c. RUPS. a . Pengurus/Direksi

  Perseroan terbatas merupakan suatu badan hukum atau subyek hukum yang mempunyai hak dan kewajiban, tetapi sebagai halnya suatu kreasi hukum yang secara

  7

  fisik dan psikis tidak dapat bertindak sendiri, maka perlu diwakili dengan sah. Adapun lembaga yang ditunjuk oleh hukum untuk mewakili hak dan kewajiban perseroan

  3 adalah Pengurus . Hal ini dinyatakan dalam pasal 44 ayat (1) KUHD bahwa tiap-tiap perseroan terbatas harus diurus oleh beberapa pengurus. Pengurus merupakan pimpinan sehari-hari dari suatu perseroan terbatas. dan biasanya disebut D i r e k s i .

  Setelah berubah menjadi perusahaan perseroan, maka kepengurusan dalam PT. BRI (Persero) dilakukan dan dipimpin oleh Direksi. Direksi PT. BRI (Persero) terdiri dari seorang Direktur Utama dan 5 (lima) orang Direktur. Direksi inilah yang menjadi pimpinan P T . BRI (Persero) sehari-hari dan merupakan perwakilan dari PT. BRI (Per­ sero) sebagai badan hukum yang mempunyai eksistensi terpisah dari pemegang saham. Sebelum berubah menjadi perusahaan perseroan, kepengurusan dalam BRI juga dilak- sanakan dan dipimpin oleh Direksi. Dengan demikian walaupun BRI telah berubah menjadi perusahaan perseroan, namun dalam hal kepengurusan PT. BRI (Persero) tetap dipimpin oleh Direksi, seperti halnya pada masa BRI sebagai BUMN sebelum berubah menjadi perusahaan persero-

  3 R.T. Sutantya R. Hadikusuma S.H., dan Dr. Suman- toro, Penaertian Pokok Hukum Perusahaan, cet. I. Rajawa- li Pers Jakarta. 1991, h. 71-72.

  8

  an. 'Sehingga dalam hal siapa yang menjalankan kepenguru- san BRI sebelum dan sesudah menjadi perusahaan perseroan tidak ada perbedaan, yaitu dilakukan dan dipimpin oleh D i r e k s i .

  Sebelum menjadi perusahaan perseroan, Direksi BRI bertugas untuk menentukan kebijaksanaan dalam pengurusan (manajemen) serta mewakili BRI di dalam dan di luar pengadilan. Setelah menjadi perusahaan perseroan, maka tugas Direksi PT. BRI (Persero) menjadi bertambah luas dan kompleks sebagaimana diatur dalam KUHD dan Anggaran Dasarnya. Pada dasarnya tugas Direksi PT. BRI (Persero) adalah berkisar pada : mengurus segala urusan PT ( mema- nage ); menguasai. memindahtangankan dan mengelola keka- yaan P T ; serta melakukan perwakilan di muka dan di luar pengadilan. Oleh karena itu perubahan menjadi perusahaan perseroan membawa konsekuensi tugas Direksi PT. BRI

  (Persero) menjadi lebih luas dan kompleks dibanding dengan tugas Direksi BRI sebagai BUMN.

  Dalam menentukan kebijaksanaan pengurusan, Direk­ si BRI (BUMN) tidak hanya memperhatikan kepentingan eko- nomi perusahaan saja, akan tetapi juga harus memperhati­ kan pedoman - pedoman/petunjuk - petunjuk Bank Indonesia dalam pelaksanaan kebijaksanaan ekonomi moneter dan Pemerintah. Hal ini dapat dipahami sebab BRI merupakan sal ah satu dari 7 (tujuh) bank pemerintah yang mempunyai

  9

  status sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sehingga dalam pengelolaan/pengurusannya BRI terikat pada kebi- jaksanaan yang ditentukan oleh Pemerintah selaku pemilik BRI.

  Sebagai perusahaan perseroan maka PT. BRI (Perse­ ro) sekarang selain mempunyai fungsi sebagai agen pemba­ ngunan ( Agent of Development ) juga berfungsi sebagai badpin usaha yang berorientasi pada pemupukan keuntungan

  ( profit oriented ) atau sebagai alat untuk mencari sumber keuangan negara. Oleh karena itu dalam pengelola­ an/pengurusannya harus lebih profesional dan didasarkan pada pertimbangan k o m e r s i a l . Sebagai perusahaan persero­ an maka Direksi PT. BRI (Persero) memiliki keleluasaan dalam mengambil kebijaksanaan dan tidak lagi sepenuhnya menggantungkan pada keputusan Pemerintah, walaupun kebi- jaksanaan Pemerintah masih tetap menentukan. Sehingga peranan Pemerintah lebih menekankan kepada pengawasan arah kegiatan ekonomi P T . BRI (Persero) dan pengelolaan/ pengurusan dalam BRI setelah menjadi perusahaaan perse­ roan lebih mandiri daripada pengelolaan/pengurusan BRI sebelum menjadi perusahaan perseroan.

  Sebelum menjadi perusahaan perseroan Direksi BRI diangkat dan diberhentikan oleh Pemerintah. Setelah menjadi perusahaan perseroan Direksi PT. BRI (Persero) yang pertama diangkat oleh Menteri Keuangan selaku

  1 0 pendiri setelah mendapat persetujuan Presiden.

  Pengangkatan Direksi PT. BRI (Persero) berikutnya dilakukan oleh RUPS dari calon-calon yang diajukan Menteri Keuangan selaku pemegang saham setelah mendapat persetujuan Presiden ( pasal 5 ayat 3 PP Nomor 21 Tahun

  1992 ). Dengan demikian walaupun BRI telah berubah menjadi perusahaan perseroan namun Pemerintah memandang masih perlu ikut menentukan siapa-siapa yang menjadi pimpinan PT. BRI (Persero).

  Dengan demikian walaupun BRI telah berubah menjadi perusahaan perseroan, namun peran Pemerintah masih tetap dominan. Hal ini dapat dipahami sebab sampai saat ini Pemerintah masih tetap menjadi pemegang saham mayoritas dalam PT. BRI (Persero). Sehingga kemandirian BRI sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sudah menjadi perusahaan perseroan bergantung pada besarnya saham yang dimiliki Pemerintah. Karena dengan Pemerintah tetap sebagai pemegang saham mayoritas, maka Pemerintah pula yang akan menetapkan kebijaksanaan pengelolaan/ pengurusan PT. BRI (Persero).

  b. Komisaris

  4 4

  Mengenai komisaris ini pasal ayat (1) KUHD menyatakan bahwa pengurus PT diawasi atau tidak diawasi oleh komisaris. Sehingga keberadaan komisaris dalam suatu perseroan tidak diharuskan. Apabila dikehendaki

  1 1 adanya komisaris, maka jumlahnya harus lebih dari satu.

  Karena pada umumnya perseroan terbatas merupakan suatu usaha yang bermodal besar, mempunyai tanggung jawab dan risiko yang besar pula. Oleh karena itu jika hanya ada

  3 seorang komisaris saja tidak akan memadai . Tetapi dalam praktek ada juga suatu perseroan terbatas yang hanya mempunyai seorang komisaris, dalam hal ini merupakan pe rkecualian.

  Dewan komisaris PT. BRI (Persero) bertugas melakukan pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan, serta pengawasan terhadap pelaksanaan ketentuan- ketentuan anggaran dasar dan keputusan-keputusan RUPS. Menurut pasal 15 Anggaran Dasar PT. BRI (Persero) Dewan Komisaris mempunyai tugas antara lain :

  a. melakukan pengawasan atas jalannya pengurusan dan pengelolaan Perseroan oleh Direksi; b. memeriksa buku-buku, dokumen-dokumen serta kekayaan

  Perseroan, memasuki bangunan - bangunan atau tempat- tempat lain yang dikuasai oleh Perseroan; c. memberhentikan untuk sementara anggota Direksi dengan disertai alasan-alasan pemberhentiannya; d. mengurus Perseroan untuk sementara waktu dalam hal Perseroan tidak mempunyai anggota D i r e k s i .

  4 ~

  Purwosutjipto, Penqertian Pokok Hukum Daqang In­ donesia 2 . cet. IV, Djambatan, 1986, h. 154.

  1 2

  Atas pelaksanaan tugas-tugas tersebut di atas, Dewan Komisaris bertanggungjawab kepada Menteri Keuangan selaku pemegang saham.

  Dewan Komisaris PT. BRI (Persero) terdiri dari seorang Komisaris Utama dan 2 (dua) orang Komisaris. Pengangkatan 'Dewan Komisaris PT. BRI (Persero) yang pertama dilakukan oleh Menteri Keuangan setelah mendapat persetujuan Presiden. Pengangkatan Dewan Komisaris PT. BRI (Persero) berikutnya dilakukan oleh RUPS dari calon- calon yang diajukan Menteri Keuangan selaku pemegang saham setelah mendapat persetujuan Presiden (pasal 5 ayat 3 PP Nomor 21 Tahun 1992).

  Dewan Komisaris PT. BRI (Persero) diangkat untuk waktu 3 (tiga) tahun. Masa jabatan Dewan Komisaris ini lebih pendek dibanding dengan masa jabatan Direksi/ yaitu 5 (lima) tahun. Hal ini dibuat demikian dengan tujuan untuk menjaga obyektivitas dan kemandirian di dalam pelaksanaan tugas pengawasan oleh Dewan Komisaris.

  Sebelum berubah menjadi p e r u s a h a a n .perseroan, BRI juga mempunyai lembaga yang bertugas melakukan pengawasan terhadap pengurusaan yang dilakukan oleh Direksi. Lembaga tersebut adalah Dewan Pengawas. Dewan Pengawas ini juga bertugas untuk mengawasi dan menjaga agar ketentuan-ketentuan untuk mengatur dan mengurus BRI dijalankan sebagaimana mestinya. Dewan Pengawas juga

  13

  berhak memeriksa buku-buku dan surat-surat BRI. Selain Dewan Pengawas, Bank Indonesia juga mengadakan pengawasan dan blmbingan terhadap pengurusan BRI (pasal

  18 ayat 1 Undang-undang Nomor 21 Tahun 1968).

  Dengan demikian setelah menjadi perusahaan perseroan maka pengawasan terhadap pengelolaan/penguru- san PT. BRI (Persero) dilakukan oleh Dewan Komisaris. Sedangkan sebelum menjadi perusahaan perseroan tugas pengawasan tersebut dilakukan oleh Dewan Pengawas.

  Tugas Dewan Komisaris lebih luas dibanding dengan tugas Dewan Pengawas. Hal ini dapat kita lihat bahwa Dewan Komisaris berhak memberhentikan untuk sementara anggota Direksi yang melakukan tindakan yang bertentang- an dengan Anggaran Dasar atau melalaikan kew a j i b a n n y a . Demikian pula apabila PT. BRI (Persero) tidak mempunyai satupun anggota Direksi, maka Dewan Komisaris untuk sementara menjalankan pekerjaan Direksi untuk mengurus Perseroan. Hal ini berbeda dengan tugas Dewan Pengawas yang hanya berkisar pada pengawasan oleh Direksi dan pengawasan terhadap ketentuan-ketentuan mengenai pengu­ rusan bank agar berjalan sebagaimana mestinya. Dewan

  Pengawas hanya mengawasi, tetapi tidak berhak untuk mengambil tindakan apabila terjadi pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan t e r s e b u t .

  Setelah menjadi perusahaan perseroan, pengawasan

  14

  yang dilakukan oleh Dewan Komisaris merupakan pengawasan dalam arti luas. Karena Dewan Komisaris tidak hanya bertugas mengawasi, tetapi juga ikut serta dalam pengu- rusan PT. BRI (Persero) dan berhak memberhentikan anggo­ ta Direksi yang bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar. Sedangkan pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Pengawas adalah pengawasan dalam arti sempit, dimana Dewan Pengawas hanya bertugas mengawasi saja tanpa boleh ikut dalam kepengurusan BRI, dan Dewan Pengawas tidak berhak mengambil tindakan apabila Direksi di dalam menjalankan tugasnya bertentangan dengan ketentuan- ketentuan yang mengatur tentang pengurusan BRI.

  Sehubungan dengan pengawasan dalam arti luas tersebut, maka Dewan Komisaris tidak boleh merangkap jabatan lain pada perusahaan lain karena dikhawatirkan akan terjadi pertentangan kepentingan secara langsung maupun tidak langsung dengan kepentingan PT. BRI (Perse­ ro) . Hal ini berbeda dengan Dewan Pengawas yang melaku­ kan pengawasan dalam arti sempit. Tidak ada ketentuan yang menyatakan bahwa Dewan Pengawas tidak boleh merangkap jabatan lain. Sehingga dengan demikian Dewan

  Pengawas boleh merangkap jabatan lain pada perusahaan lain. Bahkan untuk menjadi Dewan Pengawas tidak perlu seorang pejabat dari suatu instansi r e s m i .

  15

  c. Rapat Umum Pemegang Sahara (RUPS) Rapat umum pemegang saham merupakan himpunan dari pemegang saham yang merupakan organisasi tertinggi, dan mempunyai kekuasaan tertinggi dalam perseroan terbatas.

  Dikatakan kekuasaan tertinggi sebab segala keputusan- keputusan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan perseroan ditentukan oleh rapat tersebut dan keputusan inilah yang digunakan oleh pengurus perseroan sebagai dasar untuk menjalankan p e r u s a h a a n .

  Meskipun keduduka.n RUPS sangat penting, tetapi KUHD tidak banyak mengatur tentang RUPS ini. Dalam pasal 44 ayat Cl) antara lain menyatakan bahwa para pengurus har.us diangkat oleh para pesero. Dari ketentuan inilah diartikan sebagai adanya rapat umum pemegang saham dalam suatu perseroan terbatas. Sedangkan untuk mengetahui secara terperinci mengenai RUPS ini dapat kita lihat pada anggaran dasar perseroan.

  Dalam pasal 19, 20 dan 21 Anggaran Dasar P T . BRI (Persero) dinyaatakan bahwa terdapat dua macam rapat umum para pemegang saham, yaitu : a. Rapat umum tahunan para pemegang saham yang d.iadakan tiap - tiap tahun, meliputi : rapat yang diadakan selambat-lambatnya dalam bulan Juni dan rapat yang diadakan selambat-lambatnya pada akhir tahun buku, sebelum tahun buku baru dimulai, untuk mengesahkan

  16

  rencana kerja dan anggaran Perseroan;

  b. Rapat umum luar biasa para pemegang saham yang diadakan setiap saat jikalau dianggap perlu oleh Direksi atau Dewan Komisaris atas permintaan tertulis dari Dewan Komisaris atau pemegang saham yang mewaki- li sekurang-kurangnya 25% (duapuluh lima persen) dari seluruh modal yang ditempatkan dalam Perseroan.

  Sebagaimana diketahui bahwa sebagai perusahaan perseroan maka modal PT. BRI (Persero) terdiri atas saham prioritas dan saham biasa yang diterbitkan tidak atas tunjuk. Sebab jika saham PT. BRI (Persero) diterbitkan atas tunjuk, maka berarti akan ada sekutu yang tidak dikenal ikut berperan dalam pengelolaan PT. BRI (Persero). Hal ini merupakan sesuatu yang tidak sesu-ai dengan kebi jaksanaan Pemerintah.

  Dalam pasal 4 Anggaran Dasar PT. BRI (Persero) dinyatakan bahwa modal dasar PT. BRI (Persero) ditetap- kan sebesar R p . 5.000.000.000.000,00 (lima trilyun rupi­ ah) terbagi dalam 5.000.000 (lima juta) saham ma- sing - masing saham dengan nilai nominal sebesar

  R p . 1.000,000,00 (satu juta rupiah). Dari modal dasar tersebut telah ditempatkan dalam kas sebanyak 1.000.000 (satu juta) saham, atau sebesar Rp. 1.000.000.000.000,00 (satu trilyun rupiah) oleh para pendiri, yaitu ;

  a. Negara Republik Indonesia, sebanyak 999.999 saham

  17

  atau seluruhnya seharga Rp. 999.999.000.000,00 (sem- lanratus sembilanpuluh sembilan milyard s e m b i 1anratus s e mbi1anpuluh sembilan juta rupiah );

  b. Tuan Doktorandus Oskar Surjaatmadja, Master of Accounting Science, sebanyak 1 (satu) saham atau seharga R p . 1.000.000,00 (satu juta rupiah).

  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sampai saat ini saham PT. BRI (Persero) mayori'tas masih merupakan milik Pemerintah. Hal ini disebabkan karena PT. BRI

  (Persero) belum melaksanakan pembukaan saham kepada masyarakat (go public). Apabila PT. BRI (Persero) telah melaksanakan pembukaan saham kepada masyarakat, maka masyarakat yang ikut memiliki saham PT. BRI (Persero) akan berkumpul dalam rapat umum pemegang saham. Sehingga PT. BRI (Persero) dapat melaksanakan rapat umum pemegang saham sebagai organ yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam PT. BRI (Persero). Dengan demikian maka PT. BRI

  (Persero) telah mencapai tujuan untuk menjadi perusahaan perseroan sebagaimana dimaksud dalam Undang - undang Nomor 9 Tahun 1969 dan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1969 tentang Perusahaan Perseroan yang telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1972.

  18

  2. Pengaruh perubahan bentuk hukum Bank Rakyat Indonesia menjadi Perusahaan Perseroan terhadap sumber daya m a n u s i a n y a .

  Dengan lahirnya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan pada 25 Maret 1992, maka Bank Rakyat Indonesia sebagai bank umum harus menyesuaikan bentuk hukumnya. Bentuk hukum selanjutnya bagi Bank Rakyat

  Indonesia adalah Perusahaan Perseroan (PERSERO) sebagai­ mana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969 dan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1969 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1972.

  Dengan berubahnya bentuk hukum Bank Rakyat Indo­ nesia menjadi Perusahaan Perseroan, maka tujuan/ orientasi PT. BRI (Persero) adalah untuk memupuk keuntungan (profit or i e n t e d ) . Karena bentuk Persero ini dimaksudkan untuk pemupukan dana bagi negara atau sebagai alat untuk mencari sumber keuangan negara. Hal ini berbeda dengan tujuan Bank Rakyat Indonesia sebagai

  BUMN pada masa sebelum berubah menjadi perusahaan perseroan. Sebelum berubah menjadi perusahaan perseroan, tugas dan usaha Bank Rakyat Indonesia diarahkan kepada perbaikan ekonomi rakyat dan pembangunan ekonomi nasional (Agent of D e v elopment). Dengan kata lain Bank

  Rakyat Indonesia sebagai salah satu Bank Pemerintah yang

  19 bertugas melaksanakan kebijaksanaan Pemerintah.

  Dengan perubahan bentuk hukum menjadi perusahaan perseroan, maka PT. BRI (Persero) sekarang selain berfungsi sebagai badan usaha yang berorientasi pada pemupukan keuntungan (profit oriented) juga tetap mengemban tugas sebagai agen pembangunan (Agent of Dev e l o p m e n t ) . Oleh karena itu maka PT. BRI (Persero) harus menyelenggarakan pelayanan dan pembinaan organisa- si yang baik. efektif, efisien dan ekonomis secara business-zakelijk, cost-accounting principles, manage­ ment effectiveness dan pelayanan umum yang baik.

  Sehubungan dengan itu maka perubahan bentuk hukum menjadi perusahaan perseroan memberi pengaruh pada sumber daya manusia yang dimiliki P T . BRI (Persero). Karena sebagai perusahaan perseroan yang berorientasi pada pencarian keuntungan ( profit oriented ), maka

  PT. BRI (Persero) harus dikelola dengan manajemen yang baik dan dit.angani oleh sumber daya manusia yang profes i o n a l . Oleh karena itu maka PT. BRI (Persero) harus meningkatkan mutu/kualitas sumber daya manusianya.

  Perubahan bentuk hukum BRI menjadi perusahaan perseroan juga berpengaruh pada jumlah/kuantitas sumber daya manusianya yang sangat besar, yaitu tidak kurang dari 40.000 ( empatpuluh ribu ) orang di seluruh Indonesia. Dengan jumlah tersebut dirasakan perlu dilak-

  2 0

  sanakan penyempitan atau pengurangan jumlah sumber daya manusia, karena dengan jumlah sumber daya manusia yang demikian besar tetapi kurang produktif merupakan ham- batan bagi P T . BRI (Persero) dengan statusnya yang baru sebagai perusahaan perseroan yang berorientasi pada

  5 pemupukan keuntungan (bank komersial) . Untuk mengatasi masalah yang berkenaan dengan peningkatan mutu/kualitas sumber daya manusianya PT. BRI

  (Persero) melaksanakan program perencanaan sumber daya manusia. Program tersebut antara lain yaitu program perencanaan calon-calon staf yang dipersiapkan untuk menerima tongkat kepemimpinan dari para pemimpin yang terdahulu. Program ini meliputi : Jalur Staf Umum (CS. Umum) dan Jalur Staf Specialis (CS. Spesialis). Pada program ini calon-calon staf/calon-calon manajer mengi- kuti pendidikan selama lebih kurang 9 (sembilan) bulan di kantor-kantor cabang BRI (on the job training), kemu- dian dievaluasi, ditempatkan kembali apakah di kantor cabang, kantor wilayah atau kantor pusat. Selama pendi- kan, calon-calon staf tersebut mendapatkan pengetahuan dasar perbankan. Dari program ini diharapkan calon-calon staf/manager P T . BRI (Persero) mempunyai pengetahuan dasar perbankan yang memadai serta mempunyai wawasan

  5 :

  Wawancara dengan Bp. Ibnu Husein, Kasie Porto Folio Kredit PT. BRI (Persero) Cabang Sidoarjo.

  2 1 yang luas dan mampu bekerja dengan sikap profesional.

  Sehingga dengan program perencanaan sumber daya manusia yang dilaksanakan oleh PT. BRI (Persero) akan dihasilkan calon-calon manager yang handal yang dapat mendukung BRI sebagai perusahaan perseroan.

  Sedangkan untuk mengatasi masalah yang berkenaan dengan jumlah/kuantitas sumber daya manusia yang begitu besar, maka kebijaksanaan yang diambil oleh Direksi

  PT. BRI (Persero) antara lain dengan dikeluarkannya Surat Edaran Kanpus BRI tanggal 27 Agustus 1993, NOSE : S .89-DIR/0RG/8/1993 tentang Pedoman Perhitungan Formasi

  Kantor Cabang Bank Rakyat Indonesia. Di dalam Surat Eda­ ran tersebut dijelaskan mengenai Formasi Standard yang dapat digunakan sebagai alat pengendali jumlah formasi pegawai di kantor cabang. Dalam Surat Edaran tersebut ditentukan jumlah Formasi Standard pegawai kantor cabang sebagai berikut :

  • Kantor cabang kelas I = lebih kurang 52 orang;
  • Kantor cabang kelas II = lebih kurang 43 orang;
  • Kantor cabang kelas III = lebih kurang 29 orang; - Kantor cabang kelas IV = lebih kurang 23 orang.

  Formasi standard ini digunakan sebagai alat peng- endalian jumlah tenaga kerja di kantor cabang. Artinya apabila suatu kantor cabang menetapkan formasi pegawai- nya melebihi formasi standard, maka harus dapat membe-

  2 2

  kan alasan-alasan yang r a s i o n a l . Sebagai contoh, di PT. BRI (Persero) Cabang Sidoarjo sekarang ini jumlah formasi pegawainya sekitar 80 (delapanpuluh) orang. Dan menurut Surat Keputusan Direksi BRI NOKEP : S.1-DIR/0RG/

  1/1993 tentang Klasifikasi Kantor-kantor Cabang BRI Tahun 1992, PT. BRI (Persero) Cabang Sidoarjo termasuk kantor cabang kelas I, dimana menurut Formasi Standard jumlah pegawainya adalah lebih kurang 52 orang. Sehingga formasi jumlah pegawai PT. BRI (Persero) Cabang Sidoarjo melebihi Formasi Standard. Sehubungan dengan hal itu, maka PT. BRI (Persero) Cabang Sidoarjo akan melaksanakan penyempitan/pengurangan jumlah pegawainya. Antara lain dengan melaksanakan mutasi antar kantor cabang atau mem- buka kantor-kantor unit yang baru, sehingga dengan demi­ kian masalah jumlah / kuantitas sumber daya manusia sehubungan dengan perubahan bentuk hukum BRI menjadi pe­ rusahaan perseroan akan dapat diatasi. Sehingga jumlah sumber daya manusia yang ada adalah sumber daya manusia yang benar-benar dibutuhkan ( produktif ) yang dapat mendukung tujuan PT. BRI (Persero) sebagai perusahaan yang berorientasi pada pemupukan keuntungan ( profit 6 oriented ) . 6 — — —

  Wawancara dengan Bp. Ibnu Husein, Kasie Porto Folio Kredit PT. BRI (Persero) Cabang Sidoarjo.

  23 Sebelum menjadi perusahaan perseroan, status pe­

  gawai Bank Rakyat Indonesia adalah sebagai pegawai peru­ sahaan negara yang mempunyai status khusus yang dxatur dalam undang-undang secara khusus, yaitu Undang-undang Nomor 21 Tahun 1968 tentang Bank Rakyat Indonesia. Sete­ lah menjadi perusahaan perseroan, maka status pegawainya berubah menjadi pegawai perusahaan (negara) perseroan, yaitu sebagai pegawai PT. Bank Rakyat Indonesia (Perse­ ro) .

  Sebelum menjadi perusahaan perseroan, gaji. pen- siun dan tunjangan hari tua serta penghasilan lain pega­ wai Bank Rakyat Indonesia ditetapkan oleh Direksi berda­ sarkan peraturan-peraturan Pemerintah yang berlaku. Hal ini dapat dipahami, karena modal Bank Rakyat Indonesia merupakan kekayaan Negara yang dipisahkan. Sehingga

  Direksi Bank Rakyat Indonesia dalam menetapkan gaji, pensiun dan tunjangan hari tua serta penghasilan lain pegawai BRI tetap berdasarkan pada kebijaksanaan Peme­ rintah.

  Setelah menjadi perusahaan perseroan, maka Direk­ si PT. BRI (Persero) yang menetapkan gaji, pensiun dan tunjangan hari tua serta penghasilan lain pegawai

  P T . BRI (Persero) berdasarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hal ini dapat dipahami bahwa sebagai perusa­ haan perseroan, maka orientasi PT. BRI (Persero) adalah

  24

  pada pemupukan keuntungan (profit o r i e n t e d ) . Sehingga dengan demikian setelah menjadi perusahaan perseroan, penetapan gaji, pensiun dan tunjangan hari tua serta penghasilan lain pegawai PT. BRI (Persero) tidak lagi ditentukan oleh Pemerintah.

  Dengan berubahnya bentuk hukum BRI menjadi peru­ sahaan perseroan, maka diberlakukan sistim penggajian baru bagi pegawai PT. BRI (Persero). Dalam sistim peng­ gajian yang baru tersebut sudah tidak tercantum lagi antara lain : tunjangan anak, tunjangan istri, tunjangan jabatan dan tunjangan beras. Tetapi sebenarnya tunjangan keluarga ini dalam sistim penggajian yang baru telah di- jamin melalui gaji, penggantian biaya pengobatan bagi pegawai dan keluarganya (isteri dan anak-anaknya), lump­ sum biaya pindah dan program pensiun. Sedangkan tunjang- an-tunjangan yang lain, antara lain : tunjangan perusa­ haan, tunjangan SBP (biaya perjalanan) dan tunjangan pa- jak besarnya mengalami kenaikan. Begitu pula dengan gaji pokok pegawai PT. BRI (Persero) mengalami kenaikan. Dengan demikian walaupun ada beberapa tunjangan yang ti­ dak diberikan lagi, namun pada dasarnya gaji pegawai P T . BRI (Persero) mengalami kenaikan dibanding dengan sebelum menjadi perusahaan perseroan.

  25 V. Kesimpulan/Saran-sarfin

  Kesimpulan

  1. Dengan berubahnya bentuk hukum Bank Rakyat Indonesia menjadi Perusahaan Perseroan, maka susunan organ/alat perlengkapan PT. BRI (Persero) adalah identik dengan susunan organ/alat perlengkapan yang dimiliki oleh suatu perseroan terbatas. Karena pada hakekatnya

  PT. BRI (Persero) tiada lain merupakan perseroan ter­ batas, hanya saja dalam bentuk Persero dimana terda- pat unsur pemilikan saham oleh negara. Susunan organ/ alat perlengkapan PT. BRI (Persero) terdiri atas : a. Pengurus/Direksi;

  b. Komisaris; c. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

  • Sebelum dan sesudah menjadi Perusahaan Perseroan, ke- pengurusan Bank Rakyat Indonesia tetap dilakukan oleh Direksi. Sedangkan mengenai tugas pengawasan. sebelum berubah menjadi Perusahaan. Perseroan dilakukan oleh Dewan Pengawas, yaitu pengawasan dalam arti sempit. Setelah menjadi Perusahaan Perseroan, maka tugas pe­ ngawasan dalam PT. BRI (Persero) dilakukan oleh Dewan Komisaris yaitu melakukan pengawasan dalam arti luas.

  Sebagai perusahaan perseroan, PT. BRI (Persero) belum melaksanakan pembukaan saham kepada masyarakat ( go public ). Sehingga Pemerintah tetap menjadi pemegang

  26 saham mayoritas PT. BRI (Persero).

  2. Perubahan bentuk hukum Bank Rakyat Indonesia menjadi perusahaan perseroan berpengaruh terhadap sumber daya â– manusianya. Bahwa sebagai perusahaan perseroan yang bertujuan untuk mencari keuntungan (profit oriented) maka PT. BRI (Persero) harus ditangani oleh sumber daya manusia yang profesional. Sehubungan dengan hal tersebut, maka PT. BRI (Persero) harus meningkatkan mutu/kualitas sumber daya manusianya. Disamping itu perubahan bentuk hukum menjadi perusahaan perseroan juga berpengaruh terhadap jumlah/kuantitas sumber da­ ya manusia PT. BRI (Persero). Sehinggga PT. BRI (Per­ sero) melakukan penyempitan/pengurangan jumlah sumber daya manusia, antara lain dengan diberlakukannya For­ masi Standard pegawai kantor cabang. Dengan demikian sumber daya manusia yang ada benar-benar produktif dan profesional yang dapat mendukung PT. BRI (Perse­ ro) sebagai perusahaan yang berorientasi pada pemu­ pukan keuntungan (profit oriented). Saran

  1. Dengan berubahnya bentuk hukum Bank Rakyat Indonesia menjadi Perusahaan Perseroan dengan susunan organ/ alat perlengkapan yang kompleks dan lengkap, diharap- kan P T . BRI (Persero) dapat menjalankan fungsinya, baik sebagai agen pembangunan (Agent of Development)

  27 maupun sebagai bank komersial (Convercial Bank) .

  2. Dengan bentuk hukum yang baru sebagai Perusahaan Per­ seroan, diharapkan agar setiap personil ( sumber daya manusia ) PT. BRI (Persero) terus meningkatkan kemam- puan dan kemauannya untuk menjadi seorang bankir yang profesional dan mampu menyesuaikan diri dengan peru­ bahan dan perkembangan yang t e r j a d i .

  DAFTAR BACAAN Abdulkadir Muhammad, Pengantar Hukum Perusahaan Indone­ s i a . cet.I , Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1991. Philipus M. Hadjon, P.J.J. van Buuren, Penaantar Hukum

  Administrasi Negara Indonesia, cet I, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1993. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Daqanq Indonesia 2 cet.IV. Djambatan, Jakarta, 1986. Rudhi Prasetya, A. Oemar Wonqsodiwirjo, Dasar-dasar Hu­ kum P e r s e k u t u a n . Surabaya, 1992. R.T. Sutantya R. Hadikusuma, Dr. Sumantoro, Penqertian

  Pokok Hukum P e r u s a h a a n . cet. I, Rajawali Pers, Jakarta, 1991. Subekti, Tjitrosudibyo, Kitab Undang-undang Hukum Daqanq cet. XVI, Pradnya Paramita, Jakarta, 1985. Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Th. 1967 tentang

  Pokok-pokok Per b a n k a n . cet. I, Sinar Grafika, Jakarta, 1991. Undang-undang Republik Indonesia No. 21 T h . 1968 tentang

  Bank Rakvat Indonesia, cet. Ill, Sinar Grafika, Jakarta, 1993. Undang-undang Republik Indonesia No. 7 T h . 1992 tentang Per b a n k a n , cet. Ill, Sinar Grafika, Jakarta, 1993. i Peraturan Pemerintah No. 21 Th. 1992 tentang Penve- suaian Bentuk Hukum Bank Rakvat Indonesia menjadi

  Perusahaan Pe r s e r o a n . cet. Ill, Sinar Grafika. Ja­ karta, 1993.

  B A N K R M ¥

4 T I ^ O O P iE S S A

  J a U n J * n d «r «l B u d l r m a n N o . 4 4 ♦ 4 # Tr o r o o t P m 1 © M / 1 0 0 0 0 . M u w t a 1 0 2 1 0 T . l . p o n l * 7 0 3 3 4 4 , 1 7 0 3 3 7 4 , »7 0 3 4 0 * . 1 7 0 4 2 4 7 . 1 7 0 4 3 1 3 T i l t x > 4 4 7 2 1 . 4 4 7 * 2 . 4 1 2 2 1 , 4 ( 2 3 4 . 4 I 2 4 S H e i i m l k : I 7 0 4 1 M KANTOR PUSAT KAWAT : KANPUfMI

  SURAT- J S A M NOKEP: - Si ,1 -DIR/0RG/1/93 tentang: K L A S I F I K A S I K A N T O R - K A N T O R

  C A B A N G B R I T A H U N 1 9 9 2 DIREKSI BANK RAKYAT INDONESIA Henimbang : 1. bahwa untuk menjadi dasar dibidang pembinaan pdrsonil, pengembangan organises! dan penetapan standard logistik Kantor Cabang, perlu ditetap kan Klasifikasi Kantor Cabang. 2. bahwa berdasarkan perubahan volume/size usaha dan perfomance usaha Kanca-Kanca BRI dalam tahun 1991v, perlu segera ditetapkan Klasifikasi Kantor Cabang BRI untuk tahun 1992, yang pene- tapannya mengacu kepada data tahun .1991.

  M e n g i n g a t : 1. .Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan

Dokumen yang terkait

PERAN KEMITRAAN PERUSAHAAN TERHADAP HUBUNGAN SUMBER DAYA PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA DAN PERTUMBUHAN UMKM DI INDONESIA

0 2 26

PRAKTEK PERJANJIAN KREDIT BANK DITINJAU DARI SEGI YURIDIS Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 64

TINJAUAN MENGENAI PERUBAHAN STATUS KEPEGAWAIAN DARI ANGGOTA ABRI MENJADI PEGAWAI NEGERI SIPIL Repository - UNAIR REPOSITORY

0 4 41

HUKUM INTERNASIONAL DALAM FUNGSI PERLINDUNGAN TERHADAP RAKYAT BOSNIA-HERZEGOVINA DAN SANKSI ATAS PELANGGARAN - PELANGGARAN Repository - UNAIR REPOSITORY

0 1 87

IMPLIKASI PERGESERAN STRUKTUR EKONOMIPADA PERUBAHAN PENAWARAN BARANG EKSPOR INDONESIA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 303

ANALISA PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI OPERASIONAL MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DI PERUSAHAAN TERHADAP AKSI MOGOK KERJA PADA BURUH INDUSTRI DI KOTAMADYA SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 47

GOOD CORPORATE GOVERNANCE (PENGELOLAAN PERUSAHAAN YANG BAlK) DALAM PERSPEKTIF PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 12

KEDUDUKAN UNIT USAHA SYARIAH DALAM DUAL SYSTEM BANK DI BANK UMUM KONVENSIONAL (STUDI DI BANK RAKYAT INDONESIA KANTOR CABANG SYARIAH SURABAYA) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 97

EKSISTENSI DAN PENERAPAN UU NO. ll/PnPs/1963 TENTANG PEMBERANTASAN KEGIATAN SUBVERSI SEBAGAI SUMBER HUKUM POSITIF DI INDONESIA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 1 7

PENGGUNAAN SUMBER TENAGA NUKLIR Dl RUANG ANGKASA DAN TANGGUNG JAWABNYA MENURUT HUKUM INTERNASIONAL Repository - UNAIR REPOSITORY

0 2 146