ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TEBASAN DI DESA SUROJOYO KECAMATAN CANDIMULYO KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL

BELI TEBASAN DI DESA SUROJOYO KECAMATAN

CANDIMULYO KABUPATEN MAGELANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  Oleh: SITI NURJANAH

  NIM : 21411026

  

JURUSAN S1-HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2015

  

MOTTO

Barang siapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu

adalah dirinya sendiri” (Qs. Al-ankabut : 6)

“Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak putus-putusnya

dipukul ombak. Ia tidak saja tetap berdiri kukuh, bahkan ia

menentramkam amarah ombak dan gelombang itu.” (Marcus Aurelius)

  

PERSEMBAHAN

  Kupersembahkan dengan cinta dan ketulusan hati karya ilmiah berupa skripsi ini kepada :

  1. Kedua Orang tuaku Bapak Nuruddin (Alm) dan Ibu Uwuh Fatonah tercinta, yang telah mendoakan dan memberi kasih sayang serta semangat kepadaku selama ini.

  2. Kedua kakakku Istiyani dan Iis Tarwiyati, yang telah mendoakan agar selalu tetap semangat dalam menuntut ilmu dan menjalani kehidupan di dunia ini.

  3. Seseorang yang telah memberikan kehidupan bermakna, pencerahan dan motivasi yang tinggi sehingga penulis selalu semangat dalam menjalani kehidupan.

  4. Para guru sejak Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi yang penulis sayangi dan hormati dalam memberikan ilmu dan membimbing dengan penuh kesabaran.

  5. Civitas akademika di Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga yang penulis banggakan.

KATA PENGANTAR

  Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya Penulisan Skripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Penulis juga bersyukur atas rizki dan kesehatan yang telah diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyusun penulisan skripsi ini.

  Sholawat dan salam selalu penulis sanjungkan kepada Nabi, Kekasih, Spirit Perubahan, Rasulullah Muhammad SAW beserta segenap keluarga dan para sahabat- sahabatnya, syafa‟at beliau sangat penulis nantikan di hari pembalasan nanti.

  Penulisan skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh g elar Sarjana Syari‟ah (S.Sy) dalam ilmu syari‟ah, Fakultas

  Syari‟ah, Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari‟ah yang berjudul: “Analisis sosiologi

  

hukum Islam terhadap jual beli tebasan di Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo

Kabupaten Magelang ”. Penulis mengakui bahwa dalam menyusun Penulisan Skripsi

  ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Karena itulah penulis mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya, ungkapan terima kasih kadang tak bisa mewakili kata-kata, namun perlu kiranya penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga 2.

  Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari‟ah di IAIN Salatiga.

  3. Bapak Ilya Muhsin, S.H.i., M.Si, selaku Wakil Dekan Fakultas Syari‟ah Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama yang selalu memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar dan baik.

  4. Ibu Evi Ariyani, M.H, selaku Ketua Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari‟ah di IAIN Salatiga.

  5. Bapak Ahmad Mifdlol Muthohar, M.,Lc.,M.S.I selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan saran, pengarahan dan masukan berkaitan penulisan skripsi sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuai yang diharapkan.

  6. Bapak Siswantoro selaku sekertaris desa Surojoyo yang telah berkenan memberikan izin penelitian di Desa Surojoyo serta memberikan informasi berkaitan penulisan skripsi.

  7. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf adminitrasi Fakultas Syari‟ah yang tidak bisa kami sebut satu persatu yang selalu memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa halangan apapun.

  8. Sahabat-sahabatku tercinta Afiatun Nadifah, Intan Rahmani sandra, Indri Kartika, Dina Amalia Hidayati, Munziroh, Suprihati, Nur Anisah, lilis Setiawati yang selalu mendukung penulis dalam menyusun skripsi ini.

  9. Teman-teman Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari‟ah angkatan 2011 di IAIN Salatiga yang telah memberikan banyak cerita selama menempuh pendidikan di IAIN Salatiga.

  ABSTRAK

  Nurjanah, Siti. Analisis Sosiologi Hukum Islam Terhadap Jual Beli Tebasan di Desa

  

Surojoyo Kecamatan Candimulo Kabupaten Magelang . Jurusan Syariah. Program

  Studi Hukum Ekonomi Syariah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pemimbing: Ahmad Mifdlol Muthohar, M.,Lc.,M.S.I

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi masyarakat Desa Surojoyo melakukan jual beli tebasan, kemudian bagaimana pandangan para tokoh agama mengenai pelaksanaan jual beli tebasan di Desa Surojoyo dan bagaimana tinjauan Sosiologi hukum Islam terhadap pelaksanaan jual beli tebasan di Desa Surojoyo tersebut. Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian kualitatif, metode penelitian yang data-datanya dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau kalimat, serta menggunakan data sekunder melalui studi dokumentasi : internet, buku-buku pustaka, dan dari data yang mengenai letak geografi dan demografis di Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang. Penilitian ini bersifat deskriptif analisis yaitu menggambarkan secara langsung hasil wawancara dan mencari data mengenai jual beli tebasan di Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang.

  Hasil penelitian ini adalah faktor yang mempengaruhi masyarakat melakukan jual beli tebasan yaitu karena faktor ekonomi dan faktor kebiasaan. Para pemuka agama di Desa Surojoyo memperbolehkan jual beli tebasan asalkan dalam jual beli tebasan tidak mengandung gharar, akan tetapi dalam prakteknya jual tebasan di Desa Surojoyo terdapat unsur gharar. Jual beli gharar dalam Islam itu dilarang. Akad yang digunakan dalam jual beli ini yaitu menggunakan sistem akad Down Payment (DP), dalam jual beli tebasan disebut dengan sistem panjar. Dalam transaksi jual beli ini tedapat jual beli ijon. Apabila diakitkan dengan studi Islam dengan pendekatan sosiologi tentang pengaruh agama terhadap masyarakat atau lebih tepatnya pengaruh agama terhadap perubahan masyarakat, maka praktek jual beli di Desa Surojoyo pengaruh agama terhadap masyarakat lebih sedikit. Mereka sudah mengetahui hukumnya jual beli tebasan yang mereka lakukan tidak diperbolehkan, namun mereka masih melakukannya. Kata kunci : Sosiologi, Hukum Islam, Jual beli, tebasan

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................

  D.

  9 2. Kehadiran penelitian.............................................................

  9 1. Jenis penelitian......................................................................

  6 G. Metode Penelitian........................................................................

  5

  4

  4

  Tinjauan Pustaka.........................................................................

  F.

  Penegasan Istilah.........................................................................

  E.

  Kegunaan Penelitian....................................................................

  3 C. Tujuan Penelitian.........................................................................

  HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN....................................................

  1 B. Fokus Penelitian..........................................................................

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian...........................................................

  xi

  DAFTAR ISI.......................................................................................................

  vii x

  KATA PENGANTAR......................................................................................... ABSTRAK...........................................................................................................

  v vi

  HALAMAN PERSEMBAHAN..........................................................................

  iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...................................... iv HALAMAN MOTO............................................................................................

  HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................

  i ii

  9

  3.

  10 Lokasi penelitian..................................................................

  4.

  10 Metodologi penelitian .........................................................

  a.

  Wawancara/interview……………………………… 10 b.

  11 Metode observasi…………………………………..

  c.

  11 Analisa data………………………………………..

  H.

  11 Sistematika Penulisan................................................................

  BAB II LANDASAN TEORI........................................................................

  14 A.

  14 Tinjauan Umum Jual Beli............................................................

  1.

  14 Definisi Jual Beli………………………………………..

  2.

  15 Rukun dan Syarat Jual Beli…………………………….

  3.

  23 Macam-macam Jual Beli………………………………..

  4.

  26 Dasar Hukum Jual Beli………………………………… 5.

  29 Larangan-larangan yang Merusak dalam Jual Beli……..

  6.

  37 Prinsip-prinsip Jual Beli………………………………..

  B.

  38 Jual Beli Ijon................................................................................

  1.

  38 Pengertian Jual Beli…………………………………….

  2.

  39 Dasar Hukum Jual Beli Ijon…………………………….

  C.

  42 Sosiologi HukumIslam.................................................................

  BAB III GAMBARAN UMUM PRAKTEK JUAL BELI TEBASAN DI

  50 DESA SUROJOYO……………………………………………….

  A.

  50 Kondisi Masyarakat di Desa Surojoyo……...............................

  1.

  50 Letak Geografis……………….......................................

  2.

  51 Demograf……………………………………………… B. Praktek Jual Beli tebasan di Desa Surojoyo Kecamatan

  59 Candimulyo Kabupaten Magelang……………………………..

  BAB IV ANALISIS........................................................................................

  63 A.

  76 Analisis Praktek Jual Beli Tebasan di Desa Surojoyo

  63 Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang………………… B. Pandangan Tokoh-tokoh Agama dalam Pelaksanaan Jual Beli

  Tebasan yang dilakukan di Desa

  67 Surojoyo……………………..

  C.

  Pandangan Sosiologi hukum IslamTerhadap Jual Beli

  70 Tebasan…………………………………………........................

  BAB V

  73 PENUTUP………………………………………………………… A.

  73 Kesimpulan.................................................................................

  B.

  75 Saran........................................................................................... DAFTAR PUSTAKA DAFTAR TABEL LAMPIRAN LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Seiring dengan adanya perkembangan pesat dalam sektor perdagangan, para pengusaha berlomba-lomba untuk mencari ide dalam mengembangkan usaha. Usaha tersebut ditempuh dengan berbagai macam cara untuk mendapatkan

  keuntungan. Jual beli adalah salah satu cara yang dilakukan manusia untuk mencari keuntungan dan meningkatkan taraf hidup manusia. Didalam fiqh muamalah yang di maksud dengan jual beli yaitu akad

  mu‟awadhah yakni akad

  yang dilakukan oleh dua pihak di mana pihak pertama menyerahkan barang dan pihak kedua menyerahkan imbalan, baik berupa uang maupun barang (Muslich, 2010:177).

  Apabila bicara mengenai jual beli, maka harus mengetahui hukum-hukum jual beli, apakah praktek jual beli yang dilakukan sudah sesuai dengan syari‟at Islam atau belum, oleh karena itu seorang yang menggeluti dunia usaha harus mengetahui hal-hal yang dapat mengakibatkan jual beli itu sah atau tidak. Islam mengajarkan, bahwa hubungan sesama manusia dalam masyarakat harus dilakukan atas dasar pertimbangan yang mendatangkan manfaat dan menghindari madharat. Seperti firman Allah swt dalam QS. Al-Baqarah ayat 275:

  ۚ اَبِّرلا َمَّرَح َو َعْيَبْلا ُ َّاللَّ َّلَحَأ َو

  “Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” Dalam masalah muamalat, Allah telah menetapkan undang-undang yang berlaku umum dan dasar-dasar yang bersifat umum pula.Hal ini agar hukum Islam tetap sesuai dengan situasi dan kondisi muamalat yang terus berkembang dan mengalami berbagai perubahan.Prinsip dasar yang ditetapkan jual beli adalah kejujuran,kepercayaan dan kerelaan, prinsip jual beli telah diatur demi menciptakan dan memelihara i‟tikad baik dalam suatu transaksi jual beli seperti takaran yang harus diperhatikan dan kejelasan barangnya.

  Sehubungan anggapan diatas, dalam kenyataannya, banyak orang yang beragama Islam melakukan kegiatan jual beli dalam rangka pencaharian dan usaha mereka, salah satunya yaitu kegiatan jual beli hasil bumi dengan sistem tebasan di Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang.Hasil bumi yang diperjual belikan di Desa Surojoyo biasanya kacang tanah, buah durian, dan petai.Tergantung musim yang ada pada saat itu.

  Dalam jual beli tersebut taksiran yang dilakukan adalah dengan sistem tebasan yang dilakukan oleh pedagang dengan cara memborong hasil bumi, sebelum panen sebelum dipanen yang dilakukan dengan cara mengitari petakan sawah kemudian dengan hanya mengambil beberapa sampel hasil bumi yang akan ditebas untuk memperkirakan jumlah seluruh hasil panen tanaman. Cara ini memang memungkinkan terjadinya spekulasi dari kedua belah pihak, karena kualitas dan kuantitas tanaman yang diperjual belikan belum tentu jelas keadaan dan kebenaran perhitungannya karena tanpa penakaran dan penimbangan yang sempurna.Dan kemudian dengan cara ini transaksi sudah bisa dilakukan.

  Sistem jual beli tebasan juga memungkinkan adanya jual beli yang mengandung gharar yang dilarang hukum Islam.Kemudian dalam akad perjanjian praktek jual beli dengan sistem tebasan ini hanya dilakukan dengan lisan, tanpa perjanjian tertulis, sehingga memungkinkan terjadinya ingkar janji yang mungkin dapat berakibat perselisihan.

  Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penulis tertarik melakukan analisa yang akan disusun dalam skripsi dengan judul: “ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TEBASAN DI DESA SUROJOYO KECAMATAN CANDIMULYO KABUPATEN MAGELANG” B.

RUMUSAN MASALAH 1.

  Apa faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat melakukan jual beli tebasan di Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang?

2. Bagaimana pandangan tokoh agama tentang pelaksanaan jual beli tebasan di

  Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang? 3. Bagaimana tinjauan sosiologi hukum Islam terhadap pelaksanaan jual beli tebasan di Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang?

C. TUJUAN PENELITIAN 1.

  Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mereka melakukan jual beli sistem tebasan di Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang.

  2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan tokoh agama tentang pelaksanaan jual beli tebasan.

  3. Untuk mengetahui bagaimana analisis sosiologi hukum Islam terhadap jual beli tebasan di Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang.

D. KEGUNAAN PENELITIAN

  Manfaat atau kegunaan yang bisa diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Bagi sivitas akademika, penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperkaya wacana keilmuan khususnya dalam bidang hukum Islam dan sebagai menambah bahan pustaka bagi Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  2. Bagi para ulama atau ahli agama, agar lebih memperkuat kondisi umat, khususnya mengenai mualamalat keseharian mereka, sebagaimana yang ada di Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang.

3. Untuk masyarakat di Desa Surojoyo Kecamatan candimulyo kabupaten

  Magelang sebagai pertimbangan dalam melakukan transaksi jual beli dengan sistem “tebasan”.

E. PENEGASAN ISTILAH

  Untuk mempermudah pemahaman serta menghindari kesalahpahaman terhadap judul, maka terlebih dahulu dijelaskan maksud istilah dalam judul tersebut.

  1. Jual beli, adalah akad mu‟awadhah, yakni akad yang dilakukan oleh dua pihak, dimana pihak pertama menyerahkan barang dan pihak kedua menyerahkan imbalan, baik berupa uang maupun barang (Muslich, 2010: 177).

  2.

  ”Tebasan” Dalam Kamus Lengkap Indonesia tebas menebas berarti memborong barang atau sesuatu untuk di beli seluruhnya.

  3. Sosiologi hukum Menurut Soerjono Soekanto suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara analitis dan empiris mempelajari hubungan timbal balik antara hukum dengan gejala-gejala sosial lainnya. Maksudnya sejauh mana hukum itu mempegaruhi tingkah laku sosial dan pengaruh tingkah laku sosial terhadap pembentukan hukum.

  4. Hukum Islam Hukum Islam berarti Seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan Sunnah Rasul tentng tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini mengikat untuk semua yang beragama Islam. Kata ”Seperangkat peraturan” menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan hukum Islam itu adalah peraturan yang dirumuskan secara terperici dan mempunyai kekuatan yang mengikat (Syarifudin, 1997: 5).

F. TELAAH PUSTAKA

  Penelitian yang berkaitan dengan masalah jual beli secara umum sebelumnya sudah banyak diteliti. Dari sepengetahuan dan pengamatan penulis belum ada karya ilmiah yang membahas tentang Analisis Sosiologi Hukum Islam Terhadap Sistem Jual Beli Tebasan di Desa Surojoyo Dusun Brojolepo Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang.

  Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan perbandingan bagi penelitian ini antara lain yaitu terdapat beberapa penelitian terkait yang membahas tentang zakat diantaranya:

  Pertama, skripsi dariMiftachul Jannah (Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang) dengan judul

  Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pembatalan Jual Beli Tembakau (Studi Kasus Desa Morobonggo Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung)”. Skripsi ini memiliki fokus penelitian:1)

  Bagaimana proses pembatalan jual beli tembakau yang dilakukan oleh masyarakat? 2) Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pembatalan jual beli tembakau yang dilakukan oleh masyarakat?. Hasil dari skripsi ini,pelaksanaan jual beli tembakau yng dilakukan oleh masyarakat di Desa Morobonggo, Kec. Jumo, Kab. Temanggung, seringkali terjadi pembatalan jual beli tembakau yang yang dilakukan oleh para pembeli (tengkulak) dan penjual (petani).Pembatalan tersebut diketahui kebanyakan memang karena kesalahan petani sendiri. Dalam hal ini para petani berusaha mengelabui para tengkulak dengan berbagai cara, seperti mencampur tembakau yang kualitasnya kurang bagus kedalam tembakau yang kualitasnya bagus, dengan tujuan agar semua tembakau yang dimilikinya bisa terjual semua dengan harga yang tinggi pula. Dilihat dari kacamata hukum Islam pembatalan jual beli tembakau tersebut boleh dilakukan dengan alasan tembakau tersebut cacat atau rusak.

  Kedua,skripsi dari Nurudin (Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta) dengan judul

  ”Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek jual beli

Ikan dengan Sistem Pancingan)”. Skripsi ini memiliki fokus penelitian:1)

  Bagaimana praktek jual beli ikan dengan sistem pancingan? 2) Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktek jual beli ikan dengan sistem pancingan?.Hasil dari skripsi ini,fenomena jual beli yang ada di masyarakat (khusunya penjual dan pembeli) dusun Ringinsari Maguwoharjo Kec. Depok Sleman.yaitu jual beli ikan dengan sistem pancingan. Dalam hukum Islam jual beli yang dilakukan masyarakat setempat adalah jual beli yang masih samar atau ada unsur ketidak jelasan dalam memperoleh barangnya.

  Ketiga, skripsi dari Anna dwi cahyani (Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta ) dengan judul

  ”Jual Beli Bawang Merah dengan Sistem

Tebasan di Desa Sidapurna Kec. Dukuh Turi Tegal (Sebuah Tinjauan Sosiologi

Hukum Islam)”.Skripsi ini memiliki fokus penelitian: 1) Bagaimana praktek jual

  beli bawang merah dengan sistem tebasan? 2) Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktek jual beli bawang merah dengan sistem tebasan?.Hasil dari skripsi ini,jual beli bawang merah dengan sistem tebasan di desa sidapurna Kec.Dukuh Turi Kab. Tegal yang telah membudaya sampaisaat ini.Jual beli bawang dengan sistem tebasan jika dipandang dari segi hukum Islam sebagai jual beli yang tidak sesuai dengan syarat dan rukunnya karena memungkinkan terjadinya spekulasi dari pedagang dan pembeli,dilihat dari kualitas dan kuantitas bawang merah belum tentu jelas keadaan dan kebenaran perhitungannya,dan tanpa adanya penakaran atau penimbangan yang sempurna.Namun cara seperti ini sudah lama diterapkan dan menjadi tradisi, juga karena masih terciptanya kepercayaan yang tinggi antara pihak-pihak yang melakukan transaksi ini.

  Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang lain: Penelitian pertama, lebih fokus pada proses pembatalan jual beli tembakau yang dilakukan oleh masyarakatDesa Morobonggo Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung kemudian ditinjau menurut hukum Islam.Penelitian kedua, lebih fokus pada praktek jual beli ikan dengan sistem pancingan, laluditinjau menurut hukum Islam.Penelitian ketiga, lebih fokus pada praktek jual beli bawang merah dengan sistem tebasandi Desa Sidapurna Kec. Dukuh Turi Tegal, yang kemudianditinjau menggunakan sosiologi hukum Islam.

  Sedangkan penelitian ini fokus padaapa faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat melakukan jual beli tebasan di Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang, bagaimana pandangan tokoh agama tentang pelaksanaan jual beli tebasan di Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang, serta bagaimana tinjauan sosiologi hukum Islam terhadap pelaksanaan jual beli tebasan di Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang.

G. METODOLOGI PENELITIAN 1.

  Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah field Research, yaitu terjun langsung ke lapangan guna mengadakan penelitian pada obyek yang dibahas.

  Penelitian ini juga menggunakan pendekatan fenomenologi yang berusaha memahami fenomena transaksi jual beli dengan sistim ”Tebasan”.

  Fakta-fakta yang ditemukan dilapangan sewaktu melakukan penelitian akan dikaji dan dianalisis. Kemudian fakta-fakta itu dicari titik kaitnya sehingga bisa menjadi kesimpulan umum. Penelitian dengan model seperti ini menuntut peneliti untuk terjun langsung ke lapangan untuk mencermati fenomena praktek jual beli dengan sistim ”Tebasan” di Desa Surojoyo Candimulyo Kabupaten Magelang.

2. Kehadiran penelitian

  Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan instrumen atau alat penelitian yang aktif dalam pengumpulan data yang lain selain peneliti adalah dokumen-dokumen yang menunjang keabsahan hasil penelitian serta alat-alat bantu lain yang dapat mendukung terlaksananya penelitian, alat bantu memahami masalah yang ada, serta hubungan dengan informan menjadi lebih dekat sehingga informasi yang di dapat menjadi lebih jelas. Maka kehadiran peneliti menjadi sumber data yang mutlak.

3. Lokasi penelitian

  Lokasi penelitian adalah tempat dimana lokasi penelitian itu akan dilakukan. Penelitian tentang jual beli tebasan ini berlokasi di desa surojoyo dusun brojolepo kecamatan candimulyo kabupaten magelang. penelitian masihmenemukan jual beli dengan sistim Tebasan di desa tersebut. Maka dari itu peneliti memilih desa tesebut untuk lokasi penelitian.

4. Metodologi Pengumpulan Data

  Sebagai upaya untuk memperoleh data yang valid tentang fenomena praktek jual beli dengan sistim ”Tebasan” dan bagaimana proses transaksi jual beli sistim ”Tebasan” di Desa Surojoyo Dusun Brojolepo Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang, penulis menggunakan metode sebagai berikut: a.

  Wawancara/interview Dalam metode ini penulis menggunkan teknik wawancara atau interviewyaitu suatu percakapan atau tanya jawab yang diarahkan pada suatu permaslahan tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (orang yang mengajukan pertanyaan) dan yang diwawancarai (yang memberi jawaban dari pertanyaan pewawancara). Data dikumpulkan dengan mewawancarai para pelaku penjual dan pembeli dengan sistem tebasan. Wawancara ini dimaksutkan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat desa surojoyo kecamatan candimulyo melakukan jual beli dengan sistem tebasan.

  b.

  Metode observasi Metode observasi adalah teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung kepada objek penelitian. Metode ini digunakan untuk mengetahui situasi dan kodisi lingkungan di Desa Surojoyo, Kecamatan Candimulyo, Kabupten Magelang. Observasi ini dilakukan dengan menggunakan alat indera penglihatan dan pendengaran secara langsung terhadap objek yang diteliti.

  c.

  Analisa data Analisis data adalah suatu proses menata, menstrukturkan, dan memaknai data yang tidak beraturan (Daymon & Holloway,2008: 368). Data yang berhasil dihimpun akan dianalisis secara kualitatif, yaitu menganlisa dengan cara menguraikan dan mendeskripsikan jual beli dengan sistem tebasan di Desa surojoyo sehingga didapat suatu kesimpulan yang objektif, logis, konsisten, dan sistematis sesuai dengan yang dilakukan penulis dalam penelitin ini.

H. SISTEMATIKA PENULISAN

  Sistematika penulisan merupakan uraian singkat mengenai hal-hal yang akan dilaporkan secara sistematis, dengan tujuan agar mempemudah dalam memperoleh suatu gambaran secara meyeluruh mengenai Analisa Sosiologi Hukum Islam terhadap siste m jual beli “Tebasan”di Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang. Adapun sistematika penulisan proposal meliputi:

  BAB I Bab ini merupakan bab pendahuluan, yang menguraikan tentang Latar belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, tinjauan Pustaka dan Metode Penelitian.

  BAB II Bab ini merupakan yang berisi tentang Landasan Teori, membahas telaah pustaka yang berisi tentang yang berisi tentang pengertian jual beli, syarat dan rukun jual beli dan dasar hukum jual beli serta prinsip- prinsip jual beli, pengertian jual beli ijon, dasar hukum jual beli ijon dan

  BAB III Bab ini merupakan yang berisi tentang pemaparan data dan Hasil penelitian, dalam bab ini berisi mengenai Lokasi Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang, gambaran umum mengenai Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo Kabupatn Magelang.

  BAB IV Bab ini merupakan yang berisi mengenai Hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi poses transaksi jual beli ”tebasan” dan faktor-faktorapa yang menjadi keputusan masyarakat memilih untuk menggunakan transaksi jual beli dengan sistim ”tebasan” di Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang.

  BAB V Bab ini merupakan penutup, dalam bab ini berisi mengenai, Kesimpulan dan Saran-saran yang mungkin berguna bagi masyarakat Desa Surojoyo Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang.

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Jual Beli 1. Definisi Jual Beli Jual beli (al-

  bay‟) secara bahasa artinya memindahkan hak milik

  terhadap benda dengan akad saling mengganti, dikatakan:

  Ba‟a asy-syaia jika

  dia mengeluarkannya dari hak miliknya, dan

  ba‟ahu jika dia membelinya dan

  memasukkannya ke dalam hak miliknya, dan ini masuk dalam kategori nama- nama yang memiliki lawan kata jika disebut ia mengandung makna dan lawannya seperti perkataan ar-

  qur‟ yang berarti haid dan suci. Demikian juga dengan perkataan syara yang berarti menjual (Azzam,2010:23).

  Jual beli menurut pengertian lughawinya adalah saling menukar (pertukaran ). Dan kata

  Al Bai‟ (jual) dan Asy Syiraa (beli) dipergunakan

  biasanya dalam pengertian yang sama. Dua kata ini masing-masing mempunyai makna dua yang satu sama lain bertolak belakang. Menurut pengetian syari‟at, jual beli ialah: pertukaran harta atas dasar saling rela. Atau: Memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan (Sabiq,1987:44-45).

  Menurut Ibnu Qadamah, jual beli adalah pertukaran harta dengan harta untuk menjadikan miliknya. Nawawi menyatakan bahwa jual beli pemilikan harta benda dengan secara tukar menukar yang sesuai dengan yang sesuai dengan ketentuan syariah. Pendapat lain dikemukakan oleh Al-Hasani, iamengemukakan pendapat Mazhab Hanafiyah, jual beli adalah pertukaran harta (mal) dengan harta melalui system yang menggunakan cara tertentu.

  Sistem pertukaran harta dengan harta dalam konteks harta yang memiliki manfaat serta terdapat kecenderungan manusia untuk menggunakannya. Yang dimaksud dengan cara tertentu adalah menggunakan ungkapan (Sighah ijab qabul ) (Nawawi, 2012: 75).

2. Rukun dan Syarat Jual Beli a. Rukun Jual Beli

  Arkan adalah bentuk jamak dari rukn.Rukun sesuatu berarti sisinya

  yang paling kuat, sedangkan arkan berarti hal-hal yang harus ada untuk terwujudnya satu akad dari sisi luar. Rukun jual beli ada tiga: kedua belah pihak yang berakad

  („aqidah), yang diakadkan (ma‟qud alaih), dan shighat (lafal). Oleh sebab itu, ada di jual belikan yang didapati diluar, sebab akad

  akan terjadi dari luar yang mengatakan penanaman pihak yang berakad sebagai rukun bukan secara hakiki tetapi secara istilah saja, karena ia bukan bagian dari barang yang jika terpenuhi dua hal: yang pertama shighat yaitu ijab dan qabul.

  Shighat atau lafal yang menunjukan kepada barang yang diakadkan,

  maka huruf Kaf dalam ucapan seorang penjual “bi tuka” menunjukan kepada barang yang diakadkan sehingga dia menjadi rukun yang hakiki. Sebenarnya tidak ada perbedaan antara yang berakad dan barang yang diakadkan, karena

  

ta‟ mutakallim (yang berbicara) dalam ungkapan bi‟tu menunjukan kepada

  penjual seperti Kaf menunjukan kepada pembeli, oleh sebab itu tidak ada perbedaan antara keduanya secara mutlak. Penulis mengungkapkan rukun- rukun ini dengan ucapannya dan syarat jual beli adalah ijab seperti ucapan

  

bi‟tuka (saya jual kepadamu), dan mallaktuka (saya beri kamu hak milik)

  dan qabul seperti isyttaraitu (saya beli), tamallaktu (saya jadikan ia hak miliku), dan qabiltu (saya terima). Penulis menyebutnya disini sebagai syarat berbeda dengan apa yang diungkapkan dalam Syarh Al- Muhadzdzab dengan tiga hal ini dengan istilah rukun, mudah-mudahan maksud dari syarat yaitu setiap yang tidak boleh tidak agar dia sama dengan apa yang ada dalam Syarh Al-muhadzdzab dengan istilah rukun.

  Penulis mendahulukan shigat karena ia adalah rukun yang paling penting. Sementara Imam An-Nawawi dan Al- Mahalli mendahulukannya karena pihak yang berakad dan barang yang diakadkan tidak akan pernah terwujud dengan kriteria ini yaitu salah satunya yang berakad dan barang yang diakadkan tidak akan pernah terwujud dengan kriteria ini yaitu salah satunya yang berakad dan yang lain barang yang diakadkan kecuali jika ada

  

shighat. Adapun zat keduanya, maka tidak ada keraguan bahwa keduanya

  lebih dahulu ada karena zat pihak yang berakad dan barang yang diakadkan lebih dahulu ada dari pada shighat.

  1) Shighat

  Shighat adalah ijab dan qabul, dan ijab seperti yang diketahui

  sebelumnya diambil dari kata aujaba yang artinya meletakkan, dari pihak Penjual yaitu pemberian hak milik, dan qabul yaitu orang yang menerima hak milik. Jika Penjual berkata:

  “bi‟tuka” (saya jual kepadamu) buku ini

  dengan ini dan ini, maka ini adalah ijab, dan ketika pihak lain berkata:

  “qabiltu”( saya terima), maka inilah qabul. Dan jika Pembeli berkata:

  “Juallah kepadaku kitab ini dengan harga begini” lalu Penjual berkata: “Saya jual kepadamu”, maka yang pertama adalah qabul dan yang kedua adalah ijab. Jadi dalam akad jual beli Penjual selalu menjadi uang ber-

  ijab dan Pembeli menjadi penerima baik diawalkan atau diakhirkan lafalnya.

  2) Permaslahan Furu‟

  Pertama, ucapan pembeli boleh didahulukan dari ucapan penjual, seperti jika dia berkata: “Juallah kepadaku tanah ini dengan harga sekian,” tetapi jika dia berkata: “Saya terima”, maka ini tidak sah karena harus ada sesuatu sebelumnya dan tidak sah karena harus ada sesuatu sebelumnya dan tidak boleh dimulai dengan itu. Inilah yang ditegaskan oleh Imam Ahmad, dan tiga lagi bentuk shighat yang sah dalam lafal seperti yang ditegaskan oleh dua syaikh dalam bab nikah, dan jual

  qabiltu

  beli juga sama, yang ini sepadan dengan makna sedangkan yang pertama sepadan dengan lafalnya.

  Kedua, jika dia berkata: “Jual Kepadaku”, lalu dijawab: “Saya jual kepadamu,” jual beli terjadi menurut pendapat kedua tidak sah karena ada kemungkinan ucapan jual kepadaku sebagai pertanyaan untuk mencari tahu apakah ada keinginan atau tidak, dan mazhab kami dalam bab nikah tetap sah. Bedanya, dalam bab nikah biasanya didahului oleh lamaran sehingga tidak perlu diluruskan lagi berbeda dengan pendapat yang lebih kuat. Penulis mengisyaratkan dengan Kaf Al-khitab dalam

  

shighat ijab melihat kepada khitab itu sendiri, dan digabungkan dengan

  pihak mukhatab (yang diajak bicara), maka tidak cukup hanya di sandarkan kepada sebagiannya saja walaupun ia tidak bisa berdiri sendiri bahkan sekalipun ia ingin menjelaskan dengan cara sebagian saja sebagai satu bentuk kiasan, seperti ia berkata:”Saya jual tangan kamu,” dan ini pendapat Al-

  Asnawi. Adapun jika dia berkata: “Saya jual diri kamu” dan yang dia maukan adalah benda, maka sah akadnya. Pendapat yang unggul bahwa boleh menyandarkan sesuatu kepada sebagian jika yang dia maksudkan semuanya walaupun ia bisa hidup tanpa benda itu. Andai dia berkata: “Saya jual yang ada di tangan kamu”, dan yang dia mkasudkan adalah semuanya, maka jual beli sah, demikian juga dia berkata : “Saya jual semua yang ada padaku”, dan yang semisal itu.

  Dari sini jelas bahwa jual beli harus disandarkan kepada orang yang diajak bicara walaupun ia hanya wakil. Jika jual beli tidak disandarkan kepada orang kedua atau wakilnya, maka akad jual beli tidak sah, contohnya jika pembeli berkata kepada penjual: “Saya jual barang ini dengan harga sepuluh junaih” umpamanya lalu berkata: “Saya jual”, atau dia berkata: “Saya jual wakil kamu” lalu dia menerima, maka akadnya tidak sah, berbeda dengan nikah, dia tetap sah bahkan tidak sah nikah kecuali dengan itu sebagaimana diterangkan dalam pembahasan tentang perwakilan. Dikecualikan darin penganggapan khitabsebagai jual beli yang mengandung kedua belah pihak, dan begitu juga dengan ucapannya “ya” jika pembeli berkata kepada penjual:”Jual baju ini dengan sepuluh junaih” dan penjual berkata:”ya”.

  3) Sharih (Shighat yang jelas) dan Kinayah (Kiasan)

  Para ulama tidak berbeda pendapat mengenai keabsahan jual beli yang menggunakan shighat jual beli secara sharih (jelas dan lugas), seperti ucapan “saya jual kepadamu, saya jadikan hak milikmu, dan belilah dariku!”.

  Perbedaan pendapat terjadi mengenai pemakaian kata-kata kiasan dalam jual beli.Menurut pendapat yang paling shahih, akad jual beli tetap sah dengan menggunakan kata-kata kiasan selama memang mengandung makna jual beli dan yang lainnya.Namun sebagian ulama mengatakan bahwa akad jual beli tidak sah jika menggunakan shighat

  (kiasan), karena orang yang diajak bicara tidak tahu apakah dia

  kinayah diajak bicara tentang jual beli atau yang lainnya.

b. Syarat Jual Beli

  Agar jual beli menjadi sah, diperlukan terpenuhinya syarat-syarat sebagai berikut: Di antaranya yang berkaitan dengan orang yang berakad.

  Yang berkaitan dengan yang diakadkan atau tempat berakad. Artinya harta yang akan dipindahkan dari kedua belah pihak yang melakukan akad, sebagai harga atau yang dihargakan. Adapun syarat-syaratnya adalah sebagai berikut: 1)

  Syarat orang yang berakad Untuk orang yang melakukan akad disyaratkan: Berakal dan dapat membedakan (memilih). Akad orang gila, orang mabuk, anak kecil yang tidak dapat membedakan (memilih) tidak sah.

  Jika orang gila dapat sadar seketika dan gila seketika (kadang- kadang sadar dan kadang-kadang gila), maka akad yang dilakukannya pada waktu sadar dinyatakan sah, dan yang dilakukan ketika gila, tidak sah.

  Akad anak kecil yang sudah dapat membedakan baik ban buruknya sesuatu. dinyatakan valid (sah), namun kevalidannya tergantung kepada izin walinya.Apabila diizinkan oleh orang tuanya maka akad yang dilakukan anak kecil sah.

  2) Syarat Barang yang diakadkan

  a) Bersihnya barang

  Benda-benda najis bukan hanya tidak boleh diperjual-belikan, tetapi juga tidak sah untuk diperjual-belikan.Seperti bangkai, darah, daging babi, khamar, nanah, kotoran manusia.

  b) Dapat dimanfaatkan.

  Yang dimaksud dengan barang harus punya manfaat adalah bahwa barang itu tidak berfungsi sebaliknya.Barang itu tidak memberikan madharat atau sesuatu yang membahayakan atau merugikan manusia.

  c) Milik orang yang melakukan akad.

  Tidak sah berjual-beli dengan selain pemilik langsung suatu benda, kecuali orang tersebut menjadi wali (wilayah) atau wakil.Yang dimaksud menjadi wali (wilayah) adalah bila benda itu dimiliki oleh seorang anak kecil, baik yatim atau bukan, maka walinya berhak untuk melakukan transaksi atas benda milik anak itu.

  d) Mampu menyerahkannya.

  Maka menjual unta yang hilang termasuk akad yang tidak sah, karena tidak jelas apakah unta masih bisa ditemukan atau tidak.Demikian juga tidak sah menjual burung-burung yang terbang di alam bebas yang tidak bisa diserahkan, baik secara fisik maupun secara hukum.Demikian juga ikan-ikan yang berenang bebas di laut, tidak sah diperjual-belikan, kecuali setelah ditangkap atau bisa dipastikan penyerahannya.

e) Mengetahui.

  Barang yang tidak diketahui keadaanya, tidak sah untuk diperjual-belikan, kecuali setelah kedua belah pihak mengetahuinya.Baik dari segi kuantitasnya maupun dari segi kualitasnya.

  Di masa modern dan dunia industri, umumnya barang yang dijual sudah dikemas dan disegel sejak dari pabrik. Tujuannya antara lain agar terjamin barang itu tidak rusak dan dijamin keasliannya. Cara ini tidak menghalangi terpenuhinya syarat-syarat jual beli. Sehingga untuk mengetahui keadaan suatu produk yang seperti ini bisa dipenuhi dengan beberapa tehnik, misalnya: (1) Dengan membuat daftar spesifikasi barang secara lengkap.

  Misalnya tertera di brosur atau kemasan tentang data-data produk secara rinci. Seperti ukuran, berat, fasilitas, daya, konsumsi listrik dan lainnya. (2)

  Dengan membuka bungkus contoh barang yang bisa dilakukan demo atasnya, seperti umumnya sample barang.

  (3) Garansi yang memastikan Pembeli terpuaskan bila mengalami masalah.

  f.

  Barang yang diakadkan ada di tangan.

  Barang harus tersedia, atau ada dan dapat dilihat bentuknya (Sabiq, 1987: 48-49).

3. Macam-Macam Jual Beli

  Dalam syari‟at Islam hukum jual beli pada dasarnya mubah, namun demikian dalam prakteknya dapat digolongkan menjadi 2 yakni jual beli yang diperbolehkan dan jual beli yang dilarang.

  a.

  Jual beli yang diperbolehkan a.

  Salam (pesanan), jual beli Salam adalah jual beli melalui pesanan yakni jual beli dengan cara menyerahkan uang muka terlebih dahulu kemudian barang diantar belakangan.

  b.

  Jual beli muqayyadah (barter), jual beli muqayyadah adalah jual beli dengan cara menukar barang dengan barang seperti menukar baju dengan sepatu.

  c.

  Jual beli muthlaq, jual beli muthlaq adalah jual beli barang dengan sesuatu yang telah disepakati sebagai alat tukar.

  d.

  Jual beli alat tukar dengan alat tukar, jual beli alat tukar dengan alat tukar adalah jual beli barang yang biasa dipakai sebagai alat tukar dengan alat tukar lainnya seperti dinar dengan dirham (Sabiq, 1987: ) b. Jual beli yang dilarang a.

  Jual beli barang yang diharamkan Tentunya ini sudah jelas sekali, menjual barang yang diharamkan dalam Islam.Jika Allah sudah mengharamkan sesuatu, maka Dia juga mengharamkan hasil Penjualannya.Seperti menjual sesuatu yang terlarang dalam agama. Rasulullah telah melarang menjual bangkai, khamr, babi, patung dan lain sebagainya yang bertentangan dengan syari‟at Islam.

  Begitu juga jual beli yang melanggar

  syar‟i yaitu dengan cara