BIOGRAFI KYAI HAJI CHUMAIDI MI`ROJ 1942-2014 - Test Repository

  

BIOGRAFI KYAI HAJI CHUMAIDI MI’ROJ

1942-2014

SKRIPSI

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT

GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA HUMANIORA

  

OLEH:

SOLEH RUBIYANTO

NIM:21613026

  

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS USULUDIN ADAB DAN HUMANIORA

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2018

  MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO

Setiap detik adalah kesempatan, maka laukaknlah dengan maksimal.

  (Soleh Rubiyanto)

  PERSEMBAHAN

Untuk kedua orang tuaku,

Para dosenku, kakaku, sahabat seperjuangan Serta Mapala Mitapasaku

  

Dan orang yang selelu menyebut namaku dalam do‟a

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Dokumentasi Wawancara 2. Silsilah Mursyid Tarekad Naksabandiah Kholidiyah

KATA PENGANTAR

  Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. sehingga penulis mampu menyelesaikan karya tulis yang berbentuk skripsi ini dengan lancar. sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabiyullah Nabi SAW beserta keluarganya, sahabat

  • – sahabatnya dan tabi‟in – tabi‟in. sungguh suatu pekerjaan yang tidak mudah bagi penulis dalam mencari, mengumpulkan, menyeleksi menganalisis dan menulis data
  • – data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. namun berkat usaha dan do‟a akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan

  Skripsi ini penulis susun dalam memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana humaniora. adapun judul skripsi ini adalah “BIOGRAFI KYAI HAJI CHUMAIDI MI‟ROJ 1942 – 2014”. Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini dapat terselsaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. oleh karena itu, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar

  • – besarnya kepada :

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga besertajajaranya.

  2. Bapak Dr.Benny Ridwan,M.Hum., selaku Dekan Fakultas Ushuludin, Adab dan Humaniora beserta jajarannya.

  3. Bapak Haryo Aji Nugroho,S.Sos,M.A.,Selaku Ketua Jurusan Sejarah peradaban islam serta pembimbing penulis. yang tidak pernah berhenti dalam memotivasi saya.

  4. Segenap dosen fakultas ushuludin, Adab, dan Humaniora Jurusan Sejarah Peradaban Islam yang telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis dan pelayanan hingga studi ini dapat selesai.

  5. Kedua orang tua saya Ibu Ndumi dan Bapak Sagiman serta segenap keluarga di rumah yang selalu memberikan dorongan, motivasi dan do‟a yang tak pernah henti demi lancarnya studi

  6. Sahabat

  • – sahabat seperjuangan yang senantiasa memberikan motivasi, dorongan dan semangat kepada penulis selama masa perkuliahan di IAIN Salatiga hingga akhir studi. Serta seseorang yang selalu menyebut nama saya dalam doanya.

  7. Keluarga besar Mapala MITAPASA yang selalu memberikan kehidupan saya di Salatiga dan selamanya.

  8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan ini. Akhirnya penulis hanya bisa berharap semoga orang

  • – orang yang telah memberikan bantuan selama ini, mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan kelebihan

  Oleh karena itu, penyulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan penulis skripsiini. Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan pengetahuan.

  Salatiga,03 September 2018 Yang menyatakan,

  Soleh Rubiyanto

  ABSTRAK

  Soleh Rubiyanto, B i o g r a f i K y a i H a j i C h u m a i d i M i ‟ r o j 1 9 4 - 2 0 1 4 . Skripsi. Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Ushuluddin Adab, dan Humaniora. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  2018. Pembimbing: Haryo Aji Nugroho,S.Sos, M.A.

  KH. Chumaidi Mi‟roj adalah seorang kyai yang memiliki peran besar terhadap masyarakat dusun gading desa candisari. Kepeduliannya terhadap dunia pendidikan membawanya terlibat dalam pendirian sekolah yang ada di Desa Candisari. Dan memiliki murid sangat banyak. Sehingga wajar jika ia dijulukki se bagai maha guru. KH. Chumaidi Mi‟roj di tengah-tengah masyarakat menjadi sosok yang dituakan. Baik karena kekharismaan beliau, maupun keilmuam beliu yang mumpuni. Lebih jauh KH. Chumaidi Mi‟roj adalah sosok yang sangat berperan aktif dalam masyarakat. Bukan saja dalam bidang keagamaan saja tetapi lebih dari itu beliau juga aktif dalam organisasi kemasyarakatan.

  Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan biografi, yaitu pendekatan yang berusaha memahami dan mendalami kepribadian tokoh berdasarkan latar belakang lingkungan sosial kultural tempat tokoh tersebut lahir dan tumbuh dewasa. Untuk mempermudah penelitian, penulis menggunakan teori peranan sosial yang dikemukakan oleh Erving Goffman. Penelitian ini mengungkap sejarah perjalanan hidup KH. C humaidi Mi‟roj sejak lahir hingga wafat sehingga dalam penulisanya, penulis menggunakan metode historis. Dalam metode historis ini ada empat tahapan yang meliputi pengumpulan data, kritik sumber, penafsiran, dan penulisan sejarah.

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap penulisan biografi tokoh yang memiliki peran besar terhadap daerahnya. Penelitian ini juga bisa menambah koleksi pustaka bagi pondok pesantren Kyai Gading, tempat tokoh tersebut tinggal, kalangan masyarakat dan

  

DAFTAR ISI

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  PERSETUJUANPEMBIMBING………………..………………………………....i PENGESAHAN………………..…………………………….……………..……..ii PERNYATAAN KEASLIAN TULISA

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………….. . 1

  …v KATA PENGANTAR…………………………………………………………… vi ABSTRAK……………….…………………………………………………… ... viii DAFTAR ISI……………………………………………………………..……….ix

  ………………………………………………..……..…….iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN………..............………………………………iv DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................

  

  

  

  

  

  

  BAB V PENUTUP………………………………………………………………. 71

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 Kyai adalah gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang yang

  ahli agama islam yang memiliki atau menjadi pemimpin pesantren dan mengajar kitab-kitab klasik kepada santri-santrinya. Seorang kyai berikut institusi sosial

  2

  budayanya (pondok atau pesantrennya) sedikit banyak mempengaruhi pola perkembangan kondisi sosial pada pasca kemerdekaan. Meskipun demikian pesantren jauh sebelumnya sudah terlibat dalam pengembangan kebudayaan Islam tradisional. Oleh karna itu sangatlah tidak mudah untuk menutup mata dari perjalanan historis islam pribumi tanpa mengaitkanya dengan institusi pesantren

3 Indonesia.

  Seorang kyai tidak saja sebagai sosok yang di agungkan di kalangan para

  4

  santri . tetapi posisi kyai juga sangat berpengaruh pada pengembangan tradisi masyarakat sebagai identitas kulturalnya. Dalam prosesnya, pengembangan ini 1 2 Zamakhsyari Dhofier, tradisi pesantren (jakarta:LP3ES, 1985), hlm. 55.

  Istilah pondok berasal dari pengertian asrama-asrama para santri atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu. Ibib. Hal 18 3 4 Ibid. Hal 13 Santri merupakan sebutan seorang yang sedang menempuh jenjang pendidikan dalam bersamaan dengan dimulainya gerakan dakwah kecil-kecilan, hingga pengajian- pengajian kitab yang melibatkan khalayak umum serta institusi pesantren yang

  5

  dibuatnya untuk pengembangan keilmuan, dalam artian seluruh lapisan masyarakat ikut dalam proses ini. Dalam konteks masyarakat Islam tradisional,

  6 Chumaidi sangat

  KH. Chumaidi Mi‟roj atau sering di panggil Mbah berpengaruh dalam pengembangan tersebut, baik yang terkait dengan pesantren maupun masyarakat pada umumnya.

  KH. Chumaidi Mi‟roj sebagai seorang kyai atau ulama senantiasa ditantang oleh kebutuhan masyarakat yang mengalami pergeseran-pergeseran sistem nilai, disamping pergeseran kebutuhan zaman. Kemampuan dalam syiar dan dakwah harus memenuhi kebutuhan masyarakat pendukungnya yang menjadi

  7

  batu ujian bagi kelangsungan eksistensinya , sehingga transformasi kultural yang ditempuhnya senantiasa memperhatikan perubahan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat. Bagi masyarakat Mranggen pada umumnya dan dusun candisari pada khususnya, dimana pesantren banyak berdiri dalam lingkunagan tersebut.

  5 6 Suismanto, Menelusuri Jejak Pesantren. Yogyakarta. Alif Press. 2004. Hal. 53 Sebutan mbah seperti kyai adalah panggilan kehormatan, yang dapat diartikan sebagai

“kake atau nenek”, panggilan ini sering digunakan apabila sang kyai telah uzur usianya. Denys

Lombard, nusa jawa silang budaya, kajian sejarah terpadu, bagian II: jaringan asia (Jakarta: PT

Gramedia, 1996), hlm. 146. 7 .

  Purwo santoso, “kiprah pesantren dalam transformasi, pesantren, edisi 5 tahun 1988 Eksistensi KH. Chumaidi Mi‟roj, menjadi Kyai sekligus pengasuh pondok pesantren telah menjadi mahnet tersendiri bagi masyarakat dusun gading.

  Pondok Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional yang para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutanuk tempat menginap santri. Santri tersebut berada dalam kompleks yang juga menyediakan masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya. Kompleks ini biasanya dikelilingi oleh tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para santri

  8

  sesuai dengan peraturan yang berlaku . Pondok Pesantren merupakan dua istilah yang menunjukkan satu pengertian. Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana terbuat dari bambu. Di samping itu, kata pondok mungkin berasal dari Bahasa Arab Funduq yang berarti asrama atau hotel. Di Jawa termasuk Sunda dan Madura umumnya digunakan istilah pondok dan pesantren, sedang di Aceh dikenal dengan Istilah dayah atau rangkang atau menuasa, sedangkan di

9 Minangkabau disebut surau . Pesantren juga dapat dipahami sebagai lembaga

  pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikal, di mana seorang kiai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan 8 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, LP3S, Jakarta, 1983, hlm.18. 9 kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh Ulama Abad pertengahan, dan

  10

  para santrinya biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam pesantren tersebut KH. Chumaidi mi‟roj adalah seseorang yang berpendirian tegak tidak mudah goyah. selain peduli terhadap bidang pendidikan, mbah chumaidi juga

  11

  sangat tekun dalam bidang keagamaan. Ia juga menjadi pengisi pengajian dibeberapa tempat di wilayah mranggen. Mbah chumaidi juga menjadi penerus

  12

  sekaligus Mursyid di Tarekat Naksyabandiyah kholidiyah selepas ayahnya meninggal. Tarekat Naksyabandiyah Kholidiah yang ia pimpin adalah tarekat yang didirikan oleh KH. Abu Mi‟roj yang tak lain ayahnya sendiri. Tarekat ini

  13

  dibawa dari pondok pesantren giri kusuma tempat dimana KH. Abu Mi‟roj dulu menimba ilmu.

  Berdasarkan dari uraian-uraian di atas peneliti tertarik meneliti proses perjalanan hidup KH. Chumaidi mi‟roj. KH. Chumaidi mi‟roj sosok yang sangat 10 11 Sudjono Prasodjo, Profil Pesantren, (Jakarta: LP3S, 1982), hlm. 6.

  Wawancara dengan dhoiriyah di candisari, mranggen demak pada hari sabtu 29 juli 2018 pukul 08:12 wib 12 Mursyid adalah sebutan untuk seorangguru pembimbing daam dunia tarekat, yang telah

memperoleh izin dan ijazah dari guru mursyid diatasnya yang terus bersambug sampai kepada

guru mursyid shohibuth tarekat yang musalsal dari rasullallah SAW untuk mentalqin dzikir/wirid

tarekat kepada orang-orang yang datang meminta bimbingan (murid).

diakses pada 11 september 2018. Jam 20:11 Wib. 13 Pondok Pesantren Girikusumo, Banyumeneng Mranggen Demak Jawa Tengah

didirikan oleh Syeikh Muhammad Hadi bin Thohir bin Shodiq bin Ghozali bin

  

Abu Wasidan bin Abdul Karim bin Abdurrasyid bin Syaifudin Tsani (Ky Ageng

Pandanaran II) bin Syaifudin Awwal (Ky Ageng Pandanaran I) pada tahun 1288 H

bertepatan dengan tahun 1868 M. Pondok pesantern yang kini telah berusia tegas, disiplin serta peduli terhadap pendidikan agama ia wafat pada 27 agustus 2014.

B. Batasan dan rumusan Masalah

  Judul yang akan diajukan adalah Biografi Kyai Haji Chumaidi Mi‟roj

  1942

  • –2014. fokus kajian dalam penelitian ini adalah biografi. Dalam kajian biografi ini dijelaskan secara lengkap kehidupan seorang tokoh mulai dari sejak kecil sampai tua dan meninggalnya. Tidak hanya itu, semua jasa, karya dan semua hal yang dilakukan oleh tokoh tersebut juga dijelaskan. Penelitian ini menjelas kan tentang KH. Chumaidi mi‟roj sejak masa kecil, meninggal dan juga segala perjuanganya dalam bidang sosial, pendidikan dan juga keagamaan serta sebagai pengasuh pondok pesantren Kyai Gading. Penelitian ini dibatasi dari tahun 1942 M sampai 2014. Pengambilan batasan ini didasarkan pada tahun kelahiran KH. Chumaidi Mi‟roj yaitu tahun 1942. Pengambilan 2014 M sebagai batasan ahir penelitian ini dikarenakan tahun wafatnya KH. Chumaidi mi‟roj.

  Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah dan terencana serta mengacu pada uraian di atas maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut, yaitu:

  1. Bagaimana latar belakang kehidupan dan kepribadian K.H. Chumaidi

  2. Bagaimana Peran K.H. Chumaidi Mi‟roj di masyarakat Candisari

  Mranggen Demak?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Sejarah hidup dan perjuangan K.

  H. Chumaidi Mi‟roj dalam berbagai bidang sangat menarik untuk dikaji, mengingat bahwa K.H. Chumaidi Mi‟roj merupakan kyai yang memiliki peran penting dalam bidang sosial, pendidikan dan agama. dalam penelitian ini ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh penulis, yang mendiskripsikan biografi KH.. Chumaidi Mi‟roj adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui latar belakang kehidupan KH. Chumaidi Mi‟roj 2.

  Untuk mengetahui peran serta perjuangan KH. Chumaidi Mi‟roj dalam kemasyarakatan desa Candisari Mranggen Demak Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah: 1.

  Menambah pengetahuan dan infomasi dalam bidang sejarah, khususnya sejarah biografi serta memberikan informasi bagi pihak-pihak yang melakukan penelitian serupa 2. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat, khususnya masyarakat candisari mengenai sosok K.H. Chumaidi Mi‟roj dan aktifitasnya.

  3. Dengan mengetahui latar belakang kehidupan dari seluk beluk kehidupan K.H. Chumaidi Mi‟roj dan semangat menuntut ilmu, sikap dan ahklak, serta perjuangannya diharapkan dapat menjadi suri tauladani yang patut dijadikan panutan.

D. Tinjaun Pustaka

  Kepustakaan merupakan bahan-bahan yang dapat dijadikan acuan dan berhubungan dengan pokok permasalahan yang akan dibahas pada sebuah penulisan skripsi maupun karya tulis. Pada tema diatas, pembicaraan mengenai seluk beluk

  KH. Chumaidi Mi‟roj hanya sebatas dalam masyarakat saja. Akan tetapi karya tulis yang meneliti tentang KH. Chumaidi Mi‟roj sejauh ini belum ditemukan.

  Kehadiran seorang tokoh selalu menarik untuk dibahas biografinya atau untuk dikaji, sebab yang menjadi kajian itu sendiri adalah manusia sebagai permasalahannya. Dengan demikain biografi dapat mendekatkan dari pada gerak sejarah yang sebenarnya dan membuat kita lebih mengerti tentang pergumulanya seseorang dengan zamannya yang dituntut oleh pandangan hidupnya maupun harapan masyarakat. sampai dimanapun tujuan ini berhasil diraih, penilaian terahir diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat.

  Sebuah kajian sejarah tidak akan pernah membuahkan satu hasil final, maka disinilah letak kekuatan atau kelemahannya. analisis sejarah dari fakta yang sama dapatmemberikan tafsiran yang berbeda. perbedaaan penilaian terhadap peristiwa masa ampau banyak ditemukan oleh pebedaan prinsip moral

  14 yang dianut para sejarwan.

  Para penulis sejarah biografi kebanyakan memilih atau menitik beratkan kajiannya pada tokoh-tokoh terkenal baik dari barat maupun dari timur. disinilah kiranya perluh adanaya penelitian sejarah tokoh local, dalam hal ini KH. Chumaidi mi‟roj dan perannya dalam kemasyarakatan cukup menarik untuk ditelitik. hal ini paling tidak karna ia seorang tokoh yang berperan penting dalam segi keagamaan, pendidikan maupun sosial dalam masyarakat Candisari sekaligus menjadi mursyidthariqoh dan pendiri pondok pesantren kyai gading di candisari mranggen demak.

  Sejauh ini penulis belum menemukan tulisan-tulisan yang secara rinci yang membahas tentang K.H. Chumaidi mi‟roj. tulisan-tulisan yang ada selama ini hanya penggalan-penggalan dalam beberapa literature, di antaranya: catatan keluarga KH. Chumaidi Mi‟roj, serta catatan-catatan tentang K.H. 14 Syafii Maarif, islam dan politik Di Indonesia pada masa demokrasi terpimpin (1959- 1965) (Yohyakarta: IAIN Suka Press, 1998, ) hlm. 6-7.

  Chumaidi mi‟roj selama menjadi kepala sekolah dan juga menjadi mursyid tarekat nashabandiyah kholidyah.

E. Metode Penelitian

  Penulisan sejarah adalah suatu rekonstruksi masalalu yang terikat pada

  15

  prosedur ilmiah. Sejarah sebagai ilmu mempunyai metode dalam menghimpun data sampai menjadikan dalam bentuk cerita ilmiah, karena bentuk studi dan bentuk penelitian ini bersifat sejarah, maka metode yang digunakan adalah metode sejarah yaitu proses pengumpulan data kemudian

  16 menafsirkan suatu gejala peristiwa atau gagasan yang timbul di masa lampau.

  Penulisan ini berusaha mengungkap kehidupan tokoh meliputi latar belakah tokoh dan perannya dalam kemasyarakatan. Maka dari itu penulisan

  17

  ini merupakan penulisan sejarah lokal. Metode sejarah ini meliputi empat tahapan:

1. Heuristik yaitu teknik pengumpulan sumber baik lisan maupun tulisan.

  Sumber sejarah dapat berupa bukti yang ditinggalkan manusia yang menunjukkan segala aktifitasnya di masa lampau baik berupa peninggalan- 15 kuntowijoyo pengantar ilmu sejarah, (yogyakarata:Kurnia Alam Semesta, 2013), hlm.

  18. 16 luisgotschalk, mengerti sejarah, terj, Nugroho Notosusanto (Jakarta: penerbit Universitas Indonesia (UI Press), 1985) hlm. 32. peninggalan maupun catatan-catatan. Sumber sejarah disebut juga data sejarah. Sumber sejarah menurut bahanya dapat dibagi menjadi dua yaitu

  18

  tertulis dan tidak tertulis, atau dokumen dan artefak. Penulisan ini ditekankan pada sumber lisan dan sumber tertulis. Sumber lisan diperoleh dari serangkaian wawancara (interview) yakni mendapatkan informasi

  19 dengan cara wawancara langsung kepada responden atau informan.

  Wawancara dilakukan dengan menggunakan dua cara yakni wawancara bebas dan terstruktur. Wawancara bebas adalah wawancara yang dilaksanakan tanpa aturan atau kerangka-kerangka tertentu yang telah disiapkan sebelumnya. Wawancara dilaksanakan dengan cara spontan

  20 dengan tanpa disadari oleh informan atau seperti pembicaraan biasa.

  Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan data data dan informasi yang dibutuhkan untuk menyusun penelitian ini yakni: Lokasi atau tempat penelitian berada di desa Candisari, Mranggen Demak. peneliti menjadikan lokasi tersebut dikarenakan tempat tersebut merupakan tempat lahirnya KH. Chumaidi mi‟roj. Alasan lain peneliti mengadakan

  18 19 kuntowijoyo, pengantarilmu sejarah (Yogyakarta: yayasan bentang budaya, 2001) masri singarimbun dan Sofyan efendim (edt),metode penelitian survai(jakarta: LP3ES,1989) hlm. 192 20 penelitian di daerah tersebut adalah dikarenakan sumber-sumber yang berkaitan dengan penelitian berada di daerah tersebut.

  2. Verifikasi Verifikasi adalah kritik terhadap sumber. Upaya untuk mendapatkan otentisitas dan kredebilitas sumber dengan cara kritik. Kritik yang dimaksud adalah kerja intelektual dan rasional yang mengikuti metodologi sejarah

  21 guna mendapatkan objektivitas suatu kejadian.

  Guna mendapatkan fakta-fakta sejarah dalam tahap kedua ini dibagi menjadi: a.

  Kritik Ekstern Kritik ekstern adalah usaha mendapatkan otentisitas sumber dengan

  22 melakukan penelitian fisik terhadap sumber-sumber.

  b.

  Kritik intern Kritik intern adalah kritik yang mengacu pada kredebilitas sumber, artinya apakah isi dokumen ini terpercaya, tidak dimanipulasi, mengandung bias atau dikecohkan. Kritik intern ditunjukan untuk

  23 memahami isi teks.

  3. Interpretasi 21 Suhartono, w. Pranoto. Teori dan metodologi sejarah (Yogyakarta: graha ilmu, 2010)

  hlm.35 22

  Suatu peristiwa agar menjadi cerita sejarah yang baik maka perluh diinterpretasikan berbagai fakta yang saling terpisah antara satu dengan yang lainnya, sehingga menjadi satu kesatuan bermakna. Interpretasi atau tafsir sebenarnya sangat individual, artinya siapa saja dapat menafsirkan.

  Terjadi perbedaan dalam pengintepretasian hal itu dipengaruhi oleh perbedaan latar belakang, pengaruh, mptivasi, pola pikir, dan lain-lain yang mempengaruhi interpretasinya.

4. Historiografi

  Setelah melakukan proses analisis dan sintensi, proses kerja mencapai tahap ahir yaitu historiografi atau penulisan sejarah. Proses penulisan dilakukan agar fakta-fakta yang sebelumnya terlepas satu sama lain dapat disatukan, sehingga menjadi satu perpaduan yang logis dan sistematis dalam bentuk narasi kromnologis. Menulis sejarah merupakan suatu kegiatan intelektuan dan ini suatu cara utama untuk memahami sejarah.

  Penulisan sejarah (historiografi) menjadi sarana mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian yang diungkap, diuji (verifikasi), dan diinterpretasi.

  Setelah menyelesaikan secara tuntas setiap tahap penelitiannya, langkah selanjutnya adalah menyampaikan atau mengkomunikasikan hasil-hasil penelitianya.

F. Kerangka Konseptual

  Dalam mengetahui kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian sejarah ini, penulis mengunakan pendekatan biografi, yaitu pendekatan yang berusaha memahami dan mendalami kepribadian KH.

  Chumaidi Mi‟roj berdasarkan latar belakang lingkungan sosial kultural di mana tokoh tersebut dibesarkan, bagaimana proses yang dialami, watak-watak yang ada

  24 disekitarnya.

  Selain menggunakan pendekatan biografi penulis juga menggunakan teori sosial sebagai ilmu bantu. menurut penulis teori sosial yang palng relevan digunakandalam penelitian ini yaitu teori peranan sosial yang dikemukakan Erving Goffman. Menurut teori ini, peranan sosial adalah salah satu konsep sosiologi yang paling sentral yang didefinisikan dalam penegertian pola-pola atau norma-norma perilaku yang diharapkan dari orang yang menduduki posisi

  25

  tertentu dalam struktur sosial. Banyak yang dapat diperoleh para sejarawan dengan konsep peranan secara lebih luas, lebih tepat dan lebih sistematis. Hal itu akan mendorng mereka untuk lebih bersungguh-sungguh dalam mengkaji

  24 25 Tufik abdulah dkk, manusia dalam kemelut sejarah (Jakarta: LP3ES), hlm. 4.

  Peter burke, sejarah dan teori sosial, teej. Mestika Zed dan zulfami (Jakarta: yayasan bentuk-bentuk perilaku yang telah umum mereka bicarakan dalam arti

  26 individual atau moral ketimbang sosial.

  Peranan yang dilakukan seseorang dapat dikatakan berhasil apa bila memenuhi unsur-unsur yang meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat sebagai organisasi, dan dapat

  27

  dikatakan sebagai individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. teori tersebut dapa digunakan penulis dalam mengungkapkan peranan yang dilakukan oleh KH. Chumaidi mi‟roj sebagai tokoh agama yang memimpin thariqat dalam mempertahankan tradisi dan peranan dalam bidang-bidang lainya.

  Berdasarkan pendekatan biografi dan teori peranan sosial tersebut, penulis berusaha menjelaskan secara rinci perjalanan hidup KH. Chumaidi mi‟roj dan perannya dalam masyarakat sekitar dan candisari khususnya sehingga tujuan- tujuan yag ingin dicapai dalam penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

  26 27 ibd, hlm 69

G. Sistematika Penulisan

  Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai keseluruhan isi penelitian ini, maka perluh dikemukakan secara garis besar pembahasan melalui sistematika penulisan sebagai berikut:

  Bab I: Berisi pendahuluan yang memberikan gambaran mengenai latar belakang masalah penelitian, selanjutnya diberikan batasan dan rumusan masalah agar penelitian yang dikaji lebih fokus dan penjelasannya lebih mendetail, kemudian dirumuskan tujuan dari penelitian, selanjutnya sumber- sumber penelitian ditinjau dalam tinjauan pustaka dan dijabarkan dengan beberapa konsep dalam kerangka konseptual, lalu metode penelitian dan terahir sistematika penulisan.

  Bab kedua membahas gambaran masyarakat Candisari.dalam bab ini dibahas tentang kondisi desa candisari. kondisi keagamaan. kondisi pendidikan, kondisi ekonomi, kondisi budaya dan kondisi social masyarakat. pembahasan dalam bab ini bertujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi masyarakat candisari secara umum yang mempengaruhi kehidupan KH.

  Chumaidi mi‟roj.

  Bab Tiga membahas tentang latar belakang atau riwayat hidup dan pendidikan, . pada bab ini dibahas latar belakang keluarga dan masa kecil KH.

  Chumaidi Mi‟roj, perjalanan pendidikannya sampai wafat serta kepribadian yang terbenyuk pada dirinya baik itu pengaruh dari keluarga dan lingkungan sekitar maupun pengaruh tempat dia pelajar. Berdasarkan bab dua dan bab tiga ini dapat dipahami beberapa latar belakang yang mempengaruhi pemikirandan aktifitas KH. Chumaidi Mi‟roj.

  Bab empat membahas peran KH. Chumaidi mi‟roj dalam bidang kemasyarakatan. pembahasan dalam bab ini memuat tentang tulisan-tulisan hasil karya dan perannya dalam masyarakat mulai dari menjadi kepala sekolah madrasah ibtida‟iyah, menjadi mursyid thariqat, memimpin pondok pesantren, mengisi pengajian-pengajian, dan juga peran aktifnya dalam organisasi Nahdhatul Ulama mranggen demak.

  Bab lima merupakan penutup yang meliputi dua sub bab, bab pertama berisi kesimpulan apa yang telah dibahas dalam bab yang sebelumnya. kesimpulan tersebut berisi jawaban atas rumusan-rumusan masalah dalam peneltian. dan yang kedua berisi saran-saran sebagai bagian akhir dari skripsi.

  

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI GEOGRAFIS DAN SOSIAL EKONOMI

DUSUN GADING

A. Sejarah Lisan Tentang Dusun Gading Gading merupakan salah satu nama dusun

  28

  kecil yang berada di Desa

  29 Candisari kecamatan Mranggen. Meskipun hanya sebuah dusun, namun

  memiliki arti penting bagi masyarakat Desa Candisari. Dusun gading memberikan banyak pengaruh terhadap perkembangan dan kemajuan Desa Candisari. Karna di Dusun Gading inilah lahir seorang figure tokoh agama yang sangat disiplin, tegas dan peduli terhadap masyarakat yang membawa perubahan bagi Desa Candisari

  Menurut cerita, zaman dahulu kala ada seorang anak Punggawa Kerajaan Majapahit untuk berkelana dan pengembara mematangkan ilmu hikayat hidupnya. Berasal dari Kerajaan Majapahit

  30

  untuk mendalami ilmu hikmah dan 28 Dusun atau dukuh merupakan bagian wilayah desa dan ditetapkan dengan

  

menggunakan peraturan desa, lihat Pasal 3 ayat (1) dalam Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 72 Tahun 2005

  29 Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan

dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. lihat Pengertian Desa menurut UU RI No 6 Tahun 2014 tentang Desa. 30 . Majapahit adalah Kerajaan Majapahit adalah kerajaanterakhir yang

menguasa Ricklefs mengasah ilmu dan kadigdayaan, dia adalah Ki Murtonggolo seorang pendekar persilatan yang memiliki ilmu linuwih. Sampailah di sebuah tempat yang bernama Kadempel. Ki Murtonggolo memiliki kebiasaan melakukan menditasi dibawah pohon kelapa Gading, Beliau mendirikan sebuah Gubug dibawah pohon kepala Gading untuk mengasah kemampuan ilmunya. Karena sifatnya yang santun dan ramah serta pandainya bersosialisasi maka banyaklah teman dan murid untuk belajar ilmu persilatan pada Beliau. Maka Beliau mendirikan

  31 .

  sebuah perguruan Persilatan diberi nama “Gading sari” Ilmu yang sudah Kawentar dan terkenal kemana-mana mendorong

  32

  begal untuk menjajal ilmu Ki Murtonggolo. Pada suatu hari ada sebanyak 17 begal dan begundal yang ingin mengobrak-abrik Padepokan Gading Sari, namun baru sampai suatu tlatah 17 begal yang ingin menyerang Padepokan Gading Sari itu merasa di intai seseorang. Salah satu begal merasa melihat seseorang yang lari dan ketika dicari dan di dekati selalu terlihat sepi dan ilang. Setiap dilihat ada orang berkelebat lari jika dicari selalu terlihat sepi dan hilang. Maka oleh para begal itu merasa aneh. Setiap melihat sekilas orang jika dicari Sepi terus Ilang maka oleh Begal tersebut dinamakan “ Ini Kampung Pilang”.

  Orang yang mengintai itu adalah murid dari perguruan Padepokan Gading Sari di Kadempel yang dipimpin oleh Ki Murtonggolo. Dengan ilmunya yang bisa menghilang itu sampailah pada Gubug Ki Murtonggolo. Kemudian murid dari Ki murtonggolo Melaporkan bahwa ada 17 Begal yang akan mengobrak- 31 Wawancara dengan bapak Choiron putra pertama KH. Chumaidi Mi‟roj. Tanggal 24

  agustus 2018 jam 14:05 abrik padepokan Gading Sari. Ki Murtonggolo tidak ingin Begal itu menginjakkan kakinya Ketanah Pedepokan Gading Sari di Kadempel. Maka Ki Murtonggolo lari menuju Begal di tlatah Pilang. Dalam Larinya KI Murtonggolo berteriak

  “ Awas ono beboyo, awas ana beboyo, Minggiro Karang ono beboyo. Ayo Karang ono beboyo ayo Doh Minggiro

  ” yang artinya awas ada buaya, awas ada buaya, minggirlah. Maka sepanjang larinya Ki Murtonggolo dari Padepokan Gading Sari di Kampung Kadempel, disebut dusun Karangboyo. sSampailah Ki Murtonggolo pada para pembegal pimpinan begal mengutarakan maksud kedatangannya bersama 17 orang begal lainnya. Bahwa mereka ingin menantang Guru dari Padepokan Gading Sari, Fitrah dari Perguruan Padepokan Gading Sari dengan satu syarat, jika Ki Murtonggolo kalah maka dia harus pindah atau menjadi anak buah para begundal. Maka Ki Murtonggolo mau tak mau menanggapi tantangan para begundal, maka di digerakkan tangan ke atas dan diputar untuk menyatu pada dadanya dan dihentakkan pada 17 orang tersebut, Ilmu Tunggul sekti, dihentakkan dan meledaklah 17 orang tersebut dan berpencar kesegala penjuru.

  Setelah Ki Murtonggolo Meninggal, Ia dimakamkan dibekas Padepokan nya kemudian orang lebih mengenal dengan nama Mbah gading. Maka Perkampungan Kadempel lebih di kenal dengan nama Dusuh Gading.

  Dusun gading yang tergabung dalam kelurahan Candisari ini dulunya merupakan sebuah desa yang memiliki tiga dusun dusun Dempel, Ngemplik dan Sili. Pada jaman Penjajahan Hindia Belanda desa gading digabungkan menjadi

  33 satu dengan desa karangboyo yang saat itu dengan lurah mbah Merto Suwito.

  Karena Situasi dan kondisi yang tidak menentu warga di kedua Desa itu banyak yang mengungsi keluar desa dikarenakan kedua Desa tersebut menjadi ajang Peperangan Agresi Hindia Belanda dan banyaknya perampokan yang menjarah harta benda, Atas Prakarsa Penjajah Hindia Belanda tahun 1924 maka terjadilah Blengketan ( digabung ) dari dua Desa itu menjadi satu Desa, oleh Mbah Sudarmin bin Koso beserta Punggawa Desa memberi nama dua Desa Blengketan menjadi Desa “Candisari”.

  Desa “Candisari” berasal dari 2 suku kata yaitu Candi artinya “Suatu Bangunan” dan SARI artinya “Sugreng” ( Ramai atau Asri ), dengan harapan Desa Candisari menjadi sebuah desa yang dapat membangun menjadi desa yang Sugreng( Ramai atau Asri )

  Selama perjalanannya desa candi sari dipimpin oleh beberapa orang secara bergantian yaitu:

  1. Sudarmin bin Koso tahun ( 1924-1946 ) 33 Lurah merupakan kepala pemerintahan daerah tingkat kelurahan.Lurah berbeda

  

dengan Kepala Desa.Kepala Desa merupakan unsurpenyelenggara pemerintah desa dan dipilih

dari penduduk yang berasal dan tinggal di desa tersebut, lihat Pasal 203 ayat (1) UU Nomer 32

Tahun 2004

Pemerintah Daerah.Lurah adalah pegawai negeri sispil yang menguasai pengetahuan teknis

pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

diangkat Bupati atau Walikota atas usul Camat, lihat Pasal 127 ayat (4) UU Nomer 32 Tahun

2004 Pemerintah Daerah.

2. Dasno Tahun 1946-1952 3.

  Suprat tahun 1952-1989, 4. Eko Suyatno tahun 1989-1999, 5. Sungatman tahun 1999-2009 6. Supiyan tahun 2009-2015, yang selanjutnya dijabat oleh 7. Supiyanto sebagai Pj.Kepala Desa tahun 2015-2016, 8. Suratman tahun 2017 – Sekarang B.

   Kondisi Geografis Dusun Gading

  Dusun gading memiliki sekitar 50 % dari luas wilayah kelurahan Candisari, wilyah kelurahan candisari memiliki luas sekitar kurang lebih 358 ha. dan secara geografis berada di 110.5521 Koordinat Bujur dan -7.004824 Koordinat Lintang. Wilayah dari dusun gading digunakan untuk usaha serta penggerak ekonomi yang terdapat pasar dan sebagai pusat pendidikan. Serta daerah gading yang penduduknya lebih banyak bermata pencarian sebagai petani sering mengandalkan hasil pertanian, mereka pada iklim. Iklim diyakini oleh para petani karena mempengaruhi jenis tanaman yang akan ditanam, dan untuk mengetahui waktu yang cocok untuk menanam.

  Secara umum dilihat dari keadaan geografisnya, wilayah Dusun gading merupakan wilayah yang subur dengan sistem irigasi yang cukup baik. Keadaan demikian cocok sekali untuk usaha pertanian baik padi maupun palawija, namun sebelum tahun 1946, keadaan irigasi masih belum tertata rapi dan sangat bertolak belakang dari keadaan yang sebenarnya bisa yang diterapkan oleh masyarakat Dusun gading masih sangat sederhana dan belum ada pengelolaan yang rapi. Hal itu dipengaruhi karena masih terbatasnya pengetahuan mereka mengenai irigasi.

C. Kondisi Sosial Dusun Gading

  Membicarakan mengenai kondisi sosial suatu daerah tentunya tidak akan terlepas dari keadaan masyarakatnya. Hal ini karena masyarakat selalu mempengaruhi keadaan sosial suatu daerah. Masyarakat menurut Mac Iver dan Page merupakan suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dari pengawasan tingkah laku dan kebebasan-kebebasan manusia serta keseluruhan yang selalu

  

34

  berubah ini dinamakan masyarakat. Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial yang bersifat dinamis.Menurut Ralp Linton dalam bukunya yang berjudul The Study of Man, masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan

  35

  dengan jelas. Kedua penjelasan mengenai masyarakat dapat disimpulkan bahwa masayarakat merupakan suatu sekelompok manusia yang hidup dan bekerja bersama dalam waktu yang cukup lama dan berada di wilayah tertentu, bersifat dinamis, dan membentuk jalinan hubungan sosial.

34 Lihat Mac Iver & Page,

  “ Society: An Introductory Analysis”, dalam Dadang Suparlan,

Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural . Jakarta: Bhumi Aksara, 2011, hlm.

  27-28. 35

  Seiring berjalannya waktu masyrakat dusun gading telah mengalami banyak perubahan dalam segi pendidikan, keagaman serta dalam segi ekonomi dan budaya.

1. Pendidikan.

  Pendidikan merupakan hal yang penting dan menjadi penentu agar suatu bangsa dapat melangkah lebih maju dan dapat bersaing dengan negara- negara lainnya. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang

  36

  layak bagi seluruh lapisan masyarakat. Hal ini dikarenakan pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan masyarakat dan dapat dijadikan sebagai alat ukur maju mundurnya suatu negara.

  Pada tahun 1948, pemerintah Indonesia sudah membagi empat tingkatan yani pendidikan rendah, pendidikan menengah pertama, pendidikan

  

37

  menengah atas dan pendidikan tinggi. Pendidikan yang ada di Dusun Gading paling tinggi jenjang sekolah yang ada hanyalah setingkat Sekolah Rakyat.

  Terdapat dua Sekolah Rakyat yang berada di sekitar wilayah Dusun gading. Keadaan pendidikan di dusun gading juga masih sangat rendah karena sebagian besar warga di Dusun gading hidup dalam kemiskinan. Warga Dusun Gading pada waktu itu masih belum mempunyai ketrampilan yang tinggi dan

  38

  masih banyak yang buta huruf. Hal ini dikarenakan minimnya dorongan orangtua yang tidak bisa membiayai anaknya untuk sekolah.

  Kebanyakan orangtua di pedesaan pada waktu itu lebih memilih anaknya tidak bersekolah. Para orangtua berpikir bahwa anak-anak mereka lebih baik 36 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional

  Indonesia VI . Jakarta: Balai Pustaka, 2008, hlm. 289 37 membantu pekerjaan orangtua, seperti yang laki-laki mengerjakan sawah, merumput, dan yang perempuan membantu pekerjaan di dapur, daripada sekolah. Mereka tetap bisa hidup walaupun tidak sekolah, tetapi mereka tidak bisa hidup kalo tidak bekerja.

  Baru pada tahun 1968 dusun gading memiliki sekolah sendiri yaitu Madrasah ibtida‟iyah jaurotul ulum (MI) yang didirikan oleh KH. Abu Mi‟roj.

  Berdirinya MI ini mampu-mengerakkan para orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya, disamping biaya sekolah yang murah, MI lebih mengedepankan kepedulian terhadap masyarakat dusun gading untuk bersekolah menuntut ilmu. Pada tahun 1979 KH. Abu mi‟roj juga mendirikan madrasah tsanawiyah. Sebagai jenjang lanjutan sekolah MI. Berdirinya dua sekolah ini benar-benar mampu mengubah pola pikir masyarakat Dusun Gading, yang semula enggan menyekolahkan anaknya menjadi sangat seng untuk menyekolahkan anaknya.

  Berdirinya MI dan MTS ini menjadi titik awal dusun gading menjadi pusat pendidikan dikelurahan Candisari. Hal ini bisa dilihat dari berdirinya sekolah-sekolah di Dusun Gading, diantaranya, taman kanak-kanak (TK) kalsumiah, Smp dan MA al-

  Ma‟ruh serta Smp dan SMK Ma‟arif Kyai Gading. Yang memiliiki siswa dan siswi tidak hanya dari dusun gading melainkan 2.

   Keagamaan

  Menurut Daradjat (2005) agama adalah proses hubungan manusia yang dirasakan terhadap sesuatu yang diyakininya, bahwa sesuatu lebih tinggi dari pada manusia. Sedangkan Glock dan Stark mendefinisikan agama sebagai sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan system perilaku yang

  39 sebagai yang paling maknawi (ultimate Mean Hipotetiking).

  Agama disebut Hadikusuma dalam Bustanuddin Agus sebagai ajaran yang diturunkan oleh Tuhan untuk petunjuk bagi umat dalam menjalani

  31

  kehidupannya. Ada juga yang menyebut agama sebagai suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal dalam arti bahwa semua masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dan pola-pola perilaku yang memenuhi untuk disebut “agama” yang terdiri dari tipe-tipe simbol, citra, kepercayaan dan nilai-nilai spesifik dengan mana makhluk manusia menginterpretasikan eksistensi mereka

  40 yang di dalamnya juga mengandung komponen ritual.

  Meneurut cerita, Sebelum tahun 1916 Dusun Gading yang kala itu desa gading memiliki penduduk yang mayorutas beragama Hindu. Hal ini juga dikuatkan ditemukannya batu Yang mirip dengan pecahan candi. Yang terdapat dipinggiran desa gading kala itu. Akan tetapi setelah tahun 1916 masyarakat dusun gading berangsur-ansur memeluk islam. Hal ini dikarenakan penyebaran agama islam yang dibawa oleh KH. Chumaidi Mi‟roj. Yaitu bapak dari KH.

  Chumaidi Mi‟roj.