BIOGRAFI DAN PERAN KH SUBCHI PARAKAN-TEMANGGUNG PADA TAHUN 1858-1959 - Test Repository

  

BIOGRAFI DAN PERAN KH SUBCHI PARAKAN-TEMANGGUNG

PADA TAHUN 1858-1959

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

  

Sarjana Humaniora (S. Hum)

Oleh :

MEI RINA DEWI RAHAYU

  

216-14-005

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2018

  

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

DAN

KESEDIAAN DIPUBLIKASIKAN

  Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Mei Rina Dewi Rahayu NIM : 216-14-005 Fakultas : Ushuluddin, Adab dan Humaniora Jurusan : Sejarah Peradaban Islam Menyatakan bahwa naskah skripsi saya berjudul “Biografi dan Peran KH Subchi Parakan-Temanggung Pada Tahun 1858-1959 ” adalah benar-benar hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya berdasakan kode etik ilmiah, dan bebas dari plagiatisme. Jika kemudian hari terbukti ditemukan plagiarisme, maka saya siap ditindak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

  Salatiga, 08 Oktober 2018 Yang menyatakan, Mei Rina Dewi Rahayu

PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara: Nama : Mei Rina Dewi Rahayu NIM : 216-14-005 Fakultas : Ushuluddin, Adab dan Humaniora Program Studi : Sejarah Peradaban Islam Judul : Biografi dan Peran KH Subchi Parakan-

  Temanggung Pada Tahun 1858-1959 telah kami setujui untuk dimunaqosyahkan.

  Salatiga, 10 September 2018 Pembimbing

  Haryo Aji Nugroho, S. Sos., MA NIP 19731104 199903 1002

  

PENGESAHAN KELULUSAN

  Skripsi Saudara Mei Rina Dewi Rahayu dengan Nomor Induk Mahasiswa 21614005 yang berjudul Biografi dan Peran KH Subchi Parakan- Temanggung Pada Tahun 1858-1959 telah dimunaqosyahkan dalam Sidang Panitia Ujian Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga pada Hari Jum’at 21 September 2018 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Sejarah Peradaban Islam..

  Salatiga, 08 Oktober 2018

  

Panitia Ujian

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Dr. Benny Ridwan, M. Hum. Haryo Aji Nugroho, S. Sos., M. A

NIP. 19730520 199903 1006 NIP. NIP. 19731104 199903 1002

Penguji I Penguji II Dr. M. Ghufron, M. Ag. Yedi Efriadi, M. Ag. NIP. 19720814 200312 1001 NIP. 19720721 200112 1002

  

Dekan Fakultas

Ushuluddin Adab dan Humaniora

Dr. Benny Ridwan, M. Hum.

  NIP. 19730520 199903 100

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Wong iku kudu duwe jiwa Nasionalis”

(KH Maimun Zubair)

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya tercinta yang telah memberi dukungan materi dan moral serta tak pernah lelah mendoakan saya. Untuk Bapak Haryo Aji yang selalu sedia membimbing disetiap kesulitan saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

  Teruntuk adik-adikku Mukhammad Irvan KHabibi dan Ubayyu Putra Asysyffa. Teruntuk keluarga besar Bani Muhtarom yang selalu mendukung dan memberi semangat kepada saya. Teruntuk keluarga KH Subchi, khususnya Bapak Muhammad Asrof yang telah membantu saya dalam menggali Informasi tentang KH Subchi.

  Teruntuk orang terkasih yang selalu mensuport dan membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini, Dedi Maisuri.

  Teruntuk sahabat dan keluargaku mahasiswa Sejarah Peradaban Islam angkatan 2014.

  Untuk setiap jiwa yang melayang dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia

  ABSTRAK

  Mei Rina Dewi Rahayu, 2018. Biografi KH Subchi Parakan-Temanggung pada tahun 1858-1959.

  Skripsi. Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Ushuluddin Adab, dan Humaniora. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. 2018. Pembimbing: Haryo Aji Nugroho, S. Sos., MA.

  Kata kunci: KH Subchi, Bambu Runcing, dan Barisan Muslimin Temanggung (BMT).

  Penelitian ini berusaha membahas tentang biografi KH Subchi tahun 1858-1959 M. Penelitian ini juga membahas tentang beberapa peran perjuangan KH Subchi dalam merebut kemerdekaan di wilayah Parakan Temanggung. Dalam penelitian ini juga akan dipaparkan mengenai kondisi daerah Parakan dan Temanggung pada massa revolusi tahun 1945-1949.

  Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dan menggunakan empat tahapan metode sejarah yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa : (1) KH Subchi merupakan salah satu pejuang kemerdekaan di wilayah Parakan, selain itu beliau juga termasuk ulama terkemuka yang banyak dirujuk oleh para pejuang. (2) Barisan Muslimin Temanggung (BMT) merupakan suatu gerakan yang dibentuk oleh KH Subchi berseta ulama lainnya. (3) Selain aktif dalam perjuangan kemerdekaan KH Subchi juga aktif dalam politik dan sosial.

  

KATA PENGANTAR

ميحرلا همحرلا الله مسب

دّمحم اوديس ىلع ّلص ّمهللا

  Alhamdulillah penulis curahkan syukur atas kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan nikmat, taufik dan hidayah, serta inayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini tanpa ada halangan suatu apapun serta membuat penelitian skripsi ini harus berhenti. Sholawat dan salam senantiasa penulis panjatkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan hidayah kepada kita semua hingga dapat keluar dari zaman jahiliyah hingga menuju zaman terang benderang dan senantiasa kita nantikan syafaatnya di yaumil kiyamah amin.

  Skripsi ini ditulis untuk memperoleh gelar sarjana Humaniora dari jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora

  IAIN Salatiga. Proses penyusunan telah melibatkan banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang bersangkutan.

  Pertama-tama rasa terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, MPd selaku Rektor IAIN Salatiga, Bapak Dr. Benny Ridwan, M.Hum selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora, Bapak Haryo Aji Nugroho, S. Sos, MA. selaku Ketua Jurusan Sejarah Peradaban Islam dan selaku pembimbing Skripsi yang banyak memberikan kritik dan saran terhadap penulisan Skripsi ini, sehingga membuat skrispi ini menjadi lebih baik. Serta seluruh staf pengajar Jurusan Sejarah Peradaban Islam yang telah memberi ilmu pengetahuan selama kuliah, walaupun namanya tidak disebutkan satu persatu, terima kasih juga ilmu yang didapat.

  Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Rohmad Hasyim dan Ibu Chamidah yang telah mendidik dan membimbing selama bertahun-tahun, dan terus memberi motivasi kepada penulis serta selalu sabar menanti keberhasilan penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada adik-adikku tersayang Mukhammad Irvan Khabibi dan Ubayyu Putra Asysyffa.

  Penulis juga berterima kasih pula kepada semua teman-teman Jurusan Sejarah Peradaban Islam, keluarga KH Subchi khususnya Bapak Muhmmad Asrof yang telah membantu penulis menggali informasi- informasi tentang KH Subchi, teman-teman keluarga besar Nurul Asna yang telah memberikan semangatnya kepada penulis dan menyusun laporan penelitian Skripsi ini. Serta semua pihak yang bersangkutan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dari segi moril material demi kelancaran penyelesaian laporan penelitian skripsi ini.

  Semoga mereka terbalaskan semua jasa-jasanya dengan balasan yang lebih baik lagi. Penulis berharap, skripsi ini bermanfaat khususnya bagi saya selaku penulis dan penyusun dan umumnya bagi para pembaca.

  Salatiga 8 Oktober 2018 Penyusun

  Mei Rina Dewi Rahayu NIM.216-14-005

  

DAFTAR ISI

  Halaman Judul ...................................................................................... i Halaman Keaslian Tulisan ................................................................... ii Halaman Persetujuan Pembimbing ........................................................ iii Halaman Pengesahan ............................................................................ iv Halaman Motto dan Persembahan ......................................................... vi Abstrak ................................................................................................. vii Kata Pengantar ..................................................................................... viii Daftar Isi .............................................................................................. x

  

I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A.

  Latar Belakang Masalah ........................................................ 1 B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian .................. 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 5 D.

  Tinjauan Pustaka ................................................................... 5 E. Kerangka Konseptual ............................................................ 7 F. Metode Penelitian .................................................................. 10 G.

  Sistematika Penulisan ............................................................ 13 II.

   KEHIDUPAN MASYARAKAT CEPOGO SEBELUM TAHUN 1955 .............................................................................. 15 A.

  Kondisi Geografis Kecamatan Cepogo ................................... 15 B. Kondisi Sosial Keagamaan Masyarakat Cepogo ..................... 16 C. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Kejawen .................... 21 III.

   PERKEMBANGAN TAREKAT QADIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH DI CEPOGO ........................................ 30 A.

  Sejarah Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah ..................... 30 B. Masuknya Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di

  Cepogo ..................................................................................... 37

  C. Masa Konsolidasi ................................................................... 38 D.

  Peran Mursyid dalam Meyebarkan tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah: Damanhuri .................................................. 40 IV.

   PENGARUH TAREKAT QADIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH TERHADAP MASYARAKAT KEJAWEN DI CEPOGO .......................................................... 30 A.

  Akulturasi Ajaran Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah

  dan Kejawen .......................................................................... 50 B. Perkembangan Islam di Cepogo Dengan Tarekt Qadriyah wa

  Naqsyabandiyah ..................................................................... 52 V.

   PENUTUP .................................................................................. 56 A.

  Kesimpulan ........................................................................... 56 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 57 DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak 1 Agustus 1901 Karesidenan Kedu yang dibentuk dengan

  penggabungan Magelang. Karesidenan Kedu terdiri dari beberapa kabupaten salah satunya adalah Kabupaten Temanggung yang terdiri dari

  1

  tiga distrik, yaitu: Temanggung, Parakan dan Candiroto. Parakan adalah wilayah kecamatan di bawah Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah yang memiliki luas wilayah kurang lebih 1,60 kilometer persegi dan dibagi menjadi dua wilayah yaitu ParakanTimur dan Parakan Barat yang sering disebut Kauman. Keluarahan Parakan Kulon atau Kauman ini banyak berdiam beberapa Kyai dan hampir seluruhnya adalah santri baik santri pendatang maupun asli warga Temanggung maupun Parakan, hal ini dapat digambarkan setiap desa terdapat masjid atau mushola dan

  2 terdapat banyak pondok pesantren yang berdiri.

  Penduduk Parakan memiliki latar belakang ekonomi sebagai petani seperti tembakau, kopi dan berbagai sayuran. Penghasilan penduduk Parakan pada zaman sebelum penduduk Jepang dikatakan cukup, dalam artian hasil dalam bercocok tanam dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. Namun, keadaan tersebut mulai berubah saat Jepang mulai masuk ke wilayah-wilayah Indonesia tidak terkecuali Parakan, Temanggung. Bangsa Jepang mulai menguasai dan merampas hasil bumi penduduk Parakan secara paksa.Rakyat Parakan diwajibkanuntuk bekerja dibawah perintah Jepang mulai dari tanam kopi, 1 teh, nila atau rosella, temabakau tebu dan kina.Selain itu, rakyat

  Nur Laela, “ Skripsi: Perjuangan Rakyat Parakan-Temanggung dalam Mempertahankan

Kemerdekaan Republik Indonesia (1945- 146)”, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2014),

tidak dipublikasikan, hlm. 28. 2 Ahmad Adaby Darban, “Sejarah Bambu Runcing”, (Yogyakarta: Laporan Penelitian, Fakultas Sastra UGM, 1987-1988), tidak di publikasikan, hlm. 5.

  

romush

  Parakandiwajibkan untuk

  a. Mereka dikerahkan untuk membangun jalan raya, jembatan, rumah pejabat, bahkan dikerhkan sampai ke Ambarawa untuk membangun benteng. Hal ini menyebabkan keresahan tersendiri bagi penduduk Parakan sebab banyak yang

  3 meninggal kelaparan akibat terlantar dan kerja yang berat.

  Perjuangan yang dilakukan oleh rakyat Parakan merupakan sebuah simbol dari pembelaan hak-hak mereka yang telah dirampas oleh para penjajah. Indonseia berhasil memproklamasikan kemerdekaan pada tanggl 17 Agustus 1945. Meskipun Indonesia telah dinyatakan merdeka, namun hal itu tidaklah merubah kondisi Indonesia yang terbebas dari jajahan. Karena pada saat itu penjajah Belanda datang ke Indonesia yang bertujuan untuk menjajah Indonesia. Dalam hal ini penduduk Parakan

  4 mempersiapkan diri untuk melawan penjajah Belanda.

  Penduduk Parakan mulai resah dan ketakutan akan adanya penjajah Jepang, sehingga mereka mulai melakukan perlawanan terhadap Jepang. Penduduk Parakan yang banyak berdiam Kyai, maka banyak kyai yang ikut berperan dalam melawan penjajah. Kepemimpinan kyai memiliki pengaruh yang besar di kalangan rakyat Parakan. Selain itu peranan kyai atau ulama dengan rakyat memiliki ikatan yang erat, sebab ulama memiliki identitas yang sama dengan petani, sehingga kyai

  5 menjadi pengayom rakyat.

  Beberapa ulama memberikan do’a-do’a dan wejangan kepada pejuang. Beberapa kyai memiliki keahlian dalam memberi do’a dan wejangan tersebut, diantaranya KH Sumomihardho,

  6 KH Muhammad Ali, dan KH Subchi.

  Beberapa kyai Parakan yang ikut berperan melawan penjajah 3 diantranya, KH Subchi, KH Sumomihardho, KH Muhammad Ali, KH 4 Ibid, hlm. 6. 5 Ibid, hlm. 7.

  Nur Laela, “Skripsi: Perjuangan Rakyat Parakan-Temanggung dalam Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia (1945- 6 146)”, hlm. 41.

  Istahori Syam’ani, “Sejarah Barisan Bambu Runcing”, Parakan, 17 Agustus 1995, tidak dipublikasikan, hlm. 8. Abdurrahman, KH Sahid Baidawi dan masih banyak lagi. Masing-masing

  7

  kyai mempunyai keahlian sendiri. Akan tetapi, penulis hanya melakukan penelitian terhadap biografi serta peran KH Subchi karena beliau berperan cukup besar di wilayah Kabupaten Temanggung terutama di Parakan dalam perjuangan melawan penjajah. Hal ini terbukti beliau merupakan penggerak semangat juang para rakyat Temanggung dalam melawan penjajah. Selain itu beliau merupakan pelopor sekaligus pemimpin Barisan Muslimin Temanggung (BMT).

  Alasan penulis memilih topik tersebut karena KH Subchi merupakan salah satu tokoh ulama (kyai) di Parakan yang masih keturunan dari kerjaan Yogyakarta, yang memiliki peran penting dalam perjuangan melawan penjajah di Temanggung dan sekitarnya. Selain itu beliau juga pelopor berdirinya Barisan Muslimin Temanggung (BMT) dan sekaligus sebagai pemimpin Barisan Muslimin Temanggung, selain KH Subchi pernah menjadi anggota Sarekat Islam (SI) bahkan pernah mengikuti kongres SI di Temanggung 1921.

  Selain itu, menurut peneliti dengan mengetahui sejarah para leluhur, merupakan sebuah batu loncatan sekaligus cermin masa lalu dimana kesejarahan yang jelek jangan sampai terulang dimasa sekarang maupun mendatang dan yang baik harapannya bisa mengulangnya dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang.

  Mengenai ruang lingkup temporal yang diambil yaitu pada tahun 1858-1959. Di mana pada tahun 1858 merupakan tahun kelahiran KH Subchi. Peran KH Subchi baik dalam bidang politik KH Subchi termasuk pelopor lahirnya BMT di Temanggung serta keterlibatan KH Subchi dalam Sarekat Islam di Temanggung sekitar tahun 1921. Dipilihnya tahun 1959 sebagai batas akhir karena pada tahun tersebut KH Subchi wafat dan juga berakhirnya perannya dalam perjuangan kemerdekaan. 7 Melalui penelitian peran serta biografi KH Subchi inilah penulis Ibid, hlm. 8. mempunyai tujuan untuk menjadikan bahan penelitian skripsi dengan judul Biografi dan Peran KH Subchi Parakan Temanggung pada

  tahun 1858-1959.

B. Rumusan Masalah

  Setelah dijelaskan ruang lingkup persoalan yang termasuk dalam penelitian, maka dapat ditetapkan pokok masalah yang menjadi focus kajian dalam penelitian ini. Sehingga fokus permasalahan akan menjadi lebih jelas dan akan lebih mudah merumuskannya.

1. Bagaimana kondisi Parakan Temanggung pada tahun 1945-1949? 2.

  Bagaimana riwayat hidup KH Subchi? 3. Bagaimana peran perjuangan KH Subchi dalam Kemerdekaan

  Indonesia? C.

   Tujuan penelitian

  Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah:

  1. Menguraikan kondisi Parakan Temanggung pada masa revolusi fisik.

  2. Mendeskripsikan riwayat hidup KH Subchi.

  3. Menjelaskan bagaimana perjuangan KH Subchi dalam kemerdekaan Indonesia.

D. Kajian Pustaka

  Penelitian atau penulisan karya ilmiah diperlukan adanya kajian pustaka, yang berupa literatur yang menjadi landasan dalam penulisan. Tidak banyak literatur yang membahas tentang KH Subchi, akan tetapi ada beberapa literatur yang bisa dijadikan sebagai kajian pustaka dalam penelitian ini, di antaranya:

  Buku karya Saifudin Zuhri yang berjudul Guruku orang-orang

  dari Pesantren

  terbitan LKiS, Yogyakarta, menjelaskan beberapa peran Kyai yang ada di Temanggung. Dalam bab lainnya Saifudin Zuhri juga menjelaskan tentang keikutsertaan para Kyai dalam memepertahankan kemerdekaan. Tetapi dalam buku Saifudin Zuhri tidak menjelaskan bagaimana biografi serta peran secara menyeluruh yang dilakukan oleh KH Subchi.

  Karya ilmiah yang dilakukan oleh Anasom dosen UIN Walisongo Semarang tahun 2012, yang berjudul Kyai dan Bambu Runcing dalam karyanya Anasom lebih membahas tentang sejarah bambu runcing di Parakan yang digunakan untuk melawan penjajah. Dalam pembahasan ini Anasom mengungkapkan bahwa bambu runcing yang digunakan dalam pertempuran melawan penjajah sebelumnya telah disepuh oleh beberapa kyai terkemuka yang ada di kota Parakan saat itu, di antaranya adalah KH Muhammad Ali, KH Muhaiminan Gunardho dan KH Subchi. Dalam penelitian Anasom belum memaparkan dengan jelas bagaimana perjuangan KH Subchi dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia khususnya di wilayah Parakan.

  Dalam buku karya Ahmad Zaini Hasan yang berjudul

  

Perlawanan dari Tanah Pengasingan: Kiai Abbas, Pesantren Buntet dan

Bela Negara

  terbitan LKis, Yogyakarta, dalam buku ini memaparkan tentang perjuang para kyai yang mendirikian sebuah pondok pesantren pada masa penjajah Belanda. Namun di sisi lain, para kyai dan para santri tidak hanya pembinaan spirirtual, melainkan juga sebagai pusat aktivitas menanamkan kesadaran cinta tanah air. Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh para kyai dan santri dalam mengusir penjajah (Belanda dan Jepang). Dalam buku ini di khususkan membahas Kyai Abbas dan Pondok Pesantren Buntet, Cirebon. Buku ini belum memaparkan secara khusus tentang KH Subchi dan santri di Parakan.

  Skripsi

  Nur Laela tahun 2014, “Perjuangan Rakyat Parakan-

  

Temanggung Dalam Mempertahan Kemerdekaan Republik Indonesia

(1945-1946)

  , mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2014. Dalam tulisan skripsi ini, membahas tentang perjuangan rakyat Parakan- Temanggung dalam melawan penjajah untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Dalam tulisan skripsi ini mempunyai kesamaan dalam ruang lingkup spasial, namun belum ada yang menjelaskan bagaimana peran KH Subchi serta biografi KH Subchi, yang ada pada saat itu merupakan tokoh ulama penggerak perjuangan rakyat Parakan dalam melawan penjajah secara rinci.

  Karya tulis, laporan penelitian Ahmad Adaby Darban tahun 1988, “Sejarah Bambu Runcing”. Dalam laporan ini membahas tentang keadaan Parakan pada masa penjajahan dan sejarah lahirnya bambu runcing. Dalam bahasan-bahasan laporan ini dipaparkan pula tentang peran Kyai Subchi dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Parakan. Dalam laporan ini, belum dipaparkan mengenai biografi KH Subchi serta latar belakang keluarga, riwayat pendidikan KH Subchi.

  Dari beberapa sumber yang digunakan penulis, tidak banyak data yang menjelaskan mengenai biografi KH Subchi serta perannya baik dalam perpolotikan maupun yang lainnya. Sehingga penulis dapat menjadikan satu data-data yang diperoleh untuk mengambil data yang sesuai dengan tema.

E. Kerangka Konseptual

  Sehubungan dengan kepribadian tokoh, sebuah biografi perlu memperhatikan adanya latar belakang keluarga, pendidikan, lingkungan

  8

  sosial-budaya, dan perkembangan diri. Setidaknya peneliti temukan dua macam biografi, yaitu portrayal (portrait) dan scientific (ilmiah), yang masing-masing mempunyai metodologi sendiri. Biografi disebut

  portrayal

  bila hanya mencoba memahami dalam bentuk kategori biografi (politik,bisnis,seni dan sebagainya dan prosopography (biografi 8 kolektif).

  Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Edisi II (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 2003), hlm. 207.

  Sedangkan biografi scientific orang berusaha menerangkan tokohnya berdasarkan analisis ilmiah. Dalam hal ini penggunaan konsep

  9

  dan teori dari psychoanalysis (sejarah kejiwaan). Sejarah kejiwaan secara subtantif sudah dimulai pada 1910 ketika Sigmund Freud melakukan analisin atas kepribadian Leonardo da Vinci. Namun secara formal sejarah kejiwaan baru dikukuhkan pada tahun 1960an. Sejarah kejiwaan peleburan psikoanalisis dan sejarah, menurut Bruce Mazlish. Jadi bukan saja penerapan psikoanalisis pada sejarah saja, tetapi peleburan antara keduanya. Sejarah kejiwaan dapat diidentifikasi menurut latar belakang kehidupan, latar belakang agama, latar belakang

  

10

  sosial dan latar belakang keluarga. Dalam hal ini, penulis menggunakan konsep di atas untuk mengungkap KH Subchi baik dalam latar belakang pribadi, kehidupan sosial, kehidupan agama dan latar belakang politik.

F. Metode Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah.

  Metode penelitian sejarah mempunyai empat langkah, yaitu: 1.

  Heuristik Heuristik adalah kegiatan mencari dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah. Penulis mengumpulkan sumber-sumber baik berupa tulisan seperti buku, arsip, hasil laporan penelitian, skripsi dan lain sebagainya, berupa rekaman seperti wawancara

  11

  maupun video, dan benda seperti artefak. Penulis mengumpulkan sumber dari perpustakaan pusat UGM, perpusatkaan UIN Sunan Kalijaga, Monumen Jogja Kembali 9 (MONJALI), perpustakaan Kota Magelang, melakukan pencarian 10 Ibid, hlm. 208. 11 Ibid , hlm. 215.

  Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, Cetakan Pertama, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm. 29. sumber pribadi ke Kauman, Parakan, Temanggung, wawancara dengan cicit KH Subchi. Data sumber yang diperoleh berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah “Sejarah Barisan Bambu Runcing” yang ditulis oleh KH Istachori Syam’ani yang merupakan pelaku sejarah (sekretaris BM T), buku “Guruku Orang- orang dari Pesantren” karya tulis KH Saifuddin Zuhri yang merupankan salah satu saksi sejarah (yang melihat langsung dan pernah bertemu dengan KH Subchi), dan “Bambu Runcing Parakan” yang tulis oleh KH Muhaiminan Gunardho yang merupakan anak dari pelaku sejarah dan sebagai saksi sejarah.

  Sedangkan sumber sekunder yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya: Hasil laporan penelitian Ahmad Adaby Darban yang berjudul Sejarah Bambu Runcing, buku karya Samsul Munir Amir yang berjudul Karomah Para Kyai, serta laopran penelitian Anasom yang berjudul Kai dan Bambu Runcing dan skripsi Nur Laela yang berjudul Perjuangan Rakyat

  Parakan-Temanggung dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia tahun 1945-1946

  .

2. Verifikasi (kritik Sumber)

  Verifikasi atau kritik sumber adalah usaha dan upaya penyelidikan apakah jejak-jejak yang ditemukan, setelah heuristik benar adanya, betul –betul dapat dijadikan bahan penulisan. Kritik sumber ada dua macam, yaitu :

  a) Kritik Eksternal

  12 Kritik ekstern menurut Helius Sjamsudin , kritik

  eksternal adalah melakukan verifikasi atau pengujian 12 terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah. Apakah fakta

  

Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta : Ombak, 2012 ). hlm. 104 peninggalan atau dokumen itu merupakan yang sebenarnya, bukan palsu. Berbagai tes dapat dipergunakan untuk menguji keaslian tersebut, misalnya meneliti otensitas sumber dengan meneliti keaslian buku meliputi sumber tanggal waktu dan pengarangnya. Dari sejauh ini, yang penulis gunakan untuk kritik eksternal itu mepiluti kualitas suatu sumber dan bentuk serta kondisi suatu sumber secara kasat mata. Dan ada beberapa sumber yang penulis kritik dengan menyamakan data-data arkeologisnya.

  b) Kritik Internal

  Setelah mendapat suatu dokumen dan dengan diuji melalui kritik eksternal maka selanjutnya dilakukan dengan

  13 Kritik internal, menurut Daliman adalah kegiatan menguji jejak-jejak masa lampau sehingga diketahui kebenarannya.

  Meskipun dokumen itu asli, tetapi apakah mengungkapkan gambaran yang benar, bagaimana mengenai penulis dan penciptanya, apakah ia jujur, adil dan benar-benar memahami faktanya, dan banyak lagi pertanyaan yang bisa muncul seperti diatas. Maka sejarawan bisa memandang data tersebut sebagai bukti sejarah yang sangat berharga untuk ditelah secara serius. Untuk kritik internal dokumen ini, penulis mengujinya dengan mempertimbangkan aspek isi dari semua sumber yang diperoleh dari lapangan tentang KH Subchi serta peran kepahlawanan yang dilakukan ketika masa penjajahan. Informasi tentang KH Subchi tidak bisa semua terlacak dari beberapa sumber yang ditemukan. Akan tetapi penulis terpaksa harus menggunakan sumber sekunder. 13 Diantaranya dengan melakukan wawancara kepada informan A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah, (Yogyakarta : Ombak, 2012). hlm. 73. yang tidak sezaman dengan KH Subchi. Wawancara dilakukan dengan Asrof yang merupakan cicit dari KH Subchi.

3. Interprestasi

  Menurut Daliman, interpretasi adalah menafsirkan atau memberi makna terhadap fakta-fakta ataupun bukti-bukti sejarah

  14 untuk kemudian dilanjutkan ke proses historiografi. Dalam tahap ini dilakukan analisis berdasarkan data-data yang diperoleh, yang akhirnya dihasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penulisan yang utuh, atau disebut dengan historiografi. Setelah penulis mengkomunikasikan hasil penelitiannya, maka disebut tulisan atau karya sejarah. Interpretasi adalah menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut sehingga menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Dari berbagai fakta yang ada, kemudian perlu disusun agar mempunyai bentuk dan struktur. Fakta yang ada ditafsirkan, sehingga ditemukan struktur logisnya berdasarkan fakta yang ada, selanjutnya untuk menghindari suatu penafsiran yang semena-mena akibat pemikiran yang sempit. Bagi sejarawan akademis, interpretasi yang bersifat deskriptif saja belum cukup. Dalam perkembangan terakhir, sejarawan masih dituntut untuk mencari landasan penafsiran yang digunakan dan berusaha menganalisis peristiwa tersebut. Agar menjadi sebuah penelitian yang menarik, peneliti harus menyajikannya dengan penelitian berbasis deskriptif analitis. Setelah peneliti mendapatkan sumber dan melakukan kritik, semua sumber yang dianggap relevan dengan penelitian tentang KH Subchi ini, peneliti melakukan interpretasi dengan 14 kaidah-kaidah yang sesuai dengan prosedur yang berlaku.

   Ibdi, hlm. 73.

  4. Historiografi Setelah melakukan proses interpretasi dan analisis, proses kerja mencapai tahap akhir yaitu historiografi atau penulisan sejarah. Proses penulisan dilakukan agar fakta-fakta yang sebelumnya terlepas atau sama lain dapat disatukan, sehingga menjadi satu perpaduan yang logis dan sistematis dalam bentuk narasi kronologis. Menulis sejarah merupakan suatu kegiatan

  15 intelektual dan ini suatu cara utama untuuk memahami sejarah.

  Historiografi atau penyajian ada;ah lukisan sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa masa lalu yang disebut sejarah. Penyajian penelitian ini hendaknya mampu memberikan gambaran mengenai proses penelitian dari awal sampai penarikan kesimpulan. Historiografi merupakan tahap akhir dalam penulisan sejarah. Pada tahap ini penulis sejarah memerlukan kemampuan- kemampuan tertentu untuk menjaga standar mutu citera sejarah. Tahap ini merupakan tahap akhir untuk menyajikan semua fakta ke dalam bentuk tulisan skripsi yang berjudul Biografi KH Subchi Parakan Temanggung pada tahun 1858-1959.

G. Sistemati Penulisan

  Sistematika ini disusun sebagai penjabaran dari daftar isi atau outline. Dalam Bab pertama peneliti akan menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Ruang Lingkup, Kajian Pustaka, Kerangka Konseptual, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan. Itu semua merupakan proposal yang berisi gambaran dan penjabaran secara singkat tentang penelitian yang akan peneliti lakukan. 15 Paul Veyne, Writing History, Essay on Epistemology, terj. Bhs. Prancis ,mina

moore-rinvolucri, Middletown,connect, (Wesleyan Univercity Press, 1984), hlm. 121.

  Bab kedua menjelaskan tentang, setting atau keadaan di nasional dan sekitarnya (Indonesia), keadaan sosial Parakan pada masa revolusi di mulai dari kondisi sosial keagamaan di Parakan kemudian menjelaskan bagaimana kehadiran penjajah Jepang ke Parakan Temanggung.

  Bab ketiga menjelaskan tentang biografi KH Subchi dan latar belakang kelaurga KH Subchi muali dari latar pendidikan sampai karir KH Subchi dalam politik dalam Nahdhotul Ulama (NU) sampai pernah menjadi anggota Sarekat Islam di Temanggung.

  Bab keempat menjelaskan tentang pertempuran antara rakyat Parakan, Temmanggung dan penajajah Jepang, serta perjuangan rakyat Parakan Temanggung dalam perlawanan penjajah. Dalam bab ini akan dijelaskan tentang perjuangan K H Subchi dalam perlawan penjajah yang menggunakan senjata sederhana yaitu Bambu Runcing.

  Dan terakhir bab kelima berisikan kesimpulan dan Saran.

BAB II SETTING SOSIAL POLITIK NASIONAL DAN DAERAH PARAKAN TEMANGGUNG PADA MASA REVOLUSI (1945-1949) A. Kondisi Nasional Pada Masa Revolusi (1945-1949) Masa pendudukan Jepang selama tiga setengah tahun merupakan salah satu periode yang paling menentukan dalam sejarah Indonesia. Karena sebelum serbuan Jepang, tidak ada satu pun tantangan yang serius

  terhadap kekuasaan Belanda di Indonesia. Namun di sisi lain pada waktu Jepang menyerah, banyak perubahan yang luar biasa di Indonesia. Jepang telah memberi sumbangan langsung pada perkembangan-perkembangan di daerah Indonesia terutama di Jawa dan Sumatera. Jepang mendoktrinasi, melatih, dan mempersenjatai banyak generasi muda serta memberi kesempatan kepada pemimpin yang lebih tua untuk menjalin hubungan dengan rakyat. Selain itu, Jepang mempolitisasi bangsa Indonesia sampai pada tingkat desa dengan senjata dan dengan menghadapkan Indonesia pada renzim kolonial yang bersifat menindas

  

16

  dan merusak bangsa Indonesia. Pihak Jepang tentu saja bermaksud memanfaatkan rakyat Indonesia untuk mencapai tujuan-tujuan mereka sendiri, akan tetapi rakyat Indonesia lebih dulu mengambil keuntungan

  17 dari Jepang.

  Jepang mulai menyadari akan kalah dalam perang dan kehilangan kendali atas kekuatan rakyat Indonesia, terjadilan perlawan-perlawan serius antara Jepang dan Indonesia pada bulan Februari 1944. Di tahun yang sama Negara Jepang mendapat serangan bom dari pasukan sekutu,

  18

  hal ini adalah titik awal kekalahan Jepang. Pihak Jepang meminta 16 bantuan kepada rakyat Indonesia untuk mempertahankan benteng

  M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, Cet. I (Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi, 2008), hlm. 421. 17 18 Ibid , hlm. 436.

  Ibid, hlm. 436-437. pertahanan Jepang. Sebagai tanda terimakasih Jepang terhdap Indoneisa,

  19 Jepang menjanjikan kemerdekaan bagi Indonesia.

  Kemudian pihak Jepang terancam kehilangan kekuasaan karena pihak Sekutu berhasil menguasai Jepang. Dan pada bulan Juli 1945 Jepang menyerah tanpa syarat, Jepang tidak dapat lagi memikirkan kemenangan ataupun mempertahankan wilayah-wilayah kekuasaannya. Tujuan Indonesia selanjutnya adalah mebentuk sebuah Negara yang merdeka dalam mencegah berkuasanya kembali Belanda. Jatuhnya bom atom di Hirosima dan Nagasaki pada bulan Agustus 1945 mempercepat penyerahan Jepang kepada Sekutu. Tepatnya ada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat. Dan kemudian tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno memproklamirkan kemerdekaan

  20 bangsa Indonesia.

  Meskipun bangsa Indonesia secara kedaulatan sudah merdeka pada 17 Agustus 1945, namun pemerintahan Indonesia masih

  21

  menghadapi penjajah dan berbagai masalah. Di sisi lain berita tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia belum diketahui oleh rakyat Indonesia yang berada di wilayah terpencil. Mereka baru mengetahui pada bulan September 1945. Namun sesudah hal itu diketahui, timbullah

  22

  masalah kesetiaan. Keempat penguasa kerajaan yang ada di Jawa Tengah menyatakan dukungan mereka terhadap Republik Indonesia,

  23 akan tetapi raja-raja di luar Jawa tidak tertarik kepada Revolusi.

  Di Indonesia “revolusi” mempunyai makna yang khas, kondisi politik, social ekonomis, kebudayaan menyebabkan pengertian revolusi 19 20 Ibid, hlm 438. 21 Ibid, hlm. 443-444.

  Dahana dkk, Indonesia dalam Arus Sejarah Pasca Revolusi, (PT Ichtiar Baruvan Hoeve), hlm. 241. 22 Keempat Kerajaan yang ada di Jawa Tengah antara lain: Kesunanan Surakrta,

Mangkunegaran, Kesultanan, dan Pakualaman Yogyakarta. Lihat. http://aminhidayatcenter.blogspot.com/2013/03/dukungan-terhadap-proklamasi.html 23 M.C Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, hlm. 450 itu erat hubungannya dengan kemerdekaan. Tiada kemerdekaan tanpa

  24

  revolusi, dan tiada revolusi tanpa kemerdekaan. Di Indonesia sendiri,

  25

  revolusi memang terjadi suatu perubahan yang fundamentil dan dalam waktu yang singkat. Setelah kemerdekaan diproklamirkan pada tanggal

  17 Agustus 1945, bangsa Indonesia merasa tidak akan pernah terjadi peperangan yang terus bergejolak terhadap Negara Indonesia. Akan tetapi, kemerdekaan yang dicapai bangsa Indonesia tidak secara mulus diterima, bahkan Belanda menyatakan bahwa kemerdekaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia adalah tidak sah. Alasan Belanda menyatakan bahwa kemerdekaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia tidak sah adalah dengan merebut kembali. Akibat dari hal itu terjadilah peperangan diantara kedua Negara. Masa perang kemerdekaan ini berlangsung dari tahun 1945-1949. Pada akhir 1949 Belanda dengan resmi mengakui

  26

  kedaulatan bangsa Indonesia. Sejalan dengan itu peristiwa revolusi yang terjadi di Indonesia peristiwa lainya juga ditandai dengan peristiwa kembalinya Belanda bersama Sekutu, pertempuran Ambarawa, berpindahan ibukota ke Yogyakarta, perjanjian linggarjati, konferensio meja bundar dan lain sebagainya.

B. Kondisi Parakan Temanggung Pada Masa Revolusi (1945-1949)

  Kabupaten Temanggung termasuk ke dalam wilayah Karesidenan Kedu bersama dengan Kabupten Magelang yang mana sebelumnya merupakan bagian dari Pemerintah Kerajaan Mataram. Ketika pada tanggal 13 Februari 1755 sesuai dengan Perjanjian Giyanti, Mataram pecah ke dalam wilayah Kesultanan Yogyakarta dan Kesunaanan

  27 Surakarta, wilayah Kedu masuk dalam wilayah Kesultanan Yogyakarta. 24 Nyoman Dekker, Sejarah Revolusi Nasional, Cet. I (Jakarta: Balai Pustaka, 1980), hlm. 14 25 Artinya perubahan dari bangsa yang terjajah beralih menjadi bangsa yang merdeka.

  Lihat. Nyoman dekker, hlm. 15. 26 27 Ibid, hlm. 15.

  Kabupaten Magelang dari Masa ke Masa (tidak dipublikasikan). Setelah tahun 1901 bergabunglah Kabupaten Bagelan, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Purworejo, dan Kabupaten Kebumen. Pemerintahan daerah Temanggung menjadi kabupaten kedua di Karesidenan Kedu setelah sebelumnya muncul Kabupaten Magelang

  28 pada tahun 1818.

  Pada saat Raffles memimpin di Jawa, Karesidenan Kedu (Magelang-Temanggung) berpenduduk sekitar 300.000 jiwa. Residen membawahi para bupati dan para demang. Karesidenan Kedu terdapat 10 demang, 42 pembantu demang dan sekitar 2800 dusun. Baru pada tahun 1820 setelah Jawa kembali ke pemerintahan kolonial hindia Belanda, sebutan demang dibakukan menjadi wedana yang memimpin wilayah distrik, sedangkan pembantu demang menjadi asisten Wedana dengan

  29 daerah kekuasaan yang disebut Onderdistrick.

  Temanggung sendiri sebagai Kabupaten memiliki beberapa distrik, Distrik Jetis, Kedu, Lempuyang, Prapak (Kranggan), Sumowono.

  onderdistricten

  Distrik-distrik tersebut membawahi sejumlah (kecamatan) yaitu Temanggung, Kemirirejo, Tembarak, Parakan, Kedu, Ngadirejo, Medayu, Muntung, Jumo, Bejen, Tretep, Pringsurat, Pingit,

  30 Prapak (Kranggan), Muncar, Tlogopucang, dan Sumowono. Dari

  beberapa wilayah kecamatan yang paling banyak menjadi basis kolonial terdapat di daerah wilayah Parakan.

  Parakan merupakan salah satu kecamatan di bawah Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan ini terletak di 28 ketinggian 760 m dari permukaan laut dan di tengah-tengah lereng

  

BPS Temanggung dan Bagian Kesra Sekretaris Daerah Temanggung, Profil Statistik

dan Indikator Gender Kabupaten Temanggung (Temanggung:BUMD Aneka Usaha, 2005),

hlm. 6. 29 Djuliati Saroyo, Eksploitasi Kolonial Abad XIV: Kerja Wajib Karesidenan Kedu 1800- 1890 , (Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia, 2000), hlm. 213-214. 30 Delta Lindina Putri,

  Skirpsi “Kebijakan wajib pajak di Temanggung Ken Masa Pendudukan Jepang 1942- 1945”, (Surakarta : Universitas Sebelas Maret, 2014), hlm. 20. Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro. Luas wilayah kecamatan Parakan sekitar kurang lebih 51,96 , yang dibagi menjadi 36 desa. Mayoritas masyarakat Parakan berprofesi sebagai petani, karena daerah persawahan dan perkebunan di Parakan subur. Kecamatan Parakan dibagi menjadi dua wilayah yaitu, wilayah Parakan Kulon atau disebut juga Kauman, dan Parakan Wetan. Mayoritas masyarakat Parakan beragama Islam sebab di daerah Parakan terdapat banyak masjid dan pondok pesantren selain itu, di daerah Parakan juga banyak berdiam para Kyai dan banyak

  

31

santri terutama di wilayah Kauman.

  Sekitar tahun 1925 Parakan mulai ada pondok pesantren. Rakyat Parakan sendiri sebagian besar merupakan santri, mereka nyatri di pondok pesantren di daerah Parakan maupun di luar Parakan. Hal ini membuktikan bahwa Parakan pada waktu itu sudah menjadi pusat Islam

  32

  di Kabupaten Temangung. Selain itu ada juga wihara, gereja dan klenteng yang membuktikan ekstensi pemeluk agama lain di wilayah ini,

  33 namun toleransi antar umat beragama di Parakan sangat tinggi.

  Pada tanggal 8 Desember 1941 pasukan Jepang menyerang Pearl Harbour, pusat pertahanan Amerika Serikat di Pasifik. Selama enam bulam sejak jatuhnya Pearl Harbour, Jepang melakukan gerakan ofensif.

  Sejak saat itu pula serangan diarahkan ke Indonesia untuk melumpuhkan pasukan Hindia Belanda. Pada bulan Januari 1942 terjadi pertempuran di

  34 laut Jawa yang membawa keunggulan armada Jepang.

  Pada tanggal 1 Maret 1942 pasukan Jepang di bawah panglima tertinggi, Letnan Jendral Imamura Hitsoji memasuki di Teluk Banten,

31 Ahmad Adaby Darban,

  32

“Sejarah Bambu Runcing”, hlm. 5.

  Nur Laela, “ Skripsi: Perjuangan Rakyat Parakan-Temanggung dalam Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia (1945- 33 146)”, hlm. 40.

  Ahmad Adaby Darban, 34 “Sejarah Bambu Runcing”, tidak di publikasikan, hlm. 6.

  Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional, dari Budi Utomo sampai Proklamasi 1908- 1945 , Cet. II (Yogyakarta: Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI, 2001), hlm.118.

  35 Eretan Wetan, dan Kragan (Rembang). Dari catatan tersebut

  pendudukan Jepang secara cepat meluas hingga daerah pelosok desa-desa di Jawa. Sebelum Jawa diduduki oleh pemerintahan Jepang, Jawa diduduki oleh pemerintahan Hindia Belanda yang pada saat kepemimpinan Raffles. Tetapi kekalahan Hindia Belanda dirasa pada saat tentara Hindia Belanda mengumumkan menyerah tanpa syarat kepada angkatan perang Jepang yang ditandai dengan adanya Perjanjian Kalijati pada tanggal 8 Maret 1942.

  Setelah adanya perjanjian Kalijati dengan dibarengi kekalahan tentara Hindia Belanda, perjanjian Kalijati memberikan perubahan warna yang besar bagi pemerintahan Jepang, karena sebelum Jepang memasuki wilayah Indonesia, Indonesia menggunakan system pemerinthan sipil. Akan tetapi setelah pendudukan Jepang mulai, Indonesia terbagi menjadi tiga wilayah pemerintahan militer. Antara lain pemerintahan tersebut adalah: 1.

  Jawa dan Madura diletakkan di bawah angkatan darat XVI dengan berpusat di Jakarta.

  2. Kalimantan dan Indonesia Timur diletakkan di bawah angkatan Laut Armada elatan II.

  3. Sumatra diletakkan di bawah angkatan darat XXV dengan

  36 berpusat di Bukittinggi.

Dokumen yang terkait

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERIBADAH SISWA TAHUN PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERILAKU SISWADI SD NEGERI KALIBENING SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PERILAKU KALIBENING SALATIGA - Test Repository

0 2 118

PERAN SOSIAL-POLITIK PRIYAYI MODERN DI SURABAYA PADA TAHUN 1900-1940 Repository - UNAIR REPOSITORY

0 2 137

PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PEMBIASAAN BERAGAMA DAN BERBUDI PEKERTI SISWA DI SMP NEGERI 3 SALATIGA TAHUN 2014/2015 - Test Repository

0 0 134

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK PRIBADI MUSLIM SISWA SMP AL-MAS’UDIYYAH BANDUNGAN, KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 - Test Repository

0 1 110

PERAN MGMP DAN SUPERVISOR BAGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI SMA/SMK KOTA SALATIGA - Test Repository

0 0 122

PERAN KOMITE SEKOLAH TERHADAP PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI MADRASAH TSANAWIYAH NURUL HUDA SEPAKUNG KECAMATAN BANYUBIRUKABUPATENSEMARANG TAHUN 2015 - Test Repository

0 0 120

PERKEMBANGAN DAN PERAN MUHAMMADIYAH DI SALATIGA TAHUN 2000-2015 - Test Repository

0 0 97

PERAN SENTRA PERSIAPAN DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN MATEMATIS LOGIS PADA ANAK KELOMPOK A DI RA MASITHOH KEBUMEN KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - Test Repository

0 1 123

PERAN LEMBAGA WIDYO BUDOYO DALAM PELESTARIAN WARISAN BUDAYA ISLAM JAWA DI KERATON YOGYAKARTA TAHUN 1941-1989 - Test Repository

0 0 120

PERAN METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PAI PADA PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA KELAS VIII SMPN 05 SALATIGA TAHUN AJARAN 2016/2017 - Test Repository

0 1 121