BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga - MUHAMAD ADI P, BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga

  1. Pengertian Keluarga Menurut Friedman (2010), keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari keluarga. Menurut Depkes RI dikutip dari Ali (2010), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung.

  Menurut BKKBN (1999) dalam Sudiharto (2007) keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dam materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.Dari keempat definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih yang memiliki peran masing-masing dengan adanya ikatan perkawinan atau pertalian darah yang berinteraksi satu sama lain untuk mempertahankan suatu budaya.

  8

  2. Fungsi Keluarga Menurut Friedman (2010) keluarga memiliki fungsi sebagai berikut:

  a. Fungsi Afektif Fungsi ini berhubungan dengan fungsi

  • – fungsi internal keluarga, perlindungan dan dukungan psikososial bagi para anggotanya. Keluarga melaksanakan tugas
  • – tugas yang menunjang
  • >– pertumbuhan yang sehat bagi para anggotanya mulai dari tahun tahun awal kehidupan individu dan terus berkembang sepanjang hidupnya. Pemenuhan fungsi afektif ini merupakan basis sentral bagi pembentukan dan kelanjutan dari keluarga. Komponen fungsi afektif diantaranya adalah memelihara saling asuh, saling menghormati, pengertian dan identifikasi. Dengan terpenuhinya fungsi ini, maka keluarga akan menjalankan tujuan
  • – tujuan psikososial yang utama, yaitu membentuk s
  • – sifat kemanusiaan dalam diri mereka, stabilisasi kepribadian dan tingkah laku kemampuan menjalin hubungan secara lebih akrab.

  b. Fungsi Sosialisasi Sosialisasi dimulai dari pada saat lahir dan hanya diakhiri dengan kematian. Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, dimana individu secara terus menerus mengubah perilaku mereka sebagai respon terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka alami. c. Fungsi Reproduksi Untuk menjaga kelangsungan generasi dan juga untuk keberlangsungan hidup masyarakat.

  d. Fungsi Ekonomis Dalam fungsi ini keluarga harus mampu untuk mengadakan sumber

  • – sumber ekonomi yang memadai bagi kehidupan seluruh anggotanya, serta dapat mengalokasikan sumber
  • – sumber tersebut secara efektif.

  e. Fungsi Perawatan Kesehatan Dalam fungsi ini termasuk didalamnya kebutuhan

  • – kebutuhan fisik : makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Keluarga merupakan sistem dasar dimana perilaku sehat dan perawatan kesehatan diatur, dilaksanakan, dan diamalkan. Keluarga memberikan perawatan kesehatan yang yang bersifat preventif dan bersama
  • – sama merawat anggota keluarga yang sakit. Tugas kesehatan keluarga adalah :

  1. Mengenal masalah kesehatan Perubahan sekecil apapun yang dialami keluarga secaratidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila adanya perubahan perlu segera dicatat perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya.

  2. Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

  Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai keadaan keluarga dengan pertimbangan siapa diantara anggota keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan.

  3. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan pertolongan pertama atau ke pelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjut.

  4. Memodifikasi / memelihara lingkungan yang sehat

  5. Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan Lebih jauh, keluarga mempunyai tanggung jawab utama untuk memulai dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh para professional perawat kesehatan.

  3. Tipe dan Bentuk Keluarga Beberapa tipe keluarga menurut Muwarni (2007), antara lain sebagai berikut: a. Tipe Keluarga Tradisional

  1) Nuclear Family (keluarga inti) adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.

  2) Extended Family (keluarga besar) adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara misalnya kakek, nenek, paman, keponakan atau saudara sepupu. 3) Serial Family (keluarga berantai) adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti. 4) Single Family (keluarga dudu/janda) adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.

  5) Composite Family (keluarga berkomposisi) adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.

  6) Cohabitation Family (keluarga kabitas) adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.

  b. Tipe Keluarga Non Tradisional 1) Commune Family adalah lebih dari satu keluarga tanpa ikatan darah yang hidup dalam satu rumah.

  2) Orang tua (suami-istri) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup dalam satu rumah.

  3) Homseksual adalah yaitu dua individu sejenis yang hidup dalam satu rumah.

  4. Tahap Perkembangan Keluarga Menurut Santun dan Dermawan (2008), tahap perkembangan keluarga terdiri dari: a. Pasangan pemula atau pasangan baru menikah Tahapan ini dimulai saat dua insan mengikat janji melalui pernikahan dengan landasan cinta dan kasih sayang. Tugas pada tahapan ini adalah saling memuaskan antar pasangan, beradaptasi dengan keluarga besar dari maisng-masing pihak, merencanakan dengan matang jumlah anak, dan memperjelas masing-masing peran pasangan.

  b. Keluarga dengan kelahiran anak pertama Tahap ini dimulai saat ibu hamil dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan. Tugas keluarga pada tahap ini antara lain mempersiapkan biaya persalinan, mempersiapkan mental calon orang tua dan mempersiapkan kebutuhan anak. Apabila anak sudah lahir tugas keluarga antara lain memberikan ASI sebagai kebutuhan utama bayi, mensosialisasikan kepada keluarga besar tentang kehadiran anggota keluarga yang baru, memberikan kasih sayang serta mempererat hubungan dalam rangka memuaskan pasangan.

  c. Keluarga dengan anak pra sekolah Dimulai saat anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. Tugas yang dimiliki keluarga dengan anak pra sekolah diantaranya menanamkan nilai dan norma kehidupan, memenuhi kebutuhan bermain anak, membantu anak dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, menanamkan tanggung jawab kepada anak, memperhatikan dan memberikan stimulus bagi pertumbuhan dan perkembangan anak pra sekolah.

  d. Keluarga dengan anak usia sekolah Dimulai saat anak usia 6 tahun dan berakhir saat anak berusia 12 tahun. Tugas yang dimiliki keluarga antara lain memenuhi kebutuhan sekolah anak, membantu anak dalam bersosialisasi lebih luas dengan lingkungan sekitar.

  e. Keluarga dengan anak remaja Dimulai saat anak berusia 13 tahun dan berakhir saat anak berusia 20 tahun. Pada tahap ini sering ditemukan perbedaan pendapat antara orang tua dengan anak. Pada tahap ini tugas keluarga adalah memberikan perhatian lebih kepada anak, bersama-sama mendiskusikan tentang rencana sekolah atau kegiatan diluar sekolah, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi dua arah.

  f. Keluarga dengan melepas anak ke masyarakat Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda yang ditandai olehanak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan “rumahkosong”, ketika anak terakhir meninggalkan rumah.

  Tahap ini dapat singkat atauagak panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang belum menikah yangmasih tinggal di rumah.

  Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapandari dan oleh anak-anak untuk kehidupan dewasa yang mandiri. g. Keluarga dengan tahapan berdua kembali Tugas keluarga setelah ditinggal pergi anak-anaknya untuk memulai kehidupan baru antara lain menjaga keintiman pasangan, merencanakan kegiatan yang akan datang, menjaga komunikasi dengan anak, serta mempertahankan kesehatan masing-masing.

  h. Keluarga dengan masa tua Masa tua bisa dihinggapi perasaan kesepian, tidak berdaya, sehingga tugas keluarga pada tahap ini adalah saling memberi perhatian, memperhatikan kesehatan masing-masing, serta merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua.

  5. Struktur dan Peran Keluarga

  a. Peran Ayah Ayah sebagai suami dari istri berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

  b. Peran Ibu Sebagi istri dan ibi dari anak-anaknya, ibu mempunyai peran untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak- anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosial serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya c. Peran Anak Anak melaksanakan peran psiko sosialnya sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial maupun spiritual.

  6. Proses dan koping keluarga

  a. Stresor yang dialami oleh keluarga yang berkaitan dengan ekonomi dan sosial, apakah keluarga ini bisa memastikan lamanya dan kekuatan dari stresor yang dialami oleh keluarga, apakah keluarga mampu menghadapi stresor tersebut dan ketegangan setiap harinya.

  b. Apakah keluarga mampu bertindak berdasarkan penelitian yang objektif dan realistis terhadap situasi yang mendukung stress.

  c. Bagaimana keluarga bereaksi terhadap situasi yang mendukung stress, strategi koping bagaimana tindakan yang diambil oleh keluarga, apakah setiap anggota keluarga memiliki koping yang berbeda-beda dalam cara menghadapi stress.

B. Konsep Arthritis Gout

  1. Pengertian Gout adalah jenis radang sendi/arthritis yang disebabkan oleh penumpukan kristal asam urat pada sendi. Asam urat merupakan produk pemecahan dari purin yang merupakan bagian dari makanan yang kita makan. Kelainan dalam menangani asam urat dan kristalisasi dari senyawa ini dalam sendi dapat menyebabkan serangan radang sendi yang menyakitkan.

  Menurut Mutia Sari (2010) asam urat merupakan akibat tingginya kadar asam urat di tubuh. Silvia S (2009) berpendapat bahwa asam urat adalah asam yang berbentuk kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk turunan nukeloprotein) yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel-sel tubuh.Sedangkan Khomsan (2008) mengatakan asam urat ialah terjadinya penumpukan kristal asam urat pada daerah persendian. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan asam urat merupakan bagian metabolisme purin. Dalam keadaan normal dan jika tidak berlangsung normal asam urat akan menumpuk dalam jaringan tubuh. Akibatnya, terjadi penumpukan kristal asam urat pada daerah persendian sehingga menimbulkan rasa sakit yang luar biasa.

  2. Etiologi Faktor-faktor yang berpengaruh sebagai penyebab gout antara lain:

  a. Faktor keturunan dengan adanya riwayat gout dalam silsilah keluarga.

  b. Meningkatnya kadar asam urat karena diet tinggi protein dan makanan kaya senyawa purin lainnya. Purin adalah senyawa yang akan dirombak menjadi asam urat dalam tubuh.

  c. Konsumsi alkohol berlebih, karena alkohol merupakan salah satu sumber purin yang juga dapat menghambat pembuangan urin melalui ginjal. d. Hambatan dari pembuangan asam urat karena penyakit tertentu, terutama gangguan ginjal. Pasien disarankan meminum cairan dalam jumlah banyak . minum air sebanyak 2 liter atau lebih tiap harinya membantu pembuangan urat, dan meminimalkan pengendapan urat dalam saluran kemih.

  e. Penggunaan obat tertentu yang meningkatkan kadar asam urat, terutama diuretika (furosemid dan hidroklorotiazida).

  f. Penggunaan antibiotika berlebihan yang menyebabkan berkembangnya jamur, bakteri dan virus yang lebih ganas.

  g. Penyakit tertentu dalam darah ( anemia kronis ) yang menyebabkan terjadinya gangguan metabolism tubuh, missal berupa gejala polisitomia dan leukemia.

  h. Faktor lain seperti stress, diet ketat, cidera sendi, darah tinggi dan olahraga berlebihan.

  3. Patofisiologi Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah. Mekanisme serangan gout akut berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan.

  a. Presipitasi kristal monosodium urat Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan para- artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan negatif akan dibungkus (coate) oleh berbagai macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap pembentukan kristal.

  b. Respon leukosit polimorfonukuler (PMN) Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.

  c. Fagositosis Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya membram vakuala disekeliling kristal bersatu dan membram leukositik lisosom.

  d. Kerusakan lisosom Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan hidrogen antara permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini menyebabkan robekan membram dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam sitoplasma.

  e. Kerusakan sel Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan.

  Awitan (onset) serangan gout akut berhubungan dengan perubahan kadar asam urat serum, meninggi ataupun menurun. Pada kadar urat serum yang stabil, jarang mendapat serangan. Pengobatan dini dengan alopurinol yang menurunkan kadar urat serum dapat mempresipitasi serangan gout akut. Pemakaian alkohol berat pada pasien gout dapat menimbulkan fluktuasi konsentrasi urat serum. Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan Kristal monosodium urat dari depositnya dalam tofi (crystals shedding). Pada beberapa pasien gout atau yang dengan hiperurisemia asimptomatik Kristal urat ditemukan pada sendi metatarsofalangeal dan lutut yang sebelumnya tidak pernah mendapat serangan akut. Dengan demikian, gout seperti juga pseudogout, dapat timbul pada keadaan asimptomatik. Terdapat peranan temperature, pH, dan kelarutan urat untuk timbul seranga gout akut. Menurunnya kelarutan sodium urat pada temperature lebih rendah pada sendi perifer seperti kaki dan tangan, dapat menjelaskan mengapa Kristal MSU diendapkan pada kedua tempat tersebut.

  Predileksi untuk pengendapan Kristal MSU pada metatarsofalangeal- 1 (MTP-1) berhubungan juga dengan trauma ringan yang berulang- ulang pada daerah tersebut. Peradangan atau inflamasi merupakan reaksi penting pada arthritis gout terutama pada gout akut. Reaksi inni merupakan reaksi pertahanan tubuh non spesifik untuk menghindari kerusakan jaringan akibat agen penyebab. Peradangan pada arthritis gout akut adalah akibat penumpukan agen penyebab yaitu Kristal monosodium urat pada sendi. Mekanisme peradangan ini belum diketahui secara pasti. Hal ini diduga oleh peranan mediator kimia dan selular. Pengeluaran berbagai mediator peradangan akibat aktivasi melalui berbagai jalur, antara lain aktivitas komplemen (C) dan selular.

  4. Tanda dan Gejala Menurut Mutia Sari (2010 : 33) biasanya asam urat mengenai sendi ibu jari, tetapi bisa juga pada tumit, pergelangan kaki dan tangan atau siku. Kebanyakan asamurat muncul sebagai serangan kambuhan. Penyakit ini timbul dari kondisi hiperurikemi, yaitu keadaan di mana kadar asam urat dalam darah di atas normal.

  Kadar asam urat normal pada pria berkisar 3,5 - 7 mg/dL, sedangkan pada wanita 2,6 - 6 mg/dL. Serangan asam urat biasanya timbul secara mendadak/akut, kebanyakan menyerang pada malam hari. Jika asam urat menyerang, sendi-sendi yang terserang tampak merah, mengkilat, bengkak, kulit diatasnya terasa panas disertai rasa nyeri yang sangat hebat, dan persendian sulit digerakan. Serangan pertama asam urat pada umumnya berupa serangan akut yang terjadi pada pangkal ibu jari kaki, danseringkali hanya satu sendi yang diserang.

  Namun, gejala-gejala tersebut dapat juga terjadi pada sendi lain seperti pada tumit, lutut, siku dan lain-lain.

  Asam urat yang berlebih kemudian akan terkumpul pada persendian sehingga menyebabkan rasa nyeri atau bengkak. Kadang-kadang, kita pun sering merasa nyeri atau pegal-pegal dan sejenisnya. Anda bisa memastikan apakah Anda terkena asam urat atau tidak dengan cara mengetahui gejala-gejala asam urat. Adapun gejala-gejalanya, yaitu: a. Kesemutan dan linu.

  b. Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur.

  c. Sendi yang terkena asam urat akan terlihat bengkak, kemerahan, panas, dan nyeri luar biasa pada malam dan pagi.

  d. Terasa nyeri pada sendi terjadi berulang-ulang kali.

  e. Yang diserang biasanya sendi jari kaki, jari tangan, dengkul, tumit, pergelangan tangan serta siku.

  f. Pada kejadian kasus yang parah, persendian terasa sangat sakit saat akan bergerak

  5. Penatalaksanaan Umum Tujuan : untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah serangan berulang, dan pencegahan komplikasi (Mutia Sari, 2010) a. Sendi diistirahatkan (imobilisasi pasien)

  b. Kompres hangat

  c. Diet rendah purin dan rendah lemak

  d. Terapi farmakologi (Analgesic dan antipiretik)

  e. Diet tinggi karbohidrate

  f. Perbanyak asupan cairan

  g. Kompres jahe

  6. Pathways

  Gambar II.1 Pathway Artritis Gout Reaksi Faktor R dgn antibodi, faktor metabolik, infeksi dengan kecenderungan virus

  Reaksi Peradangan Sinovial menebal Pannus Nodul Deformitas sendi Gangguan body image Nyeri

  Kurang informasi ttg proses penyakit Infiltrasi ke dalam os. subcondria Kurang pengetahuan

  Hambatan nutrisi pada kartilago artikularis Kartilago nekrosis Erosi kartilago

  Adhesi pada permukaan sendi Ankilosis tulang

  Ankilosis fibrosa Kekakuan sendi Gangguan mobilitas fisik Terbatasnya gerak sendi Defisit self care

  Kerusakan kartilago&tulang Tendon & ligamen melemah

  Mudah luksasi&subluksasi Hilangnya kekuatan otot

  Resiko cidera

  1. Mengenal masalah kesehatan

  2. Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat

  3. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit

  4. Memelihara lingkungan yang sehat

  5. Menggunakan fasilitas kesehatan Sumber: Mansjoer (2000), Smeltzer and Bare (2001), Friedman (2010) C.

Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Asam Urat

  1. Pengkajian Pengkajian merupakan data yang perlu dikaji pada proses perawatan keluarga dengan masalah Asam Urat menurut Friedman (2010) meliputi data dasar keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping keluarga dan fungsi perawatan kesehatan.

  a. Data dasar keluarga, data yang perlu dikaji antara lain: nama keluarga, alamat dan nomor telepon, komposisi keluarga, tipe keluarga, latar belakang budaya (etnis), identifikasi religi, status kelas keluarga, aktivitas rekreasi dan waktu senggang keluarga.

  b. Data lingkungan keluarga, data yang perlu dikaji antara lain: karakteristik rumah, karakteristik dan lingkungan sekitar dan komunitas yang lebih besar, mobilitas geografi keluarga, perkumpulan dan interaksi keluarga dengan masyarakat, serta sistem-sistem pendukung keluarga.

  c. Struktur keluarga yang terdiri dari: 1) pola komunikasi keluarga: data yang harus dikaji adalah observasi seluruh anggota keluarga dalam berhubungan satu sama lain, apakah komunikasi dalam keluarga berfungsi atau tidak, seberapa baik setiap anggota keluarga menjadi pendengar, jelas dalam penyampaian, perasaan terhadap komunikasi dan interaksi, apakah keluarga melibatkan emosi atau tidak dalam penyampaian pesan.

  2) Struktur kekuatan keluarga: yang perlu dikaji antara lain: siapa yang mengambil keputusan dalam keluarga, siapa yang mengambil keputusan penting seperti anggaran keluarga, pindah kerja, tempat tinggal, mengatur disiplin dan aktivitas anak serta proses dalam pengambilan keputusan dengan concerisus tawar- menawar dan sebagainya.

  3) Struktur peran keluarga: data yang dapat dikaji dalam peran formal adalah peran dan posisi formal setiap anggota keluarga tidak ada konflik dalam peran, bagaimana perasaan terhadap perannya. Jika dibutuhkan dapatkah peran berlaku fleksibel. Jika ada masalah dalam peran siapa yang mempengaruhi anggota keluarga, siapa yang memberikan mereka penilaian tentang pertumbuhan, pengalaman baru, peran dan tekhnik komunikasi. 4) Peran informal: peran informal dan peran yang tidak jelas apa yang ada di dalam keluarga. Bagaimana anggota keluarga melaksanakan perannya, apakah sudah sesuai posisi keluarga dengan peran yang dilaksanakannya, apabila peran tidak terlaksana tanyakan siapa yang biasanya melaksanakan peran tersebut sebelumnya dan apa pengaruhnya.

  5) Nilai dan budaya, data yang dapat dikaji adalah nilai-nilai yang dominan yang dianut oleh keluarga, nilai keluarga seperti siapa yang berperan dalam mencari nafkah, kemauan dan penguasaan lingkungan, orientasi masa depan, kegemaran-kegemaran keluarga, apakah ada kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dan komunitas yang lebih luas, apakah ada kesesuaian antara nilai- nilai keluarga dan nilai-nilai sub sistem keluarga, bagaimana pentingnya nilai-nilai terhadap keluarga, apakah keluarga menganut nilai-nilai keluarga secara sadar atau tidak, apakah ada konflik nilai yang menonjol dalam keluarga itu sendiri, bagaimana nilai-nilai mempengaruhi kesehatan keluarga.

  d. Fungsi keluarga 1) Fungsi afektif, atau yang dapat dikaji antara lain: pola kebutuhan keluarga dan respon, apakah anggota keluarga merasakan keutuhan individu lain dalam keluarga, apakah orang tua/pasangan mampu menggambarkan kebutuhan persoalan lain dan anggota yang lain, bagaimana sensitifnya anggota keluarga dengan melihat tanda-tanda yang berhubungan dengan perasaan dan kebutuhan orang lain, apakah anggota keluarga mempunyai orang yang dapat dipercayainya saling memperhatikan, sejauh mana anggota keluarga memberikan perhatian satu sama lain, bagaimana mereka sating mendukung, apakah terdapat perasaan akrab dan intim diantara lingkungan hubungan keluarga, sebaik apa hubungan anggota keluarga dengan anggota yang lain, apakah ada kedekatan khusus anggota keluarga dengan anggota keluarga yang lain, keterpisahan dan keterikatan, bagaimana keluarga menanamkan perasaan kebersamaan dengan anggota keluarga, apakah sudah sesuai perpisahan yang terjadi di keluarga dengan tahap perkembangan di keluarga.

  2) Fungsi sosial, data yang perlu dikaji adalah: bagaimana keluarga membesarkan anak dan keluarga dalam area orang: kontrol perilaku, disiplin, penghargaan, hukuman, otonomi dan ketergantungan, memberi dan menerima cinta serta latihan perilaku sesuai dengan usia, siapa yang menerima tanggung jawab.

  3) Fungsi sosialisasi atau peran membesarkan anak/fungsi anak, apakah fungsi tersebut dipikul bersama, bagaimana cara pengaturannya, bagaimana anak-anak dihargai oleh keluarga kebudayaan yang dianut dalam membesarkan anak, apakah keluarga merupakan resiko tinggi mendapat masalah dalam membesarkan anak, faktor resiko apa yang memungkinkan, apakah lingkungan memberikan dukungan dalam perkembangan anak seperti tempat bermain dan istirahat (kamar tidur sendiri).

  4) Fungsi reproduksi, data yang perlu dikaji, berapa jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan jumlah anak, metode apa yang digunakan keluarga dalam pengendalian jumlah anak.

  e. Stress dan koping keluarga hal yang perlu dikaji, stressor jangka pendek dan jangka panjang, kemampuan keluarga berespon dalam masalah, strategi koping yang digunakan, strategi adaptasi difungsional dan pemeriksaan fisik dilakukan secara head to head.

  f. Fungsi perawatan kesehatan dalam melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga, hal yang perlu dikaji meliputi : 1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, data yang perlu dikaji, pengetahuan keluarga tentang masalah kesehatan asam urat yang meliputi pengertian, faktor penyebab, tanda dan gejala dan persepsi keluarga terhadap masalah.

  2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah asam urat, hal yang perlu dikaji adalah kemampuan keluarga tentang pengertian, sifat dan luasnya masalah asam urat, apakah masalah dirasakan keluarga. apakah keluarga pasrah terhadap masalah, apakah keluarga akut dan akibat tindakan penyakitnya, apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan, apakah ada informasi yang salah terhadap tindakan dalam menghadapi masalah.

  3) Untuk mengetahui kemampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan asam urat, data yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakit, bagaimana sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan, bagaimana pengetahuan keluarga tentang fasilitas yang diperlukan untuk perawatan, apakah keluarga mengetahui sumber-sumber yang ada, sikap keluarga terhadap sakit.

  4) Kemampuan keluarga untuk memelihara lingkungan rumah yang sehat, hal yang perlu dikaji adalah pengetahuan keluarga tentang sumber-sumber yang dimiliki keluarga, bagaimana keluarga melihat keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan, sejauh mana keluarga mengetahui pentingnya hygiene sanitasi, keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit, bagaimana sikap atau pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi, sejauh mana kekompakan keluarga.

  5) Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan, hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan, keuntungan-keuntungan dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan atau fasilitas kesehatan, ada pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan, fasilitas kesehatan yang terjangkau oleh keluarga,

  2. Fokus Intervensi Menurut Friedman (2010) dan NANDA (2006), antara lain:

  a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan masalah asam urat.

  Tujuan : setelah dilakukan pertemuan selama 3 kali tatap muka diharapkan masalah mobilitas fisik dapat dimimalkan dengan kriteria hasil : keluarga dan penderita mampu merawat anggota keluarga dengan masalah asam urat.

  1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah asam urat.

  a) Menjelaskan pada keluarga mengenai asam urat.

  b) Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab asam urat.

  c) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan pada keluarga.

  d) Beri reinforcement positif pada keluarga atas jawaban yang benar.

  2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dengan masalah asam urat.

  a) Diskusikan dengan keluarga dalam mengambil keputusan dengan tindakan masalah asam urat.

  b) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan mengenai masalah asam urat.

  c) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan. 3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah asam urat.

  a) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan anggota keluarga dengan masalah asam urat.

  b) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan.

  c) Beri reinforcement jika jawaban benar. 4) Ketidakmampuankeluarga memodifikasilingkungan untuk anggota keluarga dengan masalah asam urat. a) Diskusikan dengan keluarga bagaimana lingkungan yang nyaman bagi penderita asam urat.

  b) Modifikasi lingkungan keluarga untuk penderita asam urat.

  c) Motivasi kembali agar keluarga menerangkan kembali penjelasan yang telah disampaikan.

  5) Ketidakmampuan keluarga menfaatkan fasilitas kesehatan.

  a) Diskusikan dengan keluarga tempat

  • – tempat pelayanan kesehatan yang ada.

  b) Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat pelayanan kesehatan serta menyarankan supaya datang ke pelayanan kesehatan yang ada.

  c) Evaluasi kembali tentang penjelasan yang telah diberikan tentang manfaat fasilitas kesehatan.

  d) Beri reinforcement positif jika jawaban benar

  b. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal anggota keluarga dengan masalah asam urat.

  Tujuan : setelah dilakukan pertemuan selam 3 kali tatap muka diharapkan masalah nyeri akut dapat dimimalkan dengan kriteria hasil : keluarga dan penderita mampu merawat anggota keluarga dengan masalah asam urat.

  1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah asam urat (nyeri akut).

  a) Menjelaskan pada keluarga mengenai asam urat.

  b) Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab asam urat.

  c) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan pada keluarga.

  d) Beri reinforcement positif pada keluarga atas jawaban yang benar.

  2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dengan masalah asam urat (nyeri akut).

  a) Diskusikan dengan keluarga dalam mengambil keputusan dengan tindakan masalah asam urat (nyeri akut).

  b) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan mengai masalah asam urat.

  c) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan. 3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah asam urat (nyeri akut).

  a) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan anggota keluarga dengan masalah asam urat (perubahan perfusi jaringan).

  b) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan.

  c) Beri reinforcement jika jawaban benar.

  4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan untuk anggota keluarga dengan masalah asam urat (nyeri akut).

  a) Diskusikan dengan keluarga bagaimana lingkungan yang nyaman bagi penderita asam urat.

  b) Modifikasi lingkungan keluarga untuk penderita asam urat.

  c) Motivasi kembali agar keluarga menerangkan kembali penjelasan yang telah disampaikan.

  d) Beri reinforcement positif jika jawaban benar. 5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan.

  a) Diskusikan dengan keluarga tempat

  • – tempat pelayanan kesehatan yang ada.

  b) Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat pelayanan kesehatan serta menyarankan supaya datang ke pelayanan kesehatan yang ada.

  c) Evaluasi kembali tentang penjelasan yang telah diberikan tentang manfaat fasilitas kesehatan.

  c. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan asam urat.

  Tujuan : setelah dilakukan pertemuan selam 30 menit tatap muka diharapkan masalah dapat dimimalkan dengan kriteria hasil : keluarga dan penderita mampu mengenal anggota keluarga dengan masalah asam urat.

  1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah asam urat(kurang pengetahuan).

  a) Menjelaskan pada keluarga mengenai asam urat.

  b) Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab asam urat.

  c) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan pada keluarga.

  d) Beri reinforcement positif pada keluarga atas jawaban yang benar.

  2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dengan masalah asam urat (kurang pengetahuan).

  a) Diskusikan dengan keluarga dalam mengambil keputusan dengan tindakan masalah asam urat (kurang pengetahuan).

  b) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan mengenai masalah asam urat.

  c) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan. 3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah asam urat (kurang pengetahuan).

  a) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan anggota keluarga dengan masalah asam urat (kurang pengetahuan).

  b) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan.

  c) Beri reinforcement jika jawaban benar.

  4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan untuk anggota keluarga dengan masalah asam urat (kurang pengetahuan).

  a) Diskusikan dengan keluarga bagaimana lingkungan yang nyaman bagi penderita asam urat.

  b) Modifikasi lingkungan keluarga untuk penderita asam urat.

  c) Motivasi kembali agar keluarga menerangkan kembali penjelasan yang telah disampaikan.

  d) Beri reinforcement positif jika jawaban benar. 5) Ketidakmampuan keluarga menfaatkan fasilitas kesehatan.

  a) Diskusikan dengan keluarga tempat

  • – tempat pelayanan kesehatan yang ada.

  b) Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat pelayanan kesehatan serta menyarankan supaya datang ke pelayanan kesehatan yang ada.

  c) Evaluasi kembali tentang penjelasan yang telah diberikan tentang manfaat fasilitas kesehatan.

  d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah asam urat.

  Tujuan: setelah dilakukan pertemuan selam 3 kali tatap muka diharapkan masalah gangguan kebersihan diri dapat dimimalkan dengan kriteria hasil: keluarga dan penderita mampu merawat anggota keluarga dengan masalah asam urat.

  1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kebersihan diri kurang berhubungan dengan asam urat.

  a) Menjelaskan pada keluarga mengenai kebersihan diri kurang.

  b) Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab kebersihan diri kurang.

  c) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan pada keluarga.

  d) Beri reinforcement positif pada keluarga atas jawaban yang benar.

  2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dengan masalah kebersihan diri kurang.

  a) Diskusikan dengan keluarga dalam mengambil keputusan dengan tindakan masalah kebersihan diri kurang.

  b) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan mengai masalah kebersihan diri kurang.

  c) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan. 3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah kebersihan diri kurang a) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan anggota keluarga dengan masalah kebersihan diri kurang.

  b) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan c) Beri reinforcement jika jawaban benar.

  4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan untuk anggota keluarga dengan masalah kebersihan diri kurang.

  a) Diskusikan dengan keluarga bagaimana lingkungan yang nyaman bagi penderita asam urat.

  b) Modifikasi lingkungan keluarga untuk penderita asam urat.

  c) Motivasi kembali agar keluarga menerangkan kembali penjelasan yang telah disampaikan.

  d) Beri reinforcement positif jika jawaban benar. 5) Ketidakmampuan keluarga menfaatkan fasilitas kesehatan.

  a) Diskusikan dengan keluarga tempat

  • – tempat pelayanan kesehatan yang ada.

  b) Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat pelayanan kesehatan serta menyarankan supaya datang ke pelayanan kesehatan yang ada.

  c) Evaluasi kembali tentang penjelasan yang telah diberikan tentang manfaat fasilitas kesehatan.

  d) Beri reinforcement positif jika jawaban benar