BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Evaluasi Pembelajaran a. Evaluasi - PENGEMBANGAN ALAT EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG MENGGUNAKAN ANDROID DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION S (STAD) UNTU

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Evaluasi Pembelajaran a. Evaluasi Arikunto (1999: 3) menyatakan bahwa kata evaluation ini

  dengan Bahasa Indonesia evaluasi memiliki arti menilai (tetapi dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu). Evaluasi dilakukan melalui dua tahap yaitu mengukur dan menilai.

  Evaluasi berdasarkan pengertian dari ahli di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi berupa umpan balik untuk melengkapi materi yang belum dapat maksimal dipelajari. Evaluasi sebagai acuan untuk melangkah ke tujuan yang ingin dicapai berikutnya.

b. Pembelajaran

  Slameto (2010: 2) menyatakan bahwa pembelajaran berasal dari kata belajar, belajar secara psikologis dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

  Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila

  8 didalam dirinya telah terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya.

  Proses pembelajaran dalam dunia pendidikan sangat mempengaruhi hasil yang menjadi tujuan seorang pendidik. Melalui proses pembelajaran diharapkan bisa menciptakan pengetahuan yang bisa dimanfaatkan oleh manusia.

  Pengertian pembelajaran jika melihat dari para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan aktivitas yang nyata serta sadar yang dilakukan oleh individu dengan berinteraksi dengan lingkungannya dimana nantinya akan mendapatkan hasil atau perubahan tingkah laku.

c. Evaluasi Pembelajaran

  Groundlund (1985) (Ali Hamzah, 2014: 12), menyatakan bahwa kata evaluasi yang dalam istilah evaluation adalah suatu proes yang sistimatis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan program telah dicapai. Evaluasi dilakukan dengan memperhatikan tujuan utama yang akan dicapai.

  Evaluasi pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dan menjadi komponen wajib dilakukan oleh guru dalam melakukan pembelajaran. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai materi, dengan demikian evaluasi dapat dijadikan sebagai kontrol oleh guru. Evaluasi merupakan proses untuk menganalisis seberapa kemampuan yang sudah kita miliki dan sebagaimana kita dekat dengan tujuan yang sudah diharapkan.

d. Fungsi Evaluasi Pembelajaran

  Berangkat dari pemberian instrumen jenis tes sebagai suatu alat pengukur dan untuk melakukan penilaian maka fungsi evaluasi dengan tes ini menurut Ali Hamzah (2014: 56-57) adalah penempatan, formatif, diagnostik, sumatif, disamping itu, fungsi evaluasi adalah sebagai proes selektif. Selektif adalah evaluasi dalam bentuk tes matematika berfungsi menyeleksi antara siswa yang pintar, kurang pintar, dan kepintaranya diatas rata-rata. Diagnostik adalah pemeriksaan terhadap suatu hal. Guru sebelum memberikan pembelajaran/remidi perlu terlebih dahulu mencari penyebab kesulitan belajar siswanya dengan istilah mendiagnosis.

  Fungsi evaluasi memang cukup luas, bergantung dari sudut mana kita melihatnya. Fungsi evaluasi menurut Zaenal Arifin (2011:

  16

  • –18) adalah sebagai berikut : 1) Secara psikologis, siswa selalu butuh untuk mengetahui sejauh mana kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Siswa merupakan manusia yang belum dewasa. Siswa masih mempunyai sikap dan moral yang heteronom, membutuhkan pendapat orang-orang dewasa (seperti orang tua dan guru) sebagai pedoman baginya untuk mengadakan orientasi pada situasi tertentu, menentukan sikap dan tingkah lakunya, mereka pada umumnya tidak
berpegang kepada pedoman yang berasal dari dalam dirinya, melainkan mengacu kepada norma-norma yang berasal dari luar dirinya. Pembelajaran mereka perlu mengetahui prestasi belajarnya sehingga ia merasakan kepuasan dan ketenangan. Guru melakukan evaluasi pembelajaran, termasuk penilaian prestasi belajar siswa. 2) Secara sosiologis, evaluasi berfungsi untuk mengetahui apakah siswa sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat. Siswa mampu dalam arti bahwa mereka dapat berkomunikasi dan beradaptasi terhadap seluruh lapisan masyarakat dengan segala karakteristiknya.

  Siswa diharapkan dapat membina mengembangkan semua potensi yang ada dalam masyarakat, hal ini penting karena mampu-tidaknya siswa terjun kemasyarakat akan memberikan ukuran tersendiri terhadap institusi pendidikan yang bersangkutan. Implikasinya adalah bahwa kurikulum dan pembelajaran harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

  3) Secara didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan siswa pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya masing-masing serta membantu guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajarannya.

  4) Evaluasi berfungsi untuk mengetahui kedudukan siswa dalam kelompok, mereka termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang pandai, hal ini berhubungan bengan sikap dan tanggung jawab orang tua sebagai pendidik pertama dan utama di lingkungan keluarga.

  Orang tua perlu mengetahui kemajuan anak-anaknya untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.

  5) Evaluasi berfungsi untuk mengetahui taraf kesiapan siswa dalam menempuh program pendidikannya, jika siswa sudah diangap siap (fisik dan non fisik), maka program pendidikan dapat dilaksanakan, sebaliknya jika siswa belum siap, maka hendaknya program pendidikan tersebut jangan dulu diberikan, karena akan mengakibatkan hasil yang kurang memuaskan.

  6) Evaluasi berfungsi membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi, baik dalam rangka menentukan jenis pendidikan, jurusan, maupun kenaikan kelas, melalui evaluasi kita dapat mengetahui potensi siswa sehingga kitapun dapat memberikan bimbingan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, begitu juga tentang kenaikan kelas, jika siswa belum menguasai kompetensi yang ditentukan, maka siswa tersebut jangan dinaikan ke kelas berikutnya atau yang lebih tinggi. Kegagalan ini merupakan hasil keputusan evaluasi, karena itu guru perlu mengadakan bimbingan yang lebih profesional.

  7) Secara administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang kemajuan siswa kepada orang tua, pejabat pemerintah yang berwenang, kepala sekolah, guru-guru dan siswa itu sendiri. Hasil evaluasi dapat memberikan gambaran secara umum tentang semua hasil usaha yang dilakukan oleh institusi pendidikan.

  Berdasarkan penjelasan di atas, maka fungsi evaluasi pembelajaran menurut Zaenal Arifin (2011: 18 – 20) adalah untuk perbaikan dan pengembangan sistem pembelajaran., sebagaimana kita ketahui bahwa pembelajaran sebagai suatu sistem memiliki berbagai komponen, seperti tujuan, materi, metoda, media, sumber belajar, lingkungan, guru dan peserta. Perbaikan dan pengembangan pembelajaran bukan hanya terhadap proses dan hasil belajar melainkan harus diarahkan pada semua komponen pembelajaran tersebut.

  Fungsi penilaian menurut Arikunto (1999: 10

  • –11) ada beberapa hal : 1) Penilaian berfungsi selektif

  Guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai berbagai tujuan, antara lain: a) Untuk memilih siswa yang dapat diterima disekolah tertentu.

  b) Untuk memilih siswa yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya.

  c) Untuk memilih siswa yang dapat beasiswa.

  d) Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah dan sebagainya.

  2) Penilaian berfungsi diagnostik Alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Pengadaan penilaian ini sebenarnya guru mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya, dengan diketahuinya sebeb-sebab kelemahan ini, akan lebih mudah dicari cara untuk mengatasi.

  3) Penilaian berfungsi sebagai penempatan Sistem baru yang kini banyak dipopulerkan di negara barat, adalah sistem belajar sendiri. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan cara mempelajari sebuah paket belajar, baik itu berbentuk modul maupun paket belajar, yang lain, sebagai alasan dari timbulnya sistem ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadap kemampuan individual. Siswa sejak lahirnya telah membawa bakat sendiri-sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada.

  Pendidikan yang bersifat individual kadang-kadang sukar sekali dilaksanakan. Pendekatan yang bersifat melayani perbedaan kemampuan, adalah pengajaran secara kelompok, untuk dapat menentukan dengan pasti dikelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan suatu penilaian. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.

  4) Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan Fungsi keempat dari penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.

  Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana, dan sistem administrasi.

  Evaluasi ini sangat penting dilaksanakan, karena dapat mengukur siswa dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Evaluasi juga bisa membantu seorang guru untuk mengetahui cara guru mengajar bisa dipahami oleh siswa. Guru bisa memperbaiki pembelajaran sesuai dengan hasil evaluasi dan kondisi yang tepat, jika guru dan siswa bisa berjalan seiringan maka tujuan yang akan dicapai akan lebih cepat terlaksana.

  Evaluasi bukan hanya dilakukan oleh guru dan siswa, harus ada pendampingan dari orang tua sebagai pihak keluarga. Dukungan yang diberikan oleh orang tua akan menjadikan semangat tersendiri bagi siswa, sehingga dapat memberikan efek positif dalam pembelajaran dan dapat membantu mencapai tujuan pembelajaran yang sedang dicapai.

  Evaluasi sangat terkait dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Evaluasi dilakukan sebagai kontrol guru dalam melakukan pembelajaran berikutnya. Guru dapat menjadikan evaluasi sebagai sarana memperbaiki langkah pembelajaran yang kurang efektif. Keterkaitan alat evaluasi dengan proses pembelajaran menurut Ali Hamzah (2014: 67) dapat dilihat pada skema atau bagan berikut:

  Penilaian Informasi tentang hasil penilaian/ Prestasi

  Hasil Prestasi Belajar Penilaian Belajar II UMPAN

  BALIK Kriteria

Gambar 2.1 Hubungan Umpan Balik dan Proses BelajarGambar 2.1 dapat dibaca bahwa evaluasi sangat berkaitan dengan pembelajaran untuk menghasilkan umpan balik dan prestasi

  yang baik.

  Suharsimi Arikunto (1999: 10-11) menyatakan bahwa penilain berfungsi sebagai penempatan, sistem baru yang kini banyak dipopulerkan di negara barat, adalah sistem belajar sendiri. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan cara mempelajari sebuah paket belajar yang lain, sebagai alasan dari timbulnya sistem ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadap pengakuan yang besar terhadap kemampuan individual. Fungsi yang lain yaitu penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.

e. Tujuan Evaluasi Pembelajaran

  Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri. Tujuan khusus evaluasi pembelajaran disesuaikan dengan jenis evaluasi pembelajaran itu sendiri, seperti evaluasi perencanaan dan pengembangan, evaluasi monitoring, evaluasi dampak, evaluasi efisiensi-ekonomis, dan evaluasi program komprehensif.

  Gilbert Sax (1980) (Arifin, Z., 2011: 14) mengemukakan tujuan evaluasi dan pengukuran adalah untuk “selection, placement, diagnosis

  and remediation, feedback: norm-referenced and criterion-referenced interpretation, motivation and guidance of learning, program and curriculum improvement: formative and summative evaluations, and theory development”.

  Evaluasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan, antara lain dalam kegiatan bimbingan dan penyuluhan, supervisi, seleksi, dan pembelajaran, setiap bidang atau kegiatan tersebut mempunyai tujuan yang berbeda. Kegiatan bimbingan, tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi secara menyeluruh mengenai karakteristik siswa, sehingga dapat diberikan bimbingan dengan sebaik- baiknya. Kegiatan supervisi, tujuan evaluasi adalah untuk menentukan keadaan suatu situasi pendidikan atau pembelajaran, sehingga dapat diusahakan langkah-langkah perbaikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Kegiatan seleksi tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai siswa untuk jenis pekerjaan, jabatan atau pendidikan tertentu. (Arifin, Z., 2011: 14).

  Anas Sudijono (2011: 16

  • –17) menyatakan bahwa tujuan evaluasi ada dua yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan ada dua, yang pertama, untuk menghimpun bahan- bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para siswa, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Tujuan umum dari evaluasi dalam pendidikan adalah untuk memeperoleh data pembuktian, yang akan menjadi petunjuk sampai dimana tingkat kemampuan dan tingkat keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler, setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

  Tujuan umum evaluasi yang kedua adalah untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu, jadi tujuan umum yang kedua dari evaluasi pendidikan adalah untuk mengukur dan menilai sampai dimanakah efektifitas mengajar dan metode-metode mengajar yang telah diterapkan atau dilaksanakan oleh pendidik, serta kegiatan belajar yang dilaksanakan oleh siswa. Tujuan khusus dari kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan juga ada dua, pertama adalah untuk merangsang kegiatan siswa dalam menempuh program pendidikan. Evaluasi apabila tidak diadakan maka tidak mungkin timbul kegairahan atau rangsangan pada diri siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasinya masing-masing. Kedua, untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan siswa dalam mengikuti program pendidikan, sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya.

f. Alat Evaluasi Pembelajaran

  Alat adalah suatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien. Kata “alat” biasa disebut juga dengan istilah “instrumen”, dengan demikian maka alat evaluasi juga dikenal dengan instrumen evaluasi. (Suharsimi Arikunto, 1999: 25-26).

  Tes formatif sebagai salah satu alat evaluasi, tes formatif ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu, dalam kedudukannya seperti ini tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran. Evaluasi formatif atau tes formatif diberikan pada akhir setiap program.

2. Matematika a. Matematika

  Matematika merupakan salah satu ilmu yang mendasari kehidupan manusia. Matematika memiliki objek yang abstrak tetapi memiliki penemuan yang logis, namum matematika merupakan ilmu yang terus berkembang seiring perkembangan zaman. Ahli matematika banyak yang mengartikan tentang matematika sesuai dengan pengetahuan mereka masing-masing.

  Ruseffendi (1991) (Heruman 2007: 1) menyatakan bahwa matematika adalah bahasa simbol ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Soedjadi (2000) (Heruman 2007: 1)menyatakan bahwa hakekat matematika yaitu memiliki objek tujuan abstrak, yang bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.

  Suwangsih (2006: 3) menyatakan bahwa matematika berasal dari perkataan latin mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubung pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein yang artinya belajar (berpikir), jadi berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang dapat dengan berpikir (bernalar).

  Matematik lebih menekankan kegiatan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran.

b. Langkah Pembelajaran Matematika

  Langkah pembelajaran matematika terdiri dari 4 tahapan aktivitas dalam rangka penguasaan materi pelajaran matematika di dalam pembelajaran. Depdikas (2009: 1) menyatakan empat tahap aktivitas yaitu sebagai berikut:

  1) Penanaman Konsep Penanaman konsep merupakan tahap pengenalan awal tentang konsep yang akan dipelajari siswa. Tahap ini, pengajaran memerlukan penggunaan benda konkret sebagai alat peraga. 2) Pemahaman Konsep

  Pemahaman konsep merupakan tahap lanjutan setelah konsep ditanamkan. Tahap ini penggunaan alat peraga mulai dikurangi dan bentuknya semi konkret sampai pada akhirnya tidak diperlukan lagi.

  3) Pembinaan Keterampilan Pembinaan Keterampilan merupakan tahap yang tidak boleh dilupakan dalam rangka membina pengetahuan siap bagi siswa.

  Tahap ini diwarnai dengan latihan-latihan seperti mencongak dan berlomba. Tahap pengajaran ini alat peraga sudah tidak boleh digunakan lagi. 4) Penerapan Konsep

  Penerapan konsep yang sudah dipelajari ke dalam bentuk soal-soal terapan (cerita) yang berkaitan dengan kehidupan sehari- hari. Tahap ini disebut juga sebagai pembinaan kemampuan memecahkan masalah.

c. Materi Matematika

  Dapat dilihat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran matematika berikut ini: Standar Kompetensi yang digunakan:

  8. Memahami sifat-sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar.

  Kompetensi Dasar yang digunakan: 8.1 Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana.

  Materi dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di atas yaitu bahwa siswa harus dapat menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana. Bangun ruang tersebut yaitu balok dan kubus. Siswa dituntut untuk dapat menjelaskan sisi, rusuk, dan titik sudut pada bangun ruang tersebut. Siswa juga harus dapat memberikan pendapat dan menyebutkan beberapa benda di sekitarnya yang termasuk bangun ruang kubus atau balok.

  Siswa dapat mengetahui benda apa saja yang merupakan bangun ruang sederhana yang ada pada disekitar mereka. Pembelajaran ini merupakan penanaman konsep kepada siswa agar dapat memahami secaranyata perbedaan antara bangu ruang dengan bangun datar.

  Pembelajaran materi bangun ruang dapat merangsang siswa untuk berpikir kreatif dan dapat menyalurkan kreativitasnya.

3. Android a. Android

  Android merupakan sistem operasi mobile yang sekarang ini

  sedang populer di dunia.Masyarakat saat ini, hampir semua memanfaatkan oprasi android yang semakin canggih, terbukti dari banyaknya smartphone yang berbasis OS android beredar dikalangan masyarakat, namun masih banyak orang belum tahu apa itu android.

  Kasman (2015: 2) menyatakan bahwa android merupakan sebuah sistem operasi telepon seluler dan komputer tablet layar sentuh (touch screen) yang berbasis Linux. Android berubah menjadi platform yang begitu cepat dalam melakukan inovasi. Platform android terdiri dari sistem operasi berbasis Linux, sebuah GUI (Graphic User

  Interface), sebuah web browser dan aplikasi End-User yang dapat di

  download dan juga para pengembang bisa dengan leluasa berkarya serta menciptakan aplikasi yang terbaik dan terbuka untuk digunakan oleh berbagai macam perangkat.

  Perangkat android pertama pada tahun 2008, yaitu HTC Dream. Perangkat ini menggunakan sistem operasi android versi 1.0. Android menjadi pilihan yang menguntungkan bagi banyak vendor smartphone, karena biaya yang lebih murah dan sifatnya yang semi open source.

  Kasman (2015: 5-7) menyatakan bahwa perkembangan versi sistem operasi (OS) android semakin mendekati kesempurnaan, keunikan android ini memiliki nama dari makanan hidangan penutup

  (dessert). Android memiliki nama huruf awal berurutan sesuai abjad seperti yang dinyatakan oleh Kasman (2015: 5-7) berikut ini: 1) Android 1.0 Astro

  Pertama kali dirilis pada 23 September 2008. Android versi pertama akan dinamai dengan nama “Astro” tetapi karena alasan hak cipta tidak jadi disematkan pada versi pertama dari operasi sistem (OS) android ini. HTC Dream adalah ponsel pertama yang menggunakan OS android.

  2) Android 1.1 Bender Pertama kali dirilis pada 9 Februari 2009. Versi android kedua ini juga mengalami masalah penamaan yang sama dengan versi pertamanya, p ada awalnya akan diberi nama “Bender”, akan tetap i karena alasan melanggar trademark, nama “Bender” tidak jadi disematkan pada versi android ini. Versi android ini dirilis untuk perangkat T-Mobile G1 saja.Versi ini merupakan update untuk memperbaiki beberapa bugs, mengganti API dan menambahkan beberapa fitur. 3) Android 1.5 Cupcake

  Pertama dirilis pada 30 April 2009. Versi android ini mulai menggunakan nama makanan pencuci mulut (dessert), karena ini merupakan versi yang ketiga maka penamaan diawali dengan huruf C dan jadilah Cupcake menjadi nama resmi dari versi android ketiga ini. OS ini berbasiskan pada karnel Linux 2.6.27 dan menambahkan beberapa update serta user interface (UI) baru dari versi android sebelumnya, mulai terdapat widget yang dapat dibesar kecilkan, kemudian ditambah kemampuan untuk mengupload video dan gambar ke youtube dan picasa.

  4) Android 1.6 Donut Dirilis pertama kali pada 15 September 2009, terdapat peningkatan pada fitur pencarian dan user interface (UI) yang lebih

  

user friendly . Versi ini juga sudah didukung teknologi

  CDMS/EVDO, 802.1x, VPNs, kemudian support layar dengan resolusi WVGA.

  5) Android 2.0/2.1 Eclair Dirilis pertama kali pada 9 Desember 2009, terjadi penambahan fitur untuk pengoptimalan hardware, peningkatan google maps 3.1.2, perubahan user interface (UI) dengan browser baru dan dukungan HTML5, daftar kontak yang baru, dukungan

  

flash untuk kamera 3,2 MP, digital zoom, dan bluetooth 2.1.

  Beberapa versi updatenya antara android v.2.0 kemudian v.2.0.2 dan terakhir v.2.1.

  6) Android 2.2 Froyo (Froze Youghurt) Dirilis pertama kali pada 20 Mei 2010 pada smartphone google nexus one. Versi ini sudah support terhadap adobe fash player 10.1. Peningkatan pada kecepatan membuka dan menutup aplikasi, serta penggunaan SD card sebagai tempat penyimpanan aplikasi, ketika android froyo hadir mulai muncul banyak akan semakin ketat dimasa yang akan datang, beberapa versi update yang dirilis antara lain android v.2.2.1 hingga v.2.2.3. 7) Android 2.3 Gingerbread

  Pertama kali diperkenalkan pada 6 Desember 2010, terjadi banyak peningkatan pada versi android yang satu ini dibandingkan dengan versi sebelumnya, dirancang untuk memaksimalkan kemampuan aplikasi dan game, serta mulai digunakannya near field communication (NFC). Perbaikan terhadap dukungan layar resolusi WXGA dan diatasnya. Beberapa versi update yang dirilis antara lain v.2.3.3 hingga v.2.3.7, sampai saat ini android gingerbread merupakan versi android yang memiliki pengguna terbanyak dibandingkan dengan seri android laninya, yaitu mencapai 65% dari seluruh versi android yang dirilis.

  8) Android 3.0/3.1 Honeycomb Pertama kali dikenalkan pada 22 Februari 2011 dan motorola xoom adalah yang pertama kali menggunakannya. Android versi ini merupakan OS yang didesain khusus untuk pengoptimalan penggunaan tablet PC.

  9) Android 4.0 ICS (ice cream sandwidch) Pertama kali dirilis pada 19 Oktober 2011. Smartphone yang pertama kali menggunakan OS android ini adalah Samsung Galaxy

  Nexus. Secara teori semua perangkat seluler yang menggunakan versi android sebelumnya, gingerbread, dapat diupdate ke android ice cream sandwich.

  10) Android versi 4.1 (Jelly Bean)

  Android Jelly Bean yang diluncurkan pada acara google I/O

  lalu membawa sejumlah keunggulan dan fitur baru. Penambahan baru diantaranya meningkatkan input keyboard, desain baru fitur pencarian, UI yang baru dan pencarian melalui voice search yang lebih cepat, tidak ketinggalan google now juga menjadi bagian yang diperbarui. Google now memberikan informasi yang tepat pada waktu yang tepat pula, salah satu kemampuannya adalah dapat mengetahui informasi cuaca, lalulintas, ataupun hasil pertandingan olahraga. Sistem oprasi android jelly bean 4.1 muncul pertama kali dalam produk tablet Asus, yakni google nexus 7.

  Alat evaluasi ini bisa dijalankan dalam perangkat mobile dengan spesifikasi sebagai berikut:

  1. Sistem Operasi Android 2.2 (froyo:frozen Youghurt), Gingerbread (2.3), Honeycomb (3.0, 3.1 dan 3.2), Ice Cream Sandwich (2.4 atau 4.0) Jelly Bean (4.1

  • –4.3), dan Kitkat (4.4.0– 4.4.4).

  2. RAM 225 atau lebih besar.

  3. Layar dengan resolusi 4 inci atau lebih besar.

  b. Fitur Android

  Aziz (2012: 11) menyatakan bahwa android memiliki banyak fitur, diantaranya yaitu: 1) Kerangka aplikasi: itu memungkinkan penggunaan dan penghapusan komponen yang tersedia.

  2) Dalvik mesin virtual: mesin virtual dioptimalkan untuk perangkat mobile.

  3) Grafik: grafik di 2D dan grafis 3D berdasarkan pustaka OpenGL. 4) SQLite: untuk menyimpan data. 5) Mendukung media: audio, video, dan berbagai format gambar (MPEG4, H.264, MP3, AAC, AMR, JPG PNG, GIF).

  6) GSM, Bluethoot, EDGE, 3G, dan WiFi (hardware dependent). 7) Kamera, Global Positioning System (GPS), kompas, dan accSelerometer (tergantung hardware).

  c. Kelebihan dan Kelemahan Android

  Aziz (2012: 11) menyatakan bahwa kelebihan dan kelemahan Android sebagai berikut: 1) Kelebihan Android

  a) Android bersifat terbuka, karena berbasis linux yang memang open source jadi bisa dikembangkan oleh siapa saja.

  b) Akses mudah ke Android App Market: Pemilik android adalah orang yang gemar utak atik handphone, dengan Google Android

  App Market anda bisa mendownload berbagai aplikasi dengan grafis.

  c) Sistem Operasi Merakyat: Ponsel Android, beda sekali dengan iOS yang terbatas pada iphone dari Apple, maka Android punya banyak produsen, dengan gedget andalan masing-masing mulai HTC hingga Samsung.

  d) Fasilitas penuh USB. Anda bisa mengganti baterai, mass storage, diskdrive, dan USB tethering.

  e) Mudah dalam hal notifikasi: sistem operasi ini bisa memberitahukan Anda tentang adanya SMS, Email, atau bahkan artikel terbaru dari RSS Reader, bahkan anda tidak akan terlewat dalam hal misscall sekalipun.

  f) Mendukung semua layanan Google: sistem operasi Android mendukung semua layanan dari google mulai dari Gmail sampai Google reader, semua layanan google bisa anda miliki dengan satu sistem operasi yaitu Android.

  g) Install ROM modifikasi: kita kadang mendapati ROM yang tidak resmi, maksudnya adalah versi yang telah rilis tidak sesuai dengan spesifikasi ponsel kita, jalan terakhir kita adalah modifikasi. jangan khawatir ada banyak custom ROM yang bisa Anda pakai di ponsel Android, dan dijamin tidak akan membahayakan perangkat anda.

  2) Kelemahan android

  a) Terhubung dengan internet: Android bisa dibilang sangat memerlukan koneksi internet yang aktif, setidaknya harus ada koneksi internet GPRS di daerah anda, agar perangkat siap untuk online sesuai dengan kebutuhan kita.

  b) Perusahaan perangkat kadang lambat mengeluarkan versi resmi dari Android milik anda, meskipun kadang tidak ada perbedaan mencolok dalam hal UI.

  c) Android Market kurang kontrol dari pengelola, kadang masih terdapat malware.

  d) Sebagai penyedia layanan langsung, terkadang pengguna sangat sulit sekali terhubung dengan pihak Google.

  e) Kadang sering terdapat iklan: karena mudah dan gratis, kadang banyak iklan yang ikut di dalamnya, secara tampilan memang tidak mengganggu kinerja aplikasi itu sendiri, karena memang kadang berada di bagian atas atau bahwa aplikasi.

  Kelemahan yang terdapat pada sistem android untuk sekarang sudah bisa ditangani dengan perkembangan yang semakin maju. Aplikasi yang lebih memudahkan dalam mengakses android, aplikasi yang terdapat di play store bisa di

  download secara gratis sesuai yang kita butuhkan.

4. Pembelajaran Kooperatif a. Model Pembelajaran Kooperatif

  Slavin (2005: 4-5) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran. Kelas kooperatif siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.

  Pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan yang sangat besar untuk mengembangkan hubungan antara siswa dari latar belakang etnik yang berbeda dan antara siswa-siswa pendidikan khusus terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka, ini jelas melengkapai alasan pentingnya untuk menggunakan pembelajaran kooperatif dalam kelas-kelas yang berbeda.

  Model pembelajaran yang berkembang di Indonesia saat ini sudah berbagai macam model yang berkembang, salah satunya model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Nurulhayati, (2002) yang dikutip dari Rusman (2014: 203) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Suprijono (2013: 54) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas, meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk- bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Sunal dan Hans (2000) dalam Isjoni (2011: 12) menyatakan bahwa mengemukakan cooperative learning adalah suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran.

  Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran, namun bisa juga berperan sebagai tutor bagi teman sebayanya. Hasil penelitian Suryadi (1999) dalam Isjoni (2011: 12) menyatakan bahwa pada pembelajaran Matematika menyimpulkan bahwa salah satu model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa adalah cooperative learning. Sintaks model pembelajaran kooperatif menurut Isjoni (2011: 11) terdiri dari 6 (enam) fase.

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Koopertaif

  Membantu kerja tim dan belajar Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya

  dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada orang lain.

  oriented ), terutama mengatasi permasalahan yang ditemukan guru

  Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok Isjoni (2011: 16) cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (studend

  Fase 6: Provide recognition Memberikan pengakuan atau penghargaan

  Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok- kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

  Fase 5: Test on the materials Mengevaluasi

  study

  FASE-FASE PERILAKU GURU

  Fase 4: Assist team work and

  Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien

  learning teams

  Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal Fase 3: Organize students into

  Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik setiap belajar Fase 2: Present information Menyajikan informasi

  Fase 1: Present goals and set Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

  Model pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia.

  Slavin (1995) (Rusman (2014: 205) dinyatakan bahwa: (1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman, dengan harapan pembelajaran kooperatif dapat mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.

b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

  Slavin (2005: 143) menyatakan bahwa STAD (student

  

teams achievement devisions) merupakan salah satu metode

  pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim.

  Trianto (2014: 143) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen, diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Slavin (2007) dalam Rusman (2014: 213) menyatakan bahwa model STAD (Student

  Teams Achievment Divisions) merupakan variasi pembelajaran

  kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS, bahasa inggris, teknik dan banyak sunjek lainnya, dan pada tingkat Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi.

  Model pembelajaran STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. STAD adalah yang paling tepat untuk mengajarkan materi-materi pelajaran ilmu pasti, seperti perhitungan dan penerapan matematika.

  Langkah-langkah pembelajaran kooperatif model STAD menurut Slavin (2007) Rusman(2014: 213) sebagai berikut: 1) Penyampaian Tujuan dan Motivasi

  Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

  2) Pembagian Kelompok

  Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gender/ jenis kelamin, rasa atau etnik.

  3) Presentasi dari Guru Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif, dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Guru menjelaskan soal keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara mengerjakannya.

  4) Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim) Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya bersama guru. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Guru melakukan pengamatan selama tim bekerja memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD.

  5) Kuis (Evaluasi) Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama, ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan skor batas penguasaan untuk setiap soal, misalnya 60, 75, 84, dan seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa. 6) Penghargaan Prestasi Tim

  Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka rentangan 0-100. Pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan berikut: a) Menghitung Skor Individu

  Slavin (Trianto, 2007: 55) dalam Rusman (2014: 216) menyatakan bahwa untuk menghitung perkembangan skor individu dihitung sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2 Perhitungan Perkembangan Skor Individu

  No. Nilai Tes Skor Perkembangan

  1. Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 0 poin 2. 10 sampai 1 poin di bawah skor dasar 10 poin

  3. Skor 0-10 poin di atas skor dasar 20 poin

  4. Lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30 poin

  5. Pekerjaan sempurna (tanpa 30 poin memeprhatikan skor dasar) b) Menghitung Skor Kelompok

  Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan individu anggota kelompok dan membagi sejumlah anggota kelompok tersebut. Skor kelompok diperoleh sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, sebagaimana dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 2.3 Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok

  No. Rata-rata Skor Kualifikasi

  • 1. 0 ≤ N ≤ 5

  2. Tim yang Baik (Good Team) 6 ≤ N ≤ 15

  3. Tim yang Baik Sekali (Great Team) 16 ≤ N ≤ 20

  4. Tim yang Istimewa (Super Team) 21 ≤ N ≤ 30 c) Pemberian Hadiah dan Pengakuan Skor Kelompok

  Hadiah diberikan kepada masing-masing kelompok atau tim yang memperoleh predikat. Guru memberikan hadiah atau pengahargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan prestasinya (kriteria tertentu yang ditetapkan guru).

B. Penelitian yang Relevan

  Penelitian yang dilakukan oleh Amalia Ima Nurjayanti dengan judul Pengembangan Multimedia Pembelajaran Matematika Berbasis Android untuk Siswa Kelas III Sekolah Dasar. (2015). Hasil penelitian menyatakan bahwa validator menyatakan baik sesuai content (kurikulum dan materi), kontruk (sesuai kemampuan siswa), dan bahasa (sesuai dengan kaidah bahasa), dari hasil uji coba siswa dapat menggunakan media dengan baik. Media yang sudah valid diberikan pembelajaran dengan baik. Hasil media yang sudah valid diberikan pembelajaran penemuan terbimbing dan hasil menunjukan bahwa media yang dikembangkan efektif meningkatkan aktifitas belajar siswa. Media yang dikembangkan memiliki potensial efek terhadap hasil belajar siswa.

  Penelitian lain dilakukan oleh Rohmi Julia Purbasari, dengan judul Pengembangan Aplikasi Android sebagai Media Pembelajaran Matematika pada Materi Dimensi Tiga untuk Siswa SMA Kelas X. (2013). Hasil uji kelayakan diperoleh 96,43% untuk ahli media, 89,28% untuk ahli materi, 81,52% untuk praktisi lapangan, 83,34% untuk sasaran pengguna. Aplikasi yang dikembangkan layak digunakan sebagai media pembelajaran pada dimensi tiga.

  Penelitian ini menggunakan objek android sebagai alat evaluasi dan subjek penelitian siswa kelas IV Sekolah Dasar, sedangkan peneliti sebelumnya menggunakan objek penelitian android sebagai media pembelajaran dan subjek penelitian siswa kelas III Sekolah Dasar dan siswa SMA Kelas X.Perbedaanya dengan penelitian yang dilakukan terletak pada objek dan subjek penelitian yang digunakan.

  Penelitian ini dan penelitian sebelumnya sama-sama menggunakan

  

android sebagai sumber data penelitian, persamaanya dengan penelitian yang

  dilakukan terletak pada sumber data yang digunakan. Berdasarkan uraiantersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan peneliti dengan kedua peneliti sebelumnya memiliki perbedaan dan persamaan, maka dari itu penelitian ini layak untuk dilaksanakan.

C. Kerangka Berpikir

  Evaluasi merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Alat evaluasi dirancang sedemikian rupa sehingga siswa lebih tertarik pada materi yang dipelajari dan semangat mengerjakan soal-soal yang ada. Guru juga mempunyai tugas untuk membuat pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga membuat siswa lebih aktif dan akan terjalin interaksi yang baik antara siswa dan guru maupun siswa dengan siswa, sehubungan dengan itu guru dituntut untuk memiliki kemampuan lebih dalam memilih model maupun evaluasi pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang diajarkan.

  Pelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran yang wajib yang diajarkan di Sekolah Dasar. Pembelajaran matematika memiliki tujuan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, namun mata pelajaran matematika masih dianggap sulit oleh beberapa siswa hal ini dikarenakan pembelajaran yang masih kurang menarik minat siswa. Pembelajaran matematika dianggap siswa sebagai pembelajaran yang menakutkan, siswa beranggapan bahwa pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang sulit dipelajari dan memiliki banyak rumus yang harus dipahami oleh siswa.

  Penggunaan alat evaluasi yang masih kurang menarik ini juga sebagai salah satu faktor siswa kurang tertarik pada pembelajaran matematika, untuk itu diperlukan alat evaluasi yang lebih menarik untuk mengajak siswa lebih tertarik pada pembelajaran yang akan dicapai.

  Alat evaluasi dengan memanfaatkan smartphone untuk menunjang proses belajar siswa dapat digunakan oleh guru dalam menyediakan alat evaluasi mata pelajaran, khususnya mata pelajaran matematika materi bangun ruang yang masih menggunakan lembaran kertas sehingga siswa kurang minat untuk mengerjakan soal-soal yang ada pada alat evaluasi. Pengembangan alat evaluasi menggunakan andoid dalam pembelajaran diharapkan berpengaruh pada proses pembelajaran dan siswa akan lebih tertarik, semangat serta termotivasi karena penyajian soal ini berbentuk aplikasi game (permainan) dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

  • Alat evaluasi dijadiakan acuan guru dalam melakukan penilaian terhadap Fakta yang siswa ditemukan
  • Alat evaluasi kurang menarik
  • Kurangnya ketertarikan siswa dalam mengerjakan soal evaluasi • Peserta didik belum mampu menyelesaikan soal dengan baik.

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS 1V SD NEGERI 2 MATARAM KABUPATEN PRINGSEWU

0 6 38

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS 1V SD NEGERI 2 MATARAM KABUPATEN PRINGSEWU

0 5 40

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VA SD NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 11 79

PENGARUH PENGGUNAAN ANIMASI MULTIMEDIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TEHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA MATERI POKOK SISTEM REPRODUKSI PADA MANUSIA

0 8 93

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) KELAS IV SISWA SD NEGERI TANJUNG SENANG BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 17 67

MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT): DAMPAK TERHADAP HASILBELAJAR FISIKA

0 0 13

KOMPARASI KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) PADA SISWA SMP

0 0 8

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION PEMBELAJARAN IPS SEKOLAH DASAR

0 0 12

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA KELAS 4 SDN KARANGPURI 1 MATERI BANGUN DATAR TAHUN 20142015

0 0 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran a. Pengertian Model Pembelajaran - BAB II RANI

0 3 21