PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VA SD NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT
TEAMSACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VA SD
NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh
Dian Gustam Pratama
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2013
(2)
ABSTRAK
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT
TEAMSACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VA SD
NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh
DIAN GUSTAM PRATAMA
Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur.
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan sebanyak tiga siklus, yang setiap siklusnya terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan soal tes. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan nontes yang kemudian dianalisis menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model kooperatif tipe STAD pada pembelajaran PKn kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I (50,92), siklus II (65,50) dan siklus III (82,40) dengan demikian terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 14,58 dan dari siklus II ke siklus III sebesar 16,90. Sementara itu rata-rata nilai hasil belajar siswa pada siklus I (64,44), siklus II (71,11), dan siklus III (77,40) dengan demikain terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 6,67 dan dari siklus II ke siklus III sebesar 6,29.
(3)
(4)
(5)
(6)
v DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Pendidikan Kewarganegaraan ... 8
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 8
2. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 9
3. Pengertian PKn SD ... 10
B. Aktivitas dan Hasil Belajar ... 11
1. Aktivitas Belajar ... 11
2. Hasil Belajar ... 12
C. Model Pembelajaran ... 13
1. Model Kooperatif ... 13
2. Macam-macam Model Kooperatif ... 15
D. Kooperatif tipe STAD ... 16
1. Model Kooperatif tipe STAD ... 16
2. Kelebihan dan kekurangan Kooperatif tipe STAD ... 17
3. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 18
E. Hipotesis Tindakan ... 19
BAB III METODE PENELITIAN... 20
A. Metode Penelitian ... 20
B. Setting Penelitian ... 21
C. Subjek Penelitian ... 22
D. Alat Pengumpulan Data ... 22
E. Teknik Pengumpulan Data ... 22
(7)
vi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37
A. Prosedur Penelitian ... 37
B. Hasil Penelitian ... 38
C. Pembahasan ... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66
A. Kesimpulan ... 66
B. Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA
(8)
vii DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kriteria Keberhasilan Aktivitas Siswa ... 24
2. Kriteria Keberhasilan Kinerja Guru ... 25
3. Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus I ... 42
4. Kinerja Guru Pada Pembelajaran Siklus I ... 43
5. Hasil Belajar siswa Siklus I... 44
6. Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus II... 49
7. Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus II... 50
8. Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 51
9. Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus III ... 56
10. Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus III ... 57
11. Hasil Belajar Siswa Siklus III... 58
12. Rekapitulasi Nilai Aktivitas Siswa Per-Siklus ... 59
13. Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Guru Per-Siklus ... 61
14. Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa Per-Siklus ... 62
(9)
viii DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 21
2. Grafik Rekapitulasi Nilai Aktivitas Siswa Per-Siklus. ... 60
3. Grafik Rekapitulasi Persentase Kinerja Guru Per-Siklus. ... 62
4. Grafik Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Per-Siklus ... 63
(10)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan bagi manusia merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Dengan pendidikan dapat membantu mewujudkan cita-cita sehingga hidupnya menjadi sejahtera, dan bahagia. UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan yang dikelola dengan tertib, teratur, efektif dan efisien (berdaya guna dan berhasil guna) akan mampu mempercepat jalannya proses pembudayaan yang berdasarkan pada penciptaan kesejahteraan umum dan pencerdasan kehidupan bangsa. Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan masyarakat, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah (Ihsan, 2008: 22). Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pertama pendidikan dasar yang menyelenggarakan pendidikan umum bagi anak-anak usia 6-12
(11)
tahun, (Wardhani, dkk., 2009: 2.27). Oleh karena itu, penanaman konsep harus tepat sesuai dengan tujuan pendidikan. Maslow dan Rogers (dalam Asma, 2006: 3) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa sampai setinggi yang dia bisa. Tujuan pendidikan dapat terwujud dengan melaksanakan kegiatan pendidikan. Kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi, Johnson dan Smith (dalam Lie, 2010: 5). Dalam sekolah, hal ini sangat erat sekali kaitannya dengan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, nilai pancasila merupakan standar hidup bangsa yang berideologi Pancasila. Dengan demikian nilai Pancasila secara individu hendaknya dimaknai sebagai cermin perilaku hidup yang terwujud dalam cara bersikap dan bertindak.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif yang berhubungan langsung dengan sikap seseorang khususnya anak-anak yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan, baik itu lingkungan keluarga, sekolah, maupun lingkungan teman bermainnya. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang berfungsi
(12)
sebagai pendidikan nilai dan moral, yaitu mata pelajaran yang mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila/budaya bangsa sehingga membentuk moral anak yang sesuai dengan nilai falsafah hidupnya.
Berdasarkan pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan peneliti di kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur dalam mata pelajaran PKn, siswa cenderung ribut, mengganggu teman, dan mengobrol yang menyebabkan rendahnya aktifitas siswa dalam pembelajaran. Selain itu keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran masih kurang. Penggunaan waktu yang kurang efisien dalam penyajian materi PKn yang rata-rata berbentuk naratif, memakan waktu yang cukup lama, dan menimbulkan kejenuhan siswa. Hal ini dapat dilihat pada nilai siswa yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dari 27 siswa yang terdapat di kelas VA, 14 siswa atau 52% masih mendapat nilai rata-rata di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 60.
Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa di atas disebabkan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang lebih menitikberatkan pada metode ceramah sehingga membosankan, kurang menarik, dan kurangnya interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran, Pola pembelajarannya berpusat pada guru (teacher centered), siswa kurang berani bertanya dan mengemukakan pendapat, Guru juga belum optimal dalam menggunakan model STAD. Kecenderungan pembelajaran demikian, mengakibatkan lemahnya pengembangan potensi diri siswa dalam pembelajaran, sehingga hasil belajar yang dicapai masih rendah. Suasana
(13)
pembelajaran seperti itu, semakin menjauhkan peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam upaya mempersiapkan warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
Mencermati adanya permasalahan di atas, perlu adanya perbaikan model pembelajaran yang menjadikan siswa lebih aktif, kreatif, efektif serta berada dalam suasana belajar yang menyenangkan. Hal ini dilakukan agar siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan aktivitas belajar siswa untuk mencapai hasil yang maksimal yaitu model kooperatif tipe Student Team Achivement Division (STAD). Model kooperatif tipe STAD adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok hitrogen, Slavin (dalam Isjoni,2010: 12). Kelebihan tipe STAD ini siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama. Dengan penggunaan model pembelajaran ini diharapkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur dapat meningkat. Guru harus melakukan tindakan yang dapat mengubah suasana pembelajaran dan melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah salah satu usaha untuk dapat memperbaiki pembelajaran, baik proses maupun hasil pembelajaran siswa kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achivement Division (STAD).
(14)
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran di kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur masih bersifat teacher centered
2. Rendahnya aktivitas belajar siswa kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur 3. Penggunaan waktu penyajian materi PKn yang kurang efisien
4. Hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur belum maksimal
5. Guru belum secara optimal menggunakan model STAD C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penggunaan model kooperatif tipe Student Team Achivement Division (STAD) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur Tahun Pelajaran 2011/2012?
2. Apakah penggunaan model kooperatif tipe Student Team Achivement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur Tahun Pelajaran 2011/2012?
(15)
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan penelitian untuk:
1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan model kooperatif tipe Student Team Achivement Division (STAD)
2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan model kooperatif tipe Student Team Achivement Division (STAD).
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Siswa
a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pemahaman konsep PKn, khusunya di kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur Tahun Pelajaran 2011/2012.
b. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pemahaman konsep PKn, khusunya di kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Guru
Sebagai bahan masukan bagi guru untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya. Guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang
(16)
menyenangkan serta membangkitkan minat siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe (STAD).
3. Sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan melalui penggunaan model kooperatif tipe (STAD) dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn.
4. Bagi Peniliti
Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman tentang penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model kooperatif tipe (STAD), sehingga kelak ketika menjadi seorang guru mampu menjalankan tugas dan pekerjaannya secara profesional khususnya dalam proses pembelajaran.
(17)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Dalam lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 di kemukakan bahwa “mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukkan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarekter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945”.
Proses pembentukan karakter bangsa diharapkan mengarahkan pada penciptaan suatu masyarakat Indonesia, yang menetapkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pada dasarnya pembelajaran tersebut meliputi Pendidikan Kewargaan Negara (PKN) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Perbedaan PKN (N) dan PKn (n) dapat dilihat dari pemaparan para ahli berikut ini, Soemantri (dalam Rusminiyati, 2007: 1.25) PKN merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan untuk membentuk atau membina warga Negara yang baik, yaitu warga Negara yang tahu, mau dan mampu berbuat baik. Sedangkan PKn Pendidikan yang menyangkut status formal warga Negara yang awalnya diatur dalam undang-undang No. 20 tahun 1949 Winataputra
(18)
(dalam Rusminiyati, 2007: 1.25). Undang-undang No. 20 tahun 1949, undang-undang ini berisi tentang diri kewarganegaraan dan peraturan tentang naturalisis atau pemerolehan status sebagai warga Negara Indonesia.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah pendidikan yang menyangkut status formal yang berfungsi melestarikan nilai luhur pancasila, mengembangkan dan membina manusia seutuhnya serta membina pengalaman dan kesadaran warga Negara untuk dapat melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara yang cerdas, trampil dan berkarakter.
2. Tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukkan diri yang beragam dari segi agama, sosial budaya, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. PKn mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan yang dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu Pkn mempunyai tujuan yang digariskan dengan tegas agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menaggapi isu kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta anti korupsi.
3. Berkembang secara fositif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karekter-karekter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia seccara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. (Kurikulum KTSP, 2006)
(19)
Sedangkan Winataputra, Udin S, dkk. (2009:1.1) menyatakan bahwa tugas PKn dengan paradigma barunya yaitu pendidikan demokrasi dengan mengembangkan tiga fungsi pokok, yakni mengembangkan kecerdasan warga negara, membina tanggung jawab warga negara, mendorong warga untuk membentuk warga negara yang baik, bukan hanya dalam dimensi rasional melainkan juga dalam dimensi spiritual, emosional.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan PKn adalah mewujudkan warga Negara yang sadar membela negara berdasarkan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan jati diri dari moral bangsa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ilmu-ilmu yang dikaji dalam pembelajaran PKn pada dasarnya adalah ilmu yang menjadi bekal kita dalam berbagai aspek kehidupan.
3. Pengertian PKn SD
Pembelajaran PKn di SD memiliki peranan penting dalam membentuk pribadi siswa yang bertanggung jawab, dapat berkembang secara positif, dan berfikir kritis. Kewarganegaraan artinya keanggotaan yang menunjukkan hubungan antara negara dengan warga negara (Winarno, 2006: 49). PKn SD berbeda dengan PKn pada jenjang SMP, SMA, maupun perguruan tinggi. PKn SD yang tercantum pada Permendiknas No. 22 tahun 2006 adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD RI 1945
(20)
Menurut Winataputra (2009: 1.10) materi PKn SD selayaknya memuat komponen-komponen pengetahuan, keterampilan, dan disposisi kepribadian warga negara yang fungsional bukan hanya dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara melainkan juga dalam masyarakat yang demokratis.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa PKn SD adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD RI 1945.
B. Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar 1. Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada saat proses pembelajar di kelas. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2007: 23), aktivitas adalah keaktifan, kegiatan. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja. Semakin banyak aktivitas dalam belajar, maka proses pembelajaran yang terjadi akan semakin baik. Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau Rohani, Sriyono (dalam Yasa, wordpress.com, 2008). Sedangkan menurut (Juliantara, blogspot.com, 2010), aktivitas belajar adalah aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Jadi, dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah merupakan suatu kegiatan siswa dalam pembelajaran yang melibatkan kegiatan jasmani dan rohani untuk mencapai hasil belajar.
(21)
Kunandar (2010: 277) Mendifinisikan aktifitas siswa sebagai keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran dan aktifitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Aspek yang di amati pada aktivitas siswa yaitu: (1) Partisipasi, (2) Minat, (3) Perhatian, (4) Presentasi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa, aktifitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk memperoleh pengalaman tertentu dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
2. Hasil Belajar
Proses belajar mengajar memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai atau hasil belajar. Menurut Anitah (2009: 2.19), hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam pembelajaran. Lain halnya dengan pendapat Sumiati (2009: 200) keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai siswa yang diperoleh melalui kegiatan evaluasi.
Menurut Nana Sudjana (dalam Yasa wordpress.com, 2008), hasil belajar dibagi menjadi tiga macam yaitu: (a) Keterampilan dan Kebiasaan; (b) Pengetahuan dan Pengertian; (c) sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah. Hasil belajar yang diperolah dari proses kooperatif tipe Student Team Achivement Division (STAD) adalah dalam bentuk skor, baik skor individu maupun skor kelompok (tim). Skor individu dapat diperoleh dari kegiatan selain kuis seperti perolehan skor tim yang merupakan distribusi dari skor individu dalam kelompok.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki seseorang setelah ia menerima
(22)
pengalaman belajarnya berupa pengetahuan (intelek), sikap, tingkah laku, informasi verbal, dan keterampilan. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang sejauh mana kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar, seperti halnya dalam menggunakan model kooperatif tipe STAD dimana aktivitas dan hasil belajar siswa akan meningkat karena model pembelajaran ini menitikberatkan pada diskusi kelompok.
C. Model Pembelajaran 1. Model Kooperatif
Model kooperatif merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Menurut Artz dan Newman (dalam Asma, 2006: 11) model kooperatif adalah suatu pendekatan yang mencakup kelompok kecil dari siswa yang bekerja sama sebagai suatu tim untuk memecahkan masalah, menyelesaikan masalah, menyelesaikan suatu tujuan bersama. Sedangkan menurut Slavin (dalam Isjoni, 2007: 12) kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Pembelajaran Kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran, Sunal dan Hans (dalam Isjoni, 2007: 12). Sedangkan Lie (dalam Isjoni,
(23)
2007: 16), menyebut bahwa pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas terstruktur.
Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut Lungdren (dalam Isjoni, 2007: 13) sebagai berikut:
a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka ”tenggelam atau berenang bersama.”
b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab diantara para anggota kelompok.
e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
g. Setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Beberapa ciri dari model kooperatif adalah; (a) setiap anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa, (c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilan interpersonal kelompok, dan (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan, Isjoni (2007: 20).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan peneliti bahwa belajar dengan menggunakan model kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat temannya, dan saling memberikan pendapat. Ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi
(24)
sangat berguna untuk menumbuhkan berpikir kritis, bekerjasama, dan membantu teman. Dalam pembelajaran kooperatif siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
2. Macam-macam Model Kooperatif
Pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan, yaitu diantaranya: Student Team Achivement Division (STAD), Jigsaw, Group Investigation (GI), Rotating Trio Exchange, dan Group Resume, (Isjoni, 2007: 51). Sedangkan (Slavin, 2010: 11) Dalam kooperatif terdapat lima variasi model yang telah dikembangkan dan diteliti secara ekstensif. Tiga model yang dapat diterapkan pada sebagian besar mata pelajaran yaitu: Student Team Achivement Division (STAD), Team Games Tournament (TGT), dan Jigsaw. Dua yang lain adalah model kooperatif yang digunakan untuk mata pelajaran tertentu, seperti Cooperative Integrated Reading Compotition (CIRC), untuk diketerampilan mengarang dan membaca dalam mata pelajaran bahasa dan Team Accelerated Instruction (TAI) untuk matematika.
Beradasarkan jenis-jenis model kooperatif di atas, peniliti memilih model kooperatif tipe STAD untuk diterapkan dalam penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur, Karena model kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang mampu mengajak siswa SD Negeri 8 Metro Timur untuk aktif
(25)
dalam kegiatan belajar dan tidak terpaku pada satu metode belajar saja yaitu metode ceramah.
D. Kooperatif tipe STAD
1. Model Kooperatif tipe STAD
Model kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin, (2010: 143) merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan guru yang menggunakan STAD mengacu kepada belajar kelompok siswa yang menyajikan informasi akademik kepada siswa menggunakan presentasi verbal atau teks. Pembelajaran kooperatif tipe STAD membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang yang bersifat heterogen. Komponen utama tipe STAD adalah presentasi kelas, kegiatan kelompok, kuis/test, pemberian skor individu dan penghargaan kelompok (Lie, 2004: 18).
Slavin (dalam Trianto, 2010: 68) menyatakan bahwa pada
kooperatif Tipe (STAD) siswa ditempatkan dalam tim belajar
beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes iini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.
Melalui berbagai pendapat para ahli di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa pengertian kooperatif tipe STAD adalah sebagai
suatu sikap atau prilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara
sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok sehingga
(26)
2. Kelebihan dan kekurangan kooperatif tipe (STAD)
Hendy (dalam http//hendygoblog.blogspot.com) Kelebihan dari model Kooperatif Tipe (STAD) yaitu (1) dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, (2) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, (3)
dapat meningkatkan kreativitas siswa, (4) dapat mendengar,
menghormati, serta menerima pendapat siswa lain, (5) dapat mengurangi kejenuhan dan kebosanan, (6) dapat mengidentifikasikan perasaannya juga perasaan siswa lain, (7) dapat menyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang lain dan menyakinkan dirinya untuk saling memahami dan saling mengerti.
Kekurangan dari model Kooperatif Tipe (STAD) yaitu (1) setiap siswa harus berani berpendapat atau menjelaskan kepada teman-temannya, (2) sarana dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD ini harus lengkap, (3) memerlukan banyak waktu.
Slavin (dalam http://yankcute.blogspot.com) Kelebihan dari model kooperatif tipe (STAD) yaitu:
a. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok.
b. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.
c. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.
d. Interaksi antara siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
Kekurangan dari model kooperatif tipe (STAD) yaitu:
a. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum.
b. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif. c. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru
dapat melakukan pembelajaran kooperatif.,
d. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya suka bekerja sama.
Berdasarkan teori di atas, penulis menyimpulkan bahwa model
kooperatif tipe (STAD) tidak hanya memiliki banyak kelebihan, tetapi
juga terdapat beberapa kelemahan. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman dan pendalaman untuk penerapan model kooperatif tipe
(27)
3. Langkah-langkah Kooperatiftipe (STAD)
Langkah-langkah pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe (STAD) menurut Slavin (2010: 143) adalah sebagai berikut: (1) Persiapan Pembelajaran
a) Materi
Materi pembelajaran dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara berkelompok.
b) Menempatkan siswa dalam Kelompok
Menempatkan siswa ke dalam kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang dengan cara mengurutkan siswa dari atas ke bawah berdasarkan kemampuan akademiknya. c) Menentukan skor dasar
Skor dasar diperoleh dari tes kemampuan prasyarat/tes pengetahuan awal sebelum menggunakan STAD.
(2) Penyajian Materi
Penyajian materi ini menggunakan waktu sekitar 20-45 menit. (3) Kegiatan Belajar Kelompok
Dalam setiap kegiatan belajar kelompok digunakan lembar kegiatan, lembar tugas, dan lembar kunci jawaban masing-masing dua lembar untuk setiap kelompok, dengan tujuan agar terjalin kerjasama di antara anggota kelompoknya.
(4) Pemeriksaan Terhadap Hasil Kegiatan Kelompok
Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok dilakukan dengan mempresentasikan hasil kegiatan kelompok di depan kelas oleh wakil dari setiap kelompok..
(5) Siswa Mengerjakan Soal-Soal Tes Secara Individual
Pada tahap ini siswa harus memperhatikan kemampuannya dan menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara menjawab soal tes sesuai dengan kemampuannya. Siswa tidak diperkenankan untuk bekerja sama.
(6) Pemeriksaan Hasil Tes
Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru dengan membuat daftar skor peningkatan setiap individu, yang kemudian dimasukkan menjadi skor kelompok.
Berdasarkan pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa dalam kooperatif tipe (STAD) terdapat beberapa tahap yang bisa dikembangkan dalam pembelajaran sehingga mampu memberikan suasana yang berbeda
(28)
kepada siswa dan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
E. HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran PKn menerapkan model kooperatif tipe Student Team Achivement Division (STAD) dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka akan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur.
(29)
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action research, Wardhani, dkk. (2008: 1.4), mengungkapkan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Sesuai dengan metode Penelitian Tindakan kelas (PTK), prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah suatu bentuk proses pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari empat tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan, yaitu:
(1) Perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (obseving), (4) refleksi (reflecting).
Penelitian ini dipilih dan berkolaborasi dengan guru kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur.
(30)
Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas dapat digambarkan sebagai berikut:
Dan Seterusnya
Gambar 1: Siklus Penelitian Tindakan Kelas Sumber: Modifikasi dari Wardhani (2007: 2.4)
B. Setting Penelitian a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 08 Metro Timur, jalan Stadion 24A Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur.
b. Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012.
Pelaksanaan
Siklus I
Observasi Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan
Perencanaan Siklus II Observasi
Refleksi
Pelaksanaan
Observasi Siklus III
Perencanaan
(31)
C. Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif antara peneliti dengan guru kelas VA di SD Negeri 08 Metro Timur. Penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subjek penelitian adalah seorang guru dan siswa kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur, dengan jumlah jumlah siswa 27 orang yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 12 orang perempuan.
D. Alat Pengumpulan Data
1) Lembar panduan observasi, instrumen ini dirancang sebagai alat kolaborasi penulis dan guru. Lembar ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe (STAD).
2) Tes hasil belajar, adalah instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data mengenai hasil belajar siswa khususnya terhadap materi yang telah diajarkan dengan menggunakan model kooperatif tipe (STAD).
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diinginkan dilakukan kegiatan: 1. Observasi
Dilakukan untuk mendapatkan data tentang kinerja guru ketika melaksanakan pembelajaran dan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran PKn dengan menggunakan model kooperatif tipe (STAD) di kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur.
(32)
2. Tes Hasil Belajar
Tes, digunakan untuk mengetahui tingkat ketercapaian hasil belajar siswa terhadap materi yang dibahas, dengan memberikan soal-soal latihan.
F. Teknik Analisis data
Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data secara kualitatif dan kuantitatif.
1. Analisis Kualitatif
Digunakan untuk menganalisis nilai aktivitas belajar siswa dan kinerja guru dalam proses pembelajaran. Rumus analisis aktivitas belajar siswa :
NA = Keterangan:
NA = Nilai aktivitas yang dicari atau diharapkan JS = Total skor yang diperoleh
SM = Skor maksimum ideal dari aspek yang diamati 100 = Bilangan tetap
Diadopsi dari Aqib, dkk. (2009: 41).
Setelah diperoleh nilai hasil kegiatan siswa, kemudian dikategorikan sesuai dengan kriteria hasil observasi pada tabel berikut ini:
(33)
Tabel 1. Kriteria Hasil Observasi Aktivitas Siswa. Tingkat Keberhasilan Arti
> 80 Sangat tinggi
60-79 Tinggi
40-59 Sedang
20-39 Rendah
< 20 Sangat rendah
(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)
Rumusan analisis kualitatif pada lembar penilaian kinerja guru di atas adalah sebagai berikut:
Keterangan:
NK = Nilai Kinerja
TS = Total skor yang diperoleh
SM = Total skor maksimum ideal dari aspek yang diamati (sumber Aqib, dkk., 2009: 41)
Setelah diperoleh persentase mengenai kinerja guru, kemudian dikategorikan sesuai dengan kriteria hasil observasi pada tabel berikut ini
(34)
Tabel 2. Kriteria Hasil Observasi Kinerja Guru. Tingkat Keberhasilan Arti
> 80 Sangat tinggi
60-79 Tinggi
40-59 Sedang
20-39 Rendah
< 20 Sangat rendah
(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)
2. Analisis Kuantitatif
Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengetahui adanya kemajuan hasil belajar siswa melalui tes dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang dipelajari siswa dalam cooperative learnig tipe STAD
Nilai rata-rata belajar siswa dihitung dengan rumus sebagai berikut:
NA =
Keterangan : NA = Nilai Akhir
SB = Skor yang diperoleh dari jawaban benar pada tes TS = Total Skor Maksimum dari tes
100 = Konstanta
(35)
G. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas Siklus I
1. Perencanaan
Pada tahap I, guru dan penulis secara kolaboratif partisipatif melakukan kegiatan antara lain:
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara kolaboratif antara guru dan peneliti.
b. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi untuk kegiatan guru dan siswa, lembar kerja siswa. c. Menyusun instrumen evaluasi pembelajaran berupa soal postes. 2. Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus I, materi pembelajarannya adalah ’’Memahami Keputusan Bersama’’. Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
a. Kegiatan Awal
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe (STAD).
2. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui kegiatan yang akan dilaksanakan.
3. Guru memotivasi siswa dengan menginformasikan cara belajar yang ditempuh dengan model kooperatif tipe (STAD). 4. Dengan tanya jawab guru dan siswa mengecek kemampuan
(36)
b. Kegiatan inti
1. Guru membagi beberapa kelompok, yang setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa yang kemampuan akademiknya terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah serta jenis kelamin siswa.
2. Guru menjelaskan pengertian tentang memahami keputusan bersama
3. Guru membagikan lembar diskusi kepada masing-masing kelompok untuk dikerjakan anggota setiap kelompok tentang materi pembelajaran yang sudah diberikan guru untuk didiskusikaan bersama-sama, dan saling membantu antara anggota lain dalam kelompoknya, sedangkan guru memotivasi dan memfasilitasi kerja siswa dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
4. Setelah selesai guru memeriksa hasil kerja diskusi dari setiap kelompok
5. Meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja diskusi kelompoknya.
6. Meminta kelompok lain untuk menanggapi materi yang dipresentasikan.
c. Kegiatan Akhir
1. Guru bertanya kepada siswa tentang hal-hal yang belum dipahami siswa.
(37)
2. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman tentang materi yang telah dipelajari.
3. Guru memberikan penguatan kepada siswa. 3. Observasi
Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung peneliti mengamati aktivitas belajar siswa serta kinerja guru dengan cara memberikan tanda ceklis pada lembar observasi.
4. Refleksi
Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Analisis yang dilakukan pada siklus pertama adalah untuk mengetahui sejauh mana antusias proses pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe (STAD) berlangsung, Analisis hasil belajar siswa dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai kelas. Hasil analisis digunakan sebagai bahan perencanaan pada siklus ke II.
Siklus II
Siklus ke II ini dilakukan sebagai usaha peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan model kooperatif tipe (STAD). Hasil pembelajaran pada siklus II ini diharapkan lebih baik dibanding dengan hasil pembelajaran pada siklus I. Siklus II ini juga melalui langkah-langkah yang sama dengan siklus I yaitu sebagai berikut:
(38)
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus II, guru dan penulis secara kolaboratif partisipaif melakukan kegiatan antara lain:
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara kolaboratif antara guru dan peneliti.
b. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi untuk kegiatan guru dan siswa, lembar kerja siswa. c. Menyusun instrumen evaluasi pembelajaran, berupa soal postes.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus II, materi pembelajarannya adalah ” Bentuk-Bentuk Keputusan Bersama”. Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: a. Kegiatan Awal
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe (STAD).
2. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui kegiatan yang akan dilaksanakan. 3. Guru memotivasi siswa dengan menginformasikan cara
belajar yang akan ditempuh dengan pembelajaran kooperatif tipe (STAD).
4. Dengan tanya jawab guru dan siswa mengecek kemampuan siswa sebelum memulai pembelajaran.
(39)
a. Kegiatan inti
1. Guru menyampaikan meteri dan tujuan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe (STAD).
2. Guru menjelaskan materi bentuk-bentuk keputusan bersama 3. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi
yang telah dijelaskan.
4. Guru membagi beberapa kelompok, yang setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa yang kemampuan akademiknya terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah serta jenis kelamin siswa.
5. Guru membagikan lembar diskusi siswa kepada masing-masing kelompok untuk dikerjakan anggota setiap kelompok tentang materi pembelajaran yang sudah diberikan guru untuk didiskusikaan bersama-sama, dan saling membantu antara anggota lain dalam kelompoknya, sedangkan guru memotivasi dan memfasilitasi kerja siswa dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
6. Setelah selesai guru memeriksa hasil kerja diskusi dari setiap kelompok
7. Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk maju membacakan hasil diskusi.
8. Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk memberi tanggapan dari jawaban siswa yang maju.
(40)
9. Siswa mengumpulkan hasil kerja kelompoknya dan guru menanggapi, meluruskan, dan memperjelas dari setiap jawaban kelompok.
10.Guru memberi penguatan kepada siswa yang berani maju dan memberi motivasi terhadap siswa lain agar dapat lebih berani dalam mengutarakan pendapatnya. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami.
b. Kegiatan Akhir
1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
2. Guru membagikan soal-soal latihan terkait materi yang telah diberikan.
3. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan individual dari nilai dasar kenilai berikutnya setelah mereka melalui kegiatan kelompok.
4. Perwakilan siswa diminta untuk mengumpulkan hasil pekerjaan dimeja guru, selanjutnya guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.
3. Observasi
Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung peneliti mengamati aktivitas belajar siswa serta kinerja guru dengan cara memberikan tanda ceklis pada lembar observasi.
(41)
4. Refleksi
Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Analisis yang dilakukan pada siklus pertama adalah untuk mengetahui sejauh mana antusias proses pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe (STAD) berlangsung, Analisis hasil belajar siswa dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai kelas. Hasil analisis digunakan sebagai bahan perencanaan pada siklus ke III.
Siklus III
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus III, guru dan penulis secara kolaboratif partisipaif melakukan kegiatan antara lain:
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara kolaboratif antara guru dan peneliti.
b. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi untuk kegiatan guru dan siswa, lembar kerja siswa. c. Menyusun instrumen evaluasi pembelajaran berupa soal postes.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus III materi pembelajarannya adalah ”Menerima dan Mematuhi Keputusan Bersama”. Langkah-langkah pembelajaran adalah sebagai berikut:
(42)
a. Kegiatan Awal
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe (STAD).
2. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui kegiatan yang akan dilaksanakan. 3. Guru memotivasi siswa dengan menginformasikan cara
belajar yang akan ditempuh dengan pembelajaran kooperatif tipe (STAD).
4. Dengan tanya jawab guru dan siswa mengecek kemampuan siswa sebelum memulai pembelajaran.
b. Kegiatan inti
1. Guru menyampaikan meteri dan tujuan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe (STAD).
2. Guru menjelaskan materi Menerima dan mematuhi keputusan bersama
3. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang telah dijelaskan.
4. Guru membagi beberapa kelompok, yang setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa yang kemampuan akademiknya terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah serta jenis kelamin siswa.
5. Guru membagikan lembar diskusi siswa kepada masing-masing kelompok untuk dikerjakan anggota setiap kelompok
(43)
tentang materi pembelajaran yang sudah diberikan guru untuk didiskusikaan bersama-sama, dan saling membantu antara anggota lain dalam kelompoknya, sedangkan guru memotivasi dan memfasilitasi kerja siswa dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
6. Setelah selesai guru memeriksa hasil kerja diskusi dari setiap kelompok
7. Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk maju membacakan hasil diskusi.
8. Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk memberi tanggapan dari jawaban siswa yang maju.
9. Siswa mengumpulkan hasil kerja kelompoknya dan guru menanggapi, meluruskan, dan memperjelas dari setiap jawaban kelompok.
10.Guru memberi penguatan kepada siswa yang berani maju dan memberi motivasi terhadap siswa lain agar dapat lebih berani dalam mengutarakan pendapatnya. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami.
c. Kegiatan Akhir
1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
2. Guru membagikan soal-soal latihan terkait materi yang telah diberikan.
(44)
3. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan individual dari nilai dasar kenilai berikutnya setelah mereka melalui kegiatan kelompok.
4. Perwakilan siswa diminta untuk mengumpulkan hasil pekerjaan dimeja guru, selanjutnya guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.
5. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar selalu rajin belajar.
3. Observasi
Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung peneliti mengamati aktivitas belajar siswa serta kinerja guru dengan cara memberikan tanda ceklis pada lembar observasi.
4. Refleksi
Dalam kegiatan refleksi tentunya untuk membahas sesuatu yang telah terjadi dalam siklus ketiga yang dilakukan oleh peneliti baik itu kelebihan atau kelemahan selama proses pembelajaran berlangsung. Jika pada siklus ketiga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan telah terjadi peningkatan dibanding dengan siklus-siklus sebelumnya, maka penelitian dianggap cukup. Namun apabila masih terdapat kekurangan, penelitian akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya.
(45)
H.Indikator Keberhasilan Penelitian
Penerapan model kooperatif tipe STAD pada pembelajaran PKn dalam penelitian ini dikatakan berhasil apabila:
1) Jumlah siswa aktif meningkat setiap siklusnya, 2) Adanya peningkatan rata-rata nilai setiap siklusnya,
3) Tingkat keberhasilan belajar siswa secara klasikal mencapai ≥75% (diadaptasi dari Depdiknas, 2008 :5)
(46)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Prosedur Penelitian 1. Deskripsi Awal
Sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas, terlebih dahulu dilakukan observasi terhadap guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Dari observasi awal yang telah dilakukan, ditemukan kelemahan-kelemahan sehingga berakibat pada aktivitas dan hasil belajar siswa. Kelemahan tersebut antara lain:
1. Pembelajaran di kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur masih bersifat teacher centered
2. Rendahnya aktivitas belajar siswa kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur
3. Penggunaan waktu penyajian materi PKn yang kurang efisien
4. Hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur belum maksimal
5. Guru belum secara optimal menggunakan model STAD
2. Refleksi Awal
Dalam temuan observasi awal tersebut, maka perlu dilakukan perubahan pada proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif
(47)
dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat, dalam hal ini salah satu model pembelajaran yang dianggap tepat adalah model kooperatif tipe STAD, dalam penggunaannya disesuaikan dengan kompetensi dasar, indikator, dan materi dalam melaksanakan pembelajaran PKn.
3. Persiapan Pembelajaran
Sebelum dilaksanakan proses pembelajaran siklus I, II dan siklus III melalui penerapan model kooperatif tipe STAD di kelas V A SDN 8 Metro Timur, maka penulis melakukan persiapan sebagai berikut:
a. Menganalisis pokok bahasan atau materi yang akan dituangkan dalam pembelajaran melalui penerapan model kooperatif tipe STAD.
b. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti pemetaan, silabus, rencana perbaikan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), lembar kerja siswa, lembar evaluasi yang terdiri dari soal dan kunci jawaban, sumber belajar (buku paket).
c. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.
B. Hasil Penelitian 1. Siklus I
1) Perencanaan
Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD pada pembelajaran PKn, peneliti dan guru melakukan persiapan antara lain yaitu
(48)
1. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti pemetaan, silabus, rencana perbaikan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), lembar kerja siswa, lembar evaluasi yang terdiri dari soal dan kunci jawaban, sumber belajar (buku paket).
2. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pertama (siklus I) dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 6 Maret 2012 pada pukul 07.30 - 08.40 WIB. Materi yang diajarkan pada pertemuan ini adalah “keputusan bersama dalam musyawarah dan nilai-nilai dasar yang harus diperhatikan dalam melakukan musyawarah”.
Kegiatan Awal:
Guru memberi salam serta mengkondisikan kelas dan melakukan absensi, selanjutnya guru memulai kegiatan pembelajaran dengan memberikan apersepsi kepada siswa yaitu berupa pertanyaan, anak-anak siapa diantara kalian yang pernah berselisih pendapat dengan teman kalian, kemudian kalian berdiskusi untuk menyatukan pendapat kalian, dan dilanjutkan dengan guru menjelaskan tujun pembelajaran yang akan dicapai setiap siswa. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah kooperatif tipe STAD.
(49)
1. Guru memfasilitasi siswa dengan media grafis berupa gambar yang berkaitan dengan materi pembelajaran yaitu “keputusan bersama dan musyawarah”. Pada awal pembelajaran ini banyak siswa memperhatikan gambar yang ditampilkan guru di papan tulis.
2. Setelah guru menempelkan media gambar di papan tulis, guru memerintahkan siswa untuk membentuk kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 orang anggota. Pada kegiatan pembagian kelompok ini sebagian besar siswa umumnya masih kurang faham akan apa yang diperintahkan oleh guru namun guru segera menjelaskan pembagian kelompok-kelompoknya.
3. Setelah semua siswa berkumpul dengan kelompoknya masing masing, kegiatan selanjutnya yaitu guru menyajikan materi pelajaran kurang lebih 10-15 menit. Pada saat guru menjelaskan materi tentang “keputusan bersama dan musyawarah”, ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan apa yang guru jelaskan, sehingga guru menegur siswa yang sedang mengobrol agar memeperhatikan apa yang guru jelaskan
4. Setelah guru selesai menerangkan materi pembelajaran “keputusan bersama dan musyawarah”, guru memfasilitasi setiap kelompok dengan pemberian lembar diskusi sesuai dengan materi yang dipelajari yaitu “keputusan bersama dan musyawarah”. Pada kegiatan ini masih banyak siswa yang berjalan-jalan kekelompok
(50)
lain dan membuat kegaduhan tidak memperhatikan perintah yang diberikan oleh guru.
5. Langkah selanjutnya yaitu meminta siswa untuk berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing dalam mengerjakan lembar diskusi yang telah diberikan.
6. Setelah selesai guru memeriksa hasil kerja diskusi dari setiap kelompok. Setiap kelompok mengumpulkan hasil kerja diskusi kelompok mereka masing-masing.
7. Meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja diskusi kelompoknya kemudian meminta kelompok lain untuk menanggapi materi yang dipresentasikan.
8. Setelah kegiatan diskusi selesai guru meminta siswa untuk bersiap-siap mengerjakan soal post test yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa serta melihat kemampuan siswa.
Kegiatan Akhir:
Pada kegiatan akhir guru memberikan kesempatan bertanya pada siswa mengenai hal-hal yang belum dipahami. Guru juga memberikan penguatan dan bertanya jawab meluruskan kesalahpahaman tentang materi yang dipelajari. Guru juga membimbing siswa membuat kesimpulan mengenai pembelajaran yang telah dipelajari, sekaligus memberikan motivasi kepada siswa untuk rajin belajar dan mempersiapkan diri untuk mengikuti
(51)
pembelajaran selanjutnya, serta menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
a. Temuan pada Siklus 1 1. Aktivitas belajar siswa
Aktivitas belajar siswa siklus I dilaksanakan pada tanggal 6 Maret 2012 Selama proses kegiatan pembelajaran diperoleh data aktivitas sebagai berikut:
Tabel 3. Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus I
No Aspek yang Diamati Skor Aktivitas Siklus I
1 Partisipasi 56
2 Minat 58
3 Perhatian 54
4 Presentasi 52
Jumlah 220 Nilai Rata-rata aktivitas siswa 50,92
Kriteria Aktivitas Siswa Sedang
Data lengkap terdapat pada lampiran. Berdasarkan tabel, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menunjukkan nilai aktivitas sebesar 50,92, jika dilihat pada kriteria aktivitas siswa menunjukkan tingkat aktivitas siswa masih “sedang” dalam proses pembelajaran PKn melalui penerapan model kooperatif tipe STAD.
2. Kinerja Guru
Kinerja guru pada siklus I masih terdapat beberapa kendala antara lain pada saat pra pembelajaran, guru sudah cukup memeriksa kesiapan siswa meskipun belum optimal, kemudian
(52)
pada saat membuka pelajaran guru melakukan apersepsi dengan cukup baik, tetapi kurang jelas dan kurang lengkap dalam meyebutkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selanjutnya, pada kegiatan inti sudah menunjukkan penguasaan materi cukup tetapi kurang dalam mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan dan dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah dialokasikan masih kurang. Pada aspek-aspek lainnya secara keseluruhan masih kurang dan pelaksanaannya belum maksimal.
Hal tersebut dapat dilihat pada tabel kinerja guru berikut ini:
Tabel 4. Kinerja Guru pada Siklus I
No Aspek yang Diamati Skor Kinerja Siklus I
1 Pra Pembelajaran 6
2 Membuka Pelajaran 6
3 Kegiatan Inti Pembelajaran 88
4 Penutup 9
Jumlah 109
Nilai Kinerja Guru 62,28
Kriteria Kinerja Guru Sedang
Data kinerja guru selengkapnya terlampir. Berdasarkan tebel di atas, kinerja guru pada saat siklus I diperoleh nilai sebesar 62,28. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat kinerja guru masih “sedang” dalam proses pembelajaran PKn melalui penerapan model kooperatif tipe STAD.
(53)
3. Hasil Belajar Siswa
Setelah dilakukan post test pada siklus 1 maka diperoleh data nilai hasil belajar siswa yang sebagaimana telah tercantum pada tabel di bawah ini:
Tabel 5. Hasil Belajar Siswa Siklus I
Interval Nilai Frekuensi
Pos test
≤ 49 0
50 – 59 5
60 – 69 9
70 – 79 9
80 – 89 4
≥ 90 0
Jumlah 27
Nilai Rata-rata 64,44
Tuntas ( ≥65) 13 Siswa (48,14%)
Belum Tuntas (<65) 14 Siswa (51,85%)
Data nilai hasil belajar selengkapnya terlampir. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai pos test (kuis) menunjukan 13 siswa (48,14%) memperoleh nilai ≥65 dan sebanyak 14 siswa (51,85%) memperoleh nilai <65 dengan nilai rata-rata sebesar 64,44.
b. Refleksi Siklus I
Berdasarkan pengamatan oleh observer terhadap proses pembelajaran pada siklus I melalui penerapan model kooperatif tipe STAD. Terdapat beberapa hal yang harus diperbaiki, diantaranya: 1. Dalam kegiatan pembelajaran khusunya guru dalam melakukan
(54)
2. Dalam penyampaian materi pembelajaran masih ada beberapa kendala yang ditemukan seperti lafal dan intonasi guru yang terdengar kurang jelas.
3. Masih banyak siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru, sehingga pada saat pembagian dan diskusi kelompok mereka kurang memahami apa yang telah dijelaskan oleh guru. 4. Efisiensi penggunaan waktu harus optimal.
c. Saran dan Perbaikkan untuk Siklus II
1. Untuk meningkatkan kinerja guru, khusunya pada kegiatan pembelajaran guru hendaknya melakukan persiapan yang benar-benar matang agar optimalisasi waktu lebih baik.
2. Agar siswa dapat lebih memahami apa yang disampaikan oleh guru, hendaknya guru juga harus memeperhatikan pelafalan dan intonasi perkataannya sehingga siswa lebih mudah untuk menangkap materi yang dijelaskan oleh guru.
3. Agar siswa dapat lebih fokus atau memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru, hendaknya guru lebih tegas kepada siswa yang mengobrol atau bermain sehingga mereka tidak menganggap remeh pelajaran yang disampaikan.
(55)
2. Siklus II
1) Perencanaan
Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD pada pembelajaran PKn, peneliti dan guru melakukan persiapan antara lain yaitu
1. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti pemetaan, silabus, rencana perbaikan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), lembar kerja siswa, lembar evaluasi yang terdiri dari soal dan kunci jawaban, sumber belajar (buku paket).
2. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 13 Maret 2012 pada pukul 07.30 - 08.40 WIB. Materi yang diajarkan pada pertemuan ini adalah “musyawarah untuk mufakat, voting dan pengambilan keputusan bersama dengan cara aklamasi”. Kegiatan Awal:
Sebelum memulai kegiatan pembelajaran guru memberi salam serta mengkondisikan kelas dan melakukan absensi, selanjutnya guru memulai kegiatan pembelajaran dengan memberikan apersepsi kepada siswa yaitu berupa pertanyaan, Anak-anak siapa diantara kalian yang pernah berselisih pendapat dengan anggota keluarga untuk pergi ke tempat wisata pada saat liburan, dan
(56)
dilanjutkan dengan guru menjelaskan tujun pembelajaran yang akan dicapai setiap siswa.
Kegiatan Inti:
Pada kegiatan inti guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah kooperatif tipe STAD.
1. Guru menampilkan media gambar di depan kelas yang berguna untuk membantu guru dalam penyampaian materi dan memudahkan siswa memahami materi yang diberikan. Pada kegiatan di siklus II ini, siswa yang mau memperhatikan penjelasan guru sudah lebih baik dibandingkan siklus sebelumnya.
2. Guru membagi siswa ke dalam kelompok heterogen yang setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 anggota kelompok. Pada kegiatan pembagian kelompok ini, masih banyak siswa yang tidak mendengarkan perintah guru. Mereka tidak mau bergabung dengan kelompok yang telah di tentukan, dan ada pula siswa yang tidak mendapatkan kelompok. Melihat hal tersebut guru segara membimbing mereka dan memberikan pengertian kepada setiap siswa agar mau bergabung dengan kelompok yang telah ditentukan oleh guru.
3. Setelah semua siswa berkumpul dengan kelomponya masing-masing, kegiatan selanjutnya yaitu guru menyajikan materi pelajaran kurang lebih 10-15 menit. Pada saat guru menjelaskan materi “musyawarah untuk mufakat, voting dan pengambilan
(57)
keputusan bersama dengan cara aklamasi”, masih ada beberapa siswa yang terlihat mengobrol dengan teman satu kelompoknya dan tidak memperhatikan penjelasan guru.
4. Setelah guru selesai menerangkan materi pembelajaran, setiap kelompok dibagikan lembar diskusi yang sesuai dengan materi yang dipelajari yaitu “musyawarah untuk mufakat, voting dan pengambilan keputusan bersama dengan cara aklamasi”.
5. Langkah selanjutnya yaitu meminta siswa untuk berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing dalam mengerjakan lembar diskusi yang telah diberikan. Pada kegiatan ini masih banyak siswa yang kurang aktif dalam diskusi kelompok yang diberikan, walaupun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan pada siklus I. 6. Setelah selesai berdiskusi guru memeriksa hasil kerja diskusi dari
setiap kelompok. Setiap kelompok mengumpulkan hasil kerja diskusi kelompok mereka masing-masing.
7. Meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja diskusi kelompoknya kemudian meminta kelompok lain untuk menanggapi materi yang dipresentasikan.
8. Setelah kegiatan diskusi selesai guru meminta siswa untuk bersiap-siap mengerjakan soal post test siklus II yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa serta melihat kemampuan siswa dalam menguasai materi yang diberikan oleh guru.
(58)
Kegiatan Akhir:
Pada kegiatan akhir guru memberikan kesempatan bertanya pada siswa mengenai hal-hal yang belum dipahami. Guru juga memberikan penguatan dan bertanya jawab meluruskan kesalahpahaman tentang materi yang dipelajari. Guru juga membimbing siswa membuat kesimpulan mengenai pembelajaran yang telah dipelajari, sekaligus memberikan motivasi kepada siswa untuk rajin belajar dan mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya, serta menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
a. Temuan pada Siklus II 1. Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas belajar siswa siklus II dilaksanakan pada tanggal 13 Maret 2012 Selama proses kegiatan pembelajaran diperoleh data aktivitas sebagai berikut:
Tabel 6. Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus II
No Aspek yang Diamati Skor Aktivitas Siklus II
1 Partisipasi 73
2 Minat 69
3 Perhatian 73
4 Presentasi 67
Jumlah 283
Nilai Rata-rata Aktivitas Siswa 65,50
Kriteria Aktivitas Siswa Tinggi
Data lengkap terdapat pada lampiran. Berdasarkan tabel di atas pada siklus II, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
(59)
menunjukkan nilai aktivitas sebesar 65,50, jika dilihat pada kriteria aktivitas siswa menunjukkan tingkat aktivitas siswa “tinggi” dalam proses pembelajaran PKn melalui penerapan model kooperatif tipe STAD.
2. Kinerja Guru
Pada siklus II, beberapa aspek yang mengalami kendala sudah mulai diperbaiki. pada aspek pra pembelajaran, yaitu membuka pelajaran, menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan sudah dilaksanakan dengan cukup baik. Pada aspek membuka pelajaran penyampaian tujuan kompetensi harus diperbaiki agar siswa lebih dapat menerima pembelajaran dengan baik. Kemudian pada spek kegiatan inti pembelajaran umumnya sudah meningkat dibandingkan pada pertemuan pertama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table di bawah ini.
Tabel 7. Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus II
No Aspek yang Diamati Skor Kinerja Siklus II
1 Pra Pembelajaran 8
2 Membuka Pelajaran 7
3 Kegiatan Inti Pembelajaran 102 4 Penutup 11
Jumlah 124
Nilai Kinerja Guru 70,85
Kriteria Kinerja Guru Tinggi
Data kinerja guru selengkapnya terlampir. Berdasarkan tebel di atas, kinerja guru pada saat siklus II diperoleh nilai
(60)
sebesar 70,85. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat kinerja guru masih “tinggi” dalam proses pembelajaran PKn melalui penerapan model kooperatif tipe STAD.
3. Hasil Belajar Siswa Siklus II
Setelah dilakukan post test pada siklus 1 pertemuan 2 maka diperoleh data nilai hasil belajar siswa yang sebagaimana telah tercantum pada tabel di bawah ini:
Tabel 8. Hasil Belajar Siswa Siklus II
Interval Nilai Frekuensi
Pos test
≤ 49 0
50 – 59 1
60 – 69 10
70 – 79 3
80 – 89 11
≥ 90 2
Jumlah 27
Nilai Rata-rata 71,11
Tuntas ( ≥65) 16 Siswa (59,25%)
Belum Tuntas (<65) 11 Siswa (40,74%)
Data nilai hasil belajar selengkapnya terlampir. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai pos test siklus II (kuis) menunjukan 16 siswa (59,25%) memperoleh nilai ≥65 dan sebanyak 11 siswa (40,74%) memperoleh nilai <65 dengan nilai rata-rata sebesar 71,11.
(61)
b. Refleksi Siklus II
Berdasarkan pengamatan oleh observer terhadap proses pembelajaran pada siklus II melalui penerapan model kooperatif tipe STAD. Terdapat beberapa hal yang harus diperbaiki, diantaranya: 1. Dalam kegiatan pembelajaran khusunya guru hendaknya
meningkatkan kinerjanya pada kegiatan inti pembelajaran agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan lebih maksimal
2. Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran khususnya pada saat diskusi kelompok perlu ditingkatkan.
3. Guru hendaknya lebih dapat menguasai kelas, sehingga kegiatan belajar lebih efektif.
4. Efisiensi penggunaan waktu masih harus dioptimalkan.
c. Saran dan Perbaikkan untuk Siklus II
1. Sebaiknya guru harus lebih mempersiapkan diri sebelum melakukan pembelajaran agar pada saat kegiatan belajar dapat meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Perhatian guru kepada siswa lebih ditingkatkan kepada setiap siswa agar siswa yang masih kurang aktif dalam kegiatan diskusi dapat berkerja sama dengan baik.
3. Ketegasan sebagai seorang guru perlu ditingkatkan agar siswa di dalam kelas mematuhi apa yang diperintahkan guru.
(62)
3. Siklus III
1) Perencanaan
Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD pada pembelajaran PKn, peneliti dan guru melakukan persiapan antara lain yaitu
1. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti pemetaan, silabus, rencana perbaikan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), lembar kerja siswa, lembar evaluasi yang terdiri dari soal dan kunci jawaban, sumber belajar (buku paket).
2. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus III dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 20 Maret 2012 pada pukul 07.30 - 08.40 WIB. Materi yang diajarkan pada pertemuan ini adalah “hal yang dilakukan setelah keputusan ditetapkan, asas-asas yang harus diperhatikan dalam melaksanakan keputusan bersama dan manfaat melaksanakan keputusan bersama secara kekeluargaan”.
Kegiatan Awal:
Sebelum memulai kegiatan pembelajaran guru memberi salam serta mengkondisikan kelas dan melakukan absensi, selanjutnya guru memulai kegiatan pembelajaran dengan memberikan apersepsi kepada siswa yaitu berupa pertanyaan, Anak-anak apa yang kira-kira kalian lakukan jika keputusan bersama telah
(63)
ditetapkan dan dilanjutkan dengan guru menjelaskan tujun pembelajaran yang akan dicapai setiap siswa.
Kegiatan Inti:
Pada kegiatan inti guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah kooperatif tipe STAD.
1. Sama seperti pada pertemuan pertama siklus II, guru menampilkan media gambar di depan kelas yang berguna untuk membantu guru dalam penyampaian materi dan memudahkan siswa memahami materi yang diberikan. Pada kegiatan di siklus III ini, siswa yang mau memperhatikan penjelasan guru sudah lebih baik dibandingkan siklus sebelumnya.
2. Guru membagi siswa ke dalam kelompok heterogen yang setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 anggota kelompok. Pada kegiatan pembagian kelompok ini, sebagian besar siswa sudah mudah untuk diatur dan mereka segara bergabung dengan kelompoknya masing-masing.
3. Setelah semua siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing, kegiatan selanjutnya yaitu guru menyajikan materi pelajaran yang akan didiskusikan yaitu, “hal yang dilakukan setelah keputusan ditetapkan, asas-asas yang harus diperhatikan dalam melaksanakan keputusan bersama dan manfaat melaksanakan keputusan bersama secara kekeluargaan”.
4. Setelah guru selesai menerangkan materi pembelajaran, setiap kelompok dibagikan lembar diskusi yang sesuai dengan materi
(64)
yang dipelajari yaitu hal yang dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan asas-asas yang harus diperhatikan dalam melaksanakan keputusan bersama”.
5. Langkah selanjutnya yaitu meminta siswa untuk berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing dalam mengerjakan lembar diskusi yang telah diberikan. Pada kegiatan ini keaktifan siswa dalam berdiskusi sudah jauh lebih baik dibandingkan pada siklus II, hanya beberapa siswa saja yang masih bermain dan mengobrol dengan teman lainnya.
6. Setelah selesai berdiskusi guru memeriksa hasil kerja diskusi dari setiap kelompok. Setiap kelompok mengumpulkan hasil kerja diskusi kelompok mereka masing-masing.
7. Perwakilan dari setiap kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja diskusi kelompoknya kemudian meminta kelompok lain untuk menanggapi materi yang dipresentasikan.
8. Guru memerintahkan semua siswa untuk kembali ketempat duduknya masing-masing untuk bersiap melakukan post tes siklus III. Gunanya yaitu untuk mengetahui hasil belajar siswa.
Kegiatan Akhir:
Pada kegiatan akhir guru memberikan kesempatan bertanya pada siswa mengenai hal-hal yang belum dipahami. Guru juga memberikan penguatan dan bertanya jawab meluruskan kesalahpahaman tentang materi yang dipelajari. Guru juga
(65)
membimbing siswa membuat kesimpulan mengenai pembelajaran yang telah dipelajari, sekaligus memberikan motivasi kepada siswa untuk rajin belajar dan mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya, serta menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
a. Temuan pada Siklus III 1. Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas belajar siswa siklus III dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2012 Selama proses kegiatan pembelajaran diperoleh data aktivitas sebagai berikut:
Tabel 9. Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus III
No Aspek yang Diamati Skor Aktivitas Siklus III
1 Partisipasi 93
2 Minat 96
3 Perhatian 86
4 Presentasi 81
Jumlah 356
Nilai Rata-rata Aktivitas Siswa 82,40
Kriteria Aktivitas Siswa Tinggi
Data lengkap terdapat pada lampiran. Berdasarkan tabel di atas pada siklus III, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menunjukkan nilai aktivitas sebesar 82,40. Jika dilihat pada kriteria aktivitas siswa menunjukkan tingkat aktivitas siswa sudah “tinggi” dalam proses pembelajaran PKn melalui penerapan model kooperatif tipe STAD.
(66)
2. Kinerja Guru
Pada siklus III, kinerja guru dalam proses pembelajaran sudah memuaskan setiap aspek pengamatan sudah berjalan dengan lancar, jika terjadi kendala segera dapat diatasi. Untuk lebih jelasnya penilaian kinerja guru dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 10. Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus III
No Aspek yang Diamati Skor Kinerja Siklus III
1 Pra Pembelajaran 9
2 Membuka Pelajaran 8
3 Kegiatan Inti Pembelajaran 123 4 Penutup 13
Jumlah 153
Nilai Kinerja Guru 87,42
Kriteria Kinerja Guru Sangat Tinggi
Data kinerja guru siklus III selengkapnya terlampir. Berdasarkan tebel di atas, kinerja guru pada siklus III diperoleh nilai sebesar 87,42. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat kinerja guru “sangat tinggi” dalam proses pembelajaran PKn melalui penerapan model kooperatif tipe STAD.
a. Hasil Belajar Siswa
Setelah dilakukan post test pada siklus III maka diperoleh data nilai hasil belajar siswa yang sebagaimana telah tercantum pada tabel di bawah ini:
(67)
Tabel 11. Hasil Belajar Siswa Siklus III
Interval Nilai Frekuensi
Pos test
≤ 49 0
50 – 59 2
60 – 69 4
70 – 79 5
80 – 89 9
≥ 90 7
Jumlah 27
Nilai Rata-rata 77,40
Tuntas ( ≥65) 22 Siswa (81,48%)
Belum Tuntas (<65) 5 Siswa (18,51%)
Data nilai hasil belajar siswa siklus III selengkapnya terlampir. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai pos test siklus III (kuis) menunjukan 22 siswa (81,48%) memperoleh nilai ≥65 dan sebanyak 5 siswa (18,51%) memperoleh nilai <65 dengan nilai rata-rata sebesar 77,40.
b. Refleksi Siklus III
1. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sudah baik, siswa mau berdiskusi dengan teman satu kelompoknya.
2. Kinerja guru dalam proses pembelajaran sudah baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.
3. Penggunann waktu lebih efektif dan efisien sehingga tidak banyak waktu yang terbuang percuma.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan melalui penerapan model kooperatif tipe STAD pada pembelajaran PKn di kelas V A SDN 8 Metro Timur, aktivitas dan hasil belajar siswa dapat
(1)
Gambar 5. Grafik Rekapitulasi Pesentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat ketuntasan hasil belajar siswa dari siklus ke siklus semakin meningkat. Pada siklus I ketuntasan belajar siswa menunjukkan 14 siswa (51,85%) “Tidak Tuntas” dan 13 siswa (48,14%) telah “Tuntas”. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa menunjukkan 11 siswa (40,74%) “Tidak Tuntas” dan 16 siswa (59,25%) telah “Tuntas”. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa menunjukkan 5 siswa (18,51%) “Tidak Tuntas” dan 22 siswa (81,48%) telah “Tuntas”.
48,14
59,25
81,48
51,85
40,74
18,51
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Siklus I Siklus II Siklus III
p
e
rsen
tase
(%
)
Tuntas Tidak Tuntas
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan terhadap siswa kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur pada pembelajaran PKn dapat disimpulkan bahwa:
1. Penerapan model kooperatif Tipe STAD pada pembelajaran PKn dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan observer terhadap aktivitas belajar siswa. Aktivitas siswa mengalami peningkatan setiap siklusnya, dari siklus I ke siklus II dan dari siklus II ke siklus III. Pada siklus I diperoleh nilai aktivitas sebesar 50,92
dengan kriteria aktivitas siswa yaitu “sedang”. Pada observasi aktivitas
siswa siklus II diperoleh nilai aktivitas sebesar 65,50 dengan kriteria
aktivitas siswa yaitu “tinggi”, sehingga terjadi peningkatan aktivitas
belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 14,58. Pada observasi aktivitas siswa siklus III diperoleh nilai aktivitas sebesar 82,40 dengan
kriteria aktivitas siswa yaitu “tinggi”, sehingga terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus II ke siklus III yaitu sebesar 16,90.
2. Penerapan model kooperatif Tipe STAD pada pembelajaran PKn dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan nilai hasil belajar
(3)
yang telah diperoleh siswa pada siklus I, II dan III. Pada siklus I nilai rata hasil belajar siswa sebesar 64,44, kemudian pada siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 71,11 dan pada siklus III meningkat menjadi 77,40, dengan demikian terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 6,67 dan dari siklus II ke siklus III sebesar 6,29. Bila dilihat dari persentase ketuntasan hasil belajar siswa, dari 27 siswa pada siklus I persentase ketuntasan belajar siswa sebanyak 13 siswa (48,14%), pada siklus II meningkat menjadi 16 siswa (59,25%) dan pada siklus III meningkat menjadi 22 siswa (81,48%).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan temuan data di atas, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut:
1. Siswa
Dalam kegiatan pembelajaran keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar harus ditingkatkan, tidak selalu terpusat pada guru saja, sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan efektif.
2. Guru
Tidak selalu menggunakan metode yang monoton yaitu dengan menggunakan metode ceramah. Hendaknya guru lebih kreatif dalam memilih atau menggunakan model pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih aktif dan tidak terpaku pada guru, misalnya model kooperatif tipe STAD.
(4)
3. Sekolah
Fasilitas pembelajaran yang memadai tentu saja dapat menunjang apa yang dibutuhkan siswa dalam kegiatan belajar. Sehingga guru dapat lebih mengoptimalkan kemampuannya dalam memilih model pembelajaran yang ingin diterapkan.
4. Peneliti
Penelitian dilakukan untuk dapat mengetahui kualitas pembelajaran baik guru maupun siswa oleh sebab itu peneliti hendaknya benar-benar melaksanakannya sesuai dengan prosedur penelitian tindakan kelas yang baik dan benar, serta menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan langkah-langkah yang tepat.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, Sri. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Universitas Terbuka. Jakarta. Anonim. 2008. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar. http:// duniabaca.
com/pengertian-belajar-dan-hasil-belajar.html. 5 Desember 2011@ 14.30 WIB.
Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB, & TK. Yrama Widya. Bandung
Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Cooperative. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta.
Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Publisher. Jakarta.
Dimyati, Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta. Hendy. 2010. Perbandingan-Penerapan-Pembelajaran. Diakses tanggal 10
Desember 2011. Pukul 20.00 WIB. http//hendygoblog.blogspot.com. Hernawan, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran SD. UPI PRESS. Bandung. Ihsan, Fuad. 2008. Dasar-dasar Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta. Jakarta.
Juliantara, Ketut. Aktivitas belajar. http://edukasi. kompasiana.com/ 2010/04/11/aktivitas-belajar/. 6 Desember 2011@ 17.03 WIB.
KTSP. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 mengenai standari isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas. Jakarta
Lie, Anita. 2010. Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang Nusa Media. Bandung.
(6)
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran. Rajawali Pers. Jakarta.
Rusminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Depdiknas. Jakarta.
Slavin, Robert. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media. Bandung.
Suharjo. 2006. Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar Teori dan Praktek.
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. Jakarta.
Sumarni, Siti. 2005. Pengertian motivasi Belajar. http:// belajarpsikologi.com/ pengertian-motivasi-belajar/. 7 Desember 2011@ 20.03 WIB.
Sumiati. 2009. Metode Pembelajaran. Wacana Prima. Bandung
Sunyono. 2009. Modul Perencanaan PTK dan Penulisan Karya Ilmiah Fakultas Kegururan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa.(2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Balai Pustaka . Jakarta.
Wardhani, I, dkk. 2009. Perspektif Pendidikan SD. Universitas Terbuka. Jakarta.
Winarno. 2006. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Bumi Aksara. Jakarta
Winataputra,udin S,dkk. 2009. Materi dan Pembelajaran PKn di SD. Universitas Terbuka. Jakarta.
Yasa, Doantara. 2008. Aktivitas dan Prestasi Belajar. http:// ipotes. wordpress. com/2008/05/24/prestasi-belajar/.html. 6 Desember 2011@ 12.15 WIB.