Upaya inovasi pelaksanaan liturgi perayaan ekaristi di Paroki ST. Fransiskus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta demi keterlibatan kaum muda - USD Repository
UPAYA INOVASI PELAKSANAAN LITURGI PERAYAAN EKARISTI
DI PAROKI ST. FRANSISKUS XAVERIUS KIDUL LOJI YOGYAKARTA
DEMI KETERLIBATAN KAUM MUDA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh :
Hari Purnomo Aji
NIM : 021124030
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
SKRIPSI
UPAYA INOVASI PELAKSANAAN LITURGI PERAYAAN EKARISTI
DI PAROKI ST. FRANSISKUS XAVERIUS KIDUL LOJI YOGYAKARTA
DEMI KETERLIBATAN KAUM MUDA
Oleh :
Hari Purnomo Aji
NIM : 021124030
Telah disetujui oleh:
Pembimbing
SKRIPSI
UPAYA INOVASI PELAKSANAAN LITURGI PERAYAAN EKARISTI
DI PAROKI ST. FRANSISKUS XAVERIUS KIDUL LOJI YOGYAKARTA
DEMI KETERLIBATAN KAUM MUDA
Dipersiapkan dan ditulis oleh
Hari Purnomo Aji
NIM : 021124030
Telah dipertahankan di depan panitia penguji
Pada tanggal 18 juni 2007
dan dinyatakan memenuhi syarat
SUSUNAN PANITIA PENGUJI
Nama Lengkap Tanda tangan Ketua : Drs. F.X. Heryatno W.W, S.J, M.Ed ………………… Sekretaris : F.X Dapiyanta, SFK., M.Pd ………………… Anggota : 1. Drs. H.J Suhardiyanto, SJ …………………
2. Dra. Y. Supriyati, M.Pd ………………… 3. P. Banyu Dewa Hs, S.Ag., M.Si ………………...
Yogyakarta 18 Juni 2007
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada
tim liturgi paroki
dan
teman-teman kaum muda
di Paroki St. Fransiskus Xaverius Kidul Loji, Yogyakarta
MOTTO
“Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu
perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku”
(Luk 22: 19)
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.Yogyakarta, 1 Juni 2007 Penulis, Hari Purnomo Aji
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah UPAYA INOVASI PELAKSANAAN LITURGIPERAYAAN EKARISTI DI PAROKI ST.FRANSISKUS XAVERIUS KIDUL
LOJI YOGYAKARTA DEMI KETERLIBATAN KAUM MUDA. Judul ini
dipilih berdasarkan pada fakta bahwa kaum muda yang tinggal di Paroki St.
Fransiskus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta ternyata kurang berminat untuk
mengikuti kegiatan Perayaan Ekaristi di parokinya sendiri. Hal ini disebabkan
karena kaum muda menganggap bahwa bentuk atau model Perayaan Ekaristi yang
biasa diselenggarakan di Paroki St. Fransiskus Xaverius Kidul Loji dirasa kurang
hidup dan kurang menarik bagi mereka. Disamping itu kaum muda juga merasa
bahwa bentuk atau model Perayan Ekaristi yang biasa diselenggarakan terlalu
monoton dan membosankan. Akibatnya banyak kaum muda yang tinggal di
Paroki St. Fransiskus Xaverius Kidul Loji yang mencari gereja di paroki lain
untuk menemukan penyegaran serta suasana baru yang lebih hidup dan menarik
bagi mereka.Berdasarkan keprihatinan di atas, maka melalui kegiatan penelitian yang
dilakukan di Paroki St. Fransiskus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta, penulis ingin
memberikan masukan kepada tim liturgi paroki berkaitan dengan upaya
memperbaiki bentuk atau model Perayaan Ekaristi yang sekiranya diminati oleh
kaum muda. Maka untuk mendukung semuanya itu, akan dipaparkan mengenai
pengertian Liturgi, pengertian Ekaristi, pengertian kaum muda, bentuk atau model
Perayaan Ekaristi yang diminati oleh kaum muda, penghayatan kaum muda
tentang Ekaristi, dan usulan bentuk atau model Perayaan Ekaristi yang sekiranya
diminati oleh kaum muda.Setelah melihat bentuk atau model Perayaan Ekaristi yang diminati oleh
kaum muda, tim liturgi paroki diharapkan semakin terbantu untuk mengupayakan
bentuk atau model Perayaan Ekaristi yang lebih hidup dan menarik bagi mereka.
Maka dengan adanya upaya perbaikan terhadap pelaksanaan Perayaan Ekaristi
tersebut, kaum muda diharapkan semakin tertarik dan berminat untuk mengikuti
kegiatan Perayaan Ekaristi di parokinya sendiri, sehingga melalui kegiatan
tersebut kaum muda dapat memetik makna Ekaristi demi perkembangan hidup
beriman mereka.KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan kasih-Nya yang telah senantiasa membimbing dan menyertai penulis
sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini dengan
baik. Skripsi ini disusun dalam rangka membantu tim liturgi Paroki St. Fransiskus
Xaverius Kidul Loji untuk menyusun bentuk atau model Perayaan Ekaristi yang
sekiranya menarik bagi kaum muda, disamping itu juga sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Katolik di Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Judul skripsi ini
adalah “UPAYA INOVASI PELAKSANAAN LITURGI PERAYAAN
EKARISTI DI PAROKI ST. FRANSISKUS XAVERIUS KIDUL LOJI
YOGYAKARTA DEMI KETERLIBATAN KAUM MUDA” Selama menyelesaikan tugas skripsi ini penulis merasa mendapat banyakdukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua saja yang
telah membantu dan mendampingi penulis selama menyelesaikan tugas skripsi ini,
terlebih kepada:1. Drs. H. J. Suhardiyanto, SJ selaku pembimbing utama yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan membantu
penulis di dalam menyelesaikan tugas skripsi ini.2. P. Banyu Dewa HS, S. Ag., M. Si. Selaku penguji kedua dan sekaligus sebagai dosen wali yang selalu memberi perhatian dan dorongan kepada penulis.
3. Dra. Y. Supriyati, M. Pd. Selaku penguji ketiga yang telah membimbing dan mendukung penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini.
4. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung SJ., M.Ed. selaku Kaprodi IPPAK-JIP- FKIP-USD yang telah mendukung dan memberi motivasi kepada penulis.
5. Teman-teman mudika Paroki Kidul Loji yang telah membantu menjawab kuesioner yang telah penulis bagikan, sehingga dapat mempercepat proses penelitian.
6. Kedua orang tuaku tercinta yang selalu memberikan bantuan dan dukungan baik dalam bentuk materiil maupun spirituil.
7. Teman-temanku angkatan 2002 dan sahabat karibku yang selalu memberikan perhatian dan dukungan selama penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan-kekurangan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi penyempurnaan skripsi
ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan masukan
bagi para pemerhati liturgi pada umumnya dan tim liturgi Paroki Kidul Loji pada
khususnya.Yogyakarta, 1 Juni 2007 Penulis, Hari Purnomo Aji
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iiiHALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... viABSTRAK ....................................................................................................... vii
ABSTRACT..................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI.................................................................................................... xiDAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xiv
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A.Latar Belakang ........................................................................................... 1
B.Rumusan Permasalahan ............................................................................. 8
C.Tujuan Penulisan........................................................................................ 8
D.Manfaat Penulisan...................................................................................... 9
E.Metode Penulisan....................................................................................... 10
F.Sistematika Penulisan ................................................................................ 10
BAB II LITURGI, EKARISTI, DAN HAL IKHWAL KAUM MUDA ......... 12
A.Pengertian Liturgi....................................................................................... 12
B.Pengertian Ekaristi ..................................................................................... 17
C.Hal Ikhwal Kaum Muda............................................................................. 23
BABIII PENELITIAN TENTANG PENGALAMAN KAUM MUDA
DISEKITAR LITURGI PERAYAAN EKARISTI PAROKI ST.FRANSISKUS XAVERIUS KIDUL LOJI YOGYAKARTA ......
27
1. Situasi Jalannya Liturgi Perayaan Ekaristi yang Terjadi Di Paroki
St.Fransiskus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta ................................. 32
2. Gambaran Umum Kaum Muda yang Tinggal Di Paroki St.Fransiskus
Xaverius Kidul Loji Yogyakarta ........................................................ 38
B.
Kegiatan Perayaan Ekaristi ....................................................................... 42
1.Tujuan Penelitian ................................................................................. 43 2. Metode Penelitian ................................................................................ 43 3. Instrumen Penelitian ............................................................................ 43 4. Variabel Penelitian............................................................................... 44 C. Hasil Penelitian dan Pembahasan .............................................................. 45 1.
Hasil Penelitian .................................................................................... 45 2. Pembahasan Penelitian......................................................................... 52
BAB IV UPAYA MELAKSANAKAN LITURGI PERAYAAN EKARISTI YANG MENARIK BAGI KAUM MUDA DI PAROKI ST. FRANSISKUS XAVERIUS KIDUL LOJI YOGYAKARTA GUNA MENINGKATKAN KETERLIBATAN MEREKA ............ 55 A.
Bentuk/Model Perayaan Ekaristi yang Diminati Kaum Muda .................. 55
B.Penghayatan Kaum Muda Tentang Ekaristi............................................... 58
C.Usulan Bentuk/Model Perayaan Ekaristi Bagi Kaum Muda...................... 59
1. Usulan Tema Ekaristi dan Tujuannya.................................................. 60 2. Program................................................................................................ 62 D.Contoh Bentuk/Model Perayaan Ekaristi Bagi Kaum Muda ..................... 65
1. Tema Ekaristi I: Memaknai dan Menghayati Ekaristi Dalam Hidup... 65 2. Tema Ekaristi II: Pilihlah Aku ............................................................. 77 BAB V PENUTUP........................................................................................... 88 A. Kesimpulan ................................................................................................ 88 B.Saran........................................................................................................... 90
LAMPIRAN..................................................................................................... 94
1.Panduan Pertanyaan Kuesioner............................................................ (1) 2. Sejarah Singkat Gereja Paroki St.Fransiskus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta ........................................................................................... (5)
3. Susunan Wilayah/Lingkungan Paroki St.Fransiskus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta ................................................................................... (10)
DAFTAR SINGKATAN A.
Daftar Singkatan Kitab Suci Dalam skripsi ini, singkatan Kitab Suci mengikuti Kitab Suci Perjanjian
Baru: dengan pengantar dan catatan singkat. (Dipersembahkan kepada Umat
Katolik Indonesia oleh Direktorat Jendral Bimas Katolik Departemen Agama
Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985,
hal.8.B. Daftar Singkatan Dokumen Resmi Gereja
LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang
Gereja tanggal 21 November 1964.
SC : Sacrosanctum Concilium, Konstitusi Konsili Vatikan II tentang Liturgi
Suci, 4 Desember 1963.KL : Konstitusi Liturgi, Dokumen Konsili Vatikan II yang berbicara
mengenai LiturgiC. Daftar Singkatan Umum EKM : Ekaristi Kaum Muda Ef : Efesus
FIC : Congregatio Fratres Immaculatae atau Konggregasi Santa Perawan
Maria yang Terkandung Tanpa Noda Gal : Galatia Kis : Kisah Para Rasul Kor : Korintus KGPAA : Kanjeng Gusti Pangeran Aryo Adipati Luk : Lukas Mat : Matius Mrk : Markus Mudika : Muda-Mudi Katolik
PUBM : Pedoman Umum Buku Misa
Pr : Projo PB : Perjanjian Baru PL : Perjanjian Lama Ul : Ulangan Yoh : YohanesBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paroki St. Fransiskus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta merupakan paroki
kevikepan yang memiliki tempat sangat strategis. Paroki ini terletak di pusat jantung kota Yogyakarta, tepatnya di jalan Panembahan Senopati No 22. Bila dibandingkan dengan seluruh paroki-paroki yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta, Paroki Kidul Loji ini bisa dikatakan sebagai paroki yang paling besar dan termegah di Yogyakarta. Bentuk ornamen bangunannya cukup indah dan peralatan-peralatan yang terdapat di dalam gedung gereja yang ada di paroki ini sangat lengkap, sehingga cukup membantu umat di dalam mengikuti Perayaan Ekaristi yang diselenggarakan dalam paroki.
Disamping memiliki bangunan gereja yang cukup megah, gedung pastoran yang terdapat di belakang gereja juga dibangun dengan cukup bagus, dengan segala fasilitas yang memadai bagi keperluan imam yang tinggal di paroki tersebut. Selain dari pada itu, di paroki ini juga masih dilengkapi dengan fasilitas aula paroki yang biasa digunakan oleh gereja untuk acara rapat (misalnya rapat dewan paroki, rapat tim liturgi, rapat prodiakon dsb) serta sering juga disewakan kepada umat sebagai tempat untuk acara resepsi atau pernikahan, sehingga uang dari hasil sewa tersebut biasa digunakan oleh paroki sebagai dana tambahan untuk perbaikan dan pembangunan
Bila ditinjau dari segi fisik seperti yang telah diungkapkan di atas, sebetulnya Paroki St. Fransiskus Xaverius Kidul Loji mempunyai peluang yang sangat besar untuk memajukan perkembangan iman kaum muda lewat kegiatan liturginya.
Banyaknya wilayah yang terdiri dari 22 lingkungan dengan jumlah kaum muda secara keseluruhan sekitar 500 jiwa, sebenarnya cukup potensial untuk mendukung perkembangan dan kemajuan paroki. Pada tahun-tahun sembilan puluhan, paroki ini memang sempat mengalami suatu perkembangan yang sangat pesat, baik itu perkembangan yang terjadi di dalam bidang liturgi maupun perkembangan yang terjadi dalam bidang fisik.
Perkembangan-perkembangan yang terjadi dalam bidang liturgi diantaranya yaitu tumbuhnya komunitas paduan suara yang dipersiapkan oleh paroki untuk memeriahkan Perayaan Ekaristi (paduan suara pasopati), penyediaan alat-alat musik tradisional jawa (gamelan) serta alat musik keroncong, adanya variasi di dalam menyusun bentuk atau model Perayaan Ekaristi dsb. Sedangkan perkembangan- perkembangan yang terjadi dalam bidang fisik diantaranya yaitu pembangunan dan perluasan gedung gereja, pembuatan Gua Maria disamping gereja, pembangunan gedung pastoran, serta perluasan area parkir untuk memenuhi kebutuhan seluruh umat yang akan mengikuti kegiatan Perayaan Ekaristi.
Perkembangan paroki yang terjadi pada waktu itu juga sangat berpengaruh terhadap keterlibatan dan keaktifan kaum muda di dalam menyelenggarakan kegiatan Perayaan Ekaristi. Kaum muda kelihatan cukup antusias di dalam mengikuti Perayaan hidup dan menarik bagi mereka. Jarang sekali ada kaum muda yang ikut merayakan Perayaan Ekaristi di paroki lain, mereka biasanya lebih senang untuk mengikuti Perayaan Ekaristi di parokinya sendiri karena mereka merasa sudah menemukan suatu kecocokan di dalam menumbuhkan dan memperkembangkan imannya.
Ungkapan Kenyataan di atas menimbulkan kesan yang bertolak belakang dengan keadaan yang ada pada saat ini. Di dalam perkembangannya, Paroki Kidul Loji ternyata tidak semakin maju tetapi justru semakin mundur. Pembaharuan- pembaharuan serta variasi-variasi yang dulu sering dilakukan dalam rangka kemajuan dan perkembangan liturgi, pada tahun-tahun terahir ini sudah jarang dilakukan. Kegiatan Perayaan Ekaristi terkesan agak monoton, sehingga suasana liturgi menjadi terkesan kaku dan kurang hidup. Hal itu mengakibatkan banyak kaum muda yang jenuh dan bosan di dalam mengikuti Perayaan Ekaristi yang diselenggarakan di parokinya sendiri.
Kenyataan tersebut memang sedang terjadi di Paroki Kidul Loji pada akhir- akhir ini, dimana kaum muda bisa dikatakan sudah mulai jenuh untuk mengikuti Perayaan Ekaristi di parokinya sendiri, sehingga banyak dari antara mereka yang akhirnya mencari gereja di paroki lain yang sekiranya cocok dan sesuai dengan yang mereka harapkan. Keterlibatan kaum muda yang mulai surut untuk mengikuti Perayaan Ekaristi di Paroki Kidul Loji ini kiranya bisa ditinjau dari beberapa faktor, misalnya faktor yang pertama bisa dimungkinkan karena bentuk atau model Perayaan Ekaristi itu sendiri yang cenderung monoton dan kurang bervariasi. Padahal kalau mengenai variasi-variasi yang dapat dilakukan dalam menyusun struktur jalannya Perayaan Ekaristi. Beberapa contoh variasi yang dapat dilakukan dalam menyusun Perayaan Ekaristi yang terdapat dalam Pedoman Umum Buku Misa (PUBM) yaitu misalnya mengenai bacaan pertama dan bacaan kedua.
Dalam setiap Perayaan Ekaristi yang diadakan pada hari Minggu dan hari raya, biasanya disediakan tiga bacaan yaitu bacaan pertama yang diambil dari Kitab Suci Perjanjian Lama, bacaan kedua dari surat-surat Perjanjian Baru (misalnya surat St. Paulus, St. Yohanes atau St. Petrus), dan bacaan Injil. Bacaan pertama dan bacaan kedua menurut Pedoman Umum Buku Misa (PUBM) pada prinsipnya dapat dipilih salah satu, dalam arti bisa dipilih satu bacaan dari bacaan pertama yang diambil dari Perjanjian Lama atau bacaan kedua yang diambil dari surat Perjanjian Baru.
Martasudjita (1998: 40) mengatakan bahwa “kalau tidak ada alasan khusus, ketiga bacaan tersebut sebaiknya dibacakan. Akan tetapi ada kemungkinan untuk hanya memakai dua bacaan saja yaitu salah satu dari bacaan pertama atau kedua dan bacaan Injil”. Maka dari itu, agar di dalam Perayaan Ekaristi ada suatu variasi, baik kalau salah satu diantara bacaan pertama atau bacaan kedua tersebut kadang-kadang digunakan tetapi kadang-kadang juga bisa ditiadakan agar kaum muda yang mengikuti kegiatan Perayaan Ekaristi tidak merasa jenuh dengan bentuk atau model Perayaan Ekaristi yang terlalu kaku dan monoton.
Disamping itu, bacaan kitab suci yang akan diangkat oleh imam dalam homili sebaiknya juga disesuaikan dengan situasi hidup yang dialami oleh kaum muda. Para sehingga di dalam memberikan renungan dan nasihat pada waktu homili kiranya dapat mengena dan mampu menanggapi permasalahan yang sedang dihadapi oleh kaum muda. Hal ini kiranya perlu menjadi perhatian khusus bagi para imam, sebab kaum muda yang berkembang pada zaman sekarang ini boleh dikatakan sudah memiliki pendidikan yang cukup tinggi sehingga cepat melihat dan mensikapi sesuatu yang tidak sesuai dengan yang mereka harapkan. Maka ketika Perayaan Ekaristi juga tidak sesuai dengan yang mereka harapkan karena bacaan yang diangkat oleh imam dalam homili kurang menyentuh situasi dan kebutuhan hidup kaum muda, akhirnya banyak kaum muda yang mulai mencari gereja di paroki lain yang sekiranya cocok dengan yang mereka harapkan.
Disamping pada bacaan pertama dan bacaan kedua, varisai lain yang dapat dilakukan dalam penyusunan bentuk atau model Perayaan Ekaristi adalah pada bagian persembahan. Menurut Pedoman Umum Buku Misa (PUBM), bagian persembahan yang terdapat dalam susunan Perayaan Ekaristi dapat dilakukan dengan berbagai macam variasi, misalnya yaitu dipakai sebuah nyanyian dengan tema bukan “Persembahan”, lagu dinyanyikan tanpa pengikut sertaan umat, lagu diganti dengan musik instrumental dari organ, dimeriahkan dengan lagu paduan suara dan yang terahir ditiadakan sama sekali dan waktunya dipakai untuk merenungkan kembali bacaan dan kotbah serta penerapannya dalam hidup (Prier Edmund, 1998: 14-15).
Martasudjita (1998: 50) juga mengatakan bahwa “persiapan persembahan merupakan ruang gerak kreativitas, khususnya pada perarakan persembahan itu, untuk menghindari adanya kejenuhan dalam diri kaum muda terhadap model atau bentuk Perayaan Ekaristi yang diselenggarakan di Paroki Kidul Loji, baik kalau pada bagian persembahan ini juga diadakan suatu variasi (entah dengan tarian, puisi maupun lagu pujian yang lebih menarik), sehingga dengannya mampu menumbuhkan minat dan semangat dalam diri kaum muda untuk dapat terlibat secara aktif di dalam mengikuti kegiatan Perayaan Ekaristi di parokinya sendiri.
Variasi-variasi dalam penyusunan bentuk atau model Perayaan Ekaristi yang telah diungkapkan di atas adalah variasi yang bisa dilakukan agar urutan liturgi ini dapat berpengaruh positif terhadap minat kaum muda di dalam mengikuti Perayaan Ekaristi. Segi-segi lain yang sekiranya juga dapat berpengaruh terhadap minat kaum muda di dalam mengikuti Perayaan Ekaristi di Paroki St. Fransiskus Xaverius Kidul Loji juga dapat dimungkinkan dari pemilihan lagu-lagu yang kurang menarik.
Kedudukan nyanyian atau paduan suara di dalam Perayaan Ekaristi sebetulnya juga mempunyai peranan yang sangat penting untuk menghidupkan suasana liturgi, sebab dengan adanya nyanyian atau paduan suara tersebut diharapkan dapat mengangkat dan menciptakan suasana liturgi supaya lebih hidup. Kalau dari segi nyanyiannya sendiri kurang begitu diperhatikan, dalam arti lagu-lagunya yang mungkin monoton karena hanya berpatokan pada lagu-lagu yang sudah amat biasa dinyanyikan, maka besar kemungkinan kaum muda menjadi semakin jenuh dan bosan untuk mengikuti Perayaan Ekaristi di Paroki Kidul Loji.
Disamping dari segi nyanyian atau pemilihan lagu-lagu yang monoton, hal-hal muda di dalam mengikuti Perayaan Ekaristi di Paroki Kidul Loji, juga bisa berasal dari alat musiknya yang kurang menarik serta sarana sound sistem yang kurang memadai. Peralatan musik yang modern serta sarana sound sistem yang cukup memadai kiranya juga diperlukan dalam rangka lebih menghidupkan suasana liturgi, sebab kalau dari segi nyanyiannya sudah bagus, tetapi dari segi peralatan musiknya kurang mendukung, maka hal itu juga akan membuat suasana liturgi menjadi kurang begitu hidup.
Kidung-kidung pujian yang seharusnya dinyanyikan dengan meriah menjadi tidak bergairah dan tidak hidup lagi. Keadaaan seperti ini kalau tidak segera diadakan variasi atau pembaharuan-pembaharuan, nantinya juga akan menimbulkan kebosanan dalam diri kaum muda, sehingga dari situ memungkinkan kaum muda menjadi semakin malas untuk mengikuti Perayaan Ekaristi di Paroki Kidul Loji dan mulai mencari gereja di paroki lain untuk menemukan penyegaran dan suasana baru yang lebih hidup.
Dengan adanya permasalahan-permasalahan dalam bidang liturgi Ekaristi seperti yang telah diungkapkan di datas, penulis sebagai salah seorang kaum muda yang tinggal di Paroki St. Fransiskus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta merasa prihatin dengan keadaan paroki yang kadang kurang mendukung perkembangan iman kaum muda lewat kegiatan liturginya. Paroki terlalu berpatokan pada kebiasaan-kebiasaan yang sudah ada, tanpa melihat situasi atau keadaan kaum muda yang dihadapi.
Akibatnya banyak kaum muda yang merasa kurang tersapa, sehingga banyak dari
Paroki Kidul Loji dan mulai mencari gereja paroki lain yang sekiranya dapat sesuai dengan harapan mereka.
Maka atas gambaran singkat dan keprihatinan tersebut di atas, penulis ingin sekali membantu menyuarakan aspirasi kaum muda di dalam menanggapi suasana liturgi yang ada di Paroki St. Fransiskus Xaverius Kidul Loji dalam bentuk suatu tulisan yang berjudul “Upaya Inovasi Pelaksanaan Liturgi Perayaan Ekaristi di Paroki St. Fransiskus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta Demi Keterlibatan Kaum Muda”.
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah yang dapat disusun dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kesan kaum muda terhadap Liturgi Perayaan Ekaristi yang dilaksanakan di Paroki Kidul Loji?.
2. Bagaimana dampak dari model atau bentuk susunan Liturgi Perayaan Ekaristi yang dilaksanakan di Paroki Kidul Loji terhadap keterlibatan kaum muda di dalam mengikuti kegiatan tersebut?.
3. Apa yang diharapkan oleh kaum muda atas pelaksanaan Liturgi Ekaristi yang diselenggarakan di Paroki Kidul Loji?.
C. Tujuan Penulisan
Dengan memperhatikan latar belakang serta permasalahan yang telah
1. Menemukan gambaran tentang kesan kaum muda terhadap bentuk atau model Liturgi Perayaan Ekaristi yang terjadi di Paroki Kidul Loji.
2. Menemukan gambaran tentang dampak pelaksanaan Liturgi Perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan kaum muda dalam mengikuti kegiatan tersebut.
3. Memberi masukan pada tim liturgi paroki untuk mengupayakan bentuk/model Liturgi Perayaan Ekaristi yang sesuai dengan harapan kaum muda.
4. Memberi masukan pada pemerhati liturgi untuk ikut berfikir di dalam menyusun bentuk atau model Liturgi Perayaan Ekaristi yang sekiranya dapat diminati oleh kaum muda.
5. Memberi masukan pada pemerhati kaum muda untuk meningkatkan keterlibatan kaum muda di dalam mengembangkan Liturgi Perayaan Ekaristi yang terjadi di gereja.
6. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata 1 (S1) pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
D. Manfaat Penulisan 1.
Tersedianya masukan bagi kaum muda di dalam menanggapi jalannya Liturgi Perayaan Ekaristi yang terjadi di Paroki Kidul Loji.
2. Tersedianya masukan bagi tim liturgi paroki di dalam mengadakan berbagai macam variasi dalam penyusunan Liturgi Perayaan Ekaristi.
3. Tersedianya masukan bagi tim liturgi paroki untuk menerapkan suatu bentuk atau model susunan Perayaan Ekaristi yang sekiranya dapat diminati oleh kaum muda.
4. Tersedianya masukan bagi pemerhati liturgi untuk mengadakan pembaharuan dalam menciptakan bentuk atau model Liturgi Perayaan Ekaristi yang sesuai dengan harapan kaum muda.
5. Tersedianya masukan bagi pemerhati kaum muda yang tinggal di Paroki
Kidul Loji untuk ikut terlibat di dalam menciptakan bentuk atau model Liturgi Perayaan Ekaristi yang lebih hidup.
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis akan menggunakan metode deskriptif analistis yaitu dengan memanfaatkan studi lapangan dan studi pustaka untuk dapat memperoleh gambaran tentang keterlibatan kaum muda di dalam mengikuti Perayaan Ekaristi di Paroki St. Fransiskus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab, adapun sistematika penulisan berdasarkan bab-bab tersebut adalah sebagai berikut: Bab I adalah pendahuluan, yang akan memuat tentang latar belakang permasalahan dalam penulisan skripsi ini, rumusan permasalahan, tujuan penulisan,
Bab II akan berbicara mengenai pengertian tentang liturgi, pengertian tentang Ekaristi, dan hal ikhwal kaum muda. Bab III akan berbicara mengenai gambaran umum Paroki St. Fransiskus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta, kegiatan Perayaan Ekaristi yang diselenggarakan di Paroki St. Fransiskus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta, serta hasil penelitian dan pembahasan. Bab IV akan berbicara mengenai bentuk atau model Perayaan Ekaristi yang sekiranya diminati oleh kaum muda, selanjutnya akan dibahas juga tentang sejauh mana penghayatan kaum muda tentang Ekaristi, setelah itu akan diusulkan beberapa bentuk atau model Perayaan Ekaristi bagi kaum muda, dan pada bagian terakhir akan diberikan suatu contoh bentuk atau model Perayaan Ekaristi bagi kaum muda.
Bab V merupakan kesimpulan yang mencakup seluruh ringkasan dari hasil penulisan dan sekaligus akan disampaikan saran serta masukan yang mendukung sebagai penutup dari seluruh penulisan.
BAB II LITURGI, EKARISTI, DAN HAL IKHWAL KAUM MUDA A. Pengertian Liturgi Kata “Liturgi” berasal dari bahasa Yunani leitourgia. Kata ini terbentuk
dari akar kata leitos yang merupakan kata sifat untuk kata benda laos (bangsa) dan
ergon yang berarti karya. Secara harafiah, leitourgia berarti kerja atau pelayanan
yang dibaktikan bagi kepentingan bangsa. Dalam masyarakat Yunani kuno, kata
leitourgia dimaksudkan untuk menunjuk kerja bakti atau kerja pelayanan yang
tidak dibayar, iuran atau sumbangan dari masyarakat yang kaya dan pajak untuk
masyarakat atau negara (Martasudjita, 1999: 18).Pada tulisan Perjanjian Baru, penggunaan kata leitourgia atau leitourgein
memiliki beberapa makna yang berbeda-beda. Kisah Para Rasul 13:2 merupakan
satu-satunya teks Perjanjian Baru yang menggunakan kata liturgi menurut arti
yang biasa kita mengerti hari ini, yaitu untuk menunjuk ibadat atau doa kristiani.
Dalam Roma 15:16 Paulus disebut pelayan (leitourgos) Yesus Kristus melalui
pelayanan pemberitaan Injil Allah, oleh karena itu istilah liturgi disini berarti
pelayanan dalam bidang pewartaan Injil. Tetapi dalam 2 Korintus 9:12 dan Roma
15:27 kata liturgi berarti sumbangan yang merupakan tindakan amal kasih bagi
saudara-saudara seiman di tempat lain. Jadi kalau disimpulkan kata “liturgi”
menurut Perjanjian Baru kiranya selalu berhubungan dengan pelayanan kepada
Allah dan sesama (Martasudjita, 1999: 20).Di dalam perkembangannya pengertian liturgi mengalami suatu perubahan
arti yang beraneka ragam. Liturgi tidak hanya menunjuk pada suatu pelayanan
bagi kepentingan bangsa atau pelayanan kepada sesama, tetapi lebih menunjukan
suatu perayaan misteri keselamatan dari Allah sendiri melalui putranya Yesus
Kristus yang bersama dengan Gereja dan dalam perantaraan Roh kudus
memberikan keselamatan dan menguduskan umat manusia.Hal ini kiranya juga ditegaskan dalam Sacrosanctum Concilium 7 (SC 7),
dimana liturgi dipandang sebagai suatu pelaksanaan tugas imamat Yesus Kristus.
Di dalam liturgi dilaksanakan ibadat umum yang seutuhnya oleh Tubuh Mistik
Yesus Kristus, yakni Kepala beserta para anggota-Nya. Menurut Sacrosanctum
Concilium 7 subyek liturgi adalah Kepala dan para anggota Tubuh Mistik Kristus.
Hal ini berarti bahwa subyek atau pelaku liturgi adalah Yesus Kristus dan Gereja,
oleh karena itu liturgi selalu merupakan tindakan Kristus dan sekaligus tindakan
Gereja.Pengertian liturgi di dalam dokumen-dokumen pasca-Vatikan II juga
selalu mengacu dan menegaskan apa yang diajarakan oleh Konstitusi Liturgi ini
(Sacrosanctum Concilium 7), maka benar juga bila orang merumuskan definisi
liturgi sebagai tindakan bersama antara sang Imam Agung Yesus Kristus dan
Gereja-Nya bagi pengudusan manusia dan pemuliaan Allah (Martasudjita,1999:
26-27).Liturgi mempunyai tempat khusus dalam kehidupan kaum muda, bahkan
merupakan puncak kegiatan kaum muda dan sumber dari mana mengalirlah segala
rahmat kekuatan dari Allah yang menyucikan dan menguduskan mereka. Setiap
kaum muda yang tinggal di paroki-paroki mempunyai kebiasaan untuk berkumpul
dan dalam himpunan tersebut, mereka memuji dan bersyukur kepada Allah,
memanjatkan doa-doa, mewujudkan dan merayakan kerajaan-Nya ditengah-
tengah dunia (seperti apa yang telah dilakukan oleh Jemaat Perdana). Liturgi
sebagai suatu kegiatan kaum muda juga mempunyai peranan yang sangat
istimewa, sebab dalam liturgi terjadi suatu “perayaan kebersamaan” yang
mencerminkan kebhinekaan dalam diri kaum muda. Dalam liturgi segala
perbedaan yang ada diantara kaum muda (misalnya perbedaan suku, bahasa,
warna kulit, kebudayaan) harus disingkirkan karena pada dasarnya iman semua
kaum muda adalah satu dan sama, yaitu iman akan Yesus Kristus.Maka dari itu dalam Konstitusi Liturgi no 10 dijelaskan bahwa liturgi adalah: “puncak yang dituju oleh kegiatan Gereja, dan serentak sumber dari mana mengalirlah segala kekuatan-Nya. Hal ini terjadi karena pada dasarnya semua usaha kerasulan mempunyai satu tujuan, yakni agar semua orang yang lewat iman dan pembaptisan menjadi putra dan putri Allah, berhimpun menjadi satu untuk memuliakan Allah di dalam Gereja, untuk berpartisipasi dalam kurban dan menikmati perjamuan Tuhan” (Majalah Liturgi, 2005: 11). Jadi dapat dikatakan bahwa semua kegiatan liturgi yang diselenggarakan di
paroki harus melibatkan seluruh pribadi manusia. Liturgi bukan melulu kegiatan
religius, bukan pula kegiatan rasional atau intelektual melulu. Liturgi merupakan
pengalaman manusiawi yang melibatkan seluruh kemampuan manusia yang
meliputi tubuh, jiwa, perasaan, emosi, daya khayal dan ingatan. Oleh karena itu,
setiap kali kaum muda berkumpul, wajar kalau ada tuntutan-tuntutan tertentu dari
mereka untuk mengatur agar perjumpaan tersebut dapat menyenangkan bagi
semua. Semua merasa harus tampil sebaik-baiknya dan tidak hanya asal-asalan
saja, maka dari itu agar di dalam Perayaan Liturgi Ekaristi yang diselenggarakan
di paroki dapat terasa lebih menyenangkan bagi kaum muda, baik kalau kegiatan
tersebut dipersiapkan secara lebih matang, entah itu dari segi koornya, kotbah dari
imam, maupun urut-urutan dari Tata Perayaan Ekaristi itu sendiri. Hal inilah yang
sekiranya menjadi tuntutan dasar dan dambaan dari seluruh kaum muda yang
tinggal di Paroki Kidul Loji untuk lebih menghidupkan suasana Perayaan Ekaristi
di Parokinya sendiri.Kemajuan dan perkembangan zaman yang semakin pesat seperti sekarang
ini kiranya sangat berpengaruh terhadap pola pikir kaum muda (termasuk kaum
muda yang tinggal di Paroki Kidul Loji) di dalam mensikapi liturgi yang terjadi di
parokinya sendiri. Banyak kaum muda yang mulai kritis di dalam melihat
jalannya Perayaan Ekaristi yang terjadi di parokinya sendiri. Hal itu tampak ketika
proses jalannya Perayaan Ekaristi yang diselenggarakan di paroki kurang sesuai
dengan harapan kaum muda, maka banyak dari antara mereka yang mulai
memberikan kritik dan saran supaya kegiatan liturgi tersebut menjadi lebih hidup,
menarik bagi semua dan mampu menimbulkan kerinduan untuk selalu diikuti.Kegiatan liturgi yang diselenggarakan di paroki kiranya tidak bisa lepas
dari keterlibatan kaum muda, karena pada dasarnya merekalah yang akan
melaksanakan kegiatan liturgi tersebut bersama dengan seluruh umat. Di dalam
liturgi, kaum muda yang melalui iman dan pembaptisan berkumpul menjadi satu
untuk meluhurkan Allah, ikut serta dalam kurban Yesus Kristus dan menyantap
perjamuan Tuhan. Hal ini dilaksanakan oleh semua kaum muda dan seluruh umat
kristiani hampir setiap hari Minggu. Mereka berkumpul bersama menjadi satu di
dalam Gereja untuk menyelanggarakan Ekaristi secara bersama-sama. Maka dari
itu, kalau kegiatan liturgi ini tidak dipersiapkan dengan baik dan tidak dikemas
secara lebih menarik, nantinya akan mengakibatkan kaum muda menjadi kurang
tertarik untuk mengikuti dan terlibat di dalamnya.Paroki sebagai tempat dimana kaum muda berkumpul untuk merayakan
Liturgi Perayaan Ekaristi hendaknya peka terhadap kebutuhan kaum muda yang
dihadapinya. Paroki tidak bisa hanya berpatokan pada aturan yang sudah ada
tanpa mau melihat situasi dan kondisi dari kaum muda yang dihadapinya. Paroki
harus mengupayakan dan membantu kaum muda supaya dengan penghayatan
iman yang dimilikinya mereka mampu mengungkapkan misteri Kristus serta
hakekat asli Gereja yang sejati. Semua itu berpadu sedemikian rupa, sehingga
dalam Gereja apa yang insani diarahkan dan diabadikan kepada yang ilahi, yang
kelihatan kepada yang tidak nampak, dan yang ada sekarang kepada yang akan
datang, yang sedang kita cari. Maka dari itu liturgi yang diselenggarakan di dalam
paroki hendaknya mampu membantu kaum muda yang berkumpul untuk
mencapai kedewasaan iman akan Yesus Kristus.Di dalam liturgi, kaum muda berkumpul menjadi satu persekutuan
(komunio) yang secara bersama-sama memuji dan mengimani Yesus Kristus.
Pernyataan tersebut ditegaskan kembali dalam Konstitusi Liturgi no 2 yang mengatakan: “liturgi merupakan upaya yang sangat membantu kaum beriman untuk dengan penghayatan mengungkapkan misteri Kristus serta hakekat asli Gereja yang sejati, serta memperlihatkan itu kepada orang-orang lain dengan kenyataan yang tak kelihatan, penuh semangat dalam perjuangan namun penuh dengan kontemplasi, hadir di dalam dunia namun sebagai musafir” (Majalah Liturgi, 2005: 5).
Disana juga dijelaskan bahwa pelaksana liturgi adalah Kristus (pemimpin/kepala
dan Imam Agung), dan kita sebagai Gereja diundang dan dilibatkan ke dalamnya
sebagai anggota tubuh mistik-Nya agar memperoleh pengudusan lewat cara yang
istimewa. Jadi yang terjadi di dalam liturgi yang ada di dunia ini ialah kita ikut
mencicipi liturgi surgawi, yang dirayakan di kota suci Yerusalem surgawi, tujuan
penziarahan kita (Konstitusi Liturgi no 8).Di dalam liturgi, kaum muda juga didorong supaya sesudah dipuaskan
dengan sakramen-sakramen Paska, mereka menjadi sehati sejiwa dalam kasih.
Dalam perayaan liturgi, kaum muda juga diharapkan dapat berdoa supaya mereka
mampu mengamalkan dalam hidup sehari-hari apa yang mereka imani. Jadi dari
liturgi, terutama Ekaristi bagaikan dari sumber mengalirlah rahmat kepada kaum
muda beserta dengan seluruh umat dan dengan hasil guna yang amat besar
diperoleh pengudusan dalam diri kaum muda beserta dengan seluruh umat dan
pemuliaan Allah dalam Kristus, tujuan semua karya Gereja lainnya.B. Pengertian Ekaristi
Istilah Ekaristi berasal dari bahasa Yunani Eucharistia yang berarti puji
Syukur. Eucharistia merupakan terjemahan Yunani untuk bahasa Yahudi birkat
yang dalam perjamuan Yahudi merupakan doa puji syukur sekaligus permohonan
atas karya penyelamatan Allah (Martasudjita, 2003: 269). Jadi Ekaristi dapat
diartikan sebagai ungkapan syukur atas karya penyelamatan Allah yang terjadi
melalui perantaraan Yesus Kristus, maka dari itu dalam Perayaan Ekaristi harus
menekankan segi isi dari apa yang hendak dirayakan, yaitu pujian dan syukur atas
karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus dalam diri kita. Segala ungkapan
syukur selalu kita tujukan kepada Allah karena pada dasarnya Dia sendirilah yang
telah mengutus Putra-Nya untuk datang ke dunia guna menyelamatkan kita.Kata Ekaristi itu sudah digunakan untuk menunjuk seluruh Perayaan
Ekaristi pada tiga abad pertama sejarah Gereja, seperti terdapat dalam tulisan
Didakhe, tulisan St. Ignatius dari Antiokhia, Yustinus martir dan Origenes.
Namun sejak abad IV baik di Gereja Timur maupun di Gereja Barat, istilah
Ekaristi mulai menghilang. Khususnya di Barat, istilah Ekaristi semakin
disempitkan untuk menyebutkan santapan ekaristis atau komuni. Sejak abad IV