S SOS 1100490 Chapter1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan dewasa ini menjadi salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa
disepelekan lagi. Tuntutan masyarakat kepada pendidikan menjadi sangat tinggi.
Profesionalisme dari para pendidik beserta stakeholder pendidikan menjadi sangat
penting,

dilihat

dari

maraknya

masalah-masalah

dalam

dunia


pendidikan

khusunya di Indonesia. Pendidikan disoroti karena menjadi salah satu dasar dalam
pembentukan karakter bangsa. Kasus yang terjadi di dunia pendidikan Indonesia
akhir-akhir ini, seperti kasus bullying dan kekerasan pada peserta didik membuat
masyarakat menjadi lebih memperhatikan kualitas dari para pendidik dan tenaga
kependidikan.
Sejalan dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal (3) tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menyebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Melihat tujuan pendidikan nasional dapat dikatakan bahwa pendidikan
merupakan sebuah usaha yang dilakukan dengan terencana untuk membangun
peserta didik menjadi manusia yang lebih baik, pendidikan sendiri memiliki peran
yang sangat utama dalam membangun suatu bangsa dalam menghadapi segala
perubahan kondisi sosial dan budaya yang terjadi saat ini. Melalui pendidikan
seseorang tidak hanya akan memiliki kemampuan secara kognitif, akan tetapi juga
perubahan perilaku yang dibiasakan melalui proses belajar oleh peserta didik dan
guru. Pendidikan di Indonesia dapat ditempuh dengan dua jalur yakni pendidikan

formal yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan seperti sekolah dan
pendidikan nonformal yang diselenggarakan oleh lembaga di luar sekolah seperti
bimbingan belajar. Pelaksanaan pendidikan formal dilakukan secara testruktur
oleh guru dan siswa dengan proses belajar mengajar. Usman (1996, hlm 4)
mengemukakan

bahwa

“Proses

belajar

mengajar

merupakan proses yang

Lisda Apriyani, 2016
KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SOSIOLOGI SMA NEGERI KOTA BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu


1

2

mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal
balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.”
Untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif dan mencapai
tujuan pembelajaran maka diperlukan seorang guru yang berkompeten dalam
bidangnya. Seorang guru yang profesional harus memiliki kemampuan dalam
mengelola kelas dengan baik “guru tidak hanya berperan sebagai model atau
teladan bagi siswa, tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of
learning)” (Sanjaya, 2006, hlm 52).
UU RI Nomor 14 Tahun 2005 (dalam Barnawi dan Arifin 2012, hlm 36)
mengemukakan

bahwa

„guru

merupakan


pendidik

profesional yang

tugas

utamanya berat, yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai,

dan mengevaluasi peserta didik.‟ Sedangkan menurut Ametembun

(dalam Djamarah, 2005, hlm 320) bahwa „guru adalah semua orang yang
berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara
individual ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah.‟
Sehingga dapat dikatakan bahwa guru merupakan seorang pendidik yang
memiliki kompetensi atau kemampuan yang berbeda dengan profesi lainnya dan
memiliki tanggung jawab dalam mendidik, membimbing dan juga mengarahkan
peserta didik untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.
Dalam sebuah pembelajaran guru memiliki peran utama atau sebagai ujung

tombak dalam terlaksananya pendidikan formal sehingga seorang guru dituntut
untuk dapat mengelola kelas agar menjadikan suasana belajar aktif dan juga
kondusif, oleh karena itu keberhasilan sebuah pembelajaran ditentukan oleh
kualitas dan kemampuan guru dalam mengelola kelas.
Tingkatan pendidikan formal di Indonesia, dimulai ketika anak memasuki
usia dini, yaitu PAUD (pendidikan anak usia dunia dini), TK (taman kanakkanak), SD (sekolah dasar), SMP (sekolah menengah pertama), SMA (sekolah
menengah atas) dan perguruan tinggi. Guru-guru dalam tingkatan-tingkatan yang
berbeda akan menerima pendidikan yang berbeda pula. Misalnya, seorang guru
TK biasa akan kesulitan ketika harus mengajar di TK yang memiliki murid
berkebutuhan khusus. Maka dari itu profesionalisme seorang guru sangat dituntut
untuk mencapai tujuan dari pendidikan.
Lisda Apriyani, 2016
KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SOSIOLOGI SMA NEGERI KOTA BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

3

Selanjutnya, guru-guru di sekolah yang mengampu suatu mata pelajaran
alangkah lebih baik jika memiliki latar belakang pendidikan yang sama dengan
mata pelajaran yang diampunya, seperti yang dikemukakan oleh Sanjaya (2006,

hlm 16) bahwa :
Mengajar bukanlah hanya menyampaikan materi saja, akan tetapi
merupakan pekerjaan yang bertujuan dan bersifat kompleks sehingga dalam
pelaksanaanya diperlukan keterampilan khusus yang didasarkan pada
konsep dan ilmu pengetahuan yang spesifik, sehingga untuk menjadi
seorang guru profesional diperlukan latar belakang yang sesuai, yaitu latar
belakang kependidikan keguruan.
Setiap guru dalam mata pelajaran yang berbeda tentu akan memiliki
kemampuan yang berbeda juga, sehingga dalam hal penguasaan materi, mengelola
kelas, interaksi dalam pebelajaran serta pemanfaatan media dan akan berbeda
juga. Saat ini tidak semua guru mengampu mata pelajaran yang sesuai dengan
latar belakang pendidikannya. Salah satunya adalah guru mata pelajaran sosiologi
di sekolah menengah atas negeri di Kota Bandung.
Sebanyak 71,87 % guru mata pelajaran sosiologi di 17 (tujuh belas) sekolah
menengah atas negeri di Bandung bukan berasal dari latar belakang pendidikan
yang sama dengan mata pelajaran yang diampunya. Berdasarkan data tersebut
bahwa guru mata pelajaran sosiologi di SMA Negeri di Kota Bandung yang
berasal dari jurusan filsafat dan sosiologi pendidikan berjumlah 5 (lima) orang
atau sekitar 15,63%, berasal dari jurusan soiologi murni berjumlah 4 (empat) atau
sekitar 12,5%, dan sebanyak (empat belas) orang atau sebanyak 71,87% berasal

dari jurusan pendidikan lainnya seperti pendidikan geografi, pendidikan umum,
pendidikan luar sekolah, akuntansi, pendidikan kewarganegaraan, pendidikan
ekonomi, pendidikan sejarah, ilmu hukum, antropologi, manajemen pendidikan,
serta ilmu politik dan kebijakan publik. Hal tersebut menunjukkan bahwa
terjadinya missmatch atau ketidaksesuaian antara latar belakang pendidikan guru
dengan mata pelajaran yang diampunya, terjadinya ketidaksesuaian tersebut
berdampak pada terjadinya proses pembelajaran yang kurang menarik, di
lapangan pembelajaran sosiologi hanya dilakukan di dalam kelas dan materi
disampaikan melalui metode ceramah sehingga pembelajaran lebih monoton,
membosankan dan kurang menarik hasrat belajar siswa,

padahal sosiologi

merupakan pelajaran yang mengkaji tentang masyarakat dan menuntut setiap
Lisda Apriyani, 2016
KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SOSIOLOGI SMA NEGERI KOTA BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

4


peserta didik untuk dapat mengaplikasikan pengajarannya kedalam kehidupan
sehari-hari di masyarakat terutama dengan berinteraksi dan berpikir kritis
mengenai gejala dan fenomena yang terjadi dalam masyarakat. Pembelajaran
sosiologi memberikan pemahaman mengenai fenomena kehidupan yang terjadi di
masyarakat, materi pembelajaran sosiologi mencakup konsep dasar, pendekatan,
metode dan teknik analisis dalam mengkaji berbagai fenomena dan masalah yang
terjadi di masyarakat, sehingga dalam pembelajaran seharusnya tidak hanya
dilakukan di dalam kelas saja. Masyarakat dan lingkungannya merupakan
laboraturium dari sosiologi itu sendiri, sehingga siswa seharusnya dapat belajar
secara faktual dan terjun langsung ke masyarakat. Selain itu, materi yang dikuasai
oleh guru lebih berdasarkan apa yang buku tuliskan, artinya materi yang diberikan
sesuai dengan buku padahal seharusnya materi dan informasi digali dan didapat
secara langsung dari keadaan atau kondisi faktual masyarakat sehingga siswa
dapat

langsung

mengajarkan

mengaplikasikan


pelajaran

teori yang

didapatya.

Oleh

karena

itu,

sosiologi dibutuhkan seorang guru yang betul-betul

menguasai materi pelajaran dan guru yang memiliki cara mengajar yang tidak
monoton karena sosiologi akan selalu berhubungan dengan fenomena yang
sedang terjadi di masyarakat yang akan dikaitkan dengan konsep pembelajaran.
Daya serap siswa terhadap pembelajaran sosiologi masih rendah, hal
tersebut terlihat pada saat penulis melakukan PPL (Program Pengalaman

Lapangan) di salah satu SMA Negeri di kota Bandung, nilai yang didapat siswa
pada mata pelajaran sosiologi masih dibawah dan berada pada standar KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal).

Hal tersebut dipengaruhi oleh minat siswa

terhadap mata pelajaran sosiologi dan pembelajaran sosiologi yang salah satunya
dipengaruhi oleh faktor guru, yaitu guru yang kurang menguasai bahan ajar.
Samana (1994, hlm 18) mengemukakan bahwa “Guru yang baik harus menguasai
bahan ajar secara mendalam, berstruktur dan bermakna agar dapat mengarahkan
serta membimbing belajar siswa secara bermotivasi dan benar, guru dituntut untuk
menguasai bahan ajar pokok dan bahan ajar penunjang”.
Pada dasarnya, setiap guru yang merupakan lulusan kependidikan akan
menerima pendidikan maupun pelatihan mengenai bagaimana cara menjadi
seorang guru profesional. Menjadi seorang guru juga memerlukan kemampuan
Lisda Apriyani, 2016
KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SOSIOLOGI SMA NEGERI KOTA BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

5


mengenai

pengetahuan

dan

keterampilan

dalam

memahami

psikologi

perkembangan

manusia, teori perubahan tingkah laku, kemampuan dalam

merancang

memanfaatkan

dan

berbagai media

dan

sumber

belajar

dan

kemampuan mendesain strategi pembelajaran.
Seorang guru yang profesional tentunya harus memiliki kompetensi yang
mumpuni, diantaranya : kompetensi pedagogik atau kemampuan guru dalam
pengelolaan pendidikan peserta didik, kompetensi sosial atau kemampuan seorang
guru dalam lingkungan sosialnya, kompetensi profesional atau kemampuan guru
dalam meliputi penguasaan bahan ajar dan metodenya, rasa tanggung jawab dan
rasa kebersamaan dengan sesama guru dan kompetensi kepribadian atau
kemampuan seorang guru dalam memiliki kepribadian yang baik. Guru yang
menguasai kompetensi profesional dengan baik maka akan meningkatkan kualitas
guru tersebut dalam mengajar. Namun pada dasarnya setiap guru memiliki
kompetensi profesional yang berbeda sejalan dengan pengalaman dan kemampuan
yang berbeda pula.
Seperti dalam penelitian lain yang telah dilakukan untuk mengetahui
bagaimana kemampuan profesional. Penelitian yang relevan diantaranya adalah
penelitian yang dilakukan oleh Tyan Restiyani pada tahun 2008 dengan hasil
penelitian kompetensi profesional guru meliputi penguasaan materi, struktur dan
konsep keilmuan, penguasaan SK/KD termasuk ke dalam kategori sangat
menguasai; Pengembangan materi secara kreatif termasuk ke dalam kategori
selalu

mengembangkan;

Pengembangan

keprofesionalan termasuk

ke

dalam

kategori sering mengembangkan, dan pemanfaatan TIK termasuk ke dalam
kategori sering memanfaatkan; Kekurangan dari kompetensi profesional guru
adalah kurang optimalnya pemanfaatan TIK dan pengembangan keprofesionalan
sehingga aspek ini perlu untuk terus ditingkatkan. Selain itu penelitian Cut Dian
Tarakavita pada tahun 2009, dengan hasil penelitian : Pengusaan materi, struktur
dan konsep keilmuan termasuk kedalam kategori cukup menguasai; Penguasaan
standar kompetensi dan kompetensi dasar termasuk kedalam kategori cukup
menguasai; Pengembangan materi secara kreatif termasuk kedalam kategori
cukup

mengembangkan;

kategori cukup

Pengembangan

keprofesionalan

termasuk

kedalam

mengembangkan; dan pemanfaatan TIK termasuk kedalam

Lisda Apriyani, 2016
KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SOSIOLOGI SMA NEGERI KOTA BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

6

kategori cukup memanfaatkan; Kekurangan yang menonjol dari kompetensi
profesional guru adalah kurangnya penguasaan materi, pelaksanaan PTK dan
kurang optimalnya pemanfaatan TIK sehingga perlu ditingkatkan.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengangkat
masalah mengenai berbedanya kompetensi profesional guru sosiologi di SMA
Negeri Kota Bandung. Berdasarkan beberapa fenomena diatas maka penulis akan
melakukan penelitian yang berjudul “Kompetensi Profesional Guru Sosiologi
SMA Negeri Kota Bandung (Studi Terhadap Guru Mata Pelajaran Sosiologi
SMA Negeri Di Kota Bandung).”
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan

latar

belakang

yang

telah

dipaparkan

diatas,

penulis

merumuskan suatu permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana
kompetensi profesional guru sosiologi SMA Negeri di Kota Bandung dan
membatasi masalah kedalam beberapa rumusan, yaitu :
1) Bagaimana penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan
yang mendukung mata pelajaran sosiologi oleh guru sosiologi pada
Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Bandung?
2) Bagaimana penguasaan Kompetensi dasar dan Kompetensi Inti mata
pelajaran sosiologi oleh guru sosiologi pada Sekolah Menengah Atas
Negeri di Kota Bandung?
3) Bagaimana guru sosiologi mengembangkan materi pembelajaran secara
kreatif pada Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Bandung?
4) Bagaimana pemanfaatan teknologi dan informasi dalam penyampaian
materi?

Lisda Apriyani, 2016
KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SOSIOLOGI SMA NEGERI KOTA BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

7

1.3 TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah :
1.3.1

Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

kompetensi profesional guru sosiologi SMA Negeri di Kota Bandung.
1.3.2

Tujuan Khusus
Selain tujuan umum, penelitian ini juga memiliki tujuan yang lebih khusus

antara lain:
1) Untuk mengetahui penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir
keilmuan yang mendukung mata pelajaran sosiologi oleh guru sosiologi
pada Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Bandung.
2) Untuk mengetahui penguasaan standar kompetensi dan kompetensi inti
mata pelajaran sosiologi oleh guru sosiologi pada Sekolah Menengah
Atas Negeri di Kota Bandung.
3) Untuk mengetahui kemampuan guru sosiologi dalam mengembangkan
materi pembelajaran secara kreatif pada Sekolah Menengah Atas Negeri
di Kota Bandung.
4) Untuk

mengetahui

pemanfaatan

teknologi

dan

informasi

dalam

penyampaian materi?

1.4 MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1.4.1

Manfaat Teoretis
Diharapkan

penelitian

ini

dapat

bermanfaat

di

bidang

pendidikan,

khususnya yang berkaitan dengan kompetensi profesional guru sosiologi SMA
Negeri di Kota Bandung dalam penguasaan materi dan cara mengajar, penelitian
ini juga

diharapkan

dapat menambah wawasan,

pengetahuan,

pengalaman

mengenai kompetensi profesional guru dalam penguasaan materi dan cara
mengajar siswa khususnya mata pelajaran sosiologi.

Lisda Apriyani, 2016
KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SOSIOLOGI SMA NEGERI KOTA BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

8

1.4.2

Manfaat Praktis
Manfaat yang bersifat praktis dapat bermanfaat bagi guru, siswa, sekolah

dan pengembang kurikulum. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi mengenai sejauh
mana kompetensi profesional guru sosiologi SMA Negeri di Kota Bandung,
sehingga dapat menjadikan dorongan untuk menjadi tenaga pndidik yang
berkualitas dan profesional serta dapat menjadi bahan acuan untuk
memperbaiki

proses

pembelajaran

khususnya

dalam

mata

pelajaran

sosiologi.
2) Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan akan memberikan pengetahuan mengenai
kompetensi

profesional

guru

sosiologi,

sehingga

diharapkan

akan

memperbaiki kualitas pembelajarannya di kelas.
3) Bagi Sekolah
Penelitian
kompetensi

ini

diharapkan

profesional

guru

dapat
sehingga

memberikan
dapat

informasi

mengenai

menjadi ukuran

untuk

pengembangan pendidikan.
4) Bagi Dunia Pendidikan
Penelitian

ini diharapkan

kompetensi profesional yang
sehingga

berguna

untuk

dapat

memberikan

gambaran

mengenai

dimiliki guru khususnya guru sosiologi,

acuan

peningkatan

kualitas

guru dan juga

pendidikan.

1.5 STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI
Sistematika penulisan di dalam penyusunan skripsi ini meliputi lima bab,
yaitu :
BAB I : Pendahuluan, berisi urian tentang pendahuluan dan merupakan bagian
awal skripsi. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi
skripsi.

Lisda Apriyani, 2016
KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SOSIOLOGI SMA NEGERI KOTA BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

9

BAB II : Tinjauan pustaka. Pada bab ini diuraikan konsep-konsep, dokumendokumen atau data-data yang berkaitan dengan fokus penelitian serta teori-teori
yang mendukung penelitian penulis.
BAB III : Metodologi penelitian. Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai
metode penelitian yang meliputi meliputi lokasi dan subjek, populasi atau sampel
penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument
penelitian, proses pengembangan instrument dan teknik pengumpulan data.
BAB IV : Analisis hasil penelitian. Dalam bab ini penulis memaparkan data yang
telah didapatkan dalam enelitian dan pembahasan atau analisis temuan.
BAB V : Simpulan dan saran. Dalam bab ini penulis berusaha mencoba
memberikan kesimpulan dan saran sebagai penutup dari hasil penelitian dan
permasalahan yang telah diidentifikasi dan dikaji dalam skripsi.

Lisda Apriyani, 2016
KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SOSIOLOGI SMA NEGERI KOTA BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu