TUGAS STRATIGRAFI INDONESIA Stratigrafi “Stratigrafi Regional Daerah Ungaran Timur”
TUGAS STRATIGRAFI INDONESIA
“Stratigrafi Regional Daerah Ungaran Timur”
Disusun oleh:
Daniel Bahana Pakpahan
270110110046
Geologi B
FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014
PENDAHULUAN
Daerah pemetaan geologi lanjut penulis resume ini berada di Ungaran Timur, Jawa
Tengah. Secara fisiografis, daerah ini berada pada bagian paling barat dari Zona Kendeng
(van Bemmelen, 1949). Zona Kendeng meliputi deretan pegunungan dengan arah memanjang
barat-timur yang terletak langsung di sebelah utara sub zona Ngawi. Pegunungan ini tersusun
oleh batuan sedimen laut dalam yang telah mengalami deformasi secara intensif membentuk
suatu antiklinorium. Pegunungan ini mempunyai panjang 250 km dan lebar maksimum 40
km (de Genevraye & Samuel, 1972) membentang dari gunungapi Ungaran di bagian barat ke
timur melalui Ngawi hingga daerah Mojokerto. Di bawah permukaan, kelanjutan zona ini
masih dapat diikuti hingga di bawah selatan Madura.
Ciri morfologi Zona Kendeng berupa jajaran perbukitan rendah dengan morfologi
bergelombang, dengan ketinggian berkisar antara 50 hingga 200 meter. Jajaran yang berarah
barat-timur ini mencerminkan adanya perlipatan dan sesar naik yang berarah barat-timur
pula. Intensitas perlipatan dan anjakan yang mengikutinya mempunyai intensitas yang sangat
besar di bagian barat dan berangsur melemah di bagian timur. Akibat adanya anjakan
tersebut, batas dari satuan batuan yang bersebelahan sering merupakan batas sesar. Lipatan
dan anjakan yang disebabkan oleh gaya kompresi juga berakibat terbentuknya rekahan, sesar
dan zona lemah yang lain pada arah tenggara-barat laut, barat daya-timur laut dan utaraselatan.
Proses eksogenik yang berupa pelapukan dan erosi pada daerah ini berjalan sangat
intensif, selain karena iklim tropis juga karena sebagian besar litologi penyusun Zona
Kendeng adalah batulempung-napal-batupasir yang mempunyai kompaksitas rendah,
misalnya pada formasi Pelang, Formasi Kerek dan Napal Kalibeng yang total ketebalan
ketiganya mencapai lebih dari 2000 meter. Karena proses tektonik yang terus berjalan mulai
dari zaman Tersier hingga sekarang, banyak dijumpai adanya teras-teras sungai yang
menunjukkan adanya perubahan base of sedimentation berupa pengangkatan pada Zona
Kendeng tersebut.
STRATIGRAFI REGIONAL
Stratigrafi penyusun Zona Kendeng merupakan endapan laut dalam di bagian bawah
yang semakin ke atas berubah menjadi endapan laut dangkal dan akhirnya menjadi endapan
non laut. Endapan di Zona Kendeng merupakan endapan turbidit klastik, karbonat dan
vulkaniklastik. Berikut merupakan urutan stratigrafi dari tua ke muda pada formasi – formasi
yang terdapat pada daerah penelitian penulis, diantaranya:
1. Formasi Kerek
Formasi ini mempunyai ciri khas berupa perselingan antara lempung, napal
lempungan, napal, batupasir tufaan gampingan dan batupasir tufaan. Perulangan
ini menunjukkan struktur sedimen yang khas yaitu perlapisan bersusun (graded
bedding) yang mencirikan gejala flysch. Berdasarkan fosil foraminifera
planktonik dan bentoniknya, formasi ini terbentuk pada Miosen Awal – Miosen
Akhir ( N10 – N18 ) pada lingkungan shelf. Ketebalan formasi ini bervariasi
antara 1000 – 3000 meter. Di daerah Lokasi Tipe, formasi ini terbagi menjadi 3
anggota (de Genevreye & Samuel, 1972), dari tua ke muda masing-masing : a.
Anggota Banyuurip Tersusun oleh perselingan antara napal lempungan, napal,
lempung dengan batupasir tuf gampingan dan batupasir tufaan dengan total
ketebalan 270 meter. Pada bagian tengah perselingan ini dijumpai batupasir
gampingan dan tufaan setebal 5 meter, sedangkan bagian atas ditandai oleh
adanya perlapisan kalkarenit pasiran setebal 5 meter dengan sisipan tipis dari tuf
halus. Anggota ini berumur N10 – N15 (Miosen Tengah bagian tengah – atas). b.
Anggota Sentul Tersusun oleh perulangan yang hampir sama dengan Anggota
Banyuurip, tetapi lapisan yang bertufa menjadi lebih tebal. Ketebalan seluruh
anggota ini mencapai 500 meter. Anggota Sentul diperkirakan berumur N16
(Miosen Tengah bagian bawah). c. Batugamping Kerek Anggota teratas dari
Formasi Kerek ini tersusun oleh perselang-selingan antara batugamping tufan
dengan perlapisan lempung dan tuf. Ketebalan dari anggota ini adalah 150 meter.
2.
Umur dari Batugamping Kerek ini adalah N17 (Miosen Atas bagian tengah).
Formasi Kalibeng
Formasi ini terletak selaras di atas Formasi Kerek. Formasi ini terbagi menjadi
dua anggota yaitu Formasi Kalibeng Bawah dan Formasi Kalibeng Atas. Bagian
bawah dari Formasi Kalibeng tersusun oleh napal tak berlapis setebal 600 meter
berwarna putih kekuningan sampai abu-abu kebiruan, kaya akan foraminifera
planktonik. Asosiasi fauna yang ada menunjukkan bahwa Formasi Kalibeng
bagian bawah ini terbentuk pada N17 – N21 (Miosen Akhir – Pliosen). Pada
bagian barat formasi ini oleh de Genevraye & Samuel, 1972 dibagi menjadi
Anggota Banyak, Anggota Cipluk, Anggota Kalibiuk, Anggota Batugamping, dan
Anggota Damar. Di bagian bawah formasi ini terdapat beberapa perlapisan
batupasir, yang ke arah Kendeng bagian barat berkembang menjadi suatu endapan
aliran rombakan debris flow, yang disebut Formasi Banyak (Harsono, 1983, dalam
Suryono, dkk., 2002). Sedangkan ke arah Jawa Timur bagian atas formasi ini
berkembang sebagai endapan vulkanik laut yang menunjukkan struktur turbidit.
Fasies tersebut disebut sebagai Formasi Atasangin, sedangkan bagian atas Formasi
Kalibeng ini disebut sebagai Formasi Sonde yang tersusun mula – mula oleh
Anggota Klitik, yaitu kalkarenit putih kekuningan, lunak, mengandung
foraminifera planktonik maupun foraminifera besar, moluska, koral, alga, bersifat
napalan atau pasiran dan berlapis baik. Bagian atas bersifat breksian dengan
fragmen gamping berukuran kerikil sampai karbonat, kemudian disusul endapan
bapal pasiran, semakin ke atas napalnya bersifat lempungan, bagian teratas
3.
ditempati napal lempung berwarna hijau kebiruan.
Satuan Breksi Vulkanik Ungaran Tua
Satuan Breksi Vulkanik Ungaran Tua oleh beberapa peneliti dikenal dengan nama
Formasi Notopuro, yang pertama kali dikemukakan oleh Van Bammelen (1949)
dengan nama Notopuro beds. Beberapa peneliti menyebut satuan yang banyak
mengandung konglomerat dan batupasir dikenal dengan sebagai Formasi Damar.
Penulis menganggap bahwa seluruh endapan pada satuan ini bersumber pada
Gunung Ungaran Tua, baik sebagai endapan vulkanik, endapan piroklastik
maupun endapan fluvio-vulkanik. Dengan penamaan ini, diharapkan dapat dengan
mudah dibayangkan konteks sejarah geologi pada saat itu. Berdasarkan hasil
pengamatan di lapangan, satuan ini terbentuk oleh batulempung, batuan breksi
vulkanik dan batupasir vulkanik. Batulempung, abu-abu hitam, berukuran butir
lempung-lanau, banyak mengandung fosil tumbuhan. Merupakan alas pada satuan
ini. Breksi vulkanik, kelabu coklat, fragmen andesit, kerikil-bongkah, menyudutmenyudut tanggung, sortasi buruk, fragmen mengambang dalam masa dasar.
Fragmen terdiri dari basal, andesit dan batuapung. Batupasir vulkanik, abu-abu
coklat, pasir halus-kerikilan, bentuk butir menyudut-membulat tanggung,
pemilihan buruk-sedang, tertanam pada masa dasar lempung dan gelas, komposisi
mineral : lithic, kwarsa, min opak. Van Bammelen (1949) menentukan bahwa
Satuan Breksi Piroklasik Notopuro yang mempunyai kemiripan dengan satuan ini
mempunyai umur Plistosen Tengah-Atas. Berdasarkan dari yang didapat dari
pentarikhan umur menggunakan metode C14 pada endapan batulempung (bagian
alas satuan) yang mengandung fosil kayu didapat umur 20.150 tahun (BP, 1950)
atau pada kala Pliosen Atas. Pada bagian selatan satuan ini lebih banyak
didominasi oleh endapan-endapan breksi piroklastik, ke arah utara bergradasi
membentuk sekuen endapan breksi laharik, konglomerat dan batupasir vulkanik
4.
endapan fluviatil, serta batulempung endapan rawa.
Satuan Endapan Vulkanik Ungaran Muda
Satuan Endapan Vulkanik Ungaran Muda oleh Van Bammelen (1941 dan 1949)
diberi nama Young Ungaran yang merupakan hasil endapan aktifitas Gunungapi
Ungaran Muda, generasi ketiga dari pertumbuhan Gunung Ungaran, dimana
pemunculannya berhubungan erat dengan proses gravitasional collapse. Luas
penyebaran Endapan Vulkanik Ungaran Muda secara umum meliputi sekitar pusat
erupsi Gunung Ungaran yang membentuk kerucut Gunung Ungaran sampai lereng
bawah, yang dibatasi oleh sesar melingkar (ring fault). Breksi laharik, abu-abu,
masif, kerikil-bongkah, bentuk butir membulat-membulat tanggung, sortasi buruk,
kemas terbuka, fragmen : andesit, basalt, masa dasar berupa batupasir vulkanik.
Batupasir vulkanik, abu-abu keputihan, kerikil-pasir halus, bentuk butir
menyudut-menyudut tanggung, pemilihan buruk-sedang, mineral feldspar, kwarsa,
lithic, mineral opak, lempung dan gelas. Breksi piroklastik, kelabu, ukuran
fragmen 2-5 cm, bentuk butir menyudut-menyudut tanggung, pemilihan buruk,
kemas terbuka, masa dasar berupa tuf pasiran. Tuf, keabu-abuan, tekstur klasik,
ukuran butir 0,02-0,08 mm, menyudut tanggng-membulat tanggung, komposisi
mineral utama, kwarsa, lempung, gelas. Umur dari satuan batuan ini berdasarkan
pertumbuhan dari Gunungapi Ungaran Muda berumur Kala Pliosen Atas-Holosen
(Bemmelen, 1949). Gunung Ungaran Muda, seperti Gunungapi lainnya
membentuk busur magmatik Jawa, merupakan gunungapi sub-aerial, yang
terbentuk di atas busur kepulauan. Endapan-endapan yang dihasilkannya, seperti
breksi laharik atau batupasir vulkanik diendapkan di darat.
Gambar Lokasi Daerah Penelitian (dalam kotak hitam)
DAFTAR PUSTAKA
Bemmelen, Van. 1949. The Geology of Indonesia. Government Printing Office: The Hague.
De Genevraye, P., Samuel, Luk. 1972. Geology of the Kendeng Zone (Central and East
Java). Indonesian Petroleum Association
Harsono, Pringgroprawiro. 1983. Stratigrafi daerah Zona Rembang dan sekitarnya.
Jakarta
“Stratigrafi Regional Daerah Ungaran Timur”
Disusun oleh:
Daniel Bahana Pakpahan
270110110046
Geologi B
FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014
PENDAHULUAN
Daerah pemetaan geologi lanjut penulis resume ini berada di Ungaran Timur, Jawa
Tengah. Secara fisiografis, daerah ini berada pada bagian paling barat dari Zona Kendeng
(van Bemmelen, 1949). Zona Kendeng meliputi deretan pegunungan dengan arah memanjang
barat-timur yang terletak langsung di sebelah utara sub zona Ngawi. Pegunungan ini tersusun
oleh batuan sedimen laut dalam yang telah mengalami deformasi secara intensif membentuk
suatu antiklinorium. Pegunungan ini mempunyai panjang 250 km dan lebar maksimum 40
km (de Genevraye & Samuel, 1972) membentang dari gunungapi Ungaran di bagian barat ke
timur melalui Ngawi hingga daerah Mojokerto. Di bawah permukaan, kelanjutan zona ini
masih dapat diikuti hingga di bawah selatan Madura.
Ciri morfologi Zona Kendeng berupa jajaran perbukitan rendah dengan morfologi
bergelombang, dengan ketinggian berkisar antara 50 hingga 200 meter. Jajaran yang berarah
barat-timur ini mencerminkan adanya perlipatan dan sesar naik yang berarah barat-timur
pula. Intensitas perlipatan dan anjakan yang mengikutinya mempunyai intensitas yang sangat
besar di bagian barat dan berangsur melemah di bagian timur. Akibat adanya anjakan
tersebut, batas dari satuan batuan yang bersebelahan sering merupakan batas sesar. Lipatan
dan anjakan yang disebabkan oleh gaya kompresi juga berakibat terbentuknya rekahan, sesar
dan zona lemah yang lain pada arah tenggara-barat laut, barat daya-timur laut dan utaraselatan.
Proses eksogenik yang berupa pelapukan dan erosi pada daerah ini berjalan sangat
intensif, selain karena iklim tropis juga karena sebagian besar litologi penyusun Zona
Kendeng adalah batulempung-napal-batupasir yang mempunyai kompaksitas rendah,
misalnya pada formasi Pelang, Formasi Kerek dan Napal Kalibeng yang total ketebalan
ketiganya mencapai lebih dari 2000 meter. Karena proses tektonik yang terus berjalan mulai
dari zaman Tersier hingga sekarang, banyak dijumpai adanya teras-teras sungai yang
menunjukkan adanya perubahan base of sedimentation berupa pengangkatan pada Zona
Kendeng tersebut.
STRATIGRAFI REGIONAL
Stratigrafi penyusun Zona Kendeng merupakan endapan laut dalam di bagian bawah
yang semakin ke atas berubah menjadi endapan laut dangkal dan akhirnya menjadi endapan
non laut. Endapan di Zona Kendeng merupakan endapan turbidit klastik, karbonat dan
vulkaniklastik. Berikut merupakan urutan stratigrafi dari tua ke muda pada formasi – formasi
yang terdapat pada daerah penelitian penulis, diantaranya:
1. Formasi Kerek
Formasi ini mempunyai ciri khas berupa perselingan antara lempung, napal
lempungan, napal, batupasir tufaan gampingan dan batupasir tufaan. Perulangan
ini menunjukkan struktur sedimen yang khas yaitu perlapisan bersusun (graded
bedding) yang mencirikan gejala flysch. Berdasarkan fosil foraminifera
planktonik dan bentoniknya, formasi ini terbentuk pada Miosen Awal – Miosen
Akhir ( N10 – N18 ) pada lingkungan shelf. Ketebalan formasi ini bervariasi
antara 1000 – 3000 meter. Di daerah Lokasi Tipe, formasi ini terbagi menjadi 3
anggota (de Genevreye & Samuel, 1972), dari tua ke muda masing-masing : a.
Anggota Banyuurip Tersusun oleh perselingan antara napal lempungan, napal,
lempung dengan batupasir tuf gampingan dan batupasir tufaan dengan total
ketebalan 270 meter. Pada bagian tengah perselingan ini dijumpai batupasir
gampingan dan tufaan setebal 5 meter, sedangkan bagian atas ditandai oleh
adanya perlapisan kalkarenit pasiran setebal 5 meter dengan sisipan tipis dari tuf
halus. Anggota ini berumur N10 – N15 (Miosen Tengah bagian tengah – atas). b.
Anggota Sentul Tersusun oleh perulangan yang hampir sama dengan Anggota
Banyuurip, tetapi lapisan yang bertufa menjadi lebih tebal. Ketebalan seluruh
anggota ini mencapai 500 meter. Anggota Sentul diperkirakan berumur N16
(Miosen Tengah bagian bawah). c. Batugamping Kerek Anggota teratas dari
Formasi Kerek ini tersusun oleh perselang-selingan antara batugamping tufan
dengan perlapisan lempung dan tuf. Ketebalan dari anggota ini adalah 150 meter.
2.
Umur dari Batugamping Kerek ini adalah N17 (Miosen Atas bagian tengah).
Formasi Kalibeng
Formasi ini terletak selaras di atas Formasi Kerek. Formasi ini terbagi menjadi
dua anggota yaitu Formasi Kalibeng Bawah dan Formasi Kalibeng Atas. Bagian
bawah dari Formasi Kalibeng tersusun oleh napal tak berlapis setebal 600 meter
berwarna putih kekuningan sampai abu-abu kebiruan, kaya akan foraminifera
planktonik. Asosiasi fauna yang ada menunjukkan bahwa Formasi Kalibeng
bagian bawah ini terbentuk pada N17 – N21 (Miosen Akhir – Pliosen). Pada
bagian barat formasi ini oleh de Genevraye & Samuel, 1972 dibagi menjadi
Anggota Banyak, Anggota Cipluk, Anggota Kalibiuk, Anggota Batugamping, dan
Anggota Damar. Di bagian bawah formasi ini terdapat beberapa perlapisan
batupasir, yang ke arah Kendeng bagian barat berkembang menjadi suatu endapan
aliran rombakan debris flow, yang disebut Formasi Banyak (Harsono, 1983, dalam
Suryono, dkk., 2002). Sedangkan ke arah Jawa Timur bagian atas formasi ini
berkembang sebagai endapan vulkanik laut yang menunjukkan struktur turbidit.
Fasies tersebut disebut sebagai Formasi Atasangin, sedangkan bagian atas Formasi
Kalibeng ini disebut sebagai Formasi Sonde yang tersusun mula – mula oleh
Anggota Klitik, yaitu kalkarenit putih kekuningan, lunak, mengandung
foraminifera planktonik maupun foraminifera besar, moluska, koral, alga, bersifat
napalan atau pasiran dan berlapis baik. Bagian atas bersifat breksian dengan
fragmen gamping berukuran kerikil sampai karbonat, kemudian disusul endapan
bapal pasiran, semakin ke atas napalnya bersifat lempungan, bagian teratas
3.
ditempati napal lempung berwarna hijau kebiruan.
Satuan Breksi Vulkanik Ungaran Tua
Satuan Breksi Vulkanik Ungaran Tua oleh beberapa peneliti dikenal dengan nama
Formasi Notopuro, yang pertama kali dikemukakan oleh Van Bammelen (1949)
dengan nama Notopuro beds. Beberapa peneliti menyebut satuan yang banyak
mengandung konglomerat dan batupasir dikenal dengan sebagai Formasi Damar.
Penulis menganggap bahwa seluruh endapan pada satuan ini bersumber pada
Gunung Ungaran Tua, baik sebagai endapan vulkanik, endapan piroklastik
maupun endapan fluvio-vulkanik. Dengan penamaan ini, diharapkan dapat dengan
mudah dibayangkan konteks sejarah geologi pada saat itu. Berdasarkan hasil
pengamatan di lapangan, satuan ini terbentuk oleh batulempung, batuan breksi
vulkanik dan batupasir vulkanik. Batulempung, abu-abu hitam, berukuran butir
lempung-lanau, banyak mengandung fosil tumbuhan. Merupakan alas pada satuan
ini. Breksi vulkanik, kelabu coklat, fragmen andesit, kerikil-bongkah, menyudutmenyudut tanggung, sortasi buruk, fragmen mengambang dalam masa dasar.
Fragmen terdiri dari basal, andesit dan batuapung. Batupasir vulkanik, abu-abu
coklat, pasir halus-kerikilan, bentuk butir menyudut-membulat tanggung,
pemilihan buruk-sedang, tertanam pada masa dasar lempung dan gelas, komposisi
mineral : lithic, kwarsa, min opak. Van Bammelen (1949) menentukan bahwa
Satuan Breksi Piroklasik Notopuro yang mempunyai kemiripan dengan satuan ini
mempunyai umur Plistosen Tengah-Atas. Berdasarkan dari yang didapat dari
pentarikhan umur menggunakan metode C14 pada endapan batulempung (bagian
alas satuan) yang mengandung fosil kayu didapat umur 20.150 tahun (BP, 1950)
atau pada kala Pliosen Atas. Pada bagian selatan satuan ini lebih banyak
didominasi oleh endapan-endapan breksi piroklastik, ke arah utara bergradasi
membentuk sekuen endapan breksi laharik, konglomerat dan batupasir vulkanik
4.
endapan fluviatil, serta batulempung endapan rawa.
Satuan Endapan Vulkanik Ungaran Muda
Satuan Endapan Vulkanik Ungaran Muda oleh Van Bammelen (1941 dan 1949)
diberi nama Young Ungaran yang merupakan hasil endapan aktifitas Gunungapi
Ungaran Muda, generasi ketiga dari pertumbuhan Gunung Ungaran, dimana
pemunculannya berhubungan erat dengan proses gravitasional collapse. Luas
penyebaran Endapan Vulkanik Ungaran Muda secara umum meliputi sekitar pusat
erupsi Gunung Ungaran yang membentuk kerucut Gunung Ungaran sampai lereng
bawah, yang dibatasi oleh sesar melingkar (ring fault). Breksi laharik, abu-abu,
masif, kerikil-bongkah, bentuk butir membulat-membulat tanggung, sortasi buruk,
kemas terbuka, fragmen : andesit, basalt, masa dasar berupa batupasir vulkanik.
Batupasir vulkanik, abu-abu keputihan, kerikil-pasir halus, bentuk butir
menyudut-menyudut tanggung, pemilihan buruk-sedang, mineral feldspar, kwarsa,
lithic, mineral opak, lempung dan gelas. Breksi piroklastik, kelabu, ukuran
fragmen 2-5 cm, bentuk butir menyudut-menyudut tanggung, pemilihan buruk,
kemas terbuka, masa dasar berupa tuf pasiran. Tuf, keabu-abuan, tekstur klasik,
ukuran butir 0,02-0,08 mm, menyudut tanggng-membulat tanggung, komposisi
mineral utama, kwarsa, lempung, gelas. Umur dari satuan batuan ini berdasarkan
pertumbuhan dari Gunungapi Ungaran Muda berumur Kala Pliosen Atas-Holosen
(Bemmelen, 1949). Gunung Ungaran Muda, seperti Gunungapi lainnya
membentuk busur magmatik Jawa, merupakan gunungapi sub-aerial, yang
terbentuk di atas busur kepulauan. Endapan-endapan yang dihasilkannya, seperti
breksi laharik atau batupasir vulkanik diendapkan di darat.
Gambar Lokasi Daerah Penelitian (dalam kotak hitam)
DAFTAR PUSTAKA
Bemmelen, Van. 1949. The Geology of Indonesia. Government Printing Office: The Hague.
De Genevraye, P., Samuel, Luk. 1972. Geology of the Kendeng Zone (Central and East
Java). Indonesian Petroleum Association
Harsono, Pringgroprawiro. 1983. Stratigrafi daerah Zona Rembang dan sekitarnya.
Jakarta