Green Cities Model Perspektif Ekonomi Is

ABSTRAK
Kesimpulan-kesimpulan Disertasi ini juga memperkuat
penelitian hasil dari para penelitian Chamhuri Siwar dan
Rabiul Islam, 2012 : Hubungan pembangunan berkelanjutan
dan pencapaian diperlukan kebijakan silang antara ekonomi,
lingkungan dan sosial.
Richard Register, 1987: Dengan mengeluarkan istilah
“ecocity” dalam bukunya pada tahun 1987. Ecocity
Berkeley: building cities for healthy future, pembangunan
kota yang sekarang membutuhkan jenis pembangunan yang
tidak hanya memperhatikan perkembangan dari sisi ekonomi
saja,
tetapi
perlu
memperhatikan
aspek-aspek
perkembangan kualitas hidup manusia di dalamnya.
Umar Chapra, 2006. pembangunan eco-city dibangun
dan dirancang tanpa harus menciptakan ketidak seimbangan
makro ekonomi dan eksternal hal ini juga umat muslim juga
tidak mungkin merealisasikan tujuan-tujuan pemenuhan

kebutuhan pokok dan mencapai peluang usaha dan
kesempatan kerja yang tinggi tanpa menggunakan sumbersumber daya yang tersedia dalam pertumbuhan suatu
perkotaan
dengan
tingkat
efisiensi
maksimal
dan
menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan
tetap memperhatikan aspek sosial dan lingkungan.
Menurut pendapat peneliti model pembangunan
Ecocity
untuk
akselerasi
kemakmuran
bumi
dan
kesejahteran ekonomi umat perlu juga memperhatikan
aspek politik dan teknologi selain dari aspek ekonomi,
sosial dan lingkungan sebagai komponen pendukung

tambahan dalam pembangunan kota berkelanjutan dengan
pendekatan makro ekonomi syariah. Disertasi ini
menekankan
bahwa
model
pembangunan
kota
berkelanjutan (Eco-City) sebagai jantung tatanan akselerasi
pemakmuran bumi dan kesejahteraan ekonomi umat maka
konsep
pembangunannya
tetap
mengacu
pada
fundamental makro ekonomi syariah dengan menjalankan
lima aspek yakni, aspek ekonomi, sosial, lingkungan, politik
dan teknologi, hal demikian dibutuhkan sinergisitas pelaku
ekonomi dan pembangunan dalam memberikan partisipasi
sesuai dengan fungi dan tanggung jawabnya, Dan bila hal


1

ini tidak dijalankan maka kehancuran bumi dan
ketimpangan kesejahteraan akan menjadi bom waktu.
Disertasi ini menggunakan analisis komparatif yakni
membandingkan model pembangunan kota berkelanjutan
(Eco-City) di wilayah kawasan Asia Tenggara yakni negara
Malaysia, Thailand dan Indonesia, selain itu juga
membandingkan tingkat kesejahteraan ekonomi dan
tingkat partisipasi pelaku ekonomi dan pembangunan dari
ke tiga negara yang sebagai objek dari disertasi ini.
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah
Propinsi dan Kabupaten/Kota yang begitu banyak di
bandingkan dengan negara lain di dunia, dimana saat ini
Indonesia memiliki 33 Propinsi, 399 Kabupaten, 98 Kota,
6994 Kecamatan, 8309 Kelurahan, 72944 Desa, 1.913.578,68
Luas Wilayah (Km2) dan 251.857.940 Jumlah Penduduk
(Jiwa).1
Sebagai negara yang memiliki wilayah yang begitu

luas Indonesia diharapkan memiliki pemerintah yang kredibel
mampu dalam mengelola wilayah pemerintahan yang ada,
baik dalam konteks pembangunan maupun tata kelola
pelayanan public yang maksimal. Dalam Undang-Undang
Dasar 1945 pasal 33 dan pasal 34, Pasal 33 berbunyi
Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan
yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
Negara dan Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pasal 34 berbunyi Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar
dipelihara oleh Negara.2
Pembangunan
berkelanjutan
dan
peningkatan
kesejahteraan ekonomi masyarakat perkotaan di Indonesia
merupakan
agenda
pokok

yang
dicanangkan
oleh
Pemerintahan President Susilo Bambang Dalam rangka
peringatan
Hari
Lingkungan
Hidup
Sedunia,
serta
1Buku Induk Kode Data Wilayah 2013 - Kementerian Dalam
Negeri,
www.kemendagri.go.id/.../buku_induk_kode_data_dan_wilayah_2013.p.
2Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan pasal 34 BAB XIV
Kesejahteraan Sosial.

2

pencanangan Hari Badak Internasional tahun 2012,
Indonesia mengangkat Tema “Ekonomi Hijau; Ubah Perilaku,

Tingkatkan Kualitas Lingkungan”. Tema ini menyesuaikan
tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia “Green Economy; Does
It Include You?” Menurut SBY, ekonomi hijau yang dimaksud
adalah pembangunan untuk mencapai tiga sasaran besar.
Yakni ekonomi terus tumbuh dan memberikan lapangan kerja
serta
mengurangi
kemiskinan,
tanpa
mengabaikan
perlindungan lingkungan, khususnya fungsi ekosistem dan
keanekaragaman hayati, berbagai bentuk kebijakan,
perencanaan dan program, di berbagai sektor pembangunan
ekonomi,”3
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Rio+20 telah
menghasilkan dokumen berjudul "The Future We Want,"
yang berisi visi bersama
para kepala negara maupun
pemerintahan untuk memperbaharui komitmen terhadap
pembangunan

yang
berkelanjutan
(sustainable
development), perekonomian, sosial dan lingkungan
hidup. Mereka menyadari bahwa untuk mengaplikasikan
pembangunan yang berkelanjutan diperlukan dukungan dari
seluruh pihak agar tercipta pembangunan berkelanjutan
disegala
aspek.
Sebagai
langkah
lanjut,
Indonesia
menghimbau segera diwujudkannya green economy di setiap
negara.4
Konsumen dan para ahli pembangunan berkelanjutan
dunia sepakat, ekonomi hijau berdampak positif bagi
lingkungan dan kualitas hidup masyarakat. Hal ini terungkap
dari hasil dua survei global yang diterbitkan di London,
Survei yang dilakukan oleh The Regeneration Project bekerja

sama dengan Program Lingkungan PBB (UNEP) ini meneliti
17.000 konsumen di 17 negara dan 1.600 ahli pembangunan
berkelanjutan dari 117 negara. Hasilnya, konsumen di
seluruh dunia berpendapat ekonomi hijau akan berperan
3Tribun Rabu, 06 Juni 2012, Pidato President Dalam rangka
peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, pemerintah kembali
menganugerahkan
penghargaan
Adipura
dan
Kalpataru,
serta
pencanangan Hari Badak Internasional tahun : | Prinsip ekonomi hijau,
insya Allah, juga kita gulirkan pada proses penetapan berbagai bentuk
kebijakan, perencanaan dan program, di berbagai sektor pembangunan
ekonomi.
4 Lisbet, Vol. IV, No. 12/II/P3DI/Juni/2012, Green Economy dan
konferensi tingkat tinggi RIO + 20. Info singkat hubungan internasional.

3


lebih efektif dibanding ekonomi tradisional dalam semua sisi
yang diuji. Sebanyak 70% konsumen yakin ekonomi hijau
akan berperan lebih baik dalam melindungi lingkungan.
Sebanyak 68% konsumen juga yakin ekonomi hijau akan
menciptakan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak
mereka. Konsumen juga percaya ekonomi hijau akan
meningkatkan kualitas hidup (61%) dan bisa memerlambat
efek perubahan iklim (61%). Konsumen di negara-negara
yang memiliki Produk Domestik Bruto lebih rendah lebih
optimis atas dampak positif ekonomi hijau terhadap
pertumbuhan ekonomi (58%) dan kualitas hidup masyarakat
(70%). Achim Steiner, Direktur Eksekutif UNEP menyatakan:
“Ekonomi hijau adalah kunci menuju pola pembangunan
yang berkelanjutan dan menghapus kemiskinan.5
Laju pertumbuhan penduduk perkotaan semakin
meningkat dan aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh semua
pelaku ekonomi di daerah perkotaan yang ada di Indonesia
terus mengalami peningkatan, Dalam konsep pembangunan
yang berkelanjutan perlu adanya penataan manajemen

perkotaan secara terpadu dengan konsep kota hijau ( EcoCity). Eco-City secara harfiah dapat diartikan sebagai kota
hijau, yang diharapkan akan tumbuh kembang. Eco-City atau
juga sering disebut Green City mempunyai 8 komponen
yaitu green planning and design, green open space, green
waste, green transportation, green water, green energy,
green building dan green community.6
Ide kota yang berkelanjutan (sustainable city)
dimunculkan oleh Richard Register dengan mengeluarkan
istilah “ecocity” dalam bukunya pada tahun 1987. Ecocity
Berkeley: pembangunan kota yang sekarang membutuhkan
jenis pembangunan yang tidak hanya memperhatikan
perkembangan dari sisi ekonomi saja, tetapi perlu
memperhatikan aspek-aspek perkembangan kualitas hidup
manusia di dalamnya. Kota yang berkelanjutan atau biasa
disebut sustainable city adalah sebuah kota yang di desain
5 www.hijauku.com, 2010: Ekonomi Hijau Lebih Efektif Memicu
Perubahan | Hijauku.com ...

6 Pedoman green city seri peran serta masyarakat dan pelaku
usaha Direktorat Pasca Panen Florikultura 2011. Halaman 2.


4

dengan mempertimbangkan dampak pada lingkungan
sekitar. Dengan kata lain kota yang sustainable adalah kota
yang memperhatikan keseimbangan harmonis antara
perkembangan
kotanya,
dengan
perkembangan
linkungannya. Jika keseimbangan ini rusak, maka munculah
ketidakberlanjutan sistem dalam suatu kota.7
Menurut
Mountain
Association for Community
Economic Development (MACED), isu sustainabilitas terbatas
pada tiga aspek, yaitu ekonomi, ekologi, dan ekuisitas.
Ekonomi dilihat dari bagaimana ketahanan ekonomi suatu
kota dalam menghadapi permasalahan ekonomi masa kini
dan masa depan, mampukah manajemen kota menyediakan
lapangan kerja bagi masyarakat serta mampukah melakukan
pembiayaan
keberlangsungan
kotanya
menggunakan
pendapatan dari kotanya sendiri. Ekologi berbicara tentang
perlunya melindungi serta melestarikan aset-aset alam, dan
equisitas berbicara tentang bagaimana ketersediaan
kesempatan yang memadai bagi berbagai elemen
masyarakat untuk berpartisipasi mengembangkan kotanya ,
baik dari kesempatan berekonomi, ataupun membuat
kebijakan sosial.8
Masyarakat internasional telah banyak menyuarakan
kepedulian untuk perbaikan lingkungan di perkotaan.
Terakhir pada Global Green City Summit Forum tanggal
26
September
2011
di
Xi’an-RR
China
telah
mendeklarasikan
hal-hal
berikut:
(1)
Pada
setiap
pembangunan sistem perkotaan harus memperhatikan unsur
alami termasuk sumberdaya lokal dan climate change, (2)
Perlu adanya penanganan lingkungan kota yang bijaksana
secara terintegrasi, hal mana sungai, danau, hutan kota
harus dilindungi dan dikembangkan dengan
tetap
mempertahankan unsur alami dan keseimbangan ekologi,
(3) Menerapkan
kontrol
yang
ketat
terhadap
7 Iqbal Permana Putra, 2010,
Sustainable city (Kota yang
berkelanjutan),
http://iqbalpermanaputra.wordpress.com/2010/10/19/sustainablecity/.hal.1
8 Iqbal Permana Putra, 2010,
Sustainable city (Kota yang
berkelanjutan),
http://iqbalpermanaputra.wordpress.com/2010/10/19/sustainablecity/.hal.2

5

kebiasaan pembuangan atau pengelolaan sampah yang
buruk
untuk
menghindari
terjadinya
polusi
yang
membahayakan, (4) Mengembangkan sistem transportasi
yang ramah lingkungan, (5) Pemerintah, perusahaan dan
masyarakat bekerjasama bahu- membahu membangun
tatanan aktifitas ekonomi dengan tetap melaksanakan
persyaratan perlindungan terhadap lingkungan, dan (6)
Semua pihak terus aktif menyuarakan ‘Low carbon
consumption’ yang melekat dalam konsep Eco-City. 9
Pentingnya manajemen pembangunan kota hijau
dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat
perkotaan dalam negara Islam di Indonesia telah dibuktikan
hasil konferensi antarbangsa muslim untuk perubahan iklim
yang digelar di Kota Bogor 9-10 April 2010, telah
mendeklarasikan Kota Bogor sebagai kota hijau ( Green City)
atau “Al Khaer City”. Ada empat kota di negara muslim yang
dideklarasikan sebagai kota hijau, yakni Bogor, Madinah
(Arab Saudi), Sale (Maroko), dan Sanaa (Yaman). Konferensi
antarbangsa
muslim
memiliki
agenda
pembahasan
diantaranya pertama membahas masalah perubahan iklim
dan aksi yang bisa dilakukan oleh umat Islam se-dunia.
Agenda kedua, pembentukan Asosiasi Masyarakat Muslim
untuk Aksi Perubahan Iklim (Muslim Association for Climate
Change Action/MACCA), yang diharapkan akan menjadi
organisasi payung yang akan memandu kegiatan dan
mengimplementasikan rencana aksi tujuh tahun tersebut
pada berbagai negara dan masyarakat muslim di dunia.
Sedangkan agenda ketiga, yaitu dideklarasikannya empat
kota di negara muslim sebagai kota hijau ( Green City atau “Al
Khaer City”, salah satunya adalah Kota Bogor. Konferensi
diikuti oleh 14 negara yang mewakili komunitas muslim. Ke
14 negara tersebut antara lain Uni Emirat Arab, Brunei
Darussalam, Malaysia, India, Afrika, Saudi Arabia, Iran,
Kuwait, Mesir, Inggris, Prancis, Amerika Serikat, Spanyol,
Filipina, dan tuan rumah Indonesia.10
Pemakmuran bumi dan kesejahteraan sosial ekonomi
umat yang ada di wilayah perkotaan merupakan salah satu
9 Pedoman Green City seri peran serta masyarakat dan pelaku
usaha Direktorat Pasca Panen Florikultura 2011. Halaman 3.
10 http://www.voa-islam.com, www.kompas.com, Bogor akan di
deklarasikan sebagai al-khaer city.

6

nilai utama yang menjadi prinsip dasar pembangunan kota
yang berkelanjutan, kualitas hidup masyarakat diakui
sebagai isu sentral, keadilan dan inklusivitas dengan sumber
daya yang didistribusikan , kesempatan yang diberikan , dan
keputusan yang
dibuat.
Ini
mencakup penyediaan
kesempatan kerja yang sebanding dan pelayanan sosial,
termasuk pendidikan, kesehatan dan keadilan . Gagasan ini
dapat menjadi relevan di dalam masyarakat, bangsa dan
bernegara. Isu penting yang berkaitan dengan pencapaian
keadilan dan kesejahteraan sosial termasuk pengentasan
kemiskinan, lapangan kerja dan distribusi pendapatan ,
gender , etnis dan inklusivitas usia , akses ke sumber daya
keuangan dan alam, dan kesempatan antargenerasi. Orangorang miskin mungkin merasa tak berdaya dan terisolasi,
dan menghadapi masalah meresap dan sistematis berkaitan
dengan mata pencaharian aman, malnutrisi dan kesehatan
buruk, buta huruf, ketidakamanan masyarakat yang terkait
dengan
kekerasan
dan
perselisihan,
dan
korupsi.
Pembangunan daerah perkotaan dengan konsep Eco-City
tetap mengacu kepada konsep-konsep pembangunan
daerah berkelanjutan yang merupakan indikator untuk
pembangunan.
Gagasan
pembangunan
berkelanjutan
memiliki sifat dasar , dan berfungsi sebagai dasar untuk
konsep-konsep baru dan inovatif lainnya dan prinsip-prinsip
yang timbul dalam konvensi lingkungan . Pembangunan
berkelanjutan
(Sustainable
Development)
adalah
pembangunan yang berlangsung selama waktu yang lama.
Gagasan pembangunan daerah berkelanjutan (Sustainable
Regional Development) mengacu pada integrasi prinsipprinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam praktek
pembangunan daerah . Kedua, indikator saat ini dianggap
sebagai memiliki peran yang semakin penting dalam
pembangunan berkelanjutan atau pembangunan daerah
yang berkelanjutan dan dapat memberikan bimbingan
penting bagi pengambilan keputusan dalam berbagai cara.
konsep
kebijakan
kualitatif,
yang
membutuhkan
operasionalisasi kuantitatif memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap realisasi pembangunan daerah secara
berkelanjutan.11
111Chamhuri Siwar and 2Rabiul Islam: Concepts, Approach and
Indicators

for

Sustainable

Regional

7

Development.

Advances

in

Para pembantu kepala negara, dalam hal ini menterimenteri bidang teknis, sosial-ekonomi, bidang strategismoral-hukum, dan bidang politis dan pemerintahan) yang
menerjemahkannya menjadi agenda kebijakan nasional.
Tujuh agenda prioritas pembangunan dalam bidang: (1)
penciptaan lapangan kerja, (2) ketahanan pangan dan
pertanian berkelanjutan, (3) kota-kota yang berkelanjutan,
(4) energi, (5) air, (6) pemanfaatan laut, serta (7) kesiapan
menghadapi bencana wajib mampu diwujudkan di lapangan
dan dunia nyata. Di sinilah tanggung jawab para pemimpin
sebagai khalifah di bumi yang amat dibutuhkan
masyarakat.12
Cepatnya transformasi perkotaan tidak sesederhana
untuk mengelolanya. Di satu sisi, kota telah lama dianggap
sebagai katalis utama pertumbuhan ekonomi dan simbol
kemajuan peradaban. Kota adalah tempat yang baik dalam
berinovasi, di mana ide-ide cerdas tidak hanya berkembang,
tetapi juga bersaing satu sama lain untuk mencari efisiensi
yang lebih tinggi dalam kehidupan masyarakat perkotaan.
Kota juga tempat di mana konflik spasial terjadi, menuntut
layanan perkotaan kepada masyarakat demi pertumbuhan
ekonomi, tetapi sering dengan mengorbankan kerusakan
lingkungan. Tantangan untuk kota di Indonesia bahkan akan
lebih serius akibat perubahan iklim dan sumber daya yang
terbatas. pendekatan untuk menjawab tantangan perkotaan
tidak boleh parsial , namun terintegrasi dalam kerangka
perencanaan yang memadai.
" Kami menyadari bahwa , jika direncanakan dengan baik
dan dikembangkan termasuk melalui perencanaan dan
pendekatan
manajemen
terpadu,
kota
dapat
mempromosikan ekonomi, sosial , dan masyarakat
lingkungan yang berkelanjutan . Dalam hal ini , kami
menyadari
perlunya
pendekatan
holistik
untuk
13
pembangunan perkotaan dan pemukiman manusia.
Environmental Biology, 6(3): 967-980, 2012 ISSN 1995-0756
12Bustanul Arifin, 2012. Ekonomi Hijau: Evolusi Konsep
Pembangunan Berkelanjutan.
Ekonomi
Hijau:
Evolusi
Konsep
Pembangunan Berkelanjutan
13Djoko Kirmanto, Imam S. Ernawi, and Ruchyat Deni
Djakapermana, 2012: Indonesia Green City Development Program: an
Urban Reform.

8

Pendekatan holistik dan manajemen pembangunan
kota hijau (Eco-City) guna meningkatkan kesejahteraan
ekonomi masyarakat kota tetap dilaksankan dengan baik dari
semua pelaku pelaku ekonomi, dalam tinjauan ekonomi
makro syariah pelaku ekonomi terdiri dari pemerintah,
pelaku usaha, rumah tangga dan masyarakat. secara garis
besar, kota hijau adalah dimana semua kontruksi buatan
manusia seperti jalan dan bangunan berpadu dalam harmoni
yang seimbang dengan lingkungan, masyarakat dan
perekonomian dan semuanya dikelola oleh pemerintah yang
bertanggung jawab, terbuka kepada rakyatnya serta
bekerjasama dengan masyarakat melalui partisipatif.14
Beberapa literatur yang dapat digunakan untuk
menentukan atribut kota hijau yang di perhatikan dalam
manajemen perencanaan pembangunan perkotaan dalam
aspek ekonomi, sosial dan lingkungan, diantaranya sebagai
berikut:
1. Lima kota hijau menurut Platt
1. Kepekaan dan kepedulian masyarakat
2. Beradapatasi
terhadap
karakteristik
Bio-Geofisik
kawasan
3. Lingkungan yang sehat bebas dari pencemaran
lingkungan yang membahayakan kehidupan
4. Effisiensi dalam penggunaan sumberdaya dan ruang
5. Memperhatikan kapasitas daya dukung lingkungan
2. Lima kota hijau menurut Kurokawa
1. Menciptakan suatu jenjang ruang terbuka hijau (RTH)
kota wilayah
2. Menghindari atau mengendalikan urban sprawl
(ekspansi
penduduk
kota
beserta
aktifitasnya
kekawasan pinggiran yang mengakibatkan peralihan
fungsi lahan dari pertanian ke perkotaan).
3. Pengembangan usaha untuk menggurangi sampah dan
limbah serta pengembangan daur ulang (Reduce, Reuse
dan Recycle)
4. Pengembangan sumber energi alternatif (Misalnya
Biomas, Matahari, Angin dan Ombak).

14Kementrian Pekerjaan Umum, Program pengembangan Kota
Hijau (P2KH) panduan pelaksanaan 2011 hal-13

9

5. Pengembangan sistem transportasi berkelanjutan
(Misalnya pembangunan pendestarian dan jalur
sepeda).
3. Tujuh atribut kota hijau menurut United Nation Urban
Enviromental Accord (UNUEA)
1. Energi : Efisien energi, Energi terbarukan dan
Perubahan iklim
2. Pengurangan limbah : Tanpa limbah, Peningkatan
tanggung jawab produsen dan Tanggung jawab
konsumen
3. Transportasi: Transportasi umum, Mobil bersih dan
Pengurangan kemacetan
4. Urban desain: Green building, Perencanaan kota dan
Green jobs
5. Urban nature : Ruang terbuka hijau, Restorasi habitat
dan Konservasi cagar alam
6. Kesehatan lingkungan : Pengurangan bahan beracun,
Sistem makan sehat danUdara bersih
7. Air : Akses air bersih, Konservasi sumberdaya air dan
Pengurangan limbah15
Secara umum konsep pembangunan kota adalah 1.
Kota yang berpihak pada beberapa aspek penting yakni Pro
pertumbuhan (pro-growth), Pro penciptaan pekerjaan (projob), Berpihak pada kemiskinan; yang harus diminimalkan
dan dihilangkan (pro-poor) dan Pro lingkungan (proenvironment). 2. Kota yang memanfaatkan secara optimal
sumberdaya, yang memiliki keunikan budaya, dan sistim
lingkungan dengan jasa yang dimilikinya (kota tropis di
Indonesia), 3. Kota yang cerdas (smart).16
Visi Perkotaan Nasional
adalah terwujudnya kota
yang layak huni, berkeadilan, mandiri, dan berdaya saing
secara berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat
perkotaan, sesuai dengan karakter potensi dan budaya
lokal pada tahun 2024. Sementara misinya adalah:
1) Meningkatkan pemerataan pembangunan kota-kota
15 Kementrian Pekerjaan Umum, Program pengembangan Kota
Hijau (P2KH) panduan pelaksanaan 2011 hal-07
16 Moersidik, 2012. Pembangunan Kota Hijau Berkelanjutan
(Green City). Kick Off P2KH Wilayah Timur Direktorat Jenderal Penataan
Ruang Kementerian Pekerjaan Umum.

10

sesuai fungsinya dalam sistem perkotaan nasional
2) Meningkatkan pengembangan ekonomi kota yang
produktif, atraktif, dan efisien, dengan memanfaatkan
potensi unggulan dan daya dukung sumber daya.
3) Mengembangkan sarana dan prasarana perkotaan
yang memenuhi Standar Pelayanan Perkotaan (SPP)
serta
mengedepankan pembangunan sosial dan
budaya masyarakat.
4) Meningkatkan
kualitas
tata
ruang
kota
yang
memperhatikan daya dukung dan daya tampung
lingkungan serta menjamin daya tahan kota terhadap
ancaman bencana dan dampak perubahan iklim.
5) Meningkatkan kualitas penyelenggaraan tata kelola
pemerintahan kota yang transparan, akuntabel, dan
partisipatif serta mengedepankan proses komunikasi
dan
interaksi
publik
dalam
perencanaan
dan
17
pembangunan kota.
Dalam konteks manajemen pembangunan perkotaan,
pembangunan infrastruktur merupakan hal yang sangat
penting, seperti halnya pembangunan infrastruktur kota
hijau (Eco-City). Pada zaman Rasulullah Saw, Rasulullah Saw
membangun infrastruktur berupa : sumur umum, pos, jalan
raya dan pasar. Pembangunan infratruktur ini dilanjutkan
oleh khalifah Umar ibn Khattab r.a, dimana Umar ibn Khattab
r.a mendirikan kota besar yaitu Basrah sebagai pintu masuk
perdagangan dengan Romawi dan kota Kuffah sebagai pintu
masuk perdagangan dari Persia, Khalifah Umar ibn Khattab
r.a juga membangun kanal dari Fustat ke Laut Merah,
sehingga orang yang membawa gandum ke Kairo tidak perlu
lagi naik onta karena mereka bisa menyeberang dari Sinai
langsung menuju laut merah. Umar ibn Khattab r.a juga
menginstruksikan kepada gubernurnya di Mesir untuk
membelanjakan minimal 1/3 dari pengeluarannya untuk
infrastruktur. Pada zaman pemeritahan islam tersebut tidak
ada masalah bagi orang-orang non-muslim untuk ikut dalam
pembangunan negara Islam.18
17 Hayu Parasati, Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim,
Jan-Feb Buletin Tata Ruang 2012.

11

Perkembangan dan permasalahan perkotaan yang
dihadapi oleh Rasullulah Saw beserta sahabat-sahabatnya
pada 14 abad yang silam, tentulah sangat berbeda dengan
saat kehidupan di abad 21, pada zaman Rasullulah belum
ada mobil, kereta api, sepeda motor, pabrik-pabrik maupun
gedung bertingkat, dengan kondisi sekarang konsep
pembangunan kota hijau merupakan konsep hijrah yang baik
untuk dilakukan dalam menata sistem perkotaan yang lebih
baik untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi
masyarakat perkotaan, untuk itulah dalam manajemen
pembangunan perkotaan perlu mengkedepankan fikih
perkotaan dalam menjawab segala permasalahan perkotaan
di lingkungan masyarakat muslim khususnya Indonesia yang
kebetulan kaum muslimin terbesar di dunia. 19
Pembangunan kota hijau di Indonesia dilaksanakan
dengan komitmen keseriusan dari pelaku pembangunan
yang ada, komitmen dan keseriusan merubah kota yang
bersih, tertata rapi, aman, nyaman, ramah lingkungan dan
penuh dengan nilai seni bisa diwujudkan untuk membantu
kelancaran proses pertumbuhan ekonomi perkotaan yang
tetap memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan,
bila komitmen itu dilanggar yang tidak mengikuti aturanaturan (perintah-perintah dan larangan Allah dan Rasul-Nya)
oleh tangan manusia dalam hal ini masyarakat perkotaan
dilingkungan masyarakat muslim maka akan menerima
akibat dari perbuatannya seperti banjir, tanah longsor,
gempa, penyakit menular dan penyakit sosial lainnya, hal ini
allah berfirman:
“Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota Dia
mengutus di kota itu seorang rasul yang membacakan ayatayat kami kepada mereka: dan tidak pernah (pula) kami
membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam
keadaan melakukan kezhaliman.” (Al-Qashash:59)20
18Adiwarman Karim, 2007 halaman 299, Ekonomi Makro Islam,
Edisi Kedua, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta
19Dyayadi, 2008. Halaman 30. Tata Kota Menurut Islam: Konsep
Pembangunan Kota Yang ramah lingkungan, Estetik dan berbasis sosial,
Pustaka Al-Kausar
20Dyayadi, 2008. Halaman 30-31. Tata Kota Menurut Islam:
Konsep Pembangunan Kota Yang ramah lingkungan, Estetik dan berbasis
sosial, Pustaka Al-Kausar.

12

Nabi Muhammad lahir untuk melakukan berbagai
perubahan radikal dan meyeluruh, untuk mereformasi
secara total kehidupan manusia yang penuh dengan
ketimpangan itu. Agama yang diajarkan membawa aspirasi
dan ide tentang tauhid, demokrasi (politik) dan keadilan
sosial (ekonomi). Sesuai dengan tingkat perkembangan
pemikiran dan tahapan pertumbuhan sosial saat itu, Nabi
memberikan petunjuk-petunjuk operasional dan teladanteladan nyata melalui sunnah-nya, Keadilan sosial dalam
pertumbahan ekonomi masyarakat perkotaan yang ada saat
ini
di
Indonesia
belum
sesuai
dengan
harapan,
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi perkotaan yang
berkeadilan dan berkelanjutan sesuai dengan konsep kota
hijau ( Eco-City) pada aspek ekonomi, sosial dan lingkungan
perlu menjadi pertimbangan dengan pendekatan ekonomi
islam, Ekonomi Islam sebagai suatu cabang pengetahuan
yang membantu merealisasikan kesejahteraan manusia
melalui suatu alokasi dan distribusi sumber-sumber daya
langka yang seirama dengan maqashid (tujuan-tujuan
syariah),
tanpa mengekang kebebasan
individu,
menciptakan
ketidakseimbangan
makroekonomi dan
ekologi
yang
berkepanjangan,
atau
melemahkan
solidaritas keluarga dan sosial serta jaringan moral
masyarakat”.21
Media Indonesia menyajikan hasil survei Litbang Media
Group, terhadap 480 responden yang diambil secara acak
dari daftar pemilik telefon enam kota besar di Indonesia
(Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Medan dan
Makassar) (Halida, 2008). Responden ditanya bagaimana
pendapatannya sekarang untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, apakah dirasakan semakin berat atau ringan?
Mayoritas responden (73%) merasakan bahwa pemenuhan
kebutuhan sehari-hari semakin berat; sebanyak 21%
responden merasakan sama saja; dan hanya 6% yang
merasakan semakin ringan. Ketika ditanyakan apakah
sekarang ini mendapatkan pekerjaan baru dirasakan semakin
sulit atau semakin mudah, sebagian besar responden (89%)
merasakan sekarang makin sulit mencari pekerjaan baru;
sebanyak 5% responden merasakan sama saja; 4%
21Chapra, M. Umer, 2006:
Penerbit Gema Insani.Depok

13

Islam dan Tantangan Ekonomi,

merasakan makin mudah; dan 2% tidak tahu. Hasil survei ini
tidak
berbeda
dengan
laporan
mengenai
Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) untuk tahun 2007/2008 dari
United Nations Development Programme (UNDP). Peringkat
IPM Indonesia tahun 2007 berada di urutan 107 dari 177
negara. Selain semakin jauh tertinggal oleh Singapura
(peringkat 25), Brunei Darussalam (30), Malaysia (63),
Thailand (78), dan Filipina (90), peringkat Indonesia juga
sudah terkejar oleh Vietnam (105) yang pada tahun 2006
berada di peringkat 109.
Tanpa perbaikan strategi
pembangunan ekonomi dan sosial secara mendasar dalam
membangun kota yang berkelanjutan, peringkat IPM
Indonesia tidak menutup kemungkinan segera disusul oleh
Laos (130), Kamboja (131) dan Myanmar (132) di tahuntahun mendatang.22 Sebanyak 112 pemerintah kabupaten/kota di
Indonesia, berkomitmen menjadikan daerahnya sebagai "Kota Hijau." Hal
itu, diungkapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto.23
Pembangunan
perkotaan
berbasis
eco-city
implementasi dan implikasinya dengan tujuan akhir pada
prinsip pembangunan ekonomi masyarakat perkotaan yang
berkeadilan dan berkelanjutan guna mencapai suatu
kesejahteraan
baik
secara
ekonomi
maupun
keberlangsungan dalam hidup, Pertarungan ideologi pada
Abad ke-20 antara kapitalisme dan sosialisme berdampak
pada miliaran umat manusia. Meskipun kapitalisme dianggap
lebih unggul, sesungguhnya ideologi ini telah gagal memberi
kesejahteraan bagi kemanusiaan. Di Barat dan bahkan di
negara muslim sendiri telah melupakan bahwa ada satu
sistem yang bisa menjadi alternatif, yaitu sistem negara
kesejahteraan Islami (Islamic welfare state). Islam bukan
hanya sekadar agama. Ia mencakup pandangan dan cara
hidup secara total. Islam adalah agama yang menjunjung
tinggi peradaban dan harkat martabat kemanusiaan yang
memadukan
antara
aspek
material
dan
spiritual,
keduniawian dan keukhrowian. Pada puncaknya, Islam
bertujuan menciptakan sebuah sistem dimana prinsip

22Suharto, Edi,2007: Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik:
Peran Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Sosial Dalam
Mewujudkan Negara Kesejahteraan Indonesia, Bandung:Alfabeta.
23 Redaksi Tribun, Kamis, 24 Oktober 2013

14

keadilan berada di atas keuntungan segelintir atau
sekelompok orang.24
Oleh karena itu, dalam konteks kebijakan sosial yang
berkeadilan, peran negara dan masyarakat tidak dalam
posisi yang paradoksal. Melainkan, dua posisi yang
bersinergi. Bahkan di Indonesia, komitmen dan peran negara
dalam pelayanan sosial seharusnya diperkuat dan bukannya
diperlemah, seperti diusulkan kaum neoliberalisme pemuja
pasar bebas. Pada era desentralisasi sekarang ini, penguatan
negara mencakup juga pembagian peran yang jelas antara
pemerintah pusat dan daerah. Pemerintah Daerah (Pemda)
dalam hal ini Pemda Kota diharapkan memiliki agenda
kebijakan sosial yang sesuai dengan kondisi perkotaannya.
Pemberian wewenang yang lebih luas kepada Pemda tidak
hanya dimaknakan sekadar peningkatan PAD (Pendapatan
Asli Daerah) secara ekonomi, tanpa kepedulian dan keadilan
terhadap penanganan “PAD” (Permasalahan Asli Daerah)
secara sosial.25
Pilar pembangunan Eco-City dalam aspek lingkungan
perkotaan juga diajarkan dalam ekonomi makro islam dan
fiqih perkotaan, Tidak diragukan lagi,bahwa hidup dan
kehidupan manusia terkait erat dengan ruang dan waktu.
Allah menciptakan ruang dan waktu melalui penciptaan
langit dan bumi, atau bumi dang langit, sebagaimana dapat
dipelajari bersama, baik melalui ayat-ayat yang berbentuk
(qauliyyah) maupun ayat-ayat yang bersifat kaunniyah
(alam) yang jumlah ayatnya didalam Alquran terbilang
banyak, oleh para ahli tafsir ditaksir sekitar 150 sampai 170
ayat.26
Alquran telah menjelaskan bahwa manusia diciptakan
untuk ditugaskan untuk memakmurkan bumi beserta isinya
dan diberikan amanah sebagai khalifah dimuka bumi, hal
demikian telah di firmankan oleh Allah Swt:
24Suharto, Edi,2007: Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik:
Peran Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Sosial Dalam
Mewujudkan Negara Kesejahteraan Indonesia, Bandung:Alfabeta.
25Suharto, Edi,2007: Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik:
Peran Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Sosial Dalam
Mewujudkan Negara Kesejahteraan Indonesia, Bandung:Alfabeta.
26Muhammad Amin Suma: 2013, Tafsir Ayat Ekonomi Teks,
Terjemahan dan Taksir, Penerbit Bumi Aksara

15

‫ن‬
‫شممأ ن ك‬
‫ما ل ن ك‬
‫حاا نقا ن‬
‫مني إ إل لنهه غ نييكره كۥۥ هكممون نأن ن‬
‫ن‬
‫ل ي لن ن‬
‫مود ن أ ن ن‬
‫قويم إ ٱعيب ك ك‬
‫صل إ ح‬
‫كم م‬
‫كم م‬
‫ه ن‬
‫دوا ا ٱلل ل ن‬
‫ى ثن ك‬
‫خاهكمي لن‬
‫ممم ن‬
‫۞ونإ إل ل‬
‫ن‬
‫ح‬
‫منرك كمي إفينها فنٱسيت نغي إ‬
‫صممل إ ك‬
‫م كتوب كووا ا إ إل ني ه ايه إ إ ل‬
‫م إ‬
‫ب م‬
‫فكروه ك ث ك ل‬
‫ض ونٱسيت نعي ن‬
‫ قنمماكلوا ا ي لن لن‬٦١ ‫ب‬
‫ن نرمبي قن إ‬
‫جيمم ب‬
‫ري ب‬
‫ٱليأري إ‬
‫ن‬
‫ن‬
‫قندي ك‬
‫وا قنبي ن‬
‫فممي ن‬
‫عوننا‬
‫ممما ت نممدي ك‬
‫ما ي نعيب كد ك نءانباؤ كننا ونإ إن لننا ل ن إ‬
‫مري ك‬
‫م ل‬
‫شمم كك م‬
‫ل هلنذ ناۥ أت ننيهنى لننا أن ن لعيب كد ن ن‬
‫ت إفيننا ن‬
‫كن ن‬
‫ج حو‬
٦٢ ‫ب‬
‫ري ك‬
‫إ إل نييهإ ك‬
‫م إ‬

61. Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh.
Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali
tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan
kamu
dari
bumi
(tanah)
dan
menjadikan
kamu
pemakmurnya,
karena
itu
mohonlah
ampunan-Nya,
kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku
amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa
hamba-Nya)"
62. Kaum Tsamud berkata: "Hai Shaleh, sesungguhnya kamu
sebelum ini adalah seorang di antara kami yang kami
harapkan, apakah kamu melarang kami untuk menyembah
apa yang disembah oleh bapak-bapak kami? dan
sesungguhnya kami betul-betul dalam keraguan yang
menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan
kepada kami" (Qs.Hud (11) 61-62).27
Eco-City
merupakan
kota
hijau
menerapkan
pembangunan yang berkelanjutan, Dalam UU 32 tahun 2009,
pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai “upaya
sadar dan terencana yang memadukan aspek ekonomi,
sosial dan lingkungan hidup ke dalam strategi pembangunan
untuk
menjamin
keutuhan
lingkungan hidup
serta
keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup
generasi masa kini dan generasi masa depan” (Pasal 1 ayat
(3)). Definisi ini masih senafas dengan definisi umum tentang
pembangunan berkelanjutan (sustainable development)
sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi
sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang
akan datang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. UU 32
tahun 2009 tidak memberi definisi tentang ekonomi
lingkungan hidup yang hendak diwujudkan itu seperti apa.
Tanpa mendefinisikan apa yang hendak dicapainya, UU 32
tahun 2009 memberikan instrumen untuk mencapai apa
yang belum jelas tersebut. Instrumen ekonomi lingkungan
hidup hanya menyebut isu “pelestarian fungsi lingkungan
hidup, tetapi apakah issue masyarakat adil, makmur dan

27Lihat Alquran (Qs.Hud (11) 61-62)

16

pemerataan dapat teratasi, terutama problematika bangsa
ini perihal kemiskinan dan pengangguran. 28
Syaratnya, pembangunan ekonomi terkhusus diwilayah
perkotaan bukan lagi mengejar pertumbuhan tinggi, tetapi
optimalisasi pertumbuhan. Pembangunan yang hanya
mengejar pertumbuhan berdampak pada masyarakat sosial
berupa kemiskinan dan ketimpangan serta lingkungan dalam
wujud perubahan iklim dan merosotnya keanekaragaman
hayati. Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) untuk
menurunkan hingga separuh jumlah orang miskin pada 2015
cenderung tidak akan tercapai. Akar kerusakan sosial dan
lingkungan adalah gagalnya pasar menampung kebutuhan
sosial dan lingkungan dalam pasar ekonomi. Jasa sosial dan
lingkungan tidak punya nilai karena tidak punya ”harga
pasar”. Udara, misalnya, dianggap barang bebas sehingga
orang merasa bebas mencemari.29
Menurut pandangan Islam, hutan, air, dan energi adalah milik umum.
Ini didasarkan kepada hadits Rasulullah SAW: ‘‘Kaum muslimin berserikat
dalam tiga hal: air, padang rumput dan api“ (HR Abu Dawud, Ahmad, Ibnu
Majah) (Imam Asy Sayukani, Nayl al Authar, halaman 1140), Maka,
pengelolaannya tidak boleh diserahkan kepada swasta (corporate based
management) tapi harus dikelola sepenuhnya oleh negara (state based
management) dan hasilnya harus dikembalikan kepada rakyat dalam
berbagai bentuk. Untuk pengelolaan barang tambang dijelaskan oleh hadits
riwayat Imam At-Tirmidzi dari Abyadh bin Hamal yang menceritakan, saat
itu Abyad meminta kepada Rasul SAW untuk dapat mengelola sebuah
tambang garam. Rasul meluluskan permintaan itu, tapi segera diingatkan
oleh seorang sahabat. “Wahai Rasulullah, tahukah engkau, apa yang engkau
berikan kepadanya? Sesungguhnya engkau telah memberikan sesuatu yang
bagaikan air mengalir (ma’u al-‘iddu)” Rasulullah kemudian bersabda,
“Tariklah tambang tersebut darinya”. Ma’u al-‘iddu adalah air yang karena
jumlahnya sangat banyak digambarkan mengalir terus menerus. Hadits
tersebut menyerupakan tambang garam yang kandungannya sangat banyak
dengan air yang mengalir.30
Pembangunan berkelanjutan Indonesia harus beralih
dari sekadar pembangunan ekonomi tetapi juga sosial, dan
28Uu 32 Tahun 2009 (Pplh) Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
29www.undp.or.id United Nations Development Project: Millennium
Development Goals
30Zulkifli, 2013:Ekonomi Hijau Dan Pembangunan Berkelanjutan.

17

lingkungan. Bukan hanya pemerintah, dunia usaha juga
harus mengubah paradigmanya dari hanya mencari untung
menjadi keuntungan berkelanjutan dengan kesejahteraan
sosial dan keberlanjutan lingkungan. Hanya dengan
mengikutsertakan masyarakat serta menjaga kohesi sosial
dan membangun demokrasi substansial sesuai baik dari
tujuan pembangunan yang berkelanjutan (SDGs maupun
tujuan
pembangunan
millennium
(MDGs),
tujuan
pembangunan millennium (MDGs) adalah menanggulangi
kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk
semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan,
menurunkan
angka
kematian
anak,
meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, malaria
dan penyakit menular ainnya, memastikan kelestarian
lingkungan hidup dan mengembangkan kemitraan global
untuk pembangunan.31
Untuk mencapai eco-city tujuan pembangunan yang
berkelanjutan (SDGs) dengan landasan ekonomi makro
syariah, pembangunan eco-city dibangun dan dirancang
tanpa harus menciptakan ketidak seimbangan makro
ekonomi dan eksternal hal ini juga umat muslim juga tidak
mungkin
merealisasikan
tujuan-tujuan
pemenuhan
kebutuhan pokok dan mencapai peluang usaha dan
kesempatan kerja yang tinggi tanpa menggunakan sumbersumber daya yang tersedia dalam pertumbuhan suatu
perkotaan
dengan
tingkat
efisiensi
maksimal
dan
menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan
tetap memperhatikan aspek sosial dan lingkungan.32
Penduduk miskin di Indonesia masih tinggi yaitu mencapai
30 juta orang. Jumlah ini lebih banyak dari total penduduk
Australia
maupun
Malaysia.33
Pusat
Pembangunan
(Development
Center)
OECD
setiap
tahunnya
31www.undp.or.id United Nations Development Project: Millennium
Development Goals.
32Chapra, M. Umer, 2006, Hal:215, Islam dan Tantangan
Ekonomi, Penerbit Gema Insani.Depok.
33 Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) Chairul Tanjung, Jumlah Orang
Miskin di RI Lebih Banyak dari Penduduk Malaysia. Jumlah Orang Miskin di
RI Lebih Banyak dari Penduduk Malaysia.
finance.detik.com/.../2012/.../jumlah-orang-miskin-di-ri-lebih-banyak-da.

18

mempublikasikan Outlook Perekonomian Asia Tenggara , yang
memonitor tantangan ekonomi makro jangka pendek dan
tren ekonomi jangka menengah di Asia Tenggara, serta
memiliki fokus tematik yang bervariasi dari tahun ke tahun
(“Pertumbuhan berwawasan lingkungan” di tahun 2011 dan
“Mengurangi kesenjangan pembangunan” di tahun 2012) ,
Strategi pertumbuhan berwawasan lingkungan, yang
menawarkan cara untuk menurunkan tingkat kemiskinan
sekaligus menjaga, kelestarian lingkungan, semakin diminati
oleh negara-negara ASEAN. Dalam Rapat Menteri Energi
ASEAN Ke-28 pada bulan Juli 2010, para menteri memastikan
kembali komitmen mereka untuk memperkuat usaha-usaha
penanggulangan perubahan iklim dan meningkatkan
kerjasama energi ASEAN menuju perekonomian rendah
karbon dan pertumbuhan berwawasan lingkungan. Outlook
Perekonomian
Asia
Tenggara
edisi
2011 ,
telah
memformulasikan
kebijakan
dan
rekomendasi untuk
membantu negara-negara ASEAN menyesuaikan rencana
pengembangan jangka menengahnya agar sejalan dengan
pertumbuhan berwawasan lingkungan serta menyusun suatu
strategi pertumbuhan berwawasan lingkungan di tingkat
regional.34
Mencapai kemakmuran global, keterbukaan sosial, dan
kesejahteraan penduduk dunia adalah tujuan utama dari
OECD. Misi kami adalah untuk membangun ekonomi dunia
yang lebih stabil, bersih, dan adil. Dengan adanya huruf ‘D’
pada OECD untuk kata development, kami berusaha untuk
berkontribusi dalam pembangunan negara-negara di seluruh
dunia, melalui analisa dan usulan kebijakan yang
berlandaskan fakta serta berbagi pengetahuan dan praktik
terbaik (best practice).35
B. Permasalahan
1) Identifikasi Masalah
Penjelasan yang diuraikan dalam latar belakang dari
kajian dan penelitian yang sudah di deskripsi diatas
pentingnya akan pembangunan kota hiju ( Eco-City) di
34 OECD, 2012. Aktif bersama Asia Tenggara, fokus utama:
Indonesia
35Angel Gurría, 2012. Sekretaris Jenderal OECD

19

wilayah kawasan Asia Tenggara Negara yang tergabung dalam
Asosiasi Masyarakat Muslim untuk Aksi Perubahan Iklim ( Muslim
Association for Climate Change Action/MACCA ) yakni Malaysia,
Indonesia
dan Thailand belum masuk dalam MACCA.
Berlandaskan pembangunan secara makro ekonomi syariah

sesuai dengan tujuan pembangunan yang berkelanjutan
(SDGs)
yang
berkeadilan
dan
berkelanjutan
demi
pemakmuran bumi dan tercapainya kesejateraan sosial
ekonomi masyarakat perkotaan di tiga negara tersebut.
Ekspolarasi dan fakta ketimpangan pembangunan di wilayah
perkotaan dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan
lingkungan sesungguhnya belum sesuai dengan syariat islam
yang di ajarkan dalam Alquran dan Al-Hadist dari semua
aktor pembangunan atau pelaku ekonomi di Indonesia yang
sebagaian masyarakat atau penduduk muslim terbesar di
dunia, ekplorasi dan fakta permasalahan yang bisa di
indentifikasi yang berlandaskan pada makro ekonomi syariah
pembangunan Eco-City adalah sebagai berikut:
1. Tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs)
1)
Aspek ekonomi
a. Sektor informal perkotaan, pedagang kaki lima,
pedagang asongan, penjual koran pengemis anak
jalanan
b. Pengangguran
c. Penduduk miskin
d. Kemacetan transportasi
e. Infrastruktur
f. Efisiensi Energi
2) Aspek sosial
a. Lokalisasi PSK, Panti pijat dan diskotik
terselubung
b. Kriminalitas
c. Penyakit menular
d. Pemukiman kumuh
e. Urbanisasi
f. Kepekaan dan kepedulian masyarakat
3) Aspek lingkungan
a. Polusi udara dan limbah
20

b. Banjir dan tanah longsor
e. Sampah dan kebersihan kota
f. Ruang terbuka hijau
g. Kesehatan lingkungan dan akses air bersih
2. Peran aktor pembangunan atau pelaku ekonomi yakni
pemerintah, rumah tangga, masyarakat dan civil
society serta pelaku usaha dalam membangun
komitmen dan partisipasi bersama sesuai dengan
fungsi, tugas dan peran masing-masing dan
mewujudkan kota hijau (eco-city) dimana tujuan
pembangunan berkelanjutan dengan pendekatan
makro ekonomi syariah dalam akselerasi pemakmuran
bumi dan kesejahteraan ekonomi umat manusia di
Malaysia, Thailand dan Indonesia dapat terwujud.
2) Pembatasan Masalah
Hasil dari identifikasi permasalahan yang sudah di
identifikasi merupakan perspektif yang akah menjadi fokus
dan kajian penelitian yang menjadi suatu batasan adalah
sebagai berikut:
a. Bagaimana implementasi pembangunan Eco-City
model
pembangunan
berkelanjutan
kawasan
perkotaan sebagai akselerasi pemakmuran bumi dan
kesejahteraan ekonomi umat manusia dalam tinjauan
makro ekonomi syariah di kawasan perkotaan Asia
Tenggara Malaysia, Thailand dan Indonesia.
b. Bagaimana kontribusi, komitmen dan peran aktor
pembangunan dan pelaku ekonomi, belum mampu
secara maksimal dalam menerapkan implementasi
pembangunan
Eco-City
model
pembangunan
berkelanjutan kawasan perkotaan sebagai akselerasi
pemakmuran bumi dan kesejahteraan ekonomi umat
manusia dalam tinjauan makro ekonomi syariah di
kawasan perkotaan Asia Tenggara Malaysia, Thailand
dan Indonesia.
3) Perumusan Masalah
Dari masalah penelitian yang telah dibatasi, maka
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana Implementasi pembangunan Eco-City
sebagai model pembangunan berkelanjutan (SDGs)
kawasan perkotaan sebagai akselerasi pemakmuran
21

bumi dan kesejahteraan ekonomi umat manusia
dalam tinjauan makro ekonomi syariah di kawasan
perkotaan Asia Tenggara Malaysia, Thailand dan
Indonesia ?
2. Bagaimana kontribusi, komitmen dan peran aktor
pembangunan dan pelaku ekonomi, belum mampu
secara maksimal implementasi pembangunan EcoCity model pembangunan berkelanjutan kawasan
perkotaan sebagai akselerasi pemakmuran bumi dan
kesejahteraan ekonomi umat manusia dalam tinjauan
makro ekonomi syariah di kawasan perkotaan Asia
Tenggara Malaysia, Thailand dan Indonesia ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ada tujuan yakni tujuan
umum dan tujuan khusus.
a. Tujuan umum
1. Membuktikan Implementasi pembangunan Eco-City
sebagai model pembangunan berkelanjutan (SDGs)
kawasan perkotaan sebagai akselerasi pemakmuran
bumi dan kesejahteraan ekonomi umat manusia
dalam tinjauan makro ekonomi syariah di kawasan
perkotaan Asia Tenggara Malaysia, Thailand dan
Indonesia.
2. Membuktikan kontribusi, komitmen dan peran aktor
pembangunan dan pelaku ekonomi, belum mampu
secara maksimal implementasi pembangunan EcoCity model pembangunan berkelanjutan kawasan
perkotaan sebagai akselerasi pemakmuran bumi
dan kesejahteraan ekonomi umat manusia dalam
tinjauan makro ekonomi syariah di kawasan
perkotaan Asia Tenggara Malaysia, Thailand dan
Indonesia.
b. Tujuan khusus
1. Membuktikan tidak terencana dan tertata dalam
manajemen dan perencanaan pembangunan kota
hijau (Eco-City) pada fase-fase pertumbuhan kota
yang berkeadilan dan berkelanjutan sesuai dengan
22

landasan
perencanaan
dan
pengembangan
kawasan perkotaan secara makro ekonomi syariah.
2. Membuktikan belum adanya kontribusi, komitmen
dan peran aktor pembangunan dan pelaku ekonomi
dalam mewujudkan kota hijau (Eco-City) yang
berkeadilan dan berkelanjutan.
3. Memberikan
sumbangan
konseptual
dan
kontekstual berdasarkan temuan dan fakta dalam
memwujudkan kota hijau (Eco-City) yang aman,
nyaman, bersih dan mandiri guna menwujudkan
keadilan dan kesejahteraan sosial ekonomi
masyarakat
dengan
tetap
memperhatikan
lingkungan guna kehidupan generasi yang akan
datang.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah di tetapkan
diatas, maka manfaat penelitian ini memiliki dua hal, teoritis
dan praktis:
a. Manfaat teoritis, yakni untuk
1) Memperkuat nilai intelektualitas dalam melihat,
mengevaluasi dan memberi solusi kontekstual dan
konseptual pentingya manajemen pembangunan
Eco-City bukan hanya pada tataran konsep global,
akan tetapi dalam tinjaun makro ekonomi syariah
sudah menggajarkan dan menggajurkan tentang
pembangunan perkotaan yang seimbang dan
berkeadilan.
2) Memberikan kontribusi dan kapasitas keilmuan di
bidang makro ekonomi syariah dalam pembangunan
kota hijau yang berkeadilan dan berkelanjutan (ecocity).
b. Manfaat praktis, yakni untuk
1) Memberikan nilai inspirasi kepada para intelektual
muslim untuk menggali potensi ajaran syariah
dalam
landasan
makro
ekonomi
untuk
pembangunan kota hijau di Negara Asia Tenggara
yakni Malaysia, Thailand dan Indonesia.

23

2) Memberikan dorongan dan motivasi kepada
masyarakat islam perkotaan baik secara individu
maupun kelompok agar dalam implementasi
menjalani kehidupan dimana kota sebagai tempat
tinggal
agar
mampu
dijaga,
dirawat
dan
memandirikan kota untuk generasi yang akan
datang.
3) Memudahkan dan memberikan penyerahan kepada
aktor pembangunan dan pelaku ekonomi baik dalam
hal pengambilan keputusan, kebijakan, aturan dari
pemerintah dan pelaku usaha maupun adanya
partisipasi rumah tangga dan masyarakat dalam
menciptakan kota hijau (Eco-City) yang berkeadilan
dan berkelanjutan.
E. Tinjauan Pustaka
Studi-studi tentang pembangunan perkotaan baik
secara holistik terkhusus tinjauan makro ekonomi syariah
belum banyak dilakukan dalam konsep pembangunan kota
berkelanjutan (Eco-City) terutama di Indonesia, Tata kota
menurut islam konsep pembangunan kota. 36 Tantangan
global mengenai perkotaan yang dihadapi dewasa ini. 37
Peraturan menteri dalam negeri tahun 2008 38 Undang36 Buku ini menjelaskan permasalahan perkotaan yang ada di
Indonesia perlu dicari solusi adalah kemacetan lalu lintas dan sarana
prasarana tidak memadai,pemukiman kumuh dan keterbatasan lahan,
sektor informal perkotaan, lokalisasi PSK, panti pijat plus dan diskotik
yang terselubung, kriminalitas kota, banjir dan tanah longsor, sampah
dan kebersihan kota,pengangguran, kepadatan penduduk, penyakit
menular dan urbanisasi. Djayadi, Tata kota menurut islam konsep
pembangunan kota yang ramah lingkungan lingkungan, estetik dan
berbasis sosial, (Pustaka Al-Kautsar, 2008, 46-47).
37 Sesuai dengan kajian La Grange dan Rochford tentang “
Rangking of Science andTechnology-Related Global Problems (1996)
mencakup butir-butir sebagai berikut: Pengadaan Perumahan Massal,
Tata Guna Lahan yang jelek, Pengunaan dan Penyalahgunaan Teknologi,
Pertumbuhan Penduduk, Pasokan Air Bersih, Pencemaran Udara dan
Keterbatasan Energi, Budihardjo, Eko: Penataan Ruang dan Pembangunan
Perkotaan. (Penerbit PT.Alumni 2011) h.168-169
38 Pasal 16 Bab IV Pengembangan Kawasan Perkotaan
Perencanaan kawasan perkotaan baru diprioritaskan untuk: memecahkan
permasalahan kepadatan penduduk akibat urbanisasi, menyediakan

24

undang

No.32

Tahun

2009

tentang

perlindungan

dan

pengelolaan lingkungan hidup39 Program pengembangan
kota hijau (P2KH) Panduan Pelaksanaan 2011, Kementerian
Pekerjaan Umum40.
Pengembangan

perkotaan

sekarang

ini

ditandai

dengan berbagai fasilitas fisik seperti bangunan, gedunggedung, jalan, jembatan dan prasarana lainnya yang pada
umumnya belum memperhatikan betul tentang pentingnya
penghijauan di sekitarnya. Direktorat Jenderal Hortikultura
menyelenggarakan

program

berbasis perkotaan, dimana

pengembangan

hortikultura

salah satu diantaranya adalah

program “Green City” yaitu di 10 (sepuluh) kota besar yaitu
Tangerang,

Jakarta,

Bandung,

Semarang,

Yogyakarta,

Surabaya, Medan, Palembang, Denpasar dan Makassar.
Penerapan Green City di beberapa kota ini diharapkan dapat
membantu perbaikan kualitas lingkungan.41
Wilayah perkotaan bagian dari suatau wilayah
pemerintahan dalam suatu negara, terdiri dari masyarakat,
wilayah dan pemerintahan.42 Mengkaji permasalahan sosial
ruang baru bagi kebutuhan industri, perdagangan dan jasa, menyediakan
ruang bagi kepentingan pengembangan wilayah di masa depan.
39 BAB IV PEMANFAATAN Pasal 12 Pemanfaatan sumber daya
alam dilakukan berdasarkan RPPLH, Dalam hal RPPLH sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) belum tersusun, pemanfaatan sumber daya alam
dilaksanakan berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup dengan memperhatikan: keberlanjutan proses dan fungsi
lingkungan hidup;