Makalah Pihak yang bersengketa docx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belkang
Pengadilan pajak adalah badan peradilan yang melaksanakan Kekuasaan
kehakiman di Indonesia bagi wajib pajak atau penanggung pajak yang mencari
keadilan terhadap sengketa pajak.
Dimana yang dimaksud sengketa pajak adalah sengketa yang timbul
dibidang perpajakan antara wajib pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai
akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan Banding atau gugatan
banding pada Pengadilan pajak. Itu termasuk gugatan atas pelaksanaan penagihan
berdasarkan undang-undang penagihan dengan surat paksa.
Pengadilan pajak dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2002 tentang Pengadilan Pajak. Kedudukan Pengadilan Pajak berada di ibu kota
negara. Persidangan oleh Pengadilan Pajak dilakukan di tempat kedudukannya,
dan dapat pula dilakukan di tempat lain berdasarkan ketetapan Ketua Pengadilan
Pajak.
Susunan Pengadilan Pajak terdiri atas: Pimpinan, Hakim Anggota,
Sekretaris, dan Panitera. Pimpinan Pengadilan Pajak sendiri terdiri dari seorang
Ketua dan sebanyak-banyaknya 5 orang Wakil Ketua.
Pembinaan serta pengawasan umum terhadap hakkim Pengadilan Pajak
dilakukan oleh Mahkamah Agung. Sedangkan pembinaan organisasi, administrasi,
dan keuangan ditanggulangi olehKementrian Keuangan.
Selain itu, ada juga penjelasan dalam pasal 9A ayat (1) Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 dan dalam Pasal 27 ayat
(2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 16 tahun 2009 , secara tegas dinyatakan bahwa putusan Pengadilan Pajak
1
merupakan putusan pengadilan khusus di lingkungan Peradilan Tata Usaha
Negara.
Adapun dasar untuk menegaskan kedudukan Pengadilan Pajak dalam
lingkup peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung, adalah berdasarkan
Putusan Mahkamah
Konstitusi atas
perkara
nomor
004/PUU-11/2004
dinyatakan, pihak-pihak yang bersengketa dapat mengajukan peninjauan kembali
atas putusan Pengadilan Pajak kepada Mahkamah Agung.
B. Rumusan Masalah
1. Siapa saja para pihak yang bersengketa?
2. Bagaimana pengertian Kuasa dan Bantuan Hukum?
3. Bagaimana Hak untuk mengajikan Banding dan Gugatan?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui para pihak yang bersengketa
2. Mengetahui Kuasa dan Bantuan Hukum
3. Mengetahui Hak untuk mengajukan Banding dan Gugatan
BAB II
2
PEMBAHASAN
A. Para Pihak yang Bersengketa
Pengertian sengketa pajak sendiri adalah sengketa yang timbul dalam
bidang perpajakan antara wajib pajak atau penanggung pajak dengan pejabat yang
berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan banding
atau gugatan kepada Pengadilan Pajak berdasarkan peraturan perundangundangan perpajakan, termasuk gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan
Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa1.
Dalam peradilan pajak, sengketa pajak terbagi menjadi dua, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. sengketa pajak yang ditimbulkan dari tindakan penagihan, tindakan
penagihan pajak diatur dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997
tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 yang mengatur tindakantindakan yang dapat dilakukan fiskus mengenai tunggakan pajak.
2. Sengketa pajak yang timbul dari keputusan yang berkaitan dengan
pelaksanaan keputusan perpajakan, disamping ketetapan pajak dan
keputusan keberatan
1. Para pihak yang bersengketa
Masalah pajak adalah masalah antara pemerintah sebagai pihak yang
berhak memungut pajak (fiscus) dan wajib pajak sebagai pihak yang
berkewajiban memebayar pajak sesuai dengan peraturan perpajakan yang
berlaku.
a. Wajib Pajak
1 Dr.Wiratni Ahmadi,S.H, Perlindungan Hukum Bagi Wajib Pajak Dalam
Penyelesaian Sengketa Pajak, (Bandung: PT.Refika Aditama, 2006), hal. 52
3
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar
pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Wajib pajak badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak
melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan
usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma,
kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,
lembaga dan bentuk lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan
bentuk usaha tetap2.
Kewajiban wajib pajak secara umum yaitu:
1) Mendaftarkan diri menjadi wajib pajak;
2) Melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena
pajak;
3) Menghitung sendiri pajak yang terhutang;
4) Membyar sendiri pajak yang terutang tanpa mendasarkan pada
surat ketetapan pajak;
5) Melaporkan Surat Pemberitahuan.
Sedangkan hak wajib pajak secara umum yaitu:
1) Memperoleh pelayanan dalam hal pendaftaran wajib pajak;
2) Memperoleh pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak;
3) Mengajukan keberatan;
4) Mengajukan banding;
2 Anastasia Diana dan Lilis Setiawati, Perpajakan Indonesia konsep, Aplikasi
dan Penuntun Praktis, (Yogyakarta : C.V Andi Offset, 2009), hal. 5
4
5) Mengajukan pengurangan atas pajak terutang;
6) Menunjuk kuasa;
7) Memperoleh pengurangan sanksi administrasi.3
b. Fiskus (Pemerintah)
Fiscus berasal dari kata fiscale, yang berarti keranjang berisi uang,
atau kantong uang. Seluruh aparatur pajak sebagai wakil negara
disebut fiskus. Karena instansi yang berwenang untuk memungut pajak
meliputi pemerintah pusat dan pemerintah daerah, sesuai dengan jenis
pajak yang dipungut, maka yang menjadi fiskus bisa merupakan
pegawai pemerintah pusat maupun pegawai pemerintah daerah.
Untuk jenis pajak pusat yang menjadi pejabat pajak (fiskus) adalah
pegawai Direktorat Jenderal Pajak serta Direktorat Bea dan Cukai,
yang merupakan bagian dari Kementrian Keuangan Republik
Indonesia. Sedangkan untuk pajak daerah yang menjadi pejabat pajak
adalah pegawai SKPD yang memiliki tugas pokok dan fungsi untuk
mengelola pajak daerah, baik untuk pajak provinsi maupun untuk
pajak kabupaten/kota.
Meskipun
diberi
kewenangan
menjadi
fiskus,
yang
bertanggungjawab dalam keberhasilan pemungutan pajak, tetapi
kewenangan setiap pegawai ada batasannya, sesuai dengan jenjang
jabatannya pada instansi yang bersangkutan.
Kewenangan fiskus terkait hal-hal berikut:
1) Kewenangan terkait dengan pendaftaran wajib pajak dan pengukuhan
pengusaha kena pajak;
2) Kewenangan terkait dengan pembayaran pajak;
3) Kewenangan terkait dengan pelaporan pajak;
3 Marihot Pahala Siahaan, Hukum Pajak Elementer konsep dasar perpajakan
Indonesia, ( Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010), hal. 216-221
5
4) Kewenangan terkait dengan Penetapan dan ketetapan pajak;
5) Kewenangan terkait dengan Penagihan pajak;
6) Kewenangan terkait dengan Keberatan dan banding;
7) Kewenangan terkait dengan Pembukuan dan pencatatan;
8) Kewenangan terkait dengan Pemeriksaan pajak;
9) Kewenangan terkait dengan Pengurangan dan pembatalan surat
ketetapan pajak yang tidak benar;
10) Kewenangan terkait dengan Penetapan ketentuan material perpajakan
di bidang PPh, PPN, dan PPnBM;
11) Kewenangan terkait dengan Penetapan ketentuan material perpajakan
di bidang PBB dan BPHTB4.
2. Kuasa hukum
Menurut Pasal 34 UU Nomor 14 Tahun 2002, Kuasa hukum adalah
para pihak yang bersengketa masing-masing dapat didampingi atau
diwakili oleh satu atau lebih kuasa hukum dengan surat kuasa khusus.
Kuasa hukum adalah seorang yang diberi kuasa penuh untuk mewakili
atau mendampingi para pihak yang bersengketa dengan kuasa hukum
tertulis untuk mengurus dan memberikan informasi serta bukti-bukti yang
diperlukan dalam persidangan pengadilan pajak.
Pada saat mengikuti persidangan sengketa pajak baik banding atau
gugatan, para pihak yang bersengketa masing-masing dapat didampingi
atau diwakili oleh satu atau lebih kuasa hukum dengan surat kuasa khusus.
Adapun syarat-syarat untuk menjadi kuasa hukum harus memenuhi
sebagai berikut:
a. Waga Negara Indonesia;
4 Marihot Pahala Siahaan, Hukum Pajak Elementer konsep dasar perpajakan
Indonesia, hal. 200
6
b. Mempunyai pengetahuan yang luas dan keahlian tentang peraturan
perundang-undangan perpajakan;
c. Persyaratan lain yang ditetapkan oleh menteri.
Khusus syarat pada butir ke -3 tersebut diatas telah diatur dengan
keputusan mentri keuangan No. 576/KMK.04/2000 tentang persyaratan
seorang kuasa untuk menjalankan hak dan kewajiban menurut ketentuan
perundang-undangan perpajakan, dan dijelaskan lebih lanjut dengan
keputusan Dirjen pajak No KEP-188/PJ/2001 tentang kuasa untuk
menjalankan hak dan kewajiban menurut ketentuan perundang-undangan
perpajakan.
Sedangkan apabila kuasa hukum yang mendampingi atau mewakili
pemohon banding atau penggugat adalah keluarga sedarah atau semenda
sampai dengan derajat kedua, pegawai, tau pengampu, persyaratan tidak
diperlukan5.
Kuasa hukum yang hadir dipersidangan diwajibkan :
a. Menunjukan identitas berupa surat keterangan terdaftar atau surat ijin
sebagai kuasa hukum dari pengadilan pajak.
b. Menunjukan surat kuasa asli bermeterai dari pihak yang diwakilinya atau
didampinginya
c. Surat keterangan terdaftar sebagai kuasa hukum berlaku 12 bulan sejak
tanggal ditetapkan
d. Surat persetujuan dari ketua pengadilan pajak untuk menjadi kuasa hukum
diberikan dalam jangka waktu 7 (tujuh) dari persyaratan diri atau
permohonan ijin kuas hukum lengkap diterima di sekretariat pengadilan
pajak
5 Dr.Wiratni Ahmadi,S.H, Perlindungan Hukum Bagi Wajib Pajak Dalam
Penyelesaian Sengketa Pajak, hal. 57
7
e. Kuasa hukum dapat member kuasa untuk mewakilinya dalam suatu
persidangan majelis hanya kepada kuasa hukum lainnya, sepanjang dalam
surat kuasa yang diterima dari pemohon banding jelas menyatakan adanya
kuasa subsitusi.
1) Persyaratan menjadi kuasa hukum bagi pengacara :
a) Warga Negara Indonesia
b) Pengacara (berlisensi)
c) Sebagai ahli pajak ( antara lain sertifikat brevet pajak, memiliki
NPWP atau SPT PPH pasal 21 pemberi kerja(formulir 1721 A1) )
Tata cara untuk mendapatkan surat keterangan terdaftar sebagai
kuasa hukum bagi pengacara untuk mendapatkan surat keterangan
terdaftar sebagai kuasa hukum setiap pengacara wajib memenuhi
ketentuan sebagai berikut :
a) Wajib mendaftarkan diri kepada sekretariat pengadilan pajak
b) Melampirkan fotocopy/salinan :
a) Kartu tanda penduduk
b) Surat izin praktek pengacara (telah terlegalisir)
c) Ahli pajak (brevet konsultan pajak/ijazah yang telah terlegalisir)
d) NPWP/SPT PPH Pasal 21 pemberi kerja ( Formulir 1721 A )
e) Pas foto ukuran 2x3 sebanyak 2 lembar
2) Persyaratan Menjadi Kuasa Hukum Bagi yang Bukan Pengacara
Syarat-syarat menjadi kuasa hukum bagi yang bukan pengacara
antara lain :
8
a) Warga Negara Indonesia
b) Sebagai ahli pajak
c) Memiliki NPWP atau SPT PPH 21 pemberi kerja (formulir 1721 A)
Tata cara mendapatkan surat keterangan terdaftar sebagai kuasa
hukum bagi yang bukan pengacara untuk mendapatkan surat keterangan
terdaftar sebagai kuasa hukum yang bukan pengacara setiap orang harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a) Mengajukan permohonan tertulis kepada sekretaris pengadilan pajak
b) Melampirkan fotokopi/salinan dokumen yang telah disahkan
(dilegalisir)
i) Kartu tanda penduduk
ii) Ahli pajak (brevet konsultan pajak)
iii)NPWP/SPT PPH pasal 21 pemberi kerja (formulir 1721 A1)
iv)Pas foto 2x3 sebanyak 2 lembar
B. Bantuan Hukum dan Kuasa Hukum
LBH atau OBH adalah sebuah lembaga yang non profit atau tidak mencari
keuntungan, lembaga bantuan hukum ini didirikan dengan tujuan memberikan
pelayanan bantuan hukum secara gratis (cuma-cuma) kepada masyarakat yang
membutuhkan bantuan hukum, namun tidak mampu atau rakyat miskin, buta
hukum dan tertindas, arti cuma-cuma yaitu tidak perlu membayar biaya (fee)
untuk pengacara, tapi untuk biaya operasional seperti biaya perkara di pengadilan
(apabila kasus sampai ke pengadilan) itu ditanggung oleh si klien, itupun kalau
klien mampu. Tetapi biasanya LBH-LBH memiliki kekhususan masing-masing
dalam memilih kasus yang akan ditanganinya sesuai dengan visi-misinya.
9
Pada tanggal 30 April 2008, telah diresmikan Lembaga Bantuan Hukum
Pajak Indonesia (LBHPI) di Hotel Allson Residence Jakarta. Peresmian dihadiri
oleh para pendiri, pembina, pengurus dan pengawas yayasan, serta turut hadir
Ketua Pengadilan Pajak Drs. Abdul Anshari Ritonga.
Lahirnya Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (LBHI) yang diawali
dengan dibentuknya LBH Jakarta serta banyaknya sengketa pajak yang masuk ke
Pengadilan Pajak menginspirasi ke-13 pendiri untuk mendirikan Yayasan
Lembaga Bantuan Hukum Pajak Indonesia (YLBHPI). YLBHPI didirikan di
Jakarta dengan Akta Notaris H. Umaran Mansyur, S.H. Nomor 6 tanggal 23 Mei
2007, kemudian disahkan dengan SK Menkumham Nomor C-3798 HT.01.02
tahun 2007 tanggal 29 November 2007.
Pada prinsipnya, LBHPI adalah mitra Administrasi Pajak dalam
penegakan hukum pajak, serta mitra Wajib Pajak dalam hal penegakan hukum
pajak yang dilaksanakan secara tidak benar sehingga menyebabkan wajib pajak
teraniaya.
Berdasarkan Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat
Jenderal Pajak Salinan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-11/PJ/2014
Tentang Bantuan Hukum di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, Pasal 1
menyatakan bahwa :
a.
Bantuan Hukum adalah pemberian layanan hukum di Lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak oleh Unit Bantuan Hukum dalam menangani
masalah hukum.
b.
Unit Bantuan Hukum adalah Satuan Organisasi Kerja di Lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak yang bertugas memberikan Bantuan Hukum
kepada Unit Kerja, Pejabat, Pegawai, Pensiunan dan/atau Mantan
Pegawai.
c.
Unit Bantuan Hukum terdiri dari:
10
1) Unit Bantuan Hukum Pusat, yaitu Subdirektorat Bantuan Hukum
Direktorat Peraturan Perpajakan II; dan
2) Unit Bantuan Hukum Wilayah, yaitu Subbagian Bantuan Hukum dan
Pelaporan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak.
3) Unit Kerja adalah satuan organisasi kerja di Lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak.
d.
Pejabat
adalah
pegawai
yang
diangkat
dalam
jabatan
struktural/fungsional di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.
e.
Pegawai adalah Calon Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Negeri Sipil di
Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.
f.
Pensiunan adalah Pegawai yang telah mencapai batas usia pensiun
menurut peraturan perundang-undangan dan diberhentikan dengan
hormat sebagai Pegawai.
g.
Mantan Pegawai adalah orang yang pernah menjadi Pegawai yang
diberhentikan tanpa hak pensiun.
Mengenai Tujuan adanya Lembaga Bantuan Hukum Pajak tercantum dalam
pasal 2 yang menyatakan bahwa :
"Bantuan Hukum oleh Direktorat Jenderal Pajak bertujuan untuk menjamin
dan memenuhi hak hukum Unit Kerja, Pejabat, Pegawai, Pensiunan dan/atau
Mantan Pegawai dalam mendapatkan bantuan penanganan Masalah Hukum".
Sehubungan dengan penyelesaian perkara kasus, dalam pasal 5 dinyatakan
bahwa :
1) Penanganan Bantuan Hukum di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak
terdiri dari penanganan Bantuan Hukum yang mengarah pada proses
pengadilan, sedang dalam proses pengadilan dan setelah adanya putusan
pengadilan.
11
2) Penanganan Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a.
mengkoordinasikan
dan/atau
menyelesaikan
Masalah
Hukum
melalui jalur di luar pengadilan, antara lain mediasi, konsiliasi atau
penelitian ahli.
b.
menangani Masalah Hukum di badan peradilan dalam perkara
praperadilan, perdata, tata usaha negara, niaga, agama, perpajakan,
dan badan peradilan lainnya yang diatur dalam peraturan perundangundangan.
c.
menangani Masalah Hukum dalam perkara pidana pada tahap
penyelidikan, penyidikan, dan proses persidangan tindak pidana
berupa pendampingan saksi atau ahli, konsultasi hukum yang
berkaitan dengan tindak pidana, pemahaman tentang ketentuan
hukum acara pidana, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
pemberian bantuan hukum.
d.
menangani perkara atas permohonan hak uji materiil di Mahkamah
Konstitusi atau di Mahkamah Agung.
e.
memberikan konsultasi dan pertimbangan hukum berupa pemberian
pendapat, kajian, nasihat, dan/atau saran di bidang hukum.
f.
memberikan pendapat hukum yang berkaitan dengan tugas dan
fungsi Direktorat Jenderal Pajak.
g.
memberikan pendapat hukum yang berkaitan dengan rehabilitasi
Pejabat, Pegawai, Pensiunan dan/atau Mantan Pegawai yang tidak
terbukti melakukan tindak pidana berdasarkan putusan yang
berkekuatan hukum tetap.
12
h.
membantu penyampaian alasan kepada badan peradilan apabila
terdapat putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang
tidak dapat dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
3) Penanganan perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d hanya
dilaksanakan oleh Unit Bantuan Hukum Pusat.
4) Pemberian Bantuan Hukum dapat dilaksanakan di dalam negeri maupun
di luar negeri.
Pembebanan biaya atas perkara dinyatakan dalam pasal 9, yang
menyatakan bahwa:
"Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak ini dibebankan pada Daftar Isian Penggunaan Anggaran
(DIPA) Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak dan/atau Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak."
C. Hak Untuk Mengajukan Banding dan Gugatan
Dalam melaksanakan operasionalnya, pembentukan pengadilan pajak
dilakukan berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang
Pengadilan Pajak. Upaya hukum untuk menyelesaikan sengketa yang dapat
dilakukan oleh wajib Pajak adalah keberatan, banding, gugatan dan peninjauan
kembali. Upaya hukum keberatan atas ketetapan pajak diajukan ke Direktorat
Jenderal pajak. Sedangkan upaya hukum banding dan gugatan diajukan ke
Pengadilan Pajak. Khusus untuk upaya hukum Peninjauan Kembali (PK) diajukan
ke Mahkamah Agung.
Kewenangan Pengadilan Pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 31 dan
Pasal 32 UU Pengadilan Pajak, yaitu:
1.
Dalam hal banding Pengadilan Pajak hanya berwenang memeriksa dan
memutus sengketa atas keputusan keberatan yang dikeluarkan oleh Dirjen
Pajak, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Selain itu, Pengadilan Pajak dapat pula memeriksa dan memutus
permohonan banding atas keputusan/ketetapan yang diterbitkan oleh pejabat
13
yang berwenang sepanjang peraturan perundang-undangan yang terkait
mengatur demikian, sebagaimana dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 31 Ayat
(2) UU Pengadilan Pajak;
2.
Dalam hal gugatan, Pengadilan Pajak berwenang memeriksa dan memutus
sengketa atas pelaksanaan penagihan pajak, atau keputusan pembetulan, atau
keputusan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (2) UU KUP;
dan
3.
Pengadilan Pajak berwenang mengawasi kuasa hukum yang memberikan
bantuan hukum kepada pihak-pihak yang bersengketa dalam sidang-sidang
Pengadilan Pajak.
Banding dan Gugatan muncul karena adanya ketidaksetujuan atas
Keputusan Keberatan yang telah diajukan, yang kemudian dapat mengajukan
Banding ke badan peradilan pajak.
1.
Pengertian Banding
Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau
penanggung pajak terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan banding.
Banding diajukan dengan surat banding dalam bahasa Indonesia kepada
Pengadilan Pajak, dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima
Keputusan yang di banding, kecuali diatur lain dalam peraturan perundangundangan perpajakan. Jangka waktu sebagaimana dimaksud tidak mengikat
apabila jangka waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar
kekuasaan pemohon banding.
2.
Syarat Pengajuan Banding
a.
Anda dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan
peradilan pajak atas Surat Keputusan Keberatan;
b.
permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan
alasan yang jelas;
14
c.
diajukan paling lama 3 (tiga) bulan sejak Surat Keputusan Keberatan
diterima;
3.
d.
dilampiri dengan salinan Surat Keputusan Keberatan tersebut;
e.
terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding.
Pencabutan Banding
Wajib Pajak yang telah mengajukan permohonan Bading ke Pengadilan
Pajak dapat mencabut permohonan tersebut dengan mengajukan surat pernyataan
pencabutan banding kepada pengadilan pajak. Permohonan Banding yang dicabut
akan dihapus dari daftar sengketa melalui :
a.
Penetapan Ketua dalam hal surat pernyataan pencabutan diajukan
sebelum sidang dilaksanakan
b. Putusan Majelis/Hakim tunggal melalui pemeriksaan dalam hal surat
pernyataan pencabutan diajukan dalam sidang atas
persetujuan
terbanding.
4.
Konsekuensi Banding
Apabila hasil keputusan banding menyatakan “Dikabulkan seluruhnya”,
maka tidak ada sanksi maupun denda yang dikenakan. Namun, jika hasil
keputusan menyatakan “Dikabulkan sebagian, Ditolak, atau Besarnya jumlah
pajak yang masih harus dibayar masih banyak atau Membetulkan kesalahan tulis
dan/atau kesalahan hitung yang menambah pajak yang masih harus dibayar”,
maka konsekuensi sanksi yang harus dibayar adalah dikenakan denda 100% dari
jumlah pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pajak yang telah
dibayar sebelum mengajukan keberatan
1. Pengertian Gugatan
15
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2002
Tentang Peradilan Pajak di paparkan pengertian gugatan yang terdapat pada pasal
1 ayat 7 yang berbunyi :
“ gugatan adalah upaya hukum yang dapat di lakukan oleh wajib pajak
atau penanggung pajak terhadap pelaksanaan penagihan pajak atau terhadap
putusan yang dapat diajukan gugatan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.” 6
2. Jangka Waktu
Jangka waktu untuk mngajukan gugatan terhadap pelaksanaan penagihan
pajak adalah 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penagihan
sedangkan jangka waktu mengajukan gugatan terhadap keputusan salain gugatan
selama lamanya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal ditrima keputusan yang di
gugat.
Hal di atas tidak mengikat apabila jangka waktu yang di maksud tidak
dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaan penggugat terhadap satu pelaksanaan
penagihan keputusan di ajukan gugatan.7
3. Pencabutan Gugatan
Dalam pelaksanaan gugatan khususnya dalam lah perpajakan, Undangundang no 14 tahun 2002 menjelaskan bahwa, gugatan dapat di cabut dengn
beberapa catatan, hal tersebut di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Penetapan ketuan dalam hal surat pernyataan pencabutan di lakukan
sebelum sidang
b. Putusan majelis/hakim tunggal melalui pemeriksaan dalam surat
pernyataan pencabutan di ajukan setelah sidang atas persetujuan
penggugat.
6 Undang-undang peradilan pajak no 14 tahun 2002 pasal 1 ayat 7
7 Soeroso, Hukum Acara Khusu (Jakarta, Sinar Grafika, 2010), hlm 520
16
c. Gugatan yang telah dicabut melalui penetapan atau petusan sebagimana
yang di jelaskan di atas tidak dapat di ajukan kembali dalam peradilan
pajak
BABA III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengadilan pajak adalah badan peradilan yang melaksanakan Kekuasaan
kehakiman di Indonesia bagi wajib pajak atau penanggung pajak yang mencari
keadilan terhadap sengketa pajak.
Dimana yang dimaksud sengketa pajak adalah sengketa yang timbul
dibidang perpajakan antara wajib pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai
17
akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan Banding atau gugatan
banding pada Pengadilan pajak. Itu termasuk gugatan atas pelaksanaan penagihan
berdasarkan undang-undang penagihan dengan surat paksa.
Dalam peradilan pajak, sengketa pajak terbagi menjadi dua, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. sengketa pajak yang ditimbulkan dari tindakan penagihan
2. Sengketa pajak yang timbul dari keputusan yang berkaitan dengan
pelaksanaan keputusan perpajakan
1. Para pihak yang bersengketa
a. Wajib pajak
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
b. Fiskus (pemerintah)
Seluruh aparatur pajak sebagai wakil negara disebut fiskus. Karena
instansi yang berwenang untuk memungut pajak meliputi pemerintah pusat
dan pemerintah daerah, sesuai dengan jenis pajak yang dipungut, maka
yang menjadi fiskus bisa merupakan pegawai pemerintah pusat maupun
pegawai pemerintah daerah.
2. Kuasa Hukum
Menurut Pasal 34 UU Nomor 14 Tahun 2002, Kuasa hukum adalah para
pihak yang bersengketa masing-masing dapat didampingi atau diwakili oleh satu
atau lebih kuasa hukum dengan surat kuasa khusus. Kuasa hukum adalah seorang
yang diberi kuasa penuh untuk mewakili atau mendampingi para pihak yang
bersengketa dengan kuasa hukum tertulis untuk mengurus dan memberikan
informasi serta bukti-bukti yang diperlukan dalam persidangan pengadilan pajak.
apabila kuasa hukum yang mendampingi atau mewakili pemohon banding
atau penggugat adalah keluarga sedarah atau semenda sampai dengan derajat
kedua, pegawai, tau pengampu, persyaratan tidak diperlukan
18
Tata cara untuk mendapatkan surat keterangan terdaftar sebagai kuasa
hukum bagi pengacara untuk mendapatkan surat keterangan terdaftar sebagai
kuasa hukum setiap pengacara wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Wajib mendaftarkan diri kepada sekretariat pengadilan pajak
2. Melampirkan fotocopy/salinan :
a. Kartu tanda penduduk
b. Surat izin praktek pengacara (telah terlegalisir)
c. Ahli pajak (brevet konsultan pajak/ijazah yang telah terlegalisir)
d. NPWP/SPT PPH Pasal 21 pemberi kerja ( Formulir 1721 A )
e. Pas foto ukuran 2x3 sebanyak 2 lembar
3. Bantuan Hukum dan Kuasa Hukum
LBH atau OBH adalah sebuah lembaga yang non profit atau tidak mencari
keuntungan, lembaga bantuan hukum ini didirikan dengan tujuan memberikan
pelayanan bantuan hukum secara gratis (cuma-cuma) kepada masyarakat yang
membutuhkan bantuan hukum.
Pada prinsipnya, LBHPI adalah mitra Administrasi Pajak dalam
penegakan hukum pajak, serta mitra Wajib Pajak dalam hal penegakan hukum
pajak yang dilaksanakan secara tidak benar sehingga menyebabkan wajib pajak
teraniaya.
Unit Bantuan Hukum terdiri dari:
1.Unit Bantuan Hukum Pusat, yaitu Subdirektorat Bantuan Hukum Direktorat
Peraturan Perpajakan II; dan
2.Unit Bantuan Hukum Wilayah, yaitu Subbagian Bantuan Hukum dan
Pelaporan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak.
19
3.Unit Kerja adalah satuan organisasi kerja di Lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak.
4. Hak Untuk Mengajukan Banding dan Gugatan
Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau
penanggung pajak terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan banding.
Banding diajukan dengan surat banding dalam bahasa Indonesia kepada
Pengadilan Pajak, dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima
Keputusan yang di banding, kecuali diatur lain dalam peraturan perundangundangan perpajakan. Jangka waktu sebagaimana dimaksud tidak mengikat
apabila jangka waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar
kekuasaan pemohon banding.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2002
Tentang Peradilan Pajak di paparkan pengertian gugatan yang terdapat pada pasal
1 ayat 7 yang berbunyi :
“ gugatan adalah upaya hukum yang dapat di lakukan oleh wajib pajak atau
penanggung pajak terhadap pelaksanaan penagihan pajak atau terhadap putusan
yang dapat diajukan gugatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.”
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi , Wiratni. 2006. Perlindungan Hukum Bagi Wajib Pajak Dalam
Penyelesaian Sengketa Pajak, Bandung: PT.Refika Aditama
Diana ,Anastasia dan Lilis Setiawati. 2009 . Perpajakan Indonesia konsep,
Aplikasi dan Penuntun Praktis, Yogyakarta : C.V Andi Offset
Siahaan , Marihot Pahala. 2010. Hukum Pajak Elementer konsep dasar
perpajakan Indonesia. Yogyakarta : Graha Ilmu
20
Soeroso, 2010. Hukum Acara Khusu. Jakarta : Sinar Grafika
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Peradilan
Pajak
21
PENDAHULUAN
A. Latar Belkang
Pengadilan pajak adalah badan peradilan yang melaksanakan Kekuasaan
kehakiman di Indonesia bagi wajib pajak atau penanggung pajak yang mencari
keadilan terhadap sengketa pajak.
Dimana yang dimaksud sengketa pajak adalah sengketa yang timbul
dibidang perpajakan antara wajib pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai
akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan Banding atau gugatan
banding pada Pengadilan pajak. Itu termasuk gugatan atas pelaksanaan penagihan
berdasarkan undang-undang penagihan dengan surat paksa.
Pengadilan pajak dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2002 tentang Pengadilan Pajak. Kedudukan Pengadilan Pajak berada di ibu kota
negara. Persidangan oleh Pengadilan Pajak dilakukan di tempat kedudukannya,
dan dapat pula dilakukan di tempat lain berdasarkan ketetapan Ketua Pengadilan
Pajak.
Susunan Pengadilan Pajak terdiri atas: Pimpinan, Hakim Anggota,
Sekretaris, dan Panitera. Pimpinan Pengadilan Pajak sendiri terdiri dari seorang
Ketua dan sebanyak-banyaknya 5 orang Wakil Ketua.
Pembinaan serta pengawasan umum terhadap hakkim Pengadilan Pajak
dilakukan oleh Mahkamah Agung. Sedangkan pembinaan organisasi, administrasi,
dan keuangan ditanggulangi olehKementrian Keuangan.
Selain itu, ada juga penjelasan dalam pasal 9A ayat (1) Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 dan dalam Pasal 27 ayat
(2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 16 tahun 2009 , secara tegas dinyatakan bahwa putusan Pengadilan Pajak
1
merupakan putusan pengadilan khusus di lingkungan Peradilan Tata Usaha
Negara.
Adapun dasar untuk menegaskan kedudukan Pengadilan Pajak dalam
lingkup peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung, adalah berdasarkan
Putusan Mahkamah
Konstitusi atas
perkara
nomor
004/PUU-11/2004
dinyatakan, pihak-pihak yang bersengketa dapat mengajukan peninjauan kembali
atas putusan Pengadilan Pajak kepada Mahkamah Agung.
B. Rumusan Masalah
1. Siapa saja para pihak yang bersengketa?
2. Bagaimana pengertian Kuasa dan Bantuan Hukum?
3. Bagaimana Hak untuk mengajikan Banding dan Gugatan?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui para pihak yang bersengketa
2. Mengetahui Kuasa dan Bantuan Hukum
3. Mengetahui Hak untuk mengajukan Banding dan Gugatan
BAB II
2
PEMBAHASAN
A. Para Pihak yang Bersengketa
Pengertian sengketa pajak sendiri adalah sengketa yang timbul dalam
bidang perpajakan antara wajib pajak atau penanggung pajak dengan pejabat yang
berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan banding
atau gugatan kepada Pengadilan Pajak berdasarkan peraturan perundangundangan perpajakan, termasuk gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan
Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa1.
Dalam peradilan pajak, sengketa pajak terbagi menjadi dua, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. sengketa pajak yang ditimbulkan dari tindakan penagihan, tindakan
penagihan pajak diatur dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997
tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 yang mengatur tindakantindakan yang dapat dilakukan fiskus mengenai tunggakan pajak.
2. Sengketa pajak yang timbul dari keputusan yang berkaitan dengan
pelaksanaan keputusan perpajakan, disamping ketetapan pajak dan
keputusan keberatan
1. Para pihak yang bersengketa
Masalah pajak adalah masalah antara pemerintah sebagai pihak yang
berhak memungut pajak (fiscus) dan wajib pajak sebagai pihak yang
berkewajiban memebayar pajak sesuai dengan peraturan perpajakan yang
berlaku.
a. Wajib Pajak
1 Dr.Wiratni Ahmadi,S.H, Perlindungan Hukum Bagi Wajib Pajak Dalam
Penyelesaian Sengketa Pajak, (Bandung: PT.Refika Aditama, 2006), hal. 52
3
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar
pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Wajib pajak badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak
melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan
usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma,
kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,
lembaga dan bentuk lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan
bentuk usaha tetap2.
Kewajiban wajib pajak secara umum yaitu:
1) Mendaftarkan diri menjadi wajib pajak;
2) Melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena
pajak;
3) Menghitung sendiri pajak yang terhutang;
4) Membyar sendiri pajak yang terutang tanpa mendasarkan pada
surat ketetapan pajak;
5) Melaporkan Surat Pemberitahuan.
Sedangkan hak wajib pajak secara umum yaitu:
1) Memperoleh pelayanan dalam hal pendaftaran wajib pajak;
2) Memperoleh pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak;
3) Mengajukan keberatan;
4) Mengajukan banding;
2 Anastasia Diana dan Lilis Setiawati, Perpajakan Indonesia konsep, Aplikasi
dan Penuntun Praktis, (Yogyakarta : C.V Andi Offset, 2009), hal. 5
4
5) Mengajukan pengurangan atas pajak terutang;
6) Menunjuk kuasa;
7) Memperoleh pengurangan sanksi administrasi.3
b. Fiskus (Pemerintah)
Fiscus berasal dari kata fiscale, yang berarti keranjang berisi uang,
atau kantong uang. Seluruh aparatur pajak sebagai wakil negara
disebut fiskus. Karena instansi yang berwenang untuk memungut pajak
meliputi pemerintah pusat dan pemerintah daerah, sesuai dengan jenis
pajak yang dipungut, maka yang menjadi fiskus bisa merupakan
pegawai pemerintah pusat maupun pegawai pemerintah daerah.
Untuk jenis pajak pusat yang menjadi pejabat pajak (fiskus) adalah
pegawai Direktorat Jenderal Pajak serta Direktorat Bea dan Cukai,
yang merupakan bagian dari Kementrian Keuangan Republik
Indonesia. Sedangkan untuk pajak daerah yang menjadi pejabat pajak
adalah pegawai SKPD yang memiliki tugas pokok dan fungsi untuk
mengelola pajak daerah, baik untuk pajak provinsi maupun untuk
pajak kabupaten/kota.
Meskipun
diberi
kewenangan
menjadi
fiskus,
yang
bertanggungjawab dalam keberhasilan pemungutan pajak, tetapi
kewenangan setiap pegawai ada batasannya, sesuai dengan jenjang
jabatannya pada instansi yang bersangkutan.
Kewenangan fiskus terkait hal-hal berikut:
1) Kewenangan terkait dengan pendaftaran wajib pajak dan pengukuhan
pengusaha kena pajak;
2) Kewenangan terkait dengan pembayaran pajak;
3) Kewenangan terkait dengan pelaporan pajak;
3 Marihot Pahala Siahaan, Hukum Pajak Elementer konsep dasar perpajakan
Indonesia, ( Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010), hal. 216-221
5
4) Kewenangan terkait dengan Penetapan dan ketetapan pajak;
5) Kewenangan terkait dengan Penagihan pajak;
6) Kewenangan terkait dengan Keberatan dan banding;
7) Kewenangan terkait dengan Pembukuan dan pencatatan;
8) Kewenangan terkait dengan Pemeriksaan pajak;
9) Kewenangan terkait dengan Pengurangan dan pembatalan surat
ketetapan pajak yang tidak benar;
10) Kewenangan terkait dengan Penetapan ketentuan material perpajakan
di bidang PPh, PPN, dan PPnBM;
11) Kewenangan terkait dengan Penetapan ketentuan material perpajakan
di bidang PBB dan BPHTB4.
2. Kuasa hukum
Menurut Pasal 34 UU Nomor 14 Tahun 2002, Kuasa hukum adalah
para pihak yang bersengketa masing-masing dapat didampingi atau
diwakili oleh satu atau lebih kuasa hukum dengan surat kuasa khusus.
Kuasa hukum adalah seorang yang diberi kuasa penuh untuk mewakili
atau mendampingi para pihak yang bersengketa dengan kuasa hukum
tertulis untuk mengurus dan memberikan informasi serta bukti-bukti yang
diperlukan dalam persidangan pengadilan pajak.
Pada saat mengikuti persidangan sengketa pajak baik banding atau
gugatan, para pihak yang bersengketa masing-masing dapat didampingi
atau diwakili oleh satu atau lebih kuasa hukum dengan surat kuasa khusus.
Adapun syarat-syarat untuk menjadi kuasa hukum harus memenuhi
sebagai berikut:
a. Waga Negara Indonesia;
4 Marihot Pahala Siahaan, Hukum Pajak Elementer konsep dasar perpajakan
Indonesia, hal. 200
6
b. Mempunyai pengetahuan yang luas dan keahlian tentang peraturan
perundang-undangan perpajakan;
c. Persyaratan lain yang ditetapkan oleh menteri.
Khusus syarat pada butir ke -3 tersebut diatas telah diatur dengan
keputusan mentri keuangan No. 576/KMK.04/2000 tentang persyaratan
seorang kuasa untuk menjalankan hak dan kewajiban menurut ketentuan
perundang-undangan perpajakan, dan dijelaskan lebih lanjut dengan
keputusan Dirjen pajak No KEP-188/PJ/2001 tentang kuasa untuk
menjalankan hak dan kewajiban menurut ketentuan perundang-undangan
perpajakan.
Sedangkan apabila kuasa hukum yang mendampingi atau mewakili
pemohon banding atau penggugat adalah keluarga sedarah atau semenda
sampai dengan derajat kedua, pegawai, tau pengampu, persyaratan tidak
diperlukan5.
Kuasa hukum yang hadir dipersidangan diwajibkan :
a. Menunjukan identitas berupa surat keterangan terdaftar atau surat ijin
sebagai kuasa hukum dari pengadilan pajak.
b. Menunjukan surat kuasa asli bermeterai dari pihak yang diwakilinya atau
didampinginya
c. Surat keterangan terdaftar sebagai kuasa hukum berlaku 12 bulan sejak
tanggal ditetapkan
d. Surat persetujuan dari ketua pengadilan pajak untuk menjadi kuasa hukum
diberikan dalam jangka waktu 7 (tujuh) dari persyaratan diri atau
permohonan ijin kuas hukum lengkap diterima di sekretariat pengadilan
pajak
5 Dr.Wiratni Ahmadi,S.H, Perlindungan Hukum Bagi Wajib Pajak Dalam
Penyelesaian Sengketa Pajak, hal. 57
7
e. Kuasa hukum dapat member kuasa untuk mewakilinya dalam suatu
persidangan majelis hanya kepada kuasa hukum lainnya, sepanjang dalam
surat kuasa yang diterima dari pemohon banding jelas menyatakan adanya
kuasa subsitusi.
1) Persyaratan menjadi kuasa hukum bagi pengacara :
a) Warga Negara Indonesia
b) Pengacara (berlisensi)
c) Sebagai ahli pajak ( antara lain sertifikat brevet pajak, memiliki
NPWP atau SPT PPH pasal 21 pemberi kerja(formulir 1721 A1) )
Tata cara untuk mendapatkan surat keterangan terdaftar sebagai
kuasa hukum bagi pengacara untuk mendapatkan surat keterangan
terdaftar sebagai kuasa hukum setiap pengacara wajib memenuhi
ketentuan sebagai berikut :
a) Wajib mendaftarkan diri kepada sekretariat pengadilan pajak
b) Melampirkan fotocopy/salinan :
a) Kartu tanda penduduk
b) Surat izin praktek pengacara (telah terlegalisir)
c) Ahli pajak (brevet konsultan pajak/ijazah yang telah terlegalisir)
d) NPWP/SPT PPH Pasal 21 pemberi kerja ( Formulir 1721 A )
e) Pas foto ukuran 2x3 sebanyak 2 lembar
2) Persyaratan Menjadi Kuasa Hukum Bagi yang Bukan Pengacara
Syarat-syarat menjadi kuasa hukum bagi yang bukan pengacara
antara lain :
8
a) Warga Negara Indonesia
b) Sebagai ahli pajak
c) Memiliki NPWP atau SPT PPH 21 pemberi kerja (formulir 1721 A)
Tata cara mendapatkan surat keterangan terdaftar sebagai kuasa
hukum bagi yang bukan pengacara untuk mendapatkan surat keterangan
terdaftar sebagai kuasa hukum yang bukan pengacara setiap orang harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a) Mengajukan permohonan tertulis kepada sekretaris pengadilan pajak
b) Melampirkan fotokopi/salinan dokumen yang telah disahkan
(dilegalisir)
i) Kartu tanda penduduk
ii) Ahli pajak (brevet konsultan pajak)
iii)NPWP/SPT PPH pasal 21 pemberi kerja (formulir 1721 A1)
iv)Pas foto 2x3 sebanyak 2 lembar
B. Bantuan Hukum dan Kuasa Hukum
LBH atau OBH adalah sebuah lembaga yang non profit atau tidak mencari
keuntungan, lembaga bantuan hukum ini didirikan dengan tujuan memberikan
pelayanan bantuan hukum secara gratis (cuma-cuma) kepada masyarakat yang
membutuhkan bantuan hukum, namun tidak mampu atau rakyat miskin, buta
hukum dan tertindas, arti cuma-cuma yaitu tidak perlu membayar biaya (fee)
untuk pengacara, tapi untuk biaya operasional seperti biaya perkara di pengadilan
(apabila kasus sampai ke pengadilan) itu ditanggung oleh si klien, itupun kalau
klien mampu. Tetapi biasanya LBH-LBH memiliki kekhususan masing-masing
dalam memilih kasus yang akan ditanganinya sesuai dengan visi-misinya.
9
Pada tanggal 30 April 2008, telah diresmikan Lembaga Bantuan Hukum
Pajak Indonesia (LBHPI) di Hotel Allson Residence Jakarta. Peresmian dihadiri
oleh para pendiri, pembina, pengurus dan pengawas yayasan, serta turut hadir
Ketua Pengadilan Pajak Drs. Abdul Anshari Ritonga.
Lahirnya Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (LBHI) yang diawali
dengan dibentuknya LBH Jakarta serta banyaknya sengketa pajak yang masuk ke
Pengadilan Pajak menginspirasi ke-13 pendiri untuk mendirikan Yayasan
Lembaga Bantuan Hukum Pajak Indonesia (YLBHPI). YLBHPI didirikan di
Jakarta dengan Akta Notaris H. Umaran Mansyur, S.H. Nomor 6 tanggal 23 Mei
2007, kemudian disahkan dengan SK Menkumham Nomor C-3798 HT.01.02
tahun 2007 tanggal 29 November 2007.
Pada prinsipnya, LBHPI adalah mitra Administrasi Pajak dalam
penegakan hukum pajak, serta mitra Wajib Pajak dalam hal penegakan hukum
pajak yang dilaksanakan secara tidak benar sehingga menyebabkan wajib pajak
teraniaya.
Berdasarkan Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat
Jenderal Pajak Salinan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-11/PJ/2014
Tentang Bantuan Hukum di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, Pasal 1
menyatakan bahwa :
a.
Bantuan Hukum adalah pemberian layanan hukum di Lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak oleh Unit Bantuan Hukum dalam menangani
masalah hukum.
b.
Unit Bantuan Hukum adalah Satuan Organisasi Kerja di Lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak yang bertugas memberikan Bantuan Hukum
kepada Unit Kerja, Pejabat, Pegawai, Pensiunan dan/atau Mantan
Pegawai.
c.
Unit Bantuan Hukum terdiri dari:
10
1) Unit Bantuan Hukum Pusat, yaitu Subdirektorat Bantuan Hukum
Direktorat Peraturan Perpajakan II; dan
2) Unit Bantuan Hukum Wilayah, yaitu Subbagian Bantuan Hukum dan
Pelaporan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak.
3) Unit Kerja adalah satuan organisasi kerja di Lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak.
d.
Pejabat
adalah
pegawai
yang
diangkat
dalam
jabatan
struktural/fungsional di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.
e.
Pegawai adalah Calon Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Negeri Sipil di
Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.
f.
Pensiunan adalah Pegawai yang telah mencapai batas usia pensiun
menurut peraturan perundang-undangan dan diberhentikan dengan
hormat sebagai Pegawai.
g.
Mantan Pegawai adalah orang yang pernah menjadi Pegawai yang
diberhentikan tanpa hak pensiun.
Mengenai Tujuan adanya Lembaga Bantuan Hukum Pajak tercantum dalam
pasal 2 yang menyatakan bahwa :
"Bantuan Hukum oleh Direktorat Jenderal Pajak bertujuan untuk menjamin
dan memenuhi hak hukum Unit Kerja, Pejabat, Pegawai, Pensiunan dan/atau
Mantan Pegawai dalam mendapatkan bantuan penanganan Masalah Hukum".
Sehubungan dengan penyelesaian perkara kasus, dalam pasal 5 dinyatakan
bahwa :
1) Penanganan Bantuan Hukum di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak
terdiri dari penanganan Bantuan Hukum yang mengarah pada proses
pengadilan, sedang dalam proses pengadilan dan setelah adanya putusan
pengadilan.
11
2) Penanganan Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a.
mengkoordinasikan
dan/atau
menyelesaikan
Masalah
Hukum
melalui jalur di luar pengadilan, antara lain mediasi, konsiliasi atau
penelitian ahli.
b.
menangani Masalah Hukum di badan peradilan dalam perkara
praperadilan, perdata, tata usaha negara, niaga, agama, perpajakan,
dan badan peradilan lainnya yang diatur dalam peraturan perundangundangan.
c.
menangani Masalah Hukum dalam perkara pidana pada tahap
penyelidikan, penyidikan, dan proses persidangan tindak pidana
berupa pendampingan saksi atau ahli, konsultasi hukum yang
berkaitan dengan tindak pidana, pemahaman tentang ketentuan
hukum acara pidana, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
pemberian bantuan hukum.
d.
menangani perkara atas permohonan hak uji materiil di Mahkamah
Konstitusi atau di Mahkamah Agung.
e.
memberikan konsultasi dan pertimbangan hukum berupa pemberian
pendapat, kajian, nasihat, dan/atau saran di bidang hukum.
f.
memberikan pendapat hukum yang berkaitan dengan tugas dan
fungsi Direktorat Jenderal Pajak.
g.
memberikan pendapat hukum yang berkaitan dengan rehabilitasi
Pejabat, Pegawai, Pensiunan dan/atau Mantan Pegawai yang tidak
terbukti melakukan tindak pidana berdasarkan putusan yang
berkekuatan hukum tetap.
12
h.
membantu penyampaian alasan kepada badan peradilan apabila
terdapat putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang
tidak dapat dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
3) Penanganan perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d hanya
dilaksanakan oleh Unit Bantuan Hukum Pusat.
4) Pemberian Bantuan Hukum dapat dilaksanakan di dalam negeri maupun
di luar negeri.
Pembebanan biaya atas perkara dinyatakan dalam pasal 9, yang
menyatakan bahwa:
"Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak ini dibebankan pada Daftar Isian Penggunaan Anggaran
(DIPA) Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak dan/atau Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak."
C. Hak Untuk Mengajukan Banding dan Gugatan
Dalam melaksanakan operasionalnya, pembentukan pengadilan pajak
dilakukan berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang
Pengadilan Pajak. Upaya hukum untuk menyelesaikan sengketa yang dapat
dilakukan oleh wajib Pajak adalah keberatan, banding, gugatan dan peninjauan
kembali. Upaya hukum keberatan atas ketetapan pajak diajukan ke Direktorat
Jenderal pajak. Sedangkan upaya hukum banding dan gugatan diajukan ke
Pengadilan Pajak. Khusus untuk upaya hukum Peninjauan Kembali (PK) diajukan
ke Mahkamah Agung.
Kewenangan Pengadilan Pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 31 dan
Pasal 32 UU Pengadilan Pajak, yaitu:
1.
Dalam hal banding Pengadilan Pajak hanya berwenang memeriksa dan
memutus sengketa atas keputusan keberatan yang dikeluarkan oleh Dirjen
Pajak, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Selain itu, Pengadilan Pajak dapat pula memeriksa dan memutus
permohonan banding atas keputusan/ketetapan yang diterbitkan oleh pejabat
13
yang berwenang sepanjang peraturan perundang-undangan yang terkait
mengatur demikian, sebagaimana dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 31 Ayat
(2) UU Pengadilan Pajak;
2.
Dalam hal gugatan, Pengadilan Pajak berwenang memeriksa dan memutus
sengketa atas pelaksanaan penagihan pajak, atau keputusan pembetulan, atau
keputusan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (2) UU KUP;
dan
3.
Pengadilan Pajak berwenang mengawasi kuasa hukum yang memberikan
bantuan hukum kepada pihak-pihak yang bersengketa dalam sidang-sidang
Pengadilan Pajak.
Banding dan Gugatan muncul karena adanya ketidaksetujuan atas
Keputusan Keberatan yang telah diajukan, yang kemudian dapat mengajukan
Banding ke badan peradilan pajak.
1.
Pengertian Banding
Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau
penanggung pajak terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan banding.
Banding diajukan dengan surat banding dalam bahasa Indonesia kepada
Pengadilan Pajak, dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima
Keputusan yang di banding, kecuali diatur lain dalam peraturan perundangundangan perpajakan. Jangka waktu sebagaimana dimaksud tidak mengikat
apabila jangka waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar
kekuasaan pemohon banding.
2.
Syarat Pengajuan Banding
a.
Anda dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan
peradilan pajak atas Surat Keputusan Keberatan;
b.
permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan
alasan yang jelas;
14
c.
diajukan paling lama 3 (tiga) bulan sejak Surat Keputusan Keberatan
diterima;
3.
d.
dilampiri dengan salinan Surat Keputusan Keberatan tersebut;
e.
terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding.
Pencabutan Banding
Wajib Pajak yang telah mengajukan permohonan Bading ke Pengadilan
Pajak dapat mencabut permohonan tersebut dengan mengajukan surat pernyataan
pencabutan banding kepada pengadilan pajak. Permohonan Banding yang dicabut
akan dihapus dari daftar sengketa melalui :
a.
Penetapan Ketua dalam hal surat pernyataan pencabutan diajukan
sebelum sidang dilaksanakan
b. Putusan Majelis/Hakim tunggal melalui pemeriksaan dalam hal surat
pernyataan pencabutan diajukan dalam sidang atas
persetujuan
terbanding.
4.
Konsekuensi Banding
Apabila hasil keputusan banding menyatakan “Dikabulkan seluruhnya”,
maka tidak ada sanksi maupun denda yang dikenakan. Namun, jika hasil
keputusan menyatakan “Dikabulkan sebagian, Ditolak, atau Besarnya jumlah
pajak yang masih harus dibayar masih banyak atau Membetulkan kesalahan tulis
dan/atau kesalahan hitung yang menambah pajak yang masih harus dibayar”,
maka konsekuensi sanksi yang harus dibayar adalah dikenakan denda 100% dari
jumlah pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pajak yang telah
dibayar sebelum mengajukan keberatan
1. Pengertian Gugatan
15
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2002
Tentang Peradilan Pajak di paparkan pengertian gugatan yang terdapat pada pasal
1 ayat 7 yang berbunyi :
“ gugatan adalah upaya hukum yang dapat di lakukan oleh wajib pajak
atau penanggung pajak terhadap pelaksanaan penagihan pajak atau terhadap
putusan yang dapat diajukan gugatan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.” 6
2. Jangka Waktu
Jangka waktu untuk mngajukan gugatan terhadap pelaksanaan penagihan
pajak adalah 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penagihan
sedangkan jangka waktu mengajukan gugatan terhadap keputusan salain gugatan
selama lamanya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal ditrima keputusan yang di
gugat.
Hal di atas tidak mengikat apabila jangka waktu yang di maksud tidak
dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaan penggugat terhadap satu pelaksanaan
penagihan keputusan di ajukan gugatan.7
3. Pencabutan Gugatan
Dalam pelaksanaan gugatan khususnya dalam lah perpajakan, Undangundang no 14 tahun 2002 menjelaskan bahwa, gugatan dapat di cabut dengn
beberapa catatan, hal tersebut di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Penetapan ketuan dalam hal surat pernyataan pencabutan di lakukan
sebelum sidang
b. Putusan majelis/hakim tunggal melalui pemeriksaan dalam surat
pernyataan pencabutan di ajukan setelah sidang atas persetujuan
penggugat.
6 Undang-undang peradilan pajak no 14 tahun 2002 pasal 1 ayat 7
7 Soeroso, Hukum Acara Khusu (Jakarta, Sinar Grafika, 2010), hlm 520
16
c. Gugatan yang telah dicabut melalui penetapan atau petusan sebagimana
yang di jelaskan di atas tidak dapat di ajukan kembali dalam peradilan
pajak
BABA III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengadilan pajak adalah badan peradilan yang melaksanakan Kekuasaan
kehakiman di Indonesia bagi wajib pajak atau penanggung pajak yang mencari
keadilan terhadap sengketa pajak.
Dimana yang dimaksud sengketa pajak adalah sengketa yang timbul
dibidang perpajakan antara wajib pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai
17
akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan Banding atau gugatan
banding pada Pengadilan pajak. Itu termasuk gugatan atas pelaksanaan penagihan
berdasarkan undang-undang penagihan dengan surat paksa.
Dalam peradilan pajak, sengketa pajak terbagi menjadi dua, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. sengketa pajak yang ditimbulkan dari tindakan penagihan
2. Sengketa pajak yang timbul dari keputusan yang berkaitan dengan
pelaksanaan keputusan perpajakan
1. Para pihak yang bersengketa
a. Wajib pajak
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
b. Fiskus (pemerintah)
Seluruh aparatur pajak sebagai wakil negara disebut fiskus. Karena
instansi yang berwenang untuk memungut pajak meliputi pemerintah pusat
dan pemerintah daerah, sesuai dengan jenis pajak yang dipungut, maka
yang menjadi fiskus bisa merupakan pegawai pemerintah pusat maupun
pegawai pemerintah daerah.
2. Kuasa Hukum
Menurut Pasal 34 UU Nomor 14 Tahun 2002, Kuasa hukum adalah para
pihak yang bersengketa masing-masing dapat didampingi atau diwakili oleh satu
atau lebih kuasa hukum dengan surat kuasa khusus. Kuasa hukum adalah seorang
yang diberi kuasa penuh untuk mewakili atau mendampingi para pihak yang
bersengketa dengan kuasa hukum tertulis untuk mengurus dan memberikan
informasi serta bukti-bukti yang diperlukan dalam persidangan pengadilan pajak.
apabila kuasa hukum yang mendampingi atau mewakili pemohon banding
atau penggugat adalah keluarga sedarah atau semenda sampai dengan derajat
kedua, pegawai, tau pengampu, persyaratan tidak diperlukan
18
Tata cara untuk mendapatkan surat keterangan terdaftar sebagai kuasa
hukum bagi pengacara untuk mendapatkan surat keterangan terdaftar sebagai
kuasa hukum setiap pengacara wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Wajib mendaftarkan diri kepada sekretariat pengadilan pajak
2. Melampirkan fotocopy/salinan :
a. Kartu tanda penduduk
b. Surat izin praktek pengacara (telah terlegalisir)
c. Ahli pajak (brevet konsultan pajak/ijazah yang telah terlegalisir)
d. NPWP/SPT PPH Pasal 21 pemberi kerja ( Formulir 1721 A )
e. Pas foto ukuran 2x3 sebanyak 2 lembar
3. Bantuan Hukum dan Kuasa Hukum
LBH atau OBH adalah sebuah lembaga yang non profit atau tidak mencari
keuntungan, lembaga bantuan hukum ini didirikan dengan tujuan memberikan
pelayanan bantuan hukum secara gratis (cuma-cuma) kepada masyarakat yang
membutuhkan bantuan hukum.
Pada prinsipnya, LBHPI adalah mitra Administrasi Pajak dalam
penegakan hukum pajak, serta mitra Wajib Pajak dalam hal penegakan hukum
pajak yang dilaksanakan secara tidak benar sehingga menyebabkan wajib pajak
teraniaya.
Unit Bantuan Hukum terdiri dari:
1.Unit Bantuan Hukum Pusat, yaitu Subdirektorat Bantuan Hukum Direktorat
Peraturan Perpajakan II; dan
2.Unit Bantuan Hukum Wilayah, yaitu Subbagian Bantuan Hukum dan
Pelaporan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak.
19
3.Unit Kerja adalah satuan organisasi kerja di Lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak.
4. Hak Untuk Mengajukan Banding dan Gugatan
Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau
penanggung pajak terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan banding.
Banding diajukan dengan surat banding dalam bahasa Indonesia kepada
Pengadilan Pajak, dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima
Keputusan yang di banding, kecuali diatur lain dalam peraturan perundangundangan perpajakan. Jangka waktu sebagaimana dimaksud tidak mengikat
apabila jangka waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar
kekuasaan pemohon banding.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2002
Tentang Peradilan Pajak di paparkan pengertian gugatan yang terdapat pada pasal
1 ayat 7 yang berbunyi :
“ gugatan adalah upaya hukum yang dapat di lakukan oleh wajib pajak atau
penanggung pajak terhadap pelaksanaan penagihan pajak atau terhadap putusan
yang dapat diajukan gugatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.”
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi , Wiratni. 2006. Perlindungan Hukum Bagi Wajib Pajak Dalam
Penyelesaian Sengketa Pajak, Bandung: PT.Refika Aditama
Diana ,Anastasia dan Lilis Setiawati. 2009 . Perpajakan Indonesia konsep,
Aplikasi dan Penuntun Praktis, Yogyakarta : C.V Andi Offset
Siahaan , Marihot Pahala. 2010. Hukum Pajak Elementer konsep dasar
perpajakan Indonesia. Yogyakarta : Graha Ilmu
20
Soeroso, 2010. Hukum Acara Khusu. Jakarta : Sinar Grafika
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Peradilan
Pajak
21