Analisis Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Interna Wanita RSUP H. Adam Malik Medan Periode September – November 2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif
dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagaluntuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang menyebabkan uremia.
Hal ini teriadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 60 milmenit.
Urutan etiologi terbanyak gagal ginjal kronis adalah glomerulonetritis (25%),
diabetes melitus (23%), hipertensi (20%) dan ginjal polikistik (10%). Di lndonesia
pertumbuhan penderita gagal ginjal kronik sekitar l0% per tahun. Berdasarkan
data dari Pusat Nefrologi lndonesia insiden dan prevalensi 100-150/1 juta
penduduk tiap tahun. Penatalaksanaan gagal ginjal kronik mengacu pada terapi
konservatif (diet, kebutuhan kalori, kebutuhan cairan dan elektrolit), terapi
simptomatik, dan terapi pengganti ginjal (hemodialisis, dialysis peritoneal, dan
transplantasi ginjal di anjurkan untuk meningkatkan kesehatan pasien tersebut
(Husna, 2010).
Pada survei yang dilakukan oleh Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri)
tahun 2008 di empat kota di Indonesia, dengan memeriksa kadar kreatinin serum
1200 orang, didapatkan prevalensi penyakit ginjal kronik cukup besar yaitu 12,5%
(Cahyaningsih, 2008).
Kejadian CKD di Indonesia diduga masihsangat tinggi. Secara klinis Chronic

Kidney

Diseases(CKD)

adalah

suatu

proses

perubahan

patologis

padafungsimaupun struktur ginjal, sehingga terjadipenurunan fungsi ginjal yang
progresifdanumumnya berakhir dengan gagal ginjal dan kematian(Suwitra, 2009).

1
Universitas Sumatera Utara


Pasien penyakit ginjal kronik, apapun etiologi penyakit ginjalnya, memerlukan
pengobatan khusus yang disebut pengobatan atau terapi pengganti (TP). Setelah
menetapkan bahwa TP dibutuhkan, perlu pemantauan yang ketat sehingga dapat
di tentukan dengan tepat kapan TP tersebut dapat dimulai (Rahardjo, dkk., 2009)
Pasien dengan gagal ginjal kronik

akan mengalami kerusakan fungsi

ginjal yang parah dan kronik yang mengakibatkan pasien akan sulit untuk
ditolong. Salah satu penanganan yang tepat untuk pasien gagal ginjal kronik
adalah berupa terapi pengganti ginjal. Terapi pengganti ginjal yang sering
dilakukan adalah Hemodialisis (Rahardjo, dkk., 2009)
Hemodialisis

merupakan

suatu

metode


berupa

cuci

darah

dengan

menggunakan mesin ginjal buatan. Prinsip dari hemodialisis ini adalah
denganmembersihkan dan mengatur kadar plasma darah yang nantinya akan
digantikan oleh mesin ginjal buatan. Biasanya hemodialisis dilakukan rutin 2-3
kali seminggu selama 4-5 jam. Hemodialisi di Indonesia dimulai pada tahun 1970
dan sampai sekarang telah dilaksanakan di banyak rumah sakit rujukan umumnya
dipergunkan ginjal buatan yang kompartemen darahnya dalah kapiler – kapiler
selaput semipermeabel. Kualitas hidup yang diperoleh cukup baik dan panjang
umur yang tertinggi sampai sekarang 14 tahun. Kendala yang ada adalah biaya
yang mahal (Rahardjo, dkk., 2009).
Anemia terjadi pada 80- 90% pasien penyakit ginjal kronik. Anemia pada
penyakit ginjal kronik terutama disebabkan oleh defisiensi eritripoitin. Hal – hal
lain yang ikut berperan terjadinya anemia adalah, defisiensi besi, kehilangan darah

(misal perdarahan saluran cerna, hematuri), masa hidup eritrosit yang
pendekakibat terjadinya hemolisis, defisiensi asam folat, penekanan sumsum

2
Universitas Sumatera Utara

tulang oleh substansi uremik proses inflamasi akut maupun kronik (Suwitra,
2009)
Saat pasien menjalani suatu pengobatan beberapa memperoleh hasil yang
tepat atau berhasil menyembuhkan penyakit yang diderita pasien. Namun tidak
sedikit yang gagal dalam menjalani terapi, sehingga mengakibatkan biaya
pengobatan semakin mahal sehingga berujung pada kematian. Penyimpanganpenyimpangan dalam terapi tersebut disebut sebagai Drug Related Problems
(DRPs) (Cipolle, et al., 2012)
Drug Related Problems (DRPs) pada dasarnyaberbeda dengan kekeliruan
dalam

pengobatan.

Sebuahkekeliruan


dalam

pengobatan

jauh

lebih

berorientasikepada suatu proses pengobatan dari pada dampakdari pengobatan itu
sendiri. Jika terdapat kesalahandalam suatu peresepan obat atau proses
penyerahanobat, maka dianggap sebagai sebuah kesalahan dalampengobatan
tanpa memikirkan dampak yang terjadipada pasien tersebut. Selain itu, suatu
kesalahan dalampengunaan obat yang dilakukan oleh pasien tidakdianggap
menjadi suatukesalahan dalam pengobatanitu sendiri, tetapi kesalahan dalam
penggunaan obatitu sendiri dapat menjadi penyebab terjadinya DrugRelated
Problems (DRPs)(Foppe van Mill, 2005).
Perkembangan

teknologi


farmasi

dan

kedokteranserta

perubahan

gayahidup mengubah tuntutanmasyarakat terhadap pelayanan kefarmasian yang
lebih
menekankan praktek pengobatan yang aman, pencegahan kesalahan pengobatan,
pelaporan dan pencegahanefek samping, evaluasi dan tindak lanjut pengobatan,
pemberian informasi klinis praktis dan pelayanan kerumah pasien. Advokasi
terhadap masyarakat tidak terbatas pada swamedikasi, melainkan juga pada saat

3
Universitas Sumatera Utara

sakitdan harus ditolong di tempat pelayanan kesehatan. Pelayanan dalam farmasi
klinik terutama muncul karena penggunaan obat. Penelitian terhadap masalah

dalam terapi obat merupakan kajian yang cukup menarik dan penting(Herman,
dkk., 2013).
Pelaksanaan fungsi farmasi klinis dan patient safetyserta komunikasi,
informasi dan edukasi oleh apotekermembutuhkan peningkatan pengetahuan
farmakoterapi,farmasi klinis termasuk drug related problem, patofisiologi dan
komunikasi, dokumentasi riwayat pengobatan pasien, farmakokinetik klinik dan
interaksi obat,theurapeutic drug monitoring, dan total parenteral nutrition serta
studi kasusnya (Herman, dkk., 2013).
Akibat

semakin

banyaknya

Pharmaceutical Care.Minesota

kasus

DRPs,


maka

Pharmaceutical Care

berkembanglah

Project melakukan

penelitian terhadap 9399 pasien selama 3 tahun dan didokumentasikan oleh
komunitas farmasi. Dari sejumlah pasien tersebut, 5544 pasien mengalami DRPs,
235 membutuhkan terapi obat tambahan, 15% menerima obat yang salah, 8%
mendapat obat tanpa indikasi yang tepat, 6% dosis terlalu tinggi dan 16% dosis
terlalu rendah. Sedeangkan penyebab umum lainnya adalah reaksi obat merugikan
sebanyak 21% (strand, et al., 1990).
Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan karena rumah
sakit ini merupakan rumah sakit kelas A. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit
pusat rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera
Utara , Provinsi Aceh, Provinsi Sumatera Barat, dan Provinsi Riau.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian secara
prospektif tentang analisis Drug Related Problems (DRPs) pada pasien Gagal

Ginjal Kronik di ruang interna wanita RSUP H. Adam malik Medan. Penelitian

4
Universitas Sumatera Utara

ini diharapkan menjadi bahan kajian bagi pihak rumah sakit, khususnya
professional kesehatan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah : Apakah DRPs kategori Indikasi tanpa obat, terapi obat tanpa indikasi,
obat salah, dosis obat terlalu rendah, dosis obat terlalu tinggi, reaksi obat
merugikan dan interaksi obat terjadi pada pasien Gagal Ginjal Kronik di ruang
interna wanita RSUP H. Adam Malik Medan pada periode September –
November 2015?
1.3Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah
terjadi DRPs kategori Indikasi tanpa obat, terapi Obat tanpa indikasi, obat salah,
dosis obat terlalu rendah, dosis obat terlalu tinggi, reaksi obat merugikan dan
interaksi obat terjadi pada pasien Gagal Ginjal Kronik di ruang interna wanita

RSUP H. Adam Malik Medan.

5
Universitas Sumatera Utara

1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
a.

Mengetahui adanya kejadian Drug Related Problems (DRPs) pada pasien
gagal ginjal kronik di ruang interna wanita RSUP H. Adam Malik Medan
periode September – November 2015.

b.

Mengetahui jumlah kasus Drug Related Problems (DRPs) pada pasien gagal
ginjal kronik di ruang interna wanita RSUP H. Adam Malik Medan periode
September – November 2015.

c.


Mengetahui kategori Drug Related Problems (DRPs) yang paling banyak
terjadi pada pada pasien gagal ginjal kronik di ruang interna wanita RSUP H.
Adam Malik Medan periode September – November 2015

1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan guna memberikan manfaat sebagai berikut :
a.

Untuk peneliti, dapat menambah pengetahuan peneliti tentang DRPs.

b.

Untuk pasien, dapat meminimalkan efek DRPs sehingga dapat meminimalkan
terjadinya Medication error.

c.

Untuk rumah sakit, diharapkan dari hasil penelitian dapat digunakan sebagai
bahan masukan dan evaluasi bagi RSUP H. Adam Malik Medan mengenai
pelaksanaan pengobatan gagal ginjal kronik dalam praktik di rumah sakit
tersebut.

d.

Sebagai bahan pertimbangan untuk peneliti selanjutnya dan bahan referensi
bagi perpustakaan Farmasi USU Medan.

6
Universitas Sumatera Utara

1.6 Kerangka Pemikiran Penelitian
Penelitian ini mengkaji tentang analisis Drug Related Problems (DRPs)
pada pasien Gagal Ginjal Kronik di ruang interna wanita RSUP H. Adam malik
Medan periode September – November 2015. Dalam penelitian ini obat – obat
yang tercatat di status pasien Gagal Ginjal Kronik merupakan variabel bebas
(independent variable) dan DRPs kategori indikasi tanpa obat, terapi obat tanpa
indikasi, obat salah, dosis obat terlalu rendah, dosis obat terlalu tinggi, reaksi
obat merugikan dan interaksi obat sebagai variabel terikat (dependent Variable).
Selengkapannya mengenai gambaran kerangka pikir penelitian ditunjukkan pada
Gambar 1.1

Variabel bebas

Variabel terikat
DRPs Kategori
1. Indikasi tanpa obat
2. Terapi Obat tanpa
indikasi
3. Obat Salah
4. Dosis obat terlalu
rendah
5. Dosis obat terlalu
tinggi
6. Reaksi obat merugikan
7. Interaksi Obat

Obat – Obat yang
tercatat dalam status
Pasien

Analisis

(Strand, et al., 1990).
Gambar 1.1 Skema hubungan variabel bebas dan variabel terikat

7
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Drug Related Problems (Drps): Studi Kesesuaian Dosis Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Gangguan Ginjal Kronik Di RSUP H. Adam Malik Medan Periode September 2013 – Maret 2014

0 42 90

Evaluasi Drug Related Problems Kategori Penyesuaian Dosis Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Utara

4 33 166

Analisis Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Interna Wanita RSUP H. Adam Malik Medan Periode September – November 2015

1 14 81

Analisis Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Interna Wanita RSUP H. Adam Malik Medan Periode September – November 2015

0 0 14

Analisis Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Interna Wanita RSUP H. Adam Malik Medan Periode September – November 2015

0 0 2

Analisis Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Interna Wanita RSUP H. Adam Malik Medan Periode September – November 2015

0 0 14

Analisis Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Interna Wanita RSUP H. Adam Malik Medan Periode September – November 2015

0 2 2

Analisis Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Interna Wanita RSUP H. Adam Malik Medan Periode September – November 2015

0 0 20

Drug Related Problems (Drps): Studi Kesesuaian Dosis Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Gangguan Ginjal Kronik Di RSUP H. Adam Malik Medan Periode September 2013 – Maret 2014

0 0 21

Drug Related Problems (Drps): Studi Kesesuaian Dosis Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Gangguan Ginjal Kronik Di RSUP H. Adam Malik Medan Periode September 2013 – Maret 2014

0 0 13