Tingkat Kecemasan dan Koping Ibu Hamil yang Berlatar belakang Pendidikan Medis dan Non medis dalam Menghadapi Persalinan di Kota Pematang Siantar

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. KONSEP KEHAMILAN
1.1. Defenisi
Kehamilan adalah jika ada pertemuan dan persenyawaan antara
sel telur (ovum) dan sel mania tau spermatozoa (Hajjah, 2008).
1.2. Proses permulaan kehamilan
Dimulainya proses kehamilan dari Pembuahan (Konsepsi)
adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani dengan sel telur di
tuba

fallopi.

Pembuahan

merupakna

awal

kehamilan


dan

pembuahan bisa terjadi apabila melakukan senggama (koitus) yang
dilakukan pada saat ovulasi (keluarnya sel telur dari indung telur).
Biasanya ovulasi telur terjadi kira-kira 14 hari sebelum haid yang
akan datang, kemudian dalam beberapa jam setelah pembuahan
mulailah pembagian zigot (sel telur yang sudah dibuahi) selama 3
hari sampai stadium morulla. Hasil konsepsi ini tetap digerakkan
kearah rongga rahim oleh arus dan getaran rambut getar (silia) serta
kontraksi tuba yang kemudian hasil konsepsi tiba di kavum uteri
pada tingkat blastula, kemudian hasil konsepsi/ embrio menempel
pada dinding rahim yang disebut nidasi. Dimana setelah pertemuan
spermatozoa dan ovum maka terbentuklah zigot kemudian menjadi
janin yan siap untuk dilahirkan. Tahap embrio berlangsung dari hari

Universitas Sumatera Utara

ke 15 sampai hari sekitar 8 minggu setelah konsepsi atau sampai
ukuran embrio sekitar 3 cm, dari puncak kepala sampai bokong
(Bobak, 2004).

1.3. Menentukan Periode Kehamilan
Kehamilan

dibagi

menjadi

tiga

trimester

masing-masing

trimester

berlangsung kira-kira tiga bulan. Trimester pertama sebagai periode pembentuk
karena

spermatozoa


menembus

dinding

corona

adiate

dengan

enzim

hyaluronidase. Persenyawaan ini terjadi di daerah ampulla tubae. Dengan adanya
estrogen dan progesteron yang meningkat akan menyebabkan timbulnya rasa
mual-mual pada pagi hari, lemah, lelah, dan membesarnya payudara. Ibu merasa
tidak sehat dan sering kali membenci kehamilanya, merasakan kekecewaan,
penolakan, kecemasan dan kesedihan. Dia selalu mencari tanda-tanda untuk
meyakinkan bahwa dirinya hamil atau tidak, setiap perubahan yang terjadi pada
tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama. Pada trimester pertama
banyak wanita berpikir bahwa janinnya tidak nyata selama awal periode masa

hamil. Pada trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dimana tubuh ibu sudah
terbiasa dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman karena
hamil pun sudah berkurang. Perut ibu pun belum terlalu besar sehingga belum
dirasakan sebagai beban dan pada trimester dua ini ibu sudah menerima
kehamilannya dan dapat menggunakan energi dan pikirannya secara lebih
konstruktif. Pada trimester ini banyak ibu yang merasa terlepas dari rasa

Universitas Sumatera Utara

kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakan pada trimester pertama
dan merasakan meningkatnya libido. Pada trimester ini ibu sudah merasakan
gerakan bayinya, dan ibu mulai merasakan kehadiran bayinya sebagai seseorang
diluar dari dirinya sendiri. Pada kehamilan trimester ketiga sudah mencapai bulan
ke 7. Pada trimester ini sering kali disebut periode menunggu dan waspada,
sebab pada saat ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Pada
trimester ini rasa tidak nyaman akibat kehamilan akan timbul kembali ini
ditandai dengan kadang-kadang ibu merasa khawatir anaknya akan lahir
sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya terhadap
timbulnya tanda dan gejala terjadi persalinan pada ibu akan meningkat, seringkali
ibu merasa khawatir atau takut kalau-kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak

normal. Kebanyakan ibu akan bersikap melindungi bayinya dan akan
menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya membahayakan
bayinya. Pada trimester ini seorang ibu akan mulai merasa takut akan rasa sakit
dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu persalinan atau melahirkan
(Rukiyah, 2009).
1.4. Adaptasi Fisik dan Adaptasi Psikologis pada Kehamilan
1. Adaptasi Fisik
Proses kehamilan membawa perubahan fisik diantaranya pada trimester
pertama akan terjadi tidak adanya mensturasi, sembelit, nyeri pada panggul,
mual dan muntah (mual pada pagi hari), lelah dan mengantuk, sering

Universitas Sumatera Utara

berkemih, tidak menyukai bau atau makanan tertentu, cairan vagina
meningkat penurunan berat badan atau kenaikan sampai 2,5 kg, dan
perubahan pada payudara: penuh, nyeri tekan, gatal didaerah putting, aerola
menjadi gelap. Pada trimester kedua perubahan fisik yang terjadi adalah sudah
merasa enak secara fisik, merasakan gerakan janin, nafsu makan meningkat,
mual menghilang, sembelit, nyeri di lipat paha akibat kontraksi ligament
rotundum, kenaikan berat badan rata-rata 0,4-0,5 kg per minggu, kejang kaki.

Pada trimester ketiga perubahan fisik yang terjadi adalah kontraksi BraxtonHicks yang lebih nyata, produksi kolostrom meningkat, nyeri pinggang,
pergelangan kaki bengkak, insomnia, anemia, dan kenaikan berat badan
sampai 12,5-17,5 kg (Simkin, 2007).
2. Adaptasi Psikologis
Status emosional dan psikologis ibu turut menentukan keadaan yang
timbul sebagai akibat atau diperburuk oleh kehamilan, sehingga dapat terjadi
pergeseran dimana kehamilan sebagai peristiwa fisiologis menjadi kehamilan
patologis. Ada dua macam stressor, yaitu:
a. Stressor internal, meliputi kecemasan, ketegangan, ketakutan, penyakit,
cacat, tidak percaya diri, perubahan penampilan, perubahan sebagai orang
tua, sikap ibu terhadap kehamilan, takut terhadap persalinan, kehilangan
pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara

b. Stressor eksternal, meliputi maladaptasi, relation ship, kasih sayang,
support mental, broken home.
Pada peristiwa kehamilan merupakan suatu rentang waktu, dimana tidak
hanya terjadi perubahan fisiologis, tetapi juga terjadi perubahan psikologis
yang merupakan penyesuaian emosi, pola berpikir, dan perilaku yang

berkelanjutan hingga bayi lahir. Latar belakang munculnya gangguan
psikologis dan emosional dalam rangka kesanggupan seseorang untuk
menyesuaikan diri dengan situasi tertentu termasuk kehamilan. Pengaruh
faktor psikologis terhadap kehamilan adalah terhadap ketidakmampuan
pengasuhan kehamilan dan mempunyai potensi melakukan tindakan yang
membahayakan terhadap kehamilan (Pantikawati, 2010).
2. PERSALINAN
2.1. Pengertian
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin+urin),
yang dapat hidup, kedunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan
jalan lain (Mochtar, 1998).
2.2. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu sering disebut 5P
diantaranya power (tenaga), passenger (janin dan plasenta), Passage (jalan
lahir), posisi ibu sewaktu melahirkan, dan psikis ibu bersalin dapat
mempengaruhi perubahan psikologis yang mana perubahan psikologis yang
terjadi pada ibu bersalin sangat bervariasi, tergantung pada persiapan dan

Universitas Sumatera Utara


bimbang antisipasi yang diterima ibu selama persiapan menghadapi persalinan,
dukungan yang diterima wanita dari pasangannya, orang terdekat lain, keluarga
dan pemberi perawatan, lingkungan tempat ibu berada apakah bayi yang
dikandungnya merupakan bayi yang diinginkan atau tidak. Dukungan yang
diterima atau tidak diterima oleh ibu dilingkungan tempatnya melahirkan,
termasuk dari mereka yang mendampinginya, sangat mempengaruhi aspek
psikisnya pada saat kondisinya sangat rentan setiap kali kontraksi timbul juga
pada saat nyeri timbul secara berkelanjutan (Rukiyah, 2009).
2.3. Tanda-tanda Persalinan
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita
memasuki “bulannya” atau “minggunya” yang disebut kala pendahuluan
(Preparatory stage of labor). Ini memberikan tanda-tanda yaitu Lightening atau
settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama
pada primipara. Pada multipara tidak begitu kentara. Perut kelihatan lebih
melebur, fundus uteri turun, perasaan sering-sering atau susah kencing
(polakisuria) karena kandungan kemih tertekan oleh bagian terbawah janin,
perasaan sakit diperut dan pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari
uterus, kadang-kadang disebut “false labor pains”, Serviks menjadi lembek,
mulai mendatar dan sekresinya bertambah bias bercampur darah (bloody show)
(Mochtar, 1998).

2.4. Tahap-tahap Persalinan

Universitas Sumatera Utara

Pada proses persalinan terdiri 4 tahap-tahap persalinan yaitu Kala I : waktu
untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm, Kala II
yaitu kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah
kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir, Kala III yaitu waktu
untuk pelepasan dan pengeluaran uri. Setelah bayi lahir, kontraksi rahim
istirahat sebentar. Kala IV adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi
dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya
perdarahan post partum (Mochtar, 1998).
2.5. Persiapan Persalinan dan Kelahiran Bayi
Rencana persalinan adalah rencana tindakan yang dibuat oleh ibu, anggota
keluarga dan penolong persalinan. Dengan adanya rencana persalinan akan
mengurangi kebigungan dan kekacauan pada saat persalinan dan mengurangi
kebingungan dan kekacauan pada saat persalinan dan meningkatkan
kemungkinan bahwa ibu akan menerima asuhan yang sesuai tepat waktu.
Ada lima komponen penting dalam rencana persalinan:
1. Membuat rencana persalinan: tempat persalinan apakah di klinik, rumah

sakit, dan di rumah, memilih tenaga kesehatan terlatih, bagaimana
menghubungi tenaga kesehatan tersebut, bagaimana transportasi ketempat
persalinan, berapa banyak biaya yang dibutuhkan, siapa yang akan menjaga
keluarganya jika ibu tidak ada.
2. Membuat rencana untuk pengambilan keputusan jika terjadi kegawat
daruratan.

Universitas Sumatera Utara

3. Mempersiapkan sistem transportasi jika terjadi kegawatdaruratan : dimana
ibu akan bersalin apakah di klinik atau rumah sakit.
4. Membuat rencana pola menabung, untuk biaya yang dibutuhkan persalinan
nantinya.
5. Mempersiapkan langkah yang diperlukan untuk persalinan (Pantikawati,
2010).
2.6. Tips Menghadapi Persalinan
Ada berbagai tips yang dapat membantu ibu hamil dalam menaggulangi
kecemasan, sehingga ibu tersebut dapat menghadapi persalinan dengan tenang.
Adapaun kiat-kiat tersebut adalah (1) mempersiapkan diri yaitu dengan
mempersiapkan diri dengan berbagai informasi tentang hal-hal yang

menyangkut persalinan. Informasi ini bisa saja di peroleh melalui buku-buku,
majalah, mengikuti kelas persiapan kelahiran, atau pengalaman dari ibu,
saudara maupun teman yang pernah menghadapi persalinan bahkan
pergunakanlah saat berkunjung ke dokter untuk bertanya, membicarakan
keluhan serta ikut sertakan suami sebagai teman berbagi rasa. (2) perhatikan
sikap tubuh yaitu sikap tubuh terutama pada saat berdiri, berlutut, berjalan-jalan
yang benar, dapat mempersingkat persalinan dan hal ini juga dapat membuat
persalinan menjadi lebih mudah. Untuk bisa melakukan sikap tubuh yang
benar, caranya adalah 40 menit bersikap tegak, lalu 15 menit istirahat dengan
duduk atau berbaring. (3) mendeteksi gejala persalinan, bagi ibu hamil yang
baru pertama kali akan melahirkan

sering terkecoh dengan tanda-tanda

Universitas Sumatera Utara

persalinan. Begitu tanda kontraksi muncul, tanpa terlebih dahulu menilainya ibu
tersebut langsung dibawa ke rumah sakit menurut ibu tersebut persalinannya
sudah dekat padahal belum waktunya untuk melahirkan. Kecemasan menanti
masa

persalinan

inilah

membuat

ibu

tersebut

khawatir

jadi

untuk

mengantisipasinya seharusnya ibu atau keluarga terlebih dahulu mengetahui
tanda-tanda persalinan. (4) mengurangi rasa sakit adalah jika terjadi kontraksi
selama beberapa jam dan lalu menghilang, adalah hal yang wajar. Kalu
kontraksi terjadi pada malam hari, atasi dengan mandi air hangat, lalu minum
air hangat dan pergi tidur. Bila kontraksi terjadi pada siang hari, buatlah diri
anda sibuk, misalnya dengan menyibukkan diri dengan mempersiapkan kamar
bayi. Namun bila persalinan sudah menjelang persalinan, anda justru harus
memperhatikan kontraksi yang terjadi. Apabila kontraksi sering muncul dengan
tenggang waktu yang semakin sedikit, anda boleh melakukan mengerang dan
merintih mungkin justru dapat membantu mengurangi rasa sakit atau dapat
mempraktikkan pernapasan dalam. (5) mencari teman, adanya seorang teman
saat persalinan merupakan dorongan yang besar dan dapat mengurangi
kecemasan. (6) bersikap rileks dapat dilakukan dengan beberapa latihan antara
lain, melatih otot-otot tubuh, khususnya bagian panggul agar tetap rilek, dan
melatih pernapasan dapat membantu agar tubuh tetap rileks saat menghadapi
persalinan. (7) bersikap luwes artinya sebelum saat persalinan tiba ibu sudah
mempunyai gambaran bagaimana sebenarnya persalinan itu berlangsung.
Dengan demikian, jika di kemudian persalinan berlangsung tidak mulus, ibu

Universitas Sumatera Utara

dapat cepat menyesuaikan diri misalnya, bayi tidak kunjung lahir sehingga
dikhawatirkan keselamatannya karena itu harus dilakukan tindakan episiotomy
(pengguntingan) atau pembiusan epidural atau operasi Caesar. (8) lewati masa
kontraksi dengan tenang, ini dapat dilakukan dengan cara melakukan
pernapasan perlahan-lahan melalui hidung dan mengeluarkan kembali melalui
mulut. Bernapas dalam ini dapat membantu sekali melewati masa kontraksi
dengan tenang. (9) ingat, masa ini akan berakhir menyenagkan, masa yang sulit
ketika persalinan, sebenarnya biasa diatasi dengan mengingat bahwa sebentar
lagi ibu akan bisa memandang dan memeluk bayinya yang mungil ini dapat
mengurangi kecemasan dalam menghadapi persalinan (Imam musbikin, 2006).
3.

KONSEP KECEMASAN
3.1. Definisi Kecemasan
Kecemasan

adalah

respon

emosional

terhadap

penilaian

yang

menggambarkan keadaan kebingungan, kekhwatiran pada sesuatu yang akan
terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan
tidak menentu dan tidak berdaya (Suliswati, 2005). Selain itu, kekecewaan
adalah gangguan alam perasaan (affectif) yang ditandai dengan perasaan
ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak
mengalami gangguan realitis (Reality Testing Ability/RTA, masih baik),
kepribadian

masih

tetap

utuh

(tidak

mengalami

keretakan

kepribadian/splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih
dalam batas-batas normal (Hawari, 2006).

Universitas Sumatera Utara

3.2. Faktor Penyebab Kecemasan.
Menurut Hamilton (1995), beberapa teori yang mengemukakan faktor
prediosposisi terjadinya cemas antara lain:
a. Potensi Stresor
Stresor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang
menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu
terpaksa mengadakan adaptasi. Pada ibu hamil ia berupaya untuk
beradaptasi pada kehamilan dan perubahan fisik yang terjadi pada dirinya
sampai pada saat menghadapi kelahiran atau persalinan. Lingkungan
termasuk di dalamnya, ruangan bersalin dan sekitarnya yang asing, penuh
dengan alat kesehatan dan obat-obatan atau kesibukan petugas kesehatan
juga merupakan steresor tersendiri bagi ibu hamil primipara.
b. Tingkat Pendidikan dan Status Ekonomi
Pendidikan dan pengetahuan ibu dapat mempengaruhi kecemasan karena
kurangnya informasi tentang persalinan baik dari orang terdekat, keluarga
ataupun dari berbagai media seperti majalah, dan lain sebagainya dapat
membuat ibu menjadi khwatir dan bahkan takut untuk menghadapi
persalinan nantinya.
c. Keadaan fisik
Ibu hamil yang mengalami gangguan fisik seperti cedera akan mudah
mengalami kelelahan fisik sehingga lebih mudah mengalami stress.

Universitas Sumatera Utara

d. Sosial Budaya
Seseorang ibu yang mendapatkan dukungan positif dari keluarga, suami
dan teman dekat akan merasalebih tenang dalam menghadapi persalinan.
Di beberapa daerah tertentu ada kebudayaan yang tidak mengizinkan
suami berada di dekat istri pada saat melahirkan dengan alas an tidak etis
kondisi ini menyebabkan istri tidak mendapat dukungan dan akan merasa
lebih cemas saat persalinan.
e. Umur
Ibu hamil yang umunya lebih muda atau belum matur ternyata lebih
mudah mengalami gangguan stress dari pada ibu hamil yang usianya
lebih tua atau matur. Tetapi yang usianya lebih tua atau maturpun dapat
juga mengalami gangguan ansietas.
f. Maturitas
Ibu hamil yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar mengalami
gangguan akibat stress karena ibu hamil yang mengatur mempunyai daya
adaptasi yang lebih besar terhadap stress (Hawari, 2006).
3.3. Gejala Kecemasan
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami
gangguan kecemasan antara lain sebagai berikut: cemas, khawatir, firasat buruk,
takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang,
gelisah, mudah terkejut, takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang,
gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan, gangguan konsentrasi

Universitas Sumatera Utara

dan daya ingat, keluhan-keluhan somatic, misalnya rasa sakit pada otot dan
tulang, pendengaran bordering (tinnitus), berderbar-debar, sesak napas, gangguan
pencernaan, gangguan perkemihan, dan sakit kepala (Hawari, 2006).
3.4. Tingkat Kecemasan
Menurut Peplau ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu.
Setiap tingkatan memiliki karakteristik lahan persepsi yang berbeda tergantung
pada kemampuan individu dalam menerima informasi/pengetahuan mengenai
kondisi yang ada dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya yaitu:
a. Kecemasan Ringan : cemas yang berhubungan dengan ketegangan yang
dialami sehari-hari. Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas,
menajamkan indra. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu
memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreativitas.
b. Kecemasan Sedang : individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi
perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan
sesuatu dengan arahan orang lain.
c. Kecemasan Berat : cemas yang lapangan persepsi individu sangat sempit.
Pusat perhatiannya pada detil yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berpikir
tentang hal-hal lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi
kecemasan dan perlu banyak perintah atau arahan untuk terfokus pada area
lain.

Universitas Sumatera Utara

d. Panik : individu kehilangan kendali diri dan detail perhatian hilang. Karena
hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan
perintah. Terjadinya peningkatan akitvitas motorik, berkurangnya kemampuan
berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan hilangnya
pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif (Suliswati, 2005).

Rentang Respons Ansietas

Respons Adatif

Ringan

Respons Maladaptif

Sedang

Berat

Panik

Gambar Skema 1 : Rentang tingkat Kecemasan
3.5. Kecemasan pada ibu hamil dalam menghadapi persalinan
Meskipun kehadiran seorang bayi begitu diinginkan, kehamilan adalah saat
ketika ibu hamil mengalami berbagai emosi, dan salah satunya yang paling
menonjol adalah kecemasan. Kecemasan pada ibu hamil dapat meningkatkan
resiko dalam proses persalinan yaitu bayangan mengenai seperti apakah bayi
yang akan lahir ini, apakah bayinya akan sehat atau tidak, ketakutan akan
melahirkan seorang bayi yang tidak normal atau meninggal dunia dapat
menyebabkan stress berat. Salah satunya yang paling dicemaskan oleh ibu hamil

Universitas Sumatera Utara

dan pasangannya selama kehamilan adalah bagaimana mereka tahu bahwa
persalinan telah dimulai. Sebagian besar wanita hamil mencemaskan nyeri
persalinan. Bayangan akan rasa nyeri pada persalinan membuat beberapa calon
ibu menjadi begitu takut sehingga dapat mengganggu bulan-bulan terakhir dari
kehamilannya (Nolan, 2010).
Begitu persalinan tinggal beberapa minggu lagi, para calon ibu mulai
menghadapi kesibukan untuk melahirkan. Kemungkinan besar mereka sudah
mendengar banyak cerita tentang persalinan dan beberapa diantaranya membuat
mereka takut. Beberapa minggu terakhir dapat terasa sangat lama dan banyak ibu
yang cemas menanti dimulainya persalinan (Nolan, 2010).
4. KONSEP KOPING
4.1. Definisi Koping
Koping adalah proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan
situasi stresfull (Rasmun, 2004). Selain itu koping merupakan mekanisme
untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima. Apabila
mekanisme koping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi terhadap
perubahan atau beban tersebut (Ahyar, 2010).
Timbulnya rasa khawatir atau ansietas dalam kehamilan relatif umum
terjadi, dan yang biasanya membuat wanita hamil sering kali merasa cemas
adalah saat ansietas dan distress meningkat, individu mengadopsi perilaku
atau tehnik tertentu sebagai koping terhadap peristiwa tersebut. Pearlin dan
Schooler (1978) menyatakan bahwa koping merupakan segala sesuatu yang

Universitas Sumatera Utara

dilakukan individu agar tidak disakiti oleh ketegangan hidup (Handerson,
2005).
4.2. Macam-macam Koping
Menurut Rasmun (2004), koping terdiri dari dua macam yaitu koping
psikologis dan koping psikososial. Dimana pada umumnya gejala yang
ditimbulkan akibat stress psikologis tergantung pada dua faktor yaitu 1)
bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap stressor artinya
seberapa berat ancaman yang dirasakan oleh individu tersebut terhadap
stressor yang diterimanya, 2) keefektifan strategi koping yang digunakan
oleh individu artinya jika strategi yang digunakan efektif maka
menghasilkan adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru dalam
kehidupan, tetapi jika sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan
fisik maupun psikologis. Sedangkan menurut (Stuart dan Sundeen, 1991
dikutip dari Rasmun, 2004), koping psikososial adalah reaksi psikososial
terhadap adanya stimulus stress yang diterima atau dihadapi oleh klien.
4.3. Mekanisme Koping Ibu Hamil
Menurut Lazrus dan Folkman (1984) mekanisme koping berdasarkan
penggolongannya dibagi menjadi dua yaitu:
1. Mekanisme koping adaptif merupakan mekanisme yang mendukung
fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar, dan mencapai tujuan. Kategorinya
adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif,
teknik relaksasi, latihan seimbang, dan aktivitas konstruktif. Strategi

Universitas Sumatera Utara

koping yang digunakan pada mekanisme koping adaptif ini ada dua, yaitu
1. Tindakan antisipasi yang artinya penilaian situasi atau respon yang
diadopsi, dengan demikian perilaku koping secara khas bersifat antisipasi
saat membuat perencanaan dan persiapan dalam menghadapi peristiwa
yang membuat stress. Misalnya, ibu hamil tersebut sudah mampu
merencanakan dan mempersiapkan diri untuk menghadapi peristiwa
selama kehamila yang umumnya menyebabkan ansietas dan stress, dan
demikian mampu melaksanakan koping secara lebih efektif. Dukungan
Antenatal dini (selama kelas kehamilan dan persiapan persalinan) dan
pemberian informasi yang adekuat yaitu cara untuk membantu wanita
hamil melakukan perencanaan dan persiapan tersebut. 2. Tindakan
menyerang merupakan mekanisme koping psikologis yaitu mengambil
tindakan positif untuk melawan stress. Sperti memperoleh kemampuan
untuk mengontrol situasi. Misalnya wanita hamil yang dapat bersikap
asertif dan mempertahankan kontrol, atau yang dikuatkan oleh orang lain
untuk dapat mengontrol situasi, mengadopsi aspek perilaku koping ini.
2. Mekanisme koping maladaptif adalah mekanisme yang menghambat
fungsi integrasi, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai
lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan/ tidak makan dan
bekerja berlebihan. Strategi koping yang digunakan pada koping ini yaitu
1. Tindakan menghindar yang artinya respon koping yang diperlihatkan
oleh seorang wanita yang sangat cemas sehinga ia mengabaikan nasehat

Universitas Sumatera Utara

atau menghindari kontak dengan professional pemberi penguatan yang
diberi di klinik antenatal. Ia bahkan mungkin fenomena masa bodoh.
Penyangkalan tersebut mungkin tidak disadari, sementara pada situasi
yang

ekstrim

beberapa

wanita

bahkan

seutuhnya

menyangkal

kemungkinan diri mereka hamil. Hal ini membuat kehamilan tidak
terdiagnosis atau tersembunyi. Dengan demikian, ansietas dan stress pada
akhirnya dapat menyebabkan kepasifan. 2. Tindakan tidak bertindak yang
artinya pada tahap ini sama sekali tidak mampu melaksanakan koping dan
motivasi mereka menurun. Suatu bayangan dapat muncul pada wanita
hamil yang merasa bahwa semua hal itu terlalu berlebihan, tidak berharga
untuk diperjuangkan atau merasa semuanya sia-sia (Handerson, 2005).
5. PENDIDIKAN MEDIS dan NON MEDIS
Pendidikan merupakan faktor penting yang menentukan kualitas individu.
Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respn yang
rasional dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan lebih menggunakan
rasio dan dalam menghadapi perubahan fisiologis dan psikologis selama
kehamilannya (BKKN, 1998). Pendidikan medis adalah pendidikan yang
latarbelakangnya dalam bidang kesehatan seperti : Bidan, Perawat, Dokter,
Farmasi, dan lain-lain. Pendidikan non medis adalah pendidikan yang
latarbelakangnya di luar bidang kesehatan seperti : SD, SMP, SMA, SMK,
Sarjana Ekonomi, dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Tingkat Kecemasan Ibu Menghadapi Persalinan di BPM (Bidan Praktek Mandiri) Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Medan 2014

0 43 60

Tingkat Kecemasan dan Koping Ibu Hamil yang Berlatar belakang Pendidikan Medis dan Non medis dalam Menghadapi Persalinan di Kota Pematang Siantar

31 93 90

Tingkat Kecemasan dan Koping Ibu Hamil yang Berlatar belakang Pendidikan Medis dan Non medis dalam Menghadapi Persalinan di Kota Pematang Siantar

4 25 90

Tingkat Kecemasan dan Koping Ibu Hamil yang Berlatar belakang Pendidikan Medis dan Non medis dalam Menghadapi Persalinan di Kota Pematang Siantar

0 0 9

Tingkat Kecemasan dan Koping Ibu Hamil yang Berlatar belakang Pendidikan Medis dan Non medis dalam Menghadapi Persalinan di Kota Pematang Siantar

0 0 1

Tingkat Kecemasan dan Koping Ibu Hamil yang Berlatar belakang Pendidikan Medis dan Non medis dalam Menghadapi Persalinan di Kota Pematang Siantar

0 0 7

Tingkat Kecemasan dan Koping Ibu Hamil yang Berlatar belakang Pendidikan Medis dan Non medis dalam Menghadapi Persalinan di Kota Pematang Siantar

0 0 2

Tingkat Kecemasan dan Koping Ibu Hamil yang Berlatar belakang Pendidikan Medis dan Non medis dalam Menghadapi Persalinan di Kota Pematang Siantar

0 0 21

HUBUNGAN PARITAS DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU DALAM MENGHADAPI PERSALINAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS JETIS KOTA YOGYAKARTA

0 0 10

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL TRIMESTER III DALAM MENGHADAPI PERSALINAN DI PUSKESMAS JETIS KOTA YOGYAKARTA

0 1 15