Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) Terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian EM4 (Effective Microorganisms)

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Cronquist (1991) klasifikasi tanaman paria adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas :
Dicotyledoneae, Ordo : Cucurbitales, Famili : Cucurbitaceae, Genus : Momordica,
Spesies : Momordica charantia L.
Tanaman paria termasuk tumbuhan semusim (annual) yang bersifat menjalar
atau merambat.Struktur batangnya tidak berkayu, mempunyai sulur-sulur pembelit yang
berbentuk pilin (Rukmana, 1997).
Paria mempunyai banyak cabang, batangnya segi lima. Paria berdaun tunggal,
berjajar diatara batang berselang- seling, bentuknya bulat panjang, dengan panjang 3,5
sampai 8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5 sampai 7, pangkal berbentuk jantung,
warnanya hijau tua (Hernawati, 2006).
Bunga pada tanaman paria mempunyai 2 jenis bunga yang terpisah antara bunga
jantan dan bunga betina, dimana jenis bunga tersebut mamiliki perbedaan yaitu: Pada
bunga jantan bunga terlihat bewarna kuning menyala, kelopak menjari berjumlah 5 dan
mempunyai serbuk sari berwarna kuning. Sedangkan bunga betina terlihat berwarna
kuning, mempunyai putik berwarna kuning,terdapat bakal buah yang berwarna hijau
dan mempunyai kelopak menjari berjumlah 4-5 (Rukmana, 1997).
Buah paria berbentuk bulat panjang, permukaan buah berbintil-bintil, daging
buahnya agak tebal, dan didalamnya terdapat sejumlah biji.Biji paria berbentuk bulat,

berkulit agak tebal dan keras, serta permukaannya tidak rata (Sudarsono, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Biji pada tanaman paria ini berwarna coklat,permukaan benih kasar,bentuk biji
terkesan kotak agak lonjong dan pada buah yang sudah tua biji diselaputi pembungkus
berwarna merah (Rukmana, 1997).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman Paria mempunyai daya adaptasi tumbuh yang cukup tinggi terhadap
lingkungan dan mampu menyesuaikan diri terhadap iklim yang berlainan baik suhu dan
curah hujan yang tinggi.Dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun dan tidak tergantung
terhadap musim (IPPT, 1996).
Persyaratan iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman paria, antara
lain suhu yang optimum berkisar antara 24 – 270 C dengan ketinggian tempat mulai dari
ketinggian 1-1000 m dpl (Jumakir, 2012).
Tanaman paria dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah
sampai ketinggian 500 m dpl dengan tempatnya terbuka atau mendapat sinar matahari
penuh, dengan kelembapan udara cukup antara 50%-70% dan curah hujannya relatif
rendah (60 mm – 200 mm / bulan). Penanaman paria didataran tinggi (pegunungan)

sering menghasilkan buah berukuran kecil-kecil dan tidak normal (Rukmana, 1997).
Tanah
Paria cocok dibudidayakan di daerah dengan ketinggian 1-1000 m dpl. Tanaman
ini dapat beradaptasi dengan baik dengan tanah lempung berpasir dengan drainase baik
dan kaya akan bahan organik (Jumakir, 2012).
Paria dapat tumbuh dengan optimal pada tanah dengan pH 5-6, banyak
mengandung humus dan gembur. Tanaman paria tidak banyak memerlukan penyinaran

Universitas Sumatera Utara

matahari sehingga dapat tumbuh ditempat yang agak teduh/ ternaungi. (BPTP Kalteng,
2014).
Media Tanam
Ultisol
Tanah ultisol sering diidentikkan dengan tanah yang tidak subur, tetapi
sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian (potensial), asalkan dilakukan
pengelolaan yang memperhatikan kendala yang ada pada tanah ultisol sehingga dapat
menjadi yang siap dimanfaatkan untuk budidaya tanaman apabila iklimnya mendukung.
Tanah ultisol memiliki tingkat kemasaman sekitar 5,5 (Walhi, 2008).
Berdasarkan penelitian Nugroho dan Istianto (2009) analisa tanah ultisol

wilayah pulau laut, Kalimantan Selatan menunjukkan warnah tanah di setiap satuan
lahan hamper menunjukkan kesamaan yaitu coklat kemerahan/ kekuningan.Warna
kuning dan merah mengindikasikan adanya senyawa-senyawa besi di dalam tanah.Pada
lapisan tanah atas warna tanah tidak begitu gelap dan terlihat lapisan organik yang
menipis, hal tersebut menunjukkan bahwa tanah tersebut telah mengalami erosi.
Berdasarkan penelitian Sudaryono (2009) tanah ultisol pada tambang batubara
Sangatta termasuk miskin kandungan bahan organik, sehingga untuk meningkatkan
kesuburan tanah, dibutuhkan pemupukan pupuk organik.Tanah bersifat asam, dengan
kejenuhan Al tinggi, sehingga tanaman tidak dapat tumbuh secara normal.Untuk
mengurangi keasaman tanah dapat dilakukan dengan pengapuran atau dengan
pemupukan phospat (unsur P) dan KCl.
Kompos
Kompos dapat menambah kandungan bahan organik dalam tanah yang
dibutuhkan tanaman.Bahan organik yang terkandung dalam kompos dapat mengikat

Universitas Sumatera Utara

partikel tanah.Ikatan partikel tanah ini dapat meningkatkan penyerapan akar tanaman
terhadap air, mempermudah penetrasi akar pada tanah, dan memperbaiki pertukaran
udara dalam tanah, sehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman (Sriharti dan

Salim, 2010).
Penggunaan kompos sebagai bahan pembenah tanah (soil conditioner) dapat
meningkatkan kandungan bahan organik tanah sehingga mempertahankan dan
menambah kesuburan tanah pertanian. Karakteristik umum dimiliki kompos antara lain:
(1) mengandung unsur hara dalam jenis dan jumlah bervariasi tergantung bahan asal; (2)
menyediakan unsur hara secara lambat (slow release) dan dalam jumlah terbatas; dan
(3) mempunyai fungsi utama memperbaiki kesuburan dan kesehatan tanah (CPIS,
2001).
Selain bernilai positif, penggunaan kompos juga mempunyai pengaruh yang
negatif atau merugikan. Penggunaan kompos yang belum matang akan menyebabkan
dekomposisi pada kondisi anaerobik. Hal tersebut akan menghasilkan senyawa
fitotoksik dari asam-asam organik, amoniak, nitrit, nitrogen, besi, dan mangan. Untuk
mengatasi hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan kompos yang telah memenuhi
standar yang telah ditentukan

(Rao, 2005).

Pupuk Kandang
Pupuk kandang (pukan) padat yaitu kotoran ternak yang berupa padatan baik
belum dikomposkan maupun sudah dikomposkan sebagai sumber hara terutama N bagi

tanaman dan dapat memperbaiki sifat kimia, biologi, dan fisik tanah (Hartatik dan
Widowati, 2007).
Menurut Sutanto (2002), kualitas kompos sangat ditentukan oleh tingkat
kematangan kompos, disamping kandungan logam beratnya. Bahan organik yang tidak

Universitas Sumatera Utara

terdekomposisi secara sempurna akan menimbulkan efek yang merugikan bagi
pertumbuhan tanaman. Penambahan kompos yang belum matang ke dalam tanah dapat
menyebabkan terjadinya persaingan bahan nutrien antara tanaman dan
mikroorganisme tanah. Keadaan ini dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Secara
umum kompos yang sudah matang dapat dicirikan dengan sifat-sifat sebagai berikut :
− Berwarna cokelat tua hingga hitam dan remah

− Tidak larut dalam air, meskipun sebagian dari kompos bisa membentuk suspensi

− Sangat larut dalam pelarut alkali, natrium pirofosfat atau larutan ammonium oksalat
dengan menghasilkan ekstrak berwarna gelap dan dapat difraksinasilebih lanjut
menjadi zat humic, fulvic, dan humin
− Rasio C/N sebesar 20-40, tergantung dari bahan baku dan derajat humifikasi


− Memiliki kapasitas pemindahan kation dan absorpsi terhadap air yang tinggi

− Jika digunakan pada tanah, kompos dapat memberikan efek menguntungkanbagi
tanah dan pertumbuhan tanaman
− Memiliki suhu yang hampir sama dengan temperatur udara

− Tidak mengandung asam lemak yang menguap
− Tidak berbau

Dasar penentuan besar rasio C/N ini juga berasal dari perbandingan rasio C/N
humus. Menurut Metson (1961), kandungan karbon dalam humus adalah 56,24%,
sedangkan kadar nitrogennya sebesar 5,6%. Oleh karena itu hasil bagi C/N rata-rata
adalah 10,04. Hubungan karbon-nitrogen dalam humus tersebut relatif konstan dan
berada pada nilai antara 10-12.Oleh karena itulah nilai rasio C/N tersebut juga
digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kompos.

Universitas Sumatera Utara

Kandungan unsur-unsur hara di dalam pukan tidak hanyatergantung dari jenis

ternak, tetapi juga tergantung dari makanan dan airyang diberikan, umur dan bentuk
fisik dari ternak (Tabel 2).
Tabel.2.Kandungan hara dari pukan padat/segar
Sumber
Kadar
Bahan
N P2O5 K2O

CaO

Rasio

pukan

air

organic

C/N


Sapi

80

16

0,3

0,2

0,15

0,2

20-25

Kerbau

81


12,7

0,25

0,18

0,17

0,4

25-28

Kambing

64

31

0,7


0,4

0,25

0,4

20-25

Ayam

57

29

1,5

1,3

0,8


4,0

9-11

Babi

78

17

0,5

0,4

0,4

0,07

19-20

Kuda

73

22

0,5

0,25

0,3

0,2

24

Sumber: Pinus Lingga (1991)

Adimihardja et al. (2000) melaporkan pemberian beberapa jenis pukan sapi,
kambing dan ayam dengan takaran 5 t ha-1 pada tanah Ultisol Jambi nyata
meningkatkan kadar C-organik tanah (Tabel 3)
Tabel.3.Rata-rata kadar C-organik tanah, pada penelitian penggunaan berbagai jenis dan
takaran pupuk kandang di Desa Batin, Jambi
Perlakuan

Kadar C-Organik
1998

1999
%

Pukan sapi
0
5
10
Pukan kambing
0
5
10
Pukan ayam
0
5
10

1,86
1,90
1,90

1,47
1,64
1,92

1,84
1,58
1,25

1,63
1,72
1,77

1,80
1,83
1,79

1,62
1,50
1,71

Sumber: Adimihardja et al., 2000

Universitas Sumatera Utara

EM4 (Effective Microorganisms)
Larutan effective microorganisms 4 yang disingkat EM 4 ditemukan pertama
kali oleh Teruo Higa dari Universitas Ryukyus, Jepang. Dari sekian banyak
mikroorganisme, terdapat 4 mikroorganisme utama di dalam kultur EM-4 diantaranya
adalah :
1.

Bakteri fotosintetik (bakteri fototropik)
Bakteri ini membentuk zat-zat bermanfaat dari sekresi akar-akar tumbuhan,

bahan organik dan gas-gas berbahaya dengan menggunakan sinar matahari sebagai
sumber energi. Zat-zat ini bermanfaat seperti asam amino, asam nukleat, zat bioaktif
dan gula yang dapat mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan
pertumbuhan mikroorganisme lain.
2.

Bakteri asam laktat (Lactobacillus sp.)
Memproduksi asam laktat sebagai hasil penguraian gula dan karbohidrat yang

dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme merugikan.
3.

Ragi
Membentuk zat-zat anti bakteri dan bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman

(dalam meningkatkan jumlah sel aktif) dari asam-asam amino dan gula yang dihasilkan
bakteri fotosintetik, bahan organik dan akar-akar tanaman

(Nita, 2008).

Djuarnani et al. (2005) menyatakan bahwa EM4 dapat menekan pertumbuhan
mikroorganisme patogen yang selalu menjadi masalah pada budidaya monokultur dan
budidaya tanaman sejenis secara terus-menerus (continious cropping).EM4 dapat
memfermentasikan sisa pakan dan kulit udang atau ikan di tanah dasar tambak,
sehingga gas beracun dan panas di tanah dasar tambak menjadi hilang. EM4 dapat

Universitas Sumatera Utara

digunakan untuk memproses bahan limbah menjadi kompos dengan proses yang lebih
cepat dibandingkan dengan pengolahan limbah secara tradisional.
Menurut Roihanna, dkk (2012) kompos dengan stimulator EM4 berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis (Zea mays var. Saccharata) dengan
parameter pertumbuhan yaitu berat basah dan berat kering tanaman serta parameter
produksi yaitu berat basah dan berat kering buah.
Menurut Rahmah, dkk (2013) Pemberian EM4 nyata meningkatkan bobot basah
umbi per plot dan bobot kering umbi per plot, dimana hasil tertinggi diperoleh pada
perlakuan EM4 dengan konsentrasi 7 cc/l air. Interaksi perlakuan pupuk kandang ayam
dan EM4 juga nyata meningkatkan bobot basah umbi per plot, bobot kering umbi per
plot dan jumlah siung per sampel.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) Terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian EM4 (Effective Microorganisms)

0 2 96

Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair

3 21 69

Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair

0 0 16

Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair

0 0 2

Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair

0 0 4

Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) Terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian EM4 (Effective Microorganisms)

0 0 15

Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) Terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian EM4 (Effective Microorganisms)

0 0 2

Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) Terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian EM4 (Effective Microorganisms)

0 0 4

Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) Terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian EM4 (Effective Microorganisms)

0 0 3

Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) Terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian EM4 (Effective Microorganisms)

0 0 31