Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair

65

DAFTAR PUSTAKA
Adi, A. 2012. Budidaya dan Peluang Bisnis Jahe. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Berutu, S. 2009. Pengelolaan Hara N, K dan Kompos Sampah Kota Untuk
Meningkatkan Hasil dan Mutu Kailan (Brassica oleraceae Var.
Achephala). Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
BPS. 2013. Jumlah Rumah Tangga Usaha Hortikultura, Luas Tanam, dan Ratarata Luas Tanam yang diusahakan menurut Jenis Tanaman Hortikultura
Semusim-Sumatera Utara. Sensus Pertanian 2013. www.bps.go.id
BPTP Jambi. 2012. Teknologi budidaya paria dalam pot. Badan Pengkajian
Teknologi Pertanian Jambi. Jambi.
BPTP Kalteng. 2014. Kiat Budidaya Tanaman Pare. Diakses melalui
http://kalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/publikasi-mainmenu47/teknologi/398-kiat-budi-daya-tanaman-pare.BPTP Kalimantan Tengah.
CPIS (Centre for Policy and Implementation Studies) dan Pusat Penelitian Tanah
dan Agroklimat. 2001. Penelitian dan Pengembangan Pupuk Kompos
Sampah Kota. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Litbang
Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta.
Darmawijaya, M.I. 1990. Klasifikasi Tanah. Dasar Teori Peneliti Tanah dan
Pelaksanaan Pertanian di Indonesia. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
De Boodt, M. and D. Verdonck. 1972. The Properties of Substrates In

Horticulture. Acta Horticultural. 26:37-44.
Fahmi, Z. I. 2011. Studi Teknik Pematahan Dormansi dan Media Perkecambahan
Terhadap Viabilitas Benih Aren (Arenga pinnata Merr.). Balai Besar
Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan, Surabaya
Goenadi, D. 2007. Menuju “Quality Control” Pupuk Organik di Indonesia.
Disampaikan dalam Pertemuan Persiapan Penyusunan Persyaratan
Minimal Pupuk Organik di Dit. Pupuk dan Pestisida,
Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha,G.B.
Hong dan H.H. Bailey. 1986. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung. Lampung.
Hardjowigeno, H. S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika
Pressindo. Jakarta.

Hadiansyah. 2009. Pupuk Cair Organik Ratu
Fungsi. http://starvoucher.co.cc [Maret 2009]

Biogen

Multi


Universitas Sumatera Utara

66

Hadisuwito, S. 2008. Membuat Pupuk Kompos Cair. PT Agromedia Pustaka.
Jakarta.
http://pupukjimmyhantu.com. Pupuk Hantu (Hormon Tanaman Unggul)
Multiguna Exclusive. Diakses pada 11 Nopember 2016.
Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. 1996. Usaha tani
tanaman pare. Jakarta
IPPTP. 2001. Budidaya Organik Tanaman Jahe (Zingeber officinaleRosc.). Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor.
Kristiawan, B. 2011. Budidaya Tanaman Pare Putih (Momordica charantica L.)
diaspakusa makmur UPT Usaha Pertanian Teras Boyolali. Tugas Akhir.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Maspary. 2012. Cara mudah membuat perekat pestisida. Gerbang Pertanian.
Diakses pada 10 Nopember 2016.
Mas’ud, 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa, Bandung.
Musnamar, E. I. 2007. Pupuk Organik Cair dan Padat, Pembuatan dan
Aplikasi. Agromedia Pustaka. Jakarta..60 hal

Nelson, P. V. 1991. Greenhouse Operation and Management. Reston Publishing
Company, Inc, Virginia
Noli, Z. A., Syahbuddin, dan H.S. Murni. 1999. Pengaruh Inokulasi Ektomikoriza
terhadap Pertumbuhan Anakan Melinjo pada Tanah Ultisol. FMIPA
UNAND. Padang.
Novizan. 2005. Petunjuk pemupukan yang efektif. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Ramli, 2014. Efisiensi Penggunaan Pupuk Buatan dan Pukan Sapi Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pare (Momordica charantica L.). Jurnal
Universitas Taman Siswa. Padang.
Rao, S.S.N. 2005. Soil Microorganism and Plant Growth. Oford & IBH Publ.
Co.New Delhi, India
Rosani, H. 2006. Meningkatkan Kualitas Kompos. Meningkatkan Kualitas
Kompos. Kiat Menggatasi Permasalahan Praktis. Agromedia Pustaka,
Jakarta.
Rukmana, R. 1997. Budidaya Pare. Penerbit Kanisius. Jakarta.
.
Sahari, A. N. 2005. Sukses Membuat Kompos dari Sampah. Agromedia Pustaka.

Universitas Sumatera Utara


67

Setyadi, H. 2010. Tanaman Gelombang Cinta (Anthurium Plowmanii) dengan
Media Campuran Arang Sekam dan Kompos. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sriharti dan Salim, T. 2010. Pemanfaatan sampah taman (rumput-rumputan) untuk
pembuatan kompos.Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna
LIPI.Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan”
Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam
Indonesia. 26 Januari. Yogyakarta. Pp. 406
Subahar, T.S.S. dan Tim Lentera. 2004. Khasiat dan Manfaat Pare si pahit
pembasmi penyakit. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sutedjo, M. M. dan Kartasapotra . 2006. Pupuk dan Cara Pemupukan. Edisi ke-5.
Rineka Cipta, Jakarta
Tan, K.H. 2001. Dasar-dasar Kimia Tanah. Didiek, H.G (penerjemah). Edisi I.
Gadjah Mada University Press
Walhi. 2008.Pertanian Terpadu Suatu Strategi untuk Mewujudkan Pertanian.
Berkelanjutan. Artikel Pertanian, Jawa Barat.
Wawan. 2003. Pengelolaan Subsoil Masam untuk Peningkatan Produksi Tanaman
Pangan. Makalah Falsafah Sains Program Pascasarjana-S3. Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ± 25 meter di atas
permukaan laut. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dari April sampai

Juli

2016.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: benih paria
varietas Lipa F1, pupuk kandang sapi, pupuk kandang ayam, pupuk kompos,
pupuk organik cair berlabel dengan merk hantu “hormon tanaman unggul”, tanah
ultisol yang berasal dari Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Pancur Batu
Kabupaten Deli Serdang, polybag dengan diameter 30 cm dan tinggi 45 cm ,
bambu, dan tali plastik.

Alat-alat yang digunakan adalah timbangan analitik, meteran, gelas ukur,
hand sprayer, gembor, cangkul, ayakan tanah, kertas label perlakuan, penggaris,
jangka sorong, gunting, alat tulis dan alat-alat lain yang mendukung penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 2 faktor
:
Faktor I : Komposisi Media Tanam (M) terdiri dari 3 jenis, yaitu :
M1 : Tanah ultisol : Pupuk Kandang Sapi : Sekam Padi (2:1:1)
M2 : Tanah ultisol : Pupuk Kandang Ayam : Sekam Padi (2:1:1)
M3 : Tanah ultisol : Pupuk Kompos : Sekam Padi (2:1:1)

Universitas Sumatera Utara

Faktor II : Pupuk Organik Cair (P) terdiri dari 4 taraf, yaitu :
P0 : Kontrol
P1 : 2 ml/ liter Air
P2 : 4 ml/ liter Air
P3 : 6 ml/ liter Air
Sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan, yaitu :
M1P0


M2P0

M3P0

M1P1

M2P1

M3P1

M1P2

M2P2

M3P2

M1P3

M2P3


M3P3

Jumlah ulangan

: 3 ulangan

Jumlah plot

: 36 plot

Jumlah polybag/plot

: 4 Polybag

Ukuran polybag (P x D)

: 30 cm x 45 cm

Jarak antar polybag


: 20 cm

Jumlah tanaman/polybag

: 1 tanaman

Jumlah sampel per plot

: 4 tanaman

Jumlah sampel seluruhnya

: 144 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 144 tanaman
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan

sidik ragam


berdasarkan model linier sebagai berikut:
Yijk = μ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk
i = 1, 2, 3 (r)

j = 1, 2, 3 (t)

k = 1, 2, 3, 4 (t)

Universitas Sumatera Utara

Yijk

: Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan komposisi media
tanam (M) pada

taraf

ke-j dan pupuk organik cair (P) pada taraf

ke-k

μ

: Nilai tengah

ρi

: Efek dari blok ke-i.

αj

: Efek dari perlakuan komposisi media tanam (M) pada taraf ke-j

βk

: Efek dari perlakuan pupuk organik cair (P) pada taraf ke-k

(αβ)jk

: Efek interaksi perlakuan komposisi media tanam (M) pada taraf
ke-j dan pupuk organik cair (P) pada taraf ke-k

εijk

: Efek galat pada blok ke-i akibat perlakuan komposisi media tanam (M)
pada taraf ke-j dan pupuk organik cair (P) pada taraf ke-k

Jika hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata, maka analisis
dilanjutkan dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Areal penelitian dipersiapkan sebaik mungkin di lahan yang datar, dekat
dengan sumber air, memiliki drainase yang baik serta tidak tergenang. Areal
dibersihkan dari gulma dan sisa tanaman yang ada. Kemudian dibuat plot-plot
dengan ukuran 200 cm cm x 50 cm dengan jarak antar plot 30 cm, dan jarak antar
blok 100 cm.
Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah tanah ultisol yang telah diayak
dengan ayakan untuk memisahkan media tanam dari bahan-bahan yang tidak
diinginkan seperti batu, akar dan lain-lain. Pupuk kandang sapi, pupuk kandang
ayam dan pupuk kompos yang dicampurkan sesuai dengan perlakuan. Polybag
yang digunakan adalah polybag dengan ukuran 30 cm (diameter), tinggi 45 cm
dan tebal 0,07 mm. Media tanam dimasukkan dengan tangan, mula-mula setengah
kemudian dipadatkan. Seterusnya diisi penuh dan dipadatkan lagi sampai tanah
berada 2 cm dari bibir atas polybag.
Penyiapan Benih dan Bibit
Benih paria ditanam pada polybag kecil terlebih dahulu hingga muncul 3-4
helai daun (14 Hari) hingga menjadi bibit lalu dipindah tanamkan ke dalam polybag
yang besar sesuai perlakuan.
Penanaman
Penanaman bibit dilakukan dengan cara memindah tanamkan bibit paria
pada polybag kecil ke dalam polybag besar sesuai perlakuan dengan cara

Universitas Sumatera Utara

disobek polybag kecilnya. Penanaman dilakukan pada saat kondisi matahari
tidak terlalu terik yaitu pada sore hari.
Pembuatan Lanjaran
Pembuatan

lanjaran

dengan

menyiapkan

tiang

bambu

setinggi

1,5 m – 2 m dan bilah bambu untuk lanjaran sesuai kebutuhan. Pasang
(tancapkan) tiang bambu pada tiap tanaman paria sejauh 10 cm – 15 cm dari
batang tanaman atau pada luar polybag. Pasang bilah bambu sambil membentuk
lanjaran secara mendatar yang menghubungkan antar bilah bambu, kemudian ikat
erat-erat menggunkana tali plastik.
Aplikasi Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair diberikan secara bertahap dalam 6 kali aplikasi.
Aplikasi pupuk organik cair dilakukan setelah pindah tanam sampai 6 Minggu
Setelah Pindah Tanam (MSPT) dengan interval 7 hari. Aplikasi yang demikian
merupakan anjuran dalam penggunaan pupuk organik cair. Aplikasi dilakukan
pada sore hari dengan menyemprotkan pupuk organik cair ke bagian tanaman
khususnya bagian bawah daun. Pada awal penyemprotan akan digunakan kalibrasi
pada satu sampel lalu diselaraskan dengan semua tanaman.
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari dengan
menggunakan gembor. Bila hari hujan maka penyiraman cukup dilakukan satu
kali saja dan tergantung kondisi tanah dalam polybag.

Universitas Sumatera Utara

Pemupukan Dasar
Pemupukan dasar berguna sebagai starter pertumbuhan tanaman paria.
Dilakukan setelah pembuatan media tanam selesai. Pada pemupukan dasar
menggunakan setengah dosis anjuran yaitu 10 g NPK majemuk per tanaman.
Pupuk diaplikasi dengan cara dicampur ke dalam media tanam.
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma dilakukan dengan cara manual ataupun dengan
menggunakan cangkul untuk menekan pertumbuhan gulma di polybag dan di areal
pembibitan, interval penyiangan disesuaikan dengan keadaan gulma di
pembibitan.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan menyemprotkan insektisida Sevin
dengan konsentrasi 2g/l air, penyemprotan insektisida dilakukan sebanyak 2 kali
yaitu 30 hari setelah pindah tanam (hspt) dan 44 hari setelah pindah tanam (hspt).
Pengendalian penyakit dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan membuang
daun atau buah yang terserang penyakit.
Pengamatan Parameter
Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada 2 minggu setelah pindah
tanam (MSPT) dengan interval seminggu sekali sampai tidak terjadi lagi
pertambahan tinggi tanaman atau sampai 6 minggu setelah pindah tanam (MSPT).
Pengukuran dimulai dari permukaan tanah sampai titik tumbuh batang utama
tertinggi. Alat yang digunakan untuk mengukur panjang batang utama tanaman
yaitu meteran dengan satuan centimeter.

Universitas Sumatera Utara

Jumlah Daun (helai)
Perhitungan jumlah daun dilakukan setelah 2 MSPT dengan interval
seminggu sekali sampai 6 MSPT. Penghitungan jumlah daun dari tanaman
dilakukan pada daun yang telah terbuka sempurna dengan menjari dan berwarna
hijau muda.
Jumlah Cabang Primer
Pengamatan jumlah cabang primer dilakukan setelah tanaman berumur 3
MSPT sampai 3 minggu setelah panen buah dengan interval pengamatan setiap 7
hari. Jumlah cabang primer dihitung dari jumlah cabang yang keluar pada
batang utama paria.
Umur Berbunga (Hari)
Umur berbunga tanaman adalah waktu antara penanaman hingga tanaman
dalam satu plot telah berbunga sebanyak 75% dari populasi yang ditanam.
Jumlah Buah (buah)
Jumlah buah adalah total buah dari seluruh buah yang dihasilkan tiap
tanaman dari panen pertama hingga panen terakhir.
Panjang Buah (cm)
Panjang buah pertanaman diukur pada setiap buah yang telah dipanen.
Panjang buah diukur menggunakan meteran atau penggaris dengan satuan
centimeter lalu dirata-ratakan untuk semua buah pada tanaman.
Diameter Buah (mm)
Diameter buah pertanaman diukur pada setiap buah yang telah dipanen.
Kemudian dirata-ratakan untuk semua buah pada tanaman. Perhitungan dilakukan
dengan menggunakan jangka sorong di ketiga bagian buah yaitu 1/3 dari pangkal

Universitas Sumatera Utara

buah, pertengahan buah, dan 1/3 dari ujung buah. Diameter tersebut dijumlahkan
dan diambil rataanya. Pengukuran dilakukan untuk semua buah yang dipanen dari
panen pertama hingga terakhir.
Bobot Buah Segar Per Tanaman (g)
Menimbang bobot buah pada setiap tanaman menggunakan timbangan
pada akhir penelitian dari setiap periode produksi baik dari produksi pertama
hingga produksi seterusnya dalam menimbang produksi per tanaman.
Bobot Kering Tajuk (g)
Pengukuran bobot tajuk akar dilakukan pada akhir penelitian yaitu saat
tanaman berumur 10 MSPT. Perhitungan dilakukan dengan cara membersihkan
tanaman dengan air kemudian dikering ovenkan terlebih dahulu pada suhu 780C
selama 48 jam, lalu ditimbang dengan timbangan analitik.
Bobot Kering Akar (g)
Pengukuran bobot kering akar dilakukan pada akhir penelitian yaitu saat
bibit berumur 10 MSPT. Perhitungan dilakukan dengan cara membersihkan
tanaman dengan air kemudian dikering ovenkan terlebih dahulu pada suhu 780C
selama 48 jam, lalu ditimbang dengan timbangan analitik.
Persentase Buah Normal Per Plot (%)
Hasil buah per plot dihitung persentase buah normalnya dengan membagi
buah yang normal per tanaman dengan jumlah buah keseluruhan lalu dikali 100%.
Buah yang dikatakan normal jika buahnya tidak bengkok.
�����ℎ ���ℎ ������
� 100
�����ℎ ���ℎ ������ℎ���

Universitas Sumatera Utara

Panen
Panen dilakukan dengan cara memotong tangkai buah dengan gunting
yang tajam pada saat tanaman berumur 7 MST. Panen dilakukan sebanyak 4 kali
dengan frekuensi seminggu sekali. Buah paria yang dipanen yaitu buah matang
yang memiliki bintil-bintil dan keriputnya masih agak rapat dengan galur-galur
yang belum melebar. Panjangnya antara 25-30 cm dan diameternya 3-5 cm.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa respons pertumbuhan dan
produksi tanaman paria berpengaruh nyata pada perlakuan komposisi
media tanam yaitu parameter tinggi tanaman (2-6 MSPT), jumlah daun
(2-6 MSPT), jumlah cabang primer (3, 4, 5 dan, 6 MSPT), umur berbunga,
jumlah buah, berat segar buah per tanaman, bobot kering tajuk dan bobot kering
akar, namun berbeda tidak nyata pada parameter jumlah cabang primer
(7 dan 8 MSPT), panjang buah, diameter buah, dan persentase buah normal.
Perlakuan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata pada semua parameter.
Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata pada semua parameter,
namun dapat diperoleh data tertinggi dan terendah.
Tinggi Tanaman (cm)
Data pengamatan tinggi tanaman paria mulai umur 2-6 MSPT disajikan
pada Lampiran Tabel 10, 12, 14, 16, dan 18 Sedangkan sidik ragam disajikan
pada Lampiran Tabel 11, 13, 15, 17, dan 19.
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran Tabel 11, 13, 15, 17, dan 19)
diketahui bahwa respons tanaman paria dengan perlakuan komposisi media
tanam berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman (2-6 MSPT), pemberian
pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata pada parameter tinggi tanaman.
Interaksi

perlakuan komposisi media tanam dan pemberian pupuk organik cair

berpengaruh tidak nyata pada parameter tinggi tanaman.
Rataan tinggi tanaman paria umur 2-6 MSPT pada perlakuan komposisi
media tanam dan pemberian pupuk organik cair dapat dilihat pada Tabel 1 dan
Gambar 1.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman paria (2-6 MSPT) terhadap berbagai komposisi
media tanam dan pemberian pupuk organik cair.
Komposisi Media Tanam (M)
Minggu
M1
M2
M3
Pupuk
Setelah
(ultisol :
(ultisol :
(ultisol :
Organik
Rataan
Pindah
Pukan Sapi Pukan Ayam : Kompos :
Cair (P)
Tanam
: Sekam)
Sekam)
Sekam)
2:1:1
2:1:1
2:1:1
……….………cm…..…………..
P0 = 0cc/l
39.38
46.06
50.53
45.32
P1 = 2cc/l
44.18
47.84
42.73
44.92
2 MSPT
P2 = 4cc/l
37.31
43.51
44.02
41.61
P3 = 6cc/l
41.04
48.50
39.49
43.01
Rataan
40.48b
46.48a
44.19a
43.71
P0 = 0cc/l
68.81
116.25
104.39
96.48
P1 = 2cc/l
71.42
116.85
94.43
94.23
3 MSPT
P2 = 4cc/l
66.48
111.04
97.78
91.77
P3 = 6cc/l
68.00
117.52
79.63
88.38
Rataan
68.68c
115.41a
94.05b
92.72
P0 = 0cc/l
143.77
218.88
194.47
185.71
P1 = 2cc/l
149.71
212.98
179.16
180.62
4 MSPT
P2 = 4cc/l
131.23
214.89
197.73
181.29
P3 = 6cc/l
138.67
221.42
169.83
176.64
Rataan
140.84c
217.04a
185.30b
181.06
P0 = 0cc/l
224.78
253.70
253.58
244.02
P1 = 2cc/l
229.83
253.88
228.67
237.46
5 MSPT
P2 = 4cc/l
200.34
250.55
247.82
232.90
P3 = 6cc/l
203.67
255.43
222.62
227.24
Rataan
214.65b
253.39a
238.17a
235.41
P0 = 0cc/l
265.46
268.06
282.69
272.07
P1 = 2cc/l
265.13
265.16
251.40
260.56
6 MSPT
P2 = 4cc/l
229.73
262.80
268.19
253.57
P3 = 6cc/l
238.42
262.56
255.85
252.28
Rataan
249.68b
264.64a
264.53a
259.62
Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata
berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara

Tinggi Tanaman Paria (cm)

290,00
270,00
250,00
230,00
210,00
190,00
170,00
150,00
130,00
110,00
90,00
70,00
50,00
30,00

264,64

253,39

264,53
217,04

238,17

185,30

M1
249,68

115,41

214,65

M2
M3

94,05

140,84

46,48
40,48 44,19 68,68
2 MSPT

3 MSPT

4 MSPT

5 MSPT

6 MSPT

Komposisi Media Tanam

Gambar 1. Histogram Rataan tinggi tanaman (cm) dengan perlakuan
komposisi media tanam pada umur 2-6 MSPT
Tabel 1 dan Gambar 1 menunjukkan bahwa pada 2 MSPT tinggi tanaman
tertinggi perlakuan komposisi media tanam terdapat pada perlakuan M2
(46.48 cm) dan terendah pada M1 (40.48). Perlakuan M2 berbeda nyata dengan
M1, namun berbeda tidak nyata dengan M3. Rataan tinggi tanaman 3 MSPT
menunjukkan bahwa tinggi tanaman tertinggi terdapat pada M2 (115.41) dan
terendah pada M1 (68.68). Perlakuan M2 berbeda nyata dengan M1 dan M3.
Rataan tinggi tanaman 4 MSPT menunjukkan bahwa tinggi tanaman tertinggi
terdapat pada perlakuan M2 (217.04 cm) dan terendah pada M1 (140.84 cm).
Perlakuan M2 berbeda nyata dengan M1 dan M3. Rataan tinggi tanaman 5 MSPT
menunjukkan bahwa tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan M2
(253.39 cm) dan terendah pada M1 (214.65 cm). Perlakuan M2 berbeda nyata
dengan M1, namun berbeda tidak nyata dengan M3. Rataan tinggi bibit 6 MSPT
menunjukkan bahwa tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan M2
(264.64 cm) dan terendah pada M1 (249.68 cm). Perlakuan M2 berbeda nyata

Universitas Sumatera Utara

dengan M1, namun berbeda tidak nyata dengan M3. Pada perlakuan pemberian
pupuk organik cair 6 MSPT menunjukkan bahwa tinggi tanaman tertinggi pada P0
(272.07) dan terendah pada P3 (252.28).
Jumlah Daun (helai)
Data pengamatan jumlah daun tanaman paria mulai umur 2-6 MSPT
disajikan pada Lampiran Tabel 20, 22, 24, 26, dan 28. Sedangkan sidik ragam
disajikan pada Lampiran Tabel 17, 21, 25, 27, dan 29.
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran Tabel 17, 19, 21, 23, dan 25),
diketahui bahwa respons tanaman paria dengan perlakuan komposisi media
tanam berpengaruh nyata pada parameter jumlah daun (2-6 MSPT), pemberian
pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata pada parameter jumlah daun.
Interaksi

perlakuan komposisi media tanam dan pemberian pupuk organik cair

berpengaruh tidak nyata pada parameter jumlah daun.
Rataan jumlah daun paria umur 2-6 MSPT pada perlakuan komposisi media
tanam dan pemberian pupuk organik cair dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar
2.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Rataan jumlah daun tanaman paria (2-6 MSPT) terhadap berbagai
komposisi media tanam dan pemberian pupuk organik cair.
Komposisi Media Tanam (M)
Minggu
M1
M2
M3
Pupuk
Setelah
Rataan
(ultisol :
(ultisol :
(ultisol :
Organik
Pindah
Pukan
Sapi
Kompos
:
Pukan
Ayam
:
Cair (P)
Tanam
: Sekam)
Sekam)
Sekam)
2:1:1
2:1:1
2:1:1
...........................helai….……………..
P0 = 0cc/l
5.33
5.83
6.25
5.81
P1 = 2cc/l
5.42
6.25
5.83
5.83
2 MSPT
P2 = 4cc/l
5.17
6.08
5.67
5.64
P3 = 6cc/l
5.42
5.92
5.50
5.61
Rataan
5.33b
6.02a
5.81a
5.72
P0 = 0cc/l
10.92
15.42
13.67
13.33
P1 = 2cc/l
11.08
16.50
13.25
13.61
3 MSPT P2 = 4cc/l
10.92
15.58
13.25
13.25
P3 = 6cc/l
11.08
15.25
12.25
12.86
Rataan
11c
15.69a
13.10b
13.26
P0 = 0cc/l
21.58
54.08
34.67
36.78
P1 = 2cc/l
23.50
61.33
30.75
38.53
4 MSPT P2 = 4cc/l
21.83
54.17
31.08
35.69
P3 = 6cc/l
22.08
57.00
26.75
35.28
Rataan
22.25c
56.65a
30.81b
36.57
P0 = 0cc/l
35.58
71.83
53.83
53.75
P1 = 2cc/l
37.33
82.92
48.25
56.17
5 MSPT P2 = 4cc/l
35.17
75.33
46.42
52.31
P3 = 6cc/l
37.75
72.58
39.92
50.08
Rataan
36.46c
75.67a
47.10b
53.08
P0 = 0cc/l
50.67
76.67
70.33
65.89
P1 = 2cc/l
48.42
96.92
65.42
70.25
6 MSPT P2 = 4cc/l
52.92
84.67
52.92
63.50
P3 = 6cc/l
51.75
82.42
50.67
61.61
Rataan
50.94c
85.17a
59.83b
65.31
Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata
berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara

Jumlah Daun Tanaman Paria (helai)

100,00
95,00
90,00
85,00
80,00
75,00
70,00
65,00
60,00
55,00
50,00
45,00
40,00
35,00
30,00
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00

85,17
75,67

56,65
59,83
M1
47,10

6,02
5,33 5,81
2 MSPT

11 13,10
3 MSPT

50,94

30,81

15,69

M2
M3

36,46
22,25

4 MSPT

5 MSPT

6 MSPT

Komposisi Media Tanam

Gambar 2. Histogram Rataan jumlah daun (helai) dengan perlakuan
komposisi media tanam pada umur 2-6 MSPT

Tabel 2 dan Gambar 2 menunjukkan bahwa pada 2 MSPT jumlah daun
tertinggi perlakuan komposisi media tanam terdapat pada perlakuan M2 (6.02) dan
terendah pada M1 (5.33). Perlakuan M2 berbeda nyata dengan M1, namun
berbeda tidak nyata dengan M3. Rataan jumlah daun 3 MSPT menunjukkan
bahwa jumlah daun tertinggi terdapat pada M2 (15.69) dan terendah pada M1
(11). Perlakuan M2 berbeda nyata dengan M1 dan M3. Rataan jumlah daun 4
MSPT menunjukkan bahwa jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan M2
(56.65) dan terendah pada M1 (22.25). Perlakuan M2 berbeda nyata dengan M1
dan M3. Rataan jumlah daun 5 MSPT menunjukkan bahwa jumlah daun tertinggi
terdapat pada perlakuan M2 (75.67) dan terendah pada M1 (36.46). Perlakuan
M2 berbeda nyata dengan M1 dan M3. Rataan jumlah daun 6 MSPT menunjukkan
bahwa jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan M2 (85.17) dan terendah
pada M1 (50.94). Perlakuan M2 berbeda nyata dengan M1 dan M3. Pada

Universitas Sumatera Utara

perlakuan pemberian pupuk organik cair 6 MSPT menunjukkan bahwa tinggi
tanaman tertinggi pada P1 (70.25) dan terendah pada P3 (61.61).
Jumlah Cabang Primer (cabang)
Data pengamatan jumlah cabang primer mulai umur 2-6 MSPT disajikan
pada Lampiran Tabel 26, 28, 30, 32, 34, dan 36. Sedangkan sidik ragam disajikan
pada Lampiran Tabel 27, 29, 31, 33, 35, dan 37.
Berdasarkan

hasil sidik ragam (27, 29, 31, 33, 35, dan 37), diketahui

bahwa respons tanaman paria dengan perlakuan komposisi media tanam
berpengaruh nyata pada parameter jumlah cabang primer (3-6 MSPT), pemberian
pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata pada parameter jumlah cabang
primer. Interaksi perlakuan komposisi media tanam dan pemberian pupuk organik
cair berpengaruh tidak nyata pada parameter jumlah cabang primer.
Rataan jumlah cabang primer umur 3-8 MSPT pada perlakuan komposisi
media tanam dan pemberian pupuk organik cair dapat dilihat pada Tabel 3 dan
Gambar 3.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3. Rataan jumlah cabang primer (3-8 MSPT) terhadap berbagai komposisi
media tanam dan pemberian pupuk organik cair.
Komposisi Media Tanam (M)
Minggu
M1
M2
M3
Pupuk
Setelah
(ultisol :
(ultisol
(ultisol :
Organik
Rataan
Pindah
Pukan Sapi :Pukan Ayam Kompos :
Cair (P)
Tanam
Sekam)
Sekam) : Sekam)
2:1:1
2:1:1
2:1:1
……….……..cabang.…………….
P0 = 0cc/l
1.25
3.00
2.27
2.18
P1 = 2cc/l
1.56
3.51
2.31
2.46
3 MSPT
P2 = 4cc/l
1.52
3.16
2.17
2.28
P3 = 6cc/l
1.36
3.05
1.77
2.06
Rataan
1.42c
3.18a
2.13b
2.24
P0 = 0cc/l
5.42
13.33
9.92
9.56
P1 = 2cc/l
6.17
14.42
9.25
9.94
4 MSPT
P2 = 4cc/l
5.33
13.92
9.92
9.72
P3 = 6cc/l
5.58
12.83
8.33
8.92
Rataan
5.63c
13.63a
9.35b
9.53
P0 = 0cc/l
8.58
13.08
11.25
10.97
P1 = 2cc/l
7.67
14
9.92
10.53
5 MSPT
P2 = 4cc/l
8.92
13
9.83
10.58
P3 = 6cc/l
7.75
12.17
9.58
9.83
Rataan
8.23b
13.06a
10.15b
10.48
P0 = 0cc/l
8.58
15.08
12.17
11.94
P1 = 2cc/l
8.42
15.50
10.50
11.47
6 MSPT
P2 = 4cc/l
9.42
14.75
10.83
11.67
P3 = 6cc/l
7.92
13.67
10.33
10.64
Rataan
8.58c
14.75a
10.96b
11.43
P0 = 0cc/l
15
16.92
15.08
15.67
P1 = 2cc/l
14.33
15
15.83
15.06
7 MSPT
P2 = 4cc/l
15.17
16.33
16.08
15.86
P3 = 6cc/l
17.75
17.08
19.92
18.25
Rataan
15.56
16.33
16.73
16.21
P0 = 0cc/l
14.08
16.08
13.08
14.42
P1 = 2cc/l
15.08
14.42
15.75
15.08
8 MSPT
P2 = 4cc/l
15.75
14.50
14.17
14.81
P3 = 6cc/l
16.33
15.17
16.83
16.11
Rataan
15.31
15.04
14.96
15.10
Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata
berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara

Jumlah Cabang Primer Tanaman Paria (bh)

20,00
19,00
18,00
17,00
16,00
15,00
14,00
13,00
12,00
11,00
10,00
9,00
8,00
7,00
6,00
5,00
4,00
3,00
2,00
1,00
0,00

16,33
14,75
13,63

16,73

13,06

14,96

10,96

10,15

9,35

15,04

M1
15,56

15,31

M2
M3

3,18

8,23

8,58

5,62
1,42 2,13
3 MSPT

4 MSPT

5 MSPT

6 MSPT

7 MSPT

8 MSPT

Komposisi Media Tanam

Gambar 3. Histogram Rataan jumlah cabang primer (cabang) dengan
perlakuan komposisi media tanam pada umur 2-6 MSPT

Tabel 3 dan Gambar 3 menunjukkan bahwa pada 3 MSPT jumlah cabang
primer tertinggi perlakuan komposisi media tanam terdapat pada perlakuan M2
(3.18) dan terendah pada M1 (1.42). Perlakuan M2 berbeda nyata dengan M1 dan
M3. Rataan jumlah cabang primer 4 MSPT menunjukkan bahwa jumlah dabang
primer tertinggi terdapat pada M2 (13.63) dan terendah pada M1 (5.63). Perlakuan
M2 berbeda nyata dengan M1 dan M3. Rataan jumlah cabang primer 5 MSPT
menunjukkan bahwa jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan M2 (13.06)
dan terendah pada M1 (8.23). Perlakuan M2 berbeda nyata dengan M1 dan M3.
Rataan jumlah cabang primer 6 MSPT menunjukkan bahwa jumlah cabang primer
tertinggi terdapat pada perlakuan M2 (14.75)

dan terendah pada M1 (8.58).

Perlakuan M2 berbeda nyata dengan M1 dan M3. Rataan jumlah cabang primer 7
MSPT menunjukkan bahwa jumlah cabang primer tertinggi terdapat pada
perlakuan M3 (16.73) dan terendah pada M1 (15.56). Rataan jumlah cabang

Universitas Sumatera Utara

primer 8 MSPT menunjukkan bahwa jumlah cabang primer tertinggi terdapat pada
M1 (15.31) dan terendah pada M3 (14.96). Pada perlakuan pemberian pupuk
organik cair 6 MSPT menunjukkan bahwa jumlah cabang primer tertinggi pada P3
(16.11) dan terendah pada P0 (14.42).
Umur Berbunga (Hari)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam umur berbunga dapat dilihat pada
Lampiran 38 dan 39. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa komposisi media
tanam berpengaruh nyata terhadap umur berbunga, pemberian pupuk organik cair
berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga. Interaksi komposisi media
tanam dan pemberian pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap umur
berbunga.
Rataan umur berbunga pada komposisi media tanam dan pemberian pupuk
organik cair dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 4.
Tabel 4. Rataan umur berbunga terhadap berbagai komposisi media tanam dan
pemberian pupuk organik cair.
Komposisi Media Tanam (M)
Pupuk
M1
M2
M3
Organik
(ultisol : Pukan (ultisol :Pukan (ultisol : Kompos
Rataan
Cair (P)
Sapi : Sekam) Ayam : Sekam)
: Sekam)
2:1:1
2:1:1
2:1:1
....................................hari…...…………………
P0 = 0cc/l
38.50
32.58
36.00
35.69
P1 = 2cc/l
38.17
31.92
36.75
35.61
P2 = 4cc/l
37.75
32.42
36.17
35.44
P3 = 6cc/l
37.58
32.00
36.92
35.50
Rataan
38.00a
32.23c
36.46b
35.56
Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata
berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara

39,00

Umur Berbunga (hari)

38,00
37,00
36,00
35,00
34,00
38,00
33,00

36,46

32,00
31,00

32,23

30,00
29,00
M1

M2
Komposisi Media Tanam

M3

Gambar 4. Pengaruh perlakuan komposisi media tanam terhadap umur
berbunga
Tabel 4 dan Gambar 4 menunjukkan bahwa pada parameter umur bunga
tanaman paria terlambat pada perlakuan komposisi media tanam terdapat pada
perlakuan M1 (38.00) dan tercepat pada M2 (32.23). Perlakuan M1 berbeda nyata
dengan M2 dan M3. Pada perlakuan pemberian pupuk organik cair menunjukkan
bahwa umur bunga tertlambat pada P0 (35.69) dan tercepat pada P2 (35.44).
Jumlah Buah (buah)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah buah dapat dilihat pada
Lampiran 40 dan 41. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa komposisi media
tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah buah, pemberian pupuk organik cair
berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah buah. Interaksi komposisi media tanam
dan pemberian pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah buah.
Rataan umur berbunga pada komposisi media tanam dan pmeberian pupuk
organik cair dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 5.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5. Rataan jumlah buah terhadap berbagai komposisi media tanam dan
pemberian pupuk organik cair.
Komposisi Media Tanam (M)
Pupuk
M1
M2
M3
Organik
Rataan
(ultisol : Pukan (ultisol :Pukan (ultisol : Kompos
Cair (P)
Sapi : Sekam) Ayam : Sekam)
: Sekam)
2:1:1
2:1:1
2:1:1
……………………...buah……..……………….
P0 = 0cc/l
3.58
4.58
3.50
3.89
P1 = 2cc/l
3.17
4.92
3.83
3.97
P2 = 4cc/l
3.67
4.75
4.17
4.19
P3 = 6cc/l
3.83
4.75
3.75
4.11
Rataan
3.56b
4.75a
3.81b
4.04
Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata
berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.
5,00
4,50
Jumlah Buah (buah)

4,00
3,50
3,00
2,50

4,75

2,00

3,81

3,56
1,50
1,00
0,50
0,00
M1

M2
Komposisi Media Tanam

M3

Gambar 5. Pengaruh perlakuan komposisi media tanam terhadap jumlah
buah

Tabel 5 dan Gambar 5 menunjukkan bahwa pada parameter jumlah buah
tanaman paria tertinggi pada perlakuan komposisi media tanam terdapat pada
perlakuan M2 (4.75) dan terendah pada M1 (3.56). Perlakuan M2 berbeda nyata
dengan M1 dan M3. Pada perlakuan pemberian pupuk organik cair menunjukkan
bahwa jumlah buah tertinggi pada P2 (4.19) dan terendah pada P0 (3.89)

Universitas Sumatera Utara

Panjang Buah (cm)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam panjang buah dapat dilihat pada
Lampiran 42 dan 43. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa komposisi media
tanam dengan pemberian pupuk organik cair, dan interaksi keduanya berpengaruh
tidak nyata terhadap panjang buah.
Rataan panjang buah pada komposisi media tanam dan pemberian pupuk
organik cair dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan panjang buah terhadap berbagai komposisi media tanam dan
pemberian pupuk organik cair.
Komposisi Media Tanam (M)
Pupuk
M1
M2
M3
Organik
Rataan
(ultisol : Pukan (ultisol :Pukan (ultisol : Kompos
Cair (P)
Sapi : Sekam) Ayam : Sekam)
: Sekam)
2:1:1
2:1:1
2:1:1
……………………..cm………………………
P0 = 0cc/l
15.13
16.37
15.96
15.82
P1 = 2cc/l
14.28
15.21
16.03
15.17
P2 = 4cc/l
16.07
16.58
15.12
15.92
P3 = 6cc/l
15.44
15.44
16.21
15.70
Rataan
15.23
15.90
15.83
15.65

Tabel 6 menunjukkan bahwa pada parameter panjang buah pada tanaman
paria tertinggi perlakuan komposisi media tanam terdapat pada perlakuan M2
(15.90) dan terendah pada M1 (15.23). Pada perlakuan pemberian pupuk organik
cair menunjukkan bahwa jumlah buah tertinggi pada P2 (15.92) dan terendah pada
P0 (15.82).
Diameter Buah (mm)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam diameter buah dapat dilihat pada
Lampiran 44 dan 45. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa komposisi media
tanam dengan pemberian pupuk organik cair, dan interaksi keduanya berpengaruh
tidak nyata terhadap diameter buah.

Universitas Sumatera Utara

Rataan diameter buah pada komposisi media tanam dan pemberian pupuk
organik cair dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan diameter buah terhadap berbagai komposisi media tanam dan
pemberian pupuk organik cair.
Komposisi Media Tanam (M)
Pupuk
M1
M2
M3
Organik
Rataan
(ultisol : Pukan (ultisol :Pukan (ultisol : Kompos
Cair (P)
Sapi : Sekam) Ayam : Sekam)
: Sekam)
2:1:1
2:1:1
2:1:1
…………………..…mm………………………
P0 = 0cc/l
38.38
42.67
38.21
39.75
P1 = 2cc/l
39.81
37.46
39.04
38.77
P2 = 4cc/l
39.43
39.47
41.77
40.22
P3 = 6cc/l
38.76
38.65
38.42
38.61
Rataan
39.10
39.56
39.36
39.34

Tabel 7 menunjukkan bahwa pada parameter diameter buah pada tanaman
paria tertinggi perlakuan komposisi media tanam terdapat pada perlakuan M2
(39.56) dan terendah pada M1 (39.10). Pada perlakuan pemberian pupuk organik
cair menunjukkan bahwa diameter buah tertinggi pada P2 (40.22) dan terendah
pada P3 (38.61).
Bobot Buah Segar Per Tanaman (g)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot buah segar per tanaman
dapat dilihat pada Lampiran 46 dan 47. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap bobot buah segar per
tanaman, pemberian pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap bobot
buah segar per tanaman. Interaksi komposisi media tanam dan pemberian pupuk
organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap boot buah segar per tanaman.
Rataan bobot buah segar per tanaman pada komposisi media tanam dan
pmeberian pupuk organik cair dapat dilihat pada Tabel 8 dan Gambar 6.

Universitas Sumatera Utara

Bobot Buah Segar Per Tanaman (g)

Tabel 8. Rataan bobot segar buah per tanaman terhadap berbagai komposisi media
tanam dan pemberian pupuk organik cair.
Komposisi Media Tanam (M)
M1
M2
M3
Pupuk
(ultisol :
(ultisol :
(ultisol :
Organik
Rataan
Pukan Sapi : Pukan Ayam :
Kompos :
Cair (P)
Sekam)
Sekam)
Sekam)
2:1:1
2:1:1
2:1:1
………………………..g……………………….
P0 = 0cc/l
443.40
658.36
466.18
522.64
P1 = 2cc/l
459.20
664.77
505.40
543.12
P2 = 4cc/l
492.64
670.89
520.31
561.28
P3 = 6cc/l
489.81
641.48
473.27
534.85
Rataan
471.26b
658.87a
491.29b
540.47
Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata
berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

660,00
640,00
620,00
600,00
580,00
560,00
540,00
520,00
500,00
480,00
460,00
440,00
420,00
400,00

658,87

491,29

471,26

M1

M2
Komposisi Media Tanam

M3

Gambar 6. Pengaruh perlakuan komposisi media tanam terhadap bobot
buah segar per tanaman

Tabel 8 dan Gambar 6 menunjukkan bahwa pada parameter bobot segar
buah per tanaman paria tertinggi pada perlakuan komposisi media tanam terdapat
pada perlakuan M2 (658.87) dan terendah pada M1 (471.26). Perlakuan M2
berbeda nyata dengan M1 dan M3. Pada perlakuan pemberian pupuk organik cair

Universitas Sumatera Utara

menunjukkan bahwa jumlah buah tertinggi pada P2 (561.28) dan terendah pada P0
(522.64).
Bobot Kering Tajuk (g)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot kering tajuk dapat dilihat
pada Lampiran 48 dan 49. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa komposisi
media tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk, pemberian pupuk
organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk. Interaksi
komposisi media tanam dan pemberian pupuk organik cair berpengaruh tidak
nyata terhadap bobot kering tajuk.
Rataan bobot kering akar pada komposisi media tanam dan pemberian
pupuk organik cair dapat dilihat pada Tabel 9 dan Gambar 7.
Tabel 9. Rataan bobot kering tajuk terhadap berbagai komposisi media tanam dan
pemberian pupuk organik cair.
Komposisi Media Tanam (M)
M1
M2
M3
Pupuk
(ultisol :
(ultisol :
(ultisol :
Organik Cair
Rataan
Pukan Sapi : Pukan Ayam :
Kompos :
(P)
Sekam)
Sekam)
Sekam)
2:1:1
2:1:1
2:1:1
……………………….g……………………….
P0 = 0cc/l
47.13
76.23
47.88
57.08
P1 = 2cc/l
53.59
71.77
67.48
64.28
P2 = 4cc/l
55.76
88.13
54.32
66.07
P3 = 6cc/l
50.77
74.70
70.11
65.19
Rataan
51.81b
77.71a
59.95b
63.15
Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata
berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara

Bobot Kering Tajuk (g)

79,00
77,00
75,00
73,00
71,00
69,00
67,00
65,00
63,00
61,00
59,00
57,00
55,00
53,00
51,00
49,00
47,00
45,00

77,71

59,95
51,81
M1

M2
Komposisi Media Tanam

M3

Gambar 7. Pengaruh perlakuan komposisi media tanam terhadap bobot
kering tajuk

Tabel 9 dan Gambar 7 menunjukkan bahwa pada parameter bobot kering
tajuk tanaman paria tertinggi perlakuan komposisi media tanam terdapat pada
perlakuan M2 (77.71) dan terendah pada M1 (51.81). Perlakuan M2 berbeda nyata
dengan M1 dan M3. Pada perlakuan pemberian pupuk organik cair menunjukkan
bahwa jumlah buah tertinggi pada P2 (66.07) dan terendah pada P0 (57.08).
Bobot Kering Akar (g)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot kering akar dapat dilihat
pada Lampiran 50 dan 51. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa komposisi
media tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar, pemberian pupuk
organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar. Interaksi
komposisi media tanam dan pemberian pupuk organik cair berpengaruh tidak
nyata terhadap bobot kering akar.
Rataan bobot kering akar pada komposisi media tanam dan pemberian
pupuk organik cair dapat dilihat pada Tabel 10 dan Gambar 8.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 10. Rataan bobot kering akar terhadap berbagai komposisi media tanam dan
pemberian pupuk organik cair.
Komposisi Media Tanam (M)
M1
M2
M3
Pupuk
(ultisol :
(ultisol :
(ultisol :
Organik Cair
Rataan
Pukan Sapi : Pukan Ayam :
Kompos :
(P)
Sekam)
Sekam)
Sekam)
2:1:1
2:1:1
2:1:1
................................g……..……………………
P0 = 0cc/l
6.86
11.92
10.10
9.63
P1 = 2cc/l
8.27
10.52
10.53
9.77
P2 = 4cc/l
8.43
14.13
9.58
10.71
P3 = 6cc/l
8.55
10.38
12.07
10.33
Rataan
8.03b
11.74a
10.57a
10.11
Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata
berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.
13,00

Bobot Kering Akar (g)

12,00
11,00
10,00
9,00
11,74

8,00

10,57

7,00
8,03
6,00
5,00
M1

M2
Komposisi Media Tanam

M3

Gambar 8. Pengaruh perlakuan komposisi media tanam terhadap bobot
kering akar

Tabel 10 dan gambar 8 menunjukkan bahwa pada parameter bobot kering
akar tanaman paria tertinggi pada perlakuan komposisi media tanam terdapat pada
perlakuan M2 (11.74) dan terendah pada M1 (8.03). Perlakuan M2 berbeda nyata
dengan M1 dan M3. Pada perlakuan pemberian pupuk organik cair menunjukkan
bahwa bobot kering akar tertinggi pada P2 (10.71) dan terendah pada P0 (9.63).

Universitas Sumatera Utara

Persentase Buah Normal (%)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam persentase buah normal dapat
dilihat pada Lampiran 52 dan 53. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
komposisi media tanam dengan pemberian pupuk organik cair, dan interaksi
keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap persentase buah normal.
Rataan persentase buah normal pada komposisi media tanam dan
pemberian pupuk organik cair dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Rataan persentase buah normal terhadap berbagai komposisi media
tanam dan pemberian pupuk organik cair.
Komposisi Media Tanam (M)
M1
M2
M3
Pupuk
(ultisol :
(ultisol :
(ultisol :
Organik Cair
Rataan
Pukan Sapi :
Pukan Ayam :
Kompos :
(P)
Sekam)
Sekam)
Sekam)
2:1:1
2:1:1
2:1:1
…………………….%..............................
P0
81.42
87.23
90.22
86.29
P1
93.45
83.97
86.57
88.00
P2
93.27
92.65
84.07
90.00
P3
91.73
87.30
89.38
89.47
Rataan
89.97
87.79
87.56
88.44

Tabel 11 menunjukkan bahwa pada parameter persentase buah normal
pada tanaman paria tertinggi perlakuan komposisi media tanam terdapat pada
perlakuan M1 (89.97) dan terendah pada M3 (87.56). Pada perlakuan pemberian
pupuk organik cair menunjukkan bahwa persentase buah normal tertinggi pada P2
(90.00) dan terendah pada P0 (86.29).

Universitas Sumatera Utara

Pembahasan
Pengaruh Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi
Tanaman Paria
Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan
komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman
(2-6 MSPT), jumlah daun (2-6 MSPT), jumlah cabang primer (4, 5, 6 dan, 7
MSPT), umur berbunga, jumlah buah, berat segar buah per tanaman, bobot kering
tajuk dan bobot kering akar.
Komposisi Media Tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman,
jumlah daun dan jumlah cabang primer (3-6 MSPT). Dari hasil analis
data statistik menunjukan bahwa nilai tertinggi pada parameter tinggi
tanaman, jumlah daun terdapat perlakuan M2 (Tanah Ultisol : Pukan Ayam :
Sekam) dan di ikuti perlakuan M3 (Tanah Ultisol : Pupuk Kompos : Sekam)
dan M1 (Tanah Ultisol : Pupuk Sapi : Sekam). Hal ini di sebabkan karena
peningkatan tinggi tanaman dan jumlah daun dipengaruhi oleh peranan unsur
nitrogen di dalam tanah. Tingginya kandungan nitrogen pada perlakuan M2
sebesar 3,16 % dan ini lebih baik daripada M1 sebesar 0,4 % dan M3 sebesar 2,5
% sehingga mampu mensuplai kebutuhan hara tanaman. Tanaman menyerap
nitrogen dalam bentuk nitrat (NO3-) dan amionium (NH4+), kemudian
membentuk asam amino, yang hasil akhirnya yaitu protein sehingga menghasilkan
komponen sel hidup yang baru. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mas’ud (1992)
bahwa nitrogen hadir sebagai satuan fundamental dalam protein. Protein sebagai
bahan vital berbagai enzim merupakan petunjuk kepentingan sentral dalam
seluruh proses metabolis dalam tanaman khususnya meningkatkan pertumbuhan
daun dan batang. Arinong, dkk (2005), bahwa pada tanah dengan kandungan

Universitas Sumatera Utara

nitrogen yang tinggi, maka pertumbuhan tanaman lebih mengarah kepada laju
pertumbuhan vegetatif. Dan juga pernyataan oleh Novizan (2002) yang
menyatakan bahwa nitrogen merupakan integral dari klorofil, yang merupakan
penyerap utama cahaya matahari untuk fotosintesis. Suplai N yang cukup
berhubungan dengan fotositesis yang tinggi, tanaman yang berwarna hijau gelap,
pertumbuhan vegetatif yang aktif seperti pembentukan tunas atau perkembangan
batang dan daun
Komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap umur berbunga,
jumlah buah, bobot buah segar per tanaman. Dari hasil analis data statistik
menunjukan bahwa nilai tertinggi pada parameter umur berbunga, jumlah buah,
bobot buah per segar terdapat pada perlakuan M2 (Tanah Ultisol : Pukan Ayam :
Sekam) dan di ikuti perlakuan M3 (Tanah Ultisol : Pupuk Kompos : Sekam) dan
M1 (Tanah Ultisol : Pupuk Sapi : Sekam). Hal ini di sebabkan karena peningkatan
umur berbunga, jumlah buah serta bobot segar buah pertanaman dipengaruhi oleh
peranan fosfor di dalam tanah. Unsur P berfungsi sebagai penyimpan dan transfer
energi untuk seluruh aktivitas metabolisme tanaman, sehingga dengan adanya
unsur P maka tanaman akan merasakan manfaat sebagai berikut ; Memacu
pertumbuhan akar dan membentuk sistem perakaran yang baik, Menggiatkan
pertumbuhan jaringan tanaman yang membentuk titik tumbuh tanaman, Memacu
pembentukan bunga dan pematangan buah/biji, sehingga mempercepat masa
panen, Memperbesar persentase terbentuknya bunga menjadi buah. Hal ini sesuai
dengan yang dinyatakan BPTP Kaltim (2014) yang menyatakan unsur P berfungsi
sebagai penyimpan dan transfer energi untuk seluruh aktivitas metabolisme
tanaman, sehingga dengan adanya unsur P maka tanaman akan merasakan manfaat

Universitas Sumatera Utara

sebagai berikut ; Memacu pertumbuhan akar dan membentuk sistem perakaran
yang baik, menggiatkan pertumbuhan jaringan tanaman yang membentuk titik
tumbuh tanaman, memacu pembentukan bunga dan pematangan buah/biji,
sehingga mempercepat masa panen, memperbesar persentase terbentuknya bunga
menjadi buah, menyusun dan menstabilkan dinding sel, sehingga menambah daya
tahan tanaman terhadap serangan hama penyakit.
Komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk
dan bobot kering akar. Dari hasil analis data statistik menunjukan bahwa nilai
tertinggi pada parameter bobot kering tajuk dan bobot kering akar terdapat pada
perlakuan M2 (Tanah Ultisol : Pukan Ayam : Sekam) dan di ikuti perlakuan M3
(Tanah Ultisol : Pupuk Kompos : Sekam) dan M1 (Tanah Ultisol : Pupuk Sapi.
Hal ini mungkin disebabkan karena komposisi media tanam M2 yang lebih porous
(gembur) dan subur (kaya unsur hara) dibandingkan M1 dan M3 karena media
yang porous dan subur berperan dalam hal perkembangan akar, akar akan cepat
berkembang dan mudah menyerap unsur hara yang terdapat didalam komposisi
media tanam sehingga membantu dalam pertumbuhan tanaman paria. Hal ini
didukung oleh pernyataan Fahmi (2011) yang meyatakan bahwa media tanah yang
baik harus memiliki keseimbangan antara kadar air dan aerasi (porositas). Struktur
yang kompak menjamin terjadinya kontak antara biji dengan media. Porositas
menjamin kontinuitas suplai air dan aerasi untuk respirasi akar, serta
mempermudah penetrasi akar.menyimpan air, dan memberi unsur hara.
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Paria
Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa pemberian pupuk
organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter yaitu tinggi

Universitas Sumatera Utara

tanaman, jumlah daun, jumlah cabang primer, umur berbunga, jumlah buah,
panjang buah, diameter buah, bobot buah segar per tanaman, bobot kering tajuk,
bobot kering akar, dan persentase buah normal. Pemberian Pupuk organik cair
berpengaruh tidak nyata pada semua parameter hal ini disebabkan karena pada
daun tanaman paria terdapat bulu daun. Adanya bulu-bulu yang terdapat pada
daun akan menghalangi menempelnya pupuk organik cair pada permukaan daun
sehingga tanaman tidak dapat menyerapnya. Hal ini didukung oleh maspary
(2012) yang menyatakan adanya bulu-bulu yang terdapat pada daun akan
menghalangi menempelnya butir-butir larutan pestisida dan pupuk daun pada
permukaan daun. Tentu hal tersebut akan menghambat penyerapan pestisida
sistemik dan pupuk daun bagi tanaman.
Pengaruh pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap
pertumbuhan tanaman karena faktor lingkungan, pupuk organik cair mudah
tercuci, dan mudah hilang akibat udara, dan unsur hara makro dan mikro yang
tidak mampu di serap tanaman, dibandingkan pupuk kandang sapi, pupuk kandang
ayam, dan kompos yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah,
dan dapat mencukupi kebutuhan tanaman.
Pengaruh Interaksi Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik
Cair Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Paria
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa interaksi perlakuan
komposisi media tanam dan pemberian pupuk organik cair berpengaruh tidak
nyata terhadap semua parameter. Hal ini disebabkan karena pengaruh komposisi
media tanam lebih besar dari pada pupuk organik cair, sehingga pengaruh pupuk
organik cair tertutupi. Hal ini didukung oleh pernyataan Sutedjo dan Kartasapoetra
(2006) yang menyatakan bahwa bila salah satu faktor lebih kuat pengaruhnya dari

Universitas Sumatera Utara

faktor lain sehingga faktor lain tersebut tertutupi dan masing-masing faktor
mempunyai sifat yang jauh berbeda pengaruhnya dan sifat kerjanya, sehingga
akan menghasilkan hubungan yang berbeda dalam mempengaruhi pertumbuhan
suatu tanaman.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan produksi yang
terbaik terdapat pada perlakuan dengan kombinasi M2P2 yaitu perlakuan
komposisi media tanam : tanah ultisol : pupuk kandang ayam : sekam (2 : 1 : 1)
(M2) dengan pupuk organik cair 2 ml/liter air (P2) sebanyak 670.9 g (18,6 ton/ha)
pada setiap tanaman. Hasil produksi ini belum mencapai dari produksi yang
tertera pada deskripsi varietas. Hal ini disebabkan dalam bahan organik yang
digunakan belum mampu mencukupi unsur hara makro yang dibutuhkan bagi
tanaman paria khususnya unsur N, P, dan K sehingga produksi buah yang
didapatkan belum optimum. Unsur N mampu meningkatkan pertumbuhan
vegetatif serta mempertinggi penyerapan unsur hara lainnya, peranan unsur P
mempengaruhi aktifitas sel yang berperan dalam perkembangan sel tanaman yang
dimana hal ini adalah meningkatkan pertumbuhan generatif seperti halnya
mempercepat pembuahan dan pematangan buah, dan unsu K memiliki peran
sebagai unsur yang mobile dalam tanaman dan membantu proses pertumbuhan
dalam tanaman. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Jumin (1994) dan
Nyakpa (1988) yang menyatakan bahwa unsur N mampu meningkatkan
pertumbuhan vegetatif tanaman serta mempertinggi penyerapan unsur hara
lainnya. Peranan unsur P didalam tanaman mempengaruhi aktifitas sel tanaman
berupa unit-unit nukleotida yang merupakan suatu ikatan penyusun RNA dan

Universitas Sumatera Utara

DNA yang berperan dalam perkembangan sel tanaman. Unsur kalium merupakan
unsur yang mobile di dalam tanaman juga berperan dalam proses metabolisme N.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.

Komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman paria yaitu pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun,
jumlah cabang primer, umur berbunga, jumlah buah, bobot buah segar per
tanaman, bobot kering tajuk dan bobot kering akar. Perlakuan terbaik
didapatkan pada M2 : Tanah Ultisol : Pupuk Kandang Ayam : Sekam
(2:1:1).

2.

Pemberian pupuk organik cair pada tanaman paria berpengaruh tidak nyata
karena tidak meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman paria secara
statistik terhadap variabel respon yang diamati. Perlakuan terbaik
didapatkan pada P2 (4 ml/liter air).

3.

Interaksi komposisi media tanam dan pemberian pupuk organik cair
berpengaruh tidak nyata terhadap semua parame

Dokumen yang terkait

Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) Terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian EM4 (Effective Microorganisms)

0 2 96

Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair

0 0 16

Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair

0 0 2

Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair

0 0 4

Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair

0 0 9

Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair

0 0 3

Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) Terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian EM4 (Effective Microorganisms)

0 0 15

Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) Terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian EM4 (Effective Microorganisms)

0 0 2

Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) Terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian EM4 (Effective Microorganisms)

0 0 4

Respons Pertumbuhan dan Produksi Paria (Momordica charantia L.) Terhadap Beberapa Komposisi Media Tanam dan Pemberian EM4 (Effective Microorganisms)

0 0 8