Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penyampaian Informasi Periklanan Barang Produksinya Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap hari tanpa sadar kita selalu digoda iklan. Sejak mulai berangkat
dari rumah, membaca surat kabar, melihat reklame, pamflet, menyetel radio,
televisi, sampai kembali keerumah. Mulai dari iklan yang bermutu sampai iklan
yang hanya menjual mimpi, selalu mengikuti kemana dan dimanapun kita berada
pun kita berada. Hanya waktu tidur saja si “penggoda” tersebut tidak mengusik
kita. Tataran ekonomi khususnya pada aspek pemasaran (marketing) iklan
menempati posisi penting. Setiap perusahaan selalu mengalokasikan dana khusus
yang tidak sedikit untuk keperluan periklanannya. Ada iklan yang berhasil
mendongkrak produk penjualan, tetapi tidak sedikit pula yang produk
penjualannya biasa-biasa saja atau bahkan menurun. Mobilitas kreativitas beriklan
yang sangat tinggi dan informasi dengan segala atribut dan instrumen
pendukungnya yang begitu sensaional, tidak jarang menembus batas rasionalitas.
Daya pikat psikologis dan sentimen-sentimen konsumtif menjadi sasaran utama
sebagian besar pelaku usaha periklanan 1
Yusuf Shofie, iklan termasuk salah satu dari 6 (enam) sebab potensial
yang dapat menimbulkan kerugian bagi konsumen, yaitu: 2
1.


Ketidaksesuaian iklan/informasi produk dengan kenyataan;

1

Taufik H Simatupang. Aspek Hukum Periklanan dalam Perspektif Perlindungan
Konsumen. (Bandung: Citra Aditya Bakti. 2004), hlm. 1.
2
Ibid, hlm. 17.

1
Universitas Sumatera Utara

2

2.

Produk tidak sesuai dengan standar ketentuan/peraturan perundangundangan;

3.


Produk cacat meskipun masih dalam garansi atau belum kadaluarasa;

4.

Tingkat keamanan produk diinformasikan tidak secara proporsional;

5.

Sikap konsumtif konsumen;

6.

Ketidaktahuan konsumen tentang penggunaan produk;
Sebagai alat promosi, iklan memegang peranan penting bagi pelaku

usaha (produsen) untuk menunjang sekaligus meningkatkan usahanya. Melalui
jasa periklanan pengusaha mencoba memancing dan membangkitkan minat
(animo) konsumen, untuk membeli produk barang atau jasa. Konsumen pun
memerlukan iklan sebagai salah satu alat informasi untuk mengetahui produk

konsumsi yang mereka butuhkan. Hakikat iklan bagi konsumen merupakan janji
dari semua pihak yang mengumumkannya. 3 Berdasarkan janji-janji tersebut,
konsumen akan dapat menilai kejujuran pelaku usaha dalam menyampaikan
informasi produk melalui iklan.
Indonesia gerakan untuk memberikan perlindungan terhadap konsumen
telah melahirkan Undang-undang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disingkat
UUPK) No. 8 Tahun 1999, yang berfungsi sebagai payung hukum bagi
pengaturan perlindungan konsumen yang telah ada sebelumnya. Norma-norma
perlindungan konsumen lainnya diluar UUPK, dapat dijadikan sebagai acuan
dengan menempatkan UUPK sebagi sistem perlindungan hukum terhadap
konsumen. Melalui ketentuan tersebut dapat dipahami secara implisit, bahwa
3

Dedi Heryanto. Perlindungan Hukum Bagi konsumen Terhadap Iklan Yang
Menyesatkan. ( Bogor: Ghlmia Indonesia, 2010), hlm. 1

Universitas Sumatera Utara

3


UUPK merupakan ketentuan khusus lex specialis terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan yang sudah ada sebelum UUPK lex generalis. 4 Undangundang Perlindungan Konsumen terdapat beberapa pasal yang mengatur tentang
periklanan, dalam pasal 1 disebutkan bahwa :
“Promosi adalah kegiatan pengenalan atau penyebarluasan informasi suatu
barang dan/ atau jasa untuk menarik minat beli konsumen terhadaap barang
dan/ atau jasa yang akan dan sedang diperdagangkan”.
Kemudian tentang perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha, seperti
yang terdapat dalam pasal 9 yang menjelaskan bahwa pelaku usaha dilarang
menawarkan, mempromosikan, dan mengiklankan suatu barang dan/ atau jasa
secara tidak benar dan atau seolah-olah produk tersebut memiliki potongan harga,
keadaanya baik, meiliki sponsor, tidak mengandung cacat tersembunyi,
merendahkan produk lain yang sejenis, menggunakan kata-kata yang berlebihan,
dan mengandung janji yang belum pasti. Pasal 10 berkenaan dengan informasi
iklan yang membuat pernyataan yang tidak benar dan menyesatkan, baik
menyangkut harga, kegunaan, kondisi, jaminan/garansi, maupunn daya tarik
potongan harga (discount) yang belum tentu benar. Pasal 12 tentang iklan yng
menawarkan, mempromosikan produk dengan tarif khusus, dalam waktu dan
jumlah tertentu. Kecenderungan ini sering kali dilakukan pelaku usaha dalam
iklan perumahan, padahal kenyataannya tipe rumah dimaksud tidak tersedia dan
akhirnya konsumen diarahkan pada tipe lain yang justru lebih mahal. Pasal 13

tentang iklan produk barang dan jasa dengan memberikan janji pemberian
4

Dedi harianto Op.Cit, hlm. 13.

Universitas Sumatera Utara

4

souvenir atau hadiah secara gratis, tetapi ketika produk dibeli, janji tersebut tidak
dipenuhi dengan dalih persediaan sudah habis. Pasal 14 yang berkenaan dengan
janji iklan dalam undian yang tidak dipenuhi pelaku usaha atau mengganti dengan
hadiah lain,bahkan sering kali undian tersebut ternyata tidak ada kalaupun ada
tidak diumumkan secara patut melalui media yang diketahui konsumen secara
luas. Pasal 15 tentang penawaran barang yang secara paksa, baik fisik maupun
psikis. Pasal 16 tentang produk melalui pesanan yang tidak sesuai dengan
kesepakatan semula atau waktu pengiriman pesanan seperti yang dijanjikan. Dan
dalam pasal 17 diatur khusus mengenai Perbuatan Yang Dilarang Bagi Pelaku
Usaha. 5
Menurut Dedi Harianto, berkaitan dengn pengaturan kegiatan periklanan,

setidaknya terdapat tiga manfaat yang akan diperoleh konsumen, yaitu: 6
1.

Pilihan konsumen atas alternatif yang ada akan lebih baik jika konsumen
mendapat informasi yang lebih banyak dari pasar. Misalnya, seorang wanita
yang mengandungakan memperoleh manfaat bagi diri dan anak yang
dikandungnyajika setiap produsen menempatkan label peringatan bahaya
pada setiap kemasan mi uman beralkohol yang dipasarkannya;

2.

Jika konsumen mendapatkan informasi yang lebih baik, maka kualitas produk
cenderung akan mengalami perbaikan, sebagai respon atas perubahan
kebutuhan dan preferensi konsumen. Misal, ketika konsumen mulai belajar
mengenai lemak dan kolestrol, produsen makanan mulai memasarkan produk
makanan yang lebih sehat.
5
6

Taufik H Simatupang op.it hlm. 20.

Dedi harianto Op. Cit hlm. 31.

Universitas Sumatera Utara

5

3.

Penurunan harga akibat berkurangnya kekuatan informasi pasar penjual.
Misalnya, harga mobil bekas pasti akan jatuh jika para dealer dituntut untuk
menginformasikan konsumen mengenai kerusakan pada mobil tersebut,
karena konsumen tidak akan bersedia membeli kendaraan jika diketahui
bermasalah
Periklanan sebagai salah satu sarana pemasaran dan sarana penerangan

memegang peranan penting di dalam pembangunan yang dilaksanakan bangsa
Indonesia. Sebagai sarana penerangan dan pemasaran, periklanan merupakan
bagian dari kehidupan media komunikasi yang vital bagi dunia usaha, serta
berfungsi menunjang pembangunan. 7 Iklan sebagai sarana promosi seharusnya
menyampaikan kepada konsumen informasi atas suatu produk yang jelas, jujur

dan bertanggung jawab. Hal ini pun telah diatur secara jelas dan sama, secara
garis besar, dalam Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, Undang-undang No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, dan Tata
Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia ( TKTCPI ) yang disusun oleh
Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia, dan masih banyak lagi peraturan
perundang-undangan lain yang mengatur mengenai periklanan.
Hak atas Informasi yang benar merupakan salah satu hak universal
konsumen yang harus dihormati dan dilindungi. Pelaku usaha dalam
menyampaikan informasi haruslah secara lengkap dan benar sehingga tidak ada
suatu hal yang penting yang semestinya menjadi hak konsumen tidak tercantum di
dalamnya atau bahkan sengaja disembunyikan. Informasi tersebut harus dapat
7

Netty Endrawaty, ”Tanggung jawab Pelaku usaha atas iklan yang menyesatkan”
Perspektif, Edisi XII, Oktober 2006, hlm. 38.

Universitas Sumatera Utara

6


juga dipahami secara mudah karena jika tidak dapat dipahami maka informasi
tidak akan berguna sama sekali. Informasi yang tidak lengkap dan tidak memadai
yang disampaikan kepada konsumen dapat menimbulkan kesan yang keliru
(misleading) pada konsumen yang menyebabkan konsumen mersasa tertipu. 8
Konsumen perlu diberikan suatu perlindungan khusus terhadap informasi
iklan barang dan jasa. Perlunya peraturan yang mengatur perlindungan konsumen
karena lemahnya posisi konsumen dibandingkan posisi pelaku usaha, karena
mengenai proses sampai hasil produksi barang atau jasa yang telah dihasilkan
tanpa campur tangan konsumen sedikitpun sehingga kenyataan konsumen selalu
berada dalam posisi yang dirugikan. Campur tangan negara sendiri dimaksudkan
untuk melindungi hak-hak konsumen.
Janus Sidabalok mengemukakan ada empat alasan pokok mengapa
konsumen perlu dilindungi, yaitu sebagai berikut: 9
1.

Melindung konsumen sama artinya dengan melindungi seluruh bangsa
sebagaimana diamanatkan oleh tujuan pembangunan nasional menurut
Undang-Undang Dasar 1945;

2.


Melindungi konsumen perlu untuk menghindarkan konsumen dari dampak
negatif penggunaan teknologi;

3.

Melindungi konsumen perlu untuk melahirkan manusia-manusia yang sehat
rohani dan jasmani sebagai pelaku-pelaku pembangunan, yang berarti juga
menjaga kesinambungan pembangunan nasional;

8

9

http://rifqin.blogspot.com/2008/04/informasi-tidak-seimbang-dalam-iklan.html, diakses
20 Maret 2016.
Janus Sidabalok. Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. (Bandung: PT Citra
Aditya Bakt i 2006), hlm. 6.

Universitas Sumatera Utara


7

4.

Melindungi konsumen perlu untuk menjamin sumber dana pembangunan
yang bersumber dari masyarakat konsumen
Praktisi periklanan dalam membuat iklan telah dikawal oleh kode etik

dan atau tata krama dan tata cara periklanan, namun penerapannya etika
periklanan dirasa kurang efektif. Hal ini disebabkan lebih banyak perusahaan yang
tidak mematuhi, apalagi terhadap pelanggaran kode etik tersebut tidak dikenai
sanksi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merumuskan masalah yang
akan dibahas adalah sebagai berikut :
1.

Bagaimana Pengaturan Iklan di Indonesia?

2.

Bagaimana Pengaturan Mengenai Penyampaian Informasi Iklan?

3.

Bagaimana Lingkup Pertanggungjawaban Pihak Terkait Dalam Penyampaian
Informasi Iklan Ditinjau Dari Undang-Undang Perlindungan Konsumen?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1.

Mengetahui Pengaturan Tayangan Iklan Rokok dalam Undang-Undang
Perlindungan Konsumen dan Etika Pariwara Indonesia serta Bentuk-Bentuk
Pelanggaran Tayangan Iklan yang Kerap Terjadi.

Universitas Sumatera Utara

8

2.

Mengetahui Penyampaian Informasi dalam iklan yang sesuai dengan Standar
baik yang diatur melalui Undang-undang yang mengatur tentang hal tersebut
maupun peraturan lainnya

3.

Mengetahui

Pertanggungjawaban

Pelaku

Usaha

Periklanan

terhadap

Penyampaian Informasi Iklan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan manfaat
praktis sebagai berikut :
1.

Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
sumbangan pemikiran bagi peneyempurnaan peraturan perundang-undangan
di bidang perlindungan konsumen, khususnya berkaitan dengan penyampaian
informasi iklan. Selain itu, hasil penelitian ini juga akan dapat menambah
khasanah kepustakaan di bidang perlindungan konsumen pada umumnya, dan
media Universitas Sumatera Utara periklanan pada khususnya, serta dapat
dijadikan sebagai bahan informasi yang memuat data empiris sebagai dasar
penelitian selanjutnya.

2.

Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan
Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen Indonesia (YLKI), Persatuan
Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) dan Pemerintah dalam menata
Peraturan Perlindungan Konsumen serta peraturan yang berkaitan dengan
periklanan di Indonesia, juga bagi para produsen, serta masyarakat umum,
mengenai berbagai problema praktis yang dihadapi dalam menegakkan hak
konsumen dalam memperoleh informasi produk, terutama melalui media
iklan juga dapat dijadikan sebagai landasan operasional bagi instansi yang

Universitas Sumatera Utara

9

terkait dalam menanggulangi hambatan-hambatan dalam penerapan peraturan
perlindungan konsumen pada umumnya, hak konsumen atas informasi
melalui media iklan pada khususnya.

D. Tinjauan Kepustakaan
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentan Perlindungan Konsumen
Pasal 1 Angka 6 merumuskan Promosi adalah kegiatan pegenalan atau
penyebarluasan informasi suatu barang dan/atau jasa untuk menarik minat beli
konsumen terhadap barang dan/atau jasa yang akan dan sedang diperdagangkan.
Pasal 17 Ayat 1 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen menyebutkan bahawa pelaku usaha periklanan dilarang
memproduksi iklan yang mengelabui konsumen mngenai kualitas, kuantitas,
bahan, kegunaan dan barang dan/atau jasa; mengelabi jaminan/garansi
terhadapbarang dan/atau jasa; memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak
tepat mengenai baran dan atau jasa, pernyataan salah; tidak memuat informasi
megenai risiko pemakaian barang dan/atau jasa; mengeksploitasi kejadian
dan/atau seseorang tanpa seizin yang berwenang atau persetujuan yang
bersangkutan; melanggar etika dan/atau jasa ketentuan peraturan perundangundangan mengeni periklanan, dalam Ayat 2 pada pasal ini pula disebutkan
bahwa pelaku usaha periklanan dilarang melanjutkan peredaran iklan yang telah
melanggar ketentuan yang termuat pada ayat 1 tersebut

Universitas Sumatera Utara

10

Pasal 20 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 menyebutkan pula bahwa
pelaku usaha periklanan bertanggung jawab atas iklan yang diproduksi dan segala
akibat yang ditimbulkan oleh iklan tersebut

E. Metode Penelitian
Metode penelitian hukum yang digunakan oleh penulis dalam
mengerjakan skripsi ini meliputi :
1.

Jenis Penelitian
Penulisan skripsi ini, metode yang digunakan adalah yuridis normatif.
Penelitian yuridis normatif merupakan penelitian kepustakaan yaitu penelitian
terhadap data sekunder. 10 Data sekunder dalam skripsi ini yaitu kajian yang
digunakan terhadap peraturan peraturan perundang-undangan dan berbagai
literatur yang berhubungan dengan judul skripsi

2.

Jenis Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam skripsi ini adalah Data Sekunder yaitu data yang
diperoleh melalui studi kepustakaan, meliputi peraturan perundang-undangan,
buku, situs internet, media massa, dan kamus serta data lain yang terdiri
atas: 11
a.

Bahan Hukum Primer, yaitu : Norma atau kaedah dasar seperti
Pembukaan UUD 1945, Peraturan Dasar seperti Peraturan Perundangundangan yang meliputi Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan
Peraturan Menteri.
10

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : Ghlmia Indonesia,
2003), hlm. 24.
11
Ibid, hlm 24-25

Universitas Sumatera Utara

11

b.

Bahan Hukum Sekunder, yaitu : Buku-buku yang memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer.

c.

Bahan Hukum Tertier, yaitu : Kamus, bahan dari internet dan lain-lain
yang merupakan bahan hukum yang memberikan penjelasan tentang
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

3.

Alat Pengumpulan Data
Alat Pengumpulan Data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
metode library research (penelitian kepustakaan), yaitu dengan mempelajari
peraturan perundang-undangan, buku, situs internet, media massa, dan kamus
yang berkaitan dengan judul skripsi ini yang bersifat teoritis ilmiah yang
dapat dipergunakan sebagai dasar dalam penelitian dan menganalisa
masalahmasalah yang dihadapi.

4.

Analisis Data
Menganalisis data, penulis menggunakan metode analisis kualitatif. Metode
kualitatif digunakan agar penulis dapat mengerti dan memahami gejala.
Skripsi ini digunakan metode analisis kualitatif agar lebih fokus kepada
analisis hukumnya dan menelaah bahan-bahan hukum baik yang berasal dari
peraturan perundang-undangan, buku-buku, bahan dari internet, kamus dan
lain-lain yang berhubungan dengan judul skripsi yang dapat digunakan untuk
menjawab persoalan yang dihadapi.

F. Keaslian Penulisan
Skripsi yang berjudul “Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap
Penyampaian Informasi Iklan Barang Produksinya Ditinjau Dari Undang-

Universitas Sumatera Utara

12

Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen” ini merupakan
benar hasil karya penulis sendiri, tanpa meniru Judul dari Karya Tulis milik orang
lain oleh karenanya keaslian dan kebenaran ini dapat dipertanggungjawabkan oleh
penulis sendiri dan telah sesuai dengan asas-asas keilmuan yang harus dijunjung
tinggi secara akademik yaitu kejujuran, rasional , objektif dan terbuka.
Sebelumnya telah dilakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang
tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Pusat dokumentasi dan
informasi hukum/perpustakaan Universitas cabang fakultas hukum USU melalui
surat yang menyatakan bahwa tidak ada judul yang sama.

G. Sistematika Penulisan
Berdasarkan penguraian isi dari skripsi ini, serta untuk lebih
mengarahkan pembaca, maka berikut ini penulis membuat sistematika penulisan /
gambaran isi skripsi ini sebagai berikut:
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang menguraikan mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penelitian,

tinjauan

pustaka, yang diakhiri dengan metode penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II

PENGATURAN

INFORMASI

PERIKLANAN

DI

INDONESIA

Universitas Sumatera Utara

13

Bab ini akan membahas mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan dasar pengaturan periklanan di Indonesia, pengertian
periklanan, dan

pihak-pihak

yang

terkait

dalam

bisnis

periklanan, serta aspek hukum periklanan.
BAB III

PENYAMPAIAN

INFORMASI

PERIKLANAN

DI

INDONESIA
Bab ini akan membahas mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan pengertian dan latar belakang penyampaian informasi
iklan dan pengaturan iklan di Indonesia, fungsi dan tujuan
penyampaian informasi iklan, standar penentuan penyampaian
informasi iklan, serta penerapan umum dan khusus dalam
penyampaian informasi iklan sesuai tata cara periklanan
Indonesia.
BAB IV

PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM PENYAMPAIAN
INFORMASI IKLAN BARANG PRODUKSINYA OLEH
PELAKU

USAHA

MENURUT

UNDANG-UNDANG

NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN
KONSUMEN
Bab ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan pelanggaran
kode etik dalam periklanan, unsur-unsur yang dilarang dalam
periklanan, dan pertanggungjawaban hukum oleh pelaku usaha
periklanan terhadap penyampaian iklan menurut UndangUndang No. 8 Tahun 1999

Universitas Sumatera Utara

14

BAB V

PENUTUP
Bab ini dibahas mengenai kesimpulan dan saran sebagai hasil
dari pembahasan dan penguraian skripsi ini secara keseluruhan.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Agen Asuransi Dalam Penyampaian Informasi Produk Ditinjau Dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

7 93 117

Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 86 105

TANGGUNG JAWAB PERBUATAN MELAWAN HUKUM PELAKU USAHA PENJUAL SMARTPHONE TERHADAP KONSUMEN BERDASARKAN UNDANG–UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

0 7 27

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penyampaian Informasi Periklanan Barang Produksinya Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 44 104

TANGGUNG JAWAD PELAKU USAHA TERHADAP KERUGIAN KONSUMEN AKIBAT INFORMASI YANG TlDAKJELAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG No 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 6

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penyampaian Informasi Periklanan Barang Produksinya Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 0 7

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penyampaian Informasi Periklanan Barang Produksinya Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 0 1

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penyampaian Informasi Periklanan Barang Produksinya Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 0 37

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penyampaian Informasi Periklanan Barang Produksinya Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 0 4

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN - Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 1 33