Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemakaian Botol Minuman Berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Kota Medan 2015

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap oranguntuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk dapat hidup layak, produktif, serta mampu bersaing untuk meningkatkan taraf hidupnya. Keadaan untuk hidup sehat dilakukan melalui upaya peningkatan kualitas hidup. Dalam bidang kesehatan sebagaimana telah ditetapkan dalam SKN, upaya peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat jasmani, rohani, dan sosial juga ditunjang oleh peran aktif masyarakat (SKN, 2004).

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan pemerintah dan atau masyarakat. Hal ini dilakukan individu, kelompok, atau masyarakat, lembaga pemerintah, ataupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), sehingga pembangunan kesehatan mengupayakan agar dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Nyoman, 2007).

Manusia memiliki kebutuhan dasar yang digambarkan sebagai sebuah hierarki kebutuhan Maslow. Kebutuhan paling dasar setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yakni kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, antara lain pemenuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan


(2)

(minuman), nutrisi (makanan), istirahat dan tidur, aktivitas, keseimbangan suhu tubuh, dan seksual (Supratinya, 1987).

Dewasa ini, kebutuhan cairan manusia meningkat pesat dimana salah satu penyebabnya adalah suhu panas di Kota Medan mencapai hingga 36oC dan suhu ini merupakan suhu tertingg sejak awal 2014 silam (Analisa, 2014). Manusia modern sekarang cenderung memilih yang instan, simple, dan trend. Gaya hidup yang memengaruhi perubahan perilaku manusia ini salah satunya adalah perilaku menggunakan plastik yang acapkali pemakaian plastik ini tidak diikuti dengan pengetahun tentang bahayanya baik terhadap lingkungan maupun penyakit yang mungkin dapat disebabkan dari reaksi kimia pada plastik tersebut.

Pemakaian barang-barang yang terbuat dari bahan polimer semakin meningkat. Hal ini disebabkan polimer mempunyai banyak kelebihan yang mulai diperhitungkan oleh masyarakat. Polimer sangat mudah dan ekonomis untuk dibuat dan dicetak dengan bentuk serumit apapun (Hartomo, 1993).

Kemasan plastik mulai berkembang sejak plastik ditemukan tahun 1862 oleh JL Baldwin yang diciptakan dari getah karet, lalu berkembang lagi tahun 1866 oleh John Wesley Hyatt dan sejak itulah mulai berkembang kemasan plastik untuk berbagai jenis makanan dan minuman (Ompusunggu, 2010).

Negara Eropa (2007) menggunakan kemasan plastik sebanyak 62%, kaca 10%, dan kertas 18%. Data lain menunjukkan di Asia penggunaan kemasan plastik sudah mencapai 40%, kaca 12%, dan kertas 10%. Mungkin data ini meningkat jumlah persentasenya dari tahun ke tahun.

Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang (2001)meneliti bahwa polysterene dapat menjadi penyebab kanker dan berpengaruh pada sistem saraf pusat. Sedangkan poly vinyl chlorida dan vinylidene chloride resin merupakan


(3)

dioksin, yaitu senyawa kimia yang digolongkan sebagai penyebab utama kanker karena sifatnya yang sangat beracun.

Penggunaan kemasan plastik selain menguntungkan juga menimbulkan masalah bagi masyarakat. Salah satu permasalahan kesehatan yang diakibatkan oleh bahan plastik, yaitu plastik melepaskan senyawa karsinogenik (penyebab kanker), yang mampu merangsang pertumbuhan sel kanker. Risiko gangguan kesehatan yang dibawa bahan plastik sangat berdampak bagi kesehatan anak-anak, karena organ tubuh mereka masih sangat lemah yang dapat berdampak selama periode emas pertumbuhan anak, meskipun akibatnya tidak langsung tampak. Apalagi, sistem kekebalan tubuhnya juga masih belum sempurna dan bisa mengakibatkan kanker (Nurminah, 2002).

Penelitian Nurminah (2002), bahwa kemasan plastik memiliki dampak terhadap produk yang dikemasnya terutama sifat fisiknya. Penelitian yang dilakukan oleh Siswi (2009) pada anak sekolah dasar, menyarankan para orang tua dan para guru lebih mengawasi penggunaan botol yang terbuat dari bahan Polyethylene Terephthalate (kode 1 yang dilingkari segitiga yang biasanya terdapat di bawah botol) dan High Density Polyethylene (kode 2 yang dilingkari segitiga yang biasanya terdapat di bawah botol) berulang kali oleh anak-anak sekolah dasar yang seharusnya hanya direkomendasikan untuk sekali pakai.

Di Indonesia, kemasan plastik sudah mendominasi industri makanan dan kemasan luwes (fleksibel) menempati porsi 80%. Jumlah plastik yang digunakan untuk mengemas, menyimpan dan membungkus makanan mencapai 53% khusus untuk kemasan luwes, sedangkan kemasan kaku sudah mulai banyak digunakan untuk minuman (Sulchan dan Endang, 2007).


(4)

Penggunaan kemasan pangan merupakan hal yang melekat dengan kehidupan masyarakat modern sekarang. Kemasan pangan berfungsi untuk melindungi pangan dari kerusakan fisik, kerusakan kimia, dan kerusakan biologik sehingga masa simpan (shelf life) pangan menjadi lebih panjang (BPOM RI, 2009).

Dalam salah satu seminar LIPI tentang “Plastik yang Aman Digunakan” pada tahun 2006, dijelaskan bahwa pemakaian material plastik untuk kemasan dari tahun ke tahun semakin meningkat, hal ini disebabkan karena material banyak mempunyai sifat unggul, seperti ringan, transparan, tahan air, dan harganya relatif murah. Namun di samping sifat unggulnya, masih mempunyai kelemahan misalnya material ini tidak bisa hancur baik oleh cuaca maupun oleh mikroba yang hidup dalam tanah.

Jenis plastik yang terbanyak digunakan dan diperjual-belikan adalah Poli Etilen (PE), Poli Vinyl Klorida (PVC), Poli Provilen (PP), Poli Styrene, Poli Etilen Terapthalate (PET). Dan jenis plastik yang jarang diproduksi dan digunakan adalah Etilen Vinyl Asetat (EVA), Ionomer (IO), Coplimer Polivinyl Etilen Alkohol (CPEA), Poli Vinyliden Klorida (PVC) (Albert, 2006).

Setiap wadah plastik dicantumkan tanda dan kode angka untuk mengidentifikasi plastik sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh SPI (Society of Plastic Industry) di Amerika Serikat. Kode-kode ini dicetuskan oleh ISO (International Organization for Standardization) dan kemudian diikuti oleh lembaga berwenang, seperti FDA (Food & Drugs Administration), EPSA (European Food Safety Authority), dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk Indonesia (Utiya, 2009).


(5)

Sudah jarang kita temukan wadah makanan atau minuman yang terbuat dari kaca. Plastik-plastik itu dikemas dengan bentuk-bentuk dan aneka warna yang menarik perhatian masyarakat sekarang. Mulai dari kemasan minuman dingin oleh penjual es cendol misal, pastilah dihidangkan dengan plastik bening dan diberikan pipet yang juga dari plastik kepada konsumen atau pembeli es cendol tersebut. Padahal, terkandung bahan-bahan kimia yang membayakan pada plastik itu sekalipun dimasukkan air panas atau hangat bahkan yang dingin.

Ada juga botol minuman berplastik seperti botol air mineral, sering kali digunakan atau dipakai berulang-ulang. Padahal sebenarnya, botol plastik kemasan tersebut hanya untuk sekali pakai. Bahkan disimpan bila fisiknya belum rusak atau masih terlihat bagus untuk digunakan keperluan lainnya, seperti menjadi wadah menyimpan sisa minyak goreng, padahal harusnya tidak digunakan sama sekali khususnya untuk berkontaminasi dengan makanan/minuman.

Masyarakat berminat untuk menggunakan plastik tersebut, sehingga produsen secara besar-besaran memproduksi plastik wadah untuk memenuhi permintaan masyarakat (Sutrisno, 2006). Ada standar kesehatan yang harus dipenuhi oleh produsen AMDK (Air Minum Dalam Kemasan). Standar itu bertujuan untuk meminimalkan bakteri yang ada di dalam kemasan. Bila segelnya telah dirusak maka botol itu tidak layak dipakai. Sebab, botol kemasan itu dibuat dari bahan Polyethylene Terephthalate atau PET yang mengandung karsinogen (penyebab kanker). Zat itu membahayakan kesehatan tubuh bila terminum. Melalui serangkaian standar sterilisasi botol, saat masih tersegel, zat tersebut bersifat tidak aktif. Jumlah bakteri yang ada dalam botol itu pun dipastikan tak melampaui ambang batas toleransi. (Sparinga, 2013).


(6)

Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) sebenarnya ada sekitar 100.000 mikroba yang tertidur, terlebih lagi dengan kemasan yang menggunakan bahan plastik. Mikroba yang sudah ada dalam kemasan itu ibaratnya tertidur dan saat terpapar matahari atau berada pada suhu 50-55 derajat Celcius dapat membangunkannya dan terus berkembang menjadi banyak, maka itu perlu cermat menyimpannya. Paparan matahari juga dapat mengoksidasi bahan plastik kemasan tersebut dan jika mikroba di dalamnya merupakan bakteri patogen, bisa berbahaya (Sparinga, 2013).

Penggunaan kemasan minuman plastik dengan kode 1 dan 2 yang direkomendasikan oleh BPOM hanya untuk sekali pakai tapi terlalu sering dipakai, apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat atau panas, akan mengakibatkan lapisan polimer pada kemasan minuman tersebut akan meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) dalam jangka panjang.Oleh karena itu, minuman yang masih panas jangan langsung dimasukkan ke dalam plastik. Hidangan panas sebaiknya didinginkan dahulu di alas yang berkaca atau stainless, jangan dimasukkan ke dalam wadah yang terbuat dari plastik (Albert, 2006).

Upaya promosi kesehatan melalui media massa, seperti internet, televisi, radio, majalah, atau bahkan teman sesama ibu dan penjual botol minuman perlu dikoreksi sudah sejauh mana informasi tentang pemakaian botol minuman ini disosialisasikan kepada masyarakat.

Kotamadya Medan merupakan ibu kota atau pusat pemerintahan Provinsi Sumatera Utara yang memiliki 21 kecamatan dan 151 kelurahan. Salah satu kecamatannya adalah Kecamatan MedanDeli dengan luas wilayah 20,84 km2, jumlah penduduk yang paling banyak yaitu 171.951 jiwa, merupakan kecamatan


(7)

yang paling tinggi rata-rata produksi sampah per harinya, yaitu 132,400 ton per hari, dan terbagi atas 6 kelurahan. Kelurahan Tanjung Mulia Hilir merupakan salah satu kelurahannya dengan luas wilayah 3,25 km2, jumlah penduduk sebanyak 34.678 jiwa, dan kepadatan penduduk per km2 paling tinggi, yaitu 10.560 km2. (BPS Medan, 2014).

Dilihat dari kepadatan penduduk di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir ini mengakibatkan aktivitas fisik juga tinggi. Di sinilah peran seorang ibu untuk memelihara, menjaga, dan meningkatkan derajat kesehatan keluarga. Sebagai pengelola rumah tangga, ibu selalu dilibatkan secara langsung dengan plastik. Hal ini dapat dilihat karena kaum perempuan banyak berinteraksi dengan plastik sebagai kebutuhan rumah tangganya (Rahma, 2009).

Berdasarkan uraian-uraian permasalahan tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemakaian Botol Minuman Berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli Kota Medan”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang diangkat adalah hubungan pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga terhadap pemakaian botol minuman berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli tahun 2015.


(8)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga terhadap pemakaian botol minuman berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli tahun 2015

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran faktor internal dan faktor eksternal, yaitu: a. Faktor internal: karakteristik responden berdasarkan umur,

pendidikan, pekerjaan, pendapatan per bulan, dan lama menggunakan botol minuman berplastik.

b. Faktor eksternal: sumber informasi tentang botol minuman berplastik yaitu dari televisi, radio, majalah, internet/media sosial, teman sesama IRT, dan penjual/penjaga toko botol minuman berplastik.

c. Untuk mengetahui tingkat sumber informasi responden tentang pemakaian botol minuman berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli tahun 2015.

2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden tentang pemakaian botol minuman berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli tahun 2015.

3. Untuk mengetahuitingkat sikap responden tentang pemakaian botol minuman berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli tahun 2015.

4. Untuk mengetahui tingkat tindakan pemakaian botol minuman berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli tahun 2015.


(9)

5. Untuk mengetahuihubungan pengetahuan responden terhadap pemakaian botol minuman berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli tahun 2015.

6. Untuk mengetahuihubungan sikap responden terhadap pemakaian botol minuman berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli tahun 2015.

7. Untuk mengetahuihubungan sumber informasi responden terhadap pemakaian botol minuman berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli tahun 2015.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:

1. Sebagai masukan dan informasi kepada ibu rumah tangga terhadap pemakaian botol minuman berplastik.

2. Sebagai bahan masukan dan menambah wawasan bagi pihak-pihak yang membutuhkan baik kalangan akademis, masyarakat, maupun peneliti. 3. Sebagai wadah dalam pengembangan pengetahuan dan wawasan penulis

tentang hubungan pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga terhadap pemakaian botol minuman berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli tahun 2015.


(1)

Penggunaan kemasan pangan merupakan hal yang melekat dengan kehidupan masyarakat modern sekarang. Kemasan pangan berfungsi untuk melindungi pangan dari kerusakan fisik, kerusakan kimia, dan kerusakan biologik sehingga masa simpan (shelf life) pangan menjadi lebih panjang (BPOM RI, 2009).

Dalam salah satu seminar LIPI tentang “Plastik yang Aman Digunakan” pada tahun 2006, dijelaskan bahwa pemakaian material plastik untuk kemasan dari tahun ke tahun semakin meningkat, hal ini disebabkan karena material banyak mempunyai sifat unggul, seperti ringan, transparan, tahan air, dan harganya relatif murah. Namun di samping sifat unggulnya, masih mempunyai kelemahan misalnya material ini tidak bisa hancur baik oleh cuaca maupun oleh mikroba yang hidup dalam tanah.

Jenis plastik yang terbanyak digunakan dan diperjual-belikan adalah Poli Etilen (PE), Poli Vinyl Klorida (PVC), Poli Provilen (PP), Poli Styrene, Poli Etilen Terapthalate (PET). Dan jenis plastik yang jarang diproduksi dan digunakan adalah Etilen Vinyl Asetat (EVA), Ionomer (IO), Coplimer Polivinyl Etilen Alkohol (CPEA), Poli Vinyliden Klorida (PVC) (Albert, 2006).

Setiap wadah plastik dicantumkan tanda dan kode angka untuk mengidentifikasi plastik sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh SPI

(Society of Plastic Industry) di Amerika Serikat. Kode-kode ini dicetuskan oleh ISO (International Organization for Standardization) dan kemudian diikuti oleh lembaga berwenang, seperti FDA (Food & Drugs Administration), EPSA

(European Food Safety Authority), dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk Indonesia (Utiya, 2009).


(2)

Sudah jarang kita temukan wadah makanan atau minuman yang terbuat dari kaca. Plastik-plastik itu dikemas dengan bentuk-bentuk dan aneka warna yang menarik perhatian masyarakat sekarang. Mulai dari kemasan minuman dingin oleh penjual es cendol misal, pastilah dihidangkan dengan plastik bening dan diberikan pipet yang juga dari plastik kepada konsumen atau pembeli es cendol tersebut. Padahal, terkandung bahan-bahan kimia yang membayakan pada plastik itu sekalipun dimasukkan air panas atau hangat bahkan yang dingin.

Ada juga botol minuman berplastik seperti botol air mineral, sering kali digunakan atau dipakai berulang-ulang. Padahal sebenarnya, botol plastik kemasan tersebut hanya untuk sekali pakai. Bahkan disimpan bila fisiknya belum rusak atau masih terlihat bagus untuk digunakan keperluan lainnya, seperti menjadi wadah menyimpan sisa minyak goreng, padahal harusnya tidak digunakan sama sekali khususnya untuk berkontaminasi dengan makanan/minuman.

Masyarakat berminat untuk menggunakan plastik tersebut, sehingga produsen secara besar-besaran memproduksi plastik wadah untuk memenuhi permintaan masyarakat (Sutrisno, 2006). Ada standar kesehatan yang harus dipenuhi oleh produsen AMDK (Air Minum Dalam Kemasan). Standar itu bertujuan untuk meminimalkan bakteri yang ada di dalam kemasan. Bila segelnya telah dirusak maka botol itu tidak layak dipakai. Sebab, botol kemasan itu dibuat dari bahan Polyethylene Terephthalate atau PET yang mengandung karsinogen (penyebab kanker). Zat itu membahayakan kesehatan tubuh bila terminum. Melalui serangkaian standar sterilisasi botol, saat masih tersegel, zat tersebut bersifat tidak aktif. Jumlah bakteri yang ada dalam botol itu pun dipastikan tak melampaui ambang batas toleransi. (Sparinga, 2013).


(3)

Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) sebenarnya ada sekitar 100.000 mikroba yang tertidur, terlebih lagi dengan kemasan yang menggunakan bahan plastik. Mikroba yang sudah ada dalam kemasan itu ibaratnya tertidur dan saat terpapar matahari atau berada pada suhu 50-55 derajat Celcius dapat membangunkannya dan terus berkembang menjadi banyak, maka itu perlu cermat menyimpannya. Paparan matahari juga dapat mengoksidasi bahan plastik kemasan tersebut dan jika mikroba di dalamnya merupakan bakteri patogen, bisa berbahaya (Sparinga, 2013).

Penggunaan kemasan minuman plastik dengan kode 1 dan 2 yang direkomendasikan oleh BPOM hanya untuk sekali pakai tapi terlalu sering dipakai, apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat atau panas, akan mengakibatkan lapisan polimer pada kemasan minuman tersebut akan meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) dalam jangka panjang.Oleh karena itu, minuman yang masih panas jangan langsung dimasukkan ke dalam plastik. Hidangan panas sebaiknya didinginkan dahulu di alas yang berkaca atau stainless, jangan dimasukkan ke dalam wadah yang terbuat dari plastik (Albert, 2006).

Upaya promosi kesehatan melalui media massa, seperti internet, televisi, radio, majalah, atau bahkan teman sesama ibu dan penjual botol minuman perlu dikoreksi sudah sejauh mana informasi tentang pemakaian botol minuman ini disosialisasikan kepada masyarakat.

Kotamadya Medan merupakan ibu kota atau pusat pemerintahan Provinsi Sumatera Utara yang memiliki 21 kecamatan dan 151 kelurahan. Salah satu kecamatannya adalah Kecamatan MedanDeli dengan luas wilayah 20,84 km2, jumlah penduduk yang paling banyak yaitu 171.951 jiwa, merupakan kecamatan


(4)

yang paling tinggi rata-rata produksi sampah per harinya, yaitu 132,400 ton per hari, dan terbagi atas 6 kelurahan. Kelurahan Tanjung Mulia Hilir merupakan salah satu kelurahannya dengan luas wilayah 3,25 km2, jumlah penduduk sebanyak 34.678 jiwa, dan kepadatan penduduk per km2 paling tinggi, yaitu 10.560 km2. (BPS Medan, 2014).

Dilihat dari kepadatan penduduk di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir ini mengakibatkan aktivitas fisik juga tinggi. Di sinilah peran seorang ibu untuk memelihara, menjaga, dan meningkatkan derajat kesehatan keluarga. Sebagai pengelola rumah tangga, ibu selalu dilibatkan secara langsung dengan plastik. Hal ini dapat dilihat karena kaum perempuan banyak berinteraksi dengan plastik sebagai kebutuhan rumah tangganya (Rahma, 2009).

Berdasarkan uraian-uraian permasalahan tersebut di atas, maka peneliti

tertarik untuk meneliti “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah Tangga

Terhadap Pemakaian Botol Minuman Berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli Kota Medan”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang diangkat adalah hubungan pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga terhadap pemakaian botol minuman berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli tahun 2015.


(5)

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga terhadap pemakaian botol minuman berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli tahun 2015

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran faktor internal dan faktor eksternal, yaitu: a. Faktor internal: karakteristik responden berdasarkan umur,

pendidikan, pekerjaan, pendapatan per bulan, dan lama menggunakan botol minuman berplastik.

b. Faktor eksternal: sumber informasi tentang botol minuman berplastik yaitu dari televisi, radio, majalah, internet/media sosial, teman sesama IRT, dan penjual/penjaga toko botol minuman berplastik.

c. Untuk mengetahui tingkat sumber informasi responden tentang pemakaian botol minuman berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli tahun 2015.

2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden tentang pemakaian botol minuman berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli tahun 2015.

3. Untuk mengetahuitingkat sikap responden tentang pemakaian botol minuman berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli tahun 2015.

4. Untuk mengetahui tingkat tindakan pemakaian botol minuman berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli tahun 2015.


(6)

5. Untuk mengetahuihubungan pengetahuan responden terhadap pemakaian botol minuman berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli tahun 2015.

6. Untuk mengetahuihubungan sikap responden terhadap pemakaian botol minuman berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli tahun 2015.

7. Untuk mengetahuihubungan sumber informasi responden terhadap pemakaian botol minuman berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli tahun 2015.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:

1. Sebagai masukan dan informasi kepada ibu rumah tangga terhadap pemakaian botol minuman berplastik.

2. Sebagai bahan masukan dan menambah wawasan bagi pihak-pihak yang membutuhkan baik kalangan akademis, masyarakat, maupun peneliti. 3. Sebagai wadah dalam pengembangan pengetahuan dan wawasan penulis

tentang hubungan pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga terhadap pemakaian botol minuman berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli tahun 2015.


Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemakaian Botol Minuman Berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Kota Medan 2015

4 52 139

Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Terhadap Kanker Leher Rahim (Cervical Cancer) Di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan

0 44 79

Peranan Ibu Terhadap Kesehatan Gigi Anak Di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2002

0 16 81

Penelitian Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Tentang Pemakaian Obat Kumur Pada Ibu Rumah Tangga DI Kelurahan Sukaramai I Kecamatan Medan Area Kotamadya Medan

2 47 66

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA DENGAN KONDISI SANITASI RUMAH DI KELURAHAN Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Ibu Rumah Tangga Dengan Kondisi Sanitasi Rumah Di Kelurahan Semanggi Kota Surakarta Tahun 2016.

0 4 15

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA KEKERASAN TERHADAP ANAK DALAM RUMAH TANGGA (STUDI KASUS KELURAHAN TANJUNG MULIA HILIR KECAMATAN MEDAN DELI).

0 1 22

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemakaian Botol Minuman Berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Kota Medan 2015

0 0 12

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemakaian Botol Minuman Berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Kota Medan 2015

0 0 2

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemakaian Botol Minuman Berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Kota Medan 2015

0 0 3

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemakaian Botol Minuman Berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Kota Medan 2015

0 0 32