Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemakaian Botol Minuman Berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Kota Medan 2015

(1)

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA TERHADAP PEMAKAIAN BOTOL MINUMAN BERPLASTIK

DI KELURAHAN TANJUNG MULIA HILIR KECAMATAN MEDAN DELI

KOTA MEDAN 2015

SKRIPSI

OLEH:

SRI ULINA PURBA NIM. 091000065

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA TERHADAP PEMAKAIAN BOTOL MINUMAN BERPLASTIK

DI KELURAHAN TANJUNG MULIA HILIR KECAMATAN MEDAN DELI

KOTA MEDAN 2015

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

SRI ULINA PURBA NIM. 091000065

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

(4)

ABSTRAK

Kemasan plastik mulai banyak digunakan masyarakat, salah satunya adalah botol minuman berplastik sebagai wadah minuman dalam beraktivitas. Pemakaian botol minuman berplastik ini memiliki keuntungan, seperti ringan, simple, transparan, tahan air, dan harganya relatif murah. Botol minuman berplastik tersebut memiliki kode dan simbol sebagai tanda pengenal plastik yang harus disesuaikan dengan pemakaian botol tersebut. Namun pada kenyataannya masih ada masyarakat yang belum mengenal kode/simbol tersebut dan belum memakai botol tersebut sesuai dengan kode/simbol pada botol minuman itu. Bila kode/simbol tersebut tidak sesuai dengan pemakaiannya, materi pada botol minuman berplastik itu berdampak buruk dan membahayakan kesehatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemakaian Botol Minuman Berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Kota Medan Tahun 2015. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 95 responden dengan teknik pengambilan sampel yaitu simple random sampling (sampel acak sederhana), dimana responden adalah ibu rumah tangga yang memakai botol minuman berplastik. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan (p=0,001), sikap (p=0,028) dan sumber informasi (p=0,008) terhadap pemakaian botol minuman berplastik. Pengetahuan sebagian responden memiliki pengetahuan dengan kategori cukup (58,9%), sikap dengan kategori baik (86,3%), tindakan dengan kategori cukup (64,2%), dan sumber informasi dengan kategori cukup (62,1%).

Oleh karena itu, peneliti menyarankan kepada ibu rumah tangga di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir diharapkan lebih sering membaca dan mencari informasi tentang pemakaian botol minuman berplastik agar pengetahuannya tepat dan benar sehingga tindakan responden diharapkan dapat berubah menjadi baik.


(5)

ABSTRACT

Plastic packages begin to be used widely by people; one of them is plastic bottles used for drinking in any activity. The use of these bottles has its own advantages: light, simple, transparent, waterproof, and inexpensive. Plastic bottles have codes and symbols as their identity which has to be in accordance with how they are used. In reality, however, many people do not know these codes and symbols so that the materials of the plastic bottles will have side effect on the users’ health.

The objective of the research was to find out the correlation of housewives’ knowledge and attitude with the use of plastic bottles at Tanjung Mulia Hilir Village, Medan Deli Sub district, Medan, in 2015. The research was descriptive quantitative. The samples were 95 housewives who used plastic bottles as the respondents, taken by using simple random sampling technique. The data were presented in the form of distribution frequency tables.

The result of the research showed that there was a significant relationship between knowledge (p=0.001), attitude (p=0.028) and the sources of information (p=0.140) with the use of plastic bottles. The knowledge of the respondents had moderate knowledge (58.9%), 86.3% of them had good attitude, 64.2% of them had moderate action, and 62.1% the sources of information had moderate.

It is recommended that housewives at Tanjung Mulia Hilir Village read and search for information frequently about the use of plastic bottles so that they will have good and correct knowledge and their action can also be good.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Diri

Nama : Sri Ulina Purba

Tempat/tanggal Lahir : Medan/27 Mei 1991

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah Bersaudara : 2 (Dua)

Alamat : Jalan Binjai km: 7,5 Pasar: II No.12 Medan Nama Ayah : Pdt. Muller Pandapotan Purba, STh

Nama Ibu : Displin Rosalina Ginting

Riwayat Pendidikan

SD Swasta Methodist 6 Medan : Tahun 1997 – 2003 SLTP Negeri 18 Medan : Tahun 2003 – 2006 SMA Swasta Santo Thomas 1 Medan : Tahun 2006 – 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat USU : Tahun 2009 – 2015

Riwayat Organisasi

1. Anggota Biasa GMKI FKM USU : Tahun 2009

2. Pengurus Komisariat GMKI FKM USU : Tahun 2012 – 2013 3. Badan Pengurus Cabang GMKI Medan : Tahun 2013 – 2015


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas kasih karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul:

“Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemakaian Botol Minuman Berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Kota Medan 2015”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu dr. Linda T Maas, MPH selaku Dosen Pembimbing I dan Ketua Penguji yang telah memberikan banyak masukan, pengarahan, waktu, dan pikiran dalam membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS selaku Dosen Pembimbing II dan Penguji I yang telah memberikan banyak masukan, pengarahan, waktu,


(8)

dan pikiran dalam membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Ibu Lita Sri Andayani, SKM, M.Kes selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku Dosen Penguji III yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes selaku Dosen Penasihat Akademik.

8. Para Dosen dan Staf Pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. Bapak Maulana Harahap, S.Sos selaku Kepala Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli.

10.Ayahanda Tercinta Pdt. M. Purba, STh dan Ibunda Tercinta D.R. Ginting yang telah memberikan kasih sayang, semangat, nasihat, dukungan dan doa yang tak terhitung banyaknya.

11.Abangku Morwil Purba, SH yang telah memberikan semangat dan terus mendukung dalam doa selama penyusunan skripsi ini.

12.Teman-teman Pengurus Komisariat GMKI FKM-USU masa bakti 2012-2013, Badan Pengurus Cabang GMKI Medan masa bakti 2013-2015, dan Senior GMKI Medan yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam doa selama penyusunan skripsi ini.

13.Ibu-ibu di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir yang telah membantu penulis dalam memperoleh informasi dalam penelitian ini.


(9)

Adapun selama dalam penulisan skripsi ini, penulis melalui berbagai tantangan dan proses yang luar biasa. Namun semuanya itu penulis lalui dengan sukacita dan perjuangan serta selalu optimis bahwa segalau sesuatu dapat terselesaikan apabila ada niat dan usaha. Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman penulis miliki. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, Oktober 2013 Penulis


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Responden Menurut Umur di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2015 ...45 Tabel 4.2. Distribusi Umur Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden di

Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli ...45 Tabel 4.3.` Distribusi Responden Menurut Pendidikan di Kelurahan Tanjung

Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2015 ...46 Tabel 4.4. Distribusi Pendidikan Responden Berdasarkan Pengetahuan

Responden di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir ...46 Tabel 4.5. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di Kelurahan Tanjung

Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2015 ...47 Tabel 4.6. Distribusi Pekerjaan Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir ...47 Tabel 4.7. Distribusi Responden Menurut Pendapatan per Bulan di Kelurahan

Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2015 ...48 Tabel 4.8. Distribusi Pendapatan Responden Berdasarkan Pengetahuan

Responden di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir ...48 Tabel 4.9. Distribusi Responden Menurut Lama Menggunakan Botol Minuman

Berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2015 ...49 Tabel 4.10. Distribusi Lama Menggunakan Botol Minuman Berplastik

Berdasarkan Pengetahuan Responden di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli ...49 Tabel 4.11. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang

Pengertian Plastik ...50 Tabel 4.12. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Keuntungan

Menggunakan Plastik Sebagai Wadah Minuman ...50 Tabel 4.13. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Botol Minuman

Berplastik ...51 Tabel 4.14. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Ada/Tidaknya Standar

Kode Plastik yang Dikeluarkan oleh

BPOM/Pemerintah ...51 Tabel 4.15. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Penting/Tidak


(11)

Tabel 4.16. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Cara Memilih Botol Minuman Berplastik yang Baik Digunakan oleh Anggota Keluarga ...52 Tabel 4.17. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Cara Mengenali Kode

pada Botol Minuman Berplastik yang Didaur Ulang ...52 Tabel 4.18. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Alasan Memilih Botol

Minuman yang Berkode 5 (PP) Sebagai Wadah Minuman yang Terbaik ...53 Tabel 4.19. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Ciri-ciri Botol Minuman

yang Terbaik ...53 Tabel 4.20. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Bahan yang Baik Untuk

Tempat Mendinginkan Air Panas ...54 Tabel 4.21. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Ciri Khas Botol

Minuman yang Paling Tidak Baik Untuk Dipakai ...54 Tabel 4.22. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Bahaya yang Ditimbulkan Bila Salah Menggunakan Jenis Botol Minuman Berplasti ...55 Tabel 4.23. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Jenis Bahan Plastik yang

Terbaik Digunakan Sebagai Tempat Minuman ...55 Tabel 4.24. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Kode Plastik

Nomor 1 Seperti pada Botol Minuman Mineral ...56 Tabel 4.25. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Aman/Tidaknya Botol

Minuman Plastik Digunakan Untuk Minuman

yang Panas ...56 Tabel 4.26. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Ada/Tidaknya Akibat

Bila Memakai Botol Minuman Berplastik yang Angka 1 Dengan Kode PET/PETE Secara Berulang ...57 Tabel 4.27. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Cara Mengenal Jenis

Plastik Botol Minuman Baik/Tidak Untuk

Kesehatan Keluarga ...57 Tabel 4.28. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang yang Dilakukan Apabila

Memakai Botol Minuman Berplastik Dengan Kode Angka 1 (PET/PETE) ...58 Tabel 4.29. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Botol Minuman


(12)

Tabel 4.30. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Kode Botol Minuman Berplastik yang Lebih Banyak Dipakai ...59 Tabel 4.31. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap

Pemakaian Botol Minuman Berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2015 ...59 Tabel 4.32. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Pemakaian Botol

Minuman Berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2015 ...60 Tabel 4.33. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Sikap Terhadap

Pemakaian Botol Minuman Berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2015 ...64 Tabel 4.34. Distribusi Sumber Informasi Responden Tentang Pemakaian Botol

Minuman Berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2015 ...65 Tabel 4.35. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Sumber Informasi

Terhadap Pemakaian Botol Minuman Berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2015 ...66 Tabel 4.36. Distribusi Tindakan Responden Tentang Pemakaian Botol Minuman

Berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2015 ...67 Tabel 4.37. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Tindakan Dengan

Pemakaian Botol Minuman Berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2015 ...71 Tabel 4.38. Hubungan Pengetahuan Responden Terhadap Pemakaian Botol

Minuman Berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir ...72 Tabel 4.39. Hubungan Sikap Responden Terhadap Pemakaian Botol Minuman

Berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir ...73 Tabel 4.40. Hubungan Sumber Informasi Responden Terhadap Pemakaian Botol

Minuman Berplastik di Kelurahan Tanjung


(13)

ABSTRAK

Kemasan plastik mulai banyak digunakan masyarakat, salah satunya adalah botol minuman berplastik sebagai wadah minuman dalam beraktivitas. Pemakaian botol minuman berplastik ini memiliki keuntungan, seperti ringan, simple, transparan, tahan air, dan harganya relatif murah. Botol minuman berplastik tersebut memiliki kode dan simbol sebagai tanda pengenal plastik yang harus disesuaikan dengan pemakaian botol tersebut. Namun pada kenyataannya masih ada masyarakat yang belum mengenal kode/simbol tersebut dan belum memakai botol tersebut sesuai dengan kode/simbol pada botol minuman itu. Bila kode/simbol tersebut tidak sesuai dengan pemakaiannya, materi pada botol minuman berplastik itu berdampak buruk dan membahayakan kesehatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemakaian Botol Minuman Berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Kota Medan Tahun 2015. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 95 responden dengan teknik pengambilan sampel yaitu simple random sampling (sampel acak sederhana), dimana responden adalah ibu rumah tangga yang memakai botol minuman berplastik. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan (p=0,001), sikap (p=0,028) dan sumber informasi (p=0,008) terhadap pemakaian botol minuman berplastik. Pengetahuan sebagian responden memiliki pengetahuan dengan kategori cukup (58,9%), sikap dengan kategori baik (86,3%), tindakan dengan kategori cukup (64,2%), dan sumber informasi dengan kategori cukup (62,1%).

Oleh karena itu, peneliti menyarankan kepada ibu rumah tangga di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir diharapkan lebih sering membaca dan mencari informasi tentang pemakaian botol minuman berplastik agar pengetahuannya tepat dan benar sehingga tindakan responden diharapkan dapat berubah menjadi baik.


(14)

ABSTRACT

Plastic packages begin to be used widely by people; one of them is plastic bottles used for drinking in any activity. The use of these bottles has its own advantages: light, simple, transparent, waterproof, and inexpensive. Plastic bottles have codes and symbols as their identity which has to be in accordance with how they are used. In reality, however, many people do not know these codes and symbols so that the materials of the plastic bottles will have side effect on the users’ health.

The objective of the research was to find out the correlation of housewives’ knowledge and attitude with the use of plastic bottles at Tanjung Mulia Hilir Village, Medan Deli Sub district, Medan, in 2015. The research was descriptive quantitative. The samples were 95 housewives who used plastic bottles as the respondents, taken by using simple random sampling technique. The data were presented in the form of distribution frequency tables.

The result of the research showed that there was a significant relationship between knowledge (p=0.001), attitude (p=0.028) and the sources of information (p=0.140) with the use of plastic bottles. The knowledge of the respondents had moderate knowledge (58.9%), 86.3% of them had good attitude, 64.2% of them had moderate action, and 62.1% the sources of information had moderate.

It is recommended that housewives at Tanjung Mulia Hilir Village read and search for information frequently about the use of plastic bottles so that they will have good and correct knowledge and their action can also be good.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap oranguntuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk dapat hidup layak, produktif, serta mampu bersaing untuk meningkatkan taraf hidupnya. Keadaan untuk hidup sehat dilakukan melalui upaya peningkatan kualitas hidup. Dalam bidang kesehatan sebagaimana telah ditetapkan dalam SKN, upaya peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat jasmani, rohani, dan sosial juga ditunjang oleh peran aktif masyarakat (SKN, 2004).

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan pemerintah dan atau masyarakat. Hal ini dilakukan individu, kelompok, atau masyarakat, lembaga pemerintah, ataupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), sehingga pembangunan kesehatan mengupayakan agar dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Nyoman, 2007).

Manusia memiliki kebutuhan dasar yang digambarkan sebagai sebuah hierarki kebutuhan Maslow. Kebutuhan paling dasar setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yakni kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara


(16)

(minuman), nutrisi (makanan), istirahat dan tidur, aktivitas, keseimbangan suhu tubuh, dan seksual (Supratinya, 1987).

Dewasa ini, kebutuhan cairan manusia meningkat pesat dimana salah satu penyebabnya adalah suhu panas di Kota Medan mencapai hingga 36oC dan suhu ini merupakan suhu tertingg sejak awal 2014 silam (Analisa, 2014). Manusia modern sekarang cenderung memilih yang instan, simple, dan trend. Gaya hidup yang memengaruhi perubahan perilaku manusia ini salah satunya adalah perilaku menggunakan plastik yang acapkali pemakaian plastik ini tidak diikuti dengan pengetahun tentang bahayanya baik terhadap lingkungan maupun penyakit yang mungkin dapat disebabkan dari reaksi kimia pada plastik tersebut.

Pemakaian barang-barang yang terbuat dari bahan polimer semakin meningkat. Hal ini disebabkan polimer mempunyai banyak kelebihan yang mulai diperhitungkan oleh masyarakat. Polimer sangat mudah dan ekonomis untuk dibuat dan dicetak dengan bentuk serumit apapun (Hartomo, 1993).

Kemasan plastik mulai berkembang sejak plastik ditemukan tahun 1862 oleh JL Baldwin yang diciptakan dari getah karet, lalu berkembang lagi tahun 1866 oleh John Wesley Hyatt dan sejak itulah mulai berkembang kemasan plastik untuk berbagai jenis makanan dan minuman (Ompusunggu, 2010).

Negara Eropa (2007) menggunakan kemasan plastik sebanyak 62%, kaca 10%, dan kertas 18%. Data lain menunjukkan di Asia penggunaan kemasan plastik sudah mencapai 40%, kaca 12%, dan kertas 10%. Mungkin data ini meningkat jumlah persentasenya dari tahun ke tahun.

Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang (2001)meneliti bahwa

polysterene dapat menjadi penyebab kanker dan berpengaruh pada sistem saraf pusat. Sedangkan poly vinyl chlorida dan vinylidene chloride resin merupakan


(17)

dioksin, yaitu senyawa kimia yang digolongkan sebagai penyebab utama kanker karena sifatnya yang sangat beracun.

Penggunaan kemasan plastik selain menguntungkan juga menimbulkan masalah bagi masyarakat. Salah satu permasalahan kesehatan yang diakibatkan oleh bahan plastik, yaitu plastik melepaskan senyawa karsinogenik (penyebab kanker), yang mampu merangsang pertumbuhan sel kanker. Risiko gangguan kesehatan yang dibawa bahan plastik sangat berdampak bagi kesehatan anak-anak, karena organ tubuh mereka masih sangat lemah yang dapat berdampak selama periode emas pertumbuhan anak, meskipun akibatnya tidak langsung tampak. Apalagi, sistem kekebalan tubuhnya juga masih belum sempurna dan bisa mengakibatkan kanker (Nurminah, 2002).

Penelitian Nurminah (2002), bahwa kemasan plastik memiliki dampak terhadap produk yang dikemasnya terutama sifat fisiknya. Penelitian yang dilakukan oleh Siswi (2009) pada anak sekolah dasar, menyarankan para orang tua dan para guru lebih mengawasi penggunaan botol yang terbuat dari bahan Polyethylene Terephthalate (kode 1 yang dilingkari segitiga yang biasanya terdapat di bawah botol) dan High Density Polyethylene (kode 2 yang dilingkari segitiga yang biasanya terdapat di bawah botol) berulang kali oleh anak-anak sekolah dasar yang seharusnya hanya direkomendasikan untuk sekali pakai.

Di Indonesia, kemasan plastik sudah mendominasi industri makanan dan kemasan luwes (fleksibel) menempati porsi 80%. Jumlah plastik yang digunakan untuk mengemas, menyimpan dan membungkus makanan mencapai 53% khusus untuk kemasan luwes, sedangkan kemasan kaku sudah mulai banyak digunakan


(18)

Penggunaan kemasan pangan merupakan hal yang melekat dengan kehidupan masyarakat modern sekarang. Kemasan pangan berfungsi untuk melindungi pangan dari kerusakan fisik, kerusakan kimia, dan kerusakan biologik sehingga masa simpan (shelf life) pangan menjadi lebih panjang (BPOM RI, 2009).

Dalam salah satu seminar LIPI tentang “Plastik yang Aman Digunakan” pada tahun 2006, dijelaskan bahwa pemakaian material plastik untuk kemasan dari tahun ke tahun semakin meningkat, hal ini disebabkan karena material banyak mempunyai sifat unggul, seperti ringan, transparan, tahan air, dan harganya relatif murah. Namun di samping sifat unggulnya, masih mempunyai kelemahan misalnya material ini tidak bisa hancur baik oleh cuaca maupun oleh mikroba yang hidup dalam tanah.

Jenis plastik yang terbanyak digunakan dan diperjual-belikan adalah Poli Etilen (PE), Poli Vinyl Klorida (PVC), Poli Provilen (PP), Poli Styrene, Poli Etilen Terapthalate (PET). Dan jenis plastik yang jarang diproduksi dan digunakan adalah Etilen Vinyl Asetat (EVA), Ionomer (IO), Coplimer Polivinyl Etilen Alkohol (CPEA), Poli Vinyliden Klorida (PVC) (Albert, 2006).

Setiap wadah plastik dicantumkan tanda dan kode angka untuk mengidentifikasi plastik sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh SPI

(Society of Plastic Industry) di Amerika Serikat. Kode-kode ini dicetuskan oleh ISO (International Organization for Standardization) dan kemudian diikuti oleh lembaga berwenang, seperti FDA (Food & Drugs Administration), EPSA

(European Food Safety Authority), dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk Indonesia (Utiya, 2009).


(19)

Sudah jarang kita temukan wadah makanan atau minuman yang terbuat dari kaca. Plastik-plastik itu dikemas dengan bentuk-bentuk dan aneka warna yang menarik perhatian masyarakat sekarang. Mulai dari kemasan minuman dingin oleh penjual es cendol misal, pastilah dihidangkan dengan plastik bening dan diberikan pipet yang juga dari plastik kepada konsumen atau pembeli es cendol tersebut. Padahal, terkandung bahan-bahan kimia yang membayakan pada plastik itu sekalipun dimasukkan air panas atau hangat bahkan yang dingin.

Ada juga botol minuman berplastik seperti botol air mineral, sering kali digunakan atau dipakai berulang-ulang. Padahal sebenarnya, botol plastik kemasan tersebut hanya untuk sekali pakai. Bahkan disimpan bila fisiknya belum rusak atau masih terlihat bagus untuk digunakan keperluan lainnya, seperti menjadi wadah menyimpan sisa minyak goreng, padahal harusnya tidak digunakan sama sekali khususnya untuk berkontaminasi dengan makanan/minuman.

Masyarakat berminat untuk menggunakan plastik tersebut, sehingga produsen secara besar-besaran memproduksi plastik wadah untuk memenuhi permintaan masyarakat (Sutrisno, 2006). Ada standar kesehatan yang harus dipenuhi oleh produsen AMDK (Air Minum Dalam Kemasan). Standar itu bertujuan untuk meminimalkan bakteri yang ada di dalam kemasan. Bila segelnya telah dirusak maka botol itu tidak layak dipakai. Sebab, botol kemasan itu dibuat dari bahan Polyethylene Terephthalate atau PET yang mengandung karsinogen (penyebab kanker). Zat itu membahayakan kesehatan tubuh bila terminum. Melalui serangkaian standar sterilisasi botol, saat masih tersegel, zat tersebut bersifat tidak aktif. Jumlah bakteri yang ada dalam botol itu pun dipastikan tak


(20)

Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) sebenarnya ada sekitar 100.000 mikroba yang tertidur, terlebih lagi dengan kemasan yang menggunakan bahan plastik. Mikroba yang sudah ada dalam kemasan itu ibaratnya tertidur dan saat terpapar matahari atau berada pada suhu 50-55 derajat Celcius dapat membangunkannya dan terus berkembang menjadi banyak, maka itu perlu cermat menyimpannya. Paparan matahari juga dapat mengoksidasi bahan plastik kemasan tersebut dan jika mikroba di dalamnya merupakan bakteri patogen, bisa berbahaya (Sparinga, 2013).

Penggunaan kemasan minuman plastik dengan kode 1 dan 2 yang direkomendasikan oleh BPOM hanya untuk sekali pakai tapi terlalu sering dipakai, apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat atau panas, akan mengakibatkan lapisan polimer pada kemasan minuman tersebut akan meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) dalam jangka panjang.Oleh karena itu, minuman yang masih panas jangan langsung dimasukkan ke dalam plastik. Hidangan panas sebaiknya didinginkan dahulu di alas yang berkaca atau stainless, jangan dimasukkan ke dalam wadah yang terbuat dari plastik (Albert, 2006).

Upaya promosi kesehatan melalui media massa, seperti internet, televisi, radio, majalah, atau bahkan teman sesama ibu dan penjual botol minuman perlu dikoreksi sudah sejauh mana informasi tentang pemakaian botol minuman ini disosialisasikan kepada masyarakat.

Kotamadya Medan merupakan ibu kota atau pusat pemerintahan Provinsi Sumatera Utara yang memiliki 21 kecamatan dan 151 kelurahan. Salah satu kecamatannya adalah Kecamatan MedanDeli dengan luas wilayah 20,84 km2, jumlah penduduk yang paling banyak yaitu 171.951 jiwa, merupakan kecamatan


(21)

yang paling tinggi rata-rata produksi sampah per harinya, yaitu 132,400 ton per hari, dan terbagi atas 6 kelurahan. Kelurahan Tanjung Mulia Hilir merupakan salah satu kelurahannya dengan luas wilayah 3,25 km2, jumlah penduduk sebanyak 34.678 jiwa, dan kepadatan penduduk per km2 paling tinggi, yaitu 10.560 km2. (BPS Medan, 2014).

Dilihat dari kepadatan penduduk di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir ini mengakibatkan aktivitas fisik juga tinggi. Di sinilah peran seorang ibu untuk memelihara, menjaga, dan meningkatkan derajat kesehatan keluarga. Sebagai pengelola rumah tangga, ibu selalu dilibatkan secara langsung dengan plastik. Hal ini dapat dilihat karena kaum perempuan banyak berinteraksi dengan plastik sebagai kebutuhan rumah tangganya (Rahma, 2009).

Berdasarkan uraian-uraian permasalahan tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemakaian Botol Minuman Berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli Kota Medan”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang diangkat adalah hubungan pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga terhadap pemakaian botol minuman berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli tahun 2015.


(22)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga terhadap pemakaian botol minuman berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli tahun 2015

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran faktor internal dan faktor eksternal, yaitu: a. Faktor internal: karakteristik responden berdasarkan umur,

pendidikan, pekerjaan, pendapatan per bulan, dan lama menggunakan botol minuman berplastik.

b. Faktor eksternal: sumber informasi tentang botol minuman berplastik yaitu dari televisi, radio, majalah, internet/media sosial, teman sesama IRT, dan penjual/penjaga toko botol minuman berplastik.

c. Untuk mengetahui tingkat sumber informasi responden tentang pemakaian botol minuman berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli tahun 2015.

2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden tentang pemakaian botol minuman berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli tahun 2015.

3. Untuk mengetahuitingkat sikap responden tentang pemakaian botol minuman berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli tahun 2015.

4. Untuk mengetahui tingkat tindakan pemakaian botol minuman berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli tahun 2015.


(23)

5. Untuk mengetahuihubungan pengetahuan responden terhadap pemakaian botol minuman berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli tahun 2015.

6. Untuk mengetahuihubungan sikap responden terhadap pemakaian botol minuman berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli tahun 2015.

7. Untuk mengetahuihubungan sumber informasi responden terhadap pemakaian botol minuman berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli tahun 2015.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:

1. Sebagai masukan dan informasi kepada ibu rumah tangga terhadap pemakaian botol minuman berplastik.

2. Sebagai bahan masukan dan menambah wawasan bagi pihak-pihak yang membutuhkan baik kalangan akademis, masyarakat, maupun peneliti. 3. Sebagai wadah dalam pengembangan pengetahuan dan wawasan penulis

tentang hubungan pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga terhadap pemakaian botol minuman berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli tahun 2015.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Perilaku

Dari sudut pandang biologis, perilaku adalah suatu tindakan atau aktivitas makhluk hidup yang memiliki bentangan yang sangat luas, yaitu: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Oleh sebab itu, semua makhluk hidup berperilaku karena mempunyai aktivitas masing-masing. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).

Seorang ahli psikologi, Skiner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini

dikenal dengan teori “S-O-R” atau “Stimulus-Organisme-Respons”. Teori ini

membedakan adanya dua respons, yaitu:

1. Respondent respons atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut

eliciting stimulation karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. Misalnya: makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya.

Respondent respons ini juga mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraan dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.


(25)

2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respons.

Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respons terhadap uraian tugasnya atau job descriptions) kemudian memeroleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya (Notoatmodjo, 2007).

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable behavior” atau “covert behavior” yang dapat diukur dari pengetahuan dan

sikap.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau “observable behavior” (Notoatmodjo, 2010).


(26)

2.2. Domain Perilaku

Perilaku seseorang merupakan keseluruhan (totalitas) pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara faktor internal (dari dalam) dan faktor eksternal (dari luar).

1. Faktor internal, yaitu respon yang merupakan faktor dari dalam diri seseorang. Faktor internal yang menentukan seseorang merespon stimulus dari luar dapat berupa perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti, dan sebagainya.

2. Faktor eksternal, yaitu stimulus yang merupakan faktor dari luar diri seseorang. Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun non-fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi maupun politik.

Penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

a. Kesadaran, dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Menimbang-nimbang terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik.

d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adopsi, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.


(27)

Seorang ahli psikologi pendidikan, Benyamin Bloom (1908) membedakan adanya 3 area, wilayah, ranah, atau domain perilaku ini, yakni kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychmotor) (Notoatmodjo, 2010). Teori Bloom ini pun berkembang dalam pendidikan kesehatan menjadi 3 tingkat ranah perilaku sebagai berikut:

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek memengaruhi pengetahuan seseorang melalui penginderaan tersebut.Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu: a. Tahu (know)

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu, seperti: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,


(28)

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunakan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Atau dengan kata lain, sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri.


(29)

Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan pengetahun yang telah diuraikan di atas (Notoatmodjo, 2007).

2. Sikap (attitude)

Sikap adalah respons tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. Campbell (1950) mendefinisikan sangat sederhana, yakni:

“An individual’s attitude is syndrome of response consistency with regard to object.”. Dapat diartikan bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. Seorang ahli psikologis sosial, Newcomb menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup. (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Allport (1954), sikap itu terbagi dalam 3 komponen pokok, yaitu:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap objek. Artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.


(30)

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. Artinya, bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Artinya, sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2010).

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap juga memiliki 4 tingkatan, yaitu:

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang (subjek) mau menerima stimulus yang diberikan (objek).

b. Menanggapi (responding)

Menanggapi di sini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau memengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.


(31)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain (Notoatmodjo, 2010).

Sikap mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Sikap dibentuk dan diperoleh sepanjang perkembangan seseorang dalam hubungan dengan objek tertentu.

2. Sikap dapat berubah sesuai dengan keadaan dan syarat-syarat tertentu terhadap suatu kelompok.

3. Sikap dapat berupa suatu hal tertentu tapi dapat juga berupa kumpulan dari hal-hal tersebut.

4. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan perasaan. Fungsi sikap dibagi dalam 4 golongan (Ahmadi, 1992), yaitu: 1. Sebagai alat menyesuaikan diri

Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable yang artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga menjadi mudah pula menjadi milik bersama. Sikap bisa menjadi rantai penghubungan antara orang dengan kelompoknya atau dengan anggota kelompok lain.

2. Sebagai pengatur tingkah laku

Tingkah laku anak kecil atau hewan umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi tidak ada pertimbangan tetapi pada orang dewasa dan sudah lanjut usianya, perangsang itu umumnya tidak diberi reaksi secara spontan akan tetapi


(32)

perangsang itu. Jadi, antara perangsang itu sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri tetapi merupakan sesuatu yang erat hubungannya dengan cita-cita orang, tujuan hidup orang, peraturan kesusilaan, keinginan pada orang itu, dsb.

3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman

Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar, sikapnya tidak pasif tetapi diterima secara aktif, artinya semua pengalaman yang berasal dari luar itu tidak semuanya dilayani tetapi memilih nama yang perlu dan yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian lalu dipilih.

4. Sebagai pernyataan kepribadian

Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang. Ini disebutkan karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu, dengan melihat sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita akan mengubah sikap seseorang kita harus mengetahui keadaan sesungguhnya dari sikap orang tersebut dengan mengetahui sikap itu kita akan mengetahui pula mungkin tidaknya sikap tersebut dapat diubah dan bagaimana cara mengubah sikap-sikap tersebut (Purwanto, 1999).

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2007).


(33)

3. Tindakan atau Praktik (practice)

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana.

Tindakan atau praktik ini mempunyai 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu:

a. Persepsi (perception)

Diartikan mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

b. Respon terpimpin (guided respons)

Diartikan dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.

c. Mekanisme (mechanism)

Diartikan seseorang yang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sudah merupakan kebiasaan.

d. Adopsi (adaptation)

Diartikan adaptasi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang baik. Artinya tindakan ini sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2003).

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung dengan wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2003).


(34)

2.3. Teori Snehandu B. Karr

Karr mengidentifikasi adanya 5 determinan perilaku, yaitu:

1. Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus di luar dirinya.

2. Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support). Di dalam kehidupan seseorang di masyarakat, perilaku orang tersebut cenderung memerlukan legitimasi dari masyarakat di sekitarnya. Apabila perilaku tersebut bertentangan atau tidak memperoleh dukungan dari masyarakat,

maka ia akan merasa kurang atau tidak “nyaman”. Demikian pula, untuk

berperilaku kesehatan orang memerlukan dukungan masyarakat sekitarnya, paling tidak, tidak menjadi gunjingan atau bahan pembicaraan masyarakat.

3. Terjangkaunya informasi (accessibility of information) adalah tersedianya informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil oleh seseorang.

4. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personal autonomy) untuk mengambil keputusan. Di Indonesia, terutama ibu-ibu, kebebasan pribadinya masih terbatas, terutama lagi di pedesaan. Seorang istri, dalam pengambilan keputusan masih sangat tergantung kepada suami. 5. Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation).

Untuk bertindak apa pun memang diperlukan suatu kondisi dan situasi yang tepat. Kondisi dan situasi mempunyai pengertian yang luas, baik fasilitas yang tersedia serta kemampuan yang ada (Notoatmodjo, 2010).


(35)

2.4. Polimer Plastik

Plastik adalah benda yang dapat diacu dalam bentuk kumpulan zat organik yang stabil pada suhu tinggi biasanya, tetapi pada beberapa tahap pembuatannya bersifat plastik sehingga dapat diubah bentuk dengan menggunakan kalor dan tekanan. Plastik merupakan material yang banyak digunakan untuk membuat produk atau barang-barang yang berguna bagi kehidupan manusia. Hampir setiap barang mengandung bahan plastik, mulai dari barang elektronik seperti TV, Kulkas, Handphone, sampai pestisida. Plastik memiliki keuntungan yaitu lebih praktis (simple), biasanya tidak lebih mahal harganya daripada bahan di luar bahan plastik, serta mudah didapatkan di pasar.

Dan juga kelebihan plastik adalah ringan, fleksibel, multiguna, kuat, tidak berkarat, dan memiliki warna yang menarik perhatian masyarakat serta membutakan konsumen tentang dampak yang ditimbulkan, seperti terjadinya perpindahan zat-zat penyusun dari plastik ke dalam makanan/minuman, terutama jika makanan/minuman itu tidak cocok dengan plastik yang mengemasnya. Zat-zat penyusun itu cukup tinggi potensinya untuk menimbulkan penyakit kanker pada manusia (Fadli, 2012). Pada industri makanan dan minuman, Bisphenol-A (BPA) merupakan salah satu bahan plastik sebagai tempat penyimpanan makanan, botol air mineral, dan botol bayi. Satu test membuktikan bahwa 95% orang pernah memakai barang mengandung BPA (Anonim, 2009).

Plastik merupakan salah satu polimer yang memiliki sifat fisio-kimia, yaitu:

1. Termoset, yaitu jenis plastik yang tidak bisa didaur-ulang atau dicetak, contohnya poliviniliden klorida (PVdC), akrilik yang sering digunakan


(36)

pada peralatan daput seperti Teflon dan Ediblefilm dari amilosa pati jagung untuk kemasan permen dan sosis yang dapat dimakan.

2. Termoplastik, yaitu jenis plastik yang dipakai untuk mengemas atau kontak dengan bahan makanan/minuman dan dapat didaur-ulang/dicetak kembali, contoh plastik kresek. (Fadli, 2012)

Setiap perusahaan umumnya telah memiliki standar perlindungan konsumen dengan mencantumkan jenis bahan plastik yang digunakan pada wadah makanan atau minuman dan dapat didaur-ulang. Standar ini dikeluarkan oleh SPI

(Society of Plastic Industry) di Amerika Serikat dengan membuat kode jenis plastik. Kode-kode ini dicetuskan oleh ISO (International Organization for Standardization) dan kemudian diikuti oleh lembaga berwenang, seperti FDA

(Food & Drugs Administration), EPSA (European Food Safety Authority), dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk Indonesia (Utiya, 2009). Secara umum, tanda pengenal plastik tersebut:

a. Terletak di bagian bawah wadah plastik berupa cetakan timbul. b. Bergambar panah yang membentuk segi tiga.

c. Di dalam segi tiga, terdapat sebuah angka.

d. Serta nama jenis plastik berupa inisial kandungan kimianya di bawah segitiga berpanah itu. (Neo Mujahid, 2009)

Simbol daur ulang (recycle) menunjukkan jenis bahan resin yang digunakan untuk membuat materi.


(37)

2.4.1. Kode Polimer Plastik pada Botol Minuman

1. PET atau PETE (Polyethylene Etilen Terephalate)

a. Pada bagian bawah kemasan botol plastik biasanya tertera logo daur ulang dengan angka 1 di tengahnya serta tulisan PETE atau PET (Polyethylene Terephthalate) di bawah segi tiga.

b. Dalam dunia tekstil, PET biasa disebut dengan polyester. Biasanya digunakanuntuk botol plastik yang

jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, wadah makanan dan hampir semua botol minuman lainnya.

c. Tidak untuk air hangat apalagi panas. Untuk

jenis ini, disarankan hanya untuk satu kali penggunaan dan tidak untuk mewadahi pangan dengan suhu >60C, hal ini akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh atau terkontaminasi oleh mikroba dan mengeluarkan zat karsinogenik (penyebab kanker) (Sopyanhadi, 2008).

Dalam proses pembuatan PET, menggunakan bahan yang disebut dengan SbO3 (antinomi trioksida) yang berbahaya bagi para pekerja yang

berhubungan dengan pengolahan ataupun daur ulangnya karena SbO3

masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernafasan yaitu akibat menghirup debu yang mengandung senyawa tersebut. Terkontaminasinya senyawa ini dalam waktu yang lama akan mengalami iritasi kulit dan saluran pernafasan. Bagi pekerja wanita, senyawa ini meningkatkan masalah menstruasi dan keguguran, bila melahirkan, anak mereka kemungkinan


(38)

besar akan mengalami pertumbuhan yang lambat hingga usia 12 bulan. Bahan ini dapat dibuat lagi ke dalam bulu domba kutub, serat, karpet, dll.

2. HDPE (High Density Polyethylene)

a. Pada bagian bawah kemasan botol plastik umumnya tertera logo daur ulang dengan angka 2 di tengahnya, serta tulisan HDPE (Polyethylene Densitas Tinggi) di bawah segi tiga.

b. Biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, tupperware, galon air minum, dll.

c. Botol plastik jenis HDPE ini merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya.

d. HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram, dan lebih tahan lama terhadap suhu tinggi, namun dapat melunak pada suhu 75C.

e. Sama seperti PET, HDPE juga direkomendasikan hanya sekali pakai pemakaian karena pelepasan senyawa antimoni trioksida terus meningkat seiring waktu (Sopyanhadi, 2008).

3. PVC (Polyvinyl Chloride)

a. Pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang (terkadang berwarna merah) dengan angka 3 di tengahnya, serta tulisan V. V itu berarti PVC (Polyvinyl Chloride), yaitu jenis plastik yang paling sulit didaur ulang.


(39)

b. PVC bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap) dan botol-botol. PVC mengandung DEHA yang dapat bereaksi dengan makanan yang dikemas dengan plastik berbahan PVC, saat bersentuhan langsung dengan makanan tersebut. Karena DEHA bisa lumer pada suhu 150C.

c. Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dikemas dengan plastik ini berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati, dan berat badan. d. Plastik jenis ini sebaiknya tidak untuk mewadahi pangan yang

mengandung lemak/minyak, alkohol, dan dalam kondisi panas. Sebaiknya mencari alternatif pembungkus makanan/minuman, seperti plastik yang terbuat dari polietilena atau bahan alami yaitu daun pisang (Sopyanhadi, 2008). Bahan ini juga dapat diolah kembali menjadi mudflaps, panel, tikar, dll.

4. LDPE (Low Density Polyethylene) a. Pada bagian bawah kemasan botol

plastik, tertera logo daur ulang dengan angka 4 di tengahnya, serta tulisan LDPE (Low Density Polyethylene) yaitu plastik

tipe cokelat (thermoplastic/dibuat dari minyak bumi), biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, botol-botol yang lembek, pakaian, mebel, dll.


(40)

suhu 70C akan melunak dan menjadi sangat resisten terhadap reaksi kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, dapat didaur ulang.

c. Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas dengan bahan ini (Sopyanhadi, 2008). LDPE dapat didaur ulang dengan banyak cara, misalnya dilarutkan ke dalam kaleng, keranjang kompos, dan landscaping tiles.

5. PP (Polypropylene)

a. Pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya, serta tulisan PP adalah bahan plastik terbaik terutama untuk produk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum, dan terpenting botol minum untuk bayi.

b. Karakteristik adalah biasanya botol transparan yang tidak jernih atau berawan, keras tetapi fleksibel. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak/minyak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap. Melunak pada suhu 150C. (Sopyanhadi, 2008). PP dapat diolah kembali menjadi garpu, sapu, nampan, dll.


(41)

6. PS (Polystyrene)

a. Pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang dengan angka 6 di tengahnya, serta tulisan PS. Polystyrene ditemukan pada tahun 1839 oleh Eduard Simon, seorang apoteker dari Jerman secara tidak sengaja.

b. Terdapat dua macam PS, yaitu yang kaku dan lunak/berbentuk foam. c. PS yang kaku biasanya jernih seperti kaca, kaku, mudah terpengaruh

lemal dan pelarut (seperti alkohol), mudah dibentuk, melunak pada suhu 95C. Contoh: wadah plastik bening berbentuk kotak untuk wadah makanan.

d. PS yang lunak berbentuk seperti busa, biasanya berwarna putih, lunak, dan mudah terpengaruh lemat dan pelarut lain (seperti alkohol). Bahan ini melepaskan styrene jika kontak dengan pangan. Contohnya yang sudah sangat terkenal styrofoam. Biasanya digunakan sebagai wadah makanan atau minuman sekali pakai, karton wadah telur, dll.

e. Styrofoamyaitu kemasan yang umumnya berwarna putih dan kaku yang sering digunakan sebagai kotak pembungkus makanan. Tadinya

styrofoam ini dipakai untuk pengaman barang non-makanan seperti barang-barang elektronik agar tahan benturan ringan, namun pada saat ini seringkali dipakai sebagai kotak pembungkus makanan. Kegunaannya yang mudah, praktis, enak dipandang, murah, anti bocor, tahan terhadap suhu panas dan dingin seolah membutakan masyarakat akan dampak dan efek bagi lingkungan serta kesehatan tubuh manusia (Khomsan, 2003).


(42)

f. Kemasan styrofoam yang rusak/berubah bentuk sebaiknya tidak digunakan untuk mewadahi makanan berlemak/berminyak terutama dalam keadaan panas.

g. Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan bahan styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. h. Selain tempat makanan, styrene juga bisa didapatkan dari asap rokok,

asap kendaraan, dan bahan konstruksi gedung.

i. Bahan ini harus dihindari karena selain berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, pertumbuhan, dan sistem saraf. Bahan ini juga sulit didaur ulang. Jika harus didaur ulang, PS memerlukan proses yang sangat panjang dan lama.

j. Bahan ini dapat dikenali dengan kode angka 6, namun bila tidak tertera kode angka tersebut pada kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar (cara terakhir dan sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan ini akan mengeluarkan api berwarna kuning-jingga, dan meninggalkan jelaga (Sopyanhadi, 2008).

k. PS mengandung benzene, suatu zat penyebab kanker dan tidak boleh dibakar. Bahan ini diolah kembali menjadi isolasi, kemasan, pabrik tempat tidur, dll.


(43)

7. OTHER (Polycarbonate)

a. Pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya, serta tulisan OTHER. Other (SAN/styrene acrylonitrile, ABS/acrylonitrile butadiene styrene, PC/polycarbonate, dan Nylon).

b. Dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga, suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga, komputer, alat-alat elektronik, dan plastik kemasan.

c. PC/polycarbonate dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak balita (sippy cup).

d. Dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon, kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma, dan mengubah fungsi imunitas.

e. Dianjurkan untuk tidak dipergunakan untuk tempat makanan ataupun minuman karena Bisphenol-A dapat berpindah ke dalam minuman atau makanan jika suhunya dinaikkan karena pemanasan. Untuk mensterilkan botol susu, sebaiknya direndam saja dalam air mendidik dan tidak direbus atau dipanaskan dengan microwave. Botol yang sudah retak sebaiknya tidak digunakan lagi.

f. SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan.


(44)

h. SAN dan ABS merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk digunakan dalam kemasan makanan ataupun minuman (Iman, 2005).

2.4.2. Cara Mengenal Jenis Plastik pada Kemasan Botol Minuman

Berikut cara-cara mengenal jenis plastik pada kemasan botol minuman adalah:

a. Periksa nomor kode daur ulang, biasanya diletakkan pada bagian bawah botol dalam tutup, atau dicetak pada label untuk kemasan fleksibel.

b. Periksa keras atau lunak: PP ditekan akan balik ke bentuk semula; HDPE ditekan tidak kembali; LDPE lebih lunak dari HDPE; PET keras; PC lebih keras; PVC kurang keras.

c. Periksa permukaan mengilap atau tidak: PC, PET, dan PVC mengilap; PP mengilaptapi tidak keras; HDPE dan LDPE tidak mengilap.

d. Test bakar: HDPE dan LDPE akan berbau wax; PC berbau phenol; PVC berbau chlorine; PET berbau buah.

e. Kemasan tersebut harus dapat melindungi produk dari kerusakan fisik dan mekanis.

f. Cegah penggunaan botol susu bayi dan cangkir bayi (dengan lubang penghisapnya) berbahan polycarbonate, cobalah pilih dan gunakan botol susu bayi berbahan kaca, polyethylene, atau polyropylene. Gunakanlah cangkir bayi berbahan stainless steel, polypropylene, atau

polyethylene. Untuk dot, gunakanlah yang berbahan silikon, karena tidak akan mengeluarkan zat karsinogenik sebagaimana pada dot berbahan latex.


(45)

g. Jika penggunaan plastik berbahan polycarbonate tidak dapat dicegah, janganlah menyimpan air minum ataupun makanan dalam keadaan panas.

h. Hindari penggunaan botol plastik untuk menyimpan air minum. Jika penggunaan botol plastik berbahan PET (kode 1) dan HDPE (kode 2), tidak dapat dicegah, gunakanlah hanya sekali pakai dan segera dihabiskan karena pelepasan senyawa antimoni trioksida terus meningkat seiring waktu. Bahan alternatif yang dapat digunakan adalah botol stainless steel/ atau kaca (Nurheti, 2007).

2.5. Kerangka Konsep

Faktor Internal:

 Karakteristik Responden: -Umur

-Pendidikan -Pekerjaan IRT -Pendapatan per bulan -Lama menggunakan Botol

Minuman Berplastik

Faktor Eksternal:

 Sumber Informasi tentang Botol Minuman Berplastik -Televisi

-Radio -Majalah

-Internet/media sosial -Teman sesama IRT

-Penjual/Penjaga toko botol minuman berplastik Pemakaian Botol Minuman Berplastik Pengetahuan Tentang Pemakaian Botol Minuman Berplastik Sikap Tentang Pemakaian Botol Minuman Berplastik


(46)

Berdasarkan kerangka konsep penelitian di atas akan melihat bagaimana hubungan dari faktor internalyang termasuk di dalamnya karakteristik responden yaitu umur, pendidikan, pendapatan per bulan, lama menggunakan botol minuman berplastik, pengetahuan, sikap, dan faktor eksternal yaitu sumber informasi mencakup televisi, radio, majalah, internet/media sosial, teman sesama Ibu Rumah Tangga, dan petugas kesehatan.

2.6. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara penelitian, patokan dugaan atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan responden terhadap pemakaian botol minuman berplastik.

Ha : Ada hubungan antara pengetahuan responden terhadap pemakaian botol minuman berplastik.

Ho : Tidak ada hubungan antara sikap responden terhadap pemakaian botol minuman berplastik.

Ha : Ada hubungan antara sikap responden terhadap pemakaian botol minuman berplastik.

Ho : Tidak ada hubungan antara sumber informasi responden terhadap pemakaian botol minuman berplastik.

Ha : Ada hubungan antara sumber informasi responden terhadap pemakaian botol minuman berplastik.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode

survey analitik untuk melihat Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemakaian Botol Minuman Berplastik dengan menggunakan rancangan cross sectional study dan kuesioner sebagai alat bantu dalam penelitian ini.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir yang merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Medan Deli, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan atas alasan sebagai berikut:

1. Dari 21 kecamatan, Kecamatan Medan Deli merupakan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk yang terbanyak di Kota Medan (BPS Medan, 2013).

2. Kecamatan Medan Deli merupakan kecamatan yang memiliki rata-rata produksi sampah per hari paling tinggi di Kotamadya Medan (BPS Medan, 2013).

3. Dari 6 kelurahan, Kelurahan Tanjung Mulia Hilir merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Medan Deli yang paling tinggi kepadatan penduduknya (BPS Medan, 2013).


(48)

4. Belum adanya dilakukan penelitian tentang Pemakaian Botol Minuman Berplastik pada Ibu Rumah Tanggadi Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Kota Medan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulanFebruari – Maret 2015.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah kepala keluarga yang berada di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli yang berjumlah 10.092KK (Profil Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, 2013).

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap memiliki seluruh populasi (Notoatmodjo, 2007). Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan rumusminimal sampel size

(Lemeshow, 1997).

� = �

2.. .

�2 � −1 + 2. .

keterangan:

n : Besar sampel minimal N : Jumlah populasi

Z : Standar deviasi normal untuk 1,96 dengan CI 95% d : Derajat ketepatan yang digunakan oleh 90% atau 0,1 p : Proporsi target populasi adalah 0,5


(49)

Sehingga hasil perhitungan sampel minimal,

� = (1,96)

2 10.092 0,5 0,5 (0,1)2 10.0921 + (1,96)2� 0,5 0,5

� = 7.770,5964

81,8604 = 95,14 = 95

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh sampel sebanyak 95responden, dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah ibu rumah tangga (istri dari kepala keluarga). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling (sampel acak sederhana).

Prinsip pokok metode simple random sampling (sampel acak sederhana) adalah seperti undian, dimana semua individu mempunyai kesempatan yang sama terpilih sebagai sampel (Azwar, 2003).

3.4. Teknik Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari masyarakat yang akan menjadi responden. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan alat bantukuesioner yang telah disusun sebelumnya tentang hubungan pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga terhadappemakaian botol minuman berplastik.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder yang mendukung penelitian ini bersumber dari Kantor Camat Kecamatan Medan Deli dan Kantor Lurah KelurahanTanjung Mulia Hilir terkait kependudukan yang ada di wilayah Kecamatan Medan Deli dan Kelurahan


(50)

3.5. Definisi Operasional

1. Umur adalah usia yang dihitung pada ulang tahun terakhir sampai saat pengumpulan data dilakukan.

2. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal tertinggi yang telah dicapai oleh responden.

3. Pekerjaan Ibu Rumah Tangga (IRT) adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh ibu rumah tangga (responden) sehari-hari untuk mendapatkan imbalan berupa uang atau barang.

4. Pendapatan per bulan adalah hasil yang diperoleh dari hasil kegiatan berupa uang atau barang tiap bulannya.

6. Lamanya menggunakan Botol Minuman Berplastik adalah frekuensi waktu atau lamanya botol minuman berplastik itu digunakan.

7. Sumber informasi adalah suatu instrumen perantara informasi yang dapat digunakan oleh masyarakat luas untuk memperoleh informasi yang diinginkan, yaitu televisi, radio, majalah, internet/media sosial, teman sesama IRT, penjual/penjaga toko botol minuman.

9. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang pemakaian botol minuman berplastik.

10. Sikap adalah penilaian atau pendapat responden terhadap pemakaian botol minuman berplastik.

11. Tindakan adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik) responden terhadap pemakaian botol minuman berplastik.


(51)

12. Kemasan botol minuman berplastik adalah suatu wadah minuman yang dikemas dan memiliki kualitas polimer plastik yang berbeda-beda sesuai dengan kode dan simbol plastiknya.

3.6. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan dan pernyataan yang telah disediakan dan disesuaikan dengan skor yang ada.

Cara pengukuran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Arikunto, 2007):

1. Memberikan skor pada tiap butir pertanyaan dan pernyataan. 2. Menjumlahkan skor dari pertanyaan dan pernyataan.

3. Memberikan penilaian 3 kategori yaitu baik, cukup, dan kurang sesuai dengan pengelompokkan skor.

3.6.1. Pengetahuan

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan secara umum disusun pertanyaan sebanyak 20pertanyaan, untuk pertanyaan nomor 2, 3, 8, dan 19dengan masing-masing pilihan a, b, dan c bernilai 1. Untuk pertanyaan nomor 4, 5, 6, 9, 10, 11,12, 13, 14, 15, 16,17, 18, dan 20 jawaban benar bernilai 1 salah bernilai 0. Sedangkan pertanyaan nomor 1 dan 7 dengan masing-masing pilihan a, b, dan c bernilai 0, 1, 2 secara acak. Sehingga untuk pertanyaan 1-20 skor tertinggi adalah 30.

Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh kemudian diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu (Arikunto, 2007):


(52)

2. Pengetahuan cukup apabila skor jawaban 40-75% nilai keseluruhan(12-22).

3. Pengetahuan kurang apabila skor jawaban<40% nilai keseluruhan(฀ 11).

3.6.2. Sikap

Variabel sikap diukur dari 15 pernyataan dengan item jawaban setujudan tidak setuju. Adapun ketentuan pemberian bobot nilai pada item jawaban sikap untuk pernyataan nomor 1-15 sebagai berikut:

- Setuju : 2

- Tidak setuju : 1

Dari 15 pernyataan, pada pernyataan nomor 1-15 skor tertinggi yang diperoleh adalah 30. Cara menentukan kategori tingkat sikap responden mengacu pada persentase berikut (Arikunto, 2007):

1. Sikap baik apabila skor jawaban >75% nilai keseluruhan (฀ 23). 2. Sikap cukup apabila skor jawaban 40-75% nilai keseluruhan (12-22). 3. Sikap kurang apabila skor jawaban <40% nilai keseluruhan (<12).

3.6.3. Tindakan (Pemakaian Botol Minuman Berplastik)

Tindakan responden diukur dari 15 pertanyaan dengan item jawaban ya dan tidak. Adapun ketentuan pemberian bobot nilai pada item jawaban tindakan untuk pertanyaan nomor 1-10 sebagai berikut:

- Ya : 2


(53)

Dari 15 pertanyaan, skor tertinggi yang diperoleh adalah 30. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu (Arikunto, 2007):

1. Tindakan baik apabila skor jawaban >75% nilai keseluruhan (฀ 23). 2. Tindakan cukup apabila skor jawaban 40-75% nilai keseluruhan

(12-22).

3. Tindakan kurang apabila skor jawaban <40% nilai keseluruhan (<12).

3.6.4. Sumber Informasi

Sumber informasi diukur melalui 4 pertanyaan dimana pertanyaan nomor 2 yang masing-masing pilihan a s/d f bernilai 1 dengan jawaban hanya satu jawaban. Sedangkan pertanyaan nomor 1, 3, dan 4 dengan pilihan a s/d f bernilai 1 dengan jawaban dapat lebih dari satu.

Dari 4 pertanyaan, skor tertinggi yang diperoleh adalah 19. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu (Arikunto, 2007):

1. Sumber informasi baik apabila skor jawaban >75% nilai keseluruhan

(฀15)

2. Sumber informasi cukup apabila skor jawaban 40-75% nilai keseluruhan (8-14)

3. Sumber informasi kurang apabila skor jawaban <40% nilai keseluruhan (<8)


(54)

3.7. Pengolahan Data dan Teknik Analisis Data 3.7.1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara manual dengan bantuan computer

dalam pengolahan data dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Editing yaitu memeriksa kebenaran data dan memastikan data yang diinginkan dapat dipenuhi.

2. Koding yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut variasinya dengan memberi kode tertentu.

3. Entri Data yaitu memasukkan data-data ke dalam computer.

3.7.2. Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian diolah dengan bantuan computer yaitu Program SPSS (Statistical Product and Service Solution)Versi 21.0dan dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square untuk melihat hubungan antara variabel-variabel dependen dengan variabel-variabel independen dan menggunakan empat tahapan yaitu editing, coding, entry data, dan cleaning. Analisis data dalam penelitian ini mencakup:

1. Analisis univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel-variabel dependen dan independen dalam bentuk distribusi frekuensi.

2. Analisis bivariat, yaitu analisis lanjutan untuk melihat hubungan dua variabel independen dengan menggunakan uji Chi Square dan ฀ 0,05

dengan tingkat kemaknaan 95%. Syarat uji Chi Square, adalah:


(55)

1. Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga

actual count (F0) sebesar 0 (nol).

2. Apabila bentuk tabel kontingensi 2� 2, maka tidak boleh ada 1 cell saja yang memiliki frekuensi harapan atau disebut juga expected count (“Fh”) kurang dari 5.

3. Apabila bentuk tabel lebih dari 2 � 2, misal 2 � 3, maka jumlah cell dengan frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%.

Apabila syarat uji chi square diatas tidak memenuhi syarat, maka uji diganti menjadi uji Fisher Exact Test (Hastono, 2011).


(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli adalah salah satu dari 6 kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Deli dengan luas wilayah 325,1 Ha dan memiliki lingkungan sebanyak 22 lingkungan. Jumlah pendudukdi kelurahan ini adalah 41.197 jiwa dan terdiri dari 10.092 Kepala Keluarga (KK). Batas wilayah Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli, yaitu:

 Sebelah Utara berbatas dengan Kelurahan Mabar

 Sebelah Selatan berbatas dengan Kelurahan Tanjung Mulia

 Sebelah Timur berbatas dengan Kelurahan Mabar Hilir

 Sebelah Barat berbatas dengan Kelurahan Tanjung Mulia Hilir

4.2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan per bulan, dan lama menggunakan botol minuman berplastik berjumlah 95 responden. Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik responden disajikan dalam tabel berikut:

a. Umur

Jumlah responden menurut umur di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut ini:


(57)

Tabel 4.1. Distribusi Responden Menurut Umur di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2015

Berdasarkan tabel 4.1. diatas diperoleh bahwa responden terbanyak berusia 20-29 tahun yaitu sebanyak 39 responden (41,1%) dan paling sedikit berusia ฀ 60 tahun yaitu 1 responden (1,1%).

Tabel 4.2. Distribusi Umur Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli

Dilihat dari tabel 4.2. di atas diperoleh nilai p=0,047 (p<0,05) dengan menggunakan uji Exact Fisher. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan yang berpengaruh antara umur responden terhadap pengetahuan responden tentang pemakaian botol minuman berplastik.

b. Pendidikan

Jumlah responden menurut pendidikan di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut ini:

No. Umur Responden (Tahun) Jumlah %

1. 20 – 29 39 41,1

2. 30 – 39 33 34,7

3. 40 – 49 13 13,7

4. 50 – 59 9 9,5

5. ฀60 1 1,1

Total 95 100,0

No.

Umur Responden

(Tahun)

Kategori Pengetahuan

Total P

Baik Cukup Kurang

1. 20 – 29 10 24 5 39

0,047

2. 30 – 39 11 21 1 33

3. 40 – 49 4 9 0 13

4. 50 – 59 6 1 2 9

5. ฀ 60 0 1 0 1


(58)

Tabel 4.3. Distribusi Responden Menurut Pendidikan di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2015

No. Pendidikan Responden Jumlah %

1. Tidak Tamat SD 5 5,3

2. SD 8 8,4

3. SMP/Sederajat 20 21,1

4. SMA/Sederajat 58 61,1

5. Diploma 2 2,1

6. Sarjana 2 2,1

Total 95 100,0

Berdasarkan tabel 4.3. diatas diperoleh bahwa pendidikan responden terbanyak adalah SMA/Sederajat sebanyak 58 responden (61,1%) sedangkan pendidikan paling sedikit adalah Diploma dan Sarjana yaitu masing-masing 2 responden (2,1%).

Tabel 4.4. Distribusi Pendidikan Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir

Dilihat dari tabel 4.4. di atas diperoleh nilai p=0,062 (p>0,05) dengan menggunakan uji Exact Fisher. Hal ini membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang berpengaruh antara pendidikan responden terhadap pengetahuan responden tentang pemakaian botol minuman berplastik.

No. Pendidikan Responden

Kategori Pengetahuan

Total P

Baik Cukup Kurang

1. Tidak tamat SD 2 2 1 5

0,062

2. SD 2 6 0 8

3. SMP/Sederajat 2 16 2 20

4. SMA/Sederajat 21 32 5 58

5. Diploma 2 0 0 2

6. Sarjana 2 0 0 2


(59)

c. Pekerjaan

Jumlah responden menurut pekerjaan di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.5. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2015

No. Pekerjaan Responden Jumlah %

1. Wiraswasta 19 20,0

2. Karyawan swasta 2 2,1

3. Buruh 5 5,3

4. PNS 1 1,1

5. Tidak Bekerja/IRT 68 71,6

Total 95 100,0

Dari tabel 4.3. diatas diperoleh bahwa pekerjaan responden terbanyak adalah tidak bekerja/IRT yaitu sebanyak 68 responden (71,6%) sedangkan pekerjaan yang paling sedikit yaitu PNS sebanyak 1 responden (1,1%).

Tabel 4.6. Distribusi Pekerjaan Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir

Dilihat dari tabel 4.6. di atas diperoleh nilai p=0,467 (p>0,05) dengan menggunakan uji Exact Fisher. Hal ini membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang berpengaruh antara pekerjaan responden terhadap pengetahuan responden tentang pemakaian botol minuman berplastik.

No. Pekerjaan Responden

Kategori Pengetahuan

Total P

Baik Cukup Kurang

1. Wiraswasta 9 9 1 19

0,467

2. Karyawan swasta 1 1 0 2

3. Buruh 1 3 1 5

4. PNS 1 0 0 1

5. Tidak Bekerja/IRT 19 43 6 68


(1)

Ya 39 41,1 41,1 100,0

Total 95 100,0 100,0

14. Ibu berperan memelihara kesehatan keluarga dengan memilih kualitas plastik pada botol minuman sebagai wadah penyimpanan

minuman

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 3 3,2 3,2 3,2

Ya 92 96,8 96,8 100,0

Total 95 100,0 100,0

15. Ibu juga pernah mengajak teman sesama Ibu dalam pemakaian botol minuman berplastik perlu memperhatikan kode mana yang baik dan

tidak baik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 71 74,7 74,7 74,7

Ya 24 25,3 25,3 100,0

Total 95 100,0 100,0

Pengetahuan Kategori

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Baik 31 32,6 32,6 32,6

Cukup 56 58,9 58,9 91,6

Kurang 8 8,4 8,4 100,0

Total 95 100,0 100,0

Sikap Kategori

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Baik 82 86,3 86,3 86,3

Cukup 13 13,7 13,7 100,0


(2)

Sumber Informasi Kategori

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Baik 3 3,2 3,2 3,2

Cukup 59 62,1 62,1 65,3

Kurang 33 34,7 34,7 100,0

Total 95 100,0 100,0

Tindakan Kategori

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Baik 31 32,6 32,6 32,6

Cukup 64 67,4 67,4 100,0

Total 95 100,0 100,0

Pengetahuan Kategori * Tindakan Kategori

Crosstab

Count

Tindakan Kategori Total Baik Cukup

Pengetahuan Kategori

Baik 19 12 31

Cukup 14 42 56

Kurang 1 7 8

Total 31 64 95

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square 13,497a 2 ,001 ,001

Likelihood Ratio 13,527 2 ,001 ,001

Fisher's Exact Test 12,802 ,001

Linear-by-Linear Association 12,290b 1 ,000 ,000 ,000 ,000

N of Valid Cases 95

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,86. b. The standardized statistic is 3,506.


(3)

Sikap Kategori * Tindakan Kategori

Crosstab

Count

Tindakan Kategori Total Baik Cukup

Sikap Kategori

Baik 33 49 82

Cukup 1 12 13

Total 31 64 95

Sumber Informasi Kategori * Tindakan Kategori

Crosstab

Count

Tindakan Kategori Total Baik Cukup

Sumber Informasi Kategori

Baik 0 3 3

Cukup 28 31 59

Kurang 6 27 33

Total 34 61 95

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square 9,620a 2 ,008 ,006

Likelihood Ratio 10,986 2 ,004 ,004

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square 5,174a 1 ,023 ,028 ,019

Continuity Correctionb 3,854 1 ,050

Likelihood Ratio 6,332 1 ,012 ,028 ,019

Fisher's Exact Test ,028 ,019

Linear-by-Linear Association 5,119c 1 ,024 ,028 ,019 ,017

N of Valid Cases 95

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,65. b. Computed only for a 2x2 table


(4)

Linear-by-Linear Association 3,642b 1 ,056 ,069 ,043 ,026

N of Valid Cases 95

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,07. b. The standardized statistic is 1,908.


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Terhadap Kanker Leher Rahim (Cervical Cancer) Di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan

0 44 79

Peranan Ibu Terhadap Kesehatan Gigi Anak Di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2002

0 16 81

Penelitian Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Tentang Pemakaian Obat Kumur Pada Ibu Rumah Tangga DI Kelurahan Sukaramai I Kecamatan Medan Area Kotamadya Medan

2 47 66

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA DENGAN KONDISI SANITASI RUMAH DI KELURAHAN Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Ibu Rumah Tangga Dengan Kondisi Sanitasi Rumah Di Kelurahan Semanggi Kota Surakarta Tahun 2016.

0 4 15

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA KEKERASAN TERHADAP ANAK DALAM RUMAH TANGGA (STUDI KASUS KELURAHAN TANJUNG MULIA HILIR KECAMATAN MEDAN DELI).

0 1 22

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemakaian Botol Minuman Berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Kota Medan 2015

0 0 12

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemakaian Botol Minuman Berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Kota Medan 2015

0 0 2

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemakaian Botol Minuman Berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Kota Medan 2015

0 0 9

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemakaian Botol Minuman Berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Kota Medan 2015

0 0 3

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemakaian Botol Minuman Berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli Kota Medan 2015

0 0 32