Pengendalian Kualitas dengan Metode Statistical Quality Control dan FMEA di PT. Prima Indah Saniton
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Di era globalisasi perkembangan teknologi yang semakin maju dan
pesatnya kondisi pasar industri menuntut perusahaan harus mampu memberikan
kepuasaan kepada para konsumen. Kualitas menjadi faktor dasar keputusan
konsumen dalam memilih produk. Dengan memperhatikan aspek kualitas produk
maka tujuan perusahaan untuk memperoleh laba yang optimal dapat terpenuhi
sekaligus dapat memenuhi tuntutan konsumen akan produk yang berkualitas dan
harga yang kompetitif. Oleh karena itu, perusahaan haruslah menerapkan
pengendalian kualitas dalam menjalankan proses produksi produk.
Pengendalian kualitas merupakan salah satu fungsi yang terpenting dari
suatu perusahaan untuk mampu memenangkan persaingan di dunia industri.
Kegiatan pengendalian kualitas (quality control) diharapkan dapat membantu
perusahaan mempertahankan dan meningkatkan kualitas produknya dengan
melakukan pengendalian terhadap tingkat kerusakan produk (product defect)
sampai pada tingkat kerusakan nol (zero defect). Oleh karenanya, kegiatan
pengendalian kualitas tersebut dapat dilakukan mulai dari bahan baku, selama
proses produksi berlangsung sampai pada produk akhir dan disesuaikan dengan
standar yang ditetapkan.
PT. Prima Indah Saniton merupakan perusahaan manufaktur yang
menghasilkan produk sanitary ware yaitu kloset jongkok model E, kloset jongkok
Universitas Sumatera Utara
model C, kloset duduk, wastafel, dan tempat sabun. PT. Prima Indah Saniton
berproduksi dengan sistem make to stock dimana produk yang telah selesai dibuat
akan ditempatkan sebagai persedian sebelum pesanan dari konsumen diterima.
Proses produksi produk kloset jongkok model C yang dijalankan PT. Prima Indah
Saniton dapat dibagi menjadi 8 proses utama yaitu proses pencampuran,
penyaringan dan pemasakan, pencetakan, pengerokan, pengamplasan, label dan
pengecatan, pembakaran, dan pengepakan.
Dalam menjalankan kegiatan produksi, PT. Prima Indah Saniton
menghadapi beberapa permasalahan, salah satunya adalah masih tingginya produk
cacat yang dihasilkan untuk setiap periode produksi. Berdasarkan data
perusahaan, produk cacat produk kloset jongkok model C yang dihasilkan dari
proses pencetakan, pengerokan, pengamplasan, dan label serta pengecatan
mencapai 12,88%. Data perusahaan juga menyatakan bahwa produk cacat yang
dihasilkan hanya dari proses pembakaran dapat mencapai 8,22%. Adapun data
produk cacat untuk masing-masing proses produksi pada periode bulan Juli 2014
– Juni 2015 dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1. Data Produk Cacat Per Proses Produksi untuk Bulan Juli 2014 – Juni 2015
Bulan
Juli 2014
Agustus 2014
September 2014
Oktober 2014
November 2014
Desember 2014
Januari 2015
Februari 2015
Maret 2015
April 2015
Mei 2015
Juni 2015
Pencetakan
6,05
6,91
5,81
6,02
6,59
7,03
6,61
7,13
7,06
6,80
7,20
6,23
Produk Cacat Per Proses Produksi (Persentase)
Label dan
Pengerokan
Pengamplasan
Pembakaran
Pengecatan
1,97
1,38
2,93
7,05
2,34
1,37
3,27
6,83
2,09
1,61
3,17
6,51
1,83
1,43
3,24
7,19
1,98
1,51
3,08
7,94
2,35
1,97
1,84
7,30
2,11
1,71
1,19
6,99
2,44
1,84
1,97
6,76
2,42
1,66
1,95
7,38
2,33
1,70
2,27
8,16
2,18
1,57
2,88
8,15
1,80
1,55
1,93
8,22
Pengepakan
0
0,04
0
0,02
0,04
0
0,04
0
0,06
0,02
0
0,04
Sumber data : PT. Prima Indah Saniton
Universitas Sumatera Utara
Dari data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa dalam proses produksi
produk kloset jongkok model C ini masih terjadi kecacatan yang cukup tinggi
dimana secara keseluruhan produk cacat yang dihasilkan untuk setiap periode
produksinya mencapai 20,26%. Persentase kecacatan ini telah melewati batas
standar tingkat kecacatan yang diinginkan perusahaan yaitu sebesar 12% dimana
jika permasalahan produk cacat ini dibiarkan terus-menerus maka perusahaan
akan mengalami kerugian di dalam memasarkan produknya. Biaya yang
dibutuhkan perusahaan untuk menjalankan produksinya juga akan semakin
meningkat. Perusahaan menginginkan untuk dapat mengurangi tingkat kecacatan
yang terjadi.
Produk kloset jongkok model C dipilih untuk diteliti dalam penelitian ini
dikarenakan produk ini memiliki tingkat kecacatan tertinggi dibandingkan produk
sanitary ware lainnya. Di samping itu, produk ini merupakan produk yang paling
banyak diproduksi dalam setiap periode produksi. Adapun data persentase
kecacatan rata-rata berdasarkan jenis produk sanitary ware untuk bulan Juli 2014
– Juni 2015 dapat dilihat pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3. Data Persentase Kecacatan Rata-rata Produk Sanitary Ware untuk
Bulan Juli 2014 – Juni 2015
Jenis Produk Sanitary Ware
Kloset Jongkok Model C
Kloset Jongkok Model E
Kloset Duduk
Wastafel
Tempat Sabun
Persentase Kecacatan Rata-rata (%)
20,26%
17,48%
10,14%
8,22%
7,13%
Universitas Sumatera Utara
Pengendalian kualitas merupakan suatu fungsi manajemen untuk
mengurangi maupun mengendalikan jumlah produk yang cacat ataupun tidak
memenuhi spesifikasi perusahaan. Dalam melakukan proses produksi, ada
beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi kecacatan tersebut baik dari mesin,
metode kerja, material yang digunakan dan faktor lainnya. Namun dari faktorfaktor tersebut belum diketahui secara spesifik bagian mana yang mempengaruhi
kecacatan produk yang paling besar. Oleh karena itu dibutuhkan alat pengendali
kualitas dalam metode Statistical Quality Control (SQC) dan metode Failure
Mode and Effect Analysis (FMEA) untuk mengidentifikasi potensi kegagalan yang
akan timbul dengan meminimisasi risiko kecacatan serta metode Analysis of
Variance (ANOVA) untuk meningkatkan produktivitas melalui perancangan
ekseperimen.
Berdasarkan penelitian sebelumnya (Pinnarat, dkk, 2014), metode FMEA
dapat digunakan untuk mengurangi produk cacat pada produk sanitary ware
dalam suatu proses produksi. Penyebab dari kecacatan ini dapat dianalisis melalui
Total Quality Management (TQM) dengan menggunakan diagram pareto, diagram
sebab akibat, dan failure mode and effect analysis secara terus menerus1.
Penelitian lainnya (Dhayu, dkk, 2014) juga menyatakan bahwa pengendalian
proses produksi dengan menggunakan metode Six Sigma dapat menjadi salah satu
strategi pengendalian mutu dan diharapkan dapat meningkatkan mutu produk2.
1
Nuchpho, Pinnarat, dkk. 2014. The Fuzzy FMEA Method to Improve the Defects in Sanitary
Ware Manufacturing Process.
2
Hartanto, Dhayu P.O., dkk. 2014. Analisis Pengendalian Kualitas Proses Sealing dengan
Pendekatan Metode Six Sigma (Studi Kasus di KSU. Brosem Malang).
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Di era globalisasi perkembangan teknologi yang semakin maju dan
pesatnya kondisi pasar industri menuntut perusahaan harus mampu memberikan
kepuasaan kepada para konsumen. Kualitas menjadi faktor dasar keputusan
konsumen dalam memilih produk. Dengan memperhatikan aspek kualitas produk
maka tujuan perusahaan untuk memperoleh laba yang optimal dapat terpenuhi
sekaligus dapat memenuhi tuntutan konsumen akan produk yang berkualitas dan
harga yang kompetitif. Oleh karena itu, perusahaan haruslah menerapkan
pengendalian kualitas dalam menjalankan proses produksi produk.
Pengendalian kualitas merupakan salah satu fungsi yang terpenting dari
suatu perusahaan untuk mampu memenangkan persaingan di dunia industri.
Kegiatan pengendalian kualitas (quality control) diharapkan dapat membantu
perusahaan mempertahankan dan meningkatkan kualitas produknya dengan
melakukan pengendalian terhadap tingkat kerusakan produk (product defect)
sampai pada tingkat kerusakan nol (zero defect). Oleh karenanya, kegiatan
pengendalian kualitas tersebut dapat dilakukan mulai dari bahan baku, selama
proses produksi berlangsung sampai pada produk akhir dan disesuaikan dengan
standar yang ditetapkan.
PT. Prima Indah Saniton merupakan perusahaan manufaktur yang
menghasilkan produk sanitary ware yaitu kloset jongkok model E, kloset jongkok
Universitas Sumatera Utara
model C, kloset duduk, wastafel, dan tempat sabun. PT. Prima Indah Saniton
berproduksi dengan sistem make to stock dimana produk yang telah selesai dibuat
akan ditempatkan sebagai persedian sebelum pesanan dari konsumen diterima.
Proses produksi produk kloset jongkok model C yang dijalankan PT. Prima Indah
Saniton dapat dibagi menjadi 8 proses utama yaitu proses pencampuran,
penyaringan dan pemasakan, pencetakan, pengerokan, pengamplasan, label dan
pengecatan, pembakaran, dan pengepakan.
Dalam menjalankan kegiatan produksi, PT. Prima Indah Saniton
menghadapi beberapa permasalahan, salah satunya adalah masih tingginya produk
cacat yang dihasilkan untuk setiap periode produksi. Berdasarkan data
perusahaan, produk cacat produk kloset jongkok model C yang dihasilkan dari
proses pencetakan, pengerokan, pengamplasan, dan label serta pengecatan
mencapai 12,88%. Data perusahaan juga menyatakan bahwa produk cacat yang
dihasilkan hanya dari proses pembakaran dapat mencapai 8,22%. Adapun data
produk cacat untuk masing-masing proses produksi pada periode bulan Juli 2014
– Juni 2015 dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1. Data Produk Cacat Per Proses Produksi untuk Bulan Juli 2014 – Juni 2015
Bulan
Juli 2014
Agustus 2014
September 2014
Oktober 2014
November 2014
Desember 2014
Januari 2015
Februari 2015
Maret 2015
April 2015
Mei 2015
Juni 2015
Pencetakan
6,05
6,91
5,81
6,02
6,59
7,03
6,61
7,13
7,06
6,80
7,20
6,23
Produk Cacat Per Proses Produksi (Persentase)
Label dan
Pengerokan
Pengamplasan
Pembakaran
Pengecatan
1,97
1,38
2,93
7,05
2,34
1,37
3,27
6,83
2,09
1,61
3,17
6,51
1,83
1,43
3,24
7,19
1,98
1,51
3,08
7,94
2,35
1,97
1,84
7,30
2,11
1,71
1,19
6,99
2,44
1,84
1,97
6,76
2,42
1,66
1,95
7,38
2,33
1,70
2,27
8,16
2,18
1,57
2,88
8,15
1,80
1,55
1,93
8,22
Pengepakan
0
0,04
0
0,02
0,04
0
0,04
0
0,06
0,02
0
0,04
Sumber data : PT. Prima Indah Saniton
Universitas Sumatera Utara
Dari data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa dalam proses produksi
produk kloset jongkok model C ini masih terjadi kecacatan yang cukup tinggi
dimana secara keseluruhan produk cacat yang dihasilkan untuk setiap periode
produksinya mencapai 20,26%. Persentase kecacatan ini telah melewati batas
standar tingkat kecacatan yang diinginkan perusahaan yaitu sebesar 12% dimana
jika permasalahan produk cacat ini dibiarkan terus-menerus maka perusahaan
akan mengalami kerugian di dalam memasarkan produknya. Biaya yang
dibutuhkan perusahaan untuk menjalankan produksinya juga akan semakin
meningkat. Perusahaan menginginkan untuk dapat mengurangi tingkat kecacatan
yang terjadi.
Produk kloset jongkok model C dipilih untuk diteliti dalam penelitian ini
dikarenakan produk ini memiliki tingkat kecacatan tertinggi dibandingkan produk
sanitary ware lainnya. Di samping itu, produk ini merupakan produk yang paling
banyak diproduksi dalam setiap periode produksi. Adapun data persentase
kecacatan rata-rata berdasarkan jenis produk sanitary ware untuk bulan Juli 2014
– Juni 2015 dapat dilihat pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3. Data Persentase Kecacatan Rata-rata Produk Sanitary Ware untuk
Bulan Juli 2014 – Juni 2015
Jenis Produk Sanitary Ware
Kloset Jongkok Model C
Kloset Jongkok Model E
Kloset Duduk
Wastafel
Tempat Sabun
Persentase Kecacatan Rata-rata (%)
20,26%
17,48%
10,14%
8,22%
7,13%
Universitas Sumatera Utara
Pengendalian kualitas merupakan suatu fungsi manajemen untuk
mengurangi maupun mengendalikan jumlah produk yang cacat ataupun tidak
memenuhi spesifikasi perusahaan. Dalam melakukan proses produksi, ada
beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi kecacatan tersebut baik dari mesin,
metode kerja, material yang digunakan dan faktor lainnya. Namun dari faktorfaktor tersebut belum diketahui secara spesifik bagian mana yang mempengaruhi
kecacatan produk yang paling besar. Oleh karena itu dibutuhkan alat pengendali
kualitas dalam metode Statistical Quality Control (SQC) dan metode Failure
Mode and Effect Analysis (FMEA) untuk mengidentifikasi potensi kegagalan yang
akan timbul dengan meminimisasi risiko kecacatan serta metode Analysis of
Variance (ANOVA) untuk meningkatkan produktivitas melalui perancangan
ekseperimen.
Berdasarkan penelitian sebelumnya (Pinnarat, dkk, 2014), metode FMEA
dapat digunakan untuk mengurangi produk cacat pada produk sanitary ware
dalam suatu proses produksi. Penyebab dari kecacatan ini dapat dianalisis melalui
Total Quality Management (TQM) dengan menggunakan diagram pareto, diagram
sebab akibat, dan failure mode and effect analysis secara terus menerus1.
Penelitian lainnya (Dhayu, dkk, 2014) juga menyatakan bahwa pengendalian
proses produksi dengan menggunakan metode Six Sigma dapat menjadi salah satu
strategi pengendalian mutu dan diharapkan dapat meningkatkan mutu produk2.
1
Nuchpho, Pinnarat, dkk. 2014. The Fuzzy FMEA Method to Improve the Defects in Sanitary
Ware Manufacturing Process.
2
Hartanto, Dhayu P.O., dkk. 2014. Analisis Pengendalian Kualitas Proses Sealing dengan
Pendekatan Metode Six Sigma (Studi Kasus di KSU. Brosem Malang).
Universitas Sumatera Utara